Friday 28 January 2022

DAKWAH bil HAL

Nilai indah itu ternyata tidak sama antargenerasi. Bila anda masih punya photo angkatan orang tua kita dulu, mereka berpose disamping sepeda ontel dengan topi lebar baju lengan panjang yang digulung di atas siku sementara celananya bagian atas kelihatan besar karena banyak lisu (wiru/ploi). Ada lagi photo dengan pose tangan kiri atau tangan kanan telapak tangan menempel di bahu kanan, rupanya yang bersangkutan ingin memperlihatkan arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Itulah nilai keindahan di era mereka. Sejurus ada rasa keindahan itu dilambangkan dengan gigi emas, kadang penuh gigi berselaput emas. Pemilik gigi jadi murah senyum, berbicara senang berdesis, seperti mengucapkan Lada “Pedas”, Kopi “Panas” semua urusan alhamdulillah “tuntas” dan lain-lain, agar gigi emas dapat terlihat jelas. Patut diduga bahwa nilai keindahan kita sekarang ini yang terekam photo, nun duapuluh, tigapuluh tahun yang akan datang mungkin memancing senyum generasi yang akan datang, begitu melihat foto-foto kita berpose. Sekitar tahun enam puluh lima, diriku masih di kota kelahiranku, seorang anak teman saya baru pulang dari kota (ibu kota provinsi). Kala itu hanya anak-anak orang berduit saja ketika libur sekolahan dapat ke Ibu kota Provinsi. Biayanya mahal, jarak tempuh kurang lebih 40 jam naik kapal dagang. Begitu si anak pulang, terlihat orang tuanya ada keanehan asesoris dandanan anak lelakinya itu. Di lehernya menggelantung kalung rantai kecil dengan buah kalung semacam lingkaran dari logam. Sebagai orang tua, teman saya tadi menanyakan kepada anaknya: “Kenapa kau pakai kalung model perempuan”. Dengan cepat si anak menjawab “Di kota orang semua pakai gini ayah ”. Si ayah minta kepada anaknya, kalau kau mau pakai di rumah aja, jangan dibawa ke sekolah atau ke pasar “malulah ayah”. Anaknya menangkis: “tidak ayah ini lagi mode, nanti kita dibilang ndak nge trend”. Dua hari lagi liburan sekolah selesai, tugas rutin ayah mengantar anaknya ke sekolah berjarak kurang lebih 4 km dari kediaman mereka dengan sepeda ontel. Kemarin ayah si anak, diam-diam membuat bandulan kalung dengan memanfaatkan bekas tutup botol kecap yang ada di dapur. Tutup botol kecap dipukuli hati-hati dengan Palu dilandasi belakang kampak. Berhasil juga, tutup botol kecap jadi bulat dan lumayan lebar dan indah, pinggirnya ada gerigi2 beraturan pula. Pekerjaan selanjutnya di pinggir lingkaran tutup botol dilobangi untuk memasukkan tali buat dikalungkan ke leher. Tali sepatu bekas, rupanya cocok juga buat pelengkap liontin tutup botol kecap tersebut. Ketika akan mengantar anak keesokan harinya, tak lupa si ayah mengenakan kalung tersebut, dengan setelan kancing baju dibuka satu, agar jelas kalung terlihat. Betapa kagetnya si anak ketika akan berangkat ke sekolah, melihat ayahnya memakai kalung. “Ayah, kenapa pakai kalung seperti itu”. Pekik si anak. Ayah menjawab: “ayah juga pengen ikut mode sekarang, katamu semua orang di kota pakai kalung”. “Jangan begitulah yah, malulah saya dilihat teman-teman”. Akh, Ayah ndak malu dengan teman-teman ayah, anaknya pakai kalung, kenapa pula kau malu. Ayah menimpali. Udah kalau begitu saya buka kalung saya, biar ayah yakin saya ndak memakainya, ini saya serahkan Mamah. tegas si anak. Ayahnyapun tanpa diminta si anak langsung mencopot kalungnya dan memasukkan kalung ke dalam saku. Berangkatlah mereka kesekolah sebagaimana biasanya. Si ayah diilhami Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari: 5435 عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ. Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah ﷺ melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki- laki. Sedangkan di kampung kami orang yang mengenakan “KONGKONG” bahasa setempat = KALUNG, adalah perhiasan yang biasa dikenakan di leher PEREMPUAN. Sedangkan pesan hadits di kutip diatas: 1. Haram bagi seorang laki-laki untuk bergaya, berdandan atau berpakaian menyerupai wanita, begitu pula sebaliknya. 2. Rasulullah ﷺ melaknat orang yang menyerupai lawan jenisnya dalam penampilan. Teknik yang dilakukan ayah si Azhar (bukan nama sebenarnya), dengan lisan rupanya tidak mempan, disangggah dengan alasan trend orang-orang di kota. Maka Pak Azhari (bukan nama sebenarnya) ayah nya si Azhar menempuh jalan mencegah anaknya menyalahi hadits Rasulullah di atas, dengan pencegahan (semacam teknik berdakwah = Dahwah bil Hal) melalui perbuatan. Terbukti bahwa Dakwah Bil Hal itu lebih mengena ketimbang Dakwah bil Lisan. Contoh lain: Saya pernah alami di suatu cabang institusi saya berdinas dulu, ada pemimpin yang hanya pakai mobil dinas untuk keperluan dinas. Selesai jam kantor kalau mobil-mobil milik kantor tidak dipakai urusan dinas di parkir di kantor. Bila ada arisan pejabat institusi saya itu, yang bersangkutan membawa mobil pribadi, kadang nyetir sendiri, kalau bawa sopir kantor di beri honor dari saku pribadi. Dampak Dakwah bil Hal Pemimpin saya itu; semua pejabat bawahannya tidak ada lagi yang menggunakan mobil dinas untuk urusan diluar urusan kantor. Beberapa pejabat senior yang dulunya sebelum kepemimpinan beliau yang satu ini, sering membawa pulang mobil dinas, kini ikut memarkir mobil dinas di kantor, mereka ke kantor dengan mobil pribadi. Penghematan BBM dan perawatan mobil banyak sekali……. Jangan dikira semua orang suka dengan pemimpin ini. Ada yang komentar sok suci dan pokoknya banyak juga yang benci, terutama bagi pejabat yang sebelumnya sering menggunakan mobil dinas untuk keperluan pribadi. Itulah salah satu tantangan menyampaikan kebaikan. Juga ini menjadi bukti lagi bahwa Dakwah Bil Hal lebih mengena. Pemimpin tersebut agaknya telah berhasil MENUNJUKKAN KEBAIKAN, kepada para pejabat di bawahnya dengan dasar keyakinan beliau terinspirasi oleh hadits: عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم : مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim] Demikian sepenggal kisah ini, semoga menginspriasi kita semua untuk terus-menerus di sisa usia ini melakukan hal-hal menuju kepada kabaikan dengan teknik yang bijak, diantaranya dengan Dakwah Bil Hal. والله عالم بشواب .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Jumadil Akhir 1443 H. 28 Januari 2022. (893.01.22).

Tuesday 25 January 2022

BERBANGGA

Kemungkinan besar, sifat yang satu ini tidak dimiliki makhluk lain, selain manusia, yakni sifat “berbangga”. Kucing dengan bulu berbelang tiga, dianya barangkali tidak membanggakan diri kepada kucing abu2 polos. Saestu bahwa manusia sejak baru pandai ngomong aja, sudah tampak sifat suka berbangga. "Aku punya mainan yg...…... ", tutur si bocah kepada rekan sepermainannya, kadang sampai menceritakan spesifikasi mainan yang dibanggakannya itu, tak jarang sekalian disebutkan harganya sekian ….. juta, dibelikan Om saya. Giliran orang tua, senantiasa bangga bila anak2 atau cucu mereka berprestasi. Sering kali untuk dapat mengungkapkan hal yang dibanggakan, ditunggu slah pembicaraan guna dapat memasukkan omongan hal yg membanggakan tsb. Contoh dialog seorang ayah dengan temannya: A: Sudah di vaksin. B: Sudah 2 x, divaksin di puskesmas, anak saya sih divaksin di kantornya. Bapak “A” yg tau mengenai si anak pak B sejak kecil, sedikit agak kaget. A : Ooh sudah kerja rupanya si Boy, kapan lulus kuliahnya. B: Baru saja lulus akhir tahun, tapi mungkin karena dia lulus dengan Cum Laude, begitu lulus di tarik oleh kantor......... Nah pak “B” telah berhasil mengantarkan kebanggaannya tehadap anaknya ke pak “A”. Setidaknya tentang si Boy sudah bekerja dan lulus Cum Laude. Sifat ingin membanggakan diri ini banyak nilai positipnya, salah satunya memotivasi untuk berbuat se- baik2 nya sehingga diri atau keluarga punya nilai lebih dari orang lain, supaya dapat dibanggakan. Effek nya yang bersangkutan akan bekerja keras, tekun, untuk berusaha mencapai sesuatu setidaknya yang sudah dicapai orang lain. Misalnya kasus berbangga seperti ini: Terjadi dialog disambungan telepon kabel (sebelum era HP). C: Apa kabar .......... dstnya dialog saling ngomong. Tiba2,.......... D: Husst...... Husst..... Husst...... C: Ada apa tu.... seperti sedang memburu sesuatu...... D: Itu…….. ada ayam nakal, naik ke atas kulkas. Maklum waktu itu kulkas masih merupakan barang mewah. Si “D”, sekaligus ingin ngumumkan ke lawan bicara di tlpn, bahwa di rumahnya sudah punya kulkas. Dirinya tau bahwa si “C” belum punya kulkas. Bagi “C” ini pemicu diri untuk nabung atau ngredit kulkas. Ini kan berdampak positip. Kasus berikut: Tetangga tidak terima, lantas ngrumpi tentang tetangganya membanggakan anaknya barusan diterima kerja dg gaji Rp......... (tak masuk akalnya diluar standard pegawai baru masuk), naaah kalau sudah begini dampaknya kurang baik, membentangkan jalan orang berbuat dosa, yaitu ngrumpi. Keinginan kuat untuk berbangga, bukan saja milik orang awam, tetapi juga tak terkecuali para ustadz. Dalam ceramah misalnya berilustrasi, bagaimana dianya sebagai apa....……. (disuatu organisasi) cerita berceramah di....... ….. (tempat2 orang penting). Termasuk disebutkan kota2 di luar negeri pernah dianya berceramah. Begitulah secara kodrati sudah di tentukan Allah bahwa manusia bersifat suka berbangga: اعْلَمُوٓا أَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ ۢبَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْأَمْوٰلِ وَالْأَوْلٰدِ "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling BERBANGGA di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan,....... " (QS: 57 = Al-Hadid 20) Berbangga adalah laksana paket melekat kepada diri manusia, susahlah kita mengelak untuk tidak berbangga, namun kiranya berbangga itu dapat dikelola, diikuti niat tidak menyombongkan diri. Berbangga hanya sekedar agar orang lain maklum. Siapa tau lantaran informasi dari kita yang sepertinya, se- olah2 "membanggakan diri itu", sahabat handai orang lain dapat mengambil manfaat (minta tolong ..... sesuatu yang terkait dengan yang dibanggakan itu). Mungkin sebagai acuannya boleh kiranya kita simak ayat yang bergandengan dengan membanggakan diri yaitu didahului "sombong". إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri," (QS. 4 = An-Nisa' ayat 36) dan....... إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (QS. 31 = Luqman ayat 18). Sombong diikuti bangga diri, mengaku lebih baik, menyebabkan murka Allah kepada syaitan. قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ  ۖ قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِى مِنْ نَّارٍ وَخَلَقْتَهُۥ مِنْ طِينٍ "(Allah) berfirman, "Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?" (Iblis) menjawab, "Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."" (QS.7 = Al-A'raf ayat 12) قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصّٰغِرِينَ "(Allah) berfirman, "Maka, turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina."" (QS. 7 = Al-A'raf ayat 13).. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita, kalau berbangga bukan dengan maksud sombong. Dengan memilih konten yang dibanggakan, ada manfaatnya, misalnya orang lain; dengan hal yang kita banggakan itu dapat mengambil manfaat bila nanti mereka memerlukan. والله عالم بشواب .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 21 Jumadil Akhir 1443 H. 25 Januari 2022. (892.01.22).

Sunday 23 January 2022

MUSUH INSAN

Sepertinya hampir setiap mahluk hidup di bumi ini selain tercipta ber-pasang2an, juga diciptakan musuh masing2. Contoh Tikus dahulu musuhnya Kucing (walau agaknya kini mereka sdh "mulai berdamai"), karena kadang kita liat sekarang, Tikus lewat di depan kucing, si kucing diam saja. Si Tikus tetap jadi musuh manusia, merusak perabot dan sumber penyakit. Menyoal musuh manusia, selain binatang penganggu seperti Tikus, hama tanaman (buat petani), berbagai macam virus (buat manusia seluruh dunia) seperti virus Corona, terdapat 4 musuh terbesar manusia yaitu: 1. Diri sendiri. 2. Antar sesama. 3. Anak/istri 4. Syaitan. ad.1. Diri sendiri sbg musuh. Bahwa didiri ini tersimpan hawa nafsu, jika tak dapat dikendalikan, hawa nafsu akan menjadi musuh besar manusia yang dapat membawa ke jurang kehancuran di dunia dan akhirat. Contoh; korupsi karena hawa nafsu, ingin meraup harta dunia. Begitu juga berbagai kejahatan seksual dan bbrp jenis kriminal lainnya, penyebabnya adalah musuh diri sendiri berupa kalah terhadap hawa nafsu. ".....وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ............." ".......dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah........". (QS 38 = Saad ayat 26). Wasiat di ayat di atas memang ditujukan untuk nabi Daud dalam konteks memutus perkara, tetapi inti pokoknya buat manusia sampai kini, janganlah hawa nafsu membuat diri jadi salah mengambil langkah dalam memenuhi kebutuhan hidup, dalam berinteraksi di masyarakat. Bahwa didiri sendiri tertanam musuh abadi berupa hawa nafsu (jahat) sebagai penggoda diri berbuat maksiat. ad.2. Musuh antar sesama. Manusia dengan manusia, seyogianya hidup berdampingan secara damai akan tetapi sesuai dengan sinyalemen para Malaikat, ketika Allah berfirman akan menciptakan manusia Malaikat berkomentar di ayat 30 Al-Baqarah; أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ………………." “………….Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah”……………………….”, Terbukti memang akhirnya adam terusir dari surga dan Allahpun berfirman di Al-Baqarah ayat 36: بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ……….” “……..sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain,…...” Malaikat berkomentar bukan karena mereka mengetahui yang bakal terjadi, karena sesuatu yang bakal terjadi hanya Allah yang mengetahui. Rupanya para Malaikat sudah pernah menyanyaksikan kejadian manusia juga sebelum Adam nenek moyang kita. Hamka dalam tafsir Al-Azhar Jus I halaman 168 – 169 menulis, bahwa sebelum adam nenek moyang kita diciptakan Allah. Telah pernah diciptakan sebanyak 30 adam sebelumnya. Jadi Adam nenek moyang cikal bakal kita ini, adalah adam yang ke 31. Jarak antara satu Adam dengan Adam yang lain 1.000. tahun. Tiga puluh Adam 30.000 tahun. Selanjutnya diceritakan 50 ribu tahun lamanya bumi ini rusak binasa, kemudian ramai lagi 50 ribu tahun, barulah di ciptakan Allah Adam ke 31 asal muasal kita semua. Dengan demikian Malaikat sudah pernah menyaksikan bagaimana tabiat manusia yang lalu-lalu yang pernah tercipta 30 Adam sebelum Adam nenek moyang kita. Rupanya dapat kita buktikan sampai sekarang, urusan bermusuh-musuhan sampai bunuh-bunuhan bukan saja perilaku orang tua, mulai dari anak sekolah,…., tanpa sebab yang jelas berkelahi, disebut tawuran. Sampai antar kampung bakar-bakaran rumah, bunuh bunuhan hanya sebab sepele yang tidak materiil dan prinsip. Eeee anggota dewan yang terhormat, bukan saja dinegeri kita, dinegeri yang katanya sudah majupun mereka mempertotonkan adu mulut yang berlanjut dengan adu otot. Begitu dunia ini tiap waktu tiap tahun tak pernah sepi dari kerusuhan dan perperangan. Pernah terjadi perang dunia kesatu dan kedua. ad. 3. Musuh berupa anak dan istri. Di era digital, komikasi canggih dewasa ini kita semua sering disuguhi berita di TV dan Sosmed; Istri menghabisi suami, dengan teknik menggunakan jasa orang lain, akhirnya terbongkar, sampai ke meja hijau. Suami menganiaya istri sampai jiwa istri tidak tertolong. Anak membunuh ayah atau ibunya yang hanya kerena permintaannya tidak dikabulkan. Benarlah Firman Allah dlm surat At-Tghabun 14. “………...يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka………..” ad. 4. Syaitan sebagai musuh. Bigitu banyak peringatan Allah tentang Syaitan itu sebagai musuh ummat manusia, diantaranya 168 dan 208 Al-Baqarah, Al An Am 142, yusuf 5, ditulisan ini dikutip satu diantaranya Al isra’ 53,  إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. Tidak mengherankan syaitan lebih banyak berhasil memperdaya manusia sebagai wujud permusuhannya kepada manusia, karena si syaitan telah mendapatkan izin dari Allah, seperti dapat dicermati dari dialog Allah vs Syaitan diantaranya terdapat pada surat Al-A’raf ayat 13,14,15,16 dan 17 sbb: قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصّٰغِرِينَ "(Allah) berfirman, "Maka, turunlah kamu darinya (surga); karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya kamu termasuk makhluk yang hina."" قَالَ أَنْظِرْنِىٓ إِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُونَ "(Iblis) menjawab, "Berilah aku penangguhan waktu, sampai hari mereka dibangkitkan."" قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ "(Allah) berfirman, "Benar, kamu termasuk yang diberi penangguhan waktu."" قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرٰطَكَ الْمُسْتَقِيمَ "(Iblis) menjawab, "Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus," ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُمْ مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمٰنِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ  ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شٰكِرِينَ "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."" Dengan mengetahui bahwa apa/siapa sajakah musuh kita, semoga kitapun dapat mengambil sikap untuk menghadapi musuh2 itu sehingga tidak dikalahkan oleh musuh dengan mudah, sehingga kita sanggup meselesaikan tugas hidup ini dengan tidak terkalahkan oleh musuh2 tersebut dengan gampang. .سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 20 Jumadil Akhir 1443 H. 24 Januari 2022. (891.01.22).

Saturday 22 January 2022

MENYIKAPI GALAU

Bila pikiran sedang didera galau. Duduk-berdiri dirasakan risau. Makan-minum kadang tak hirau. Tingkah lakupun menjadi kacau. Galau terkena siapa saja. Wujud galau tidak terlihat. Tak peduli tua atau muda. Kondisi sakit maupun sehat. Galau dikalangan anak muda: Pelajar/Mahasiswa dg model kegalauannya sendiri. Boleh jadi berupa kesulitan menyelesaikan proses study. Kegalauan hubungan pribadi thdp teman, guru, atau dosen. Juga yg tengah PDKT, tak kurang juga pembuat galau. Biaya pendidikan yg bgt tinggi sementara sumbernya ngepres, juga pemantik galau. Galau pengusaha: Pengusahapun juga bisa galau. Misalnya a.l. Proyek dikejar waktu, Proyek yg lalu untungnya tipis, tender yg sdg diikuti tdk gol atau di dpt pengusaha lain. Mikirkan gaji pegawai. Pokoknya mikir kelangsungan hidup usaha kedepan kadang membuat galau. Pandemi covid juga pembuat galau, banyak pengusaha terpaksa melego asset nutup gaji pegawai, sementara produksi menurun. Pedagang, boleh jadi galau karena banyak pesaing, omzet tahun ini kok ndak seperti tahun lalu, apalagi dg adanya virus Corona, peraturan baru berdagang, teknologi berubah (on line) berdagang konvensional menjadi lesu dll. Aneka sebab membuat pedagang galau. Galau Manula: Sumber kegalauan kadang karena sdh mulai kena aneka "penyakit". Sumber kegalauan juga "kesepian", setelah anak2 berumah tangga sendiri. Apalagi bila pas nasib kurang baik ada diantara anak2 yg ndak pedulian kpd Ortunya. Harta bagi Manula: Hartapun sumber ke galauan juga, bila banyak, bingung ngurusnya, awak sdh kurang cekatan. Bila tak punya hartapun repot juga, ya kalau lekas berpulang,..........., kalau msh lama, galau mikirkan biaya di hari2 tua. Diantara anak2 peruntungannya kan tak sama. Ada yg rezeki luas ada pula yg sempit. Bagi manula inipun sumber kegalauan pikiran. Memikirkan anaknya rezekinya sempit. Pokoknya semua kelompok manusia berpeluang alami ke- GALAU-an. Kalau di pikir2 sdh MANULA ndak usah galau lagilah. Tapi selama hayat msh dikandung badan Galau masih setia menemani setiap insan karena memang sdh didesain Allah, sifat umum yg melekat di diri manusia adalah MENGELUH. Termasuklah mengeluh dlm ke-GALAU-an pikiran. اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh". (Q.S. Al-Ma'arij ayat 19) Namun, karena begitu besarnya kasih sayang Allah thdp manusia. Diturunkan-Nya GALAU, tetapi juga di turunkan-Nya teknik menyikapi GALAU dengan OBAT penangkal GALAU. Mari kita lihat OBAT penangkal GALAU yg diajarkan Allah melalui Al-Qur'an surat Ar-Ra'ad ayat 28. Selanjutnya kita terapi ke-GALAU-an di diri kita masing2. اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ; ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". Ini obat GALAU resep dari Allah pencipta manusia. Allah mengerti betul akan manusia ciptaanNya. Dg menggunakan obat berdzikir, Insya Allah ke-GALAU- an akan berakhir. اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ (Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram). Aamiin. Jika keGALAUan ke-diri mampir. Takkan mempan dibawa plesir. Obat mujarab GALAU berakhir. Kepada Allah hendaklah berzikir. Monggo dipraktekkan sikap meng- OBATI GALAU pikiran di diri. Semoga berhasil. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 19 Jumadil akhir 1442 H. 22 Januari 2022. (890.01.22).

Wednesday 19 January 2022

Bagaikan dikelilingi Cermin

Warga sebuah dusun di pinggir sungai, ketika itu shalat berjemaah hanya shalat maghrib saja dengan penerangan lampu Teplok, di langgar pak long Aji Redi (bukan nama sebenarnya). Peruntukkan Langgar pak long Aji Redi sebenarnya hanya buat keluarga sendiri dan tetangga, kecil sekali ukuran 3 x 6 meter berlokasi dempet dengan rumah beliau. Waktu itu listrik belum masuk dusun, penerangan jalan belum ada. Jalan dusun hanya tanah tak beraspal, bila musim hujan, becek. Itu mungkin alasan warga dusun itu tidak berjamaah isya dan subuh ke langgar pak long Aji Redi, karena malam gelap gulita dan kalau musim hujan licin. Shalat 5 waktu di langgar, diisi pak long Redi dengan 3 anaknya lelaki, 2 anaknya perempuan bersama ibunya anak2. Ketika itu anak pak long Aji Redi yang tertua 15 tahun. Warga dusun bila ikutan jamaah tak ada kesulitan masalah air wudhu, karena letak langgar dekat sungai, air sungai 70 tahun lalu itu belum tercemar seperti sekarang. Sungai juga merupakan jalur lalu lintas perekonomian dan sumber air minum. Sejak 20 tahunan lalu di dusun pak long Aji Redi, mulai ramai pendatang seiring dibukanya lahan hutan jadi perkebunan. Listrikpun mulai masuk dusun. 70 tahun lalu, warga dusun pak long Aji Redi, tiap hari Jum'at untuk shalat Jum'at. pagi2 sudah nyebrang pakai perahu menuju ke kampung seberang. Kini di dusun pak Haji Redi, sudah terbangun sebuah masjid besar di tanah wakaf pak Long Aji Redi sekitar 750 meteran dari kediaman pak long Aji Redi. Atas musyawarah penduduk dusun (yg kini sdh 77 KK pemeluk Islam), disepakati dibangun masjid, agar dapat menampung warga yang sudah mulai banyak, sekaligus buat shalat Jum’at. Masjidpun terbangun dapat menampung kurang lebih 300 jamaah, perlu dikelola oleh pengurus masjid. Terpilih ketua seorang anak muda pendatang baru bernama Akbar (bukan nama sebenarnya), sudah beranak 2 masih kecil2, dengan rekam jejak pernah mondok di sebuah pesantren, kini bekerja di perusahaan perkebunan. Sedangkan imam utama shalat jamaah di masjid tetap pak long Aji Redi, karena yang bersangkutan tetua dusun, guru ngaji dusun, sudah haji pula, torgolong banyak hafalan al-Qur’an-nya. Sedangkan Akbar sebagai ketua masjid dan dua orang lagi, juga bergilir disiapkan sebagai imam. Sebagai risiko menjadi ketua masjid, bila semula sebelum menjadi Ketua, belum jadi pusat perhatian dari 70 han KK penduduk dusun. Kini Akbar setelah jadi Ketua, segala tingkah lakunya seharian sudah jadi pantauan. Bagaimana Akbar berpakaian, bagaimana Akbar berjalan ke masjid ada saja warga yang nguntit apa dia sambil berdo'a, bagaimana dia ketika masuk masjid apakah dengan kaki kakan atau kaki kiri, apakah masuk pintu masjid dianya berdo'a. Begitu pula waktu keluar masjid, ada yang memantau pake kaki kiri atau kanan, masang sandal kaki yang mana dulu, apakah tangannya diangkat untuk berdo'a keluar masjid. Sekali waktu pak Ketua ke masjid jamaah ashar pakai baju kaos oblong, sudah jadi buah bibir jamaah, dikaitkan jamaah dengan surat Al-A’raf ayat 31: يٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ. "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, ……...." Begitu pula hampir setiap waktu2 shalat sepertinya si Ketua diinginkan harus terlihat oleh warga. Setelah jadi Ketua, jamaah juga mulai memperhatikan apakah Ketua mereka hadir di shalat subuh?. Ternyata jamaah tidak melihat Ketua masjid shalat berjamaah dikala subuh. Selama sebulanan jadi perbincangan beberapa jamaah, karena masjid satu satunya di dusun “Long Redi”, hanya masjid “Al-Musyawwir” itulah, jadi tak mungkin shalat ke masjid lain. Untuk menghilangkan prasangka, beberapa pemuda seizin ibu2 mereka (juga jamaah) untuk memantau pak Ketua ke kediamannya satu setengah jam-an sebelum waktu subuh, mencari tau apakah pak ketua shalat tahajud, atau membuat jamaah shalat dirumahnya bersama keluarga……. Sebelum jadi ketua hal ini belum jadi perhatian. Sempat lebih sepekan pemuda2 bergiliran memantau kediaman pak Ketua sebelum subuh, ternyata disimpulkan yang bersangkutan tidak shalat tahajud, bahkan setelah adzan subuhpun pak Ketua tak nampak keluar rumah menuju masjid. Rupanya selama ini sudah jadi kebiasaan sang Ketua bangunnya kesiangan, jadi shalat subuh berjamaah bukan kebiasaan beliau, sampai sudah jadi ketua masjidpun tak dapat diubah, ada pepatah “kalah bisa karena biasa”. Meskipun bila di kesempatan sesekali jadi imam shalat maghrib atau isya, do'a nya panjang2. Berita tentang pak Ketua selalu kesiangan dan tak berjamaah subuh di masjid ini, dari mulut ke mulut tersiar. Beberapa jamaah, bila sang Ketua sesekali jadi imam dzuhur, ashar, maghrib atau isya banyak orang yang tua2 mufaraqah. Dalil yang mereka gunakan mufaraqah adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang “orang munafik”, salah satu tanda munafik “berat melaksanakan shalat subuh”. Makanya sebagian jamaah yang tua2 ogah menjadi makmum sang Ketua yang tidak shalat subuh itu, atas dasar hadits berikut: إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا “Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari no. 657 dan Muslim no. 651) Inilah konsekwensinya bila telah jadi seorang Ketua, “BAGAIKAN BERDIRI DIKELILINGI CERMIN”, dari semua arah terlihat: dari depan; tampak muka dan seluruh penampang tubuh bagian depan sampai ke jari kaki. Dari belakang; nampak kepala bagian belakang serta punggung sampai ke tumit, dari samping kiri-kanan, bahkan dari atas dan dari bawah, dari ujung rambut sampai ujung kaki dipantau, dilihat oleh masyarakat. Demikian, alur cerita seorang Ketua sebuah masjid baru di suatu dusun, mudah-mudahan dapat jadi acuan ketika mengangkat Ketua suatu masjid. Hendaklah mengangkat Ketua suatu masjid, paling kurang yang bersangkutan Hati nya terpaut ke masjid dalam artian shalat berjamaah ke masjid setiap waktu sepanjang tidak berhalangan. Walaupun mungkin yang bersangkutan bukan seorang ahli dalam bidang agama (bilamana tidak ada), yang penting punya kemampuan managerial (memimpin). Ketua masjid sebagai pemimpin yang sukses adalah yang sanggup memberikan tauladan dan mampu mensinergikan potensi2 yang ada dilingkungan dia menjadi ketua masjid serta anggota2 pengurus lainnya. Salah satu yang paling penting adalah perilaku, sebab sebagai ketua dinilai oleh jamaah perilakunya secara keseluruhan. والله عالم بشواب إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْأَاخِرِ وَأَقَامَ الصَّلٰوةَ وَءَاتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ  ۖ فَعَسٰىٓ أُولٰٓئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. 9 At-Taubah ayat 18). Semoga kita, hati dan phisik kita digerakkan dan dikuatkan Allah menjadi hamba-Nya yang memakmurkan masjid, sebagaimana dimaksud ayat di atas. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 16 Jumadil Akhir 1443 H. 20 Januari 2022. (889.01.22).

Tuesday 18 January 2022

PEMBANGKANG

Di tulisanku nomor 887 sebelum yang sekarang ini , berjudul "Pembantah". Mirif dengan judul yang sekarang "Pembangkang". Benang merah pembeda kedua terminologi ini: Pembantah merupakan sifat manusia menolak sesuatu, dengan ucapan, membela diri, membenarkan diri meskipun udah jelas salah. Pembangkang adalah sifat manusia, kadang tdk diutarakan dg kata seperti halnya " Membantah", tapi langsung tidak melaksanakan sesuatu yg harus dikerjakan/dilaksanakan tetapi dianya tidak berkenan. Boleh dikata "membangkang" adlh "membantah diam2 secara sengaja" Pembangkangan dpt berupa: 1. Pembangkangan thdp ketentuan yg ditetapkan manusia. 2. Pembangkangan thdp ketentuan agama. Keterbatasan ruang, titik berat atikel ini dibatasi pada pembangkangan thdp ketentuan agama yg dpt dibagi 2 (dua), yaitu pembangkangan thdp perintah dan pembangkangan thdp larangan. Tidak kurang dari 100 perintah dan larangan Allah yg dimuat dalam Al-Qur'an. Artikel ini tdk bermaksud mengurai 100 perintah dan larangan Allah tsb, tetapi mencoba melihat hakikat perintah dan larangan itu, yakni agar manusia menjadi hamba Allah yg taqwa. Hamba Allah yang berhasil secara maksimal meninggalkan semua larangan Allah, secara maksimal pula menjalankankan perintah Allah, mereka itulah terkelompok hamba Allah yg "mendekati taqwa". يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوٓا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجٰهِدُوا فِى سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung." (QS. 5 Al-Ma'idah ayat 35). Diistilahkan "mendekati taqwa", karena hampir dipastikan, tidak ada manusia selain nabi dan rasul yg secara total telah berhasil menjauhi semua larangan Allah, tidak seorang manusiapun selain nabi dan rasul yg dpt melaksanakan seluruh perintah Allah. Oleh karena itulah setiap Jum'at khatib wajib mengajak jamaah meningkatkan "taqwa", sebab taqwa masing2 jamaah termasuk khatib belumlah sempurna. Dengan setiap hari, se-kurang2nya saban Jum'at dpt refreshing ajakan untuk taqwa dlm artian tidak "MEMBANGKANG", thdp perintah dan larangan Allah, insya Allah setiap diri akan ber-angsur2 menuju pendekatan diri kepada Allah menuju taqwa. Bila telah diusahakan optimal, dimiliki semampunya maka janji Allah bagi orang2 yg taqwa akan memperoleh 8 reward (anugerah) yg disediakan Allah; 4 di dunia dan 4 di akhirat. Di dunia: 1. Anugerah Jalan keluar. Setiap manusia sering dihadapkan ke berbagai masalah dalam kehidupan ini, yang kadang-kadang sepertinya sudah tidak sanggup untuk mengatasinya. Tidak ada orang yang dapat membantu meskipun hanya sekedar dimintai nasihat, atau pendapat. Pada saat sudah sampai ke jalan buntu itu, orang yang taqwa oleh Allah akan diberikan jalan keluar, ada saja suatu kondisi yang terjadi yang merupakan jalan keluar. seperti dikemukakan Allah dalam (surat 65; At-Talaq ayat 2) وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya," 2. Anugerah berupa rezeki yang tak disangka-sangka. Terutama buat sebagian besar orang yang hidupnya pas-pasan. Rezeki yang diterima bulanan boleh dikata telah ada takarannya. Gaji sekian, uang lembur sekian dan kalau SPD rata-rata sekian. Dari pemasukan yang teratur dan terukur itu, telah dianggarkan untuk sederet keperluan dan Alhamdulilah pas-pasan. Jika tiba-tiba ada keperluan mendadak, misalnya ada anggota keluarga yang sakit. Atau ketika keperluan masuknya anak sekolah yang begitu besar memerlukan dana. Pemasukan dan tabungan serba sedikit sudah tidak lagi meng-cover (menutupi keperluan). Insya Allah janji Allah kepada orang yang taqwa akan dipenuhi oleh Allah, ada saja rezeki yang tidak terduga-duga datang, untuk memenuhi keperluan tersebut. seperti dijanjikan Allah pada: وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ "Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (At-Talaq ayat 3) 3. Anugerah dicukupkan keperluan. Hidup di dunia ini, atas kehendak Allah, tidak seorangpun diantara kita yang mengajukan permohonan untuk hidup di dunia ini. Sesungguhnya Allah telah siapkan semua keperluan kita sebelum kita dilahirkan. Sebagai bukti konkrit, bahwa sesaat setelah kita dilahirkan ibu, langsung air susu ibu tersedia untuk makanan awal si bayi. Sebelum kita lahir air susu ibu belum siap. Bila setiap individu menyadari ini, bertawakal dan bertaqwa, Allah akan mencukupkan setiap keperluannya dalam menjalani kehidupan ini. Hanya saja banyak diantara kita, anugerah pemberian Allah senantiasa dianggap tidak cukup tetap saja tidak puas. Referensi jaminan Allah tersebut dapat kita baca pada ayat 3 surat At-Talaq وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya". 4. Anugerah dimudahkan segala urusan. Manusia sebagai mahluk sosial, berinteraksi sesama disebut masyarakat. Untuk mengelola kehidupan bermasyarakat itu tersusun berbagai aturan dan ketentuan. Sudah wajar bahwa dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tersebut, banyak persoalan dan urusan yang harus diselesaikan, repotnya dalam berhubungan dengan manusia, kadang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain, sesuatu yang seharusnya mudah saja, tapi kadang banyak orang untuk menyelesaikannya demikian berliku-liku. Apalagi di negeri tercinta ini kadang banyak prosedur yang sering tak masuk logika, seharusnya mudah menjadi sulit. Banyak orang bersemboyan, kalau dapat dipersulit mengapa dipermudah. Insya Allah bagi orang yang taqwa janji Allah وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مِنْ أَمْرِهِۦ يُسْرًا "Dan barang -siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". (At-Talaq ayat 4) Selanjutnya orang Taqwa akan mendapatkan reward buat nanti ketika di akhirat yaitu: 1. Penghapusan kesalahan-kesalahannya dan dilipat gandakan pahala. Tidak seorang manusiapun yang luput dari perbuatan dosa, apakah kecil atau besar, apakah sengaja, maupun tidak sengaja. Oleh karena itu bila tidak dihapuskan Allah segala dosa, maka kita akan menghadap kepada Allah kelak dalam lumuran dosa. Sementara itu pahala dari kebaikan kita, kalaulah hanya apa adanya, niscaya tak akan sanggup mengimbangi dosa kita. Orang yang taqwa oleh Allah pahalanya dilipat gandakan, dengan demikian diharapkan akan imbang dan dapat meng cover dosa-dosa yang dilakukan. Hal ini terungkap pada ayat ke 5 surat At-Talaq: وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِۦ وَيُعْظِمْ لَهُۥٓ أَجْرًا "dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya". 2. Kembali kepada Allah dengan hati yang puas, lagi diridhai Allah. Tidak ada satu agamapun yang memungkiri bahwa setiap orang hidup pasti akan mati, keyakinan ini termasuk bagi orang yang tidak beragama sekalipun. Tiap hidup pasti akan mati, menurut terminology agama (Islam), mati, kembali kepada Allah. Orang yang taqwa akan kembali kepada Allah dengan hati yang ikhlas, puas karena merasa telah cukup banyak membawa bekal dan telah dengan pasrah berserah diri kepada Allah. Orang yang demikian ini ketika kembali kepada Allah, diterima Allah dengan penuh keridhaan. Isyarat tentang hal itu dapat kita simak di ayat 28 surat Al Fajar: ارْجِعِىٓ إِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً "Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya." 3. Dikelompokkan Allah dalam jamaah sebagai hamba-hamba Allah. Bagi orang beriman dan bertaqwa, tidak ada kebahagian yang puncak, selain diakui oleh Allah sebagai hamba-Nya. Seperti halnya nabi Muhammad diakui oleh Allah sebagai hamba-Nya terungkap di awal surat Al-Isra “Mahasuci Allah telah menjalankan hamba-Nya”. Orang yang bertaqwa disejajarkan, terkelompok dalam jamaah “hamba Allah”, seperti terungkap di ayat 29 dari surat Al-Fajar فَادْخُلِى فِى عِبٰدِى "Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku," 4. Masuk ke dalam surga. Tujuan/dambaan setiap orang yang beriman adalah masuk ke dalam surga. Surga dijanjikan kepada orang taqwa, ditegaskan oleh Allah dalam ayat 30 dari surat Al-Fajar. وَادْخُلِى جَنَّتِى "dan masuklah ke dalam surga-Ku." Semoga semua pembaca, dan kaum muslimin dan muslimat yg tdk sempat membaca artikel ini, terbebas dari sifat "Membangkang", thdp ketentuan Allah. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 14 Jumadil Akhir 1443 H. 18 Januari 2022. (888.01.22).

Saturday 15 January 2022

PEMBANTAH

Salah satu sifat melekat pada diri manusia ialah "Pembantah". Dengan sifat pembantah, manusia tidak begitu saja mau menerima suatu keadaan. Dorongan sifat membantah, membuat manusia mencari jalan keluar dari masalah. Dalam pada itu sifat pembantah kadang orang membenarkan sesuatu yg salah. "Membenarkan yg biasa bukan membiasakan yang benar". Lokasi perbantahan: 1. Pembatahan dlm lingkungan keluarga. 2. Pembantahan di lingkungan penduduk sedaerah. 3. Pembantahan sbg rakyat suatu negara. 4. Pembatahan thdp ketentuan agama. Diruang terbatas ini hanya dimuat tentang pembantahan dlm lingkungan keluarga, yg sangat mungkin terjadi: 1. Berbantah suami-istri. Banyak kasus terjadi ber-bantah2 pasangan suami-istri dikarenakan berbagai sebab. Dapat disebabkan faktor ekonomi, faktor pihak ketiga. Kadang berujung sampai berpisah. Tak jarang juga bertahan sampai salah satu berpulang ke rahmatullah, jika salah satu pihak sedia mengalah. 2. Berbantah antar saudara. Lazim terjadi, karena manusia tercipta beda pendapat. Setelah masing2 berkeluarga, bukan mustahil perbantahan disebabkan faktor pihak ketiga. Perbantahan juga terkadang lantaran faktor warisan. 3. Berbantah antara anak dan ortu. Anak seringkali dari kecil sdh berbakat membantah ortunya, mulai dari ndak doyan makan ogah mandi, tak mau berhenti bermain dlsbnya. Ketika sdh dewasa juga tak jarang perbantahan ketika mereka milih pasangan hidup, milih bidang pendidikan dan banyak lagi...... Namun sbg ortu tidak boleh berlepas diri dari perbantahan dg anaknya. Setidaknya didiskusikan dg memberikan pandangan2 guna kebahagiaan anak2 kedepan. Apalagi masalah akidah dan ibadah hrs tetap jadi perhatian ortu thdp anak2 mereka, jangan sampai perbantahan itu ortu mengalah lalu menyerahkan terserah kpd mereka. Hrs diingat ortu dipesankan khusus oleh Allah. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. 66 = At-Tahrim ayat 6). Rasulullah memberi contoh dlm konteks perbantahan dg anak, walau sdh menikah seperti dicontohkan; Rasulullah masih mengontrol anaknya yg sdh menikah. Suatu pagi hari Rasulullah berkunjung ke rumah anaknya Fatimah, di dalam kunjungan itu beliau bertanya “apakah kamu tidak menunaikan shalat malam” pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali bin Abithalib, menantu beliau. “wahai Rasulullah sesungguhnya kami berada di bawah kuasa Allah. Jika Allah berkehendak agar kami bangun, tentu Dia akan membangunkan kami”. Mendengar jawaban itu, Rasulullah s.a.w. terus pergi. Kemudian beliau menepuk pahanya, seraya membaca firman Allah “Wa kanal insanu aktsara syai-in jadala = dan memang manusia itu adalah mahluk yang banyak membantah.” (Q.s, Al Kahfi 54). وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا "Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah." Hadits ini dirawayatkan Ali bin Abi Thalib r.a. HR. Muttafaq ‘Alaih halaman 380 hadits no.425. Peristiwa tersebut kita yakin terjadi bukan kebetulan, tentu atas kehendak Allah untuk menjadikan teladan buat kita dikemudian hari hingga saat ini. Dari peristiwa tsb. dpt dipetik sikap yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. a.l.: Orang tua, haruslah tetap melakukan: Pertama; pemantauan terhadap kehidupan rumah tangga anaknya terutama dalam hal beribadah; walau sdh menikah. Kedua; memberikan pelajaran kepada kita bahwa harus diberikan pengertian kepada anak bahwa sebagai anak walau sudah menikah, dimana sudah dewasa, namun orang tua masih berwenang untuk mengontrol. Walau terjadi anak/mantu MEMBANTAH. Ketiga; ketika berbantah dg merekapun tetap melibatkan Allah dg mengutip dalil (dlm hal ini Rasulullah mengutip Al-Kahfi 54). Keempat; Rasulullah marah milih meninggalkan lokasi tempat marah, melampiaskan kemarahan bukan ke orang lain tapi ke diri sendiri (memukul paha bliau). Kelima; Rasulullah tdk setuju kita menyerah kpd takdir (contoh Ali katakan terbangunnya tergantung Allah). Kita dewasa ini untuk bangun dpt dibantu alarm. Keenam; shalat tahajud dmkn penting, sampai Rasulullah mengontrol anak mantunya. Mudah-mudahan peringatan Allah bahwa sbg manusia kita punya sifat SUKA MEMBANTAH yg tlh dinukil di atas dpt kita cermati dan sikapi sehingga kita dpt mendidik anak cucu keturunan kita sehingga smg anak keturunan kita tidak menjadikan kita lalai mengingat Allah (Al-Munafiqun ayat 9). يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلٰدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ  ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 11 Jumadil Akhir 1443 H. 15 Januari 2022. (887.01.22).

Thursday 13 January 2022

TER-GESA-GESA

Melanjutkan tulisanku tentang sifat2 umum manusia yg diberitahukan oleh pencipta manusia. Salah satu sifat itu ialah tergesa-gesa. Per definisi ter-gesa2 adalah: lekas-lekas; tergopoh-gopoh; terburu-buru; Ketergesa-gesaan dalam kehidupan ini meliputi: 1. Belajar ter-gesa2 ingin lekas selesai. 2. Berusaha ter-gesa2 ingin cepat kaya. 3. Berkarier ter-gesa2 ingin melejit. 4. Berdo'a ter-gesa2 ingin lekas terkabul. Ad.1. Belajar ter-gesa2 selesai. Kalau boleh, belajar beberapa bulan saja udah ingin tamat alias khatam, lalu meraih sertifikat, mending kalau benar2 sudah pandai. Kadang yang dipentingkan packing bukan content (pembungkus, bukan isi), yang penting dapat sertifikat tak peduli ilmu yang dituntut terserap diri atau tidak. Maka banyak terjadi penyandang sederet gelar tapi tidak aplikatif. Memang keter-gesa2 an ini ada juga nilai positipnya. Membuat manusia menemukan gagasan2 baru. Contoh; dulu belajar membaca al-Qur'an huruf demi huruf, halaman demi halaman. Sekarang membaca al-Qur'an dg methode iqra'. Dulu seangkatanku di kampung, kelas 3 SR membaca masih ter-bata2. Berkat keter-gesa2an manusia, kini angkatan anak2 dan cucu2 ku sebelum masuk SD sdh lancar membaca. Para pendidik menemukan methode mempercepat pandai membaca, melalui alat2 peraga. Ad. 2. Berusaha, ter-gesa2 ingin kaya. Kadang karena ingin instan, ter-gesa2 ingin meraih untung besar dengan kerja minimal, tak jarang terperangkap investasi bodong. Bertransaksi tidak jujur (menurunkan kualitas, mengurangi kuantitas) tak jarang terjadi berbisnis ilegal. Kadang mengesampingkan norma sosial, agama. Banyak juga pengusaha demi ingin cepat kaya, memeras tenaga orang lain termasuk dirinya sendiri. Tenaga orang dihargai tak sepadan, tidak diperhatikan hak2 dasar mereka. Diri-nya-pun demi ter-gesa2 ingin kaya, bekerja tidak kenal waktu. Ad.3. Berkarier ingin segera melejit. Tak jarang guna memuluskan karier ditempuh cara tak wajar, perbuatan berbau syirikpun dilakukan. Tak pantang menyikut kawan seiring. Ikut dalam transaksi jual beli jabatan, dihiasi suap menyuap. Ad.4. Do'a ter-gesa2 ingin dikabulkan. Begitu ter-gesa2 nya manusia, kadang begitu tak tahan dengan ujian berupa kondisi tertentu, ter-gesa2 berdo'a untuk kejahatan. Contoh; kasus seseorang tak tahan menderita sakit lantas berdo’a; minta kesembuhan, bernazar bila sembuh bersedia dengan syarat (…….. sesuatu yang tidak baik). وَيَدْعُ الْإِنْسٰنُ بِالشَّرِّ دُعَآءَهُۥ بِالْخَيْرِ  ۖ وَكَانَ الْإِنْسٰنُ عَجُولًا "Dan manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) dia berdoa untuk kebaikan. Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa." (QS. 17 = Al-Isra' ayat 11). Keter-gesa2an juga bahwa manusia tiap berd'oa inginnya segera tekabul. Padahal Allah lah yang menetapkan terkabul tidaknya do’a dengan pertimbangan: 1. Sesuatu yang diminta tsb bernilai kebaikan untuk kehidupan dunia dan akhirat ybs. 2. Do’a tersebut dikabulkan nanti di akhirat. 3. Do’a tersebut tidak dikabulkan justru agar ybs terhindar dari kejelekan. Dalam sebuah hadits disebutkan, « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ » “Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal. ”Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad, dari Abu Sa’id; derajat hasan). Ter-gesa2, merupakan salah satu dari sederet kelemahan sifat manusia. Sifat ini rupanya memang telah dilekatkan Allah di diri manusia. خُلِقَ الْإِنْسٰنُ مِنْ عَجَلٍ  ۚ سَأُورِيكُمْ ءَايٰتِى فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ "Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya." (QS. 21 = Al-Anbiya ayat 37). Semoga kita diberikan petunjuk oleh Allah dalam mengelola sifat keter-gesa2 an kita sehingga justru mendatangkan kebaikan. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 9 Jumadil Akhir 1443 H. 13 Januari 2022. (886.01.22).

Sunday 9 January 2022

MENYIKAPI RISIKO

Manusia normal pasti takut terhadap risiko. Naluri manusia sadar maupun tidak sadar tetap berupaya menghindari risiko. Kendati semua orang paham bahwa ada risiko yang tidak dapat dihindari (seperti mati) semua orang pasti akan mati. Selanjutnya risiko yang ditakutkan oleh manusia umumnya yaitu: 1. Risiko Murni/fundamental. Adalah risiko yang tidak disengaja, misalnya kebakaran, pencurian, penggelapan, bencana alam. Untuk menghindari risiko ini manusia secara naluri berusaha melakukan pengamanan sebelum risiko itu datang. Dengan berhati-hati, waspada dan melakukan persiapan penanggulangan bila risiko itu datang juga. Ada risiko fundamental ini yang dapat dialihkan kepada pihak lain misalnya Kebakaran, Bencana Alam dengan menutup asuransi. Bila risiko itu terjadi jika sesuai syarat dan kondisinya, risiko tersebut akan diambil alih seluruhnya atau sebagian oleh pihak auransi. Bagi orang yang beriman risiko fundamental ini selain dengan berikhtiar, waspada dan boleh jadi juga dengan menutup asuransi, tetapi tetap dilengkapi dengan do’a menyerahkan segala sesuatunya kapada Allah sebagai penguasa alam semesta. Dengan mengimani bahwa tidak terjadi bencana apapun tanpa ijin Allah. مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ  وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (At-Taghabun 11) Semua yang terjadi adalah sudah ditentukan oleh Allah: مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (Al-Hadid 22) 2. Risiko statis. Risiko yang tidak ada hubungan dengan perkembangan ekonomi dan IPTEK misalnya: Risiko hari tua Risiko Kematian. Risiko hari tua membuat manusia menyiapkan diri dengan menghimpun harta, selagi muda atau bekerja disuatu institusi yang memberikan jaminan masa tua. Tidak sama keberuntungan setiap orang menerima risiko hari tua ini. Yang sama adalah masing-masing berupaya menyiapkan diri. Ada orang yang bernasib baik, harta dihimpunnya di masa muda dapat dinikmati di masa tua sampai akhirnya ia meninggal. Sementara anak keturunannya berbakti kepada orang tuanya. Dalam pada itu ada orang yang kurang beruntung, tak berhasil menghimpun harta di masa muda untuk masa tua dan jikapun punya anak keturunan kurang dapat pula berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Untuk menghadapi risiko hari tua dan hari sesudah mati itulah Allah mengingatkan buat orang beriman dalam surat Al-Hashr ayat 18: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Hari esok adalah hari sesudah hari ini terdiri atas: a. Hari esok di dunia, untuk diri dan untuk anak dan keturunan kita. وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 9) Dalam kaitan itu kita didik anak2 keturunan kita agar beriman yang kuat, karena kekhawatiran yang paling harus diperhatikan adalah kekhawatiran anak cucu kita kelak lemah dalam beriman. Jikalau anak2 kita lemah dari iman, biarpun mereka kaya berkecukupan ada harapan kekhawatiran kita akan risiko masa tua seperti disebut di atas, anak tidak berbakti, ujung2nya bukan mustahil masa tua awak berakhir di panti jompo. Dalam hal anak2 keturunan yang kuat iman-nya tarohlah mereka hidup pas2an mereka tetap yakin merawat ORTU adalah jalan menuju surga, insya Allah masa tua kita tidak di campang perenangkan. b. Hari esok, yang teramat penting adalah hari esok sesudah kehidupan dunia ini y.i. ketika kematian maka akan menghadapi risiko di alam akhirat. Persiapan hari esok, menghadapi isiko untuk akhirat itu adalah dengan mempersiapkan bekal sebaik-baiknya dan se banyak2nya untuk kehidupan akhirat dengan melaksanakan seruan Allah berikut ini: وَابْتَغِ فِيمَآ ءَاتٰىكَ اللَّهُ الدَّارَ الْأَاخِرَةَ  ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا  ۖ وَأَحْسِنْ كَمَآ أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ  ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْأَرْضِ  ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (Al-Qasas ayat 77 ) 1. Kejar akhirat 2. Jangan lupakan dunia. 3. Berbuat baik. 4. Jangan membuat kerusakan dimuka bumi. Risiko mati itu pasti terjadi, semoga sisa usia ini dapat mempersiapkan se-baik2nya, se-banyak2-nya bekal untuk kehidupan sesudah mati tersebut dengan amal ibadah yang maksimal. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Jumadil Akhir 1443 H. 10 Januari 2022. (885.01.22).

Saturday 8 January 2022

KONSUMTIF

Saya kurang tau di daerah lain, di kampungku dulu, angkatan Ortuku belum banyak yg mementingkan mencatat tgl kelahiran anak. Kelahiran sering ditandai oleh tanaman, atau suatu peristiwa. Misalnya Almarhum nenekku ketika memperkirakan usia dirinya beliau bilang "waktu *lampung pecah*, Nenek sdh mampu membawa air dari sungai ke rumah, dua kerebug** satu di kiri satu lagi di kanan". keterangan: * lampung pecah = meletusnya Gunung Krakatau. ** kerebug = tempat air yg dibuat dari batok kelapa yg dilobangi untuk tempat tangan menjinjingnya. Oleh karena itu sejaman dengan ku masuk SR pun agak sulit nentukan umur. Sedangkan ketika itu disyaratkan masuk SR rata-rata harus udh umur 6 thn lebih bahkan 7 th. Langkah sekolah ngetes umur dg di tes phisik. Waktu mendaftar si anak hrs sdh dpt memegang kuping kiri dengan tangan kanan, memegang kuping kanan dg tangan kiri melalui tengah kepala. Ketika itu kebanyakan murid SR (sekolah rakyat) baru lancar membaca di kelas 3, mungkin lantaran blm ada PAUD dan TK. Buku bacaan kami murid SR, kami mengenalnya buku "SI DIDI". Di antara redaksi buku bacaan itu yang masih ku ingat: * Ini si Didi ....... * Si Didi duduk....... * Itu bapak si Didi ...... * Bapak si Didi pulang dari pasar .....(dilengkapi gambar si bapak pake kopiah naik sepeda) * Ia membeli pisang ........(di stang sepeda dlm gambar tergantung sesisir pisang). Apakah ini asal muasal kenapa generasi ku kebanyakan berpola KONSUMTIF, suka "membeli" ketimbang "menjual", atau memproduksi (nanam sendiri). Karena dicontohkan oleh bapak si Didi "membeli pisang". Jadi segala produk baik pertanian, industri semuanya lebih baik membeli dari pada memproduksi sendiri. Memang ada sih contoh perilaku "niaga" y.i. cerita di serial bacaan SR waktu itu, kisah Anak Mak Serinam". Terkesan bahwa pekerjaan berniaga itu sulit, banyak masalah, banyak kendala, banyak rintangan. Samar samar dlm ingatanku ceritanya begini: Mak Serinam punya seorang anak lelaki usia belasan tahun. Mak Serinam nyuruh anaknya pergi ke pasar di kota untuk menjual dua ekor ayam jago. Dikisahkan bahwa si anak tergolong dungu. Lantaran tau keterbatasan anaknya; mak Serinam mengarahkan anaknya dg serangkaian dialog. Bila nanti ketemu orang atau calon pembeli di kota nanti. Kalau nanti ada yg nanya "kau anak siapa". Jawabnya "anak mak Serinam". Selanjutnya bila orang bertanya "apa yang engkau bawa" jawablah "dua ekor ayam" Jika ditanya "berapa harga ayam itu" jawablah "tiga ringgit seekor ndak boleh kurang". Singkat kisah dengan pakaian serapi mungkin (dlm gambar nampak berkopiah). Putra mak Serinam pun menuju kota, dengan mencangking 2 ekor ayam 1 di kiri dan 1 di kanan dlm anyaman daun kelapa pas untuk ayam mendekam. Eeee di perjalanan hampir masuk kota dia ketemu 2 orang Opas agaknya sdg patroli jalan kaki. Apakah mungkin terlihat canggung dan agak asing, Opas menghentikan langkah anak mak Serinam. Opas bertanya "hei anak muda kamu mau kemana" langsung di jawab "anak mak Serinam". Opas ngulangi pertanyaan mengira tanyanya pertama kurang jelas dijawab "dua ekor ayam". Kini giliran Opas yg satunya nanya kamu akan kemana dijawab "3 ringgit seekor ndak boleh kurang". Kedua Opas bingung sebab diulangi bertanya jawabnya tetap ngulang: "anak mak Serinam", "dua ekor ayam", "3 ringgit seekor ndak boleh kurang".sambil berpandang-pandangan kedua Opas memutuskan untuk mengamankan anak mak Serinam ke Pos Opas. Cerita ini memberikan kesan potret seorang remaja desa digambarkan dungu. Padahal dlm kenyataannya remaja desa itu potensial, cerdas, hanya saja seangkatanku banyak yg tdk memiliki kesempatan dan fasilitas shg banyak terhenti hanya tamat SR. Kesan kedua; anak usia bawah 10 th diberikan bacaan yg menggambarkan bahwa membawa produk asli desa ke kota itu tidak gampang. Selain itu cerita ini memasukkan pemahaman bahwa berjualan itu tidak mudah. Berwirausaha itu tidak gampang. Tidak semudah membeli. Itu sebabnya barangkali kebanyakan rekan seangkatanku yg lanjut sekolah di atas SR memilih bidang mencari nafkah bukan wirausaha tetapi banyak yg jadi pegawai, buruh. Dari kisah "Bapak si Didi" dan "anak mak Serinam" ini setidaknya dpt di petik dua hal: Pola pikir membeli sdh diajarkan sejak dini Menjadi penjual atau berwirausaha adalah sulit. Bacaan cukup mewarnai pola perilaku, apalagi anak seusia dibawah 10 tahunan. Apakah ini yg menjadikan "kebanyakan" dalam tanda petik, angkatan usiaku dulu, memilih berkarir jadi pegawai institusi resmi atau pemerintah, jarang yg merintis usaha mandiri. والله عالم بشواب M. Syarif Arbi. Jakarta, 4 Jumadil Akhir 1443 H. 8 Januari 2022. (884.01.22).

Monday 3 January 2022

MANUSIA diciptakan LEMAH.

Banyak produk menyertakan manual pada kemasannya atau langsung nempel di produk itu sendiri. Misalnya tentang aturan penggunaannya, larangan tidak boleh terkena........, simpan ditempat yang........., tidak boleh di ........ dstnya. Dmkn juga produk obat dan makanan terdapat aturan pakai dan formula produk tsb. Manual ini dibuat terkait dengan sifat2 bawaan dari bahan2 suatu produk masing2. Manusia sbg produk dari Allah juga oleh Allah diinformasikan kepada diri manusia sederet spesifikasi, sebagai formula untuk merawat diri dlm menjalani hidup ini. Spesifikasi tersebut selain telah dijelaskan dari unsur2 apa diciptakan, untuk apa diciptakan, juga dilengkapi pemberitahuan sifat2 dasar dari "produk yg namanya manusia" itu, terdiri dari sifat kekurangan dan kelebihannya. Kekurangan manusia antara lain bersifat: 1. Lemah. 2. Tergesa-gesa. 3. Pembantah. 4. Pembangkang. 5. Membanggakan diri. 6. Tamak. 7. Tidak Adil. dan seterusnya. Selain kekurangan2 tsb juga manusia terbangun dengan sifat2 yg mulia diantaranya: 1. Rasa kemanusiaan. 2. Tenggang rasa. 3. Mampu menempatkan diri. 4. Sanggup menimbang buruk dan baik. 5. Kemampuan belajar dari pengalaman. 6. Dibekali memori untuk mengingat. 7. Kemampuan beradaptasi dg lingkungan. dan seterusnya. Diruang tulis terbatas ini, kali ini hanya dibahas "Manusia diciptakan lemah" Informasi itu terdapat di An Nisa 28 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah." Kelemahan2 itu terkelompok: 1. Lemah mengingat. a. Bagi anak2. Anak yg baru pandai bicara dan mengingat, peristiwa2 yg terjadi ketika ybs masih kecil, stlh dianya remaja banyak yg sdh tidak teringatnya lagi. Contoh cucu kami ketika masih kecil tinggal serumah dg kami sampai pandai bicara, berjalan bahkan berlari-lari. Tak lama kmdn pindah tempat tinggal ikut ortunya dikota lain, 1 tahun berikutnya kunjung kerumah datuk-nenek, si bocah tidak langsung mau lagi digendong nenek atau datuknya, karena sdh lupa. Cucuku ketika umur 4 th an, diberitahukan bahwa sampai umur satu setengah tahunan, dianya tinggal bersama Datuk-Nenek. Dia ndak percaya, minta bukti foto. Bagusnya ada foto dia digendong Neneknya pakai selendang kain batik panjang, berikut foto dia lagi berdiri di atas tempat tidur bayi posisi di salah satu kamar di rumah Datuk-Nenek. b. Bagi lansia. Banyak contoh lemah mengingat bagi lansia, sampai2 nama orang yg pernah ia kenal, suatu ketika ketemu sdh susah nyebut namanya karena tdk lagi mengingatnya. Tidak sedikit lansia masuk di kondisi pikun, ketika keluar rumah, lupa jalan pulang. Naah lemahnya daya ingat ini, wajarlah "janji kita di alam ruh" kepada Allah, kini kita tidak sanggup mengingatnya lagi. Bahwasanya sebelum RUH ditiupkan ke janin calon bayi di kandungan ibu; manusia tlh berjanji "bertuhan hanya kepada Allah". seperti diabadikan dlm surat 7 = Al-A'raf ayat 172: وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَـٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَـٰذَا غَـٰفِلِينَ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", 2. Lemah tenaga. Semula lemah (ketika masih anak2), selanjutnya puncak kekuatan ketika dewasa kmdn menurun begitu tua. 3. Lemah thdp lingkungan. Ketika muda tahan segala cuaca, faktor usia kemampuan menghadapi lingkunganpun jadi sangat lemah. Allah hendak memberikan keringanan kepada manusia (awal ayat 28 An-Nisa di kutip di atas). dengan: a. Memberikan kemampuan manusia bermasyarakat, karena hrs disadari bahwa dlm menjalani hidup ini seorang manusia tdk dpt hidup sendiri musti dibantu atau bersinergi dengan orang lain. b. Memberikan ilmu pengetahuan kpd manusia mengenal tulis baca agar dpt mencatat, spy bila lupa dpt dilihat kembali. c. Memberikan kemampuan berfikir sehingga terciptanya alat2 yg dpt membantu manusia mengangkat/menyelesaikan pekerjaan2 yg berat dan rumit. d. Memberikan kemampuan manusia mendesain pakaian2, alat pelindung diri menghadapi lingkungan. Semoga Allah menutupi kekurangan dan kelemahan kita semua, diberi kekuatan sampai akhir hayat istiqamah dlm beribadat. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 29 Jumadil Awal 1443 H. 3 Januari 2022. (883.01.22).