Wednesday 27 October 2021

DI LEGO sebelum MAUT

Ba'da Maghrib Nenek STW mendatangi rumah Ketua Panitia Pembangunan Masjid. Si Nenek nyumbang uang setara 2.000 zak semen. Dengan pesan terserah panitia penggunaan uangnya untuk beli material atau upah tukang. Ibu ini baru bbrp bulan belakangan ini berpredikat Nenek, sejak salah satu dari dua anaknya beroleh momongan. Keseharian si nenek sebagai wanita pengusaha, bergerak bidang jasa. Suami Nenek, pengusaha juga, bidang ekspor-impor. Dia pesan ke Ketua panitia, sumbangannya ini tak usah tau suaminya, "ini murni keringat saya", tambahnya. Untuk memenuhi pesan itu, panitia ketika Jum'at tdk umumkan di pengeras suara masjid, nama penyumbang sejumlah tsb. Kurang dari sebulan terdengar kabar ybs di rawat di sebuah RS. Saat di besuk, betapa kagetnya para tetangga, rupanya ybs sdh berpulang ke rahmatullah. Menurut keterangan kedua putra beliau, bunda mereka di rawat baru dua hari. Panitia masjid ketika mengurus jenazah almarhummah, tak henti2nya berdo'a di bathin agar sumbangan ybs untuk masjid diterima Allah, walau tetap merahasiakan sesuai pesan beliau. Belakangan baru diketahui bahwa uang senilai kalau sekarang 2.000 an zak semen ukuran 50kg itu, adalah hasil penjualan seluruh mas2an yg beliau punya. Si Nenek hanya menyisakan seperangkat perhiasan yg biasa di pakainya se hari2, dg maksud agar tak mencolok, mengundang tanya sang suami. Kabar ini diperoleh setahunan stlh beliau meninggal dari seorang ibu teman dekat almarhummah. Ibu Tika (bukan nama sebenarnya) suatu hari di ajak untuk pergi stlh janjian dijemput. Rupanya ibu Tika diajak ke toko mas, begitu rapinya pengaturan melego mas2an nya itu, sopirpun tdk ikutan ke toko mas di bilangan sebuah mall. Sopir disuruh nunggu di mobil. Ibu Tika mengisahkan bahwa dirinya sempat bertanya "ini kok rantai2 yg putuspun dijual, apa ndak lbh baik dibetulin dulu kan cakep buat anak mantu". Di jawab "saya kan ndak punya anak perempuan". Ibu Tika sama sekali ndak tau maksud ybs untuk nyumbang membangun masjid. Panitia menghubungkan kaitan peristiwa ini, dari kisah Ibu Tika mengenang almarhummah di suatu acara pengajian bercerita kpd istri ketua panitia pembangunan masjid bahwa peristiwa lego mas2an itu sebulanan sblm Nenek Rahmah (bukan nama sebenarnya) wafat. Nenek Rahmah walau ketika menyampaikan sumbangan dg melego mas2annya masih dlm keadaan sehat afiat. Se olah2 mendiang sdh tau bahwa sebulanan lagi beliau tutup usia. Alangkah bahagianya beliau bila sumbangannya itu diterima Allah. Karena orang yg sdh mati, Allah infokan akan minta waktu dihidupkan sejenak untuk bersedekah, untuk menyumbang. Seperti diterangkan surat Al-Munafiqun (63) Ayat 10 وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَـٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ قَرِيبٍۢ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" Apakah Nenek Rahmah beberapa bulan sebelum meninggal sdh ada pemberitahuan Allah???....... Boleh jadi karena ada ayat yg bunyinya begini: كُتِبَ عَلَيْكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ اِنْ تَرَكَ خَيْرًا ۚ ٱلْوَ صِيَّةُ لِلْوَا لِدَيْنِ وَا لْاَ قْرَبِيْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ ۚ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ  "Diwajibkan atas kamu, apabila maut hendak menjemput seseorang di antara kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. 2 = Al-Baqarah ayat 180). Naah, kalau begitu ada kemungkinan bila maut sdh dekat, ada firasat. Mungkin setiap orang dpt firasat itu, bagi yg peka atas izin Allah ybs memahami. Kalau kita2 yg udah usia senja ini, tanda2 sdh baanyak sekali. Smg kita tdk termasuk orang yg nanti ketika mati akan berkakta رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ قَرِيبٍۢ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ seperti ayat dikutip di atas. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 20 Rabiul Awal 1443 H. 27 Oktober 2021. (857.10.21).

Sunday 24 October 2021

DOSA Sesama di MEDSOS

Bila di-reka2 ukuran dosa ke sesama manusia, agaknya di era medsos ini ranking dosa yaitu: Ranking pertama adlh kpd sanak saudara, family, kerabat dekat. Sebab saban hari saling sapa melalui Dumay. Mungkin terjadilah kesalahan tak disengaja tentunya. Sedang kpd tetangga (terutama di Jakarta) berbulan kadang tak jumpa. Media jumpa kadang di masjid itupun buat yg sdh purna tugas, atau yg bidang usahanya dekat rumah. Berbuat dosa kpd yg disebut terakhir ini, kecil. Karena di masjid tak banyak kesempatan berbuat dosa. Ranking kedua, dosa di era medsos adlh teman se group. Terbuka kemungkinan salah posting. Terbuka kemungkinan tak sependapat terhadap isi pesan atau tulisan. Ada pula kemungkinan tak sengaja tulisan menyinggung perasaan. Mending kalau pihak tersinggung spontan nanggapi, dpt segera diselesaikan, minta maaf dan saling memaafkan. Tapi kalau yg tersinggung diam saja, tapi nyimpan di dalam hati, lalu persoalannya baru di buka di mahkamah Illahi kelak,..... itu lbh berat urusannya. Sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَا تَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْئًـا وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَا عَةٌ وَّلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ "Dan takutlah kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun. Sedangkan syafaat dan tebusan apa pun darinya tidak diterima dan mereka tidak akan ditolong." (QS. 2 = Al-Baqarah ayat 48). Di mahkamah Illahi itu nanti tidak dapat minta didampingi pengacara, tidak pula dpt ditebus dg apapapun. Transaksi thpd sesama dimana awak berbuat dosa adlh dengan pemindahan pahala dan dosa. Bila dipilah dosa sesama dpt melalui 5 jalur, yaitu: Harta, Jiwa, Raga, Kehormatan diri dan Perbedaan pandangan. Di Medsos kemungkinan terjadi dosa sesama agaknya dominan melalui jalur: Kehormatan diri dan Perbedaan pandangan. Dosa ini tentu akan terjadi terhdp pihak seperti diungkap di awal tulisan; Rangking Pertama dan Rangking Kedua. Dosa kehormatan diri salah satunya tak sengaja menghina, merendahkan sesama. Dosa terkait "Perbedaan pandangan"; misalnya beda pemahaman thdp sesuatu topik, masalah, idola. Sering kita baca sahut2 an pendapat di medsos mengenai "beda pandangan". Tak jarang meruncing jadi cela mencela. Sejatinya manusia tercipta berbeda biarpun kembar identik. Oleh karena itu wajar adanya terjadi beda pandangan atau pendapat. Yg penting bgmn menyikapi perbedaan itu dengan: 1. Mencari titik temu. Seperti di ajarkan Allah (QS: Ali Imran: 64). "...... تَعَا لَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَآءٍۢ بَيْنَـنَا وَبَيْنَكُمْ....." "...........Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat yang sama antara kami dan kamu............", 2. Dengan hikmah dan dialog. ".... بِا لْحِكْمَةِ وَا لْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَا دِلْهُمْ بِا لَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ.........." "......dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdialog dengan mereka dengan cara yang baik......." Jika dua kelola perbedaan ini diterapkan insya Allah memperkecil dosa sesama karena beda paham, beda pendapat khusus di medsos. Semoga kita semua dpt berperan menciptakan suasana yg baik dlm bersilaturahim di medsos sehingga terhindar dari berbuat dosa kepada sanak saudara dan family serta kolega dlm group. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 Rabiul Awal 1443 H. 24 Oktober 2021. (856.10.21).

Friday 22 October 2021

PeLUPA

Sudah menjadi pembawaan manusia, "pelupa". Ada bermacam lupa melekat di diri manusia diantaranya: 1. Lupa diri, sering diungkapkan orang "kacang lupa kulitnya". 2. Lupa janji, dikiaskan orang "lidah tidak bertulang". 3. Lupa pulang, ada lirik lagu Bang Toyib "tiga lebaran tak pulang". Khusus lupa pulang butir 3 ini, sekarang bukan karena disengaja; tapi pandemi virus Corona. Lupa diri dari ungkapan butir 1 buat orang yg sdh sukses, lupa akan asal usulnya. Berkonotasi sombong. Ybs tdk ingat para pihak yg mengantarkannya ke gerbang sukses. Lupa janji, ini biasanya terjadi pihak yg berjanji menginginkan sesuatu lalu menebar janji. Tebaran janji disambut oleh pihak2 yang dijanjikan, lantas atas dasar janji itu penerima janji menuruti keinginan yg berjanji. Namun sudah lama berlalu, janji tinggal janji, tak ada realisasi. Padahal janji adlh hutang yg seharusnya dilunasi, ditepati, kelak diminta pertanggungan jawab di akhirat. Janji........ dilihat kpd siapa berjanji, dpt dikelompokkan: 1. Janji kpd diri sendiri. 2. Janji kpd orang lain. 3. Janji kpd Allah. JANJI KPD DIRI SENDIRI. Dapat terucap atau cukup di dalam hati. Wujud janji biasanya begini: "kalau....... aku akan..........". Pembacapun mungkin pernah berjanji pada diri tsb. Diruang terbatas ini tdk diberikan banyak contoh hanya sekedarnya. Misal model janji kpd diri; "kalau sakit ku ini sembuh aku akan melaksanakan ............". Janji pada diri ini dlm hal ini kadang jadinya "nadzar". Nadzar wajib dilaksanakan, sepanjang isi nadzar tidak bertentangan dg hukum Allah dan hukum yg berlaku serta kepatutan dlm masyarakat. Contoh ekstrim nadzar yg tdk pantas dilaksanakan misalnya "bila ........... ...... aku akan bugil di jalan raya". Islam mengatur khusus ttg janji kpd diri sendiri dlm wujud nadzar. يُوْفُوْنَ بِا لنَّذْرِ وَيَخَا فُوْنَ يَوْمًا كَا نَ شَرُّهٗ مُسْتَطِيْرًا "Mereka memenuhi nadzar dan takut akan suatu hari yang adzabnya merata di mana-mana." (QS. 76 = Al-Insan ayat 7). Nadzar yg baik, tdk dilaksanakan bahkan dikenai sanksi denda (kafarat). JANJI KPD ORANG LAIN. Janji kpd diri saja segitunya harus ditepati, kalau tidak ditepati wajib bayar kafarat. Apalagi janji kpd orang lain, janji kpd orang banyak, risiko atas tidak ditepatinya semakin tinggi. Orang banyak yg diberi janji2 di dunia ini akan kesal, dongkol. Di akhirat nanti para penerima janji bakal menagih. "......وَاَ وْفُوْا بِا لْعَهْدِ ۖ اِنَّ الْعَهْدَ كَا نَ مَسْــئُوْلًا " .......dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya." (QS. 17 = Al-Isra' ayat 34). JANJI KEPADA ALLAH. Setiap Ruh manusia sblm dilepas kedunia ini telah dimintai perjanjian oleh Allah. seperti termuat di Surat 7 : Al-A'raf ayat 172: وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", Setelah dihadirkan ke dunia, janji tsb dikuatkan dg penyaksian, pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adlh rasul utusan Allah dg konsekwensi: Mematuhi seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan Allah sesuai tuntunan Rasulullah. Janji tsb dingatkan Allah agar secara konsisten dan konsekwen manusia memenuhi janji kpd Allah: وَا لَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَا قِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَ رْضِ ۙ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْٓءُ الدَّا رِ "Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh laknat dan tempat kediaman yang buruk (Jahanam)." (QS. 13 = Ar-Ra'd ayat 25). Semoga Allah memberikan kekuatan kpd kita semua untuk selalu dpt memenuhi janji kpd diri kpd sesama dan kpd Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 14 Rabiul Awal 1443 H. 21 Oktober 2021. (855.10.21).

Saturday 16 October 2021

SI SERASI

Mengorek ingatan masih dinas dulu. Seorang karyawan ngedumel usai ngantongi uang rapel jasa produksi: "paling istriku beli tas lagi". Lanjutnya: "yg namanya tas pak........., ndak cukup satu rak lemari pakaian, cocoknya dibuat satu lemari khusus TAS JINJING". Kumengerti Tas Jinjing, stlh dijelaskan mitra kerjaku yg istrinya gemar ngoleksi tas. Yaitu tas yg sll menyertai bila ibu2, kaum perempuan; ke pertemuan, arisan, kondangan, pergi ke tempat kerja, juga ke pengajian. Termasuk travelling. Kolektor tas jinjing, memilih tas jinjing yg dibawanya dipatut dari gaun yg dikenakan, sepatu bahkan kadang lipstik dan asesoris lengan dan telinga. Cukup repot,....... pematutan mungkin harus dirancang bbrp waktu sblm berangkat. Karena gonta ganti tas, bukan mustahil ada identitas, kartu2 yg lupa terbawa. Bgtlah hobby mungkin juga mode bagi pihak yg agak berkecukupan. Sepertinya hobby dan mode yg dmkn ini tak ada yg salah, sah2 saja, dia tdk merugikan orang lain. Bahkan mungkin memperlaris penjualan tas. Akan bermasalah jika penampilan "si serasi" dg tas, gaun, asesoris bermaksud pamer, berbangga bahwa dianya punya banyak tas jinjing, tas sll serasi. Lbh bermasalah lagi bila "si serasi", mencela orang lain yg lantaran tak punya banyak tas, tampil di aneka kesempatan tas jinjingnya itu2 saja. Lantas berkomentar sambil nunjuk dg kerlingan mata diikuti penunjuk bibir: "Bu itu tasnya itu melulu". Jangan pula sampai masuk kelompok orang ber-megah2 spt diingatkan Allah dlm (QS. At-Takatsur ayat 1 dan 8). اَلْهٰٮكُمُ التَّكَا ثُرُ ۙ "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu," ثُمَّ لَـتُسْئَـلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ "kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)." Juga jangan sampai perilaku menyediakan barang2 keperluan menjurus kpd mubadzir/pemborosan. Sebab mubadzir/pemborosan adlh: اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَا نُوْۤا اِخْوَا نَ الشَّيٰطِيْنِ ۗ وَكَا نَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra' ayat 27). Semogalah Allah membimbing kita agar tdk menjadi pribadi yg boros, yg berlebih-lebihan. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَاِ سْرَا فَنَا فِيْۤ اَمْرِنَا وَ ثَبِّتْ اَقْدَا مَنَا "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami" آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Rabiul Awal 1443 H. 17 Oktober 2021. (854.10.21).

Friday 15 October 2021

PENGAWASAN TUHAN.

Idealnya setiap diri dalam berbuat amal apapun selalu merasa Tuhan mengawasi gerak geriknya. Dengan begitu apabila di suatu ketika dihadapkan ke suatu kesempatan berbuat tidak senonoh, atau korup, langsung ingat bahwa Tuhan dekat dan selalu mengawasi, maka tentu saja perbuatan jahat dan korup tersebut akan diurungkan untuk dilaksanakan. Semboyan ini, slogan ini gampang sekali untuk dinasihatkan kepada orang. Tetapi tidak gampang untuk dilaksanakan...... Agar setiap insan selalu merasa diawasi oleh Tuhan. Terlaksana/terkondisi agar diri selalu merasa diawasi Tuhan paling kurang ada 2 (dua) kondisi penting: 1. Diri selalu mengingat Tuhan. 2. Didukung system di masyarakat. ad. 1. Selalu mengingat Tuhan...... Apapun agama dan keyakinan selalu ingat Tuhan, mrpkn filter kejahatan. Bagi Islam, sarana mengingat Allah dpt berupa rajin membaca Al-Qur'an, berdzikir, sekurang2 nya taat shalat, karena dengan demikian dirinya selalu berdzikir (ingat Allah) di saat shalat, paling kurang 5 waktu. Karena di dlm shalat juga tercakup dzikir (takbir, tahlil dan tahmid), sekaligus membaca ayat Al-Qur'an. Kejahatan selalu terjadi bersatunya "niat buruk" dan "peluang". Niat buruk dpt diredam dg mengingat Allah.........Sedangkan peluang terbendung bila didukung system yg baik serta terkontrol. Manakala ditempat pekerjaan ketika mulai pagi menjelang dzuhur ada peluang berbuat amal buruk. Diri ingat bahwa ketika shalat subuh berdialog dengan Allah. Begitu selanjutnya diperbaharui lagi mengingat Allah ketika Dzuhur dan kembali berkegiatan lagi dan jika bertemu lagi dengan peluang beramal buruk, teringat baru saja "bertemu" Allah shalat dzuhur dan seterusnya, begitu pula berbisnis apapun,  sampai ashar dan maghrib, merasa tidak lepas dari pengawasan Allah. Bagi ummat Islam perintah mengingat Allah diikuti jaminan bahwa dengan mengingat Allah terhindar dari berbuat keji dan mungkar, tersurat jelas di (QS. 29 Al-'Ankabut ayat 45): اُتْلُ مَاۤ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَ قِمِ الصَّلٰوةَ    ۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ   ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." ad. 2 System dalam masyarakat..... Mungkin pembaca berkomentar,..... aah........ itu para koruptor kan shalatnya taat, tiap waktu tak pernah tinggal. Para koruptor kadang haji lebih sekali, umrah saban tahun. Tapi kenapa masih saja korupsi…………..? Dlm hal ini ybs mungkin hrs koreksi diri ada masalah dlm shalatnya, tidak memenuhi syarat khusuk. Karena bila khusuk maka dg shalat akan merasa berdialog dengan Allah. Kalau tidak khusuk maka jadilah seperti yg diingatkan Allah di surat Al Hadid ayat 16: ۞ أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَـٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌۭ مِّنْهُمْ فَـٰسِقُونَ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. Karena tidak khusuk, hati tidak tunduk kepada Allah, maka hati akan menjadi keras sehingga diri tidak sanggup melawan bujuk rayu syaitan. Oleh karena itu perlu ada system yang diterapkan agar pengawasan Allah itu dapat diwakili oleh manusia terutama yang punya otoritas, sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Betul memang; khusuk perkara hati masing2, tak tampak oleh orang lain, tak dpt dikontrol oleh system apapun. Namun dengan adanya system yg mengontrol pelaksanaan ibadah, meskipun semula mungkin ada diri yg merasa terpaksa, secara terus menerus akan menjadi kebiasaan bagi diri ybs dan lambat laun khusuk akan terbangun. Bagi kita ummat Islam, sebagai contoh system di masyarakat di Makkah dan Madinah, misalnya; Ketika adzan sudah berkumandang, setiap kegiatan bisnis dihentikan. Pedagang tidak mau lagi menerima pembayaran dari pembelinya, walau sudah putus harga, dagangan diselimuti hanya dengan kain tanpa menutup toko, pedagang pergi shalat berjamaah ke masjid. Apa sebab demikian, antara lain ada aturan, system yang baku di kedua kota tersebut. Bila seorang pedagang kedapatan menerima transaksi ketika azan sudah dikumandangkan, akan dianggap melanggar hukum dan dikenakan denda yang tidak sedikit. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Begitu pula hendaknya di dalam tatanan kemasyarakatan hendaklah ada system sedemikian rupa sehingga setiap orang bertransaksi apapun, mengurus surat menyurat atau perizinan, mengikuti tender, melaksanakan pembangunan gedung. Pokoknya dalam interaksi apapun ada suatu system sehingga setiap orang merasa diawasi Allah baik oleh dirinya sendiri, maupun oleh system. Semoga semakin hari ibadah kita semakin baik dan khusuk, selalu merasa diawasi Allah setiap saat dan tempat sehingga tidak tega berbuat maksiat dan kecurangan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 8 Rabiul Awal 1443 H. 15 Oktober 2021. (853.10.21).

Wednesday 13 October 2021

KERUGIAN BERIBADAH.

Ikhlas begitu penting dalam beramal, jika tidak ingin merugi kelak di akhirat nanti. Amal yang tidak ikhlas, akan sia2 tak berfaedah apapun untuk kehidupan akhirat. Ikhlas akan suatu amal yang telah dilakukan hendaknya berupa ikhlas yang permanen sebab ada kalanya suatu amal semula ikhlas, seiring berjalannya waktu berubah menjadi tidak ikhlas. Amal yang demikian itu namanya amal yang dibatalkan. Berbicara soal batalnya suatu amal-ibadah, dapat digolongkan 3 (tiga) jenis “Batal” yaitu: 1) Sejak semula batal, karena tidak memenuhi syarat dan rukunnya. 2) Batal karena tujuannya bukan hanya karena Allah. 3) Dibatalkan sendiri; semula amal sudah sesuai syarat dan rukun, sudah tujuan hanya untuk Allah, tetapi belakangan di sebut-sebut. Boleh jadi untuk berbangga, tak jarang karena kecewa, kesal. ad. 1. Sejak semula batal …….. Amal-ibadah; baik ibadah sosial maupun ibadah ritual, mempunyai syarat dan rukun yang harus diikuti agar ibadah tersebut tidak batal. Ibadah sosial misalnya; menyumbangkan harta untuk kemaslahatan orang banyak, membangun tempat ibadah, membangun tempat pendidikan menyantuni orang miskin-yatim piatu. Syarat utamanya adalah dari rezeki yang diperoleh secara halal. Ibadah ritual harus sesuai tuntunan Allah dan Rasulnya: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَد “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718). Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik).“ (HR. Muslim no. 1015). Tidak sedikit orang yang merasa, atau terlihat begitu banyak amal kebaikan dibuatnya tetapi:….. اَ لَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا "(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya." (QS. 18 = Al-Kahf ayat 104) ad. 2. Tujuan bukan untuk Allah…... Adapula orang yang merugi atas amalnya di akhirat nanti. Orang yang semasa hidupnya banyak berbuat amal kebaikan tetapi amal tersebut batal. Karena niatnya bukan untuk Allah. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 264: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِا لْمَنِّ وَا لْاَ ذٰى ۙ كَا لَّذِيْ يُنْفِقُ مَا لَهٗ رِئَآءَ النَّا سِ وَلَا يُؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَا نٍ عَلَيْهِ تُرَا بٌ فَاَ صَا بَهٗ وَا بِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْـكٰفِرِيْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." Ad 3. Dibatalkan sendiri………… Dapat saja terjadi semula amal dilakukan ikhlas karena Allah, seiring berjalan waktu, amal tersebut semula sudah dilupakan. Disebabkan sesuatu hal amal tersebut teringat kembali. Misalnya sebuah sekolah dimana ketika membangunnya puluhan tahun yang lalu dialah pelopornya, penyandang dana utama. Dengan maksud agar tak diketahui orang amalnya, dia tidak masuk namanya ketika yayasan dibentuk. Kini sekolah tersebut jadi sekolah unggulan, penerimaan siswa hrs melalui di test masuk. Pas cucu minat jadi siswa sekolah tsb. sayangnya si cucu tak lolos test masuk. Si kakek "sayang cucu" datang ke sekolah, di sekolah tak satupun orang mengenal si kakek, jawabnya "maaf cucu bapak tak diterima". Si kakek tanya siapa pengurus yayasan; disebutkan sederet nama, tak satupun yg dia kenal, sdh berganti seiring waktu. Si kakek sempat kesal, lalu menyebut bahwa dialah pelopor dan penyandang dana terbesar membangun sekolah ini. Seorang ustdaz telah jadi pengajar tetap selama puluhan tahun di sebuah masjid besar. Karena pengurus silih berganti, pengurus baru punya kebijakan mendatangkan ustadz-ustadz dengan metode mengajar lebih kekinian. Ustadz lama merasa kecewa mengungkit kembali bahwa dianya sudah jadi pengajar di masjid tersebut sekian puluh tahun, bahkan dulu dengan honor ngajar yang minim, kini setelah masjid makmur dana berlimpah, malah dia sebagai ustadz senior kurang dihargai. Si ustadz mengukit jasa beliau selama ini. Ini salah satu model “membatalkan amal” lantaran kecewa. Masuk juga dalam ayat yang dipetik di atas (Al-Baqarah 264). Semoga amal ibadah kita diterima Allah, tidak ada yg batal atau sengaja maupun tidak sengaja terbatalkan sendiri oleh diri kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 7 Rabiul Awal 1443 H. 13 Oktober 2021. (852.10.21).

Friday 8 October 2021

Menjemput Takdir.

Tanpa aplikasi, tau2 kita ini hidup, dengan demikian tak dpt memilih di negara mana kita lahir. Tak dpt memilih jenis kelamin apa kita dilahirkan, tak dpt pesan dilahirkan dari keluarga kaya atau miskin, berpangkat atau rakyat biasa. Tak pernah minta kapan dilahirkan. Tak pula tau kapan tutup usia. Inilah suatu takdir yg sdh tak dpt dirubah, sudah ketetapan mutlak dari Yang Maha Kuasa. Tapi dlm kehidupan sesudah lahir, besar dan dewasa ada takdir berupa keberuntungan masing2 orang. Sebut saja takdir ini adlh "takdir ikhtiar", karena terjadinya melalui campuran berbagai faktor: 1. Usaha yg bersangkutan. 2. Dukungan orang lain. 3. Ditentukan situasi dan kondisi. 4. Do'a yang dikabulkan Allah. 4 (empat) faktor diatas menentukan "Bagaimana hidup ini" dijalani dalam rangka "Menjemput Takdir" Misalkan semula kehidupan ini miskin. Takdir ini insya Allah dpt diubah melalui ikhtiar, berusaha keras, bekerja tekun dengan dukungan orang lain, situasi dan kondisi yg memungkinkan, diikuti do'a yg di ijabah Allah akan keluar dari kemiskinan. Usaha saja tanpa dukungan orang lain, manusia tak dpt mengubah takdirnya. Usaha dibidang apapun meraih sukses, harus ada campur tangan orang lain. Pedagang tanpa pembeli akan bangkrut. Sekolah tak mungkin tanpa guru. Sukses berkarier di suatu instansi, tak mungkin masuk di instansi tsb jika tdk melalui proses recruitment (oleh orang lain). Politikus tak ada artinya tanpa massa pendukung.......dll. Tak cukup usaha dan dukungan, faktor berikut adlh situasi dan kondisi sangat menentukan "takdir ikhtiar". Mengacu kpd kisah nabi Yusuf di dlm Al-Qur'an; Nabi Yusuf ndak kan sampai jadi pejabat di negeri Mesir kalaulah tidak ada faktor orang lain: Dibuang ke dalam sumur, ditemukan oleh musafir. Dijual dipasar budak, dibeli pejabat tinggi Mesir, digoda istri pejabat, masuk penjara. Teman sepenjara tau Nabi Yusuf pandai menakwilkan mimpi. Kesuksesan Nabi Yusuf datang, karena situasi dan kondisi; Karena bawaan tampan, istri majikan yg pejabat itu tertarik menggoda, masuk penjara, teman sepenjara stlh bebas jadi pelayan Raja..... Raja bermimpi, ditakwilkan bakal ada musim panen berlimpah 7 tahun dan paceklik 7 tahun. Situasi kondisi ini menjadikan Nabi Yusuf berubah takdirnya dari orang yg dibenci oleh saudara2nya sampai dibuang di sumur, menjadi orang yg sangat dihormati oleh saudara2nya. Sampai kpd takdir saudaranya bersujud dg penuh hormat. وَرَفَعَ اَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوْا لَهٗ سُجَّدًا "Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk bersujud kepadanya (Yusuf).........." (QS 12 = Yusuf ayat 100). Semua kesuksesan Nabi Yusuf juga berkat usahanya, dengan arif mengelola BULOG nya Mesir di jaman itu, tetapi tdk terlepas dari do'a2 beliau: Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: قَا لَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْۤ اِلَيْهِ ۚ وَاِ لَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَ كُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ "Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh."" (QS. 12 = Yusuf ayat 33) رَبِّ قَدْ اٰتَيْتَنِيْ مِنَ الْمُلْكِ وَ عَلَّمْتَنِيْ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَ حَا دِيْثِ ۚ فَا طِرَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۗ اَنْتَ وَلِيّٖ فِى الدُّنْيَا وَا لْاٰ خِرَةِ ۚ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِا لصّٰلِحِيْنَ "Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh."" (QS. 12 = Yusuf ayat 101). Demikianlah Bagaimana Hidup ini dijalani dlm kaitan menjemput takdir. Intinya harus giat berusaha, hubungan baik sesama manusia, tunduk/tapi berupaya sesuaikan dengan SIKON, tidak lupa memohon yg terbaik dari Allah sebagai pemilik takdir. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk dunia dan akhirat kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 29 Safar 1443 H. 7 Oktober 2021. (850.10.21).

Tuesday 5 October 2021

HIDUP ini untuk APA?.

Kehidupan ini bila dipertanyakan akan dpt diajukan beberapa pertanyaan: 1. "Untuk apa hidup ini?" biasanya bermaksud mengetahui "tujuan". 2. "Bagaimana hidup ini?" guna mengetahui cara mencapai "tujuan" tsb. 3. "Berapa lama hidup ini?", suatu perkiraan durasi, guna merancang step2 pencapaian tujuan. 4. "Akan kemana sesudah hidup ini". Supaya jelas tempat yg akan dituju nanti sesudah hidup ini. 5. "Siapa yg membuat hidup ini". Di kesempatan ini, karena keterbatasan ruangan, mari kita ungkap "Untuk apa hidup ini?". Pertanyaan tsb mendpt jawaban yg beragam. Tergantung kelompok penjawab. Bagi kelompok yg percaya ada kehidupan ssdh mati menjawab bahwa hidup ini untuk beramal kebajikan yg nanti akan mendapat balasan kebaikan di akhirat nanti. Bagi ummat muslim tujuan hidup tercakup dalilnya di Al-Qur'an surat 51 = Adz-Dzariyat ayat 56: وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". Mengabdi kepada Allah, yaitu menta'ati perintah Allah. Manusia dalam upayanya mengabdi kepada Allah banyak penghalang. Penghalang yg paling utama adalah Syaitan. Manusia selalu digoda oleh Syaitan melalui hawa nafsu, menguber kubutuhan dunia, sementara itu timbul kemalasan bahkan lupa, menjadi lemah semangat dalam mengabdi kepada Allah, mengumpulkan bekal ke akhirat dalam wujud ibadah kepada Allah. Menyiasati godaan Syaitan, kaum muslim selalu melakukan pencerahan iman secara terus menerus, dengan mendalami Al-Quran, menyimak mutiara-mutiara sabda Rasulullah, merenungkan ucapan hikmah para ulama. Saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman walau yang kita tau hanya sedikit. Diantaranya melalui tulisan seperti sekarang ini. Pembaca yang berbahagia, ada 3 (tiga) prinsip dasar pengabdian kepada Allah yaitu: Prinsip PERTAMA, prinsip mengutamakan kebahagiaan kehidupan akhirat. Prinsip ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akhirat. "وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ......." "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,....." Perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akhirat bukan berarti dalam mewujudkannya kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja. "..... وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا......" ".....tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia,......." Sebab amal akhirat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan akhirat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi. Umpamanya shalat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin, bukanlah semata-mata sebagai amal akhirat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah dan Rasul-Nya, secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Al-Qur'an surat 29 = Al-Ankabut ayat 45: وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ".........dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar......." Dengan demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini. Begitu juga dengan infak dan shadaqah, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akhirat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan. Prinsip KEDUA, prinsip "ahsin" yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. ".......وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ ......." "......dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,....." Bila seseorang menanamkan prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan selalu berbuat kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu berusaha berbuat baik dan berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari. Orang beriman yakin betul bahwa tak ada satu katapun yg terucap menguap hilang begitu saja. مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. 50 = Qaf ayat 18). Tak ada satu gerakpun yg luput dari catatan, rekaman video Allah melalui malaikat: اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَا لِ قَعِيْدٌ "(lngatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." (QS. 50 = Qaf ayat 17). Maka orang beriman akan selalu tampil dalam kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu berguna bagi orang banyak walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi. Prinsip KETIGA,  adalah prinsip "walaa tabghil fasada fil ardh" yaitu prinsip untuk tidak berbuat kerusakan. "....... وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ......." "...........dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi........." Bila prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akhirat kelak. Ketiga prinsip pengabdian kepada Allah tersebut tersusun jelas pada firman Allah di surat 28 = Al-Qasas ayat 77: وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. 28 = Al-Qasas ayat 77). Dari ayat ini kita dapat mengambil 3 petunjuk penting dari Allah, tentang prinsip yang perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini yaitu: 1. Utamakan kehidupan akhirat, dengan sarana kehidupan di dunia 2. Senantiasa harus menabur kebaikan, selama hidup di dunia 3. Jangan berbuat kerusakan di muka bumi. Semoga kita semua senantiasa memahami untuk apa kita ini hidup, kemudian sanggup mencapai tujuan hidup yg hakiki tidak tergoda rayuan Syaitan, dapat menegakkan prinsip2 pengabdian kepada Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Safar 1443 H. 5 Oktober 2021. (850.10.21).

Saturday 2 October 2021

TERGERUS KEMAJUAN.

Kemajuan adalah keinginan setiap diri, setiap masyakat, setiap negara bahkan dunia. Makanya ada istilah negara maju, negara sedang berkembang. Namun tak urung setiap kemajuan mesti ada mata usaha yg tergerus. Salah satu contoh: Ketika kemajuan teknologi komunikasi bgt pesat, banyak kegiatan usaha jadi tergerus. Bila diceritakan kpd cucu kita kelahiran tahun 2015, mereka tidak pernah tau lagi apa yg disebut WARTEL dan WARNET. Kini mereka berkomunikasi sdh di era whatsapp, virtual; cukup di rumah. Usaha Wartel dan Warnet sdh lama hilang tergerus oleh kemajuan teknologi. Teknologi transportasi darat di dalam kota juga mengalami perubahan yg demikian pesat dengan aplikasi on line. Menggerus usaha pertaksian, angkot, ojek pengkolan. Satu diantaranya "Bajay". Sepertinya angkutan darat dlm kota yg satu ini, tak banyak kota memilikinya. Tapi di Jakarta, sudah lama ada itu "Bajay", sejak 1975. Karena unik dan keberadaannya hanya di Jakarta??, Dulu; Ketika menjadi pengajar intern pendidikan di Kantor Pusat instansiku di Jakarta, kpd peserta dari daerah sering ku tanyakan: "sudah naik Bajay???". Lalu kutanya lagi: "apa beda Bajay dg kura2??". (sbg intermezo pengusir ngantuk peserta). Beda utama Bajay dg Kura2, ketika di stop. Bajay di stop kepala pengemudi keluar, untuk mendengarkan calon penumpang mau kemana, sekalian tawar menawar tarif. Kura2 di stop langsung kepalanya masuk untuk melindungi diri. Kini demikan jarang orang nyetop Bajay. Pengemudi Bajay umumnya membawa Bajay bukan miliknya, milik "juragan". Sekarang sdh semakin sulit nutup setoran kpd "juragan", meskipun kini "juragan Bajay" sdh turunkan jumlah setoran separo dari sblm adanya transportasi on line. Tarif Grab misalnya; sekarang 2.300rp/km., jarak dekat kadang cuman belasan ribu. Pake AC lagi. Lbh murah dari tarif Bajay. Foto yg sempat kuambil ini, seorang pengemudi Bajay mungkin kecapean, ngantuk......, sudah ngider ke-mana2......., belum memadai dpt penumpang, .. ..milih naikkan Bajay ke trotoar dan Tidur dg pulasnya. Dia tak terusik dg deru kendaraan yg lalu lalang, apalagi dg derap sepatu olahraga ku jalan di samping Bajaynya di pagi itu. Mungkin saja dia sdh merangkai mimpi bahwa setoran hari ini sdh terlampaui. Yang jelas sampai putaranku olahraga jalan, kembali ketempat itu 45 mnt kemudian, Bajaynya sdh pergi, mungkin "abang Bajay" ngider mencoba peruntungan cari penumpang. Pembaca yg mungkin saat ini sdg mencari nafkah di bidang usaha yg mirip,...... hampir tergerus oleh kemajuan teknologi, smg Allah beri jalan menemukan jalan usaha dibidang lain. Jika blm ketemu bidang usaha baru, bersabarlah. Yakinlah Allah akan memberi rezeki, jangankan kepada kita sbg makhluk yg mampu berikhtiar lbh leluasa, sdg kpd makhluk hanya sanggup bergerak karena bernyawa Allah beri rezeki: وَكَاَ يِّنْ مِّنْ دَآ بَّةٍ لَّا تَحْمِلُ رِزْقَهَا ۖ اللّٰهُ يَرْزُقُهَا وَاِ يَّا كُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ "Dan berapa banyak makhluk bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (QS. 29 = Al-'Ankabut ayat 60). Untuk pembaca yg usahanya tdk tergusur oleh kemajuan tehnologi, juga buat pembaca yg justru tak berusaha lagipun masih terpenuhi kebutuhan hidup, boleh jadi dari pendapatan pensiun atau urunan anak2. Menengok nasib sebagian dari saudara kita dikisahkan di atas, mari kita tingkatkan syukur kita, dg banyak beramal dan berbuat kebaikan untuk sesama. Semoga Allah menguatkan iman dan taqwa kita dlm kondisi apapun juga. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Safar 1443 H. 2 Oktober 2021. (849.10.21).