Thursday 29 September 2022

BERSYUKUR melalui sepiring N A S I

Salah satu syarat agar hidup ini dijalani dengan ikhlas, adalah melihat segala sesuatu secara cerdas. Suatu keadaan, kenyataan, kehadiran apa saja dihadapan kita jika dilihat secara cerdas sampai ke hakikatnya akan didapat nilai yang terkandung didalamnya begitu dalam. Contoh, sepiring nasi, kadang ada orang yang sehari menikmatinya 3 kali, ada yang 2 kali dan juga ada diantaranya untuk mendapatkan 1 kali saja sehari setelah dengan berikhtiar begitu susah payah. Makan bagi manusia, adalah keharusan sebagaimana seluruh makhluk hidup lainnya, baik hewan, tumbuh2an. Tanpa makan semua makhluk hidup akan mati. Bila disimak ayat 31 dari surat Al-A’raf, bagi manusia makan termasuk diperintahkan oleh Allah. يٰبَنِىٓ ءَادَمَ "……………………... وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوٓا  ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِين "Wahai anak cucu Adam!………………... makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." Manusia diperintahkan makan dan minum, tetapi tidak berlebihan. Makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Bagi orang berkecukupan di negeri kita umumnya mengkonsumsi nasi 2 sampai 3 kali sehari, semoga frekuensi itu tidak termasuk berlebihan. Dalam kenyataan terdapat juga orang yang berkecukupan tidak mengkonsumsi makan nasi 3 kali sehari, memilih aneka makanan lain tak jarang orang yang mampu, makan dalam artian makan nasi hanya 2 kali atau sekali sehari. Kebutuhan nutrisi dipenuhi dengan makanan lain. Tulisan ini hendak membaca secara hakiki fenomena tentang keberadaan sepiring nasi untuk mengkaitkannya dengan renungan untuk bersyukur: Pertama, bahwa kita bersyukur diberi Allah rezeki yang cukup, sehingga sanggup mendapatkan 2 atau 3 kali sepiring nasi dalam sehari. Karena ada orang lain yang tidak mendapatkan sepiringpun seperti isi piring kita walau sudah membanting tulang memeras keringat. Kedua, perlengkapan nasi sepiring itupun tiap orang berbeda-beda sesuai tingkat kekuatan ekonominya, tergantung kondisi kesehatannya. Bedanya mulai dari kualitas nasinya sampai keanekaan lauk pauknya. Sementara ada kelompok orang kualitas dan lauk pauk tidak begitu penting, pokoknya kenyang. Ada kelompok orang yang jumlah nasinya sedikit, sedangkan lauk pauknya memenuhi kandungan gizi dengan perhitungan yang cermat guna menjaga kebugaran. Kelompok terakhir umumnya hidup di atas berkecukupan atau oleh dokter dianjurkan mengurangi mengkonsumsi nasi karena sakit tertentu. Ketiga, di dalam seperangkat nasi sepiring berikut lauk pauk dan perlengkapannya yang hadir kehadapan kita, baik mewah maupun sederhana, semuanya itu tidak akan hadir dengan sendirinya. Banyak pihak yang terlibat sehingga terkemas separangkat nasi sepiring tersebut. Mari kita lihat secara hakiki yaitu: Materi nasi, terbuat dari beras, beras dari padi, padi ditanam di sawah, sawah diolah petani, diberi pupuk. Setelah padi menguning dituai dan diolah menjadi beras di penggilingan gabah, beras diangkut ke pengecer, dibeli oleh ibu rumah tangga, di tanak oleh ibu rumah tangga atau pembantu rumah tangga, barulah dihidangkan ke dalam piring. Dari materi nasi ini bila kita lihat begitu banyak pihak yang terlibat yaitu: Petani, Buruh ,pabrik, pupuk, Buruh penggilingan gabah, Buruh angkutan, Pedagang pengecer, Juru masak. Buruh pembuat pabrik pupuk, Buruh pembuat pabrik penggilingan gabah, Buruh pembuat sarana pengangkut, Buruh pembuat karung dan seterusnya, demikian banyak manusia ciptaan Allah yang berperan serta dalam pengadaan “nasi” yang kita konsumsi setiap hari itu. Materi lauk pauk, seperti ikan, daging, sayur, buah-buahan. Semuanya hadir mengiringi nasi adalah hasil dari aktivitas manusia ciptaan Allah yang berpropfesi sebagai nelayan, peternak, petani sayur dan buah-buahan, pedagang ikan dan sayur, tukang pembuat perahu, insinyur pembuat mesin kapal, buruh pabrik alat-alat penangkap ikan dan seterusnya. Materi perlengkapan pendukung, seperti peralatan makan. mulai dari piringnya, sendok garpu, meja makan dan segala perlengkapannya, pengadaan material itu semuanya melibatkan banyak pihak hamba ciptaan Allah ditaqdirkan dengan masing-masing peran. Keempat, bahwa segala upaya itu semua adalah dapat terlaksana dengan izin Allah semata, walau kadang tidak kita sadari bahkan sering ada yang berpendapat itu terjadi secara alami. Ketahuilah bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan di alam ini kecuali dengan izin Allah swt. Banyak petani gagal panen, walau padi sudah hampir siap dituai, karena tiba-tiba terjadi bencana alam, kadang banyak sawah yang sudah gagal sejak awal karena terserang hama. Bukan hanya padi yang kadang tidak menjadi bila oleh Allah izin tidak diberi, begitu pula nelayan penangkap ikan kadang pulang dengan kosong lantaran laut sedang bergolak, peternak bukan sedikit yang gagal karena hewan terserang penyakit. Sayur dan buah tidak dapat dipanen karena terkena berbagai musibah. Dari renungan siapa dibalik sepiring nasi inilah maka seyogyanya kita semakin insyaf bahwa nasi yang kita konsumsi setiap hari itu tidak akan terjelma dengan sendirinya tanpa kehendak Allah swt, melalui tangan-tangan hamba ciptaan_Nya yaitu manusia. Belum lagi jika direnung bahwa siapa yang menumbuhkan bibit tumbuhan padi dan buah-buahan serta sayur-sayuran yang tadinya mati. Siapa yang menciptakan ikan yang sekali bertelur jutaan butir, ada yang hidup terus sampai bertelur lagi, ada ikan yang belum sempat besar disantap ikan lainnya untuk meneruskan hidup ikan penyantap dan sebagian ada yg hidup cukup besar disediakan untuk manusia. Oleh karena itulah sangat layak sebelum menyantap hidangan makan untuk membaca do’a: اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّار “Allahuma Bariqlana fima razaqtana wakina adzaban naar”. Seperangkat nasi itupun setelah kita konsumsi, berikutnya diproses mulai dari rongga mulut masuk pencernaan dan akhirnya menjadi energy dan sisa-sisanya dikeluarkan melalui pembuangan. Pencernaan bekerja sepenuhnya atas kuasa Allah, tidak seorangpun yang dapat memerintah pencernaannya sebagaimana halnya tidak seorangpun dapat menentukan jantungnya berdenyut. Kedua organ tubuh ini yaitu pencernaan dan jantung mutlak atas kuasa Allah. Ibn Samak seorang da’i kondang di era Harun Al Rasyid memerintah Bagdad. Pernah berceramah dihadapan pembesar istana, ketika itu musim panas. Sultan kehausan kemudian minta segelas air. Syang da’i, menyela ceramahnya untuk bertanya kepada sultan. “Bagaimana kalau ketika tuan dalam keadaan haus seperti ini, pelayan tuan melaporkan bahwa diseluruh kerajaan tuan tidak tersedia segelas air yang tuan berhajad atas air itu” Sultan menjawab: “Akan kukerahkan seluruh aparatku untuk mendapatkannya walau harus dengan risiko habisnya separoh kekayaanku”. Selanjutnya Ibn Samak bertanya lagi: “Bagaimana kalau segelas air yang tuan minum yang seharusnya sebagian dikeluarkan menjadi kencing ternyata tidak dapat dikeluarkan”. Jawab Sultan: “Akan kuundang tabib untuk mengobatiku, sampai sembuh penyakit itu (dapat kencing) walau harus dengan biaya separoh dari hartaku”. Disimpulkan bahwa harta kekayaan Sultan seluruhnya hanya senilai dengan segelas air. (riwayat ini dikutip dan disarikan dari tafsir Al-Azhar ditulis Prof. Dr. HAMKA). Jadi bila dikaji secara hakiki, apalagi seperangkat sepiring nasi dengan aneka lauk pauknya, lebih bernilai dari segelas air. Jika tidak tercerna dengan baik dan pada saatnya tidak dapat dikeluarkan sisa-sisanya, maka akan menimbulkan mara bahaya buat kesehatan tubuh. Belasan tahun lalu saya pernah mengalami sakit, diantaranya susah BAB kadang sampai 2 hari. Menurut dokter yang merawat saya, toleransi untuk tidak BAB adalah 3 hari. Bila hari ke tiga yang ditunggu itu tidak datang juga, segera ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk dibantu mengeluarkannya. Bukan kepalang pentingnya BAB itu. Makanya ada suku bangsa di negeri tercinta ini bersemboyan bahwa hidup bahagia apabila sekurangnya terpenuhi 3 keadaan yaitu: Pertama, makan batambuah. Kedua, laluk bakaruah, Ketiga, taciri’ lasuah. Ketiga keadaan ini bila dikaji mendalam, sangat dalam kebenarannya. Orang sehat tidak terganggu makannya, biar bertambah juga tidak masalah, karena tidak akan menimbulkan penyakit bahkan dalam kadar kenyang tertentu menjadikan ia sehat dapat bekerja dengan kuat dan bersemangat, sehingga berprestasi tinggi. Sebaliknya orang sakit diabet misalnya, makan sudah dengan sukatan, badan tidak bisa bugar karena terbatas asupan gizi yang diperolehnya. Orang sehat dan tidak banyak pemikiran, akan tidur nyenyak. Tidur nyenyak atau pulas akan membuat yang bersangkutan sehat, sehingga berpikir jernih dan dapat menyelesaikan setiap permasalahan hidup dengan baik. Sedangkan orang, bagaimanapun kayanya jika kekayaan itu diperoleh dengan jalan yang bathil misalnya, nurani tidak tenang akan mengganggu ketika tidur dimalam hari, bawaannya resah dan gelisah, berujung kepada mudahnya datang beberapa macam penyakit. Keresahan tidur bukan hanya disebabkan oleh perolehan harta dari jalan bathil saja, kadang ada juga yang karena kurang mensyukuri nikmat Allah, sering memandang ke atas sehingga hidupnya tanpa batas dan selalu tidak puas. Bahagialah orang yang selalu bersyukur, paling kurang ia akan enak tidur. Urusan BAB tadi sudah dibahas, bahwa bagaimanpun nikmatnya makanan yang disantap bila tidak berhasil dikeluarkan kembali akan bermuara timbulnya aneka macam penyakit, sehingga harus ditolong oleh para medis bila sudah melewati batas waktu toleransi seperti diungkap di atas. Kesimpulan kita bahwa “siapa yang berada dibalik sepiring nasi” tiada lain adalah Allah swt. Karena itu ketika memulai memakannya hendaklah ingat Allah dengan sekurang-kurang membaca do’a seperti dikutip di atas. Kitapun paham bahwa nasi itu dicerna dan seterusnya, kemudian sisanya harus dikeluarkan kalau tidak; akan membawa mudharat untuk tubuh kita dan proses itu sepenuhnya atas kuasa Allah swt, sehingga wajar kiranya sesudah makan kita berdo’a: اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِي “Alhamdulillahillazi ata’mu wasyaka’ wasyauwarahu wajaa’la lahu makharaja” sekurang-kurangnya Alhamdulillah atau do’a lainnya yang diajarkan oleh Rasulullah. Semoga melalui renungan sepiring nasi ini, tingkat kesyukuran kita semakin bertambah, memahami betapa banyak pihak yang terlibat mengantarkan sepiring nasi ke meja makan kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 4 Rabiul Awal 1444 H. 30 September 2022. (1.040. 09.22)

Wednesday 28 September 2022

HP di BLOKIR

Akan lama sekali terasa menunggu proses antrian kontrol kesehatan rutin bulanan jika tdk dimanfaatkan. Sejak pkl 8 sampai masuk zuhur blm dpt giliran, supaya tak terasa menunggu lama kutulis artikel ini: Pensiun, tidak berarti semua kegiatan berhenti. Apalagi bila masih sehat dan enerjik, rasanya tak nyaman bila tak ada kegiatan. Temanku seusia, sdh 20 tahunan pensiun, sebut saja pak Sumid (bukan nama sebenarnya). Sejak pensiun masih aktif berbisnis ngelola perkebunan dan pertambangan. Sebagai pebisnis tingkatan manager, HP adlh bgt penting, punya 3 unit, dg fitur yg canggih2. Konsekwensi sbg manager, meeting ke-mana2 di dlm negeri kadang luar negeri. Beberapa hotel di beberapa kota sdh jadi langganan nginap. Suasana di meja makan, kejadian dua tahun lalu ketika makan malam bersama istri di rumah sesudah shalat isya, menjadi masalah buat bisnis sohibku Sumid. HP yg terletak tak jauh di meja dekat meja makan memberi tanda ada tlp masuk. Langsung Pak Sumid meraih HP, menempelkan di telinga. "Papi-papi, kamar hotelnya sudah siap, biasa .......saya tunggu". Begitu suara di HP (suara dibesarkan maklum telinga tua) suara terdengar genah oleh Ny. Sumid, dimana mereka tinggal berdua di kediaman mereka. Anak2 sdh berumah tangga sendiri. Serta merta makan malam yg blm tuntas itu selesai prematur. Tak dpt dikisahkan seranah sang istri. Penjelasan pak Sumid, dari sudut manapun dan cara apapun tidak diterima. Cemburu si istri meluap mendidih, membayangkan suami sekamar di hotel dg perempuan lain yg menyebut suaminya papi. Padahal si suami sdh ber-tahun2 dlm rangka ngurus perusahaan, bila ke kota lain, nginap di hotel. Pesan kamar bbrp hari seblmnya untuk kepastian. Ndak tau kali ini resepsionis hotel pakai nelpon segala, biasanya pakai SMS terakhir pakai WA hanya nyebutkan nama hotel. Singkat kisah: Guna menyelamatkan perkawinan yg sdh melibihi tahun emas itu, pak Sumid menerima syarat istrinya: 1. Semua HP yg 3 unit itu, hanya boleh diaktifkan 1 nomor. 2. Pak Sumid tidak lagi boleh pegang HP, semua tlp masuk hrs diterimakan dulu oleh sang istri. 3. Pak Sumid diminta resign dari perusahaan. Menurut istri kehidupan cukup ditunjang dg uang pensiun dan iuran dari 4 orang anak mereka yg kini sudah mapan. "Aku tak mau makan hati berulam jantung", demikian semboyan istri. Berbicara sifat kaum istri: Nabi Adam diciptakan sendiri, merifer kpd surat An-Nisa ayat 1, Allah menciptakan Siti Hawa dari diri Nabi Adam: يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّا حِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَا لًا كَثِيْرًا وَّنِسَآءً ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهٖ وَا لْاَ رْحَا مَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." Banyak komentar ttg makna "dari diri yang satu" (خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّا حِدَةٍ ) Siti Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam. Jadinya ku teringat lanjutan kisah "dongeng?" Adam dan Hawa. Ketika Nabi Adam tertidur, diam2 Hawa memeriksa rusuk Nabi Adam, apakah ada lagi rusuk Nabi Adam yg hilang. Kalau ada berarti ada perempuan lain. Berdasarkan "dongeng?" itu berarti cemburu wanita sdh dari sononya begitu besar. Kekhawatiran Siti Hawa kalau2 ada lagi wanita lain sbg saingan. Kembali ke cerita pak Sumid karibku, agaknya cemburu tak mengenal logika. Bila dipikir yg jernih, cewek mana gerangan yg tertarik dg kakek diatas 75 tahun seperti pak Sumid, berjalan saja sdh susah mengendalikan badan, jaga ke seimbangan. Isinya tinggal "batuk, pegal dan kentut". Bertahun-tahun ku tak dpt komunikasi dg sohibku Sumid, rupanya nomor HP nya tinggal hidup satu itupun di blokir. Terakhir kudapat jalan keluar nelpon temanku itu via tetangga pak Sumid yg juga temanku. Isi telponku diteruskan oleh temanku itu, selanjutnya pak Sumid menelponku (mungkin didepan istrinya). Demikian, semoga bagi sesama lansia, hidup bahagia dg saling pengertian sampai maut memisahkan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Sedang nunggu antrian di RS. 2 Rabiul Awal 1444 H. 28 September 2022. (1.039. 09.22)

Monday 26 September 2022

ILMU & HARTA

Ilmu adalah kekayaan intelektual, tidak terlihat wujudnya namun dapat dirasakan, dapat dilihat/dibuktikan hasilnya. Sedangkan harta adalah kekayaan material, terlihat wujudnya dapat dihitung nominalnya, dapat dirasakan manfaatnya. Menurut Ali bin Abi Thalib perbedaan antara Kepemilikan ilmu dan harta: Pertama, ilmu adalah warisan para nabi dan rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir’aun, Namrud dan lain-lainnya. Kedua, ilmu akan menjaga diri kita, sementara harta malah sebaliknya, malahan kita yang harus menjaganya; Ketiga, orang yang memiliki banyak harta akan memiliki banyak musuh. Sedangkan orang yang kaya ilmu akan banyak orang yang menyayangi serta menghormatinya; Keempat, harta jika sering kita gunakan akan semakin berkurang. Berbeda dengan ilmu, semakin sering digunakan, maka akan semakin bertambah; Kelima, pemilik harta biasanya akan ada seseorang yang menyebutnya pelit, sedangkan pemilik ilmu akan dihargai dan disegani; Keenam, pemilik harta akan selalu menjaganya dari kejahatan, baik maling, rampok maupun yang lain. Sedangkan ilmu tak perlu susah payah menjaganya, karena ia lah yang akan menjaga kita; Ketujuh, pemilik ilmu akan diberi syafa’at oleh Allah Swt di hari kiamat kelak, sementara pemilik harta, setiap harta yang digunakan akan dihisab oleh Allah kelak di yaumul hisab; Kedelapan, harta pada saatnya akan habis, sedangkan ilmu malah sebaliknya, ilmu akan abadi; Kesembilan, seseorang yang banyak harta akan dijunjung tinggi hanya karena hartanya. Sedangkan orang yang berilmu akan dijunjung tinggi karena ilmu dan intelektualnya; Kesepuluh, harta sering kali membuat kita tidak tenang, bahkan dengan kata lain harta dapat mengeraskan hati kita. Tetapi, ilmu sebaliknya, dia akan menyinari hati hingga hati kita menjadi terang dan tentram. Berbicara masalah ilmu, diantaranya baik dipetik surat Al Mujadilah ayat 11 dimana Allah menyatakan: يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ  “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”. Secara sederhana, bagaimana ketinggian derajat orang yang berilmu: Seorang kernet tukang bangunan rumah yang biasanya ilmunya lebih rendah dari tukang bangunan, tentu penghargaan atas derajat keilmuannya berupa upah lebih rendah dari tukang. Begitu seterusnya derajat tersebut lebih tinggi kepala tukang dari tukang biasa juga mandor, selanjutnya lebih tinggi lagi derajat arsitek dari pada kepala tukang dan mandor. Akan lebih tinggi lagi derajat dari kepala tukang, mandor dan arsitek serta para tukang dan kernet bilamana mereka beriman. Karena dengan iman, tidak akan memanipulasi kualitas bangunan, tidak mengurangi formula campuran bahan bangunan. Tepatlah penegasan Allah bahwa Orang yang beriman sekaligus berilmu “ditinggikan Allah derajat mereka”. Nabi Musa pernah bertanya kepada Allah tentang 4 hal yaitu: 1) Siapakah hamba Allah yang paling mulia. 2) Siapakah orang yang paling alim (paling berilmu). 3) Siapakah orang yang paling adil 4) Siapakah orang yang paling besar kesalahan. Dijawab Allah: 1) Orang yang paling mulia adalah orang yang lidahnya tak pernah kering dari berzikir kepada Allah. 2) Orang yang berilmu adalah orang yang sangggup mensinergikan ilmunya dengan ilmu orang lain. Dengan demikian tidak menganggap paling berilmu, menghargai ilmu orang lain, tidak merasa benar sendiri. 3) Orang yang paling adil adalah orang yang menerapkan hukum buat dirinya sama dengan hukum yang diterapkan buat orang lain. 4) Orang yang paling besar kesalahannya adalah orang yang buruk sangka terhadap Allah. Contohnya, dalam hal do’a belum terkabul berprasangka Allah tidak sayang kepadanya. Sebagai wujud implementasi meningkatkan ilmu, mari terus menerus menambah ilmu pengetahuan, dengan tidak beranggapan bahwa diri paling berilmu, karena itu menghargai ilmu orang lain, selanjutnya mensinergikan ilmu yang dimiliki dengan ilmu orang lain. Terus menerus meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah dilaksanakan dengan senantiasa mengingat Allah dengan berzikir, senantiasa berlaku adil dan berprasangka baik terhadap Allah. Semoga Allah meninggikan derajat kita di dunia dan di akhirat nanti, dengan memberikan pertolongan-Nya terus menerus meningkatkan ilmu dan iman kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Rabiul Awal 1444 H. 27 September 2022. (1.037. 09.22)

Saturday 24 September 2022

KARUNIA dan ISTIDRAJ

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang memerintahkan kita untuk mencari karunia Allah. diantaranya ternukil dalam surat 62 Al-Jumu’ah ayat ayat 10: فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوا فِى الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ "Apabila sholat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung." Perlu diingat bahwa karunia Allah dapat berwujud dua jenis; yaitu: 1. Karunia berupa nikmat, bermuara kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. 2. Berupa istidraj, berujung laknat yang membawa bencana di dunia dan malapetaka di akhirat nanti. KARUNIA berupa NIKMAT Adalah karunia yang dapat membahagiakan untuk kehidupan di dunia ini dan juga nanti akan membuat penerima karunia untuk kebahagiaannya setelah di akhirat nanti. Wujud dari karunia itu adalah berupa kenikmatan, kemudahan dalam hidup, mempunyai rezeki yang luas, serba berkecukupan, terpandang dalam masyarakat, anak-anak keturunan tidak mengecewakan. Aman dan sejahtera lahir dan bathin. Indikasi bahwa karunia itu adalah berupa nikmat dapat diketahui dari: a) Bagaimana proses Karunia didapatkan, yaitu dengan tata cara yang halal dan baik, tidak menzalimi orang lain, dengan cara yang sah menurut hukum yang berlaku dalam masyarakat dilingkungannya. Termasuk tentunya bukan dengan jalan korupsi, bukan dengan mengambil hak orang lain dengan ilegal, tidak mengambil hak orang lain dengan kekerasan (merampok/mencuri/merampas), atau bukan mengambil hak orang lain dengan cara halus (menipu, mungkin juga cara halus ini termasuk korupsi). b) Bentuk “Karunia Nikmat” diperoleh, tidak akan melarutkan diri si memperoleh karunia, sehingga menjauhkan dari hakikat kehidupan ini. Hakikat hidup ini adalah untuk mengabdi kepada Pencipta manusia dan kehidupan. Misalnya lantaran mendapatkan sesuatu benda hasil karunia, sehingga yang bersangkutan disibukkan merawat/mengagumi benda itu. Karunia yang menjadikan penerima karunia menjauh dari hakikat hidup itu, dapat berupa harta, berupa pangkat dan jabatan, kehormatan dan dapat pula berupa anak dan keturunan. c) Untuk maksud apa “Karunia Nikmat” itu dicari, sidang pembaca sudah paham benar bahwa setiap amal itu dinilai dari niatnya. Begitu juga orang mencari karunia itu niatnya apa. Segala macam karunia itu baru merupakan kenikmatan bila diniatkan mencarinya bukan untuk jor-joran, bukan untuk megah-megahan, bukan untuk persaingan agar lebih dari orang lain. Banyak orang terjebak oleh kecendrungan hawa nafsu termotivasi persaingan kegidupan orang lain. Untuk memenangkan persaingan itu, kadang menempuh segala macam cara, tidak lagi memperdulikan sagala macam norma. Padahal yang namanya persaingan tak akan habis-habisnya. Boleh saja menang bersaing tingkat RT, tapi bila ditanding di tingkat RW mungkin sudah kalah, selanjutnya boleh saja terkaya di tingkat RW, belum tentu terkaya di tingkat Kelurahan dan seterusnya sampai se Kecamatan, se Kabupaten, Provinsi dan se Indonesia, seluruh dunia. KARUNIA berupa ISTIDRAJ Adalah juga karunia yang dapat membahagiakan untuk kehidupan di dunia, tetapi belum tentu akan membuat penerima karunia berbahagia di akhirat nanti, menurut acuan/petunjuk agama. Wujud karunia berupa kenikmatan, kemudahan hidup, rezeki yang luas, serba berkecukupan, terpandang dalam masyarakat, mempunyai anak-anak keturunan sukses dan tidak mengecewakan, tetapi karunia itu belum tentu membuat ketenangan bathin walau mensejahterakan secara lahir. Juga karunia berupa istidraj terindikasi sama dengan indikasi karunia berupa nikmat yaitu: a) Bagaimana proses “Karunia Istidraj” didapatkan. Karunia diperoleh dengan jalan tidak halal, dengan jalan merugikan dan menzalimi orang lain, karunia diperoleh dengan melanggar ketentuan hukum yang berlaku, termasuklah menipu, mencurri, merampok dan korupsi. b) Apa bentuk “Karunia Istidraj” diperoleh. Karunia yang diperoleh kalaulah dia berupa benda, berupa harta atau anak-anak cucu keturunan, pangkat dan jabatan serta penghargaan dan penghormatan masyarakat, yang bersangkutan saking cintanya kepada karunia itu membuat ia melupakan Allah. c) Untuk maksud apa Karunia itu dicari. Sejak semula pencari karunia Allah berupa istidraj, telah berniat untuk mencari karunia demi bermegah-megah, demi kejayaan didunia. Allah memperturutkan niat yang bersangkutan, sehingga diapun akan sukses dan hartanya akan makin bertambah, kemuliaan dan penghargaan masyarakatpun semakin menyanjung. Karunia berupa istidraj walau pada awalnya seolah-olah tak akan berakhir, tetapi kita banyak melihat contoh orang-orang yang mendapatkan kejayaan dengan istidraj itu, berujung laknat belum lagi di akhirat nanti, di dunia ini saja sadah banyak ditampakkan Allah. Contohnya orang yang memperoleh harta dengan jalan korupsi, diapun mendapatkan karunia berupa harta yang banyak, yang diperhitungkan secara logika tak akan terhabiskan sampai tujuh turunan. Akan tetapi kalau korupsi tersebut terbongkar, maka diri yang bersangkutan akan menghabiskan sisa hidup di dalam besi berjeruji, sementara harta yang terkumpul tersebut tidak begitu banyak lagi gunanya untuk menyenangkan diri. Keluarga diluar bui akan dipandang rendah dalam masyarakat. Adapun karunia yang berupa istidraj, dapat dijadikan rujukan hadits dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dilihat dari jalur lain). Juga sebagai referensi mari disimak ayat 44 surat Al-An’am: فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” Boleh dikata, Allah sengaja “merajuk”, agar semakin senang, sehingga mereka samakin “besar kepala”, merasa bahwa segala apa didunia ini dapat diperoleh dengan kemampuannya dan lupalah bahwa segala usaha tak akan berhasil tanpa bantuan Allah. Dari secercah paparan di atas kiranya dapat menjadi renungan kita bahwa: 1. Carilah karunia Allah itu, sekuat tenaga dan pikiran dengan ilmu dan perbuatan yang dimiliki tetapi harus dalam koridor pentunjuk Allah dan Rasul-Nya. 2. Jangan terpesona apalagi lantas ikut-ikutan kepada orang yang mencari karunia Allah itu dengan jalan yang tidak sesuai koridor agama dan hukum yang berlaku. Karena kadang banyak semboyan yang muncul “Sekarang ini untuk mencari yang haram saja susah, apalagi yang halal”. 3. Kuatkan iman, bahwa Allah menciptakan kita tanpa kita mengisi formulir pendaftaran, jadi bukan atas permintaan kita, semata-mata hak dan kehendak Allah. Oleh karena itu tanamkan keyakinan bahwa Allah sudah pasti bertanggung jawab dengan ciptaan-Nya. Semoga Allah memberikan rejeki yang halalan thayyiban dan berkah kepada kita semua. اَللهُمَّ اِنِّىْ اَسْأَلُكَ اَنْ تَرْزُقَنِىْ رِزْقًا حَلاَلاً وَاسِعًا طَيِّبًا مِنْ غَيْرِ تَعَبٍ وَلاَمَشَقَّةٍ وَلاَضَيْرٍ وَلاَنَصَبٍ اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 28 Shafar 1444 H. 25 September 2022. (1.036. 09.22)

Sunday 11 September 2022

Permintaan Terakhir

Beginilah usia senja dg bermacam simpanan penyakit kronis, hari ini jadual kontrol ke salah satu poli di RS. Sdh meletakkan berkas dua jam kurang 10 menit baru dpt nomor antrian orang ke 17. Terdengar yg sdh dipanggil ke dokter baru no 4. Artinya masih lama, ngisi waktu baik kutulis artikel dibawah ini agar tidak terasa lama menunggu. Ada pepatah "Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepenggalah". Guru es em pe ku dulu menerangkan arti pepatah: Kasih sayang ibu tak putus2nya seperti jalan, terus bersambung. Kasih sayang anak berujung bagaikan galah. Galah terbuat dari bambu, paling panjang sepanjang bambu, makin ke ujung makin mengecil. Seorang ibu dengan sepuluh anak, dia mampu merawat, membagi kasih hampir merata kepada anaknya. Sebaliknya kadang sepuluh anak ndak sanggup merawat satu atau sepasang orang tua mereka yg sudah renta, lalu bersepakat mendelegasikan perawatan ke "Panti Jompo". Semoga tidak bernasib dmkn. Kasih seorang ibu tak pandang strata sosial ekonomi anak2nya. Pernah kutulis ortu yg menjadi jembatan distribusi rezeki dari anak2 yg berkelebihan ke anak2 yg kekurangan. Rahasia tsb baru diketahui oleh anak2 mereka stlh ortu dimaksud meninggal dunia. Seorang ibu nilpon anak bungsu lelakinya, "Besok antar ibu ke rumah mbak yu mu pengen jenguk dia sakit", dmkn si ibu. Si bungsu jawab "jam empatan lewat ya bunda, sekalian "Ucup" (nama kecil) pulang kantor". Esok hari ba'da ashar si bunda yg sdh 7 tahunan ditinggal suami itu, sudah siap. Sementara nunggu pukul 4 lewat si ibu pesan ke ART, "saya pengen sekali minum kopi, tolong sedukan". ART sdh dipesani anak2 si ibu tentang makanan, minuman yg tdk boleh disuguhkan kpd si ibu 70 tahun keatas yg sdh lengkap nyimpan penyakit kronis itu. Nalar ART jalan juga; satu2nya orang yg me-wanti2 pantangan ibu Komariah (nama tak sebenarnya) dipesankan oleh anak sulung beliau yg ikut suaminya tinggal berlainan pulau. Segera dia wattsup ke ibu Nani (nama samaran). Ibu Nani tanggapi WA: "jangan....!!!,.... lagian dirumah kan sdh lama tak simpan kopi". Ririn (nama hanya di artikel ini) ART melapor ke bu Komariah, "maaf bu kita ndak nyimpan serbuk kopi, lagian saya dipesani oleh bu Nani, ibu ndak boleh minum kopi". Langsung si ibu masuk kamar, keluar memberikan pecahan 20 ribu, "nih beli di warung bu Napis, sedukan saya seperempaaaat saja". Dialog itu langsung di WA kan Ririn ke ibu Nani. Di warung, Ririn sempat bertelepon langsung ke ibu Nani, lengkap menceritakan rencana akan pergi dijemput pkl 4 lewat oleh sibungsu Ucup. Hati ibu Nani lunak juga: "Ok lah, sedukan sedikit saja yang encer". Sepulang dari warung Ririn menyedukan kopi yg sdh ditunggu ibu Komariah di ruang keluarga. Usai minum kopi ibu Komariah menuju kamar berpesan ke Ririn: "Nanti kalau Ucup tiba, beritau saya dikamar, saya mau istirahat dulu!!!". Kurang lebih 50 menitan kemudian, terdengar deru mobil di carport di depan pagar halaman rumah. Benar juga si Ucup datang.... Sambil membukakan pagar rumah, Ririn memberitahukan, "ibu sdh siap,... tapi istirahat di kamar, pesannya tolong beritahu kalau bapak datang". Ucup ngambil sikap dia sendiri ke kamar bunda. Dengan manja si Ucup persimpuh di pembaringan bunda....... Alangkah terperanjatnya Ucup ..... bundanya sdh tidak merespond sapaan dan sentuhan manjanya. Ternyata ibu Komariah menutup hayatnya di hari itu. Spontan Ucup menjerit Bundaaa, Ririn terperanjat langsung ikut masuk kamar. Singkat kisah seluruh sembilan anak dan mantu tersebar di bbbrp kota diberitahukan berita duka tsb. Merekapun dlm kesempatan pertama pulang. Tetangga kerabat sibuk mempersiapkan acara pemakaman. Ririn ART adlh orang yg paling sangat terpukul jiwanya. Dari sepuluh anaknya walaupun ikhlas menerima, namun terdpt dua kubu: Ada yg bilang: "udah tau bunda itu ndak boleh minum kopi, kenapa permintaannya di penuhi....". Ada yang berpendapat: "itu permintaan bunda terakhir, alangkah kecewanya beliau jika tidak dipenuhi". Yang jelas pulangkanlah kepada; bila waktunya maut, tak dapat di geser waktunya. Sesuai penegasan Allah di surat Al Munafikun ayat 11. وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَآءَ اَجَلُهَا ۗ وَا للّٰهُ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ "Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." Mari kita berdo'a: اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Shafar 1444 H. 12 September 2022. (1.029. 09.22)

Wednesday 7 September 2022

Parameter Sombong

Sombong; mrpk sifat yg sangat mungkin dimiliki manusia. Makhluk Tuhan lain yang pernah punya sifat sombong ini namanya Iblis, karena kesombongan itu dia terusir dari Sorga. Sifat sombong ini sungguh istimewa dari sifat lainnya. Kalau orang sifatnya rendah hati, sesama orang rendah hati mereka suka, kalau boleh mereka buat persatuan atau organisasi sesama rendah hati. Orang bersifat dermawan juga senang sekali bila ketemu sesama dermawan, boleh jadi mereka kumpulkan derma mereka untuk dapat lebih besar sehingga akan lebih bermanfaat. Sedangkan orang sombong, sesama orang yang bersifat sombong mereka saling membenci. Jadi sombong itu sifat yang tidak disuka orang, jangankan orang tidak sombong, sesama sombong saja tidak suka. Bagaimana mengukur apakah diri ini termasuk orang sombong atau tidak cobalah beberapa parameter yang tersaji berikut guna mengukur apakah di hati ini tersisip kesombongan: Pertama: Dalam kita berdiskusi di dalam kelompok masyarakat, apakah kita selalu ingin memaksakan bahwa pendapat kita saja yang harus diterima oleh kelompok, sedangkan pendapat orang lain dianggap tidak benar. Kalau diri masih dalam posisi ini artinya kadar sombong masih ada dalam hati kita. Kedua: Ketika bergaul di tengah masyarakat utamanya yang status sosialnya di bawah kita, apakah dalam sanubari masih tersisa perasaan bahwa diri ini lebih berada, diri ini lebih pintar, sementara menganggap orang lain kurang cerdas hingga wajarlah jika status sosialnya rendah. Hidup mereka serba kekurangan karena kurang cerdik seperti diri ini, kurang tekun seperti diri kita, kurang rajin seperti diri kita, pokoknya orang lain itu kurang karena kekurangan mereka sendiri. Kalau ini ada dalam perasaan, waspadalah sombong masih bersemayam bagi siempunya diri. Ketiga: Memenuhi undangan, bila diri ini enggan menghadiri undangan orang miskin dan berada di bawah dan hanya suka menghadiri undangan orang terpandang dan orang kaya. Menganggap orang miskin di bawah ndak level, ini jelas sekali bahwa kuat sekali pengaruh kesombongan dalam diri yang bersangkutan. Keempat: Dalam perjalanan keluar rumah termasuk ketika menuju ke tempat kerja, dalam perjalanan bila melihat kendaraan orang lain lebih baik, di dalam hati merasa tidak terima, tak mau mengalah dalam menggunakan jalur jalan, kendati mestinya harus mengalah mendahulukan orang lain. Sikap orang sombong kadang nampak dalam perilaku membawa kendaraan. Kelima: Setelah sampai di tempat kerja bila kebetulan jadi atasan, pernah terjadi suatu contoh seperti cerita di bawah ini: • Pegawai sok iseng, sengaja mencari formula tinta yang digunakan oleh seorang atasan warna menyolok, lain dari tinta-tinta lainnya yaitu warna agak hijau daun. Mungkin maksud si atasan agar bukan saja tanda tangannya yang sulit dipalsukan, juga warna tintanyapun unik tak mudah disamai orang lain. Akhirnya si bawahan berhasil juga meramu campuran tinta si bos. Suatu hari dicobanya membubuhkan paraf di atas surat yang harus ditanda tangani si bos. Serta merta si bos memanggil si pemaraf dan langsung berang dan memperingatkan jangan lagi memakai tinta berwarna yang sama. Entahlah ini apa masuk dalam parameter sombong. • Lain lagi seorang bos tidak suka dengan bawahannya ikutan memelihara kumis, dianggapnya bawahan yang memelihara kumis ingin menyamai dirinya. Padan lagi ada juga bawahan yang ingin ikutan mode bos, tapi yang kasihan terhadap bawahan yang tadinya biasa berkumis dengan berat hati mengucapkan “selamat jalan” kepada kumis kebanggaannya. Ini barangkali termasuk bos yang terserang virus sombong di hatinya. Keenam: Pakaian. Kadang ada orang yang membanding pakaiannya dengan pakaian yang dipakai orang lain. Sering terjadi di dalam kondangan, seorang ibu sengaja memegang pakaian yang dipakai ibu lainnya hanya sekedar untuk merasakan kain bahan gaun ibu yang dianggapnya kurang patut memakai pakaian bagus. Kalau masih ada perasaan bahwa orang lain tidak boleh menyamai dirinya, ini indikasi bahwa di hati masih bersarang perasaan sombong yang bergerombol. Mari dicermati apa diantara 6 parameter di atas ada yg hinggap di diri. Kalau masih ada, segera diusahakan untuk dijauhkan karena ancaman Allah di surat Ghafir ayat 76; sungguh mengerikan: ٱدْخُلُوٓا۟ أَبْوَٰبَ جَهَنَّمَ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۖ فَبِئْسَ مَثْوَى ٱلْمُتَكَبِّرِينَ (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong". Juga ternukil di dalam hadits dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji debu. (HR. Muslim) Mudah-mudahan disisa usia kita ini, masih sempat mengikis habis “sombong”. Bila Izrail nanti telah datang. Sombong dihati telah hilang. Siap mati diwaktu sembarang. Boleh pagi malam atau petang. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 11 Shafar 1444 H. 8 September 2022. (1.028. 09.22)

Tuesday 6 September 2022

Menyelaraskan Kata dengan Perbuatan

Adalah sesuatu yang sulit menyelaraskan kata dengan perbuatan. Mungkin sama dengan merealisasikan suatu rencana. Agaknya kedua terminology di atas prinsip perbedaannya adalah: "Rencana", menjawab pertanyaan "apakah terlaksana". Sedang terlaksana suatu rencana ada 3 kemungkinan: 1. Persis seperti rencana. 2. Dibawah rencana. 3. Melebihi rencana. "Kata" terkait erat dengan pembuktian, menjawab pertanyaan "apakah yang dikatakan seperti itu juga dilaksanakan". Titik beratnya "kata" kepada janji dan keteladanan. Tidak sedikit orang menganjurkan berbuat baik, tapi dirinya sendiri, keluarganya tidak melaksanakan perbuatan baik tsb. Allah mencela orang yang beriman tidak satunya kata dengan perbuatan. Apabila yang melakukan itu seorang pemimpin atau panutan ummat. يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?" كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ "(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Saff ayat 2 dan 3) Dalam ayat ini Allah mengingatkan kepada orang beriman, siapa saja dia asal ia mengaku dirinya sebagai orang beriman. Bila kini ia menduduki jabatan yang dapat menentukan, hendaklah bila ia sudah mengatakan maka harus mengerjakan. Kini masih banyak terjadi orang meng-gebu2 mengatakan anti korupsi, tetapi sering terjadi anti korupsi hanya semboyan. Tak jarang yang meng-gebu2 katakan anti korupsi itu, terlibat korupsi. Pelaku korupsi bukannya orang sembarangan, tak kekurangan harta, strata pendidikan tinggi. Kadang ilmu agamanyapun mumpuni. Pesan2 agama sudah tidak membekas lagi di diri mereka. Kini makin marak diberitakan perilaku yang bertentangan dengan agama di lembaga2 yang justru mendidik anak bangsa dibidang agama, mulai dari penganiayaan, pelecehan seksual. Apakah semua ini pertanda bahwa kitab suci sudah mulai berangsur hilang di hati kebanyakan manusia seperti terungkap dalam surat Al-Isra 86: وَلَئِنْ شِئْنَا لَنَذْهَبَنَّ بِا لَّذِيْۤ اَوْحَيْنَاۤ اِلَيْكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَـكَ بِهٖ عَلَيْنَا وَكِيْلًا  "Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), dan engkau tidak akan mendapatkan seorang pembela pun terhadap Kami," Semoga kita tidak termasuk orang yang mengabaikan ketentuan dalam kitab suci. Semoga Allah menguatkan iman kita, agar tetap mematuhi ketentuan Allah, sehingga dapat menselaraskan kata dengan perbuatan. Berkata dengan perbuatan baik, bukan dengan perkataan baik tapi tidak berbuat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 9 Shafar 1444 H. 6 September 2022. (1.027. 09.22).

Monday 5 September 2022

Berbangga dan Ngerumpi

Sabtu lalu klar urusan rujukan dari Faskes tingkat pertama. Hari ini ngurus rujukan ke RS type A dari RS Type D. Sambil nunggu surat Rujukan tersebut yg prosesnya lumayan dari sejak pkl 08 pagi sampai kini pukul 11 blm selesai. Ku teringat suatu dialog ibu2, ini kutulis, agar tidak bosan menunggu. "Masak sih baru di terima jadi PNS bulan kemarin gajinya sudah 4 setengah juta. Ngebohong ndak kira2. Kan orang kalau mau cari tau tarif gaji PNS tamatan S1, sekarang mah udah gampang......" tinggal klik aja di google. Demikian ujar seorang ibu rumah tangga, ketika ketemu berpapasan di "trotoar jalan" dg seorang ibu tetangga se RW lain RT. Belum puas ibu ini ber uneg2 melanjutkan: "Anak saya udah kerja tigatahun lebih sama2 S1, baru terima 3,5 jutaan". Ibu yg dicurhati, tiba2 "mau kemana ibu Mira ?" (nama diganti), matanya ditujukan ke orang yg sdg melangkah juga akan berpapasan dengannya, posisi di belakang bbrp tindak dari si "ibu Imah" yg sdg curhat (nama disamarkan). "Ibu Imah" pun menoleh ke belakang ke arah pandangan mata "bu Anjas" (bukan nama sebenarnya) yg ketika itu akan belanja pagi ke pasar. Ngerumpipun berhenti, setelah berbasa-basi sejenak, ibu Mira berlalu melanjutkan perjalanannya, Ibu Anjas terus menuju pasar. Ibu Imah mungkin pulang ke rumahnya, boleh jadi tidak puas karena curhatannya blm dpt komentar, sebab mendadak ibu Mira yg jadi topik "rumpian" muncul dibelakangnya. Ibu Mira + Ibu Imah punya hubungan famili yg kuat, lantaran suami kedua ibu ini kakak beradik. Rumah mereka dempet, berdiri di tanah warisan. Dengan demikian anak2 mereka adalah saudara sepupu. Anak ibu Imah usianya lbh tua bbrp tahun, makanya sdh bekerja lbh 3 tahunan. Sedangkan anak ibu Mira barusan saja selesai kuliah diterima kerja bulan kemarin. Fenomena seperti ini agaknya umum terjadi, padahal ini termasuk dlm kelompok Ghibah yg tidak disuka oleh ajaran agama. Terkenal dalilnya di ayat 12 surat Al-Hujurat. "......وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا......." ".... dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain...." Dari Kisah diatas: 1. Ibu Anjas insya Allah luput dari ikut berghibah terbantu tiba2 datang ibu Mira. 2. Ibu Anjas cukup bijak menyelamatkan ibu Imah dari konangan sdg ngerumpi ttg ibu Mira. 3. Adalah biasa terjadi seseorang sering bercerita me-lebih2- kan kesuksesan anak2 mereka, cucu2 mereka. Itu sebetulnya manusiawi, benar apa yg di tegaskan dlm al-Qur'an surat Al-Hadid ayat 20: اِعْلَمُوْۤا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَا خُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَا ثُرٌ فِى الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ وْلَا دِ ۗ..." "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan,......: Semoga dengan memahami sifat manusia itu, hendaklah bila didiri kita muncul keinginan ber-bangga2 dpt kita kendalikan. Juga semoga kita dpt menahan diri dari berghibah dan ngerumpi. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 8 Shafar 1444 H. 5 September 2022. (1.026. 09.22

Saturday 3 September 2022

SALING MEMERLUKAN

Tak akan ada seorang pemimpin, jika tidak ada orang2 yang dipimpin. Guru tidak dapat mengajar tanpa murid. Ustadz tak dapat ceramah bila tak ada jamaah. Seorang ustadz pernah curhat kepadaku: Ketika dianya berceramah di suatu masjid baru saja bbrp menit, lebih sepuluh jamaah meninggalkan majelis. Si ustadz bertanya kpd jamaah yg masih duduk berpencar, kenapa mereka pergi? Spontan seseorang menjawab, yg pergi mungkin agak "kurang imannya". Sang ustadz nimpali "kalau begitu yg masih ikutan mendengarkan kuat imannya". Ceramah diteruskan. Belum cukup 10 menit ceramah berlanjut, angkat tangan lagi puluhan jamaah ijin ninggalkan masjid dg ucapan "kami juga agaknya kurang iman". Tinggalah kurang dari 10 orang yg masih di majelis. Yg masih ikut mendengarkan, besar kemungkinan mereka personil pengurus masjid berikut petugas operator sound system dan penerangan serta petugas pemegang kunci masjid. Bertanya lagi si ustadz "sebetulnya apa sih sebab terjadi begini". Salah seorang menjawab "Isi ceramah ustadz tidak disenangi oleh sebagian besar jamaah". Ustadzpun mengakhiri ceramah, ada harapan si ustadz tdk diundang lagi mengisi ceramah di masjid tsb, atau kalaupun diundang si ustadz tdk akan penuhi. Kutanya si Ustadz "di masjid mana itu", ustadz nyebutkan lokasinya, tidak mau nyebutkan nama masjid itu "tidak etis" kata beliau. Kajadian ini membuktikan bahwa: 1. Dalam hidup ini sangat kuat ketergantungan satu sama lain. Si ustadz tanpa jamaah sbg audience ceramahnya akan kehilangan arti. 2. Tidak akan menarik jika muatan ceramah, meskipun benar (sejalan aturan agama) tetapi disampaikan dg konotasi mencela, mencacat, apalagi hal tsb sesuatu yg sering diamalkan masyarakat setempat. Referensi berda'wah di dalam Al-Qur'an: ادْعُ إِلٰى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ  ۖ وَجٰدِلْهُمْ بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ  ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِۦ  ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl 16: Ayat 125) 3. Pergunakan bahasa/istilah yg dipahami audience. Era dibawah tahun 70an, diriku masih sbg wartawan pernah ikutan suatu rombongan kampanye ke pedalaman. Untuk menarik massa berkumpul, diantaranya ditampilkan pagelaran group lawak terkenal di ibu kota pada masa itu . Durasi lawak kurang lebih 45 mnt, hadirin satu2 pulang dan satupun tak ada yg tertawa. Menit2 terakhir barulah penonton riuh rendah tepuk tangan dan ketawa ter-bahak2. Salah satu group lawak terperosok di atas panggung lantaran papan yg diinjaknya patah. Bahasa yg digunakan untuk penutur bahasa Indonesia mestinya mengundang tawa, tapi untuk daerah itu, biasa2 saja. Setelah salah seorang kru lawak terperosok dikira adegan lawak, merekapun mengapresiasinya. Semoga setiap kita selalu bijak menyikapi kejadian dalam kehidupan ini, bersikap baik dan santun kepada sesama, karena kita saling memerlukan. .آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Shafar 1444 H. 3 September 2022. (1.025. 09.22).