Friday 26 January 2018

Akibat Ucapan Buruk.

Sreet............. tiba-tiba mobil sedan itu ngerem selanjutnya memperlambat jalannya. Kontan beberapa sepeda motor yg dibelakangnya ikut ngerem.
Setelah mobil jalan, salah satu motor yg tadinya di blkng mobil, mendahului mobil langsung stop sebentar di depan mobil. Pengendara yg membonceng temannya itu di depan mobil nyumpah serapah mengeluarkan "ucapan buruk" yg tak pas ditulis disini. Sementara si pengemudi mobil nampaknya diam saja tak bereaksi. Agaknya kalah gertak dan ngeper maklum dia sendiri. Dan sepeda motorpun stlh puas meluncurkan ucapan buruknya langsung berlalu dan lalu lintas di jalan yg kulalui olah raga jalan kaki di pagi itu lancar kembali.
Seekor anak kucing hitam pecah kepalanya di tempat bekas di lalui mobil itu. Ketika kulewat tubuhnya masih menggeliat meregang nyawa. Tak mungkin jiwanya terselamatkan karena otaknya putih keluar nempel di aspal. Rupanya si mobil ngerem tadi lantaran berusaha menghindari anak kucing nyebrang jalan. Dimasyarakat kita para pengendara selalu berusaha menghindari nabrak kucing. Walau lantaran minghindari kucing terjadi kecelakaan lain justru korbannya manusia. (Karena ada smcm mitos; tak kita bahas ditulisan ini).
Ahlak seorang yng beriman harusnya tidak meluncur dari mulutnya ucapan buruk yg membuat orang lain terhina, tersinggung perasaannya. Tidak ada sepatah katapun yg keluar dari mulut ini hilang menguap begitu saja, stlh diucapkan melainkan terekam dlm "flash disk Allah".
Vedio nya akan diputar kelak di mahkamah Allah, lengkap tak kurang sepenggal katapun segerak adeganpun.
Dlm case tadi, orang yg memaki dg orang yg dimaki jelas tidak saling kenal. Padahal segala kesalahan yg blm klar dimaafkan sesama manusia didunia ini akan diselesaikan diakhirat nanti. Semua dosa kpd Allah dpt minta ampun kpd Nya. Sdg dosa dg manusia hrs mndptkan maaf dari ybs. Lantas bgmn si pemaki neminta maaf ke yng dimaki, karena tidak tau kemana hrs dicari, sebab tidak saling kenal.
Kita kutip hadist riwayat Muslim dari Abu Harairah r.a. sepenggalnya a.l.:
" ....................Inilah orang yang bangkrut. Ia sudah melakukan berbagai kebaikan di dunia, namun karena pernah melakukan berbagai kezaliman, maka amalan kebaikannya digerogoti oleh kezalimannya.

Ia datang di akhirat nanti membawa pahala shalat, zakat, haji, bakti kepada orang tua, sedekah dan berbagai amalan lainnya yang banyak, namun karena pernah mencela orang lain tanpa alasan syar'i, maka berkuranglah pahalanya
Bila di termaki tdk redha atas ucapan buruk itu, maka kelak akan terjadi seperti informasi hadits di atas dan si pemaki berpotensi bangkrut. Patut kIranya hati-hati mengucapkan kata-kata cacian makian, utamanya di jalan raya seperti kasus di atas.

MENGUKUR sikap kita kpd yg LEMAH

Seharian tukang sol sepatu berkeliling kampung memikul alat-alatnya sambil mulutnya berteriak has “Sol Sepatu”. Kita yang bersangkutan minta menjahitkan atau mengelem sepatu yang terbuka solnya padahal keadaan sepatu masih baik.
Tentu saja teriakan spt ini hanya terdengar di komplek perumahan kampung lama di Jkt. Sebab dikomplek rumah mewah si tukang sol sepatu ogah masuk karena penghuninya kalau sepatunya cacat sedikit langsung dibuang. Kadamg juga sepatu yg sdh bosan makenya juga dibuang atau dibuat koleksi. Ndak bakalan ada yg ngesolkan sepatu atau jaitkan sandal di perumahan mewah. Lagian tukang sol sepatu mungkin ndak diijin kan masuk oleh Satpam penjaga gerbang.
Agaknya tulisan ini kena dibaca bukan penghuni rumah mewah.
Bila ada rezeki si tukang sol sepatu ada yg minta jaitkan, reperasi sandal/sepatunya. Jasa tukang sol tersebut ditawar habis, sampai akhirnya si tukang sol yang lemah posisi tawarnya, harus menyerah dengan tawaran pemilik sepatu, daripada ndak ada kerjaan hari ini “belum dapat penglaris” katanya.
Hal serupa bila menjahitkan retsleting celana rusak atau ada pakaian anda perlu dijahit dengan penjahit keliling.
Bandingkan bila anda membayar jasa parkir ketika masuk di mall, tanpa dapat menawar anda harus membayar puluhan ribu karena parkir anda sekian jam, hebatnya lagi kalau mobil anda parkir 4 jam lebih beberapa menit maka dibeberapa tempat parkir dihitung menjadi 5 jam. Andapun tak pernah dapat protes, padahal pengelola parkir dan gedung adalah orang kaya-raya.
Antara Pizza dan Makanan Gerobak
Kitapun juga lebih suka memesan dengan telepon dari rumah untuk diantarkan sekotak Pizza, ketimbang menghentikan Makanan Grobak yang didorong oleh si ekonomi lemah. Padahal mereka lebih butuh akan lakunya dagangan mereka. Sedangkan outlet Pizza dikelola pengusaha kaya dan harganyapun lebih mahal ketibang makanan grobak, semisal sate, siomay, ketoprak dll.
Seharusnya minimal untuk menerapkan kepedulian kita kepada yang lemah, dari pada membeli Pizza mendingan lariskan pedagang kecil. Sudahkan anda peduli dengan mereka, jika anda karena sesuatu penyakit sehingga ada larangan makan dari makanan gerobak, setidaknya dalam hati anda berdo’a semoga orang yang mencari rezeki halal ini, dimudahkan Allah, dilariskan dagangannya. Ketahuilah do’a anda yang tak diketahui orang yang di do’akan lebih manjur, karena dilaksanakan dengan tulus.
Itu sebagian kecil contoh sikap sebagian kita terhadap orang lemah. Semakin terbalik cara bersikap kita terhadap orang lemah ini, maka semakin jauhlah kita dapat MENGENTASKAN kemiskinan dan bahkan mungkin-mungkin malah dapat MENETASKAN KEMISKINAN.
Semoga kepedulian kita kepada pihak yang lemah selama ini dapat dikoreksi, bila kebetulan sebagian kita berperilaku yang kurang berpihak kepada yang lemah dan bahkan dermawan kepada pihak yang kuat. Baik sama kita renungkan apakah perilaku kita itu sdh tepat. Wallahu a’lam bishawab.

KEMISKINAN mungkinkah DIENTASKAN

Ku sempat pernah berfikir, bahwa kemiskinan di dunia ini tak mungkin ditiadakan, sebab diinformasikan Allah dalam kitab suci, bahwa adanya orang miskin. Lantas ada orang kaya, dimana si kaya diperintahkan harus menyantuni si miskin dengan sebagian kakayaan yang dimilikinya. Fikiran ku itu didukung logika, bahwa kitab suci kan berlaku sepanjang masa sampai kiamat, jadi logikapun sampai kepada kesimpulan bahwa orang miskin harus tetap ada. Kalau nanti misalnya sepuluh tahun kedepan di dunia ini ndak ada lagi orang miskin, nah bagaimana generasi yang akan datang, ketika dia membaca kitab suci yang di dalamnya disebut tentang orang miskin, padahal ketika itu ndak ada orang miskin. Jadi nanti ada komentar bagi yang lemah imannya “kandungan kitab ini, hanya kisah orang dahulu, buktinya ndak ada orang miskin”.
Fikiran dan logika ku ini selanjutnya terbantahkan oleh logika juga, di dalam ajaran agama (Islam), dalam banyak hal amal yang sangat baik diwujudkan dengan “memerdekakan Budak”. Banyak denda-denda pelanggaran pantangan agama, dengan “memerdekakan Budak”. Sampai-sampai ada fadhilah zikir sesudah shalat wajib, yaitu seperti yang dikatakan Abu Ayyub Al-Anshari, r.a. bahwa Rasulullah pernah berkata “SIAPA YANG MEMBACA: LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKALAH, 10 kali ssdh sholat wajib, maka seperti orang yang memerdekakan 4 jiwa (Budak) dari keturunan Nabi Ismail” Bulughul Maram (terjemahan) 1992:786. Berkat anjuran sangat kuat dari Islam untuk membebaskan Budak, walaupun ketika itu masih dilegalisir, berangsur-angsur perbudakan hapus di negeri-negeri Islam dan Alhamdulillah sekarang di duniapun kini hapus perbudakan. Sejarah harus mengakui bahwa pelopor pembebasan Perbudakan diawali oleh ajaran Islam.
Sandaran logika inipun, meyakinkan kita bahwa kemiskinanpun akan tertuntaskan di dunia ini, asalkan semua pihak terutama orang kaya mau menunaikan kewajibannya sebagai orang kaya, yaitu membagi kan sebagian rezeki yang diperolehnya kepada orang miskin. Semua yang wajib zakat, menunaikan zakatnya dan dikelola dengan baik oleh badan yang jujur, maka miskinpun akan dapat dituntaskan, bukan sebaliknya kemiskinan ditetaskan. Habisnya kemiskinan ini bukan hal yang belum pernah terjadi, sejarah mencatat bahwa di zaman ke Khalifahan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz, tidak terdapat orang miskin, sehingga tidak seorangpun menjadi mustahiq penerima zakat. Orang semua berzakat dihimpun di Baitul Mal, penggunaannya untuk kepentingan kemajuan negara, membangun infrastruktur. Salah satu syarat tentunya adalah pemimpin yang adil, hidup sederhana dan taqwa kepada Allah.
Sekarang tibalah giliran kita mengukur, sampai kemana sudah kepedulian kita kepada orang miskin yang sering diistilahkan kaum Duafa, kaum lemah, agar cita-cita kitab suci menghapuskan kemiskinan dapat terwujud.
Memenuhi undangan kaum lemah.
Perlakuan kebanyakan kita untuk kaum miskin:
Banyak diantara kita bila datang kondangan ke kaum miskin, seringnya memberikan sumbangan ke dalam “tempayan sumbangan” dengan uang, banter lima digit. Jarang yang memasukkan ke tempat sumbangan dengan enam digit.
Perlakuan kita thdp orang berada/terkemuka: Bila yang mengundang adalah orang terkemuka dan kaya maka amplop yang diberikan bukan saja lembaran enam digit kadang beberapa lembar diikuti kartu nama. Apa yang kita lalukan ini agaknya terbalik. Mestinya orang miskinlah yang diberi sumbangan lebih banyak. Sedangkan orang terkemuka dan kaya, mereka sudah berkecukupan untuk apa lagi ditambah oleh kita, cukup berikan sekedarnya saja.
Belanja di pasar tradisional;
Sangat getol menawar, sebegitu rupa kadang sampai si penjual dalam posisi yang mengalah, karena daripada tidak habis terjual, barang dagangannya dilepas walau untung sangat tipis bahkan rugi dari pada akan layu atau kedaluarsa. Dalam pada itu jika belanja di super market, tanpa tawar menawar, padahal super market milik orang kaya dan perekonomiannya kuat.
Giliran PILKADA barrulah si miskin berharga sebab disaat itu; kaya miskin, orang ternama dan rakyat jelata, wong cilik sama haknya.
Suara wong cilik diperlukan ketena memang populasi pemilih terbesar adalah justru wong cilik. Makapun setiap "penjaring suara" menyelipkan janji akan mengentaskan kemiskinan. Sebab kemiskinan memang sampai saat ini masih milik wong cilik. Wajar,.... tujuannya meraih sebanyak mungkin suara wong cilik. Siapa yg berhasil mengambil hati wong cilik dialah yg bakal menang. Smg wong cilik menjatuhkan pilihannya kepada calon pemimpin yg mendekati sifat Umar bin Abduazis seperti ditulis atas (berhasil mengentaskan kemiskinan). Dianya hidup sederhana dan taqwa kepada Allah shg rakyatpun taat kpd pemimpinnya dan rakyat juga menjadi taqwa, dg demikian Allah memenuhi janjinya:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْاَرْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 96)
Wain yakun shawaban faminallah. Wa in yakun khathaan faminni waminanassyaitan,. Wallahu warasuluhu bari ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datang dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti datangnya dariku sendiri dan dari syaitan. Allah serta RasulNya berlepas diri daripadanya)

Karunia di usia 60 tahun

Karunia di usia 60 tahun
Usia Harapan Hidup penduduk negeri kita di tahun 2004; 68,6 th. Tahun 2015 naik jadi 70,8 th. Perkiraan tahun 2016 UHH WNI; 72, 2 th.
Dari data di atas rata-rata hidup kita lebih 60 th maka baik kita teruskan pembicaraan kelompok usia dikaitkan dg karunia Allah di kelompok usia. Kolompok 40 dan 50 th sdh dibahas di tulisan sblm ini. Kini kita bahas karunia Allah usia 60.
Umur 60 agaknya sdh lebih setengah umur. Jika ybs bekerja di institusi formal usia 60 sdh msk mssa pensiun.
Di usia ini kegiatan mengejar harkat, martabat, pangkat, dan harta sepertinya sdh mengendor. Maka wajarlah kalau seyogyanya banyak waktu terluang buat pendekatan diri kepada Allah untuk persiapan pulang ke akhirat. Sebab kalaulah pakai rata rata usia tertinggi 72.2 th paling masa hidup bagi yg sdh 60 th tinggal 12, 2 th lagi.
Tepatlah H.R. Imam Ahmad dari Anas bin Malik "Maa min 'abdin (mu'amarin) ya' muru fil Islam: waiza balagha sittiina sanatan razaqahullahul inaabata ilaihi bima yuhibbu. Terjemahan bebasnya "Bila seorang hamba konsisten dlm menjalankan Islam sampai mencapai usia 60 th Allah anugrahkan kepadanya sifat kecendrungan hasyrat untuk mendekatkan diri kepada Allah".
Pada usia 60, manusia sdh sering terbangun tengah malam lantas ndak dpt tidur lagi. Orang yg tergolong "maa min abdin", akan memanfaatkan untuk shalat tahajud, untuk berzikir kpd Allah, untuk bertaubat.
Sementara itu umumnya orang yg sdh berusia masuk 60 th itu akan berperilaku:
* Berpakain serta berdandan sdh sekadarnya, tdk lagi untuk maksud agar menarik perhatian
* Makan, minum tdk berlebihan karena sdh ada pantangan, berbelanja barang hanya yg diperlukan untuk mendukung amal salih.
* kawan dekatnya biasanya orang yg baik-baik, sering mengajak untuk menambah iman, ilmu dan amal.
* Jauh dari kegelisahan, keluh-kesah dan kesal dengan kehidupan sehari-hari. Selalu penuhi diri dengan rasa sabar dan bersyukur. Sdh ihlas menerima apa adanya.
*ybs banyak berdo'a mengharap keredhaan ALLAH agar Husnul Khatimah dan dijauhkan dari Su'ul Khatimah.
*Ybs mulai banyak menambah ilmu agama, mengingat kematian dan siap hadapinya.
*Kerap menjalin silaturrahim dan merapatkan hubungan yang mungkin renggang sebelumnya.
* Berupaya mengingat terus kesalahan kpd org lain selanjutnya minta maaf dan berbuat baik terhadap pihak yang pernah dizalimi.
* Meningkatkan amal soleh terutama amal jariah yang dapat terus memberi pahala dan syafa'at setelah dia mati. Berhenti berbuat yg dilarang Allah. Kl ada hutang sgr melunasinya atau berwasiat kpd waris terutama ttg hutang kl blm sanggup dibayar, agr melunasinya kl mati nanti.
*Dlm pada itu memaafkan kesalahan orang kepadanya walau seberat apapun kesalahan itu.
* Selalu berbaik sangka kepada ALLAH atas segala sesuatu yang terjadi dan menimpa dirinya. Serta memenuhi terus hati dan lisan nya dengan istighfar & taubat untuk dirinya sendiri. Diikuti memintakan ampunan buat kedua orang tuanya dan semua orang yang beriman, di setiap saat, waktu dan keadaan.
Pertanyaan, kalau belumlah melekat didiri orang berusia 60 th keatas perilaku tsb diatas, mungkin ini berarti karunia Allah tersebut belum sampai padanya jalan keluarnya harus di jemput.
Bgmn menjemputnya???. 2 syarat utama: pertama; beriman dan yg kedua; mengerjakan kebaikan, maka Allah akan melimpahkan karuniaNya seperi ayat berikut:
فَاَمَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُوَفِّيْهِمْ اُجُوْرَهُمْ وَ يَزِيْدُهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖ ۚ وَاَمَّا الَّذِيْنَ اسْتَـنْكَفُوْا وَاسْتَكْبَرُوْا فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا اَ لِيْمًا ۙ وَّلَا يَجِدُوْنَ لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا
"Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sedangkan orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 173)

Friday 19 January 2018

Kenapa kurang tertarik jadi pengusaha dan konsomptif

Bapak si DIDI & ANAK Mak SERINAM.
Yang seumurku smg masih ingat buku bacaan waktu di kelas 3 SR. Ketika itu kebanyakan murid SR (sekolah rakyat) baru lancar membaca di kelas 3, mungkin lantaran blm ada PAUD dan TK. Masuk SR pun rata-rata udh umur 6 thn lebih bahkan 7 th stlh di tes phisik oleh sekolah, waktu mendaftar si anak hrs sdh dpt memegang kuping kiri dg tangan kanan, memegang kuping kanan dg tangan kiri melalui tengah kepala.
Buku bacaan kami murid SR mengenalnya buku "SI DIDI".
Di antara redaksi buku bacaan itu yang masih ku ingat:
* Ini si Didi .......
* Si Didi duduk.......
* Itu bapak si Didi ......
* Bapak si Didi pulang dari pasar .....(dilengkapi gambar si bapak pake kopiah naik sepeda)
* Ia membeli pisang ........(di stang sepeda dlm gambar tergantung sesisir pisang).
Apakah ini asal muasal kenapa generasi ku kebanyakan berpola pikir suka membeli ketimbang menjual. Karena dicontohkan oleh bapak si Didi "membeli pisang". Jadi segala produk baik pertanian, industri semuanya lebih baik membeli dari pada memproduksi sendiri.
Ada si contoh perilaku "niaga" y.i. cerita di serial bacaan SR waktu itu, kisah Anak Mak Serinam". Samar samar dlm ingatanku ceritanya begini:
Mak Serinam punya seorang anak lelaki usia belasan tahun. Mak Serinam nyuruh anaknya pergi ke pasar di kota untuk menjual dua ekor ayam jago. Dikisahkan bahwa si anak tergolong dungu. Lantaran tau keterbatasan anaknya; mak Seriman mengarahkan anaknya dg serangkaian dialog. Bila nanti ketemu orang atau calon pembeli di kota nanti.
Kalau nanti ada yg nanya "kau anak siapa". Jawabnya "anak mak Serinam".
Selanjutnya bila orang bertanya "apa yang engkau bawa" jawablah "dua ekor ayam"
Jika ditanya "berapa harga ayam itu" jawablah "tiga ringgit seekor ndak boleh kurang".
Singkat kisah dengan pakain serapi mungkin (dlm gambar nampak berkopiah). Putra mak Serinam pun menuju kota, dengan mencangking 2 ekor ayam 1 di kiri dan 1 dikanan dlm ayaman daun kelapa pas untuk ayam mendekam.
Eeee di perjalan hampir masuk kota dia ketemu 2 orang Opas agaknya sdg patroli jalan kaki. Apakah mungkin terlihat canggung dan agak asing, Opas menghentikan langkah anak mak Serinam. Opas bertanya "hei anak muda kamu mau kemana" langsung di jawab "anak mak Serinam". Opas ngulangi pertanyaan mengira tanyanya pertama kurang jelas dijawab "dua ekor ayam". Kini giliran Opas yg satunya nanya kamu akan kemana dijawab "3 ringgit seekor ndak boleh kurang".
Kedua Opas bingung sebab diulangi bertanya jawabnya tetap ngulang: "anak mak Serinam", "dua ekor ayam", "3 ringgit seekor ndak boleh kurang".sambil berpandang-pandangan kedua Opas memutuskan untuk mengamankan anak mak Serinam ke Pos Opas.
Cerita ini memberikan kesan
Potret seorang remaja desa digambarkan dungu. Padahal dlm kenyataannya remaja desa itu potensial, cerdas, hanya saja seangkatanku banyak yg tdk memiliki kesempatan dan fasilitas shg banyak terhenti hanya tamat SR.
Kesan kedua anak usia bawah 10 th diberikan gambaran bahwa membawa produk asli desa ke kota itu tidak gampang.
Selain itu cerita ini memasukkan pemahaman bahwa berjualan itu tidak mudah. Berwirausaha itu tidak gampang. Tidak semudah membeli. Itu sebabnya barangkali kebanyakan rekan seangkatanku yg lanjut sekolah di atas SR memilih bidang mencari nafkah bukan wirausaha tetapi banyak yg jadi pegawai, buruh.
Dari kisah Bapak si Didi dan anak mak Serinam ini setidaknya dpt di petik dua hal:
Pola pikir membeli sdh diajarkan sejak dini
Menjadi penjual atau berwirausaha adalah sulit.
Bacaan cukup mewarnai pola prilaku, apalagi anak seusia dibawah 10 tahunan.
Ada cerita untuk anak bawah umur di negeri lain, berupa bagaimana menghadapi tantangan hingga berhasil.

BONUS di usia 50 tahun

Menurut Hadist yg diriwayatkan Imam Akhmad dari Anas bin Malik. Alllah memberikan anugrah kepada manusia yg konsisten dlm beragama Islam dlm 6 kelompok pencapaian usia:
Pertama pencapain usia 40 tahun. Udh kita komentari pada tulisan sebelum ini.
Kedua pencapaian usia 50 tahun, kini giliran kita coba menelusurinya.
Ketiga pencapaian usia 60 tahun
Keempat pencapaian usia 70 tahun
Kelima pencapaian usia 80 tahun
Keenam pemcapaian usia 90 tahun.
Usia 100 tahun rupanya tidak disebutkan dlm hadist ini agaknya manusia jarang mencapai usia ini.
Kali ini kita komentari pencapaian usia 50 tahun, pencapaian usia kelompok umur 60 , 70 dstnya insya Allah akan kita telusuri disambungan tulisan ini berikutnya.
Bila kita rangkai bunyi hadistnya untuk usia 50 tahun jadi begini: Maa min 'abdin (mu'amarin) ya' muru fil Islam: waiza balagha hamsina sanatan laiyanalahu hisaba. Terjemahan bebasnya "Bila seorang hamba konsisten dlm menjalankan Islam sampai mencapai usia 50 th akan dipermudah nanti ketika dihadapkan pada pengadilan akhirat".
Sbgmn yg diimani semua agama bahwa ntar di akhirat nanti kita semua akan berhadapan dng "hari perhitungan (yaumil hisab) sblm diputus apakah diri ini berhak masuk ke surga atau pantasnya masuk neraka. Hasil perhitungan yaumil hisab inilah yg menentukannya.
Orang yg berusia 50 th dan taat beragama dipermudah perhitungannya tentu maksudnya dosa-dosanya dimklumi dan diperingan bahkan mungkin dimaafkan. Sementara kebaikannya, amal shalehnya, mendapat bobot nilai yg tknggi. Dng dmkn beratlah timbangan kebaikannya. Berhaklah ybs menuju surga.
Ketika umur 40 ybs sdh mulai sadar akan arti hidup dan mau kemana akhir tujuan hidup ini. Tentu saja diumur 50 ybs sdh evaluasi diri atas sgl kesalahan, diiringi taubat, kmdn memperbaiki amal. Maka wajarlah kl usia 50 th ini ia mati, ybs sdh banyak taubat dan diiringi perbuatan baik. Dampaknya kan didapatinya di yaumil hisab dosanya tlh terampuni sdgkan perbuatan baiknya bernilai lbh tinggi lantaran usia begini umumnya orang beramal lbh ikhlas tdk lagi demi popularitas, demi karier, serta demi-demi lainnya. Lagi pula perjuangan untuk ibadah sdh mulai lebih berat karena mulai terkendala oleh kesehatan.
Misalkanlah si yg usia mencapai 50 tahun ini baru mulai menjalankan agama islam secara kaaffah keseluruhan baru mulai di usia 50 tahun kemudian meninggal dunia, sempat bertaubat dan beramal shaleh, Isya Allah akan berlakulah janji Allah.
اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًاصَالِحًـا فَاُولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Al-Furqan 25: Ayat 70)
dan ......
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
"Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)
Bahagialah orang ini diringankan hisabnya di akhirat nanti.
Wain yakun shawaban faminallah. Wa in yakun khathaan faminni waminanassyaitan,. Wallahu warasuluhu bari ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datang dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti datangnya dariku sendiri dan dari syaitan. Allah serta RasulNya berlepas diri daripadanya). Barakallhu fikum. Wallahu 'alam bishawab.

Thursday 18 January 2018

Anugrah di usia 40 tahun.

Setiap manusia normal ingin berumur panjang, sedapat mungkin guna bertahan hidup itu memelihara kesehatan, karena umumnya berakhirnya hidup melalui sakit.
Semua manusia yg beragama meyakini bahwa ketentuan barapa panjang usia ditentukan oleh yang Maha Kuasa.
Menurut Hadist yg diriwayatkan Imam Akhmad dari Anas bin Malik. Alllah memberikan anugrah kepada manusia yg konsisten dlm beragama Islam dlm 6 kelompok pencapaian usia:
Pertama pencapain usia 40 tahun.
Kedua pencapaian usia 50 tahun
Ketiga pencapaian usia 60 tahun
Keempat pencapaian usia 70 tahun
Kelima pencapaian usia 80 tahun
Keenam pemcapaian usia 90 tahun.
Usia 100 tahun rupanya tidak disebutkan dlm hadist ini agaknya manusia jarang mencapai usia ini.
Kali ini qt komentari pencapaian usia 40 tahun, pencapaian usia kelompok umur berikutnya akan qt telusuri ditulisan berikutnya.
Maa min 'abdin (mu'amarin) ya' muru fil Islam arbaina sanatan illa tsarafallahu anhu minal bala i al jununi wal juzaami wal baratsi. (barang siapa yg dipanjangkan usianya mencapai 40 tahun dihindarkan Allah dari berbagai bencana yaitu: sakit jiwa, penyakit kusta dan penyakit sopak.
Untuk mencapai usia 40 tahun, tahapan usia qt dlm buaian sampai usia 2-3 th, mulai masuk usia belajar bicara mengenal dll sampai usia 5- 6 th. Mulai sekolah sampai selesai perguruan tinggi sekitar 24-25 th. Periode berikutnya menentukan bidang kegiatan mencari nafkah dan melanjutkan keturunan.
Ketika di priode sekolah ukuran sukses adalah PANDAI atau PINTAR agar nilai prestasi baik. Ketika di dunia kerja, dimasyarakat tak cukup hanya Pandai atau Pintar, tetapi sekurangnya PANDAI-PANDAI, atau PINTAR - PINTAR. Sebab dimasyarakat dan di dunia kerja kadang ditemukan sesuatu kasus yg rumit yg tak terselesaikan hanya dg kepintaran dan kepandaian. Tetapi untuk mengatasi problem yg timbul diperlukan kearifan untuk mendapat hasil yng untung sama untung, disinilah diperkukan Pandai-Pandai, Pintar-Pintar. Menyelesaikan masalah di pekerjaan, dimasyarakat, tak selamanya sesuai teori yg didpt di pendidikan. Terkenal istilah 2 + 2 blm tentu 4.
Dlm konteks menjalani kehidupan persaingan dan mengejar ptestasi di pekerjaan, kesuksesan dlm masyarakat, ketika usia dibawah 40 di atas 25 tahun itu, tdk sedikit orang gagal. Orang yg gagal ekstrim atau sukses ekstrim kadang menjadi setres/ gangguan jiwa.
Begitu usia 40 thn penggebuan mengejar dunia mulai sedikit mengendor. Sdh mulai menerima kenyataan/pasrah. Emosi mulai stabil. Disinilah barangkali dimaksud hadist dikutip di atas. Diusia 40 th tingkat imunitas terhadap serangan penyakit kusta dan sopak sudah bgt tinggi, bersamaan dg itu kemampuan mengendalikan emosi pun sdh stabil shg tak mudah terjadi goncangan jiwa.
Menyoal sakit jiwa, sepertinya beda dg hilang ingatan.
Pernah terjadi seorang rekan se professiku di usia lbh 40 thn terkena ke hilangan ingatan. Kehilangan ingatan teman saya ini bukan tergolong sakit jiwa, agaknya memori dlm otaknya terkuras. Sblm terkena sakit tsb dianya tergolong pandai termasuk seorang yg sukses dlm tugasnya transfer knowledge. Banyak makalah disusunnya dlm rangka tugas mengajar. Namun stlh sakit ingatan itu, menyebut dan menulis namanya sendiri pun dia tak mampu.
Sadarlah qt bahwa manusia ini sesunguhnya tidak berdaya. Bila di cabut saja ingatannya, hilanglah sdh segala ilmu yg terkumpul selama hidup. Inilah hakikat zikir qt "la haula wala quata illa bilahil 'aliyil azim".
Allah SWT berfirman:
قُلْ اَرَءَيْتُمْ اِنْ اَخَذَ اللّٰهُ سَمْعَكُمْ وَ اَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلٰى قُلُوْبِكُمْ مَّنْ اِلٰـهٌ غَيْرُ اللّٰهِ يَأْتِيْكُمْ بِه ۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُوْنَ
"Katakanlah (Muhammad), Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu? Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang (kepada mereka) tanda-tanda kekuasaan (Kami), tetapi mereka tetap berpaling."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 46).
Manusia stlh dilahirkan berangsur diberikan Allah pendengaran penglihatan dan perasaan/hati shg terhimpun dlm memori.
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 78)
Ada orang yg blm tua benar ditarik lebih dulu pendengarannya, dicabut penglihatannya. Giliran temanku tadi ditarik memorinya, pengetahuannya.
Pertanyaan Allah siapa yg sanggup mengembalikan bila Allah mencabutnya.
Wain yakun shawaban faminallah. Wa in yakun khathaan faminni waminanassyaitan,. Wallahu warasuluhu bari ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datang dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti datangnya dariku sendiri dan dari syaitan. Allah serta RasulNya berlepas diri daripadanya). Barakallhu fikum. Wallahu 'alam bishawab