Friday 4 May 2018

Suka nambah malah ditinggal pelanggan

Di pasar tradisional, penjual ikan segar, baik yg bentuk curai (ukuran relatif kecil seekor antara 100 sampai 200 grm), maupun bentuk potongan, pembeli memilih kemudian mamasukkan ke mangkuk timbangan untuk mematut brp kg yg kan dibelinya. Pemilik lapak yg satu ini, belakangan berkebiasaan, stlh timbangan pas dan memasukkan dlm plastik kresek kemasan ikan kepembelinya, dia ambilkan seekor atau sepotong lagi ikan yg sejenis dari tumpakan lain sebagai tambahan buat pembeli.
Jalan bbrp bln kebiasaan menambah seekor atau sepotong ikan stlh ditimbang ini, bukannya bedampak positip, malah langganan berangsur semakin susut pindah ke lapak tetangga lainnya.
Ibu-ibu yg menerima tambahan itu kecewa, rupanya ikan tambahan itu dibawah kwalitas dari ikan pilihan mereka. Sebetulnya timbangan ikan yg kw sesuai pilihan konsumen tdklah dikurangi, tatapi tambahan ini yg mungkin diniatkan sedekah oleh penjual ikan tsb disediakannya dari kw rendahan, ikan yg sdh tak bgt segar lagi. Pembeli kecewa dpt tambahan, karena ternyata dimasak sdh tak standar lagi rasanya. Boleh jadi ikan tambahan yg hampir "bonyok" itu berpeluang menulari kesegaran ikan lain yg tadinya segar dlm simpanan sblm dimasak. Kabar ini menyebar dari ibu satu ke ibu lainnya, inilah makanya kian hari pembeli banyak yg hengkang.
Jangan dikira pelanggan itu hanya lari jika takaran timbangan ukuran dikurangi saja. Ternyata melebihkanpun ada kalanya juga membuat pelanggan menjauh, seperti case yg ditulis di atas. Cukup rumit memang, menciptakan pembeli SETIA.
Sedekah, jika ingin mendptkan keberuntungan dunia dan ahirat, hrs memenuhi syarat utama y.i. ikhkas; selain itu hendaklah diberikan yg paling terbaik dari yg kita punya. Bukannya dari barang yg oleh kita sendiripun sdh ndak suka lagi. Seperti lapak ikan ku tulis di atas itulah yg didpt bila sedekah dg seseuatu yg kurang baik.
Layak jadi renungan ttg kisah dua Putra Nabi Adam menyiapkan kurban, analog dg kalau kita hendak memberikan sedekah.
Habil, sbg seorang peternak, memilih hewan kurban dari ternak yg sehat dan gemuk. Kurban si Habil diterima Allah.
Qabil, sbg petani, memilih untuk kurban dari hasil pertanian, buah-buahan yg sdh tak layak makan lagi, yg bila dia sendiripun diberikan kurban itu tak kan suka memakannya. (kurban Qabil tertolak)
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَـقِّ ۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِ ۗ قَالَ لَاَقْتُلَـنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
"Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, Sungguh, aku pasti membunuhmu! Dia (Habil) berkata, Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 27)
Sepertinya tamsil lapak ikan di atas, pantas untuk acuan para pembaca yg beriman dan darmawan, kiranya ktk memberikan sedekah memantabkan niat yg ihlas hanya mengharap keredhaan Allah dan bersedekahlah dari yg terbaik yg kita miliki. Setidaknya barang yg disedekahkan bila kita dlm posisi penerima sedekah tsb masih suka menerimanya.
Dmkn, smg Allah s.w.t. senantiasa memberi kemudahan buat ummat manusia dlm menjalankan PerintahNya. Aamiin.
Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment