Baik
dibaca oleh para “manula”
Boleh
juga dibaca calon “Lansia”
Tidak
dilarang membacanya “para pemuda”
Seorang
temanku limabelasan tahun lalu, kini sudah tiada, sering mengeluhkan, kalau
malam sekitar pukul dua atau tiga dini hari terbangun dan tak dapat tidur
kembali. Keluhan temanku yang usianya 10 tahunan lebih tua dariku itu kukomentari
“abang patut bersyukur berarti Allah memberi kesempatan abang untuk lebih
banyak shalat malam, agar abang banyak berzikir”. Jawabanku itu dijawab senyum
serta mengatakan: “mulai,……., mulai masuk sindirannya”. Memang sobatku ini
kurang aktif shalat, namun do’aku semoga Allah mengampuni segala dosanya,
menerima amal kebaikannya yang lain. Banyak kebaikan lainnya dalam hubungan
kemasyarakatan dan persahabatan, utamanya dengan ku. Allah tentu akan
memperhitungkan semuanya dengan baik, sebab Allah akan memperhitungkan segala
kebaikan kendati hanya sebesar atom sekalipun.
Orang
dengan usia manula, sebagian besar telah berkurang kelelapannya tidur di malam
hari, ku tak punya data konkrit, berapa persen manula sering terbangun malam
seperti sohibku itu. Tetapi banyak cerita rekan-rekan di usia enampuluhan
mempunyai kebiasaan terbangun tinggal sepertiga malam terakhir itu, termasuk
tetanggaku yang kebetulan bukan seagama. Ada juga temanku (enampuluhan-manula),
dengan bangga menceritakan, bahwa dianya memanfaatkan terbangunnya tengah
malam, membaca buku-buku dan juga menyusun tulisan buku.
Banyak
sudah karya tulis temanku itu terpublikasi, berkat sering terbangun diujung
malam. Sayangnya itu teman tidak menggunakan untuk shalat malam dan berzikir
seperti saranku buat salah seorang sahabatku. Namun tentu saja apapun kegiatan
yang dilakukan seperti menulis buku layaknya temanku yang satu ini, semoga bila
diniatkan untuk ibadah, Insya Allah mendapatkan nilai kebaikan dari Allah
s.w.t. Aamien. Walaupun belasan judul buku temanku ini bukan buku-buku agama
seperti karya Imam Ghazali.
Andaikanlah
buku-buku agama, tentu merupakan amalan jariah yang manfaatnya dinikmati
penulis terus menerus walau telah berpulang kerahmatullah. Lagi pula buku-buku
ilmu pengetahuan duniawi, menurut teman-teman yang sedang nyusun Skripsi, Tesis
dan Disertasi, buku-buku yang dapat diajadikan acuan harus terbaru, sekurangnya
terbit 5 tahun sebelum tanggal karya ilmiah yang akan disusun. Jadi besar
kemungkinan buku-buku temanku itu tak lama lagi tak akan ikut dalam pusaran buku
beredar di khasanah perbukuan. Sementara temanku itu tak mungkin merevisinya
karena telah lama wafat. Beda dengan buku-buku agama, setua apapun buku itu
akan masih relevan untuk dijadikan referensi.
Satu
lagi rahasia manula ialah soal penyakit. Hampir setiap manula punya penyakit kronis,
ada yang sekaligus empat penyakit, misalnya buat kaum lelaki, terkena Diebates,
Prostat, Darah tinggi, gangguan pencernaan. Begitu pula kaum nenek-nenek, kena
penyakit persendian, kolesterol, migrain, pencernaan dan macam-macam lagi
penyakit kronis lainnya. Walau tak sedikit juga manula berusia di atas 70, di atas
80 masih sanggup nyetir mobil sendiri, sehat afiat. Tapi ini hanya sebagian
kecil.
Ternyata
bagi yang berpenyakit kronis itu ada rahasia hikmah yang terkandung di dalamnya.
Karena selalu dirundung sakit, dirinya tak henti-hentinya berzikir, tak henti
hentinya mengingat Allah siang dan malam. Tentu hal itu akan membawa kebaikan
bagi kehidupan akhirat yang bersangkutan. Sedangkan manusia mau tidak mau, suka
tidak suka, pasti akan memasuki kehidupan akhirat melalui pintu gerbang maut,
baik yang sakit-sakitan akhirnya juga meninggal, juga yang sehat-sehat dapat
saja langsung tiba-tiba meninggal. Ada
teman yang sering sakit-sakitan, lantas dianya sebagai manusia juga, kadang
mempertanyakan, kenapa do’anya untuk minta kesembuhan belum juga terijabah.
Guna
menjawab pertanyaan teman di atas, bagus dijadikan acuan contoh cerita seorang
yang sadang makan di sebuah rumah makan ketamuan pengamen. Sedang asik,
menikmanti makanan yang dipesan, apalagi dengan pasangan, datang seorang
pengamen membawa alat pengiring nyanyian ala kadarnya berupa botol Aqua diisi
pasir. Meluncurlah dari mulutnya tembang yang tak tentu karuan bait dan syairnya
dibalut oleh suara yang sember/sumbang tak enak mendarat di telinga. Mungkin
bila seorang itu adalah anda, anda akan segera merogoh kantong mengambil recehan
ala kadarnya, agar si pengamen lekas pergi, atau berguman “maaf-maaf”, supaya
pengamen cepat berlalu. Bagaimana kalau yang datang ngamen, seorang lelaki
tampan berpakaian sopan di dampingi pula seorang perempuan cantik berpakaian
rapi. Si lelaki memain kan alat musik yang
enak didengar suaranya, sementara pengamen putri menembangkan lagu, kebetulan
lagu nostalgia anda yang sangat anda gandrungi. Tentu anda tidak segera merogoh
kantong untuk mengabulkan tujuan dari si pengamen untuk mendapatkan upah atas
jasanya yang tak dipesan itu. Anda mungkin akan menunggu sampai lagu itu sampai
syair terakhir. Dapat juga terjadi jika benar-benar anda menikmati lantunan
suara dan iringan musiknya, anda akan pesan lagi satu lagu lain yang juga
nostalgia anda. Itulah perumpaan bagi do’a seorang manula yang mungkin belum
dikabulkan dengan kesembuhan. Allah yang mempunyai hak mutlak mengabulkan do’a,
menyenangi do’a anda yang sakit-sakitan itu. Allah yang mempuyai kuasa mutlak
mengijabah do’a menyenangi zikir-zikir anda setiap saat menjelang berakhirnya
usia anda, agar nanti terkumpul do’a anda itu untuk dikabulkan nanti di akhirat
kelak.
Bukankah
ada hadits nabi “tidak seorang muslim
tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan
bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daunnya” (HR
Bukhari No.5660 dan Muslim No.2571).
“Tidaklah sesorang muslim ditimpa keletihan,
penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan hingga duri yang
menusuknya, melainkan Allah akan menghapus sebagian dari kesalahan-kesalahannya”
(HR Bukhari No. 5641)
“Tidaklah menimpa
seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga
kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan
dihapuskan dengan dosa-dosanya (HR Muslim No, 2573)