Saturday 29 June 2019

PASCA anak MENIKAH

Ada yg berpendapat bahwa; bila anak sdh nikah, sdh berumah tangga, maka tuntaslah sdh kewajiban Ortu. Norma dmkn ini mari kita sandingkan dg kaedah agama. Mari kita telusuri petunjuk Allah dan rasulNya.

Anak diamanahkah Allah kpd kedua Ortunya menurut Al-Qur'an setidaknya berpotensi 5 kemungkinan: 1. Sebagai investasi, 2. Menjadikan Ortu lalai. 3. Anak bisa menjadi musuh bagi Ortu. 4. Anak dpt jadi cobaan buat Ortu. 5. Anak dimungkinkan menjadi pembela kehidupan akhirat Ortu.

Rujukannya adalah:
1. Sbg inventasi.
Al-Qur'an surat Yasin ayat 12.
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ ۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)".
Anak yg shaleh/shalehah mrpk peninggalan kita didunia stlh kita meninggal, mrpk investasi yg sll mendo'akan. Kebaikan yg dia lakukan insya Allah berimbas buat Ortu di alam barzah.

2. Membuat kita lalai mengingat Allah.
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi".
(QS. Al-Munafiqun ayat 9)

Siang malam mencari nafkah untuk menafkahi anak2, sampai lalai kewajiban kpd Allah. Malah ada yg sampai mencari nafkah dg jalan yg tdk dibenarkan Allah.

3. Sebagai musuh,
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ ۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang".
(QS. At-Taghabun ayat 14)

Banyak contoh kasus anak memusuhi Ortunya tersiar di media. Anak tega berperkara vs Ortu gara2 warisan. Bahkan berita ekstrim anak membunuh Ortunya karena keinginannya tak dipenuhi.

4. Sebagai cobaan.
وَاعْلَمُوْۤا اَنَّمَاۤ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ  وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar".
(QS. Al-Anfal ayat 28)

Dpt berupa kegagalan anak, dpt berupa salah pergaulan anak dll.

5. Berpotensi pembela kehidupan akhirat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, hamba itu kemudian berkata; ‘Wahai Rabb, dari mana semua ini? ‘ maka Allah berfirman; ‘Dari istighfar anakmu".
رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَلِـوَالِدَيَّ
"Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku"
(QS. Nuh ayat 28)

Dari kelima potensi ini, terlihat; dua berpotensi baik dan dua berpotensi kurang baik, serta satu berpontensi 50%-50% yaitu potensi cobaan. Kalau cobaan itu dapat kita atasi maka akan menjadi kebaikan dan sebaliknya jika cobaan itu tidak dapat diatasi akan mencelakakan.

Agar menjadikan anak2  berpotensi kebaikan, dapat dilakukan TIGA ihtiar. Saya katakan ihtiar, karena walau sudah di ihtiarkanpun belum tentu berhasil, semua tergantung penyertaan Yang Maha Kuasa, Allah S.W.T. di ihtiar kita itu.

Ihtiarnya adalah:

Yang pertama; ikuti anjuran Nabi Muhammad agar anak diajarkan shalat sejak berusia 7 tahun, kalau sudah sampai 10 tahun bila perlu diingatkan dengan agak keras. Sebab anak yang shalat dan mengenal Allah, selalu dekat dengan Allah, diharapkan akan mengerti keadaaan orang tua, tau bersyukur, tidak tegaan merongrong orang tuanya.

Ihtiar yg kedua KONTROL.
Contoh Rasulullah masih mengontrol anaknya yg sdh menikah. Suatu hari Rasulullah berkunjung kerumah anaknya Fatimah, di dalam kunjungan itu beliau bertanya “apakah kamu tidak menunaikan shalat malam” pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali bin Abithalib, menantu beliau. “wahai Rasulullah sesungguhnya kami berada di bawah kuasa Allah. Jika Allah berkehendak agar kami bangun, tentu Dia akan membangunkan kami”. Mendengar jawaban itu,Rasulullah s.a.w. terus pergi. Kemudian beliau menepuk pahanya, seraya membaca firman Allah “Wa kanal insanu aktsara syai-in jadala = dan memang manusia itu adalah mahluk yang banyak membantah.” (Q.s, Al Kahfi 54).
   وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
"Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah."

Hadist ini dirawayatkan Ali bin Abi Thalib r.a. HR. Muttafaq ‘Alaih halaman 380 hadist no.425.

Peristiwa tersebut kita yakin terjadi bukan kebetulan, tentu atas kehendak Allah untuk menjadikan teladan buat kita dikemudian hingga saat ini. Dari peristiwa tsb. dpt dipetik  sikap yang dicontohkan Rasulullah s.a.w.   a.l.:

Orang tua, haruslah tetap melakukan pemantauan terhadap kehidupan rumah tangga anaknya terutama dalam hal beribadah; walau sdh menikah. Sekaligus memberikan pelajaran kepada kita bahwa harus diberikan pengertian kepada anak bahwa sebagai anak walau sudah menikah, dimana sudah dewasa namun orang tua masih berwenang untuk mengontrol.

Yang ketiga: senantiasa menyerahkan anak2 kepada Allah dengan do’a:
;رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa".
(QS. Al-Furqan ayat 74)

Dengan demikian mudah-mudahan peringatan Allah yg tlh dinukil di atas dpt kita cermati dan sikapi sehingga smg anak keturunan kita:
* Tidak menjadikan kita lalai mengingat Allah (Al-Munafiqun ayat 9).
* Tidak menjelma menjadi anak yg justru mrpk musuh kita (surat At-Taghabun ayat 14).
* Kalaulah anak2 kita menjadi cobaan seperti QS. Al-Anfal ayat 28, smg kita diberikan kekuatan Allah lulus dlm cobaan tsb.

Semoga anak-anak keturunan kita menjadi anak2 yang saleh dan salehah. Sehingga anak2 kita menjadi investasi dan sekaligus penolong kita di akhirat.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Friday 28 June 2019

Ibadah Terlupa bila tak dibiasakan

Suatu ketika bos kantorku ortunya meninggal  dunia, sblm isya kami anak buahnya diundang untuk shalat isya berjamaah dirumah duka sekaligus tahlillan. Di halaman rumah disiapkan sejumlah kran wudhu dadakan.

Seniorku juga hadir, menyuruhku untuk lbh dulu wudhu, beliau ngambil posisi di belakangku dlm antrian. Sbg junior, etika instansiku tak elok mendahului/membokongi senior. Namun karena setengah memaksa seniorku itu tetap menyuruhku wudhu duluan, maka kulakukan agar sgr dpt gabung membuat shaf jamaah isya di aula rumah bos kami itu.

Di suatu saat terpisah, bbrp hari kemudian, seniorku itu berterus terang bahasa dianya lupa bgmn cara berwudhu. Beliau bercerita: "Dulu masih kanak2, saya mainnya dekat masjid wong rumah tetanggaan masjid, sering ikutan shalat. Tapi sejak besar sampai kemarin itu saya baru wudhu lagi. JADI LUPA CARA WUDHU, makanya saya mau contoh kamu liat dari belakang". Dmkn senior ku.

Lebat buah pohon mengkudu.
Ranum sebiji diujung dahan.
Bakal lupa walau pun wudhu.
Jika lama  tidak diamalkan.

Wudhu tu kan perkara ringan, itupun bisa lupa kalau lama ndak diamalkan. Walau ringan wudhu penting; mrpkn pintu utama shalat dlm keadaan normal.

Disisi lain kejadian ini salah satu model bahwa kadang orang  butuh media orang lain untuk mengantarkannya meraih, menggapai, mengingat kembali ibadah yg pernah hilang darinya. Insya Allah bila sudah sekali, ingat kembali, jika Allah menghendaki yang bersangkutan akan dpt melakukan itu sendiri. Buktinya tak lama kemudian ybs jadi jamaah aktif di mushalla kantor kami.
Bagi seniorku ini momentum meninggalnya ortu bos kami, merupakan starting point beliau meraih ingatan beribadah kembali. Alhamdulillah. Mrpk hidayah buat seniorku itu.

Smg andaikan pembaca menemukan/mengalami case serupa, tetaplah istiqamah dg ibadah yg tlh menetap didiri jangan sampai terjadi fasik lagi ssdh beriman (Al-Hujurat 11).
 ۗ  بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِ  ۚ  وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
"Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."

Ada juga orang yang hatinya sudah tersentuh ingin kembali ibadah, melalui bacaan, melalui tontonan, melalui pendengaran, ingat asal muasal diri/keluarga masa lalu.
Tetapi yang bersangkutan belum meraih, belum mengambil hidayah tersebut disebabkan kadang adanya rasa malu untuk masuk ke majelis hidayah kembali, takut dikatakan alih-alih, dikatakan orang alim baru, takut dikatakan tumben-tumbenan.
Mulai kembali ibadah, kadang datang menunggu momentum yg tepat menggapai hidayah tsb.

Bagi pemula ingin menggapai hidayah kadang  takut dan ragu-ragu masuk masjid; nanti setelah sampai di masjid bagaimana caranya masuk, bagaimana caranya duduk bagaimana caranya wudhu dan lain-lain. Mungkin blm pernah masuk masjid, atau sdh lama sekali tak pernah ke masjid.
Walaupun masa kecil misalnya; pernah ke masjid, kalau sdh begitu lama masjid tak dikunjungi, dpt saja lupa.

Elang terbang sayap  mengepak.
Menyambar ikan di muka air.
Hidayah datang harus dipapak.
Jangan bgt saja menyerah taqdir

Mhn maaf bila terdpt kesalahan tulisanku ini, mudah2an berfaedah.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Thursday 27 June 2019

Mencari PEGANGAN Mati

Ku pernah punya tetangga, semasa blm pensiun, pak tua ini agaknya tak jelas nganut agama apa. Di keluarga mereka aneka agama.

Sedang Istri si pak tua ini berfalsafah "kami orang perempuan ikut suami, ke surga ikut ke nerakapun nurut (suarga nunut neroko katut)". Belakangan ku ketahui beliau memilih sesuatu agama. Bgtlah kisah pencarian pegangan mati tetanggaku itu. 

Jadi tak usah heran akan judul tulisan ini, mau bgmn lagi bila usia sudah menua manusia mesti akan mencari PEGANGAN MATI. Bagaimana tidak karena setiap manusia;
* Ketika dalam usia senja,
* Linu di badan  setiap hari terasa.
* Sehat dan sakit tidak berbeda.
* Uban dikepala  sudah merata.
* Senyum meringis terliat sama
* Bergerak kadang dg kursi roda

Disaat seperti itu orang sudah berusaha untuk mencari pegangan mati, mau kemana lagi pasti bekal mati.

Sebenarnya dikondisi yg saya beri mark "*" di atas sudah terlambat, tetapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.

Dalam kondisi ini, kadang orang akan mendekati siapa saja yang mudah didapat untuk memberikan panduan mencari bekal pegangan mati. Pemeluk Islam, mulai sangat rajin datang ke masjid, berusaha tidak absen mendengar ceramah para ustazd. Dibelain shalat jamaah duduk di kursi, diujung shaf biasa ngambil posisi.
Orang  seperti ini, namanya mencari pegangan mati, setelah diujung hari, ketika perjalanan hidup hampir di akhiri.

Tidak kurang pula banyaknya anak-anak muda dalam usia yang produktif sudah mulai menekuni ibadah dan terus menerus mencari pegangan mati. Kelompok ini sadar benar bahwa yg namanya mati ndak usah nunggu tua, ndak pandang usia. Bak buah kelapa:
Kadang jatuh ketika baru beluluk.
Kadang dipetik masih cengkir untuk diminum pedas air.
Kadang diambil ketika dogan.
Ada pula jatuh sendiri lantaran sudah tua.

Adalah baik perlakuan masyarakat tradisional di daerah-daerah kebanyakan di belahan nusantara ini, yaitu membekali anak-anak sejak usia bawah lima tahun dengan pelajaran agama.

Di kampungku doeloe Anak lelaki termasuk diriku, tidak dikhitan (disunat) bila belum khatam membaca Al-Qur’an. Ketika akan di khitan diadakan acara khataman Al-Qur’an. Remaja putri ketika akad nikah melakukan khataman Al-Qur’an, jadi mau tidak mau harus pandai baca Al-Qur’an.

Walau kemudian dalam perjalanan hidup, kadang dikarenakan berbagai faktor, sempat anak-anak tadi setelah dewasa berada di daerah lain, sempat terjauh dari hidayah. Pada masa tuanya, insya Allah mereka nanti kembali mencari bekal akhirat yang pernah hilang itu, satu dan lain karena memang yang bersangkutan sudah punya modal awal, modal dasar yaitu dapat membaca Al-Qur’an. Jadi orang tua di daerah-daerah membekali anak-anak BALITA dengan pengetahuan agama, bagaikan telah menyiapkan lahan dihati anak-anak mereka untuk hidayah  dapat bersemi, menjadari kehidupan di dunia ini sementara, ada kehidupan akhirat yg kekal setelah mati.

Kesadaran akan pentingnya "pegangan mati" tersebut akan tumbuh subur tergantung pemeliharaan dan perawatan oleh tempaan situasi dan kondisi lingkungannya. Setidaknya dimasa tuanya nanti kalau panjang umur dia akan kembali menerima hidayah itu untuk intensif menyiapkan pegangan mati.

Ada kalanya pak tua/mak tua yg tengah sibuk mencari pegangan mati itu mengena, ada pula yg salah.

Kalau jalannya mengena beruntunglah pencari pegangan mati tersebut. Dia betul2 dpt hidayah dari Allah. Kalau jalannya salah, maka bukan mustahil yg didapat se-olah2 hidayah padahal kesesatan. Kuncinya adalah carilah tempat yg tepat untuk mencari hidayah, antara lain pilih teman yg tepat, jangan sampai menyesal seperti diungkapkan surat Al-Furqan 28.
يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيْلًا
"Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),"

Sungguh teman yg tepat dpt menyelamatkan, tetapi teman yg salah dpt nenyesatkan.

Kalau salah dlm memilih teman dlm rangka mencari hidayah bukan tak mungkin se-olah2 mrpk hidayah padahal kesesatan. Hal tsb menjadikan petaka bukan saja di akhirat nanti kadang sdh terlihat di dunia ini. Sering didengar ada yg mengatas namakan perjuangan agama, mencelakakan banyak orang yg tdk berdosa. Padahal di maklumi agama melarang membuat kerusakan di bumi, dilarang membunuh (Al-Maidah 32).
  مَنْ قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًا   ۗ  وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَاۤ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا  ۗ 
"barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.

Allah melarang berbuat kerusakan di muka bumi, lihat surat al-'Araf 56:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.

Dmkn ttg pencari pegangan mati.
* Smg bagi yg sudah dalam hidayah, dipeliharakan Allah taufiq wal hidayah.
* Smg bagi yg sedang mencari hidayah bakal bekal mati dimudahkan Allah untuk mendptkan alamat yg tepat, spy selamat dunia akhirat.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Tuesday 25 June 2019

MENOLAK HIDAYAH.

Hidayah dpt datang tiba-tiba, tanpa direncanakan tanpa diminta, dg berbagai cara. Tergantung yg di datangi mau nerima atau menolak. Dapat saja kedatangan lantaran dari seorang bocah.
Seorang kakek yang sudah berusia, selama ini tidak rutin bersujud kepada Allah. Sebagai bukti bahwa dianya beragama, hanya terlihat di hari raya. Ikutlah dia meramaikan shalat ied bersama sanak keluarga dan tetangga.

Generasi berikutnya datang, cucunya lahir, dan mulai besar, lingkungan membentuk cucunya menjadi ahli sholat, hampir setiap waktu ikut berjamaah di mushola sekolah  dibimbing guru mereka.

Suatu ketika si cucu dengan kakek berpergian keluar kota. Sampai waktu sholat zuhur si cucu minta diberhentikan kalau pas ada masjid sebelah kiri jalan. Si cucu minta temani kakeknya mampir untuk sholat di masjid. Tidak hanya itu, karena perjalanan masih jauh, dikhawatirkan sampai ke tujuan sudah lewat waktu ashar si cucu mencontohkan kepada kakeknya shalat jama’ taqdim menggabung shalat zuhur dan shalat ashar.

Pabila Si kakek ini termasuk dlm kelompok yg "menolak hidayah" kakek tidak turun dari mobil, walau si cucu mampir di masjid untuk sholat. 99 alasan dapat dikeluarkan si kakek kepada cucunya agar dapat dipahami si cucu supaya dianya tidak ikut shalat. Dapat saja lagi capek, pakaian kotor agak sakit lutut dan sebagainya. Ini namanya menolak hidayah.

Dulu di suatu daerah dekat pemakaman umum, di pos ronda setempat dekat komplek kuburan, sibuk kegiatan group bermain kartu dengan taruhan uang, iseng-iseng katanya bukan judi. Tapi apapun namanya masuklah dia dalam lingkaran menentang Allah, yaitu mengerjakan yang dilarangNya. Orang yang dapat hidayah tentu tidak mau melaksanakan perbuatan itu.

Jika katanya hidayah belum datang, maka hal itu sangat dapat dibantah sebab: sehari kadang lima enam jenazah yang masuk ke dalam kubur di pekuburan itu. Selain itu dekat pula dengan masjid. Setiap waktu berkumandang adzan. Setiap selesai shalat magrib ada saja ustadz yang memberikan ceramah agama. Jenazah yang melewati mereka sehari beberapa kali itu apakah bukan hidayah. Adzan setiap waktu itu apakah bukan hidayah. Ustadz yang memberikan pesan moral hampir setiap hari itu apakah bukan hidayah. Tapi ternyata mereka ini kelompok yang menolak hidayah.
Mereka tidak bergeming,
walau adzan terdengar nyaring, namun kartu tetap dibanting.

Khusus tetangga kuburan dan masjid yg suka banting kartu qt petik di atas:
Ok lah, adzan nyaring terdengar dari masjid bg mereka blm mengusik kalbunya.
Ok lah bg mereka tauziyah ustadz didengarnya dari pengeras suara masjid, malah dia mencibir sambil bergumam "tu ustadz, ku tau siapa dia, ngomong doang, ku tau kecilnya. Ku tau keluarganya. Anaknya sendiri ndak terdakwahinya".
Tetapi ttg kematian, bagi tetangga pekuburan tadi, suatu kenyataan, bukan pura2. Betul ada jenazah yg diusung ke kubur saban hari 5, 6 keranda. Pantaskah mereka tdk mengingat kematian?

Tentang mengingat kematian, Nabi Saw memberi kita nasehat, “Wa Kafaa Bil Mauti Wa Idzha, Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.

Rupanya bg orang yg MENOLAK HIDAYAH. ada saja dalih mereka, dari mana dan dlm bentuk apapun hidayah itu datangnya.

Benarlah apa yg dikabarkan Allah dlm surat Al-An'am ayat 125.
  وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ 
"Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit."

Smg diri penulis dan sidang pembaca adlh tidak termasuk PENOLAK HIDAYAH. Sebaliknya menjadi pencari hidayah, selanjutnya menjadi penerima hidayah, bahkan kalau memungkinkan menjadi sumber pemicu terkucurnya hidayah Allah untuk orang2 lain.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Kekhawatiran Amal Ditolak

Mungkin timbul pertanyaan di dalam hati setiap awal bulan Syawal, apakah puasa yang kita laksanakan dengan ibadah-ibadah ikutannya di bulan Ramadhan di terima Allah atau tidak. 

Menjawab pertanyaan itu, rujukan hadits yang agaknya layak kita jadikan referensi, hadits riwayat Ahmad, At Tirmizy dan Ibnu Majah ketika Aisyah r.a. bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. perihal tafsir dari surat A- Mukminum ayat 60. yang berbunyi:

وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَاۤ اٰتَوْا وَّ قُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ 
"dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya,"

Aisyah r.a. bertanya “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud ayat ini ialah orang-orang yang biasa mabok-mabok minum khamar, dan mencuri?.

Menanggapi pertanyaan ini Rasulullah bersabda: “Bukan wahai Putri As-Shiddiq! Akan tetapi itu adalah orang-orang yang rajin berpuasa, mendirikan shalat dan bersedekah, walau demikian mereka senantiasa khawatir bila amalan mereka tidak diterima Allah, karenanya mereka bersegera dalam mengamalkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.

Jadi soal ibadah kita diterima atau di tolak oleh Allah s.w.t. serahkan bulat-bulat kepada Allah urusannya asalkan dalam beribadah kita telah memenuhi criteria “Wal Amalu bit Tanjil” (pesan Ali bin Abi Thalib), beramal sesuai dengan kafiat, atau taca cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, diikuti dengan ikhlas karena Allah semata. Supaya terpenuhi "wal amalu bit tanzil", haruslah dg ilmu. Ilmu harus terus menerus belajar. Ikhlas adalah perkara hati, tentu dibentuk dg latihan mendekatkan diri kpd Allah. Siap, tdk diapresiasi oleh manusia akan setiap amal kebaikan. Dalam pada itu tak goyah walau diejek dicela manusia ketika berbuat kebaikan.

Menilik ayat di atas dan hadits berkenaan dengan itu, maka wajar agaknya jika kita merasa khawatir kalau-kalau ibadah kita tertolak. Tetapi rupanya orang-orang yang merasa khawatir ibadahnya tertolak itulah yang justru merekalah yang diterima ibadahnya.

Perjalanan ibadah kita masih terbentang jika masih dipinjami usia, tidak heran bila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya agar mereka bersikap wajar dalam beramal. Tidak terlalu memaksakan diri dengan mengamalkan amalan yang terlalu berat baginya dan sebaliknya  tidak lemah semangat sehingga malas beramal.
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ) متفق عليه
“Wahai para manusia! Amalkanlah amalan yang kalian kuasa untuk menjalankan dengan terus menerus, karena Allah tidak akan pernah merasa bosan, walaupun kalian telah dihinggapi rasa bosan untuk beribadah. Dan sesungguhnya amalan yang paling Allah cintai ialah amalan yang diamalkan dengan kontinyu walaupun hanya sedikit.” (Muttafaqun ‘alaih).

Sahabat2 yang dirahmati Allah, baik yang membaca kemudian mengomentari, atau yang membaca memberi jempol ataupun yang membaca, mengkritik dlm komentar atau di dalam hati, juga membaca  tidak memberikan jempol. Yang penting niat dihati ini ingin meneruskan/berbagi mengenai apa yang diketahui walau secuil sesuai pesan Rasulullah “Sampaikan dariku walau hanya se ayat”!

Bila pada bulan Ramadhan, kita telah mengamalkan ibadah puasa, sholat malam, sedekah kepada fakir-miskin, membaca Al Qur’an, dan ibadah derivative lainnya dari Ramadhan, akankah semua itu tenggelam bersama tenggelamnya bulan Ramadhan?

Tidakkah kita masih merasa terpanggil untuk meneruskan amal ibadah itu walau hanya sedikit, sehingga hari-hari kita senantiasa dihiasi dengan aliran pahala dan kedamaian karena berada dekat dengan Allah?.

Mari kita bersemboyan; sasaran ibadah kita "beramal karena Allah" bukan "beramal karena Ramadhan". Lebih dalam lagi semboyan "beramal bukan karena pahala" tetapi "beramal karena mengharap redha Allah". Shg berhak mendapatkan seperti dijanjikan Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Fajr 28,29 dan 30:

ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً 
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى
"Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,"

وَادْخُلِيْ جَنَّتِى
Dan masuklah ke dalam surga Ku.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan hidayah dan taufiq-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat istiqamah dalam beribadah kepada-Nya. Hanya dengan demikian insya Allah kita dapat menjaga rangkaian pahala yang telah tersusun rapi pada lembaran amal kita yg lalu dan tidak kembali meruntuhkannya satu demi satu. Wallahu ’alam bishawab.

Tak henti2nya kita berdo’a kepada Allah, agar ditutupi segala kekurangan puasa  kita serta seluruh ibadah ikutannya, diberi kekuatan untuk meneruskan ibadah dg istiqamah sepanjang hayat dikandung badan.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum.
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Sunday 23 June 2019

NASIB dan DO'A.

Seorang pemuda desa, setelah test masuk suatu institusi yg diidamkannya di kota. Dapat kabar gembira lulus. ORTU pun besyukur manggil jiran tetangga syukuran. Tumbang kambing 3 ekor berikut sejumlah ayam buat hidangan.
Eee taunya selang bbrp hari diketahui berita gembira itu Hoaks.

Karena malu, si pemuda angkat koper juga menuju Jakarta. Stlh di Jakarta bgm nantilah pikirnya,  yg penting di kampung tdk menanggung malu.

Guratan nasib luar biasa, pemuda desa ini diterima di suatu instansi yg sama sekali di desanya blm pernah di dengar nama instansi tsb. Singkat cerita, karier dirintis, berkesempatan bbrp kali TUBEL ke luar negeri. Akhir jabatan menjadi petinggi utama di instansi yg cukup vital itu.

Lamunanpun melayang ke masa 40an th lalu, andaikan berita kelulusan di tempat yg di-cita2 kan tdk hoaks, blm tentu sesukses seperti sekarang dicapai dlm berkarier. Terbukti temannya seangkatan yg lulus waktu itu, ternyata kesuksesan kariernya tdk sesukses dirinya.

Sadarlah pemuda itu bahwa Allah selalu memberikan yg terbaik. Bisa saja sesuatu yg terliat tdk baik oleh kita diawalnya, sesungguhnya baik pada akhirnya. Kini dia yakin se yakin2nya; kebenaran firman Allah dlm Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 216)
 وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
"Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Kini pemuda tadi sudah terkelompok  manula, sdh purna bhakti. Tinggal kenangan untuk bahan nasihat ke anak cucu agar JANGAN BURUK SANGKA KPD ALLAH. Mensyukuri segala nikmat yg tlh Allah berikan, seraya berdo'a smg Allah memberikan kekuatan untuk intensif beribadah di usia yg masih tersisa yg diyakini tentu tak kan lama lagi.

Ketika maju ujian gagal ke institusi cita2nya dulu, berbagai ikhtiar dilakukan setara dg kemampuan. Selain itu  sabagai insan religius tak lepas dari berdo'a.

Demikian juga kisah tiga  orang pemuda sedaerah sama-sama menamatkan sekolah es em a yang sama, kebetulan searah cita2. Mereka menempuh ujian masuk perguruan tinggi pilihan mereka bertiga, guna menggapai cita2 yang sama itu.

Dua orang diantaranya diterima, seorang lainnya tidak diterima. Padahal mereka berdo’a bersama, belajar dan latihan test bersama. Pemuda yang tak keterima kemudian usaha test lagi tahun2 berikutnya sampai 3 x, namun tetap gagal. Padahal ketika es em a justru anak yg tak lolos ujian masuk ke fakultas cita2 mereka ber 3 ini malah yg terpandai.

Alhasil akhirnya si pemuda yg tdk lolos, mencari fakultas lain, ternyata keterima, kini dia menyandang gelar ilmu yg beda dari 2 sohibnya.

Waktupun bergulir, masing2 menamatkan pendidikan, terjun kemasyarakat, di dunia kerja.

Mendekati masa pensiun/ diusia senja, ternyata pemuda yang tidak keterima di  fakultas pilihan mereka  bersama itu jadi pengusaha sukses, menghidupi hampir seribu karyawan.
Sementara rekannya yang kelihatan beruntung diawal tadi hanya sekedar sampai mencapai jabatan rendahan saja, juga dlm kesuksesan kehidupanpun biasa2 saja.

Nah ini lah yang namanya nasib dan ini pula merupakan salah satu yang dimaksud dengan sabar: “Sabar menerima apapapun keputusan Allah”.

Nabi Musa pernah bertanya "Ya Allah : Manakah hambamu yang paling besar kesalahannya”. Allah menjawab:” Ialah yang hatinya cemburu dan menuduhKU, selalu dia memohon kepada KU, tetapi dia tidak redha menerima keputusanKU".

Menyaksikan ilustrasi pemuda yang merajut cita2 bersama  dicontohkan di atas. Makanya kita hendaknya tidak putus asa atas Rahmat Allah. Tidak boleh pula berprasangka buruk terhadap Allah, jika suatu ketika do’a kita belum dan bahkan tidak dikabulkan Allah. Yakinlah bahwa Allah sayang kepada kita dan akan memberikan yang paling terbaik buat kita.

Di case 3 pemuda yg kini sudah tua itu, kenyataan do'a salah seorang tak terkabul mencapai cita2 pertama, justru Allah menghendaki yg lbh baik buatnya, menghidupi banyak orang, jadi pengusaha sukses.
O.k.i. berprasangka baik lah kpd Allah.
Mengacu pd jawaban Allah atas pertanyaan nabi Musa, Orang yg "paling besar kesalahannya adlh: 
* Berprasangka buruk thdp Allah.
* Menuduh Allah yg buruk, ketika do'anya blm terkabul.
* Tidak redha menerima apa yg ditetapkan Allah baginya.

Padahal Allah tlh mewartakan di ayat 23 Al-Hadid:
لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"

Ayat di atas mengajarkan:
* kita berusaha dan berdo'a, namun Allah yg menentukan keberhasilan.
* Giliran berhasil jangan terlalu gembira apalagi sombong dan berbangga bahwa awak hebat, se-olah2 keberhasilan tsb tdk ada campur tangan Allah.
* Dalam hal tidak berhasil, tidak pula terlalu sedih, sebab semua adlh ketentuan Allah. Qt sdh usaha dan do'a, yakinlah insya Allah yg terbaik disiapkan Allah untuk qt.

Smg Allah memberikan yg terbaik buat penulis dan pembaca. Smg kita semua tdk termasuk orang yg membuat kesalahan terbesar y.i. berprasangka buruk thdp Allah. Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Saturday 22 June 2019

ARAH NASIHAT

Salah satu kecenderungan orang berusia tua adalah memberikan nasihat, kepada yang lebih muda, diminta atau tidak diminta. Kadang ada sebagian orang tua yang memberikan juga nasihat kepada yang dianggapnya lebih muda walaupun si penerima nasihat kurang menerima, atau  merespon hambar. Orang tua itu tetap saja memberikan nasihatnya, didengar ataupun tidak didengar.

SUMBER NASIHAT
Bila ditelusuri sumber nasihat itu datang dari berbagai arah sekurangnya dari dua arah yaitu intern dan ekstern.
1.   INTERN
1.a. Hidayah Allah, seorang yang tidak melalui nasihat seseorang sanggup melakukan hal-hal yang baik dalam hidupnya. Hal-hal yang baik dilakukan orang tersebut adalah sesuai benar dengan apa yang diperintahkan Allah melalui agama. Kejadian ini sangat dimungkinkan, seperti yang diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dibanyak surat antara lain dapat disimak pada surat Yunus ayat 25,  Al-Baqarah 142,  Ibrahim ayat 4,  Al- An’am 88 dan dipetik satu diantaranya An Nahl 93.
 يُّضِلُّ مَنْ يَّشَآءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ
(Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki)

1.b. Potensi diri; yang bersangkutan dilahirkan dan dibesarkan dilingkungan orang baik-baik, sehingga ia tumbuh menjadi orang baik. Manusia pada dasarnya cenderung untuk berbuat baik.  Dalam hal seperti ini pemberi nasihat adalah lingkungan, berlangsung terus menerus sejak seorang anak manusia tumbuh hingga menjadi orang dewasa. Dalam pada itu banyak kasus seorang anak terlahir dari keluarga yang tidak baik dibesarkan dilingkungan kurang baik, potensi diri yang bersangkutan menjadikan dia seorang manusia yang baik. Tidak pula jarang terjadi, seorang terlahir dan berada dilingkungan tidak baik, dalam perjalanan hidup petensi diri yang bersangkutan tidak menerima ketidak beresan asal kelahirannya dan lingkungannya, ia mencari nilai-nilai sendiri didorong oleh potensi dirinya, sehingga menjadi orang baik. 

2.  EKSTERN
2.a. Orang lain; bersumber dari orang tua, guru di sekolah, para ustadz di majelis pengajian, juga termasuk orang yang lebih tua, tidak jarang pemberi nasihat adalah teman sebaya. Banyak kasus orang tua tidak mempan memberi nasihat ke seorang anak, gurupun sudah kewalahan apalagi ustadz, sebab ke majelis pengajianpun anak itu tak pernah ikut, tetapi teman sebaya justru dapat memberikan nasihat sehingga mengubah peri laku seseorang. Ternyata faktor komunikasi disini yang memegang peranan, teman sebaya dapat mengkomunikasikan pesan nasihat dengan tepat dengan bahasa yang seragam usianya yang langsung dapat dimengerti oleh yang bersangkutan menyentuh kalbunya.

2.b. Fenomena alam; makluk yang paling pertama memberi nasihat/petunjuk kepada manusia, adalah sebangsa burung. Ketika putera nabi Adam Qabil membunuh Habil, sebangsa burung  menguburkan  seekor burung lain yang mati. Contoh penguburan ini memberikan nasihat kepada Qabil bagaimana caranya menguburkan Habil. Selanjutnya alam tidak henti-hentinya memberikan nasihat kepada manusia dari dulu, sekarang dan sampai nanti. Tidak terbatas binatang dapat diambil perilakunya untuk menasihati manusia bila bijak mengambil  i’tibar,  juga musim silih berganti, malam dan siang, flora dan fauna semuanya dapat menjadi sarana yang mampu memberikan nasihat  terhadap manusia.

2.c. Pengalaman pribadi; sekurangnya saya punya dua contoh peristiwa pribadi seseorang dapat memberikan nasihat, sehingga berubah dari perangai yang keras menjadi lembut.  Seorang pejabat setingkat kepala bagian perangainya keras bukan kepalang. Kalau anak buah melakukan kesalahan sedikit saja langsung dibentak-bentak, dimarahi, tidak peduli anak buah itu lelaki atau perempuan. Tidak jarang pemandangan pegawai perempuan sampai menangis, bila dimarahi oleh yang bersangkutan. Pernah terjadi ada pegawai memilih berhenti dari pada merasa tertekan di bawah kepemimpinannya. Suatu ketika anak kesayangan beliau ini, terserang sakit berat dan akhirnya meninggal dunia. Peristiwa ini, sangat membuat sang kepala bagian terpukul, sekaligus mengubah peri laku beliau  yang selama ini keras menjadi penyabar dan lembut. Contoh lain, seorang pemimpin, bukan main kerasnya. Pokoknya luar biasa kerasnya, sangat panjang  bila  ditulis, salah satu yang paling terkesan, beberapa pegawai honor dipecat hanya karena makan Durian. Suatu hari pegawai honor sekelompok anak masih muda-muda baru tamat SLTA ditugaskan membenahi arsip di gudang arsip berdekatan dengan rumah dinas sang pemimpin. Lazim bila masih jadi pejabat penting, kalau tiba musim durian, biar dihalaman tak ada pohon durian, akan ada saja relasi yang berbaik hati mengirim berkarung-karung durian. Durian yang dikirim biasanya durian yang kw satu, sebab masing-masing relasi berlomba untuk mengirim yang terbaik. Ketika berbenah arsip tersebut, semerbak harum durian menggoda selera anak muda tadi. Beberapa buah durian tersimpan di gudang  disimpang gudang dekat arsip, tersantaplah oleh  berapa anak muda yang tengah berbenah arsip. Rupanya keadaan ini membuat berang si pemimpin berujung kepada pemecatan pegawai honor yang ingin merajut nasib menjadi pegawai harian berlanjut kalau prestasi baik menjadi pegawai tetap. Pupuslah sudah harapan beberapa anak muda tadi berkarier di instansi itu lantaran hanya memakan durian. Kelakuan anak-anak muda inipun sesungguhnya tetap saja tidak terpuji, walau alasannya makan durian yang sudah mulai hampir terbuka (merekah), dari pada mubazir masuk angin tak dpt dimakan lagi. Apapun alasan mereka itu memakan yang bukan haknya, tanpa izin yang empunya. Tetapi sanksi pemecatan ini banyak orang yang “ususnya panjang”, menilai terlalu berlebihan. Tidak lama berselang setelah peristiwa tersebut anak lelaki beliau yang bersekolah tidak sekota dengannya menderita sakit aneh cenderung ke gangguan jiwa, sampai sampai tidak mengenal orang tuanya bahkan dirinya sendiri, makan minum sampai mandipun harus dibantu.  Keadaan ini menyadarkan sang pemimpin, betapa kekerasan perangainya selama ini mungkin mendapat koreksi dari yang maha kuasa. Melayang ingatannya kepada tindakannya selama ini.  Betapa di setiap cabang dia memimpin ada saja pegawai yang di pecat. Walau sebenarnya alasan administratif dan ketentuan yang berlaku dapat membenarkan tindakan beliau. Suatu hari beliau mulai terpikir apakah tindakannya itu membuat anaknya terkena imbasnya, yang justru “dipecat dari manusia normal” hidup segan mati tak mau. Peristiwa ini, mengubah total perilaku pemimpin tersebut, sehingga tidak gampang mengambil keputusan yang keras terhadap bawahan. Semula kalau giliran memberi kondite pejabat di bawahnya jarang ada yang sangat baik, paling banter seorang saja yang baik dan selebihnya kondite sedang dan kadang ada yang kurang. Kini dia berlaku sebaliknya, hampir semua pajabat bawahan dikonditenya dengan baik dan tak ada satupan yang dikondite kurang.  Sesudah itu tidak ada lagi pegawai yang dipecat sampai beliau pensiun. Jika ada pegawai yang melakukan kesalahan berat, dia lebih memilih menyerahkan kepada team, semacam “team kehormatan pegawai”  yang memberikan keputusan. Sejauh mungkin ia memberikan pembelaan dihadapan “team” kepada pegawai yang melakukan kesalahan dengan melihat dari nilai-nilai positip dari pegawai yang bersangkutan.

2.d. Petunjuk AlIah melalui mendengar, atau membaca, atau berlajar;  Pernah terjadi seseorang yang tengah berbuat mesum, terhenti hanya lantaran mendengar suara adzan dari masjid dekat lokasi mesum. Hatinya tersentuh dan mulai sesudah itu ditandainya sebagai perbuatan mesumnya yang terakhir dan yang bersangkutan bertaubat selanjutnya hanya melaksanakan perbuatan baik.  Hal yang sama  karena membaca, antara lain dapat saja terjadi pembaca tulisan ini lantaran terbaca contoh-contoh di atas, kebetulan mempunyai perangai yang terwakili oleh contoh, langsung mengubah perilaku menjadi baik. Apalagi dengan melalui media belajar di sekolah-sekolah agama, pada umumnya tabiat  alumni sekolah agama tersebut akan berusaha mencerminkan ilmu yang diperolehnya. Walau ada saja yang menyimpang, seorang cebolan sekolah agama, menyandang  predikat  haji tapi entah bagaimana terlibat korupsi.
Demikian, akhirnya kita berserah diri kepada Allah, semoga kita diberikan petunjuk oleh Allah menjadi manusia yang baik. Dapat saja petunjuk berasal dari nasihat yang datang dari berbagai arah seperti yang terdapat dalam contoh di atas. Aamiin ya Rabbal 'Alamin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Amal Peninggalan tak lestari

Sangat popular hadist yang menjelaskan bahwa pabila kita sudah mati nanti maka terputuslah amal kita kecuali ada tiga hal yaitu:
AMAL ZARIAH,  ANAK YANG SHALEH SELALU MENDO’AKAN DAN  ILMU YANG DIAMALKAN.

Al-Qur’an pun dalam surat Yasin ayat 12 ada menyebutkan:
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ  ۗ  وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz).

Yang bakal menjadi kumpulan cacatan amal kita setelah kita mati, bukan saja amal yang kita kerjakan selagi kita masih hidup, tetapi juga bekas-bekas yang kita tinggalkan.

Anda mempunyai harta ditinggalkan, kemudian dipergukan untuk kemasalahan ummat, itu juga akan menjadi ladang amal anda sesudah anda meninggal dunia nanti. Baik itu berbentuk produk digunakan untuk Ibadah misalnya membangun masjid, sekolah atau tempat kemasalahatan masyarakat, maupun produk yang diambil hasilnya untuk kepentingan ummat. Atau produk gagasan/ide anda yg digunakan untuk memudahkan kehidupan.
Anda mempunyai Anak yang shaleh yang anda tinggalkan di dunia, mereka mendo’akan ampunan buat anda, itu jelas karena do’anya itu jika di ijabah Allah akan meringankan anda di alam kubur.
Ilmu yang anda bagikan kepada orang lain, kemudian orang-orang memanfaatkan ilmu itu untuk kesejahteraan hidupnya, menjadi tambahan kebaikan bagi anda walau anda telah di alam barzah.

Kembali ke judul renungan kita ini, apakah semua itu lestari dan terus menerus akan memberikan amal buat kita di alam kubur, kemudian berkontribusi meringankan kita di alam sana nanti.

LESTARIKAH peninggalan amal kita SESUDAH kita MATI???

AMAL ZARIAH
Amal zariah difamahi banyak orang adalah peninggalan berupa property yang dimanfaatkan oleh orang sepeninggal kita, dapat berwujud property yang menghasilkan, kemudian hasilnya untuk kepentingan ummat. Atau property berupa tempat ibadah atau tempat pendidikan.

Ketahuilah bahwa property tersebut tidak selamanya bertahan. Katakanlah Masjid, kalau masjid tersebut digusur, di relokasi atau direnovasi maka SECARA LOGIKA, sekali lagi SECARA LOGIKA, maka partisipasi kita di masjid tersebut, misalnya kramik, semen dan alat bangunan lainnya sudah tidak dipakai lagi.

Katakanlah property kita berupa kebun yang diambil manfaatnya untuk kemaslahatan ummat/masyarakat, apakah dapat dijamin kebun tersebut akan tetap ada sampai ratusan tahun.

Lain halnya dengan kebun Kurma peninggalan Ustman bin Affan di madinah, bermula dari Sumur yang dibelinya dari pemilik aslinya RAUMAH. Kita tetap yakin tentunya akan bertahan lama, tidak akan terkena longsor ataupun kegusur bagaikan di negeri kita. Selain itu pembelian lokasi tanah yang ada sumur sumber air itupun informasi dari Nabi Muhammad s.a.w. yang mengatakan bahwa “siapa yang dapat membeli sumur itu balasannya adalah surga”. Ustman pun membeli sumur itu, dalam suatu proses yang bijak semula hanya dpt separo tak berapa lama ahirnya seluruh sumur dan lokasi tanah menjadi milik Ustman bin Affan, kini jadi perkebunan Korma. Hasil kebunnya sampai saat ini sangat bermanfaat dan menghasilkan dana yang cukup besar untuk kesejahteraan ummat. Tentu Ustman bin Affan menerima terus amal zariahnya tersebut.

Tapi untuk di negeri kita kondisinya berbeda, kebun bisa saja tergusur, atau hak kepemilikannya ratusan tahun kedepan jadi beralih tangan karena sengketa, kemudian dialih fungsikan. Jadi perlu dipertanyakan kelestariannya.

ANAK YANG SHALEH SELALU MENDOA’AKAN
Anak kita, juga akan tumbuh sebagaimana kita, tadinya sebagai anak, kemudian jadi orang dewasa dan tua kemudian, sunatullah diapun akhirnya meninggalkan dunia ini. Nah bagaimana kalau dia sudah mati, mungkin cucu kita masih mendo’akan kita, itupun juga masih masuk dalam juriat kita. Insya Allah kalau cucu yang shaleh mendo’akan kita juga ada harapan di ijabbah Allah. Berikutnya cucupun akan mati juga, mungkin ia pesan kepada anaknya agar mendo’akan kita. jadi si cicit kita, mendo’akan kita.

Umumnya kita orang Indonesia harus diakui, kadang tidak tau lagi nama ayahnya dari uyut kita, apalagi kakeknya dari uyut kita. Jadi mana mungkin anaknya si cicit mendo’akan kita. Kalau begitu do’a anak shaleh inipun tidak akan lestari membantu amal kita, setelah kita meninggal dunia, karena diapun akan meninggal pula.

ILMU YANG DIAMALKAN.
Kebetulan saya bergerak dibidang menularkan ilmu, wujudnya bukan saja secara langsung menjadi pengajar di kampus atau di pelatihan-pelatihan, di hampir setiap Provinsi di Indonesia, tetapi juga Alhamdulillah telah sejumlah buku saya yang terpublikasi. Sepanjang buku itu digunakan orang untuk referensi, sepanjang ilmu yang serba sedikit saya sampaikan dimanfaatkan orang, maka Insya Allah saya tetap kebagian manfaat amal, walau jasad saya nanti sudah lapuk di dalam kubur. Tapi namanya ilmu  terus menerus bergerak secara dinamis  untuk berubah ke-arah yang lebih baru dan lebih baik. Ilmu yang ditransfer hari ini, belum tentu masih valid untuk 25 tahun yang akan datang. Begitu juga enam judul buku yang telah saya tulis dan terpublikasikan, mungkin sepuluh tahun yang akan datang jika tidak di revisi jangan-jangan sudah tidak valid lagi, teranulir oleh teori dan ilmu baru. Nah kalau saya sudah tiada tentu sudah tidak kuasa lagi untuk merevisi buku-buku itu dengan edisi terbaru,:menyesuaikan dg teori dan ilmu terakhir. Nah kalau begitu ilmu yang ditinggalkan pun juga tak lestari mengiringi kita ke-alam kubur.

Kalau begitu yang harus menjadi renungan kita  sekarang, adalah bagaimana selama hayat masih dikandung badan, selama sehat masih ada di diri, selama harta masih kita punya, selama kesempatan masih berpihak kepada kita. Selagi jabatan masih melekat. GUNAKAN SEBAIK-BAIKNYA untuk MENAMBAH DAN MENABUNG AMAL. itulah agaknya yang kekal menjadi pengiring dan sahabat kita dalam penantian panjang di alam barzah sampai hari dibangkitkan.
Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syathan. Mohon maaf oleh karenanya.
Wallu ‘alam bhisawab.
Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.3

ORTU berperan Allah Tentukan

Pepatah lama blm usang "Buah jatuh tak  jauh dari pohonnya". Kira2 maknanya "perangai, tabiat, tingkah laku anak mirip/cenderung sama dg Ortunya".
Agaknya dalil pepatah ini terpatahkan:

* Anak seorang atlet renang, tak dg sendirinya pandai berenang, tanpa diajari/dilatih berenang.

* Nabi Ibrahim anak seorang pembuat patung yg di tuhan kan oleh kaumnya. Sekaligus Bapak nabi Ibrahim sbg penyembah patung.

Kenyataannya nabi Ibrahim menjadi seorang nabi di imani dari 3 agama Samawi.

Contoh bahwa anak blm tentu mengikuti jejak Ortunya, berlangsung terus dari zaman ke zaman termasuk zaman kekinian.

Boleh disimpulkan bahwa:
"ORTU memang BERPERAN, namun bagaimanapun Allah yg TENTUKAN".

Contoh yg baik diteladankan/diajarkan kpd anak blm tentu anak itu nantinya kelak menjadi orang baik. O.k.i. disamping pengarahan/pendidikan dan pengawasan atas pergaulan anak, jangan lepas dari do'a kpd Allah. Allah mengajarkan  langsung do'a untuk anak dan keturunan, dpt di petik dari Al-Qur'an surat Al-Furqan 74:
 رَبَّنَا هَبْ لَـنَا  مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Nabi Ibrahim saja berdo'a untuk anak keturunannya, sepertinya do'a nabi Ibrahim yg di abadikan di surat Al-Baqarah 128 ini layak ditiru:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَـكَ وَ مِنْ ذُرِّيَّتِنَاۤ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ ۖ 
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak-cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu

Sebaliknya contoh ekstrim BURUK; ayah yg tdk baik, jauh dari agama, tukang maksiat dll keburukan,  bukan mustahil anak keturunannya menjadi orang baik2. Contoh spt nabi  Ibrahim.  Sampai skrg jg banyak anak yg beriman dan bahkan jadi ustadz/ustadzah asal dari Ortu yg bukan pemeluk Islam. Disini nampak jelas bahwa HIDAYAH Allah-lah yg sangat berperan.
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ ۚ  وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ  كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."
(QS. Al-An'am surat ke 6 ayat 125).

Dalam pada itu bukan mustahil seorang ustadz/ustadzah yg saban hari ada jadual ceramah di banyak masjid dan majelis taklim. Salah satu anaknya,  tanda2nya tak bakal menapaki jejak ORTU nya. Ikhtiar, sudah dimasukkan pesantren. Pas libur, pulang ke rumah Ortu. Sblm azan subuh, si ayah (yg juga ustadz) liat ke kamar si anak "alhamdulillah sdh ndak ada, tentu sdh ke masjid". Si ayah usai ngimam  di masjid dan zikir sesaat mutar badan ngadap jamaah. Tapi sdh diupayakan lirik ke seluruh shaf eee si bocah ndak nampak. Sampai dirumah diliat lagi ke kamar, juga ndak ada. Berpikir positif si ustadz, mungkin dia cari masjid jauh tuk kejar pahala banyak langkah. Si bunda punya instink lain, coba buka sprey tempat tidur. Ternyata santri ini tertidur pulas di kolong tempat tidur......benar instink si Bunda.

Blm terlambat pak ustadz, lakukan tindakan persuasif dan terus berdo'a. Karena apalah daya kita, sdg Nabi Muhammad saja diberitau Allah:
فَاِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلٰغُ وَعَلَيْنَا  الْحِسَابُ
maka sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, dan Kami-lah yang memperhitungkan (amal mereka)."
(QS. Ar-Ra'd, surat ke 13 ayat 40)

Disamping ikhtiar jangan lupa berdo'a, smg Hidayah Allah yg tertanam dalam diri kita tetap dipeliharakan Allah.  Dan smg anak dan keturunan kita juga mendapat limpahan hidayah Allah. Smg anak keturunan kita diberikan kekuatan oleh Allah untuk berikhtiar meraih hidayah Allah. Dan kita sendiri dpt mempertahankan hidayah Allah. Lakhaula wala quwwata ilabillah. Wallahu 'alam bishawab.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Jangan menyerah kpd Taqdir

Nabi Muhammad S.A.W. berkunjung kerumah anaknya Fatimah, di dalam kunjungan itu beliau bertanya “apakah kamu tidak menunaikan shalat malam” pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali bin Abithalib, menantu beliau. “wahai Rasulullah sesungguhnya kami berada di bawah kuasa Allah. Jika Allah berkehendak agar kami bangun, tentu Dia akan membangunkan kami”. Mendengar jawaban itu,Rasulullah s.a.w. terus pergi. Kemudian beliau menepuk pahanya, seraya membaca firman Allah “ Wa kanal insanu aktsara syai-in jadala = dan memang manusia itu adalah mahluk yang banyak membantah.” (Q.s, Al Kahfi 54).
   وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
"Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah."

Hadist ini dirawayatkan Ali bin Abi Thalib r.a. HR. Muttafaq ‘Alaih halaman 380 hadist no.425.

Peristiwa tersebut kita yakin terjadi bukan kebetulan, tentu atas kehendak Allah untuk menjadikan teladan buat kita dikemudian hingga saat ini. Dari peristiwa tsb. dpt dipetik 8 (delapan) sikap yang dicontohkan Rasulullah s.a.w.   sebagai berikut:
1. Tidak menyerah kepada Taqdir
2. Rasulullah s.a.w. jika tidak menyenangi  berbantah, memilih lebih baik meninggalkan tempat berlangsungnya kejadian.
3. Hidup ini adalah pilihan, untuk meningkatkan amal atau tidak.
4. Orang tua, haruslah tetap melakukan pemantauan terhadap kehidupan rumah tangga anaknya terutama dalam hal beribadah; walau sdh menikah.
5. Peristiwa di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa harus diberikan pengertian kepada anak bahwa sebagai anak walau sudah menikah, dimana sudah dewasa namun orang tua masih berwenang untuk mengontrol.
6. Contoh yang patut diteladani ialah bila Rasulullah marah ia tidak menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental, memilih memukul paha sendiri.
7. Rasulullah, jika marah tetap berada dalam koridor Al-Qur’an.
8. begitu pentingnya shalat malam, bagi keluarga Rasulullah.

Keterbatasan ruang, spy tdk terlalu panjang artikel ini, izinkan saya membahasnya berseri. Kita bahas butir pertama.

1. Tidak menyerah kepada Taqdir
a. Rasulullah tidak menyenangi, jika anak dan menantunya tentu saja ummatnya menyandarkan diri semata-mata kepada taqdir atas setiap aktivitasnya, termasuk kemampuan untuk ibadah, harus dengan kemauan yang keras. Dengan ikhtiar sendiri yang cukup bukan hanya mengandalkan gerak dari Allah. Buktinya Rasulullah s.a.w. menunjukkan ketidak setujuannya atas jawaban Ali Bin Abi Thalib dan memilih pergi. Meninggalkan rumah anak dan mantunya, sambil menggumamkan potongan ayat 54 surat Al-Kahfi.

Isyarat dmkn sdh cukup mendalam diberikan seorang Rasul, bahwa beliau tak berkenan. Dpt disimpulkan bahwa beliau tak suka anak mantunya segala sesuatu langsung serahkan taqdir, tanpa upaya. Bgt juga tentunya buat kita ummat beliau.

Zaman itu blm tersedia jam weker yg dpt di stel mau bangun pukul berapa diujung malam nanti. Era kita skrg  bahkan tlh  tersedia HP yg senantiasa setia berbunyi sesuai pesanan alarmnya pd pukul berapapun. Hampir tak beralasan kalau tak terbangun. Saya katakan "hampir tak beralasan", sebab bukan mustahil, saking pulasnya tidur alarm tak terdengar. O.k.i. tetap saja sandarkan diri kpd Allah dlm do'a mhn dibangunkan di pukul berapa. Insya Allah mesti di  bangunkan Allah sesuai niat. Persoalannya awak mau bangun atau tidak. Kadang sdh terbangun terserang malas. Lalu bathin bergumam "ntar lagi". Nah inilah dibanyak kasus tertidur lagi, syukur kalau masih dengar azan subuh, kadang sampai pagi.

Contoh mudah bila anda akan bepergian dg pesawat terbang terjadwal hrs berangkat dari rumah ke bandara pukul 03.00 dini hari; buktinya bisa tuu. Kenapa  praktek ini tdk di terapkan untuk bangun malam persiapan menuju ruang tunggu di bandara penerbangan ke akhirat.

b. Memang, taqdir ada berupa taqdir ajali dan ada yang berupa taqdir ikhtiari. Taqdir ajali ialah taqdir yang tidak dapat dirubah, misalnya kita ada yang ditaqdirkan sebagai lelaki dan ada juga yang ditaqdirkan jadi perempuan. Sedangkan taqdir ikhtiari adalah taqdir yang dapat dikondisikan dengan upaya yang sungguh-sungguh walaupun hasil akhir setelah upaya sungguh-sungguh tersebut barulah merupakan taqdir.

Ucapan Umar bin Khattab yg terkenal mengenai "taqdir" di
suatu peristiwa:

"Umar Ibn Khattab kemudian bermusyawarah dengan para sahabat Muhajirin dan Anshar untuk mencari jalan keluar yang baik. Akhirnya mereka sepakat untuk kembali ke Madinah, tidak memasuki daerah yang berbahaya itu.

Tiba-tiba Abu Ubaidah bin Jarrah, salah seorang anggota rombongan berkata:

“Wahai Amirul Mu'minin, apakah kita hendak lari menghindari takdir Allah?”

Umar menjawab: “Benar, kita menghindari suatu takdir Allah dan menuju takdir Allah yang lain,”

Dmkn perihal Taqdir, smg memandu kita menyikapinya, dg tdk bgt saja menyerah kpd taqdir, tdk gampang menyalahkan taqdir.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Hindari Perdebatan

Nabi Muhammad s.a.w. mencontohkan "MENGHINDARI PERDEBATAN".

Contoh tsb. terungkap dlm hadist diriwayatkan Ali bin Abi Thalib r.a. HR. Muttafaq ‘Alaih halaman 380 hadist no.425. Mengisahkan:
Nabi Muhammad S.A.W. berkunjung kerumah anaknya Fatimah. Di kunjungan itu beliau bertanya “apakah kamu tidak menunaikan shalat malam” pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali bin Abithalib, menantu beliau. “wahai Rasulullah sesungguhnya kami berada di bawah kuasa Allah. Jika Allah berkehendak agar kami bangun, tentu Dia akan membangunkan kami”. Mendengar jawaban itu, Rasulullah s.a.w. terus pergi. Kemudian beliau menepuk pahanya, seraya membaca firman Allah “ Wa kanal insanu aktsara syai-in jadala = dan memang manusia itu adalah mahluk yang banyak membantah.” (Q.s, Al Kahfi 54).
   وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
"Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah."

Tdpt 8 i'tibar dari peristiwa itu, satu diantaranya "Jangan menyerah kpd taqdir* sdh saya coba uraikan, sblm tulisan ini.

Dikesempatan ini mari cermati i'tibar kedua dari peristiwa itu, yaitu "Rasulullah s.a.w. tidak menyenangi suatu perdebatan". Beliau memilih lebih baik meninggalkan tempat berlangsungnya kejadian. Rasulullah turun dari rumah anak dan menantunya dengan berguman membaca ayat Al-Qur’an yang telah disebutkan di atas sambil memukul pahanya.

Sekiranya kita mengukuti peri laku seperti tersebut, kalau marah segera mengambil sikap meninggalkan lokasi marahan itu terjadi, tentu akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi.

Kebanyakan kita, apabila marah, harus segera dituntaskan marahnya sampai lawan minta maaf atau kalau perlu sampai adu argumentasi dan jika terpaksa adu otot sampai lawan marah; takluk. Kadang bila mendengar sesuatu yang dengannya kita harus marah, bukannya kita menjauh, malah segera kita serang tempat orang yang akan kita marahi, kadang sering malah ditantang. Misalnya dg teriakan ",,,,,,,,,keluar kalau kau memang jantan....*. Dll ungkapan.

Jika berhadapan dg siapa saja yg memungkinkan akan terjadi perdebatan. Utamanya thdp orang2 yg kesehariannya sering berbuat dosa, mengkhiati diri, Ada baiknya bila perhatikan peringatan Allah berikut ini:
وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِيْنَ يَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَهُمْ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا اَثِيْمًا 
"Dan janganlah kamu berdebat untuk (membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa,"
(QS. An-Nisa' surat 4 ayat 107)

Contoh Rasullah menyikapi kesal dan perbantahan ini, agaknya sangat baik diteladani sejauh mungkin . Karena selain terhindar dari cacatnya hubungan baik antar  sesama, juga memelihara kesehatan rohani dan jasmani diri sendiri. Karena berdebat, berbantah, apalagi sampai marah berpotensi menyakitkan diri sendiri.

Pernah kualami sktr 10 th lalu. Berobat ke dokter spesialis penyakit dalam (sblm BPJS). Antri mulai sblm ashar. Sampai kelewat pukul 22 aku blm dpt giliran ke ruang dokter. Istri sdh 5 kali nanya ke suster sll dpt jawaban "tunggu nanti dipanggil". Pasien sdh sepi, orang yg datang jauh belakangan dariku sdh selesai diperiksa. Akhirnya stlh pasien hampir habis kuberanikan diri protes dg agak berang, ku katakan bahwa aku datang sdh sblm ashar. Saking kerasnya marah2ku, dokter keluar dari kamar. Lantaran itu diperiksa berkas2 yg msh di meja suster. Ternyata ketahuan rupanya berkas status ku blm ada di meja suster. Bgm mungkin aku akan dipanggil wong status ku msh belum ada. Aku makin marah, dokter jugapun tak luput dari sasaran marahku, membuat si dokter memanggil suster2 pembantunya, dimarahi, "jangan sampai terulang kejadian ini", ujar dokter. Sambil perintahkan statusku sgr di cari diruang arsip, diriku di tensi. Tenyata tensiku dmkn tinggi mendekati 200. Padahal aku bukan penderita tekanan darah tinggi, bahkan pernah dirawat karena darah rendah. Dokter usai memeriksaku disamping obat penyakitku yg biasa dlm resep kubaca ada obat penurun tekanan darah (di apotik kukatakan obat itu tak kutebus) karena aku bukan penderita darah tinggi. Kejadian itu mengajarkanku bahwa marah membuat naik tekanan darah.

Andaikan aku tiap hari merisau terus, saban waktu grundel terus, kesal berkepanjangan ngedumel dll., tentu tekanan darah akan tinggi terus. Pantaslah Rasulullah sampai ajarkan kpd seseorang dlm hadist sbb:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].

Dmkn tulisan ini kususun ktk duduk menunggu antrian di RSGS Jkt berobat rutin bulanan.
Jakarta, 16 Syawal 1440.H.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Siapakah yg paling Berilmu

Alim,  terjemahan bebasnya kira2 berilmu. Di kampungku ada juga mengartikan "alim" = "pendiam". Dlm tulisan ini ALIM qt batasi dlm arti berilmu atau mempunyai bnyk ilmu. Disiplin ilmu kini demikian  spesific, dg berbagai macam bidang ilmu.

Ya Allah:  “manakah mahluk Engkau yang lebih alim” Allah menjawab:”Orang yang sanggup menghubungkan ilmunya dengan ilmu orang lain”, Demikian pertanyaan ke dua diantara 4 pertanyan  nabi Musa kpd Allah.

Hal tsb. seperti apa yang disampaikan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi,  dikutip oleh Prof.DR.  Hamka dalam Tafsir Al-Azhar.

Dua besaran ilmu kalau boleh qt bedakan:
1. ilmu  Produk MANUSIA dan
2. ilmu produk Illahi (AGAMA)
Ilmu AGAMA juga begitu banyak cabang dan rantingnya.

Khusus ilmu agama saja, sampai habis ini usia tak kan mungkin untuk dikuasai semua.

Sehubungan dg itu agaknya tak seorang Proffesor-pun dpt mengklaim menguasai seluruh ilmu sekalipun dlm bidang keilmuannya.

Demikian juga tak seorangpun ustadz yg dpt menganggap dirinya paling mendalam ilmu agama nya sekalipun hanya ranting dari suatu ilmu agama yg di tekuninya. Walau si ustadz telah lulusan di berbagai  negara, khusus bidang agama dari universitas ternama. 

Seharusnya berangkat dari ketidak sanggupan diri menguasai seluruh ilmu sekalipun sdh khusus bil khususon. Spesialis sub spesialis, tetap saja tak kan dikuasai, tak patutlah qt membanggakan diri.  Barangkali tepatlah bila dikatakan sesungguhnya tak seorang manusiapun benar2  "alim" atau benar "berilmu".

Jadinya qt teringat kisah nabi Musa berguru ke nabi Khaidir, (surat Al-Kahfi 60-82) ternyata nabi Musa tak lulus.

Nabi Muhammad s.a.w. sendiri tak menguasai ilmu "produk manusia", tersebut dlm kisah mengawinkan kurma,  beliau bersabda,
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ
“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.”  (HR. Muslim, no. 2363)

Namun qt dianjurkan untuk mengumpulkan ilmu itu sebanyak mungkin karena Allah menjanjikan:
اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ  ۙ  وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ 
"Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat."
(QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11).

Contoh sederhana ttg derajat strata ilmu sejalan ayat di atas. Misalnya dibidang membangun gedung. Seorang yg berilmu sbg tukang batu, sdh lebih tinggi derajatnya dari kernet pengaduk semen. Upah merekapun jadi lain, ternyata kebanyakan ketrampilan merekapun beda. Si kernet kalau disuruh nyusun bata hasilnya tak rapi. Selanjutnya, umumnya mandor lbh ahli dari tukang batu. Lazimnya karier mandor diawali dari kernet, tukang batu.  Berjenjang;  arsitek tentu lbh tinggi derajatnya ketimbang mandor. Walau blm tentu arsitek lbh trampil dari tukang batu ketika marangkai bata, arsitek melalui sekolahan. Tukang batu tak berilmu merancang bangunan, ngitung anggaran seperti arsitek.

Naah disinilah letak sinergi ilmu terhimpun shg terwujud bangunan yg kokoh, rapi, indah dan artistik. Pengaduk semen, tukang batu, mandor dan arsitek; masing2 dg ilmu dan pengalamannya terhimpun, berdirilah gedung dan rumah, terbentanglah jembatan dan jalan layang serta jalan tol.

Rasul juga memberi petunjuk:
مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya: ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi).

Idealnya setiap diri berusaha terus mendalami ilmu dunia dan ilmu akherat. Namun bila ilmu dunia tak bgt didpt, berikhtiarlah mencari dan mencari terus ilmu akherat, sebab semua rangkaian ibadah menghendaki ilmu. Sebab ibadah tanpa ilmu dikhawatir tak sesuai petunjuk YANG Nyuruh ibadah. Ali bin Abi Thalib berpesan "wal amilu bit tanzil" ( beramal seperti yg diturunkan = beribadahlah sesuai petunjuk Allah dan RasulNya).

Kembali kpd jawaban Allah atas pertanyaan nabi Musa, dipetik di atas,  barulah seorang dpt dikatakan  "Alim atau berilmu" bila sanggup menerima ilmu orang lain, tidak merasa paling berilmu sendiri. Menyadari bahwa ilmu yang diturunkan Allah ke dunia ini tak mungkin untuk dikuasai sendiri.
Mampu menggabungkan ilmu yg dia punya dg ilmu2 orang lain.
Ilmu penting untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Bila para ilmuan bidang "ilmu pengembangan pengetahuan manusia" maupun "ilmu agama", berhimpun mensinergikan ilmunya, barulah dunia ini akan menjadi aman tentram dan sejahtera. Kalau semua ilmuan saling bantu, saling berkerja sama dengan keahlian masing-masing tentu sinergi tsb melahirkan orang2 ALIM atau BERILMU.

Ketika orang Alim atau Berilmu memimpin dunia ini, jadilah dunia aman dan makmur. Lebih khusus ketika orang2 Alim atau Berilmu memimpin suatu negeri, insya Allah tercapai "baldatun thayyibatun warabbun ghafur" (negeri aman makmur dlm kedamaian dibawah limpahan rahmad Allah).

Smg qt semua para pembaca, dpt terus mencari dan mengembangkan ilmu, menghargai ilmu orang lain, tdk beranggapan diri paling berilmu shg sudi menerima masukan ilmu orang lain.
"Utlubul ilma mahdi ilal lahdi"(belajar ilmu sejak lahir sampai ke kematian)

Maaf bila tdpt kekhilafan tulisan ini lantaran minimnya ilmu penulis. Smg manfaat.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

ADil

Al-'Adl artinya Maha Adil. Nama Allah ke 29 dari 99 asmaul husna. Al-‘Adl bearasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama.

Meskipun yg dimaksud adil bukan hanya ttg bgmn menetapkan keputusan suatu perkara. Tetapi bila berbicara adil, bagi kita ummat manusia bnyk dikaitkan dg masalah hukum.

Adil sepatah kata pendek, tetapi sejarah mencatat panjang perjuangan untuk menegakkan ke "adil" an itu. Bangsa ini beberapa generasi memperjuangkan kemerdekaan, salah satu tujuannya dlm rangka "Adil" itu, terbukti ada dua sila Pancasila mengandung kata "Adil"
*"Kemanusiaan yang adil dan beradab".
*"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".

Zaman penjajah an doeloe, para pejoeang pergerakan kemerdekaan ditangkap penjajah, diadili malah mereka dinyatakan bersalah kmdn masoek boei. Padahal mereka menuntut keadilan. Diadili dg tdk adil. Banyak pejoeang kita yg diboeang, diasingkan. Itu model keadilan waktoe itoe.

Dg menengok keadilan zaman penjajah boleh kita simpulkan bahwa keadilan, bgmn menurut sudut pandang penjajah, karena mereka yg pegang kekuasaan. Kalau bgt keadilan ditangan yg berkuasa.
Para pejoeang menuntut keadilan itu justru salah menurut penjajah, mereka di golongkan kelompok membuat kekacauan, menciptakan keresahan masyarakat, di cap ekstrimis dll yg negatip.

Kisah penuntut keadilan, rupanya terus berlanjut sepanjang masa. Rasa keadilan itu tak kan didapat selama para pihak sebagai penegak keadilan justru tidak adil.

Bgmn wujud keadilan itu sepertinya pantas dikutip;
Allah menjawab ketika nabi Musa bertanya:
Ya Allah: “Manakah mahluk Engkau yang lebih adil”. Allah menjawab:”Orang yang sanggup menghukumkan atas dirinya sendiri apa yang dihukumkannya kepada orang lain”.

Jadi penerapan "adil" apabila  dapat menerapkan hukum sama untuk semua pihak sesuai hukum yang berlaku untuk siapa saja tak pandang bulu termasuk untuk dirinya, untuk kelompoknya  sendiri hukum harus diberlakukan sama. Meskipun kebetulan kelompok sendiri sdg memegang kendali keputusan dan hukum. Kita diperintahkan menegakkan keadilan (surat An-Nisa 135):
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰۤى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ  ۗ   ۚ 
"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.
Tetap harus berlaku adil.

Selanjutnya di ayat lain Allah ingatkan: walaupun kpd kelompok/orang yg dibenci, tetap hrs adil. (Al-Maidah 8).
 ۖ  وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰۤى اَ لَّا تَعْدِلُوْا  ۗ  ۗ ۖ 
"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil".

Sebagaimana pernah dicontohkan penegakan hukum di zaman kejayaan Islam lebih dari ratusan tahun. Dikesempatan lalu dalam tulisanku  ttg bagaimana Ali sebagai khalifah berperkara dengan rakyat yang beda agama dengan obyek perkara sebuah baju besi. Ali kalah dimata hukum walau dia pemimpin tertinggi negara. Kekalahan Ali lantaran secara hukum tak cukup bukti dan saksi. Walau akhirnya lawan perkara mengakui bahwa baju besi itu milik Ali, sekaligus mengakui hukum Islam tegak dlm keadilan, sesuai prosedur berperkara. Slnjutnya ybs dg ikhlas terpanggil memeluk Islam sbg agamanya.

Bagaimana nabi Muhammad memutuskan perkara, beliau percaya dan berpegang teguh akan sumpah dan saksi. Dalam perkara keluarga Budial bin Abu Maryam dari bani Sahm, dengan dua orang beragama lain setelah disumpah dengan cara agamanya.
Dua orang beragama lain te
man seperjalanan niaga, dlm perjalanan itu Budial meninggal dunia, almarhum berwasiat minta serahkan harta dititipkannya ke keluarganya.
Sebagian harta digelapkan penerima amanah, sdgkan keluarga mengetahui dan mempertanyakan. Berujung digelar pengadilan dipimpin Rasulullah.
Dibawah sumpah menurut agamanya kedua pembawa amanah tdk mengakui, mereka menggelapkan sebuah peti kecil yg dituntut keluarga Budial.

Perkara ditutup, tidak dibuka kembali walau akhirnya stlh beberapa waktu berlalu diketahui bahwa keluarga Budial berhak atas Peti Perak bersalut emas yang dititipkan Almarhum Budial  yang meninggal dalam perjalanan niaga tsb. Terbongkarnya hal sebenarnya lantaran itu peti, atas pengakuan pemilik terakhir dibeli dari sang penerima amanah.
Atas keadilan penegakan system hukum Islam yg:
* menghormati pengakuan dibawah sumpah (walau sumpah menurut agama lain).
* tidak membuka kembali perkara yg sdh diputus.
Dikabarkan akhir hidup pemegang amanah masuk Islam, uang hsl penjualan peti perak bersalut emas itu secara sukarela diserahkan kpd ahli waris.

Dmkn indah bila tlh terkondisi keadilan. Setiap orang merasa puas dan dg sukarela menerima suatu keputusan yg adil.

Keadilan model penjual Salak. Tahun lalu kebetulan sipenjual, kulaan dapat jenis Salak yg manis, sementara partnernya sama2 penjual Salak kualaannya mendapat jenis Salak yg sepet (kelat).

Tahun lalu, habislah semua kelemahan salak sepat diumbarnya ke calon pembeli a.l.
*salak sepat mengganggu pencernaan, dpt membuat susah BAB, bukan mustahil pemicu anbeyen dll. Sambil memuji khasiat salak manis.

Eee tahun ini pas kulaannya dpt salak sepet sdg partner sebelahannya dagang, kulaannya dpt salak manis. Propagandanya ke calon pembeli bukan main betolak belakang a.l.
* jangan beli salak manis, akan meningkatkan gula darah. Kulitnya tajam dpt melukai tangan.
* dagingnya tipis, bijinya saja yang besar.
Sambil dia memuji dagangannya salak sepet. Lupa dia tahun lalu dg lantang mencela, mencacat, merendahkan salak sepet.
Sekarang dipuji di sanjungnya  salak sepet a.l.
* dpt mengendalikan pencernaan
* menambah nafsu makan
* mengandung vitamin C tinggi
* kulit tipis isi tebal biji kecil.
Pokoknya hebatlah salak dagangannya.
Ini model ke "adil" an tergantung "kulaan".

Mestinya apa adanya saja jujur saja manis katakan manis ndak usah mencela yg sepet. Ketika sepet katakan sepet tak perlu menjelekkan salak yg manis. Biar pembeli tentukan pilihan. Salak manis bermanfaat, juga salak sepet manfaat utama buat yg kadang diare.

Patut agaknya kita berdo'a semoga keadilan didunia ini membumi, setidaknya di negeri kita yg berdasarkan Pancasila di mana tersurat dua potong kata "adil" di dlmnya.

Ketika tulisan ini kuturunkan bangsa kita tengah menyaksikan ke ADILAN sedang diproses, dipertaruhkan, untuk tentukan pemimpin bangsa kedepan.

Penulis blm tentu saksikan hasil produk keadilan yg tengah disidangkan ini, tetapi anak cucu kitalah nanti menikmati buah keadilan ini. Smg Allah merahmati bangsa Indonesia. Smg Allah menanamkan sifat "ADIL" kepada para pihak penentu keadilan. Aamiin.

Mhn maaf bila tdpt kata yg salah.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Sunday 16 June 2019

Memberi maaf lbh utama dari meminta maaf

Kalau sblm ada dunia maya menjelang Idul Fitri sdh sibuk ngirim kartu lebaran, kini  memanfaatkan dunia maya sahabat handai, saudara dekat family jauh, kolega, atasan dan bawahan, rekan sejawat saling minta maaf cukup melalui medsos, kadang dilengkapi gambar dsbnya.

Sudahkah soal maaf memaafkan ini sampai ke maksudnya? Sudah habiskah kesalahan diantara kita? Ini barang kali agaknya perlu kita telusuri.

Kenapa harus saling memaafkan.
Sbg manusia dlm berinteraksi sesama berpotensi melakukan kesalahan kepada orang lain. Kesalahan sesama manusia, dlm bahasa agama “dosa”. Dosa kepada manusia ada dalam dua jurus yaitu:
1. Dosa terhadap hartanya; penyelesaiannya dng mengembalikan harta itu kpd pemiliknya dng nilai yg sama bila perlu lebih baik lebih banyak. Jika tdk mampu, maka meminta keikhlasan dan keredhaan pemiliknya. Jika si empunya telah tiada maka penyelesaiannya hendaklah diserahkan ke ahli warisnya. Jika ahli warisnyapun tak ditemukan, hendaklah diwakafkan a.n. pemilik harta untuk kemaslahatan agama dan masyarakat. Dng niat menitipkan kpd Allah sbg pembayar dosa tsb.  Itu pendpt Imam Ghazali.
2. Dosa sesama manusia mengenai kehormatannya. Misalnya pernah memfitnahnya, menghinanya, mencaci makinya. Mintalah maaf dan redhanya. Jadi mumpung masih hidup maka hubungilah orang yg kita pernah dosa kpdnya. Mungkin kalau hanya secara umum, dng tdk menyebutkan secara spesifik, seperti  melalui dunia maya, barangkali  belum  memenuhi syarat minta keredhaan atas dosa tersebut.

Bila dosa sesama blm sempat terselesaikan didunia ini dua hal diatas,  seperti HR IMAM BUKHARI bahwa Rasulullah SAW mengatakan “Barangsiapa yg mempunyai kezaliman kpd saudaranya mengenai hartanya atau kehormatannya, maka diminta dihalalkan kepadanya dari dosanya itu sblm datang hari dimana nanti tidak ada dinar dan dirham (hari kiamat), dimana akan diambil dari pahala amal kebaikannya untuk membayarnya. Kalau sdh tdk ada lagi amal kebaikannya maka akan diambil dari dosa orang teraniaya itu lalu dipikulkan kpd orang yg menganiayanya itu.

Ternyata mhn maaf kpd orang perorang secara spesifik, bagi kita yg bersalah kpd seseorang apalagi ke banyak orang. Sulit untuk dilakukan.

Bagus kita renungkan anjuran Al Qur’an bahwa yg paling utama itu adalah memaafkan, dari pada minta maaf. Sebab dng kita memaafkan kesalahan orang kpd kita walau dia tidak minta maaf. Jelas pihak dizalimi tau persis secara spesifik kezaliman dari seseorang yg menzaliminya tersebut. Dng demikian membantu pihak yg menzalimi terbebas dari dosa. Al-Qur’an surat Al- Baqarah ayat 263
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ  يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى  ؕ  وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
"(Perkataan yang baik) atau ucapan yang manis (serta pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan menyakiti perasaan) dengan mencerca atau mengomelinya (Dan Allah Maha Kaya) hingga tidak memerlukan sedekah hamba-hambanya (lagi Maha Penyantun)
Menurut ayat di atas sikap memaafkan kesalahan orang kepada kita adalah sifat yg di apresiasi Allah bahkan lebih baik dari sedekah yg berbuntut disebut-sebut.

Orang yg beramalan  setiap hari sblm tidur malam memaafkan orang yg bersalah kpdnya, orang inilah yg diriwayatkan Abdullah bin Amr akan masuk surga tanpa dihisab.

Mari kita maafkan kesalahan orang, rekan kita kolega, sahabat dan saudara kita,  kendati mereka tdk minta maaf. Apalagi ktk tulisan ini kupublish sdh 10 hari bulan Syawal.  Mungkin banyak yg sdh akhiri "puasa Nam". Sayang puasa kita, jangan sampai saudara kita yg menzalimi kita terkena seperti ucapan Rasulullah:
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ
 (Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya)) (HR. Tirmidzi)

O.k.i. selain mhn kpd Allah diampuni sgl dosa, juga kpd sanak saudara, sidang pembaca, dlm tulisan ini saya ulangi lagi hal yg pernah saya tulis di akhir Ramadhan dan 1 Syawal 1440 "mhn maaf lahir dan bathin".
تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ وَجْعَلْنَا مِنَ الْعَائِدِين وَالْفَائِزِين

Mudah2an shaum kita selama Ramadhan dan Syawal, misalnya ada kekurangannya Allah cukupkan shg menjadi shaum yg diterima.
Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Amal dari peninggalan tidak lestari

Sangat popular hadist yang menjelaskan bahwa pabila kita sudah mati nanti maka terputuslah amal kita kecuali ada tiga hal yaitu:
AMAL ZARIAH,  ANAK YANG SHALEH SELALU MENDO’AKAN DAN  ILMU YANG DIAMALKAN.

Al-Qur’an pun dalam surat Yasin ayat 12 ada menyebutkan:
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ  ۗ  وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz).

Yang bakal menjadi kumpulan cacatan amal kita setelah kita mati, bukan saja amal yang kita kerjakan selagi kita masih hidup, tetapi juga bekas-bekas yang kita tinggalkan.

Anda mempunyai harta ditinggalkan, kemudian dipergukan untuk kemasalahan ummat, itu juga akan menjadi ladang amal anda sesudah anda meninggal dunia nanti. Baik itu berbentuk produk digunakan untuk Ibadah misalnya membangun masjid, sekolah atau tempat kemasalahatan masyarakat, maupun produk yang diambil hasilnya untuk kepentingan ummat. Atau produk gagasan/ide anda yg digunakan untuk memudahkan kehidupan.
Anda mempunyai Anak yang shaleh yang anda tinggalkan di dunia, mereka mendo’akan ampunan buat anda, itu jelas karena do’anya itu jika di ijabah Allah akan meringankan anda di alam kubur.
Ilmu yang anda bagikan kepada orang lain, kemudian orang-orang memanfaatkan ilmu itu untuk kesejahteraan hidupnya, menjadi tambahan kebaikan bagi anda walau anda telah di alam barzah.

Kembali ke judul renungan kita ini, apakah semua itu lestari dan terus menerus akan memberikan amal buat kita di alam kubur, kemudian berkontribusi meringankan kita di alam sana nanti.

LESTARIKAH peninggalan amal kita SESUDAH kita MATI???

AMAL ZARIAH
Amal zariah difamahi banyak orang adalah peninggalan berupa property yang dimanfaatkan oleh orang sepeninggal kita, dapat berwujud property yang menghasilkan, kemudian hasilnya untuk kepentingan ummat. Atau property berupa tempat ibadah atau tempat pendidikan.

Ketahuilah bahwa property tersebut tidak selamanya bertahan. Katakanlah Masjid, kalau masjid tersebut digusur, di relokasi atau direnovasi maka SECARA LOGIKA, sekali lagi SECARA LOGIKA, maka partisipasi kita di masjid tersebut, misalnya kramik, semen dan alat bangunan lainnya sudah tidak dipakai lagi.

Katakanlah property kita berupa kebun yang diambil manfaatnya untuk kemaslahatan ummat/masyarakat, apakah dapat dijamin kebun tersebut akan tetap ada sampai ratusan tahun.

Lain halnya dengan kebun Kurma peninggalan Ustman bin Affan di madinah, bermula dari Sumur yang dibelinya dari pemilik aslinya RAUMAH. Kita tetap yakin tentunya akan bertahan lama, tidak akan terkena longsor ataupun kegusur bagaikan di negeri kita. Selain itu pembelian lokasi tanah yang ada sumur sumber air itupun informasi dari Nabi Muhammad s.a.w. yang mengatakan bahwa “siapa yang dapat membeli sumur itu balasannya adalah surga”. Ustman pun membeli sumur itu, dalam suatu proses yang bijak semula hanya dpt separo tak berapa lama ahirnya seluruh sumur dan lokasi tanah menjadi milik Ustman bin Affan, kini jadi perkebunan Korma. Hasil kebunnya sampai saat ini sangat bermanfaat dan menghasilkan dana yang cukup besar untuk kesejahteraan ummat. Tentu Ustman bin Affan menerima terus amal zariahnya tersebut.

Tapi untuk di negeri kita kondisinya berbeda, kebun bisa saja tergusur, atau hak kepemilikannya ratusan tahun kedepan jadi beralih tangan karena sengketa, kemudian dialih fungsikan. Jadi perlu dipertanyakan kelestariannya.

ANAK YANG SHALEH SELALU MENDOA’AKAN
Anak kita, juga akan tumbuh sebagaimana kita, tadinya sebagai anak, kemudian jadi orang dewasa dan tua kemudian, sunatullah diapun akhirnya meninggalkan dunia ini. Nah bagaimana kalau dia sudah mati, mungkin cucu kita masih mendo’akan kita, itupun juga masih masuk dalam juriat kita. Insya Allah kalau cucu yang shaleh mendo’akan kita juga ada harapan di ijabbah Allah. Berikutnya cucupun akan mati juga, mungkin ia pesan kepada anaknya agar mendo’akan kita. jadi si cicit kita, mendo’akan kita.

Umumnya kita orang Indonesia harus diakui, kadang tidak tau lagi nama ayahnya dari uyut kita, apalagi kakeknya dari uyut kita. Jadi mana mungkin anaknya si cicit mendo’akan kita. Kalau begitu do’a anak shaleh inipun tidak akan lestari membantu amal kita, setelah kita meninggal dunia, karena diapun akan meninggal pula.

ILMU YANG DIAMALKAN.
Kebetulan saya bergerak dibidang menularkan ilmu, wujudnya bukan saja secara langsung menjadi pengajar di kampus atau di pelatihan-pelatihan, di hampir setiap Provinsi di Indonesia, tetapi juga Alhamdulillah telah sejumlah buku saya yang terpublikasi. Sepanjang buku itu digunakan orang untuk referensi, sepanjang ilmu yang serba sedikit saya sampaikan dimanfaatkan orang, maka Insya Allah saya tetap kebagian manfaat amal, walau jasad saya nanti sudah lapuk di dalam kubur. Tapi namanya ilmu  terus menerus bergerak secara dinamis  untuk berubah ke-arah yang lebih baru dan lebih baik. Ilmu yang ditransfer hari ini, belum tentu masih valid untuk 25 tahun yang akan datang. Begitu juga enam judul buku yang telah saya tulis dan terpublikasikan, mungkin sepuluh tahun yang akan datang jika tidak di revisi jangan-jangan sudah tidak valid lagi, teranulir oleh teori dan ilmu baru. Nah kalau saya sudah tiada tentu sudah tidak kuasa lagi untuk merevisi buku-buku itu dengan edisi terbaru,:menyesuaikan dg teori dan ilmu terakhir. Nah kalau begitu ilmu yang ditinggalkan pun juga tak lestari mengiringi kita ke-alam kubur.

Kalau begitu yang harus menjadi renungan kita  sekarang, adalah bagaimana selama hayat masih dikandung badan, selama sehat masih ada di diri, selama harta masih kita punya, selama kesempatan masih berpihak kepada kita. Selagi jabatan masih melekat. GUNAKAN SEBAIK-BAIKNYA untuk MENAMBAH DAN MENABUNG AMAL. itulah agaknya yang kekal menjadi pengiring dan sahabat kita dalam penantian panjang di alam barzah sampai hari dibangkitkan.
Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syathan. Mohon maaf oleh karenanya.
Wallu ‘alam bhisawab.
Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Thursday 13 June 2019

SEDUAN KOPI

SEDUAN Kopi ANAK kandung dan SEDUAN Kopi anak MANTU.

Menarik budaya bangsa kita. Ada suatu daerah, ketika di upacara menikahkan anak, ada prosesi "Neraca", menimbang bobot "anak sendiri" vs "calon menantu". Pengarah acara nanya', "siapa yg berat". Ortu menjawab, "sama beratnya". Ini mengandung makna filosofi, bahwa anak sendiri dan anak menantu (mantu) nanti akan dipandang sama, diperlakukan sama dlm segala hal.

Dari upacara itu, pihak Ortu juga menyampaikan pesan kpd si Mantu, perlakukanlah Ortu mertua sbgmn Ortu sendiri. Sebab ada Ortu yg semua anaknya laki2. Banyak juga Ortu yg semua anaknya perempuan.

Melalui pernikahanlah ybs terlengkapi, semula tdk punya anak lelaki jadi punya. Sebaliknya yg ndak punya anak perempuan dg pernikahan, juga dpt setara anak, yaitu mantu perempuan diharapkan dpt melindungi dikala tua nanti.

Terasa benar makna firman Allah di surat An-Nisa ayat 28 terdiri atas dua penggal kalimat.
Penggalan kalimat pertama:
يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu".
Karena Allah hendak meringankan beban kehidupan kitalah maka adanya pertalian pernikahan. Urusan kehidupan di dunia ini tak mungkin hanya di urus kaum lelaki, harus ada campur tangan kaum perempuan. Sebaliknya persoalan kehidupan ini tak kan teratasi sempurna oleh perempuan tanpa peran serta kaum lelaki. Sinergi pria dan wanita menjadi hidup ini ringan dan lebih bermakna.

Penggalan kalimat kedua An-Nisa 28:
 وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا
"karena manusia diciptakan (bersifat) lemah."
Allah tegaskan bahwa manusia diciptakan tdk sanggup segalanya, banyak kekurangan, walau mungkin setiap diri ada kelebihan. Oleh sebab itu, dlm kaitan bersinergi tsb. hrslah saling memahami kekurangan masing2. Bukan saling cela, tetapi hendaknya saling isi, saling melengkapi.

Mertua yg selanjutnya dipanggil "bunda", karena suami menyapa ibunya dmkn, mantu juga ikutan.
Bunda merasa beruntung karena mantunya meracik masakan begitu pas dilidah. Lebih2 bila menyedu kopi sangat enak. Taunya sangat enak, karena membanding dg kopi bila disedu anak kandungnya yg perempuan. Seduan kopi anak sendiri terasa encer dan agak hambar. Seduan mantu uenak sekali, kopi dan manisnya pas.

Rupanya persoalannya adalah:
Anak kandung, tau betul bahwa ibunya sdh usia di atas 70 an, tak baik lagi banyak konsumsi gula, apalagi si anak tau betul bundanya berbakat terkena Diabet lantaran almarhum nenek penderita kencing manis. Kopi juga ndak boleh terlalu kental berpotensi maag dan jantung. Wujud sayang si anak terpapar dlm racikan kopi. Dia ingin agar bundanya dpt bertahan hidup selama mungkin dlm kondisi sehat.

Anak mantu, sbg orang yg katanya MANTU singkatan MAN = Pertemuan, TU = Ssdh TUa. Maka hrs berusaha menempatan diri, mengkondisikan semuanya serasi dan nyaman. Termasuk menyedu kopi. Tak masalah yg penting Bunda merasakan kenikmatan kopi. Soal sakit dan usia kan itu urusan lain. Yg utama bunda mertua menikmati seduan kopinya. Kasihan bunda kalau serba dibatasi. Kasih sayang mantu perempuan ini tertuang memberikan kepuasan dlm seduan kopi.

Bgtlah wujud kasih sayang dan bentuk kebaktian ANAK kandung dan MANTU dalam seduan KOPI.

Lumayan ngisi waktu nunggu antrian periksa USG dan LAB di RSGS Jakarta 9 Syawal 1440 H.

Yg jelas diri ini sering berobat bukan lantaran seduan kopi, karena sdh puluhan taun tak lagi ngopi dan merokok, bahkan teh-pun setahun terakhir ini tak minum lagi. Smg pembaca terpelihara kesehatannya.
Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Wednesday 12 June 2019

Mengenali Nafsu Lawwamah

Nafsu Lawwamah ada yg mengartikan jiwa yang masih ber cacat ber cela. Prof Dr. Hamka di tafsir Al-Azhar Juzu' 29 hal 231 s/d 234 stlh mensitir tafsir bbrp ulama menyebutkan "nafsu lawwamah adlh nafsu yg sll menyesali diri", dikaitkan dg "hari kiamat". Suatu peringatan bagi manusia bahwa perihal "menyesal", bukan saja di dunia, terlebih di akhirat nanti.

Tentu lbh baik menyesal di dunia, kemudian bertaubat kalau berdosa serta memperbaikinya, ketimbang menyesal di akhirat dimana ketika itu taubat sdh tak berguna.
Di akhirat nanti jangankan orang yg berdosa, orang yg shaleh-pun menyesal, kenapa kurang banyak berbuat baik.

Berbicara Nafsu Lawwamah didunia ini ringkasnya barangkali dpt di artikan
1. Adlh nafsu walaupun  menerima hidayah (petunjuk dari Allah, patuh kepada-Nya, dan selalu ingin berbuat kebajikan, namun sang pemilik nafsu lawwamah terkadang melakukan perbuatan maksiat atau sewaktu-waktu tak dapat menguasai hawa nafsunya, yakni godaan setan. Setelah godaan setan diperturutkannya, maka akan timbul sebuah penyesalan, lalu bertaubat kepada Allah dan kembali patuh kepada-Nya.

2. Nafsu lawwamah, adlh nafsu jika tidak dapat dikendalikan dg sempurna, yang terjadi adalah terkadang muncul sifat-sifat seperti binatang, namun tempo2  pula muncul sifat kemanusiaannya. Jadi msh terobang ambing antara "taqwaha" dan "fujuraha".

3. Nafsu lawwamah, nafsu jika kita mampu mengendalikan atau mempergunakannya dengan baik, justru nafsu lawwamah akan sangat membantu dalam hal mengembangkan daya dorong agar selalu menyeleraskan kehendak kita dengan kehendak Allah.

Kalau bgt pemilik Nafsu Lawwamah:
a. Hati suka perbuatan baik, tapi dihati msh bersarang kecenderungan berbuat kesalahan melanggar norma agama dan masyarakat.
b. Gemar membatah nilai-nilai kebenaran dari Allah, berupa sering mengkritisi ketentuan Allah setidaknya dlm hati. Blm sami'na wa ata'na.
c. Beramal blm benar2 ihlas karena Allah, masih tercemar riya' suka menceritakan kebaikan diri agar dikagumi orang.

Pembahasan nafsu lawwamah ini, beberapa sumber termasuk Prof. Dr. Hamka, dg mengulas Surat Al-Qiyamah ayat satu sampai dua:
لَاۤ اُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ
"Aku bersumpah dengan hari Kiamat,"
وَلَاۤ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
"dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)."

Melalui pengenalan type "Nafsu Lawwamah" ini, layak adanya kita mengaca diri, apakah dlm diri ini sampai pada tingkatan "Nafsu Lawwamah". Selanjutnya ambil sisi baiknya, guna meningkatkan diri ke nafsu yg diredhai Allah.

Dmkn, mudah2an penulisanku ini tak terlalu banyak  tdpt kesalahan. Ku yakin pembaca memaklumi sklgs memaafkan bila ditemukan kesalahan.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum. Billahi Taupiq wall hidayah.
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.4

MENGENDALIKAN Nafsu AMARAH

Nafsu Amarah, bila digunakan untuk berbuat jahat, jelas pemilik utamanya adalah penjahat. Nafsu Amarah, boleh juga mungkin diterjemahkan "tak mau kalah" atau "tak rela dikalahkan". Dg dmkn nafsu Amarah boleh jadi  dimiliki orang baik-baik termasuk ustadz/ustadzah.
Tanda2 nafsu amarah a.l.:
a. Iri hati, susah hati bila orang senang. Senang hati bila mendengar orang susah, biasa orang yg di iri adlh: selevel, tetangga, keluarga dekat, seprofesi.
b. Dengki; tak suka orang lain sukses, ingin kesuksesan orang itu pindah untuknya atau hilang dari orang itu. Bila perlu tak segan berbuat curang.
c. Loba; ingin memiliki lebih, tak rela kalau orang lain memiliki yg sama dg dirinya. Jangan diharap orang ini adil bila disuruh ngatur pembagian.
d. Takabur, bangga diri, anggap diri hebat ketimbang orang lain, orang lain ilmunya dibawah dirinya. Orang lain belum sampai kajiannya. Dll kehebatan dirinya ditonjolkan.
c. Mengumbar amarah, gampang marah, soal sedikit saja sdh cukup buat pemicu marahnya. Seharusnya hal sepele jadi besar.  Ybs tak dpt menahan amarah.
d. Bermewah mewah. Ini masuk dlm nafsu amarah, karena bermewah ini menjurus kpd berlebih lebihan, pemborosan, mubazir. Biasa si empunya nafsu ingin dinilai hebat oleh orang lain.

Nafsu amarah ini kadang ada yg hrs dipelihara, makanya istilah yg cocok "pengendalian amarah". Iri dan dengki serta loba (tamak) dlm berbuat kebaikan perlu dipertahankan. Jangan mau kalah dlm berbuat kebaikan.
Juga dlm hal tertentu marah perlu dilakukan, jika sdh menyangkut terhinanya bangsa, qt hrs mengingatkan bangsa yg menghina kl perlu dg marah kpd penghina, tapi akhlaknya tdk balas menghina. Terancamnya keamanan negara, sbg anak bangsa siap bela negara sesuai kemampuan yg dipunya. Terhinanya agama yg kita anut, wajar marah selanjutnya mengingatkan penghina, mendorong negara melaksanakan hukum yg berlaku. Akhlaknya jg tdk melakukan penghinaan balik.

Ttg nafsu Amarah Nabi yusuf berujar diabadikan dlm Al-Qur'an:
وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ  اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌۢ بِالسُّوْٓءِ اِلَّا  مَا رَحِمَ رَبِّيْ  ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Surat Yusuf,  ayat 53)

Baru saja dua hari Ramadhan beranjak dari bumi, dimana dibulan Ramadhan shaimin-shaimat tlh berlatih mengendalikan nafsu amarah. Hsl latihan itu seyogyakan di terapkan dlm 11 bulan mendatang. Kalau dpt tetap konsisten. Tapi yg namanya kita manusia dpt saja makin jauh dari Ramadhan makin tergerus kemampuan mengendalikan nafsu amarah yg melekat memang disetiap diri. Ikhtiarnya barangkali kebiasaan shaum hendaknya diteruskan setiap bulan walau bukan bulan Ramadhan dg puasa2 sunnah semisal Senin-Kamis, puasa tengah bulan dll. Bulan ini msh tersedia 6 hari puasa Syawal.

Mudah2an shaum kita di bulan Ramadhan yg baru berlalu  diterima Allah, selanjutnya kita diberi kekuatan untuk mengamalkan perolehan Ramadhan di bulan2 lainnya sampai ketemu lagi Ramadhan yad.
Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

PERAN Harta

Hidup manusia, siapun dia,  termasuk uswatun hasanah qt, nabi Muhammad s.a.w. bila ku taksalah simpul, beliaupun sblm di angkat menjadi Rasul adlh seorang "niagawan" sukses. Niagawan tentulah memupuk keuntungan dari perniagaannya. Keuntungan itu hakikatnya menambah asset atau harta. Maha benar Allah dg firman Nya (QS.surat 3= Ali 'Imran ayat 14) , dimana dlm firman ini Allah tdk mengecualikan Nabi dan Rasul ttg cinta kpd HARTA:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَـنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَـيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَـرْثِ ۗ  ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا  ۚ  وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
"Dijadikan terasa indah dalam pandangan MANUSIA cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, HARTA BENDA yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik."

Dari ayat di atas, manusia  tanpa terkecuali cinta HARTA. Jelas harta benda memang dibutuhkan sekaligus disenangi manusia. Dan memang untuk bertahan hidup yg layak perlu ada harta benda.

Harta diberikan Allah kpd siapa saja, tak peduli orang itu beramal SHALEH atau beramal SALAH. orang beragama atau atheis.

Tak sedikit ayat Al-Qur'an menyatakan ttg harta diberikan Allah kpd siapa yg dikehendaki Nya. a.l:
اِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ  اِنَّهٗ كَانَ بِعِبَادِهٖ  خَبِيْرًۢا بَصِيْرًا
"Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat hamba-hamba-Nya."
(QS. Al-Isra' ayat 30).

Masalahnya, khusus ttg harta pertanggungan jawabnya ada dua y.i.
1. Proses memperoleh.
2. Untuk apa dipergunakan.

Proses memperoleh dg cara ilegal mnrt agama mrpkn harta yg haram. Harta haram dimakan menjadi makanan haram, di sandang menjadi pakaian yg haram. Kalau sdh begini do'a-pun tertolak.
Hadits Arbain Imam Nawawi (Hadits Kesepuluh) menceritakan yg pada pokoknya; seseorang yg berdo'a tak mungkin terkabul bila: makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram.  (Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah r.a.).

Bagi orang beriman se-apes2 hidup bila do'a tidak diterima Allah. Karena pada hahekatnya kita shalat setiap waktu adlh berdo'a. Apa jadinya diri ini nanti di akhirat  bila shalatnya tdk sekalipun diterima Allah.

Penggunaan harta haram, sekalipun dipergunakan untuk kebajikan tak kan mrpkn deposit amal. Apalagi lantas dipergunakan untuk perbuatan maksiat tentu menjadi dosa diatas dosa.

Harta halal saja hrs dpt dipertanggung jawabkan untuk dipergunakan ke tujuan ibadah kpd Allah. Bila sebaliknya harta halal untuk berhura-hura, digunakan untuk yg tdk diredhai Allah, akan ada harapan mrpkn tambahan timbangan dosa.

Perumpamaan pemanfaatan harta misalkanpun halal, untuk semata kepentingan dunia bukan dlm rangka ibadah kpd Allah:
مَثَلُ مَا يُنْفِقُوْنَ فِيْ هٰذِهِ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَثَلِ رِيْحٍ فِيْهَا صِرٌّ اَصَابَتْ حَرْثَ قَوْمٍ ظَلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ فَاَهْلَكَتْهُ  ۗ  وَمَا ظَلَمَهُمُ اللّٰهُ وَلٰـكِنْ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ
"Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri."
(QS. Ali 'Imran ayat 117)

Kelak diakhirat tdk dpt dipanen menjadi penambah timbangan kebaikan.

Harta penting untuk dicari asal dg jalan halal. Kedudukan harta dlm berjihad, didahulukan dari pada berjihad dg jiwa, sbgmn Allah tegaskan QS Al Hujurat ayat 15.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ   ۗ  اُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar."

Selamat berjuang di jalan Allah bagi yg berharta. Smg Allah menyertai perjuangan tsb. Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.