Sunday 29 May 2022

JALAN YANG LURUS

Lurus, adalah jarak yang terpendek dari satu titik ke titik lain. Jadi kalau kita mohon dalam berdo’a minta jalan yang lurus, tentu maksudnya agar diperoleh jalan yang paling dekat kepada tujuan. Dibandingkan dengan jalan yang berliku, akan lambat sampai ke tujuan karena jauh, bahkan mungkin saking berlikunya ndak kunjung sampai ke tujuan alias “gagal sampai”. Jalan “yang lurus” yaitu jalan yang terdekat dari tempat berangkat ke tempat tujuan. Ummat Islam sehari semalam, sekurang-kurangnya 17 kali memohon “jalan yang lurus”, (QS. Al-Fatihah ayat 6) اهْدِنَا الصِّرٰطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus," Setiap perbuatan, termasuk beribadah harus di dahului dengan niat. Hendaknya diluruskan niat, agar sampai apa yang dimaksud dengan waktu yang singkat karena dengan jarak paling dekat. Giliran Ibadah kepada Allah, tujuannya jelas mengharapkan balasan dari Allah, mengharapkan keridhaan Allah. Jadi garis lurus yang harus di tempuh adalah niatnya hanya mengharapkan keredhaan Allah, mengharapkan apresiasi hanya dari Allah, tidak dari yang lain selain Allah. Jika sedikit saja ada maksud lain di dalam niat selain mengharapkan redha Allah, dari suatu perbuatan ibadah, maka nilai ibadahnya terkikislah sudah. Hanya didapat seperti yang diharapkan itu. Ngeri juga yaa, udah capek-capek, kadang bukan tenaga saja tetapi juga dana dikeluarkan tidak sedikit, untuk suatu ibadah. Namun dari sisi Allah ndak dapat apa-apa, kecuali yang didapat hanya maksud/niat tersisip selain “karena Allah” itu. Tulisan ini dimaksudkan/diniatkan, agar menjadikan pembaca memperbaiki niat dalam ibadah, sehingga Allah menghargai usaha penulis ini, diharapkan mungkin dengan sebab tulisan ini Allah menganugrahkan kepada pembaca dari diri yang semula kurang focus niatnya menjadi meluruskan niat dalam ibadah. Bila terkandung niat dari penulis ini, untuk mendapatkan apresiasi dari pembaca, bahwa “tulisan ini baik”, misalnya. Mengharapkan banyak pembaca yang memberikan “jempol” umpamanya. Maka yang didapat hanyalah “jempol” itu saja, yang didapat hanya “apresiasi” dari pembaca saja. Jadi harus diluruskan niat, hanya mengharapkan Allah saja yang mengapresiasi. Biar pembaca tidak mengapresiasi, biar pembaca tidak memberikan “jempol”, tetap saja menulis untuk hal-hal yang mengajak untuk lebih baik, untuk kebaikan. Harapan, semoga banyak pembaca yang dapat diingatkan baik yang menandai dengan “jempol” atau tidak memberikan “jempol” walau ikut membaca. Bahkan tak jarang dari sekian banyak tulisanku yang sudah ter-publish; diantaranya mendapat komentar yang “tidak menyukai”. Tidak masalah…., karena mengingatkan sesama dalam hal kebaikan dan takwa adalah perintah Allah. وَمَا عَلَى الَّذِينَ يَتَّقُونَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِّنْ شَىْءٍ وَلٰكِنْ ذِكْرٰى لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ "Orang-orang yang bertakwa tidak ada tanggung jawab sedikit pun atas (dosa-dosa) mereka; tetapi (berkewajiban) mengingatkan agar mereka (juga) bertakwa." (QS. Al-An'am 6: Ayat 69) Menyoal kerugian ibadah karena “bengkoknya niat” ini, bukan pula hanya tersandung kepada para orang awam saja, tetapi tak jarang juga terkena kepada para ustadz yang memberikan ceramah, ustadz yang menjadi khatib, ustadz yang menjadi imam. Perangkap membuat niat menjadi kurang lurus bagi Ustazd: 1. Memberi ceramah dan menjadi khatib; bila terbetik niat untuk mengharapkan besaran honor dari panitia atau pengurus masjid. Maka besar kemungkinan yang didapatnya dari ceramahnya hanyalah besaran honor tersebut. Indikator buat ustadz kelompok ini agaknya, tak terlalu sulit. Di mana2 kota negeri kita terdapat banyak masjid. Honor khatib tiap-tiap masjid itu tidak sama, tergantung pemasukan masjid yang terkait erat dengan lokasi dan luas masjid berhubungan dengan Jumlah banyaknya jamaah. Ada masjid yang memberikan honor khatib; 1 juta, 400 ribu dan 300 ribu. Khatib dapat mengukur dirinya, ketika berangkat menuju masjid-masjid tersebut apa yang terasa dalam hati. Bukan mustahil terjadi ketika satu hari Jum’at, terjadwal menjadi khatib di masjid 300 ribu, sementara itu hari kamis siang dapat telepon, khatib seharusnya terjadwal Jum’at besok di masjid 1 juta, akan berhalangan hadir. Pengurus masjid 1 juta minta menggantikan. Disini ujian bagi sang khatib. Masjid 300 ribu dianya adalah khatib utama yang sudah terjadwal, disusun jadwal sejak awal tahun lalu. Sedangkan di masjid 1 juta, betul nama si ustadz juga terdaftar sebagai khatib, tapi untuk Jum’at itu bukan gilirannya. Kini si khatib apa akan mengirimkan pengganti di masjid 300 ribu dan mengisi di 1 juta, atau dengan bijak menolak masjid 1 juta, misalnya menyarankan pengurus masjid mencari pengganti ustadz yang berhalangan, karena dirinya sudah terjadwal sebagai khatib utama di masjid 300 ribu. 2. Ketika menjadi imam, bila terbetik di dalam hati, merasa bahwa dianya imam yang paling baik dari imam-imam yang biasa menjadi imam di masjid itu, ini si ustadz sudah masuk dalam perangkap salah niat. Ada yang juga menilai dirinya yang paling benar, paling bagus bacaannya, dengan terbesit di dalam hati agar imam lain mencontoh cara dirinya membaca, ketika memimpin menjadi imam. Niat ini bukan lagi Lillahi ta’ala, melainkan seperti yang terbetik di hati, terbersit di hati. Yang namanya syaitan mengganggu manusia sesuai stratanya, makin tinggi kedudukan orang, makin tinggi pula kedudukan syaitan penggodanya, begitupun makin tinggi ilmu sesorang, makin tinggi pula ilmu syaitan yang menggodanya. Itulah sebabnya berhati-hatilah kita menjaga ke lurusan niat, agar ibadah/amal kita mendapat apresiasi, keredhaan Allah. Sedangkan makmum juga, luruskan niat ikut berjamaah, bukan lantaran imam yang memimpin shalatnya merdu suaranya, bagus bacaannya tapi niatkanlah hanya karena Allah. 3. Menjadi pengajar tetap di masjid; Juga bila si ustadz pengajar tetap itu selalu mengungkapkan bahwa, si ustadz lain kurang benar memberikan pelajaran, dengan konotasi merendahkan, bukan memberi informasi bagaimana sebenarnya. Disini nampak bahwa ingin mengkondisikan kepada jamaah bahwa dirinya paling benar. Ini juga membuat terkembarnya niat ketika berangkat menuju majelis jamaah, niat sudah tidak semata-mata karena Allah lagi, sudah masuk niat lain. Sudah masuk ingin dihargakan “sebagai ustadz top”, sudah terkontaminiasi keinginan untuk merendahkan ustadz lain. Sudah ada niatan agar jamaah lebih banyak menyukainya. Bagi para jamaah juga, bila datang ke masjid lantaran ingin jumpa, ingin mendengar ustadz paporit, bukan karena Allah, maka niat inipun sudah tidak lurus lagi. Berat memang, meluruskan niat untuk beribadah ini, kadang bila seseorang mengucapkan “saya lakukan ini ikhlas karena Allah”, justru inipun salah-salah dapat merupakan pertanda ada kerusakan pada niatnya. Ucapan ini juga justru boleh jadi dapat menjadikan tanda tidak ikhlas. Paling tidak dengan ucapan itu, se-olah2 sipenutur ingin diketahui pendengarnya bahwa dirinya melakukan ibadah tersebut karena Allah. wallahu a’lam bishawab. Semoga; umpanyapun kita dalam berbuat terkait ibadah, terlanjur “terbengkok niat”, Allah “luruskan”, sehingga amal kebaikan kita, ibadah kita, diberikan ganjaran pahala di sisi Allah, bermanfaat untuk kehidupan akhirat nanti…. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Syawal 1443 H. 25 Mei 2022. (965.05.22)

TOLONG me-NOLONG

Tolong menolong dalam penerapannya di tengah masyarakat dapat dilakukan dalam beberapa perwujudan antara lain; saya coba mengangkatnya dalam tulisan ini dalam 4 wujud tolong menolong yaitu: 1. Tolong menolong dalam wujud berbagi rezeki kepada yang lebih membutuhkan. 2. Tolong menolong dalam wujud membantu sesama dalam kesulitan. 3. Tolong menolong dalam wujud mengentaskan kemiskinan. 4. Tolong menolong dalam wujud kemaslahatan umum. Sebetulnya ada lagi wujud tolong menolong dalam berbuat kejahatan. Saya tidak masukkan di dalam tulisan ini, kendatipun di dunia sekarang ini sudah semakin marak, bahkan dilakukan oleh “kerah putih” ; dikenal dengan istilah “Korupsi berjamaah”. Tolong menolang dalam berbuat dosa ini secara tegas dilarang oleh Allah. Perhatikan (QS. 5 = Al-Ma'idah ayat 2) Tolong menolong. وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰى  ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوٰنِ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Tolong menolong dalam wujud berbagi rezeki kepada yang lebih membutuhkan. Bahkan Allah menegaskan setiap diri belum memperoleh kebajikan kalau belum mampu berinfak atas sebagian harta yang dicintai seperti termuat dalam (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 92) لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ  ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَىْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ "Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu, sungguh Allah Maha mengetahui." Rezeki, umumnya diperoleh dengan susah payah, wajar dan manusiawi sebetulnya, bila jadinya rezeki yang sudah ada di tangan itu di-sayang2, di-hemat2 atau di cintai. Makanya Allah menyebut di ayat di atas dengan istilah “harta yang kamu cintai”. Untuk memotivasi orang2 yang berinfak, membagi rezeki kepada pihak lain yang lebih membutuhkan; Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:   وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ …………………….” "…………...Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. 59 = Al-Hasyr ayat 9) Tolong menolong dalam wujud membantu sesama dalam kesulitan Di dalam kehidupan ini, bukan hanya kekurangan harta saja membuat orang dalam kesulitan. Tidak sedikit orang yang hidupnya makmur, tetapi terhimpit masalah yang sulit mencari jalan keluar. Dalam hal ini, tolong menolong dalam hal memberikan jalan keluar adalah merupakan suatu kebajikan. وَعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَ اللَّهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ. Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meringankan kesusahan seorang mukmin di antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan meringankan kesusahannya di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Allah akan selalu menolong seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim). Tolong menolong dalam wujud mengentaskan kemiskinan Rasulullah s.a.w mengajarkan kepada kita untuk mengentaskan kemiskinan bukan dengan jalan sekedar memberikan sedekah kepada peminta-minta. Bahkan tidak dianjurkan untuk memberikan uang kepada peminta-minta, karena justru berpotensi untuk mengembang biakkan kaum peminta-minta. Pembaca sudah sering mendengar ustadz di majelis2 taklim mengenai kisah seorang miskin meminta pekerjaan kepada Rasulullah yang dikisahkan oleh Anas bin Malik ra. Singkat kisah, seorang miskin masih punya harta berupa pakaian tebal dan bejana tempat air minum. Dua item barang itu dilelang Rasulullah, sabahat yang menawar tertinggi dua dirham. Dari dua dirham itu, satu dirham disuruh Rasulullah untuk diserahkan ke keluarga si miskin buat biaya hidup. Satu dirham disuruh Rasululullah membeli Kapak. Dengan Kapak itu si miskin mencari kayu bakar untuk dijual. Alkisah setelah 15 hari kemudian si miskin melapor kepada Rasulullah telah dapat mengembangkan modal satu dirham itu menjadi 10 dirham. Rasulullah mengatakan kepada sahabatnya yang miskin itu: “Ini lebih baik bagimu daripada meminta-minta, itu akan mencoreng wajahmu kelak pada hari kiamat. Dan meminta-minta dibenarkan kecuali pada tiga golongan: Pertama, orang yang benar-benar miskin. Kedua, orang yang terlilit utang. Ketiga, orang yang dibebani tebusan besar.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah). Begini tolong-menolong dalam wujud mengentaskan kemiskinan model Rasulullah saw. Bukan sekedar disediakan raskin, bantuan uang sekedarnya yang hanya sementara. Tetapi yang lebih penting adalah memberikan peluang untuk orang menjadi produktif. Tolong menolong dalam wujud kemaslahatan umum Agama memberikan ruang untuk kita bertolong-tolongan dalam membangun sarana kemaslahatan umum, yang berguna untuk memudahkan kehidupan orang banyak termasuk diantaranya membangun sarana ibadah, membangun tempat-tempat pendidikan, tidak terkecuali membangun jalan dan jembatan serta sanitasi. Walau membangun sarana jalan dan jembatan serta sanitasi, dalam tatanan bernegara telah diambil alih oleh pemerintah, namun untuk memeliharanya adalah tanggung jawab dalam scope tolong-menolong tersebut. Dalam riwayat Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyabdakan: بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ “Saat seorang pria sedang berjalan, tiba-tiba ia mendapati sebuah dahan berduri yang menghalangi jalan. Kemudian ia menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya” (HR al-Bukhari). Apalagi dalam hal-hal kemaslahatan ummat manusia yang lebih besar. Banyak lagi dimensi tolong menolong yang dapat dilakukan dalam kebaikan seperti memberikan solusi, memberikan saran dalam mencari nafkah/kehidupan dan lain-lain. Semoga lahan yang terbuka luas untuk kita beramal ini dapat kita manfaatkan sebaik- baiknya sebelum buku amal kita ditutup oleh Allah, dengan berakhirnya hidup ini Semoga Allah memberikan kesempatan untuk kita selalu menabur kebaikan, selama hayat dikandung badan antara lain dengan saling Tolong Menolong dalam Kebaikan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 28 Syawal 1443 H. 29 Mei 2022. (966.05.22)

Monday 23 May 2022

MASA HIDUP MANUSIA

Manusia hidup di dunia ini, tunduk pada ruang dan waktu atau tempat dan masa. Masa hidup manusia terdiri atas TIGA MASA yaitu: masa kemarin, masa kini, dan masa yang akan datang. Masa pertama; ialah masa yang lalu, termasuk kemarin. Termasuk masa muda kita, termasuk masa kita masih berjaya dulu-dulu. Masa itu tak kan dapat diulangi lagi berapapun biaya yang kita sanggupi, apapun redaksi do'a kita, tak kan dapat masa itu terulang kembali. Bila pas terisi dengan banyak kebaikan; alhamdulillah. Bila banyak terlanjur terisi yang tidak baik dan dosa, apa boleh buat; segera bertobat. Masa kedua; adalah masa sekarang, tegasnya masa hari ini, jam saat ini, detik-detik anda membaca tulisan ini, sebelum hari berganti. Sangat rugilah bila masa sekarang tidak terpergunakan dengan baik, sebab dia "si masa" segera akan jadi masa lalu, setelah hari berganti, setelah jarum jam bergeser. Masa ketiga; adalah masa yang akan datang. Dimulai jam berikut, dimulai hari sesudah hari ini dan seterusnya. Itu masa yang akan datang di dunia. Masa yang akan datang yang lebih panjang berikutnya ialah masa akhirat. Masa yang sangat berharga bagi kita adalah masa sekarang, jangan sampai terlewatkan begitu saja tanpa makna, mari diisi dengan hal-hal yang benilai guna untuk hari esok dunia dan akhirat. Sungguh manusia akan merugi bila tidak dapat memanfaatkan masa hari ini dengan baik. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسٰنَ لَفِى خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran). (QS. 103 =Al-'Asr, ayat 1 - 3) Manusia membagi hari esok dalam dua besaran, yaitu: hari esok di dunia dan hari esok di akhirat. Hari esok di dunia, terkait untuk membuat perencanaan ada pula orang membagi jadi: jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Berkenaan dengan pertumbuhan phisik dan dan mental hari esok di dunia dapat di bagi: masa bayi, masa balita, masa anak2, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Hari esok di dunia sejak bayi sampai -----→ masa tua, berbatas bilangan tahun yang jarang manusia berusia sampai hitungan 3 digit. Walaupun hidup ini tidak kekal, ORTU2 di strata sosial ekonomi yang bagaimanapun, tetap mempersiapkan masa depan (hari esok) anak2 mereka di dunia, dengan membekali anak2 mereka dengan pendidikan, modal hidup, iman dan ahlak. Karena Allah mengarahkan setiap ORTU, agar jangan meninggalkan anak2 keturunan dalam keadaan lemah, dalam artian dalam segala faktor menghadapi hidup. وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. 4 = An-Nisa': ayat 9) Sedangkan hari esok untuk akhirat, tidak berbatas waktu, kekal selamanya, dalam hal ini Allah mengingatkan: يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. 59 = Al-Hasyr: ayat 18). Sehubungan dengan persiapan hari esok di dunia dan hari esok di akhirat itu. Sejalan dengan petunjuk Allah di tiga ayat yang di petik di atas. Hendaklah setiap diri mempersiapkan masa yang akan datang untuk selama hidup di dunia ini dan lebih utama lagi masa depan di akhirat nanti. Persiapan tsb bukan saja bagi diri masing2 tetapi juga buat anak2 keturunan yang akan melanjutkan kehidupan ini. Semoga kita semua tetap ingat bahwa hidup sekarang ini terbatas, makanya harus dijalani dengan memperbanyak amal kebaikan, menghindari amal yang tidak baik, karena akan menentukan kehidupan masa depan; baik di dunia ini terlebih di akhirat nanti. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالۤاخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 22 Syawal 1443 H. 23 Mei 2022. (964.05.22)

Sunday 22 May 2022

OTOMATIS dan DIRINTIS

Kelas dua ES EM AA, tahun 1968, kami tempo doeloe mulai dijuruskan. Diriku bersama 7 orang seangkatan masuk kelas "PASPAL". Guru pengajar "Kimia", sebelum mulai ngajar di hari permulaan bertanya kepada kami: "Kalian harus belajar kimia ini sebetulnya untuk apa???". Teman2ku termasuk diriku menjawab, sesuai apa pendapat kami ketika itu, spontan tanpa persiapan, tak menduga ada pertanyaan seperti itu. Masing2 kami semua dapat giliran menjawab, maklum sekelas kami hanya delapan. Rupanya jawaban kami menurut “Guru Kimia” itu tak ada yang benar. Selanjutnya beliau menyebutkan jawaban singkat: “Belajar kimia UNTUK MENCARI REZEKI”. Dijelaskan bahwa: “Apapun ilmu pengetahuan yang diperoleh dimasa muda, melalui belajar apa saja selanjutnya dengan ilmu itu kalian menjadi berprofesi apapun, akhirnya untuk mencari rezeki. Makin tinggi ilmu kalian, secara logika semakin mudah dalam mencai rezeki”. Demikian guru kimia kami menuturkan. Berbicara soal rezeki; almarhummah nenekku pernah mengatakan: “Ulat di dalam batu saja pasti akan mendapat rizki”. Bagaimana ceritanya seekor ulat kok berada dalam batu. Tentu dia belum menjadi ulat, tadinya mahluk ini begitu halusnya, sehingga dapat masuk ke pori-pri kecil dari sebuah batu besar. Kebetulan di dalam batu besar itu ada rongga yang kemudian mahluk cikal bakal ulat itu dapat mukim. Ulat tadi tumbuh berkembang di dalam batu tersebut, sudah pasti si ulat mendapat rizki, kalau tidak mana mungkin dia dapat membesar. Kukaitkan dengan statement guruku kimia kami itu, kan si ulat tidak punya ilmu apa2, dianya tak pernah sekolah. Kata bijak nenekku ini, sungguh dalam…….. pengertiannya, untuk memberikan semangat dan motivasi buat kehidupan, bahwa jangankan lagi kita sebagai manusia yang lengkap panca indra, dilengkapi pula dengan ilmu pengetahuan, hidup bebas tidak terkungkung di dalam batu, jelas bahwa kita pasti mendapatkan rezki, sebab ikhtiar kita kan lebih luas dapat dilakukan. Bila direnung lebih dalam, memang rezeki untuk seluruh mahluk ini ada dua jenisnya, kalau boleh saya diberi nama; REZEKI YANG OTOMATIS dan REZIK YANG DIPEROLEH HARUS DIRINTIS. PENERIMA rezeki OTOMATIS. Tidak kecuali, semua mahluk yang bergerak dan yang tidak bergerak menerima rizki otomatis ini. Contohnya setiap makluk hidup didarat menerima oksigen sebagai rezeki yang diterimanya untuk bernafas. Semua mahluk di daratan dan dipermukaan lautan menikmati sinar Matahari. Baik juga bila diambil tamsil, bagaimana seekor kupu-kupu. Asal hidupnya dalam kepompong. Calon kupu-kupu ini ketika dalam kepompong dapat dipastikan dianya mendapat rezeki otomatis, hingga dapat tumbuh berkembang sehingga perlahan-lahan tapi pasti setelah masa yang ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, diapun keluar dari kepompong menjelma menjadi mahluk baru yang dapat terbang berupa Kupu-Kupu. Nah ketika sudah mulai dapat terbang maka sebagian rezeki otomatis untuknya sudah tidak diterimanya lagi, walau masih ada berupa terangnya sinar Matahari, oksigen untuk bernafas. Untuk hidup selanjutnya sang Kupu-Kupu harus berikhtiar dengan merintis cara mendapatkan rezeki, mengepak-ngepakkan sayapnya untuk menghampiri aneka bunga guna mengisap sari madunya untuk mempertahankan hidupnya sampai waktu yang di tentukan. Begitu pula tamsil ini bagi manusia, bila sudah dapat berdiri sendiri, rezeki sudah harus mulai dikais, tidak lagi hanya mengandalkan rizki otomatis selama kurang lebih sembilan bulan di kandungan ibu. Setelah lahir kedunia, rezeki si bayipun harus dengan ikhtiar (dirintis=diupayakan) dengan menangis. Mendengar tangis sang bayi, bundapun memberikan ASI, dimana ASI juga masih terkelompok rezeki yang otomatis, sebab otomatis begitu bayi lahir air susu ibu pun tersedia. Sebelum melahirkan, susu ibu tidak berisi susu. Selama masih belum dapat berkegiatan sendiri, kupu-kupu masih dalam kepompong, manusia masih dikandungan ibu, setelah lahir kedunia masih lemah, rizki yang diterima adalah rizki otomatis. Semua kita kala bayi butuh susu ibu. Makan disuapi, begitu besar sedikit, setelah mampu, nyuap sendiri dstnya. Maha benar Allah dengan segala firmannya di dalam Al-Qur’an diantaranya seperti tertuang dalam surat HUD ayat 6 Allah SWT berfirman: وَمَا مِنْ دَاۤ بَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ "Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." PENERIMA rezeki DIRINTIS Kita manusia juga salah satu mahluk penerima rezeki otomatis dan dirintis itu. Persoalannya rezeki dirintis untuk dapat menerimanya harus dengan usaha yang sungguh-sungguh. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai bidang kegiatan. Manusia diberikan kebebasan pula untuk meraih rezeki yang diterima secara dirintis ini dengan upaya apa saja. Boleh berlomba-lomba dan juga boleh dengan cara apa saja. Disinilah peran agama dan anturan undang-undang untuk memberikan batasan pencari rizki dirintis ini, guna menentukan bagaimana memilih cara yang diperkenankan dan bagaimana yang tidak dibolehkan. Manusia diciptakan Allah berpotensi “FUJUR dan TAQWA” (QS: 91 = Asy-Syams ayat 8): فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوٰىهَا "maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya, Dapat saja merintis mencari rezeki dengan cara yang tidak halal, tetapi tak kurang juga banyaknya orang yang memilih merintis mencari rezeki dengan jalan yang halal. Perlu dipahami bahwa bagi orang yang beragama, ikhtiar merintis mencari rezeki, dilakukan disamping harus dengan cara halal, juga ada kadar yang telah ditetapkan oleh Allah s.w.t. Buktinya orang dengan rintisan lapangan usaha yang sama, ada yang sukses, sementara ada yang kurang sukses. Semua itu telah ditentukan kadarnya oleh Yang Maha Kuasa. Rezeki yang harus dicari dengan secara dirintis melalui ikhtiar dan ilmu, telah diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat 45 Al Jatsiah ayat 22. وَ خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ "Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan." Kembali ke statement “Guru kimia kami” dan Almarhumah Nenek-ku, keduanya benar bahwa manusia diberi Allah rezeki secara OTOMATIS, selain itu juga Allah menyiapkan rezeki yang harus dicari dengan jalan DIRINTIS, mulai dengan mempersiapkan diri dengan menuntut berbagai ilmu yang nantinya dengan ilmu itu dapat dipergunakan mencari rezeki. Selanjutnya tentang banyak sedikitnya rezeki yang kita peroleh: اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ وَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ "Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat." (QS. 13 = Ar-Ra'd, ayat 26). Semoga Allah masukkan apapun ikhtiar kita dalam mencari ilmu dimana dengannya merupakan sarana dalam merintis mencari rezeki dicatatan Allah sebagai amal baik kita. اَللَّهُمَّ طَوِّ لْ عُمُ و رَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 21 Syawal 1443 H. 22 Mei 2022. (963.05.22)

Friday 20 May 2022

PEDOMAN KeHIDUPan

Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amalnya. Setiap orang amat menyadari bahwa diri ini tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini. Semua kita memahami bahwa kita entah sebentar lagi, entah besok, entah lusa, entah kapan tetapi pasti akan melanjutkan perjalanan menuju kepada kehidupan yang kekal abadi ke negeri akhirat. Bahwa hidup di dunia ini, berbatas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, seperti tercantum dalam surat Al- An’am ayat 2 …. هُوَ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِّنْ طِينٍ ثُمَّ قَضٰىٓ أَجَلًا  ۖ وَأَجَلٌ مُّسَمًّى عِنْدَهُۥ  ۖ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُونَ "Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun demikian kamu masih meragukannya." Sayang, kesadaran ini kadang terlupakan. Padahal, datangnya panggilan Allah itu sangat tiba-tiba tak dapat digeser dan ditunda. Manusia selalu digoda oleh setan, diuji dengan: hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal ke akhirat dalam wujud ibadah kepada Allah. Menyiasati godaan syaitan ini kita selalu membutuhkan pencerahan iman secara terus menerus, dengan mendalami Al-Quran, menyimak mutiara-mutiara sabda Rasulullah, merenungkan ucapan hikmah para ulama. Bagaimana seharusnya kita menjalani hidup, agar di dunia selamat insya Allah di akhirat pun nanti selamat, marilah kita perhatikan firman Allah dari surat Al-Qashash ayat 77: وَابْتَغِ فِيمَآ ءَاتٰىكَ اللَّهُ الدَّارَ الْأَاخِرَةَ  ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا  ۖ وَأَحْسِنْ كَمَآ أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ  ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْأَرْضِ  ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." Dari ayat ini kita dapat mengambil 3 petunjuk penting dari Allah, sebagai PEDOMAN HIDUP yang perlu kita pergunakan bersama selama keberadaan kita di dunia ini yaitu: 1. Utamakan kehidupan akhirat, dengan sarana kehidupan di dunia 2. Senantiasa harus menabur kebaikan, selama hidup di dunia 3. Jangan berbuat kerusakan di muka bumi. Pedoman Pertama, mengutamakan kebahagiaan kehidupan akhirat. Di pedoman ini diarahkan kepada kita semua agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akhirat. Perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akhirat bukan berarti dalam mewujudkannya kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja, sebab amal akhirat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan akhirat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagian duniawi. Umpamanya shalat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin bukanlah semata-mata sebagai amal akhirat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntunan Allah dan Rasul-Nya, yaitu secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan mungkar. Dengan demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama bermasyarakat di dunia ini. إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ “………..Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar...” (Al-Ankabut 45) Begitu juga dengan infak dan sedekah, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akhirat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan. Nampaknya amal yang satu ini (infak dan sedekah), misalnyapun “tidak ikhlas” dapat saja tetap bermanfaat. Misal seseorang yang; lantaran menerima infak sedekah itu dianya menjadi bugar, disebabkan kebugarannya dianya kuat beribadah, dalam pada itu ketika beribadah dianya mendo’akan orang yang pemberi infak dan sedekah itu dengan do’a “ya Allah lantaran sedekah orang itu aku dapat beribadah kepadamu, berikanlah limpahan karunia dan ampuni dosa orang yang bersedekah kepadaku,…….. aamiin”. Penerima sedekah itu tak mengetahui kalau pemberi sedekah tidak ikhlas, tapi…… dianya berdo’a dengan ikhlas dan insya Allah diijabah Allah. Naaah begitulah hebatnya sedekah. Demikian hebatnya amalan sedekah ini, seorang yang menghadapi maut, mereka meminta tangguhkan kematian, bukannya minta waktu untuk melaksanakan ibadah2 lainnya, tetapi justru yang diminta oleh mereka agar dapat bersedekah. ………. Ayo kita tengok surat Al-Munafiqun ayat 10: وَأَنْفِقُوا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلٰىٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِينَ "Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh."" Pedoman Kedua; ‘ahsin’ yaitu senantiasa berbuat kebaikan. Bila seseorang memegang pedoman ini dalam dirinya, niscaya ia akan selalu berbuat kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu berusaha berbuat baik dan berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari. Maka akan selalu tampillah kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya. Peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu berguna bagi orang banyak walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi. Banyak ayat2 dalam Al-Qur’an memberikan informasi tentang Allah mencintai orang2 yang berbuat kebaikan. Salah satunya kita petik: فَئَاتٰىهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْأَاخِرَةِ  ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ "Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. 3 = Ali 'Imran ayat 148) Pedoman Ketiga, adalah “walaa tabghil fasada fil ardh” yaitu untuk tidak berbuat kerusakan. Bila pedoman ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi pedoman yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali karena ulah “tangan manusia”, terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya. Surat Ar-Rum (30) Ayat 41 ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap perbutan dikarenakan dan/atau termasuk pendengaran, penglihatan dan hati nuranipun akan mempertanggung jawabkan ketika ia menghadap Allah di akhirat kelak. وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ  ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. 17 =Al-Isra': ayat 36) Semoga kita semua dapat menjalankan pedoman kehidupan ini, sehingga selamatlah diri, baik di dunia maupun di akhirat kelak. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْأَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 20 Syawal 1443 H. 21 Mei 2022. (962.05.22)

Thursday 19 May 2022

TANGKAL HINA dan SENGSARA

Dalam status sosial dan strata apa saja manusia tak ingin kehinaan dan kesengsaraan. Sebaliknya ingin dihargai dan bahagia, kalaulah tidak dihargai setidaknya janganlah sampai dihina. Kalaulah tidak bahagia-bahagia amat sekurangnya tidaklah sengsara. Konsep menangkal kehinaan dan kesengsaraan, yang mungkin patut kiranya dipertimbangkan oleh para pembaca, ada 2 (dua) besaran seperti berikut: PERTAMA; Berpegang kepada agama Allah, dalam pengertian bukan sekedar beragama, tetapi menta'ati aturan agama tersebut dengan maksimal. Adapun aturan agama itu ada panduannya. Sebagai contoh bagi pemeluk agama Islam, sumber “utama” aturan itu adalah “Al-Qur'an dan Hadits”. Untuk melaksanakan ibadah kepada Allah kata KUNCINYA apabila jelas ada perintah Al-Qur'an dan suruhan Rasul-Nya atau dicontohkan Rasulullah. Diluar itu dapat saja terjerumus ke-sia-sian, ditolak ibadah tsb. Ibadah kepada Allah inilah yang disebut hablum minallah. Ibadah yang dibuat-buat berpotensi dihinakan atau saling menghina, bermuara kepada kesengsaraan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan, أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867) Melalui you tube akhir2 ini sering dijumpai ada tontonan. tentang bagaimana ada beberapa ustadz yang kadang membicarakan hal-hal tertentu menyangkut; kata sebagian ustadz tak ada tuntunan dari Rasulullah, sementara disanggah ustadz yang lainnya, juga dengan mengetengahkan dalil2. Keadaan demikian ini nampaknya kurang bagus di publish. Sebaiknya para ustadz2 yang berbeda pendapat tersebut mendiskusikannya sesama mereka, misalnya bertemu silaturahim, diskusi mereka tersebut sekali lagi bukan untuk konsumsi publik, agar orang2 awam tidak bingung. Kalau terus2an berpolemik di you tube, bukan mustahil keceplosan saling merendahkan, ujung2nya akan saling hina dan yang demikian itu pangkal kesengsaraan. KEDUA; Agar diri tidak terhina dan sengsara adalah memelihara hubungan sesama manusia, dalam artian bukan hanya kepada seiman saja tetapi kepada semua manusia. Sebab memang Allah ciptakan manusia ini tidak satu dalam keimanan. Untuk referensi ditemukan banyak ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa dunia ini dihiasi banyak keyakinan a.l. ........... ۗ اَفَلَمْ يَايْـئَسِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْ لَّوْ يَشَآءُ اللّٰهُ لَهَدَى النَّاسَ جَمِيْعًا ۗ ................." " .........Maka tidakkah orang-orang yang beriman mengetahui bahwa sekiranya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya...................." (QS.13 Ar-Ra'd ayat 31). Kata kunci untuk melaksanakan kegiatan perilaku aktivitas hidup termasuk berhubungan sosial kemasyarakatan. Kata kuncinya: SEPANJANG TAK ADA LARANGAN dari Al-Qur'an dan Rasul-Nya dapat dilakukan untuk berbuat kebaikan. Justru perwujudan iman itu adalah perbuatan kebajikan, kemaslahatan manusia. Bukan sebaliknya menebar kebencian, perpecahan dan teror. Iman adalah abstrak, sebagai bukti iman, terkonkritkan dalam perbuatan kebaikan dimaksud. Bila banyak orang sudah tidak lagi berbuat baik kepada sesama, bahkan sebaliknya seperti dikemukakan di atas, maka yang terjadi kehinaan dan kesengsaraan. Contoh kejadian perbuatan terorisme, menimbulkan kesengsaraan banyak orang yang tidak berdosa dan dampaknya banyak pihak yang mendapat hinaan setidaknya persepsi kurang baik. Sehingga stempel teroris kadang dicapkan kepada kelompok tertentu. Kembali ke pokok tulisan konsep Islam agar terhindar dari kehinaan dan kesengsaraan, mari kita simak: ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ اَيْنَ مَا ثُقِفُوْۤا اِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللّٰهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَآءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَنْۢبِيَآءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas." (QS Ali Imran 112). Semoga kita semua sanggup menghindari kehinaan dan kesengsaraan di dunia dan di akhirat dengan berhasil taat menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 18 Syawal 1443 H. 19 Mei 2022. (961.05.22)

Tuesday 17 May 2022

BAWALAH bekas SHALAT dikehidupan

Almarhumah Ibuku adalah orang angkatan dulu, banyak kata-kata hikmah nan bijak dan singkat beliau tuturkan. Tapi penuh makna yang masih tersimpan apik di perbendaharaan qalbuku dan terpatri kuat di dalam bathinku. Selalu terngiang ditelangaku dan terhunjam kuat di ingatanku. Semoga Allah menaungi beliau di alam kubur dengan Rahmad-Nya dan mengampuni semua dosa serta menerima amal ibadah beliau. Salah satu kalimat bijak almarhumah ibuku tentang dampak shalat, ijinkan ku publish kehadapan para pembaca. “MESKIPUN SAMPAI CEKUNG TUJUH BATU KARENA SUJUD” tapi sesudah shalat “MEMBELAKANGI LANGIT” tak nemukan bahagia dunia akhirat walau kerja sampai “PATAH TULANG EMPAT KERAT”. Kalimat almarhumah ibu ku itu yang kunilai bijak ini, merupakan kalimat kiasan yang dapat diterjemahkan sebagai berikut: Begitu taatnya seorang ber ibadah (shalat) sampai bila sajadah tempat berdiri dan sujud untuk shalat tersebut dibuat dari batu, lantaran banyak di sujud-ti, lantaran rajinnya shalat wajib dan shalat sunnah, sehingga itu batu tempat sujud sampai cekung, hampir bolong karena terkena jidad lantaran terus menerus disebabkan sujud. Setelah hampir bolong satu “sajadah batu” diganti dan diganti lagi membuat sajadah baru dari batu lagi, akhirnya tujuh batu dibuat sajadah itu cekung semua terkena dahi lantaran sujud. Ini merupakan gambaran begitu rajinnya orang tersebut shalat menyembah kepada Allah. Namun hidup orang ini, sesudah menunaikan shalat membelakangi langit dalam berhubungan dengan sasama manusia, ibadah taat tetapi dalam hal aturan agama yang lainnya selain shalat tidak dipatuhi itu yang bundaku maksudkan dengan membelakangi langit yaitu menafikan aturan yang diturunkan dari langit (maksudnya aturan yang digariskan oleh Allah). Hubungan dengan orang tua kurang baik, suka membantah, tidak menurut dan cenderung durhaka. Dalam mencari nafkah tidak mengindahkan koridor yang ditetapkan Allah. Rezeki yang halal, dan haram semuanya di hantam. Prinsip cari rezeki dengan 3H (Haram, Halal, Hantam). Tercampur semua rezeki yang diperolehnya yang halal, yang haram, yang mubah dan yang makruh secara sengaja. Pergaulan sesama manusia tidak baik, hubungan dengan keluarga, suami isteri jauh dari tuntunan agama. Dari mulutnya sering meluncur kata-kata yang menyakitkan perasaan orang, lidahnya tak kering dari bergunjing, matanya tak terkendali menampak hal yang maksiat, langkah kakinya selalu menuju ke tempat tak senonoh. Kalau dia diberi amanah untuk mengurus keperluan orang banyak menggunakan kesempatan menguntungkan diri sendiri atau keluarga dan kelompok. Dianya selalu berfikir, urasan shalat, urusan agama kan terpisah dari urusan dunia. Urusan agama, urusan shalat kan urusan akhirat, urusan memegang amanah, mengurus orang banyak kan urusan dunia, dia selalu berfikir urusan dunia dan akhirat tak bercampur. Semboyan orang ini bahwa “Minyak dengan Air tak kan bercampur” Dianya lupa bahwa minyak kalau tercampur dengan air, bila dimasukkan ke tangki kendaraan, tunggu saatnya kendaraan akan mogok dan bahkan mesinnya akan rusak. Dalam pada itu air kalau sudah tercampur minyak, kalau juga terlanjur terminum karena demikian haus, maka akan berbahaya buat tubuh si yang meminum campuran cairan tersebut. Al hasil minyak bila bercampur air maka manfaatnya kurang bahkan mungkin menimbulkan mudharat. Demikian inilah profil seorang manusia yang MENINGGALKAN SHALAT DI SAJADAH, Kelompok ummat yang MENINGGALKAN AGAMA DI MASJID. Shalat semata-mata hanya di sajadah, boleh jadi dianya khusuk- se khusuk khusuknya. Tetapi selesai shalat diapun merajut urusan dunia seperti secara singkat sekedarnya terpapar di atas. Padahal ketika kita berdiri shalat, yang pertama diucapkan adalah kebesaran Allah, dengan demikian kitapun menafikan segala kepentingan dunia dan segala kekuasaan yang ada selain Allah, hanyalah kecil belaka. Berjanjilah kita kepada Allah bahwa hidup dan mati ini, artinya dunia dan akhirat digabung menjadi satu, dirajut untuk semua sebagai perwujudan pengabdian kepada Allah. Tidak memisahkan dunia dan akhirat, tidak memisahkan agama dengan urusan dunia dan kemasyarakatan. Tujuh ayatpun dibaca wajib setiap rakaat shalat dengan komitment hanya kepada Allah yang maha pemurah, maha pengasih penyayang dan nanti di hari kemudian tiada kekuasaan lain selain Dari DIRI NYA, kita meminta petunjuk jalan yang lurus, tentu yang dimaksud jalan lurus itu menata hidup di dunia. Kalau di akhirat nanti kita tak dapat berkehendak lagi minta jalan lurus, hanya menerima apa yang ditentukan Allah, namun di dunia kita minta petunjuk jalan yang lurus untuk dilalui dalam menata hidup. Bagi masyarakat awam, untuk mencari rezeki, untuk berhubungan dengan masyarakat, pokoknya mengatur kehidupan. Bagi pejabat atau orang yang mendapat amanah untuk mengatur pemerintahan dan masyarakat, bagaimana membuat kebijakan mengatur rakyat yang dipimpinnya. Akhir shalat kita sebarkan salam ke penduduk dunia ini dilambangkan dengan ucapan salam ke kanan dan ke kiri. Tentu maknanya, shalat telah kita tunaikan, selanjutnya kita akan hidup di luar shalat, bermasyarakat. Dalam bermasyarakat haruslah terkondisi keselamatan. Tidak luka hati orang karena lisan kita. Tidak rugi orang lain karena ulah kita. Orang lain tidak terdzalimi, lantaran perbuatan kita. Jika jadi pedagang menjadi pedagang yang jujur, jika jadi pegawai, pegawai yang disiplin memenuhi kewajiban dan tidak melanggar janji/sumpah ketika menerima pekerjaaan ataupun jabatan. Manakala menjadi guru, jadi guru yang patut ditiru. Ketika jadi pemimpin menjadi pemimpin yang adil, ketika bepolitik-berpolitik dengan tetap bermoral sebagai seorang yang setiap hari shalat, tidak menghalalkan segala cara. Jadi, orang politik harus tetap membawa agamanya dalam politik, agama apapun yang dianutnya, sebab kita yakin bahwa setiap agama musti mengajarkan ummatnya untuk taat kepada pencipta Alam semesta dan berbuat baik sesama ummat manusia. Jadi kalau kelak orang-orang politik tersebut diberi amanah mengatur negara, maka dianya menjadi pengatur negara yang tidak memisahkan agama dalam membuat kebijakan mengatur negara. Sebab jelas bahwa agama adalah aturan hidup yang ditentukan oleh yang menciptakan Alam ini. Sedangkan ketatanegaraan, pengaturan masyarakat adalah aturan yang ditetapkan bersama oleh kelompok masyarakat dengan anutan bermacam agama itu, untuk mengatur kehidupan bersama. Apa boleh buat karena kita ini hidup dengan berbagai agama menjadi satu bangsa, maka tak akan dapat dipergunakan satu aturan agama tertentu untuk mengatur kelompok yang terdiri dari berbagai agama itu, maka diaturlah dengan aturan yang di sepakati bersama, namun semua kelompok agama yang bergabung menjadi satu bangsa ini, akan merangkum hal-hal persamaan dalam agama mereka yaitu pada prinsipnya adalah KETAATAN KEPADA SANG PENCIPTA dan BERBUAT BAIK KEPADA SESAMA dalam terminology Islam dikenal HABLUM MINALLAH dan HAMBLUM MINANNAS. Demi kesejahteraan bersama. Dengan demikian bekas shalatnya membekas pada diri setiap insan, shalat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu JANGAN tinggalkan shalat di SAJADAH”, bawa bekas shalat itu dalam posisi apapun anda berada. Jangan tinggalkan agama di Masjid. Benarlah apa yang dinukilkan Allah dalam ayat Al-Qur’an. Dalam surat Al-Fath (surat ke 48) ayat 29. سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ... ………………….” “………….Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud…………………...” Maksudnya bukan bekas sujud yang menghitam pada jidad, tetapi bekas shalat itu terbawa, dalam gerak-gerik, dalam tingkah laku, dalam tutur kata. Pokoknya dalam perilaku dan perbuatan. Semuanya masih nampak bekas-bekas sujud yang bersangkutan yaitu dengan menepati janji kepada Allah bahwa hidup dan mati hanya untuk mengabdi kepada Allah dan menepati janji kepada Allah akan menebarkan keselamatan dan rahmad, kebaikan bagi ummat manusia dan seluruh alam. Kalau dampak bekas sujud itu tidak diwujudkan dalam perilaku; lanjut ibuku maka “PATAH TULANG EMPAT KERAT” tak kan menemukan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ini juga kalimat kiasan maksudnya bahwa tulang yang utama manusia adalah empat potong yaitu di tangan kiri dua potong dari ujung jari sampai siku, dari siku sampai bahu dan juga di tangan kanan, total empat potong, bahasa ibuku potong=kerat. Jadi biar bekerja rajin berusaha giat, sampai copot tu tulang empat kerat, kalau tidak shalat, DIIKUTI DENGAN membawa “bekas shalat” itu di kehidupan di masyarakat maka tak akan menemukan kebahagiaan, baik di dunia apalagi di akhirat. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 16 Syawal 1443 H. 17 Mei 2022. (959.05.22)

Saturday 14 May 2022

Kelompok Ikhlas

Ikhlas; adalah amal ibadah yang hanya mengharapkan redha Allah semata, tidak mengharapkan pujian, penilaian baik dari orang lain atau dari masyarakat. Dilihat dari tujuan orang ikhlas, boleh jadi dapat dibedakan atas 4 (empat) kelompok. Pertama. Kelompok orang “Ikhlas ada maunya”: Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya terbersit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk menghilangkan kesulitan dan kebingungan. Ia melaksanakan shalat tahajud dan bersedekah karena ingin usahanya berhasil. Ciri orang “ikhlas ada maunya ini”, beribadah ketika sedang butuh biasanya ia tidak akan istiqamah. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berhenti. Contoh: Ingin Jabatan; ketika dalam proses untuk mendapatkan jabatan yang bersangkutan dengan khusu’ dan intensif melaksanakan ibadah, dengan ikhlas agar Allah mengabulkan do’anya. Setelah jabatan diperoleh yang bersangkutan mengurangi frekuensi, kuantinas dan kualitas ibadahnya. Shalatnya sudah yang wajib-wajib saja, dengan waktu yang cepat, demikian juga ibadah lainnya semakin dilupakan.😆😆😆😆 Teringat teman saya ketika dalam proses ujian pejabat, dari peqawai TU ke pegawai junior officer. Begitu intensnya rekan tadi beribadah, shalatnya lama dan tertib. Begitu lulus ujian, diangkat jadi junior officer, shalatnyapun jadi cepat sekali. Kadang di akhir waktu (zuhur sudah dekat ashar), tidak lagi berupaya berjamaah.😃😃😃😃 Ketika ditanya “kenapa shalatnya cepat sekali” jawabnya “sudah hafal” Contoh lain; Istri sedang hamil; hampir tiap hari membaca Al-Qur’an dan berdo’a agar istri melahirkan anak mereka dengan selamat. Selanjutnya setelah istri melahirkan, Al-Qur’an pun disimpan rapi lagi di rak buku. Ingin mendapat rezeki yang banyak; motivasi sedekah dengan harapan usahanya sukses, bahkan minta penggantian dari Allah, dia mengharapkan penggantian seperti yang diredaksikan pada surat Al-Baqarah 261: مَّثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ  ۗ وَاللَّهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَشَآءُ  ۗ وَاللَّهُ وٰسِعٌ عَلِيمٌ "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." Kedua: Kelompok orang “Ikhlas lugu minim ilmu”: Yakni orang yang beramal hatinya bersih dari riya’ serta keinginan dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan api neraka. Ibadah orang ini cenderung berkesinambungan, tetapi ia tidak mengetahui mana yang harus dilakukan dengan segera dan mana yang bisa diakhirkan, serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menganggap semua ibadah itu adalah sama. Contoh: Shalat sunat diutamakan dari shalat wajib; di bulan Ramadhan yang bersangkutan mengutamakan shalat tarawih dari pada shalat wajib. Hal ini ada juga dilakukan justru oleh jamaah Ramadhan di Masjidil Haram. Sebagaimana biasa di Masjidil Haram, shalat tarawih sejak awal Ramadhan sampai 20 Ramadhan tarawih 20 rakaat dan witir 3 rakaat. Selanjutnya mulai tanggal 21 Ramadhan tarawih hanya 20 rakaat tidak dilanjutkan dengan witir. Pukul 1 dini hari dilaksanakan shalat tahajud disambung witir, selesai sekitar pukul 3 dinihari. Ada sebagian jamaah “umrah Ramadhan” mengenyampingkan shalat magrib dan shalat isya berjemaah ke Masjidil Haram untuk menyiapkan diri ikut shalat tahajud dan selesai shalat tahajud tidak ikut berjemaah di Masjidil Haram pada shalat subuh. Menyantuni orang lain diutamakan dari kerabat sendiri; namun kelompok ini begitu murah hati membelanjakan hartanya untuk kepentingan masyarakat, kepentingan sosial lainnya, sementara tidak menyantuni kerabat dekatnya. Ritual agama yang sunah dan bahkan yang tidak ada tuntutannya diutamakan dari yang wajib dan ada tuntunannya. Banyak terlihat di masyarakat, sangat dipentingkan acara-acara untuk ritual yang diyakininya adalah merupakan acara peribadatan kepada Allah, sementara ritual tersebut hanya sunah belaka, tetapi untuk ibadah itu ibadah wajib terabaikan. Tidak jarang upacara-upacara yang dianggap ibadah itu tidak terdapat dalam tuntunan agama. Ke tiga: Kelompok orang “Ikhlas karena Allah” : Yakni orang yang beribadah hanya karena Allah, bukan ingin surga atau takut neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi perintah dan mengagungkan-Nya. Semua amal ibadah dilakukan bukan musiman, tetapi secara berkesinambungan, konsisten. Ke empat. Kelompok orang “Ikhlas gerak hati”, yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia hanya menyaksikan ia sedang digerakkan Allah karena memiliki keyakinan bahwa tidak memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Semuanya berjalan atas kehendak Allah. Evaluasi keikhlasan diri: Dari empat kelompok ikhlas diatas, mari kita evaluasi diri kita masing-masing apakah diri kita sudah termasuk orang yang ikhlas. Kemudian bandingkan dengan empat golongan orang dalam berikhlas, dimanakah kini kita masing-masing sudah berada. Ketahuilah bahwa dalam dialog antara iblis dengan Allah ketika iblis diusir dari surga, seperti diabadikan dalam surat Shad ayat 82 s/d 83 bahwa iblis mendapat ijin dari Allah untuk menyesatkan manusia. Orang yang tidak dapat dipengaruhi oleh iblis hanya orang yang mukhlasin. Selengkapnya ayat tersebut sebagai berikut: قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ "(Iblis) menjawab, "Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya," (QS. Sad 38: Ayat 82 إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ "kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka."" (QS. Sad 38: Ayat 83) Semoga Allah menjadikan kita semua ikhlas beribadah karena Allah semata. اَللّهُمَّ إ ِنِّي أَعُوْ ذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِ كَ وَأَنَا أ َعْلَمُ وَأَ سْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أ َعْلَمُ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Syawal 1443 H. 14 Mei 2022. (958.05.22)

Thursday 12 May 2022

Pemilihan ALTERNATIF Benteng GENERUS

Pilihan di kehidupan ini, hari ini demikian penting buat hari esok dan seterusnya masa depan. Salah pilih di awal hari, merupakan awal kegagalan masa yang akan datang. Seorang anak, seiring dengan perkembangan kecerdasan, dipengaruhi lingkungan alam, orang2 dekat sekelilingnya, memilih jenis permainan, hoby, kebiasan2 yang dilakukannya. Di era kecanggihan teknologi informasi ini, faktor tontonan dominan menjadi tuntunan perilaku anak2. Dalam hal ini peran ORTU menyeleksi tontonan si anak. Demikian penting "Penyeleksian informasi" (telah ke publish di solusi ke dua tgl 29 April 2022 artikel 947). Bukan mustahil perilaku anak2 tidak sesuai atau bahkan tak disuka orang tua, disebabkan terpengaruh: Lingkungan, Pergaulan, Tontonan. Lingkungan dan pergaulan. Masa kini, kadang kita tidak benar2 dapat memilih di lingkungan seperti bagaimana kita bertempat tinggal. Tidaklah dapat lagi kita penuhi kata2 bijak “Pilih tetangga sebelum membeli rumah”. Faktor ekonomi, faktor ketersediaan lahan dan faktor kepadatan penduduk serta faktor tempat sumber penghasilan sangat menentukan. Umpama lingkungan bermain, anak sebaya di pemukiman, kata2 yang dipergunakan kasar, jorok. Jenis2 permainan pun tak pantas. Dalam hal begini, Ortu harus bijak mencarikan alternatif kesibukan anak2. Perhatian anak2 dialihkan dengan diberikan kesibukan, misal berbagai les bahasa, les ketrampilan, les agama. Dengan demikian mempersempit kemungkinan anak2 bergabung dengan anak2 di lingkungan "NB tidak menyenangkan tsb”. Tontonan. Terkait erat dengan tayangan yang ditonton anak2, dari media elektronik, muatan tablet computer dan HP yang dipegang anak. Bila sudah lakukan serangkaian solusi2/langkah2 membentengi anak-anak dari dampak kemajuan teknologi seperti yang sudah ku publish: Pertama“Perencanaan” (27-04-2022 artikel 945), Solusi ke dua “Penyeleksian informasi” (29-04-2022 Artikel 947). Ke tiga “Pengarahan” (30-04-2022 artikel 948). Solusi ke empat “Pendampingan” (07 Mei 2022 artikel 953) Solusi ke lima "Pembagian waktu' (10 Mei 2022 artikel 956). Misalkan masih saja solusi 1 sampai 5 telah dilaksanakan namun masih lolos atau tidak berhasil maksimal, upaya terakhir memilihkan, memberikan alternatif, sebagai solusi ke enam. Ortu tidak semestinya hanya melarang tidak boleh melakukan sesuatu, tapi harus diikuti memberikan jalan keluar merupakan alternatif. Salah satu contoh dalam hal si anak sudah “kecanduan” bermaain "game" di layar tablet computer; berikan alternatif misalnya diarahkan: ke olahraga, beladiri, bermain musik dll. yang bepotensi untuk adu prestasi dengan teman2 sebaya. Dengan demikian anak2 akan termotivasi untuk beralih ke aktivitas yang lebih bermanfaat. Adalah menjadi tujuan setiap orang tua agar generasi penerus mereka lebih baik dari diri mereka sendiri, karena anak2 yang shalih akan menjadi penolong orang tua mereka, walau sudah di alam kubur: وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثٰرَهُمْ....... " “……...dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan)…….”. Yasin 12. Anak2 merupakan sesuatu “bekas-bekas” yang ditinggalkan di dunia ini oleh orang tua mereka, setelah meninggal dunia. Disamping amal-amal lainnya yang dikerjakan selama hidup. Sedangkan fungsi anak setelah ORTU meninggal dapat disimak hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, berikut: عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim). Semoga kita semua diberikan Allah petunjuk untuk membimbing anak2, keturunan kita ke jalan yang diridhai Allah. ،اللَّهُمَّ أَ رِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَ أَ رِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 11 Syawal 1443 H. 12 Mei 2022. (957.05.22).

Tuesday 10 May 2022

Menipu Setan

Dalam bulan Ramadhan di masjid yang saya ceritakan ini setiap malam sebelum shalat terawih ada ceramah durasi 20menitan. Ustadz/Ustadzah ceramah berganti-ganti, satu ustadz/zah, hanya dapat giliran sekali selama Ramadhan tersebut. Guna menghindari pengulangan isi ceramah, pengurus menetapkan thema buat masing2 penceramah. Untuk menampung infaq para jamaah beberapa petugas masjid mengedarkan kantong kain berwarna hijau dibawa langsung, kehadapan masing2 jamaah yang duduk menyimak ceramah. Seorang duduk disisi kiriku, ketika didatangi petugas kantong, ... ngambil dompet disakunya. Buru2 ambil uang agaknya tak sengaja terambil 50 ribu langsung dimasukkan ke kantong. Setelah petugas berlalu dianya berguman setengah berbisik kpdku: "salah ambil, kebesaran...... dari rumah tadi niatnya 10an". Sambil ketawa kecil kukatakan: "Bapak telah berhasil menipu setan". "Kok bisaaa", sela Bapak tadi. Kujawab: "tadi sejak dari rumah, setan sudah senang, niatnya infaq cuma 10rb. Padahal Bapak sekali ceramah kadang dapat 750 rb sampai sejuta. Eeeee taunya detik2 terakhir Bapak cabut duit dari dompet 50ribu, "Setan tertipu". Di notes Setan sudah kadung mencatat 10rb. Temanku itu juga adalah ustadz, di malam itu pas tak ada jadual di masjid lain; beliau senyum tipis mendengar uraianku "setan tertipu". Kami berdua jika pas tak ada jadual di masjid lain, ngumpul di masjid itu, selalu cari duduk dekatan. Di bulan selain Ramadhan di masjid ini kami ada jadual tetap, kebanyakan shalat jamaah di masjid itu. Diriku selain ada jadual sekali musim Ramadhan tahun ini di mesjid tsb, juga bila tidak ada jadual di masjid lain, siap sebagai penceramah pengganti jika pengurus masjid memberitahukan bahwa ada ustadz belum confirm H min 1. Selama ini kita semua selalu terpedaya oleh setan. Dikala kita akan berinfaq, sekalipun duit banyak. Setan menakut-nakuti, "ntar duitmu habis, emangnya mudah mencarinya", seperti tertuang dalam Al- Qur'an Al-Baqarah 268 اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْـفَقْرَ "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu ......". "Ustadz!! sering2 aja menipu setan" ujarku. Dijawab dengan senyum. Demikian, semoga kita ikhlas dalam berinfaq, tidak termakan bisikan setan menakut-nakuti kemiskinan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 7 Syawal 1443 H. 08 Mei 2022. (954.05.22).

Bentengi GENERUS dengan PEMBAGIAN WAKTU

Berbicara soal kesibukan harian, agaknya anak2 sekarang jauh lebih sibuk ketimbang anak2 di era70 tahunan yang lalu. Kami ketika anak2 kesibukan bermain dibatasi matahari dan cuaca. Bila malam tiba tidak dapat bermain lagi, listrik belum masuk rumah, belum ada HP dan “Tablet Computer”. Ortu zaman dulu, mengontrol permainan anak2 mereka lebih mudah, dibanding Ortu mengontrol permainan anak2 zaman now. Pembagian waktu untuk bermain anak2 zaman dulu, lebih mudah karena waktu bermain hanya siang hari. Malam hari terbatas, karena belum ada listrik dan peralatan teknologi canggih seperti masa kini. Sedangkan sekarang anak2 masing2 pegang HP dan Tablet Computer, dimana aneka permainan tersedia. Ortu sekarang lebih berat tugasnya daripada Ortu zaman dulu, juga Ortu sekarang harus secara cermat menerapkan “pembagian waktu” buat anak2 mereka, sebelum anak2 mereka betul2 dewasa. Pengaruh teknologi, bila Ortu tidak pandai2 mengendalikan pengaturan anak2 kapan harus bermain, kapan harus belajar, kapan harus istirahat, kapan harus ibadah. Misalnya diberikan batasan boleh bermain sampai pukul sekian, selanjutnya harus belajar, kemudian harus istirahat dan ibadah. “Pembagian waktu” dalam upaya membentengi pengaruh negatif kemajuan teknologi komunikasi bagi generasi penerus, kuletakkan di urutan “ke lima” dari solusi yang kutawarkan. Solusi yang pertama “Perencanaan” (kupublish 27-04-2022 artikel 945), Solusi ke dua “Penyeleksian informasi” (terpublish 29-04-2022 Artikel 947) Ke tiga “Pengarahan” (di publish 30-04-2022 artikel 948). Solusi ke empat “Pendampingan” ( kupublish 07 Mei 2022 artikel 953) sedangkan “Pemberian Alternatif” solusi ke enam Insya Allah menyusul. Penentuan “Pembagian waktu” buat anak sejak masih di PAUD sepanjang masih di bawah pengawasan kita selama yang bersangkutan menempuh pendidikan, sampai dewasa adalah menjadi tanggung jawab ORTU. Bila tidak secara teratur dan ketat dengan disiplin tinggi, maka akan berakibat yang kurang baik buat masa dengan generasi penerus. Tidak sedikit anak2 yang hilang “waktu emas” buat mereka mendalami agama, mengejar prestasi di pendidikan hanya lantaran ORTU yang kurang ketat mengawasi dan mengatur “Pembagian waktu” tersebut. Islam begitu ketat mengatur waktu, mulai dari waktu2 Ibadah (shalat), istirahat dan bermain diatur dengan tegas di dalam Al-Qur’an. Pengaturan shalat (ibadah) perhatikan ayat2 berikut: حٰفِظُوا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُومُوا لِلَّهِ قٰنِتِينَ "Peliharalah semua sholat dan sholat wusta. Dan laksanakanlah (sholat) karena Allah dengan khusyuk." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 238) أَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْءَانَ الْفَجْرِ  ۖ إِنَّ قُرْءَانَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا "Laksanakanlah sholat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) subuh. Sungguh, sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 78) وَأَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَىِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ  ۚ إِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ  ۚ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِينَ "Dan laksanakanlah sholat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)." (QS. Hud 11: Ayat 114) فَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ "Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam." (QS. Qaf 50: Ayat 39) وَمِنَ الَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبٰرَ السُّجُودِ "Dan bertasbihlah kepada-Nya pada malam hari dan setiap selesai sholat." (QS. Qaf 50: Ayat 40) Dengan rinci ditetapkan kapan harus berhenti segala kegiatan, belajar, bermain dan beraktifitas lainnya, gunakan waktu2 tersebut buat beribadah. Waktu Istirahat; antara lain dipetik ayat berikut: فَالِقُ الْإِصْبَاحِ وَجَعَلَ الَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا  ۚ ذٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ "Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui." (QS. Al-An'am 6: Ayat 96) هُوَ الَّذِى جَعَلَ لَكُمُ الَّيْلَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا  ۚ إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ "Dialah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang terang-benderang. Sungguh, yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar." (QS. Yunus 10: Ayat 67) Jasmani ini, setelah beraktifitas ada hak untuk diistirahatkan dan Allah telah memilihkan buat manusia yang paling efektif istirahat di malam hari. Silahkan rasakan sendiri bila begadang di malam hari diganti dengan tidur di siang hari. وَمِنْ ءَايٰتِهِۦ مَنَامُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَآؤُكُمْ مِّنْ فَضْلِهِۦٓ  ۚ إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." (QS. Ar-Rum 30: Ayat 23). Waktu2 untuk berkegiatan mencari nafkah juga dapat menggunakan referensi ayat 23 surat Ar-Rum di atas. Sedangkan waktu2 bermain adalah memang wajar dinikmati manusia, asalkan tetap dalam ingat kepada Allah, dalam pengertian tidak ber-main2 sesuatu yang mengundang murka Allah, merefer kepada surat Al-A’raf berikut: أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرٰىٓ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ "Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?" (QS. Al-A'raf 7: Ayat 98) Demikianlah perkara menerapkan “Pembagian waktu” buat anak2 buah hati sibiran tulang kita, agar mereka kelak menjadi “generasi penerus” yang bertaqwa kepada Allah, berbakti kepada Orang tua. Mereka menjadi Anak2 yang shaleh, menjadi asset kita di dunia dan setelah kita tiada tak putus2 mendo’a ampunan Allah buat kita. Memperhatikan fenomena kemajuan di segala bidang di saat ini, terutama kemajuan di bidang teknologi dan informasi, kita di zaman now harus dapat menyesuaikan dengan keadaan. Tidak lagi mempan bila pendidikan, perhatian dlsbgnya kita copy paste dari ORTU kita dulu mendidik kita. Benar sekali suatu ungkapan yang konon diucapakan Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, atau dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu yang berbunyi: لا تؤدبوا أولادكم بأخلاقكم ، لأنهم خلقوا لزمان غير زمانكم‏ “Janganlah kalian mendidik anak-anak kalian menurut akhlak kalian, karena mereka diciptakan bukan di zaman kalian” Ada juga dengan redaksi di bawah ini : لا تربوا أولادكم كما رباكم آباؤكم، فقد خلقوا لزمان غير زمانكم “Janganlah kalian mendidik anak-anak kalian sebagaimana bapak-bapak kalian mendidik kalian, karena mereka (anak kalian) diciptakan bukan di zaman kalian” Semoga kita semua diberikan Allah petunjuk untuk membimbing anak2, keturunan kita ke jalan yang diridhai Allah. ،اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 9 Syawal 1443 H. 10 Mei 2022. (956.05.22).

Monday 9 May 2022

MINTA MAAF KEPADA ORANG TUA YANG SUDAH MENINGGAL

Setelah orang tua meninggal dunia, seringkali kita akan teringat kembali dengan kesalahan dan dosa yang pernah kita perbuat kepada mereka. Sementara belum banyak dapat berbuat baik atau berbakti kepada mereka. Suasana Idul Fitri seperti sekarang ini mengingatkan kita ke masa lalu, masa masih kanak2 dulu. Bagaimana ayah berusaha sebisanya mengadakan pakaian baru, bunda telah menyiapkan santapan spesial di hari raya, beda dengan hari2 biasanya. Sesudah shalat Idul Fitri berbaris memohon maaf kepada ayah dan bunda, angkatan kami dulu bersaudara lebih setengah lusin rata2. Yang tua di giliran pertama bersimpuh meminta maaf kepada kedua orang tua. Yang paling bungsu giliran terakhir. Meluncur do’a2 yang indah dari kedua orang tua, diucapkan dengan tulus dan penuh kasih sayang……. Kini mereka sudah tiada dengan demikian tentunya kita tidak bisa lagi meminta maaf secara langsung seperti saat mereka masih hidup. Akan tetapi ternyata ada cara yang bisa kita lakukan untuk memohon ampunan dan maaf serta berbakti terhadap orang tua yang telah meninggal dunia, seperti yang diajarkan Rasulullah yaitu: Senantiasa berdo’a untuk mereka, menyambung silaturahim terhadap sahabat2 orang tua kita, dan menziarahi pusara ayah dan bunda. 1. Mendo’akan kedua Orang Tua. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW telah bersabda : إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ “Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; Sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Tirmidzi). Oleh karena itu, sebagai anak, saban waktu usai shalat 5 waktu jangan lupa berdo’a untuk orang tua kita berdua, setidaknya: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَلِوَ الِدَىَّ وَارْ حَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَا نِى صَغِيْرًا “Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Baik ibu maupun bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.”. 2. Menyambung silahturahim terhadap karib kerabat Orang Tua. Cara selanjutnya untuk berbakti kepada orang tua yang telah meninggal dunia adalah dengan menyambung silahturahim dengan karib kerabat orang tua. Sebagaimana disebutkan dalam hadits: حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبَرُّ الْبِرِّ أَنْ يَصِلَ الرَّجُلُ وُدَّ أَبِيهِ “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Sesungguhnya kebajikan yang utama ialah apabila seseorang melanjutkan hubungan (silaturrahim) dengan keluarga sahabat baik ayahnya.'” (HR: Muslim) 3. Ziarah ke Kubur ORTU Sedangkan ziarah ke makam kerabat khususnya makam orang tua sendiri sangat dianjurkan meskipun letaknya berbeda kota dengan anak-anak serta kerabatnya yang masih hidup. Bahkan ternyata ziarah kubur ke makam orang tua merupakan cara yang bisa kita lakukan untuk menebus dosa dan kesalahan terhadap orang tua yang telah meninggal dunia. Sehingga jika kita pernah berbuat kesalahan dan dosa namun belum sempat untuk meminta maaf, maka dengan berziarah kubur kita dapat menebus kesalahan tersebut. Anak tetap dapat berbakti kepada orang tua sepeninggal mereka. Anak-anak itu dapat menziarahi makam kedua orang tua. Ziarah ke makam kedua orang tua memiliki keutamaan luar biasa sebagaimana riwayat berikut ini. وَقَدْ رَوَى الْحَكِيمُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّةً غَفَرَ اللَّهُ لَهُ وَكَانَ بَارًّا بِوَالِدِيهِ “Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA dengan keadaan marfu’, ‘Siapa saja yang menziarahi sekali makam kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya pada setiap Jumat, niscaya Allah mengampuninya dan ia tercatat sebagai anak yang berbakti kepada keduanya,’” Dalam Islam berbakti kepada orang tua menempati posisi yang paling tinggi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surat Al-Isra ayat 23. وَقَضٰى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا  ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." Oleh sebab itu kita diwajibkan untuk berbakti kepada keduanya baik semasa hidup maupun setelah meninggal dunia. Segala kebaikan yang telah diberikan oleh kedua orang tua, tidak akan pernah bisa terbalaskan meskipun dengan seisi dunia. Sehingga berbakti kepada keduanya tidak hanya wajib dilakukan saat mereka masih hidup namun juga setelah meninggal dunia. Bila semasa hidupnya kita dapat berbakti dengan cara menyenangkan keduanya, menuruti setiap perkataannya serta berbuat baik kepada keduanya. Maka setelah mereka meninggal dunia kita dapat berbakti kepada keduanya dengan cara mendo’akan mereka, meneruskan silaturahim dengan sahabat2 mereka dan dianjurkan untuk melakukan ziarah kubur mereka. Demikianlah ikhtiar yang dapat diupayakan untuk berbakti mohon maaf terhadap orang tua yang telah meninggal dunia. Namun jika keduanya masih hidup maka sudah seharusnya kita meminta maaf sebelum terlambat. Sebab ridha orang tua adalah ridha Allah SWT. Sehingga sudah sepatutnya kita berbakti kepada orang tua baik ketika hidup maupun setelah meninggal dunia. Baik juga dijadikan referensi hadits pernah menceritakan Abu Usaid berikut: بَيْنَمَا أَنَا جَالِسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلْ بَقِيَ عَلَيَّ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ بَعْدَ مَوْتِهِمَا أَبَرُّهُمَا بِهِ؟ قَالَ: " نَعَمْ خِصَالٌ أَرْبَعَةٌ: الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا رَحِمَ لَكَ إِلَّا مِنْ قِبَلِهِمَا، فَهُوَ الَّذِي بَقِيَ عَلَيْكَ مِنْ بِرِّهِمَا بَعْدَ مَوْتِهِمَا “Suatu ketika saya sedang duduk-duduk bersama Rasulullah S.A.W., Tiba-tiba ada seorang laki-laki dari sahabat Anshar. Ia bertanya kepada Rasul, ‘Ya Rasul, apakah saya bisa berbaik budi kepada kedua orang tua saya yang sudah meninggal?’ Rasul lalu menjawab, ‘Iya, ada empat hal, yaitu (1) mendo’akan mereka, (2) memohonkan ampunan untuk keduanya, (3) menunaikan janji mereka dan memuliakan teman mereka, dan (4) menjalin silaturahim dengan orang-orang yang tidak akan menjadi saudaramu kecuali melalui perantara ayah-ibumu. Itulah budi baik yang harus kamu lakukan setelah mereka meninggal’.” (Musnad Ahmad: 16059). Mari kita laksanakan petunjuk Rasulullah S.A.W. tersebut di atas. Dengan demikian semoga Allah mengampuni semua dosa, menerima semua amal ibadah kedua ORTU kita, selanjutnya memasukkan mereka kedalam Rahmat-Nya. Sementara itu Allah jadikan apa yang kita lakukan untuk ORTU kita yang telah meninggal itu menjadikan wujud bakti kita sekaligus memaafkan kesalahan2 kita terhadap kedua ORTU kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 8 Syawal 1443 H. 09 Mei 2022. (955.05.22).

Friday 6 May 2022

PENDAMPINGAN GENERUS

Langkah ke empat membentengi generasi penerus dari dampak kemajuan teknologi komunikasi canggih ialah “Pendampingan”. Langkah pertama “Perencanaan”, telah ku publish (27-04-2022 artikel ke 945). Langkah kedua “Penyeleksian informasi” (29-04-2022 artikel ke 947). Langkah ke tiga Pengarahan (terpublish 30 April 2022 artikel ke 948). Seperti dikemukakan di publish 1, 2, dan 3 bahwa tulisan ini penayangannya bertahap. Insya Allah langkah ke lima “Pembagian waktu” dan ke enam “Pemberian alternatif”, akan menyusul. PENDAMPINGAN Selagi putra/putri anda balita sampai masuk ke remaja pendampingan atas mereka dalam berbagai hal amat penting tidak saja untuk kesuksesan mereka dibidang study, tetapi juga pertumbuhan jiwa/mental/karakter mereka. Seorang anak bawah 4 th. Hari itu tak sabar menantikan ayahnya pulang kerja. Bolak- balik tanya ke bundanya. Begitu ayah tiba, setelah ayah istirahat sejenak langsung tangan si ayah digandeng di bawa ke ruang tengah. Rupanya telah tersedia beberapa lembar kertas dan gunting. Selembar kertas diguntingnya kecil-kecil, dihadapan ayahnnya. Maksudnya menggunting potongan kertas segi empat, tapi maklum anak masih kecil tak rapi. Lantas kertas tersebut ditulis si bocah dengan angka "1", kertas yg bertulis angka 1 diolesinya lem, ditempelkannya ke kertas yang masih utuh. Begitu seterusnya, beberapa kertas kecil lainnya juga ditulis angka "1" kemudian ditempelkan ke kertas yang selembar tadi sampai kertas itu penuh tempelan kertas kecil bertuliskan angka "1", dengan bangga dia memamerkan kemampuannya menulis angka 1 yang baru diajarkan guru Paud; kepada ayahnya. Disini Ortu harus meng apresiai si anak, memberikan perhatian, ini salah satu wujud dari “pendampingan”. Jangan sampai Ortu menunjukkan wajah, ekspresi bahwa kemampuan anak itu spele; kecil. Acuh tak acuh juga tak boleh, harus tunjukkan kekaguman anda. Kalau anda acuh tak acuh dia jadi kapok menunjukkan kebolehannya, dan memori itu membenam dalam di ingatan si anak…..Berikutnya si anak akan berkembang terus kecerdasannya, mainannya, tontonannya juga berubah dari usia ke usia, ortu harus memantau dan mendampingi si anak ketika bermain dan melihat tontonan di TV dan juga nanti bila ybs. sudah dipercayakan menggunakan HP. Secara diam- diam tak salah sesekali dicari tau apa yang dimuat dalam HP si anak utamanya pada usia pertumbuhan menuju dewasa. Kalau sejak PAUD apa yang kemampuannya dipamerkannya mendapat apresiasi, maka kebiasaan ini akan belanjut walau dianya sudah beranjak dewasa. ORTU punya alasan untuk melihat isi HP mereka ketika sudah mulai SD misalnya, dapat saja beralasan ingin liat penguasaan si anak terhadap fitur2 yang tersedia di HP mereka. Sebaliknya kalau “pameran kebolehan” si anak ketika masih PAUD di cuek-kan ORTU maka ybs akan menjadi pribadi yang tertutup buat ORTU nya. Ketahuilah bahwa secara kodrati kecerdasan anak manusia bertahap seperti diinformasikan Allah: وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا ۙ وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur." (QS. An-Nahl 16: Ayat 78) وَالْاَفْئِدَةَ Wal afidatan=hati nurani (termasuk ilmu pengetahuan) diberikan Allah berangsur-angsur dari bayi, usia dini, balita, remaja dan dewasa. Ortu harus cerdas mendampingi putra/putri mereka, karena Allah menentukan proses kedewasaan manusia dengan: " ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْۤا اَشُدَّكُمْ ۚ وَمِنْكُمْ ............." "Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan diantara kamu........" (QS. Al-Hajj 22: Ayat 5) Sebagai i'tibar bagaimana nabi Ya'cob memberikan nasihatnya kepada nabi Yusuf ketika nabi Yusuf melihat dalam mimpi (ternukil dalam Al-Qur'an surat Yusuf ayat 4 dan 5). Pendampingan Ortu nabi Yusuf sama sama menterjemahkan apa yang tertayang di film mimpi dari Allah. Nabi Yacob mencegah menceritakan mimpi itu kepada Saudara-saudaranya, khawatir berakibat mencelakakan nabi Yusuf. Namun kehendak Allah terlaksana juga, dalam hal ini nabi Yacob telah berikhtiar. Alhamdulillah cerita nabi Yusuf berakhir dalam suka cita dan bahagia. Demikian penting pendampingan putra/putri kita dalam merakit kedewasaan anak-anak yang diamanahkan Allah buat kita. Kita harus peduli atas persoalan mereka, kita harus tau apa yang sudah mulai cocok untuk informasi yang pantas di terima dari tayangan TV, dari FB, serta kitapun harus memantau kelompok W.A. mereka. Sudah begitu banyak kita mendengar remaja putri tertipu berkenalan melaui dunia maya. Terakhir ini perlu perhatian kita untuk mencegah putra/putri kita dari keterlibatan melansir berita bohong, ujaran kebencian dan lain sebagainya yang berakibat berurusan dengan penegak hukum. Semoga Allah mengijabah do’a kita: رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوٰجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Syawal 1443 H. 07 Mei 2022. (953.05.22).

DORONGAN MUDIK

Berbicara perihal dorongan mudik saat Idulfitri sepertinya dapat dikelompokkan: 1. Refreshing. Selama sebelas bulan hidup di kota, penuh dengan kesibukan. Perlu setahun sekali ganti suasana, menghibur diri melupakan sejenak suasana tempat bekerja. Boleh jadi orang dari kota besar mudiknya ke kampung halaman. Dimana kampung halamannya di kota kecil. Adapula yang selama sebelas bulan bekerja di pedalaman, setahun sekali mudik ke kota besar tempat asalnya dilahirkan. 2. Nostalgia, dapat kembali makan, minum kesukaan ketika masih kecil yang paling enak jika dinikmati langsung di daerah asalnya. Juga dapat lagi melihat tempat2 bermain ketika masih kecil, serta bersua kembali dengan teman2 sepermainan yang masih hidup. 3. Dorongan Teramat Penting bersimpuh dihadapan ORTU. Di ruang yang terbatas ini “dorongan teramat penting” ini diberikan kupasan yang khusus. Kebanyakan penduduk kota2 besar, berasal dari pedesaan (lazim di sebut kampung). Sanak famili berasal dari kampung. Kalaulah kedua Ortu atau salah satunya masih hidup di kampung, maka mudik menjadi hal yang sangat penting. Karena mumpung Ortu masih hidup dapat sungkem, secara formil dan dengan sungguh2 mohon ampunan dan maaf dari mereka atas kesalahan2 kita. Karena bila adalah kata2, sikap2, perbuatan2 kita yang mereka tidak redha, begitu besar akibatnya. Tersebut kisah di era Rasulullah masih hidup. Seorang sahabat bernama Al-Qamah. Sejak masa muda ia dikenal saleh. Patuh, setia, dan taat beragama. Al-Qamah selalu ada di shaf depan di antara sahabat lainnya setiap shalat berjamaah. Dia juga dikenal sangat santun terhadap ibunya. Ayahnya sudah meninggal, segala kepentingan ibunya tidak ia abaikan. Tak sampai hati ia membiarkan ibunya mengambil air. Sesudah al-Qamah beristri dan tinggal di rumah sendiri, disengaja atau tidak, ia kurang memberi pelayanan kepada ibunya. Tetapi, ibunya tidak melapor tentang kekurangannya, hanya diam saja. Orang sekitar tak tahu bahwa ibu Al-Qamah sakit hati. Kemudian, terbetik berita bahwa Al-Qamah sakit. Sakitnya tambah berat. Para sahabat berjaga-jaga ketika tampak ia seperti mau meninggal, mereka silih berganti untuk mentalqinkan, "Laa ilaaha illallaah ..." tapi apa yang terjadi? Beberapa kali mereka coba mengulang, namun lidah Al-Qamah tidak bergetar, tidak dapat mengikuti, lidahnya kelu dan kaku. Salah seorang sahabat melapor kepada Rasulullah tentang situasi ini. Segera Rasulullah datang. Rasulullah menyuruh seorang sahabat menjemput ibu Al-Qamah. Kepada ibunya Rasul bertanya, apa ada tingkah Al-Qamah yang memberatkan dirinya ??? Jika ada dosa terhadap ibunya sendiri maka segera dimaafkan! …….. Ibunya menyebutkan bahwa anaknya itu orang baik dan taat kepada Allah…... "Saya ini sedih ya Rasul, sesudah ia berumah tangga sangat kurang perhatiannya kepada saya, sebab itu saya tidak memaafkannya," katanya. ………. "Kalau begitu," ujar Rasulullah, "Ayo para sahabat kumpulkan kayu bakar, supaya Al-Qamah ini dibakar saja." ………... Mendengar sikap tegas Rasul, menangislah ibu itu sambil meronta-ronta. "Wahai Rasulullah, maafkan saya ya Rasul, jangan anak saya dibakar, saya mohon jangan ya Rasul. Saya sudah memaafkan Al-Qamah, saya sudah maafkan dia.'',………. Sifat kasih sayang seorang ibu timbul, pada detik2 ketika anaknya akan dibakar, dia tidak tega, karena akan jelas di pandangan mata. Rasulullah paham betul bagaimana, kasih sayang seorang ibu, makanya bersikap setegas itu. Seorang Ibu betapapun besar sakit dihati lantaran perbuatan anak, disaat anaknya akan didera kesulitan tampil sebagai orang pertama membela. Peristiwa ini juga sekaligus mengejarkan kepada semua orang tua, agar sedini mungkin mengarahkan, mendidik anak2 keturunannya agar tidak berdosa kepada Allah dan berbhakti kepada orang tua, karena siksa akhirat jauh lebih dahsyat dari siksa dunia. Kata maaf dari lidah ibu itu amat spontan, saat itu juga lidah Al-Qamah lentur. Selesai ia menuturkan kalimat tauhid, terberitalah ia telah meninggalkan dunia. Nyaris ia termasuk ke dalam golongan umat yang disabdakan Rasul, yang artinya: "Tidak seorang hamba pun yang dianugerahi rezeki oleh Allah SWT kemudian dia tidak menunaikan hak kepada kedua orang tuanya, kecuali Allah menghapuskan amal baiknya dan menyiksanya dengan siksa yang pedih." Kejadian pada Al-Qamah suatu kisah singkat tapi mengajak untuk jadi renungan bermakna. Memang, ada orang mengatakan tiada sukar untuk berbakti kepada ibu-bapak. Gara-gara sibuk mengurus kebutuhan rumah tangga, ditambah ada saja permintaan sang istri tanpa sengaja ibu sendiri di rumahnya terlupakan. Apalagi kalau memang istri tidak peduli atau kurang suka pada mertuanya, sangat mungkin sang suami tiada dapat melayani. Semoga kita terlepas dari sikap durhaka kepada orang tua. Kedurhakaan Al-Qamah demikian kecil, diibaratkan sekarang mungkin dianya masih tiap bulan secara rutin men transfer duit untuk kebutuhan hidup ibundanya di kampung halaman. Tapi yang namanya orang tua, bukan hanya duit kebutuhan hidupnya tetapi juga tak kalah pentingnya “Perhatian”. Ku pernah menyaksikan, ketika masih tinggal di Surabaya. Seorang anak yang biasanya saban Idulfitri pulang ke rumah Ortunya di bilangan “Tambak Boyo”. Sohib saya itu lebaran kali itu tidak pulang. Karena tau saya akan mudik ke “Jatirogo” pakai kendaraan sendiri. Teman saya itu nitip sesuatu untuk Ortu mereka dan tentunya menyampaikan pesan bahwa mereka sekeluarga lebaran ini tidak dapat mudik (NB kala itu belum ada HP). Al hasil kamipun singgah kerumah Ortu sahabat saya itu di “Tambak Boyo”, titipan diserahkan, pesan pun disampaikan. …….. Nampak dari wajah kedua ORTU, mata mereka berkaca-kaca dan nampak lesu. Padahal segala makanan dipersiapkan akan kedatangan anak mantu dan cucu2. Naaah ini adalah hal yang mungkin membuat hati orang tua yang sudah renta tersebut tergerak merasakan kurang perhatian sang anak. Apakah yang begini ini tergolong seperti halnya Al-Qamah, wallahu ‘alam bishawab. Oleh karena itu, bagi yang masih ada Ortu apalagi lengkap ayah dan ibu, kalaupun tinggal seorang maka “MUDIK ADALAH HAL YANG SANGAT PENTING”. Bersimpuh dihadap ORTU dengan tulus ikhlas mohon redha mereka, cium tangannya dengan penuh hati (geteran ketulusan sang anak tersambung sinyalnya di bathin mereka). Ketahuilah kuran berbakti bukan hanya mencukupi kebutuhan hidup mereka, tetapi perhatian dan kasih sayang. Perhatikan pesan Rasulullah: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ……………………... وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ “………. dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya).” (HR. Tirmidzi). Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَقَضٰى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا  ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 23). Demikian, peliharalah perasaaan orang tua kita, sepanjang dia masih hidup. Sekali lagi pahamilah bahwa yang dibutuhkan orang tua bukan hanya kiriman uang, tetapi yang sangat penting perhatian dan kasih sayang. Semoga kita semua yang masih punya orang tua dapat berbhakti kepada kedua orang tua kita, kalau mereka telah tiada selalu tidak lupa berziarah ke pusaranya dan setiap waktu mengirim do’a. Kalau kita kini sudah tua, semoga anak2 keturuan kita berbhakti kepada kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 5 Syawal 1443 H. 06 Mei 2022. (952.05.22).

Wednesday 4 May 2022

JANGAN BERLEBIHAN

Selama sebulan penuh waktu makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi terbatas. Habis berbuka baru saja sebentar, muadzin sudah Iqamah untuk memulai shalat maghrib. Sahabatku yang sama2 berbuka di ruang pengurus masjid, lantaran rindu makan “Mie Ayam”; membeli, membawa seporsi keruangan kami berbuka. Eeee baru kira2 seperempat tersuap, iqamah memanggil, langsung ditutup tisue “mie ayam” itu, untuk dilanjutkan sesudah shalat maghrib. Biasanya makanan, bila sudah ditinggal begitu,….. diulang kembali cita rasanya sudah berubah. Kini Idul Fitri 1443 H hari ini hari ke dua. Sejak hari pertama mentradisi setiap rumah tangga muslim tersedia makanan yang lezat2. Namun soal makanan, meskipun tersedia banyak dan lezat2 buat orang beriman dituntunkan agar JANGAN BERLEBIHAN bahasa agama disebut dengan لَا تُسْرِفُوْ يٰبَنِيْۤ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf 7: ayat 31). Rupanya dalam segala hal di kehidupan ini haruslah "la tusrifu". Kebanyakan tidur bukannya segar malah loyo. Kebanyakan kerja bawaannya capek, banyak lagi kalau berlebihan nenjadi tidak lagi mengenakkan. Demikian juga makan, bila berlebihan berakibat kurang baik buat kesehatan. Ibadah saja diberikan petunjuk oleh Rasulullah tidak usah berlebihan. Rasulullah bersabda kpd Utsman bin Madz’un, malam shalat, siang berpuasa terus menerus: ”Jangan kamu lakukan itu. Sesungguhnya matamu memiliki hak atasmu, tubuhmu memiliki hak atasmu dan keluargamu juga memiliki hak atasmu. Maka shalatlah dan tidurlah. Dan puasalah lalu berbukalah.” (HR Bukhari). Allah menyuruh beragama bukan untuk kita sengsara lantaran berlebihan dalam ibadah: ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (Sebagian surat Al-Baqarah 185). Sehingga mengesampingkan fitrah sebagai manusia yang perlu berkeluarga, bermasyarakat, tidur dan bangun, bersukaria, bercanda. Jangan seperti yang diingatkan Allah di surat Al-Hadid 27: ".......... وَ رَهْبَانِيَّةَ اِبْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنٰهَا عَلَيْهِمْ اِلَّا ابْتِغَآءَ رِضْوَانِ اللّٰهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۚ ............" "..............Mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. ..........................." Juga secara terang Allah tegaskan bahwa; مَاۤ اَنْزَلْـنَا عَلَيْكَ الْـقُرْاٰنَ لِتَشْقٰۤى "Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;" (QS. Ta-Ha: Ayat 2) Begitu juga sedekah juga harus "la tusrifu" وَالَّذِيْنَ اِذَاۤ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar," (QS. Al-Furqan: ayat 67) Begitulah makanan apapun tak boleh berlebihan. Bila berlebihan berpotensi menganggu kesehatan. Tak heran banyak penyakit disebabkan oleh makanan yang berlebihan. Oleh karena itu Rasulullah memberi tuntunan. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas. “مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ حَسْبُ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.” “Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya." H.R. Akhmad, Ibnu Majah. Semoga kita dapat menerapkan makan dan minum "LA TUSRIFU", sehingga dpt hidup sehat, sampai akhir hayat, dengan demikian dapat maksimal ibadat. تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تَقَبَّلْ ياَ كَرِيْمُ وَجَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَاءِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ كُلُّ عاَمٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 2 Syawal 1443 H. 3 Mei 2022. (949.05.22).

Rugi usai Ramadhan

Ramadhan sudah berlalu, Idulfitri sudah hari ke 3. Sebagai evaluasi singkat diri, akan ibadah puasa sebulan penuh itu apakah telah berhasil dengan baik. Seharusnya Ramadhan sebagai media untuk mendapatkan ampunan Allah. Tetapi justru ada orang2 yang sesudah Ramadhan berlalu, tidak mendapat pengampunan Allah. Yaitu: 1. Ybs membiarkan Ramadhan datang dan berlalu, tidak mengisinya dengan berpuasa dan ibadah2 lainnya, tanpa alasan syari'e. Padahal puasa adalah diwajibkan bagi orang beriman. كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ 2. Berpuasa dilakukan bukan dasar iman dan mengharap pahala dari Allah. Padahal ada jaminan Rasulullah ﷺ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760) Dari Abu Hurairah. 3. Berpuasa masih saja melaksanakan hal2 yang dilarang Allah. Karena tidak sedikit orang yang berpuasa hanya memperoleh: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i). Berpuasa misalnya masih saja: Berdusta, bergunjing, dan hal2 yang dilarang Allah sebab Rasulullah ﷺ bersabda: لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالَّرَفَث “Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah no.1996 dan tahqiq Syaikh Al-A’zami berkata, ”Shahih”) Orang2 tersebut 1 s.d 3 inilah mungkin yang dimaksud Hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: وَ رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ "dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan". (HR Tirmizi). Kini Ramadhan 1443 H, berlalu sudah. Andaikan diri awak termasuk kelompok satu, atau dua, atau ektrimnya kelompok ke tiga, atau ke-tiga2nya golongan diatas, benar2 “Rugi usai Ramadhan”. Akan tetapi jarum waktu tak dapat diputar mundur, sudah terlanjur. Ikhtiarnya hanya berdo'a kepada Allah: "ya Allah ampuni diri ini, tutupi segala kekurangan2 dari puasa kami". Selanjutnya kita saling mendo'akan: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تَقَبَّلْ ياَ كَرِيْمُ وَجَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَاءِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ كُلُّ عاَمٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ Semoga Allah pertemukan kita lagi dengan Ramadhan 1444 H dalam keadaan sehat afiat dengan kondisi yang mudah beribadah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 3 Syawal 1443 H. 04 Mei 2022. (950.05.22).