Monday 29 June 2020

Ragu AMAL diterima.

Dalam beribadah tiap individu memiliki  pengalaman berbeda, Contoh ketika shaum Ramadhan ybl, mungkin:
*. Ada yang tidak tuntas menjalankan puasa, karena sakit, atau halangan syar’ie lainnya.
*. Ada yang merasa hampir puas, karena seluruh rangkaian ibadah Ramadhan beserta ibadah ikutannya terselenggara dengan baik.
*. Ada juga yang pertengahan, ibadah puasa tak satupun jebol, tapi ibadah ikutannya tak dapat mengikutinya. 
*. Mungkin macam-macam lagi pencapaian yang  anda dapatkan, anda dan Allah saja yang mengetahuinya.

Mungkin timbul pertanyaan di dalam hati, apakah shaum yang kita laksanakan dengan ibadah-ibadah ikutannya di terima Allah atau tidak. Bgmn pula dg rangkaian ibadah kita di Ramadhan 1441 H, dimana berbagai ibadah ikutannya banyak terhalang oleh covid 19.

Perasaan bimbang, ttg keterima atau tidak ibadah tersebut adlh manusiawi. Namun guna menentramkan hati, baik kita merujuk sejenak pada Hadist Riwayat Ahmad, At Tirmizy dan Ibnu Majah ketika Aisyah r.a. bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ. perihal tafsir dari surat Al- Mukminun ayat 60. yang berbunyi:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”

Aisyah r.a. bertanya “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud ayat ini ialah orang-orang yang biasa mabok-mabok minum khamar, dan mencuri?.

Menanggapi pertanyaan ini Rasulullah ﷺ  bersabda: “Bukan wahai Putri As-Shiddiq! Akan tetapi itu adalah orang-orang yang rajin berpuasa, mendirikan shalat dan bersedekah, walau demikian mereka senantiasa khawatir bila amalan mereka tidak diterima Allah, karenanya mereka bersegera dalam mengamalkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.

Jadi soal ibadah kita diterima atau ditolak oleh Allah s.w.t. serahkan bulat-bulat kepada Allah urusannya asalkan dalam beribadah kita telah memenuhi kriteria “Wal amalu bit tanjil”, beramal sesuai dengan kafiat, atau tata cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, diikuti dengan ikhlas karena Allah semata.

Menilik ayat di atas dan hadits berkenaan dengan itu, maka wajar agaknya jika kita merasa khawatir kalau-kalau ibadah kita tertolak.

Tetapi rupanya orang-orang yang merasa khawatir ibadahnya tertolak itulah, justru merekalah yang diterima ibadahnya.

Dlm keseharian kadang kita miris mendengar ada yg berani menyatakan amal seseorang tak sah dan ditolak, karena begini, begitu. Satu dan lain tak sefaham dg faham si pembuat pernyataan.

Sebaliknya kita juga miris bila mendengar ada orang yg memastikan kalau melakukan tata cara beramal seperti yg diajarkan menurut fahamnya pasti diterima Allah.

Padahal jelas soal diterima atau ditolak amal baik seseorang, hak mutlak Allah. Panduan yg diberikan kpd kita hanyalah:

1. Ikhlas hanya untuk Allah. Kadar keikhlasan itu sendiri sangat abstrak yg kita sendiripun ndak tau, terpulang kpd Allah lagi apakah kita sdh benar2 ikhlas.

2. Mengikuti petunjuk Rasulullah ﷺ  . Karena kita skrg hidup sdh 14 abad lebih dari zaman Rasulullah, maka acuan i'tibak petunjuk Rasulullah, tentu dg jalan merifer kpd para ulama terdahulu dan pada ustadz/ustadzah yg datang kemudian kpd kita.

Ustadz/ustadzah itu dg macam2 keahlian dan kekhususan ilmu, mereka mentransfer ilmunya dari referensi yg digunakannya, kadang berbeda pendapat, beda sudut pandang dll.

Sehubungan dg itu tidak ada kata lain "hanya kpd Allah kembali kita serahkan, apakah amal baik dan ibadah kita diterima atau ditolak Allah"

Guna penyerahan diri kita kpd Allah baik kita camkan surat Luqman 22:
وَمَنْ يُّسْلِمْ وَجْهَهٗۤ اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ  بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى ۗ  وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ
"Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan."

Smg ibadah puasa dan seluruh ibadah pengiringnya yg kita lakukan di bln Ramadhan 1441 H lalu diterima Allah. Kmdn kita diberikan kemampuan ikut ber Qurban di Idul Adha yad.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 8 Dzulkaidah 1441 H.
29 Juni  2020.
(665.6.2020).

Sunday 28 June 2020

Nilai SUMPAH di KESAKSIAN.

Bahwa berpatrner dlm urusan dunia antar rekan yg beda keyakinan agama tlh berlangsung demikan lama. Karena memang dunia ini, indah,................. justru karena tidak seragam. Di bbrp ayat Al-Qur"an  Allah tegaskan bahwa agaknya dunia ini dikehendaki Allah bukan untuk dihuni manusia yg seragam; a.l. dlm (QS:Al-Maidah 48).

"......................وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَجَـعَلَـكُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّلٰـكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَاۤ اٰتٰٮكُمْ فَا سْتَبِقُوا الْخَـيْـرٰتِ............."
"...........Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.................."

Boleh dibilang bahwa beragam keyakinan agama, seharusnya ber-lomba2 untuk berbuat kebaikan, diantaranya bekerjasama di bidang bisnis.

Jauh sblm Islam datang dan ssdh Islam menjadi agama besar, berpartner bisnis antar agama itu adlh lazim. Bahkan di zaman Nabi Muhammad    ﷺ  banyak berlangsung. Salah satu peristiwa kebersamaan di bidang bisnis ter-abadi-kan  di era Rasulullah  Muhammad    ﷺ    adlh seorang niagawan  "Budail bin Abu Maryam" dari bani Sahm, dengan dua orang beragama lain.
"Tamim ad Dary" dan "‘Adi bin Bada". Mereka pergi berniaga ber-sama2 menuju Syam.

Ter-abadi-kan peristiwa ini, bahkan menjadi sebab turunnya ayat 106 surat Al-Maidah.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا شَهَا دَةُ بَيْنِكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِيْنَ الْوَصِيَّةِ اثْـنٰنِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ اَوْ اٰخَرَا نِ مِنْ غَيْـرِكُمْ اِنْ اَنْـتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْاَ رْضِ فَاَ صَا بَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ الْمَوْتِ ۗ تَحْبِسُوْنَهُمَا مِنْۢ بَعْدِ الصَّلٰوةِ فَيُقْسِمٰنِ بِا للّٰهِ اِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِيْ بِهٖ ثَمَنًا وَّلَوْ كَا نَ ذَا قُرْبٰى ۙ وَلَا نَـكْتُمُ شَهَا دَةَ ۙ اللّٰهِ اِنَّاۤ اِذًا لَّمِنَ الْاٰ ثِمِيْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang (di antara) kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan (agama) dengan kamu. Jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian, hendaklah kamu tahan kedua saksi itu setelah sholat, agar keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu, Demi Allah kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini, walaupun dia karib kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah; sesungguhnya jika demikian tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa."

Di dlm perjalanan bisnis dari Madinah ke Syam itu,  Budail menderita sakit, lalu dia menulis surat wasiat dan ia memasukkan surat itu ke dlm barang-barang dagangannya. Kepada dua orang tadi, Budail berwasiat agar menyampaikan barang dagangannya kepada keluarganya. Budail pun meninggal dunia dlm perjalanan.

Sebelum barang diterima oleh keluarga Budail, dua orang berlainan agama tadi membuka ikatan barang-barang tsb. dan mengambil sebagiannya. Stlh itu dibungkus kembali dan diserahkan kepada keluarga Budail.

Keluarga Budail terkejut ketika bungkusan dibuka jumlah barang tidak sesuai dg yg tertera di dlm surat yang ditulis Budail, yg diletakkan di dlm bungkusan tanpa diketahui oleh kawan Budail yg dititipi tadi. Dua orang kawan Budail tadi tidak mengakui dan berdalih tidak mengetahui barang dalam bungkusan itu berkurang.

Untuk menyelesaikan kasus tsb. keluarga Budail mengadu kepada Rasulullah ﷺ.
(referensi tafsir Al-Azhar Prof. Dr. Hamka Juzu 7 hal 78-84).

Perkara digelar,  pengadilan dipimpin Rasulullah di dlm masjid ssdh shalat Ashar dg mendengarkan tuntutan keluarga Budail dan kesaksian dua orang penerima amanah.

Dibawah sumpah stlh mereka sembahyang menurut agamanya kedua pembawa amanah tdk mengakui, mereka menyangkal telah menggelapkan sebuah peti kecil yg dituntut keluarga Budail.

Nabi Muhammad  ﷺ memutuskan perkara, beliau percaya dan berpegang teguh akan sumpah dan saksi.  Dua orang beragama lain teman seperjalanan niaga, almarhum  Budail dlm kesaksian dibawah sumpah dlm sidang, TIDAK mengakui sebagian harta diduga mereka gelapkan.

Nabi Muhammad  ﷺ memutuskan tuntutan keluarga Budail tdk terbukti atas dasar kesaksian pemegang AMANAH di bawah SUMPAH.

Stlh bbrp lama, ditemukan Peti itu di pemilik terakhir di Makkah, mengaku membelinya dari  "Tamim ad Dary" dan "‘Adi bin Bada", seharga 1.000 dirham.

Atas dasar fakta baru itu keluarga Budail melaporkan kpd Rasulullah. Ketika ditanyakan Rasulullah kpd kedua penerima amanah, mereka menjelaskan bahwa betul mereka menjual peti itu, tetapi peti itu sdh dibelinya dari Budail semasa masih hidup. Makapun tak ada alasan untuk memenuhi tuntutan keluarga Budail.

Atas keadilan penegakan system hukum Islam yg:
* menghormati pengakuan kesaksian dibawah sumpah (walau sumpah menurut agama lain).
* Stlh ada bukti baru, tetap percaya pengakuan, karena sdh dibawah SUMPAH.

Dikabarkan akhir hidup pemegang amanah masuk Islam, pada th ke 9 stlh penaklukan Makkah. Uang hsl penjualan peti perak bersalut emas itu  secara sukarela diserahkan kpd ahli waris melalui mediator 'Amr bin 'Ash.

Demikian pengadilan Rasulullah Muhammad ﷺ menghargai SUMPAH dan kesaksian.

Dlm kaidah agama kedudukan SUMPAH dlm kesaksian begitu sangat penting. Karena sumpah,  seorang tertuduh dpt terhindar terlaksananya suatu sanksi hukum. Merifer pada QS surat An-Nur ayat 6 sampai ayat 9 tuduhan perzinahanpun dpt batal karena sumpah.

QS. An-Nur:
Ayat 6
وَا لَّذِيْنَ يَرْمُوْنَ اَزْوَا جَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَّهُمْ شُهَدَآءُ اِلَّاۤ اَنْفُسُهُمْ فَشَهَا دَةُ اَحَدِهِمْ اَرْبَعُ شَهٰدٰتٍ بِۢا للّٰهِ ۙ اِنَّهٗ لَمِنَ الصّٰدِقِيْنَ
"Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka kesaksian masing-masing orang itu ialah empat kali bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya dia termasuk orang yang berkata benar."

Ayat 7:
وَا لْخَـامِسَةُ اَنَّ لَـعْنَتَ اللّٰهِ عَلَيْهِ اِنْ كَا نَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ
"Dan (sumpah) yang kelima bahwa laknat Allah akan menimpanya, jika dia termasuk orang yang berdusta."

Ayat 8:
وَيَدْرَؤُا عَنْهَا الْعَذَا بَ اَنْ تَشْهَدَ اَرْبَعَ شَهٰدٰتٍ بِۢا للّٰهِ ۙ اِنَّهٗ لَمِنَ الْكٰذِبِيْنَ ۙ 
"Dan istri itu terhindar dari hukuman apabila dia bersumpah empat kali atas (nama) Allah bahwa dia (suaminya) benar-benar termasuk orang-orang yang berdusta,"

Begitu penting Nilai SUMPAH dalam KESAKSIAN disuatu penyelesaian peradilan. Bagi yg memberikan kesaksian palsu di bawah sumpah diancam dg laknat Allah.

Smg dpt dipetik manfaatnya.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 6 Dzulkaidah 1441 H.
27 Juni  2020.
(664.6.2020).

Monday 22 June 2020

KEMAMPUAN si MISKIN.

Orang miskin, di negara manapun sepertinya tetap ada, tak terkecuali di negara adi daya dan petro dolar.

Kalau diperhatikan lbh dlm,..... ini mungkin, sekali lagi mungkin sdh mrpkn sunatullah, bahwa di dunia ini adanya sifat berlawanan dan berpasangan.....

Ada kaya - ada miskin. Sbgmn adanya siang - adanya malam. Seperti halnya adanya orang baik - adanya orang jahat. Ada juga di kutup yg tdk terlalu ekstrim berlawanan. Tak kaya2 amat - tak miskin2 amat ............ dstnya, tapi tetap saja berpasangan/ berlawanan.

Justru adanya sifat berlawanan ini pula dpt membentuk manusia apakah dia menjadi * Kufur atau Bersyukur. Sekaligus mrpkn
* Media ujian, untuk melihat siapakah yg paling baik amalnya.
لَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَا لْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا............. ....."
"yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya........." (Al- Mulk 2).
......................................................"
 ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً ۗ اَتَصْبِرُوْنَ......."
".............Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? ............."
(QS. Al-Furqan ayat 20).

Stlh hidup ini dijalani sampai usia pertengahan dan lanjut. Banyak kita saksikan diantara kerabat dan sahabat yang......... berkondisi berlawanan spt diungkap di atas:
1. Ada yg kaya........mulia.......
2. Ada yg miskin ...........merabda
3. Ada yg sedang2an.......saja.

Persoalannya adalah BAGAIMANA sikap yg bijak memposisikan diri, agar awak lolos dlm cobaan (ujian) memiliki kerabat dan sahabat berkondisi ......... tsb di atas.

Banyak simulasi yg para pembaca dpt "kutak-katik" bila anda, kerabat dan sahabat anda di kondisi2 di atas.

Dlm hal anda di kondisi "1", mungkin kerabat dan sahabat anda dlm kondisi "2" sulit akses kpd anda. Boleh jadi karena merasa sdh terlalu jauh level, dpt saja termasuk terkendala protokoler...... pokoknya ribetlah menemui anda.....

Simulasi tulisan ini, bila anda dlm kondisi "3". yaaah meskipun sedikit2, mungkin masih adalah nisab zakat tahunan. Meskipun tak banyak, masih adalah rezeki yg dpt dialokasikan buat infak dan sedekah. Di kondisi ini, saatnya anda berpeluang menyantuni kerabat dan sahabat yg miskin.

Sebab......... kerabat dan sahabat anda dlm kondisi "2" itu mempunyai kekuatan yg TIDAK  dipunyai oleh kerabat dan sahabat anda di kondisi "1", dan juga anda sendiri.

Seberapa banyakpun harta anda di kondisi "1", juga serba sekedarnya harta anda di kondisi "3"............ Ketahuilah anda tak mampu membawa harta anda itu ke alam kubur, apalagi ke alam akhirat.

Lantas siapa yg mampu menolong membawakan harta anda ke alam kubur?????........

Ternyata yg mampu membawa harta anda ke alam kubur sampai ke akhirat adalah kerabat dan sahabat anda dlm kondisi "2" yg anda santuni dg sebagian rezeki/ harta anda.

Oleh karena itu jangan sepelekan sahabat dan kerabat anda yg hidup serba kekurangan (miskin), karena mereka memiliki kekuatan yg dahsyat, mampu membawakan harta anda ke alam kubur ke alam akhirat. Melalui sedekah anda, melalui zakat anda yg disalurkan kpd mereka.

Pada hakikatnya harta yg jadi kepunyaan kita adlh harta yg disedekahkan (dg ikhlas). Sedang harta yg kita makan dan minum paling lambat besok atau lusa sdh jadi ..............
Harta kita sandang paling beberapa saat enak dipandang kemudian usang.
Adapun harta yg disedekahkan kpd orang yg tepat diikuti ikhlas karena Allah, itulah yg dibawa ke alam barzah dan hari akhir.

Mudah2an para pembaca dan kita semua masih ada kemampuan untuk menyantuni kerabat dan sahabat yg kbtln miskin.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 2 Dzulkaidah 1441 H.
23 Juni  2020.
(662.6.2020)

Saturday 20 June 2020

Keutamaan me-MAAF-kan.

Hari ini Syawal sdh jalan 29 hari, bila umur bulan  Syawal  misalnya hanya  29 hari, maka hari inilah akhir Syawal 1441 H. Sampai kiamat kita tak ketemu lagi Syawal 1441 H. Kalaupun umur masih ada Syawal yad adlh Syawal 1442 H.

Suatu tradisi sdh mengakar di negeri kita, setiap bulan Syawal dianggap saat yg tepat untuk saling memaafkan.

Bertemu sesama di bulan Syawal, bila sblmnya blm ketemu, tak lupa mengucapkan mhn maaf lahir dan bathin (ucapan lazim di negeri kita). Ada pula yg berucap "minal aidin wal faizin".

Ku ingat masa kecil dulu, tiap2 komunitas belum lengkap rasanya bila belum mengadakan pertemuan HALAL BI HALAL. Walau acara kadang di adakan sdh diujung Syawal.  Di acara halal bi halal itu disudahi ber salam2an berkeliling, sbg "pengesahan" telah saling ber-maaf2an.

Sblm ada dunia maya, menjelang Idul Fitri sdh sibuk ngirim kartu lebaran. Kini  memanfaatkan dunia maya, sahabat, handai taulan, saudara dekat,family jauh, kolega, atasan dan bawahan, rekan sejawat saling minta maaf cukup melalui medsos, kadang dilengkapi gambar dsbnya.

Bahkan terakhir ini dpt pula ber halal bi halal VIRTUAL, dpt saling sapa didengar bersama oleh yang ikutan virtual. Wajah masing2 terlihat jelas.

Sudahkah soal maaf memaafkan ini sampai ke maksudnya? Sudah habiskah kesalahan diantara kita? Ini barang kali agaknya perlu kita telusuri.

Kenapa harus saling memaafkan........???

Sbg manusia dlm berinteraksi sesama,  berpotensi melakukan kesalahan kepada orang lain. Kesalahan sesama manusia, dlm bahasa agama disebut  “dosa”.

Dosa kepada manusia ada dlm dua jurus yaitu:

1. Dosa terhadap HARTAnya; penyelesaiannya dng mengembalikan harta itu kpd pemiliknya dng nilai yg sama bila perlu lebih banyak,lebih baik.
Jika tdk mampu, maka meminta keikhlasan dan keridhaan pemiliknya. Jika si empunya telah tiada maka penyelesaiannya hendaklah diserahkan ke ahli warisnya. Jika ahli warisnyapun tak ditemukan, hendaklah diwakafkan a.n. pemilik harta untuk kemaslahatan agama dan masyarakat. Dng niat menitipkan kpd Allah sbg pembayar dosa tsb.  Itu pendpt Imam Ghazali.

2. Dosa sesama manusia mengenai KEHORMATANnya. Misalnya pernah memfitnahnya, menghinanya, mencaci makinya. Mintalah maaf dan ridhanya. Jadi mumpung masih hidup maka hubungilah orang yg kita pernah berdosa "kehormatan" tsb kpdnya. Mungkin,......... kalau hanya secara umum, dng tdk menyebutkan secara spesifik, seperti  melalui dunia maya, barangkali  belum  memenuhi syarat minta keridhaan atas dosa tersebut.

Bila DUA jurus dosa sesama blm sempat terselesaikan di dunia ini maka,  seperti HR IMAM BUKHARI bahwa Rasulullah SAW mengatakan “Barangsiapa yg mempunyai kedzaliman kpd saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkan kepadanya dari dosanya itu sblm datang hari dimana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), dimana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sdh tdk ada lagi amal kebaikannya maka akan diambil dari dosa orang teraniaya itu lalu dipikulkan kpd orang yg menganiayanya itu.

Ternyata mhn maaf kpd orang perorang secara spesifik, bagi kita yg bersalah kpd seseorang apalagi ke banyak orang,sulit untuk dilakukan.

Bagus kita renungkan anjuran Al Qur’an bahwa yg paling utama itu adalah memaafkan, dari pada minta maaf. Sebab dng kita memaafkan kesalahan orang kpd kita walau dia tidak minta maaf,  jelas pihak didzalimi tau persis secara spesifik kedzaliman dari seseorang yg mendzaliminya tersebut. Dng demikian membantu pihak yg mendzalimi terbebas dari dosa.

Al-Qur’an surat Al- Baqarah ayat 263
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ  يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى  ؕ  وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
"(Perkataan yang baik) atau ucapan yang manis (serta PEMBERIAN maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan menyakiti perasaan) dengan mencerca atau mengomelinya (Dan Allah Maha Kaya) hingga tidak memerlukan sedekah hamba-hambanya (lagi Maha Penyantun)

Menurut ayat di atas sikap memaafkan kesalahan orang kepada kita adalah sifat yg di apresiasi Allah bahkan lebih baik dari sedekah yg berbuntut disebut-sebut.

Orang yg beramalan  setiap hari sblm tidur malam memaafkan orang yg bersalah kpdnya, orang inilah yg diriwayatkan Abdullah bin Amr akan masuk surga tanpa dihisab.

Mari kita maafkan kesalahan orang, rekan kita kolega, sahabat dan saudara kita,  kendati mereka tdk minta maaf.  Guna menyelamatkan saudara kita yg mendzalimi kita, agar tidak terkena seperti ucapan Rasulullah:
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ
(Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya)) (HR. Tirmidzi)

O.k.i. selain mhn kpd Allah diampuni sgl dosa, juga kpd sanak saudara, sidang pembaca, dlm tulisan ini saya ULANGI lagi permohonan maaf saya  yg telah saya tulis di akhir bulan Ramadhan dan  bulan Syawal 1441H "mhn maaf lahir dan bathin".
تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ وَجْعَلْنَا مِنَ الْعَائِدِين وَالْفَائِزِين

Mudah2an shaum kita selama 30 hari di bulan Ramadhan dan 6 hari di bulan Syawal; misalnya ada kekurangannya Allah cukupkan shg menjadi shaum yg diterima Allah.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 29 Syawal 1441 H.
21 Juni  2020.
(661.6.2020)

Ekspektasi Vs Realisasi

Ortu mendaftarkan anaknya ke Paud, ke TK, Ke SD dstnya tentu berharap agar anak tersebut menjadi pandai, siap menghadapi masa depan.

Seorang masuk di dunia kerja atau bisnis mandiri, tentu mengejar peningkatan. Kalau  masuk kerja mulai jadi klerk, wajar bila bercita-cita jadi kepala kantor. Tercapai atau tdk itu soal lain.

Seorang pedagang asonganpun halal-halal saja jika bercita-cita punya toko besar atau bahkan mungkin ingin punya pabrik dari barang yg diasongnya. Terwujud atau tdk itu soal lain.

Kodrat sebagian manusia ingin sukses se sukses2nya. Ingin berada di puncak karier, di bidang apapun dianya berkarier.

Dmkn juga mengenai keterpandangan dlm masyarakat,  adlh wajar jika  berupaya mencapai puncak karier, ngetop tersohor atau menjadi pemimpin. Dengan menjadi pemimpin masyarakat, pemimpin rakyat akan leluasa merealisasikan ide2, disebabkan adanya kekuasaan.

Dari sisi siapa yg berharap, gantungan cita2 itu, dpt disederhanakan jadi 2  :
1. Ortu berharap anak2 keturunan mereka sukses dlm hidup.
2. Masing2 diri berkarier berharap agar sampai di puncak.

Berkarier dpt kelompokkan 3 besar:
1. Berkarier dalam bekerja di institusi formal.
2. Berkarier dalam bidang usaha mandiri.
3. Berkarier dlm kemasyarakatan termasuk di bidang entertainer dan ke berpengaruhan dlm masyarakat.

Bila cita2, harapan atau ekspektasi diberi simbol "E".   Realisasi diberi simbol "R". Maka didpt formula:

I. R = E ; inilah yg namanya sukses.
II. R  < E, kondisi ini belum berhasil.
III. R >  E, kondisi ini super berhasil.

Sudut pandang Iman, mengarahkan bahwa Apapun kondisi "E" VS "R". di tentukan 2 faktor y.i. : Diri sendiri (Ikhtiar) dan Allah.

IKHTIAR diri:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَ نْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS: Ar-Ra'd 11).

Jarang terjadi*), mungkin boleh dikatakan tak kan terjadi keberhasilan di peroleh tanpa ikhtiar atau usaha.

Sejak Nabi Adam diturunkan ke dunia, semua hrs dg usaha, tdk lagi sbgmn di Surga dimana Sandang, Pangan dan Papan sdh tersedia.

Ibunda Nabi 'Isa saja dlm keadaan sakit ketika melahirkan, untuk mendptkan rezeki harus dg menggoyang pohon Korma.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَهُزِّيْۤ اِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا ۖ 
"Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu."
(QS: Maryam 25).
Apalagi kita ini bukan orang pilihan,....... untuk berhasil harus kerja keras, untuk dpt rezeki tentu hrs ikhtiar.

*). Walaupun jarang terjadi, Allah dpt saja memberikan rezeki tanpa ikhtiar contohnya juga terjadi bagi bunda Nabi 'Isa :
كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَا بَ ۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَا لَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَـكِ هٰذَا ۗ قَا لَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَآءُ بِغَيْرِ حِسَا بٍ

Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh? Dia (Maryam) menjawab, Itu dari Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan."
(QS. Ali 'Imran ayat 37)

PERAN ALLAH:

Allah memberikan kesuksesan untuk orang dg ikhtiar. Kesuksesan dpt saja diberikan Allah kepada orang berikhtiar di jalan HALAL. Juga orang yg berikhtiar di jalan HARAM pun beroleh kesuksesan.

Dmkn juga tak sedikit orang berikhtiar dg jalan HALAL, gagal. Bgt juga orang yg berikhtiar di jalan HARAM banyak yg berujung gagal kemudian jadi penghuni hotel Prodeo.

Perbedaan Ikhtiar jalan HALAL dan HARAM ketika memperoleh sukses dan gagal:

1. Berikhtiar di jalan halal sll diiringi do'a kpd Allah. Bila berhasil akan bersyukur dg hati yg tentram. Jika blm berhasil akan bersabar dan berserah diri kpd Allah.

Sedangkan berikhtiar di jalan haram berat dugaan tak diiringi do'a kpd Allah (pada dasarnya nurani manusia malu berdo'a jika mengejar sukses dg jalan haram, karena nurani tau itu salah).

Jalan haram, kalau berhasil hati tidak tentram (sll takut diketahui pihak berwajib = misalnya mencuri, korupsi dll). Bila tak berhasil kecewa luar biasa, apalagi bila ketangkap tangan.........

2. Kesuksesan jalan halal adlh berkah, anugerah. Kegagalan jalan halal merpkn pembelajaran dan kadang mrpkn keberhasilan yg tertunda.

Sedangkan kesuksesan di jalan haram sbg istidraj (cobaan, bencana berupa kesenangan menghanyutkan). Jika terjadi kegagalan bukan hanya diderita diri, tetapi juga keluarga.

Smg kita semua terhimpum dlm kelompok orang2 yg berikhtiar, mengejar sukses, menggapai cita2 dan harapan di dunia dan akhirat dg jalan yg diridhai Allah.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 28 Syawal 1441 H.
20 Juni  2020.

Wednesday 17 June 2020

ANAK tak selalu cerminan ORTU

Seiring canggihnya teknologi transportasi,................. buah yg hanya hidup di daerah beriklim dingin dpt dinikmati di daerah tropis dan sebaliknya. Kadang ketika makan buah tertentu, kita tak tau persis wujud pohonnya,.......... karena buah sdh bgt jauh dari pohonnya.

Pepatah lama "Buah jatuh tak  jauh dari pohonnya". Kira2 maknanya "perangai, tabiat, tingkah laku anak mirip/cenderung sama dg Ortunya".

Dikaitkan kenyataan mengglobalnya dunia ini, maka sekarang agaknya pepatah ini terpatahkan.

* Anak seorang atlet renang, tak dg sendirinya pandai berenang, tanpa diajari/dilatih berenang.

* Nabi Ibrahim anak seorang pembuat patung yg di tuhan kan oleh kaumnya. Sekaligus Bapak nabi Ibrahim sbg penyembah patung.

Kenyataannya nabi Ibrahim menjadi seorang nabi di akui 3 agama Samawi.

Contoh bahwa anak blm tentu mengikuti jejak Ortunya seperti diungkap di atas, berlangsung terus dari zaman ke zaman termasuk zaman kekinian.

Boleh disimpulkan bahwa:
"ORTU memang BERPERAN, dijadikan CERMINAN berperilaku bagi si ANAK. Akan tetapi perilaku, falsafah hidup si anak banyak ditentukan oleh faktor lingkungan, pendidikan dan yg terakhir namun sangat penting adlh bimbingan/hidayah Allah.

Contoh yg baik diteladankan/diajarkan kpd anak blm tentu anak itu nantinya kelak menjadi orang baik. O.k.i. disamping pengarahan/pendidikan dan pengawasan atas pergaulan anak, jangan lepas dari do'a kpd Allah. Allah mengajarkan  langsung do'a untuk anak dan keturunan, dpt di petik dari Al-Qur'an surat Al-Furqan 74:
 رَبَّنَا هَبْ لَـنَا  مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Nabi Ibrahim saja berdo'a untuk anak keturunannya, sepertinya do'a nabi Ibrahim yg diabadikan di surat Al-Baqarah 128 ini layak ditiru:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَـكَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَاۤ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ ۖ 
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak-cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu

Sebaliknya contoh ekstrim BURUK; ayah yg tdk baik, jauh dari agama, tukang maksiat dll keburukan,  bukan mustahil anak keturunannya menjadi orang baik2. Contoh spt nabi  Ibrahim. 

Sampai skrg juga banyak anak yg beriman dan bahkan jadi ustadz/ustadzah asal dari Ortu yg bukan pemeluk Islam. Disini nampak jelas bahwa HIDAYAH Allah-lah yg sangat berperan.
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ ۚ  وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ  كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."
(QS. Al-An'am surat ke 6 ayat 125).

Dalam pada itu bukan mustahil seorang ustadz/ustadzah yg saban hari ada jadual ceramah di banyak masjid dan majelis taklim. Salah satu anaknya, menunjukkan  tanda2nya tak bakal menapaki jejak ORTU nya.

Ikhtiar, sudah........ tu anak dimasukkan pesantren. Pas libur, pulang ke rumah Ortu. Sblm adzan subuh, si ayah (yg juga ustadz) liat ke kamar si anak "alhamdulillah sdh ndak ada, tentu sdh ke masjid". Si ayah usai ngimami shalat subuh  di masjid dan dzikir sesaat mutar badan ngadap jamaah. Sdh diupayakan lirik ke seluruh shaf eee si bocah ndak nampak. Sampai dirumah diliat lagi ke kamar, juga ndak ada. Berpikir positif si ustadz, mungkin dia cari masjid jauh,..............untuk kejar pahala banyak langkah.

Si bunda punya instink lain, coba buka sprey tempat tidur. Ternyata santri ini tertidur pulas di kolong tempat tidur......benar instink si Bunda.

Blm terlambat pak ustadz, lakukan tindakan persuasif dan terus berdo'a. Karena apalah daya kita, sdg Nabi Muhammad saja diberitau Allah:
فَاِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ وَعَلَيْنَا  الْحِسَابُ
maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, dan Kami-lah yang memperhitungkan (amal mereka)."
(QS. Ar-Ra'd, surat ke 13 ayat 40)

Disamping ikhtiar jangan lupa berdo'a, smg Hidayah Allah yg tertanam dalam diri kita tetap dipeliharakan Allah.  Dan smg anak dan keturunan kita juga mendapat limpahan hidayah Allah. Smg anak keturunan kita diberikan kekuatan oleh Allah untuk berikhtiar meraih hidayah Allah. Dan kita sendiri dpt mempertahankan hidayah Allah. Lahaula wala quwwata ilabillah. Wallahu 'alam bishawab.

يّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.
Jakarta, 25 Syawal 1441 H.
17 Juni 2020.
(659-06-2020).

Sunday 14 June 2020

Memilih: SHALEH dan SALAH

Untuk hidup terlahir ke dunia ini kita tidak pernah memilih. Siapapun anda tak pernah dpt memilih jadi lelaki atau perempuan...... .......
Tak pernah dpt memilih ayah siapa, ibu siapa. ............
Tak juga dpt mimilih terlahir sbg bangsa apa...................dstnya.

Setelah hidup barulah...........banyak pilihan. Makanya ada yg bilang......."Persoalan hidup adalah soal MEMILIH".

Banyak sisi soal memilih:
Memilih sekolah, memilih profesi, memilih jodoh, memilih pemimpin ...... dll.

Di artikel singkat ini dibatasi khusus soal memilih seseorang. Menyangkut memilih seseorang, ada dua besaran:
1. Orang yg paling dekat buat diri, adlh memilih orang yg akan dijadikan sebagai pendamping hidup.
2. Orang yg akan dipilih, sbg pemimpin bangsa (untuk negara yg pemimpinnya dipilih).

Memilih figur2 itu idealnya dipilih orang "SHALEH". Tapi kadang apa yg tlh terpilih tak sepenuhnya sesuai harapan, kadang ekstrimnya terpilih ke figur yg "SALAH". Nah..............
....bgmn pula kalau terlanjur terpilih orang yg "SALAH".

Soal "Shaleh" dan "Salah", jika diserahkan menentukan bgmn kriteria Shaleh dan Salah kpd manusia tak akan didptkan pengertian yg sama dan sempurna.

Baik kita pakai referensi Al-Qur'an.
Orang shaleh itu memenuhi 4 syarat:
1. Beriman kpd Allah dan hari akhir.
2. Menyuruh berbuat makruf
3. Mencegah yg mungkar
4. Bersegera mengerjakan berbagai kebaikan.
يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَ يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ  ۗ  وَاُولٰٓئِكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ
"Mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang shaleh."
(QS. Ali 'Imran ayat 114)

Jika mempunyai sifat yg berlawanan dg itu, termasuk orang yg blm menenuhi syarat sbg orang SHALEH. Mereka kelompok orang yg SALAH.

Agama apapun, kepercayaan apapun, percaya adanya pencipta sekaligus penguasa alam ini dan kemudian adanya hari akhir.

Buat agama Islam; ini yg dimaksud "beriman adanya Allah dan hari qiamat".

Agama apapun, kepercayaan apapun kelompok orang Shalehnya mesti melakukan syarat orang Shaleh butir 2, 3 dan 4 di atas.
Kalau dmkn; agama, kepercayaan apapun bila tdk memenuhi syarat di atas mereka terkelompok orang SALAH.

Siapapun yg dipilih sbg pendamping hidup, siapapun yg dipilih rakyat sbg pemimpin, stlh ybs terpilih, kita sll harus berdo'a smg Allah memberikan taufik dan hidayahNya, smg mereka menjadi orang SHALEH.

Kita senantiasa yakin Allah lah yg berkuasa membolak balik kan hati manusia.  Dg dmkn, disamping kita berdo'a untuk diri seperti dicontohkan Rasulullah dg do'a di bawah ini, baik juga mungkin selipkan do'a agar "Pendamping" hidup kita, "Pemimpin2" bangsa kita diteguhkan hati mereka menjadi orang2 SHALEH. 

Do’a ini:
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
‘Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik’

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas
agama-Mu.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, al-Hakim).
Do’a paling sering dibaca Nabi Muhammad s.a.w. agar kita (qalbu) tetap tegar dan istiqamah di atas agama yang benar. Allah yang membolak-balikkan Hati manusia. 

Kalau lagi mujur dpt saja terjadi,  setelah  jadi suami/jadi istri. Semula tdk shaleh2 amat.  "berkat do'a kita" menjadi orang yg shaleh melebihi ke shalehan yg kita duga.

Bgt juga seorang pemimpin sblm kita pilih blm bgt paham agama, blm tau persis bgmn seharusnya bersikap sbg orang Shaleh  "berkat do'a kita", Pemimpin kita itu menjadi adil, amanah sbg wujud perilaku orang Shaleh.

Bukan mustahil pula, yg kita pilih sudah kita teliti dia orang yg Shaleh, setelah terpilih jadi Pendamping kita, cek-cok melulu. Ke Shalehan yg ditunjukannya selama sblm dipilih jadi pendamping, hilang dan berubah. Malah, karena tdk dilandasi ke Shalehan, timbul KDRT berujung perpecahan keluarga. Mungkin hal ini "lantaran tdk kita iringi dg do'a".  Shg pendamping yg dipilih berubah menjadi orang salah lebih dzalim ketimbang orang salah biasanya.

Dmkn juga perihal memilih pemimpin, dpt jg terjadi, sblm terpilih ybs, terlihat benar keshalehannya, kitapun memilihnya menjadi Pemimpin. Stlh memegang pimpinan, luntur keshalehannya, berubah menjadi orang SALAH yg bertindak dzalim tdk amanah, justru menyengsarakan. Sikap kita tentu ber istighfar, telah salah pilih. Introspeksi diri dan terus berdo'a:
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Untuk diri sendiri baik sekali setiap selesai shalat diamalkan do'a:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Do'a ini diajarkan Nabi Muhammad ﷺ kpd Mu’adz. beliau berkata, “Aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu’adz, janganlah engkau sekali-kali meninggalkan doa ini di akhir setiap shalat".
artinya:
"Yaa Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur, dan beribadah yang baik kepada-Mu". (HR. Abu Daud dengan sanad shahih) [HR. Abu Daud, no. 1522; An-Nasa’i, no. 1304. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.]  Tiga permohonan di do'a tsb arahnya menuju orang Shaleh.

Smg Allah senantiasa memberi petunjuk bagi kita untuk memilih.............
Umpamanya terlanjur salah pilih, smg Allah menjadikan pilihan tsb berubah menjadi baik/ menjadi orang Shaleh.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.
Jakarta, 23 Syawal 1441 H.
15 Juni 2020.
(658.06.2020)

Friday 12 June 2020

HARTA DUNIA

Sebelum lahir ke dunia saja manusia sdh perlu Harta Dunia. Proses normal; dari mulai lamaran/meminang, menikah, Perlu Harta Dunia. Sdh itu proses dlm kandungan juga perlu perawatan dimana hrs dgn biaya sampai melahirkan. Belum lagi terakhir ini sering2 lahiran pakai operasi Caesar, dananya cukup tinggi.

Pokoknya bila direntang,......... proses hidup manusia itu, sejak sblm lahir sampai sdh meninggal dunia, diperlukan harta dunia. Tambahan,  untuk kota2 besar sudah di dlm kuburpun ahli waris msh hrs bayar sewa makam.

Siapapun dia, manusia perlu Harta Dunia. Bila ku tak salah menyimpulkan termasuk nabi Muhammad ﷺ. uswatun hasanah ummat.  Beliau, sblm di angkat menjadi Rasul adlh seorang "niagawan" sukses. Niagawan tentulah memupuk keuntungan dari perniagaannya. Keuntungan itu hakikatnya menambah asset atau harta dunia.

Perilaku Rasulullah  ﷺ  ketika mencari harta dunia sbg niagawan, sekaligus menjadi contoh bagi manusia bgmn mencari harta dunia yg baik dan benar, mnrt syariat Islam.

Bgt pentingnya harta dunia buat manusia, wajar bila manusia dijadikan Allah sangat gandrung thdp harta dunia, seperti dijelaskan pada Ali Imran 14:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَـنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَـرْثِ ۗ  ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا  ۚ  وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan MANUSIA cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, HARTA BENDA yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."

Dari ayat di atas, manusia  tanpa terkecuali cinta HARTA BENDA. Jelas harta benda memang dibutuhkan sekaligus disenangi manusia. Seperti terungkap di atas memang "Pra natal dan Pasca hidup" serta untuk bertahan hidup manusia perlu ada harta dunia.

Harta diberikan Allah kpd siapa saja, tak peduli orang itu beramal SHALEH atau beramal SALAH. orang beragama atau atheis.

Tak sedikit ayat Al-Qur'an menyatakan ttg harta diberikan Allah kpd siapa yg dikehendaki Nya. a.l:
اِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ  اِنَّهٗ كَانَ بِعِبَادِهٖ  خَبِيْرًۢا بَصِيْرًا
"Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya."
(QS. Al-Isra' ayat 30).

Perlu sangat diingat,  bagi orang beriman, bahwa khusus ttg harta dunia pertanggung jawabannya ada dua y.i.
1. Proses memperoleh.
2. Untuk apa dipergunakan.

Rasulullah Muhammad  ﷺ bersabda:

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ…وَعَنْ مَالِهِ ، مِنْ أَيْنَ اكتَسَبه ؟ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ؟

“Kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia ditanya 4 hal: (diantaranya), tentang hartanya: dari mana harta itu diperoleh dan untuk apa harta itu dibelanjakan…....” (HR. Turmudzi, Ad-Darimi, At-Thabranni dalam Al-Ausath, Al-Bazzar dsb).

Proses memperoleh harta dunia dg cara ilegal mnrt agama, mrpkn harta yg haram. Harta haram dimakan menjadi makanan haram, disandang menjadi pakaian yg haram. Kalau sdh begini do'a-pun tertolak.

Hadits Arbain Imam Nawawi (Hadits Kesepuluh) menceritakan yg pada pokoknya; seseorang yg berdo'a tak mungkin terkabul bila: makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram.  (Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

Bagi orang beriman,.... se-apes2 hidup,bila do'a tidak diterima Allah. Karena pada hakekatnya kita shalat setiap waktu adlh berdo'a. Apa jadinya diri ini nanti di akhirat  bila shalatnya tdk sekalipun diterima Allah.

Penggunaan harta haram, sekalipun dipergunakan untuk kebajikan tak kan mrpkn deposit amal. Apalagi lantas dipergunakan untuk perbuatan maksiat tentu menjadi dosa di atas dosa.

Harta halal saja hrs dpt dipertanggung jawabkan untuk dipergunakan ke tujuan ibadah kpd Allah. Bila sebaliknya harta halal untuk berhura-hura, digunakan untuk yg tdk diridhai Allah, akan ada harapan mrpkn tambahan timbangan dosa.

Perumpamaan pemanfaatan harta misalkanpun halal, untuk semata kepentingan dunia bukan dlm rangka ibadah kpd Allah:
مَثَلُ مَا يُنْفِقُوْنَ فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيْحٍ فِيْهَا صِرٌّ اَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ فَاَهْلَكَتْهُ  ۗ  وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰـكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
"Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri."
(QS. Ali 'Imran ayat 117).

Kelak diakhirat tdk dpt dipanen menjadi penambah timbangan kebaikan.

Harta penting untuk dicari asal dg jalan halal. Kedudukan harta dlm berjihad, didahulukan dari pada berjihad dg jiwa, sbgmn Allah tegaskan QS Al Hujurat ayat 15.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ   ۗ  اُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan HARTA dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar."

Selamat bergiat mencari harta dunia, selanjutnya berjuang di jalan Allah dg harta dunia itu. Smg Allah menyertai perjuangan tsb.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.
Jakarta, 21 Syawal 1441 H.
13 Juni 2020.
(657-06-2020).

Thursday 11 June 2020

SOMBONG Penyakit ROHANI

Sombong suatu sifat menganggap diri lebih tinggi, lebih mampu dari orang lain. Sering menganggap jika tidak karena dirinya sesuatu kegiatan tidak akan terjadi. Orang sombong tidak berkenan mendengarkan paham orang lain. Menganggap remeh orang lain, merendahkan orang lain. Juga yang bersangkutan tidak mau disaingi orang lain, sampai pakaiannyapun kalau boleh orang lain tidak boleh menyamainya. Sampai2 ekstrimnya; model rambut, tampilan kumisnyapun orang lain ndak boleh nyamainya.

Sakit Sombong ini lazimnya diderita orang yg mempunyai kedudukan yang tinggi, orang kaya atau orang terpandang dlm masyarakat. Jarang terkena ke orang miskin......... Ada celotehan/selorohan "biar miskin asal sombong", atau "udah miskin sombong pula", ini hampir tak pernah ada.

Sifat Sombong merupakan dosa pertama mahluk ciptaan Allah seperti yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an.  Iblis menganggap dirinya lebih mulia dari Adam lantaran diciptakan dari Api sedangkan Adam tercipta dari tanah.

Kesombongan Iblis dg alasan asal usul, diabadikan di surat Al-A'raf ayat 12 dan Surat Sad ayat 76

قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌۭ مِّنْهُ ۖ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍۢ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍۢ
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".

Dua figur mahluk penghuni surga; Adam + Hawa sbg manusia tercipta dari Tanah. Iblis tercipta dari Api, kedua mahluk ini melakukan kesalahan.
* Iblis dg dosa SOMBONG.
* Adam + Hawa dg dosa melanggar larangan Allah.

Ternyata dosa Sombong tak dpt ampunan Allah. Sedangkan dosa melanggar larangan Allah diampuni Allah.

Kalau bgt Sombong adlh dosa berat. Melanggar larangan Allah agak ringan.
Jikalah boleh kita buat perbandingan kedua dosa ini.

1. Sombong.
Iblis sombong, atas keinginan sendiri. Dorongan intern hati iblis sendiri stlh membanding asal usul kejadian. Selanjutnya melakukan penghasutan.

2. Langgar larangan Allah.
Adam + Hawa, melanggar karena pengaruh, hasutan ektern, bukan muncul dari hati sendiri. Salahnya mereka, terhasut.

Analisis singkat ini dpt dimengerti kenapa Adam + Hawa diampuni sedang Iblis tetap terkutuk sampai kiamat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَّاِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِيْۤ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
"Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari Pembalasan."
(QS. Sad ayat 78)

Sementara kpd Adam + Hawa Allah ampuni, malah diajari cara minta ampun:

فَتَلَقّٰۤى اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَا بَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّا بُ الرَّحِيْمُ
"Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."
(QS. Al-Baqarah ayat 37)

Dg kalimat seperti termuat pada Al-A'raf ayat 23:

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

Naah ............... pembaca bgt berat penyakit hati yg bernama Sombong ini,  malah Nabi Muhammad s.a.w. ingatkan:

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat KESOMBONGAN sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. SOMBONG adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim)

Smg diri ini dan semua pembaca terhindar dari penyakit Rohani SOMBONG.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 19 Syawal 1441 H.
11 Juni 2020.

Tuesday 9 June 2020

Kagum DIRI

Suatu ketika rekreasi, melihat pemandangan indah dari atas bukit, pandangan tertuju ke danau, beberapa tindak dihadapan, tanaman bunga aneka warna, semerbak wangi, di udara sejuk. Pikiran hanyut beberapa saat kagum atas fenomena alam demikian asri.
Qalbu berbisik,.............. KAGUM atas sang PENCIPTA. Ini suatu model kagum bersyukur atas nikmat.

Pikiran sejenak membayangkan.........apalah artinya pergi ke tempat rekreasi nan asri seperti ini, bila INDRA dan RAGA tdk berfungsi...................
Aneka warna bunga, luasnya danau dll keindahan jadinya sia2.............
Takkan dpt dinikmati bagi orang yg matanya tak dpt melihat. ............ dstnya............ lalu.......... Pewisata yg sehat itupun bersyukur.............
KAGUM kpd alam dan lbh KAGUM lagi kpd sang Pencipta Alam. Hatipun berzikir ...................
Ini model kagum sejalan dg kehendak Allah.

Ada model KAGUM jenis lain yaitu KAGUM kpd DIRI SENDIRI.  Rupaya KAGUM jenis ini mrpkan penyakit Rohani.

Kekaguman "diri sendiri" itu kadang diproklamirkan pula kpd orang lain. Penyakit ini biasa menyerang orang-orang yang sukses dalam masyarakat, orang yang sukses dalam hidup.

Ia menyatakan bahwa sukses dirinya lantaran kerja kerasnya, lantaran usahanya yang sungguh-sungguh dan lantaran kepiawaiannya, lantaran kecerdasannya, lantaran kekuatannya.

Tak jarang orang seperti ini memberikan nasihat kepada pihak lain dengan kata-kata misalnya: “Kalau ingin sukses seperti saya ikuti langkah saya, saya bangun setiap hari sebelum pukul 4 pagi dan langsung membaca buku…….”.
Stlh olah raga, sarapan langsung bekerja mencari rezeki.............Tiada hari tanpa kerja, tidak ada waktu berpangku tangan.

Sahabat lama yg kbtln kurang beruntung, bertamu yg tadinya ingin minta tolong .......... urungkan niat..... lalu ndak jadi ngomong. Takut malah dikatain "malas".

Seterusnya contoh-contoh lain diberikannya. Pokoknya dalam pernyatannya semua keberhasilannya adalah karena usahanya. Jenis orang "KAGUM DIRI" ini bukan baru sekarang, sejak doeloe sdh ada. Diwakili QARUN sbgmn apa yang diungkapkannya diabadikan di dalam Al-Qur’an surat Al Qashash 78.
قَا لَ اِنَّمَاۤ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ ۗ
"Dia (Qarun) berkata, Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.

Padahal si sukses lupa. Rezeki Allah yg memberikan, tak mungkin diperoleh tanpa penyertaan Allah Swt.

AnNaml 71:
وَا للّٰهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ فِى الرِّزْقِ

"Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki,........"

Ankabut 62.
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
"Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."


Ditegaskan Allah dalam Al Qur’an diantaranya surat Al Hadid 23. Bahwa soal sukses bukan hanya tersandar kpd ikhtiar, bukan hanya bergantung kepada "kerja....kerja..... daan kerja", hrs di iringi dg "do'a..... do'a daaan do'a".

لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَا تَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَا للّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرِ ۙ 
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"

Kerja  ... kerja... kerja sbg ikhtiar.
Tanpa do'a, wujud dari sombong.
Bagai fatamorgana di tanah datar.
Seperti air, padahal lahan kosong.

Smg, diri ini, para pembaca semua terhindar dari penyakit "Kagum diri" ini karena salah satu yg dikelompokkan sbg "BINASA" oleh Rasulullah; dalam hadits yang ma’ruf disebutkan:

Tiga hal membuat binasa.

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, hadist hasan)

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 18 Syawal 1441 H.
10 Juni 2020.

Saturday 6 June 2020

Penyakit SANJUNG

Virus Covid 19, dominannya menyerang RAGA, walau terasa juga sih ke JIWA. Sebab hrs diakui ada kehawatiran...... . jadinya tak berani terima tamu, jadinya ndak berani ke pasar, jadinya tak berani ke luar rumah ............ndak ke rumah ibadah.............dll...............

Bagi sebagian orang,............. rasa khawatir dan takut sampai berlebihan. Bukankah rasa khawatir bila berlebihan, maka wabah ini sdh sampai menyerang Jiwa. Kalau khawatir sedang2an saja, itu namanya........ "waspada", Jiwa blm terserang.

Manusia tercipta bgt rumit. Ada Jiwa ada Raga. Ada Jasmani ada Rohani. Jiwa bisa sehat bisa sakit, agaknya ini dominnya ahli jiwa dan dokter jiwa. Raga dan Jasmani pun dmkn; bisa sehat bisa sakit, ini wilayah ahli kesehatan.

Rohani, biasanya kebugaran rohani urusan rohaniawan. Rohani yg terawat akan sehat. Rohanipun bisa terkena penyakit.

Penyakit  yg  menyerang Rohani,  jika di kelompokkan tak kurang dari delapan jenis penyakit. Satu diantaranya selalu ingin TERSANJUNG.

Sakit ingin selalu TERSANJUNG yaitu sifat manusia juga didorong oleh perasaan bathinnya, ingin agar dinilai baik, oleh sesama manusia atau masyarakat.

Kalau perlu untuk mendptkan penilaian baik itu ybs  bersedia melakukan suatu perbuatan keji/tercela atau perbuatan yg berbahaya. 

Misalnya dianya berada di lingkungan banyak orang berbuat maksiat, demi mendpt penilaian baik dari lingkungan tsb., diapun bermaksiat pula. Bagi orang berpenyakit SANJUNGAN,  pepatah "Di kandang Harimau, mengaum. Di kandang Kambing, mengembik", diterapkan di semua situasi. Padahal sehrsnya:
*Di lingkungan maksiat bila tak mampu memberantas, setidaknya tdk ikutan.
*Di lingkungan orang baik2 kalau tdk jadi pelopor berbuat baik, ikutan berbuat baik, paling kurang tak jadi perintang orang lain berbuat baik.

Inti pokoknya rohani berpenyakit SANJUNG Inginkan sanjungan manusia. Penyakit ini dpt terkena kpd siapapun. Sekedar contoh antara lain:
Kawula muda, ingin di cap pemberani, lakukan kebut2an atau tindakan berbahaya lainnya.
Seorang Penulis, ingin tulisannya dinilai bagus. Rohaniawan, usai khutbah, berharap jamaah menilai materi  penyampaian khutbahnya mantab. Jadi pemuka masyarakat sibuk dg pencitraan.

Kalau bgt Penyakit SANJUNG ini mirip dg Riya'. Ternyata walau ada persamaannya, ada bedanya.

Riya' adalah amalan2 yang dilihat, secara lahiriah nya dikerjakan karena Allah namun di dalam bathinnya  juga inginkan sanjungan manusia. Amal2 ingin dpt nilai ganda itu adlh amal ibadah dan kebajikan.

Sedangkan penyakit SANJUNG, adalah amal2 dikerjakan untuk mendapat sanjungan manusia, dalam hal2 tertentu biarpun Allah tidak meridhai, biarpun melanggar norma2 dlm masyarakat, biarpun berbahaya, dikerjakan asalkan mendpt apresiasi manusia.

Orang yg terkena penyakit SANJUNGAN ini, jangankan apa yg ia lakukan, sesuatu yg orang lain melakukannya kadang di klaim-nya dia yg lakukan demi mengharapkan SANJUNGAN.

Penyakit SANJUNG ini benar2 terjadi, buktinya di ayat 188 Ali-Imran,  diabadikan:

لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَفْرَحُوْنَ بِمَاۤ اَتَوْا وَّيُحِبُّوْنَ اَنْ يُّحْمَدُوْا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوْا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَا زَةٍ مِّنَ الْعَذَا بِ ۚ وَلَهُمْ عَذَا بٌ اَ لِيْمٌ
"Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka akan mendapat azab yang pedih."

Semoga diri ini dan para pembaca dilindungi Allah dari penyakit "SANJUNGAN". Shg kalau beribadah hanya mengharap ridha Allah semata.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 15 Syawal 1441 H.
7 Juni 2020.

Thursday 4 June 2020

MANFAAT Ber-Andai2.

Manfaat mrpkn tujuan utama semua aktivitas. Ber-andai2 juga pd dasarnya inginkan manfaat.

Mulai umur balita anak2 sdh ber-andai2 dg apa yg disebut mereka cita2. Cita2 balita tentu blm mantab, banyak dipengaruhi apa yg dilihat di sekelilingnya, atau apa yg ditontonnya atau apa bahan bacaannya.......

Pasangan yg baru menikah, ber-andai2 akan anak2 mereka, bgmn kalau anaknya nanti lelaki atau anaknya perempuan dstnya......
Bgt anak2 terlahir wajar jika sdh mulai ber-andai2 ttg masa depan anak2 mereka. Inipun sejalan dg anjuran Allah:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Hasyr ayat 18)

Jadi sangat BERMANFAAT jika ORTU sejak dini ber-andai2 untuk masa depan anak2 mereka. Selanjutnya menyiapkan action step merealisasikan rencana masa depan si anak. Tentu semua terpulang kpd penyertaan Allah, tapi setidaknya ORTU sdh berikhtiar. Karena Allah ada mengingatkan para ORTU, agar "TIDAK MENINGGALKAN GENERASI YG MENJADI BEBAN MASYARAKAT".  Para Ortu hrs ber-cita2 meninggalkan generasi yg bermanfaat untuk ummat, kuat perekonomiannya, sejahtera.
Kewajiban dimaksud tersurat pada ayat 9 surat An-Nisa berikut:

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."

Naaah ini antara lain MANFAAT BER-Andai2. Banyak model ber-andai2 yg dpt pembaca andai2kan di kasus lain yg juga bermanfaat....

Demikian, smg Allah selalu membimbing dan menolong kita untuk mewariskan ke anak cucu kita hal2 yg baik, shg mereka kita tinggalkan bukan sbg generasi yg lemah. Mari kita berdo'a (seperti diajarkan Allah di ayat 15 surat Al-Ahqaf):
رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَا لِدَيَّ وَاَ نْ اَعْمَلَ صَا لِحًا تَرْضٰٮهُ وَاَ صْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْ
Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّـــوَعَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 13 Syawal 1441 H.
5 Juni  2020.

Wednesday 3 June 2020

DOSAkah Ber-ANDAI2

Ber-andai2 itu kadang perlu.

Ber-andai2 itu, PAHALA diperoleh dlm hal tertentu.(tlh ditulis sblm ini).
Ber-andai2 itu, dlm hal tertentu adalah DOSA.
Ber-andai2 itu, kadang datangkan MANFAAT.
Ber-andai2 itu, kadang menimbulkan MUDHARAT.

Ber-andai2 masa lalu untuk evaluasi guna ber-andai2  menyusun strategi kedepan adlh hal yg baik. Justru Allah anjurkan orang beriman memikirkan, merencanakan masa depan; dg perintah   وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ "hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok". (QS:
Al-Hasyr ayat 18).

Tentu salah satu dasar perencanaan hari esok, adlh pengalaman masa lalu. Hari esok buat manusia, ada dua:
1. Hari esok di dunia (hari sesudah hari ini dstnya).
2. Hari esok ssdh kita mati (hari esok alam kubur, alam akhirat).

Ber-andai2 itu disamping bernilai positip (mungkin berpahala), juga ber-andai2 juga berpeluang menjadi DOSA, jika hasil per-andai2- an menjadikan: *PENYESALAN dan timbul
*PER-ANDAI2-BARU dg konstruksi tidak sama dg yg tlh terjadi.

Contoh dpt dilihat di ayat 156 Ali-Imran berikut ini:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَكُوْنُوْا كَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَقَا لُوْا لِاِ خْوَا نِهِمْ اِذَا ضَرَبُوْا فِى الْاَ رْضِ اَوْ كَا نُوْا غُزًّى لَّوْ كَا نُوْا عِنْدَنَا مَا مَا تُوْا وَمَا قُتِلُوْا ۚ لِيَجْعَلَ اللّٰهُ ذٰلِكَ حَسْرَةً فِيْ قُلُوْبِهِمْ ۗ وَا للّٰهُ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۗ وَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir yang mengatakan kepada saudara-saudaranya apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh. (Dengan perkataan) yang demikian itu, karena Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."

Per andai2 an dg "SEKIRANYA/ KALAU" tentulah .......tidak ........ (seperti kejadian), ini musibah yg telah terprogram di lauh mahfuz. Misalnya kalaulah tidak menumpang pesawat terbang itu tentulah ..... belum mati. Statement ini benar, tapi tak pantas jadi ucapan dan pikiran orang beriman. Karena musibah.
مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ۖ 
"Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah"
(QS. Al-Hadid ayat 22).

Adapun mencari penyebab musibah adlh ber-andai2 yg positif, 
اِنْ شَآءَ اللّٰهُ
berpahala dlm rangka ikhtiar menghindari musibah yad.

Pembaca juga mungkin punya sederet andai2 ttg perjalanan hidup masing2. Ambil andai2 yg positif yg اِنْ شَآءَ اللّٰهُ   berpahala, bermanfaat. Tapi hati2 ber-andai2 jangan sampai menyesali taqdir Allah.

Smg Allah memberikan yg terbaik buat kehidupan dunia dan akhirat kita.
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةًۭ وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ حَسَنَةًۭ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّـــوَعَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 12 Syawal 1441 H.
4 Juni  2020.

Monday 1 June 2020

Se-PERAU Se-TIMBA' Ruang

Khasanah bahasa dmkn kaya, termasuk bahasa daerah2 di Indonesia. Penutur bahasa Melayu di daerahku;  punya Pepatah: "SE-PERAU SE-TIMBA' RUANG",
Terjemahan bebasnya "sekelompok orang se daerah, lebih luas lagi satu provinsi, diluaskan lagi senegara bagaikan SE PERAHU" (dialeg  daerah-ku tanpa huruf "H"= diucapkan  SE-PERAU), SETIMBA' RUANG. (dialeg daerah'ku pada huruf "A", dibunyikan pakai opsor ').
Timba' ruang adlh ruang penampung rembesan air yg masuk ke perahu.

Timba' Ruang itu adanya ditengah dasar perahu. Dahulu perahu terbuat dari kayu, bgmnpun rapi membuatnya, karena berada di atas air, ada saja rembesan air yg masuk melalui celah2 kecil sambungan papan bangunan perahu. Air masuk perahu terkumpul di "Timba' Ruang".

Jika air di "Timba' Ruang" ini dibiarkan tidak dikeringkan, akan numpuk semakin banyak. Kalau air sdh banyak, akan sulit mengurasnya, perahu akan tenggelam. Bila perahu tenggelam mengancam keselamatan seluruh penumpang perahu, tentunya tak kan sampai ke tujuan.

Pepatah ini mengandung makna:
1. Ummat suatu negara bagaikan menumpang sebuah perahu, dg tujuan sama....... misalnya menuju perjalanan mengarungi lautan.
2. Keselamatan perahu, sbg sarana keselamatan penumpang semua.
3. Salah satu faktor keselamatan perahu, agar jangan sampai tenggelam lantaran air masuk melalui "Timba' Ruang".
4. Tanggung jawab mengeringkan air di "Timba' Ruang" hakikatnya adlh tanggung jawab semua penumpang, tapi tentu yg paling bertanggung jawab adlh kru perahu, lbh khusus adalah yg memegang kemudi/Nahkoda perahu. Nahkoda perahu sbg pimpinan hrs piawai dlm mendelagasikan tugas kpd semua petugas dlm perahu termasuk petugas penguras "Timba' ruang".
5. Bgmnpun baiknya apa saja di dunia ini pasti ada sisi kelemahannya.

Bilamana ada pihak2 yg mencegah/menghambat  pelaksanaan tugas penyelamatan perjalanan hrs dipandang sebagai suatu kemungkaran. Termasuk kelalian mengontrol "Timba' Ruang".
Bilamana salah satu penumpang apalagi kru perahu yg berbuat kemungkaran maka bencana akan menimpa seluruh penumpang.

Adapun bencana, akan terkena buat semua karena ulah seorang atau sekelompok orang. Rasulullah mencontohkan mirip ilustrasi di atas:

Dari An Nu’man bin Basyir r.a.  berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا

“Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari).

Mencegah orang lain berbuat kemungkaran dmkn penting. Karena kemurkaan Allah atas kemungkaran itu, terkena kpd semua orang, bukan hanya kpd yg berbuat zalim dan pelaku kemungkaran saja.

وَا تَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَآ صَّةً ۚ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَا بِ
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
(QS. Al-Anfal ayat 25).

Bukan tdk mungkin musibah Covid 19 ini,  juga mrpkn bencana yg ditimpakan ke semua penumpang "Perahu Dunia", disebabkan ada sekelompok "Penumpang Perahu Dunia" yg berbuat kemungkaran. Makanya sangat diperlukan ada kepedulian kita semua apabila melihat, mengetahui kemungkaran, berupaya mencegahnya.
Wallahu 'alam bishawab.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّـــوَعَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 10 Syawal 1441 H.
2 Juni  2020.