Monday 31 July 2023

Berbuat BAIK tak MUDAH

Tersebut kisah seorang sahabat dekat, sudah berusia lanjut, dianugerahi Allah masih relatif sehat, kendati disinggahi juga berbagai penyakit lazimnya usia lanjut. Sahabat ini dikarunia Allah dua orang anak, keduanya laki2 yang kini anak2 mereka sudah dalam kehidupan yang berkecukupan. Mungkin yang bersangkutan agak malas menuangkan pengalaman kebaikannya dalam tulisan, mengisahkan kepadaku, kini dengan seijinnya saya sunting menjadi artikel. Sahabat dekat ini, tergolong tidak ber asset yang berlimpah, akan tetapi perekonomiannya lumayan lebih, jika dalam ukuran sederhana. Selain mendapat pensiun juga punya investasi menghasilkan dan hasilnya saban bulan lebih dari cukup, untuk menunjang hidup mereka berdua. Sahabatku ini ketika masih mudapun sudah sering berbuat baik dalam artian membantu orang lain, dengan semboyan berbuat baik “memberikan kail”, kepada seseorang, ketimbang “memberikan ikan”. Semasa usia muda masih berdinas, di daerah (bukan di Jakarta kediamannya sekarang), dia dan istrinya yang ketika itu belum punya anak, mereka telah membantu seorang perantau masih muda, usia sekolah yang putus sekolah. Perantau tersebut diambilnya tinggal dengan mereka, dibiayai sekolahnya sampai selesai. Al hasil setelah memegang ijazah anak lelaki yang sudah mulai remaja itu melanjutkan perantauannya. Garis tangan pemuda tadi termasuk baik, 20 tahun kemudian diperoleh berita bahwa yang bersangkutan menjadi orang penting di suatu daerah, hidupnya mewah berlimpah. Agaknya si pemuda masih sangat mengingat dianya dibantu oleh suami-istri sahabat saya ini. Suatu saat diusia sahabatku hampir 70 an pernah diundangnya ke daerahnya, dengan dikirimi tiket PP serta disantuni luar biasa, ketika menjadi tamu di daerahnya. Diceritakannya kepada istri dan keluarganya bahwa bapak-ibu inilah yang menyekolahkannya. Menurut kabar, bahwa orang yang pernah dibantu sahabat saya ini, demikian juga perilakunya, sangat murah hati, membantu orang2 yang bernasib kurang baik. Inilah memang yang diharapkan oleh sepasang suami-istri ketika dulu 40 an tahun lalu membantu, perantau putus sekolah itu, agar ada multiplayer effect. Orang yang pernah menerima kebaikan dari mereka, akan cenderung berbuat baik lagi kepada orang lain, mungkin lebih banyak lagi. Insya Allah pahala kebaikan anak yang pernah dibantu itu mudah2an suami-istri sahabat saya ini mendapat imbasnya. Sebetulnya sahabat saya ini enggan bercerita. Namun karena saya adalah sahabat dekatnya, mengetahui langsung kebaikan sahabat saya ini membantu orang. Maka dengan sedikit wawancara saja yang bersangkutan menceritakan, tapi tetap dengan tidak menyebutkan nama, asal daerah serta sekarang dimana orang2 yang pernah dibantunya. Sebab dianya takut amalnya batal seperti dimaksud surat Al-Baqarah 264. يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَـٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْـَٔاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌۭ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌۭ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًۭا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍۢ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَـٰفِرِينَ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”. Dipublishnya kisah kebaikan sahabat saya ini, saya tidak menginginkan amal sahabat saya ini akan pupus. Bahkan saya do’akan semoga amal ibadah kebaikan dari orang2 yang pernah dibantunya beliau akan mendapatkan bagian, sampai sudah berada di alam barzah nanti. Saya publish salah satu dari beberapa kisah kebaikan sahabat saya ini, semata-mata bermaksud kiranya menjadi motivasi bagi orang2 yang diberikan Allah rezeki yang lebih, dapat berbuat baik, lebih baik dari sahabat saya ini. Lebih jauh sahabat saya ini menceritakan, tidak selamanya perbuatan baik yang dilakukannya diterima dengan baik oleh pihak yang akan dibantunya. Di usianya diatas 70 an tahun sahabat saya ini, sudah tidak banyak lagi kegiatan bisnis keluar rumah. Justru sebagian aktivitasnya kontrol kesehatan ke rumah sakit, akan sakit2 kronis ringan yang menghampirinya karena faktor usia. Keluar rumah hanya untuk beribadah, sesekali menjadi penceramah dan khatib Jum’at. Praktis mobil dan kendaraan lain miliknya jadinya nganggur. Suatu hari terfikir oleh sahabat saya ini untuk membantu seorang pemuda warga se RW yang keseharian aktivitasnya hanya di pagi hari membantu petugas kebersihan. Dipanggilnya pemuda itu, ditawarinya untuk mendapatkan sim A dan C dengan pembiayaan sepenuhnya dari sahabat saya ini. Rencana sahabat saya ini, akan dapat memanfaatkan mobil dan motor miliknya (jika pemuda itu mau), berkenaan dengan sekarang ini sedang musim kendaraan pribadi dapat dijadikan angkutan bergabung dengan jaringan internet. Kalaupun dia tidak berkenan jadi pengemudi komersiil memanfaatkan mobil / motor sahabat saya ini masuk group angkutan umum melalui aplikasi, setidaknya ybs memiliki modal ketrampilan tambahan yang se-waktu2 dapat digunakan. Pemuda tersebut dengan penuh semangat menerima tawaran itu. Setelah ditentukan harinya, pemuda tersebut sebetulnya sudah datang dan naik bis yang akan membawanya untuk mengurus SIM secara kolektif, entah apa sebabnya dianya menjelang beberapa saat bis akan berangkat, dia turun dari bis rombongan SIM kolektif itu. Sore harinya koordinator pengurusan SIM kolektif melaporkan bahwa pemuda yg sahabat saya titipkan itu tidak ikutan, turun dari bis beberapa saat bis akan berangkat. Serta merta uang biaya2 dikembalikan lagi kepada sahabat saya ini. Keesokan harinya sahabat saya mencari pemuda tadi ke kediamannya, didapat jawaban bahwa “ndak taulah pak ini mungkin bukan rezeki saya”. Terakhir ini, ketika sahabatku memasuki usia 71, kedua anaknya sudah tidak lagi tinggal serumah, agaknya perlu penyegar suasana rumah serta menemani beberes rumah. Tiga tahun yang lalu dapat seorang anak perempuan usia diatas 16 tahun dari daerah jauh di pedesaan kawasan sekitar 6 jam-an naik bis dari Jakarta. Sahabat ku ini tidak mengenal ORTU gadis ini, kecuali sebatas melalui percakapan lewat HP. Rupanya yang bersangkutan pernah duduk di kelas 2 SMA, tidak lanjut katanya lantaran COVID, belajar harus DARING, ybs tidak dapat mengikuti lantaran tak punya uang membeli HP. Singkat cerita setelah sahabat saya ini berusaha untuk menyambungkan SMA nya di Jakarta, mendapat penolakan di beberapa SMA yang dihubungi dengan berbagai alasan, akhirnya di sekolahkan ke paket “C”, lulus tahun lalu. Tahun ini teman saya ini menanyakan ybs, apakah mau dilanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Ybs menyatakan keinginannya sekaligus memberitahukan bahwa cita-citanya menjadi BIDAN. Kejadian tersebut barusan, ada sekolah BIDAN sampai S1 yang masih buka. Serta merta sahabat saya ini menguruskan proses masuk sekolah Bidan tersebut. Walau sebelumnya sekolah ini belum pernah menerima lulusan paket “C”, tetapi setelah didiskusikan dengan pimpinan sekolah tersebut, anak asuh sahabat saya ini di terima. Dijalanilah serangkaian test masuk. Ternyata anak ini termasuk “berotak encer”. Test pertama, tertulis secara daring dia lulus, namanya diurutan ke 5 dari seluruh peserta mendekati 200. Test kedua entah test apa namanya temankupun tak tau, termasuk test kesehatan anak ini diumumkan lulus di urutan 22 dari yang lulus kurang dari 130. Test ketiga berupa wawancara, inipun dapat dilalui oleh yang bersangkutan dengan kelulusan di pengumuman urutan dibawah 30, dari yang lulus tinggal 120. Kesempatan berikutnya, wawancara dimana orang tua atau wali harus ikut mendampingi. Satu dan lain, pihak sekolah menghendaki jaminan kelangsungan pendidikan dari segi pembiayaan. Sahabat saya suami-istri datang mendampingi ketika wawancara, bahkan bersedia menjamin dengan bilyet Deposito sebesar biaya pendidikan sekitar ratusan juta sampai selesai anak asuhnya itu menamatkan di sekolah tersebut, diikuti pernyataan ditanda tangani diatas meterai. Kepada si anak dan juga keluarganya, sahabat saya secara tegas menyebutkan bahwa pembiyaan itu tidak akan dihitung sebagai hutang, betul2 dengan niat untuk amal jariyah. Hal itu juga diucapkan dihadapan team pewawancara. Keesokan harinya di sore hari keluar pengumuman bahwa test keempat wawancara didampingi wali, gadis ini lulus dengan urutan pengumuman nomor 18 dari jumlah mahasiswa yang diterima. Selanjutnya dipanggil untuk menghadap keesokan harinya untuk mendapatkan pengarahan terakhir dan mengukur pakaian seragam. Apa boleh buat malam harinya gadis ini mendapat telepon dari ORTU mereka untuk pulang, konon menurut pembicaraan via telepon ybs akan dinikahkan. Semuanya jadi buyar, berantakan, sahabat saya ini telah susah payah mengantar/menemani/ memfasilitasi untuk segala macam test dan mengeluarkan biaya2. Agaknya ORTU ybs tidak sabar menunggu 4 tahun yad (program S1 Kebidanan), dimana ketika itu nanti putrinya baru masuk usia kurang dari 24 tahun. Mau bagaimana lagi, bagaimanapun pola pikir tidak dapat disamakan. Sahabat saya ini tidak memaksakan kehendak, karena kalau nanti mengecewakan dibelakang hari akan disesali oleh keluarga anak gadis ini, misalnya ujung2nya tidak dapat berkeluarga (bersuami) sebagaimana orang kebanyakan. Makanya sahabat saya katakan “BERBUAT BAIK ITU TIDAK MUDAH”. Betul2 sangat2 disayangkan, sudah tinggal selangkah lagi menjadi mahasiswa sekolah Kebidanan cukup terkenal di Jakarta. Ibarat makanan sudah tinggal disuap, tapi itulah yang namanya rezeki, jadinya ingat dengan pemuda yang akan dibantu SIM oleh sahabat saya ini dikisahkan di atas, menjawab: “ndak taulah pak ini mungkin bukan rezeki saya”. Semoga kita semua senantiasa diberikan kesempatan oleh Allah dalam berbuat baik. Suatu niat perbuatan baik apalagi sudah sedikit direalisasikan, meskipun tidak berkesampaian, insya Allah telah tercatat di sisi Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 13 Muharram 1445H. 31 Juli 2023. (1.174.07.23)

Wednesday 26 July 2023

NGOBROL tentang GULA

Termasuk tempat ngobrol paling santai adalah ketika berada di ruang tunggu rumah sakit sesama pasien yang sedang menanti panggilan periksa dokter. Walau kami datang sblm pkl 8, hari ini dpt nomor 102, diprediksi sesudah zuhur menjelang ashar lah baru pulang. Ngobrol sesama pasien diabetes kronis sudah puluhan tahun; kadang asyik, kadang menggelikan hati, tak jarang jadi hiburan. Di obrolan sering di dengar pasien yang satu bertanya kepada yang lain; Apa gula basah atau gula kering?? Sebenarnya, tidak ada definisi diabetes basah atau kering dalam dunia medis. Istilah yang ada, hanyalah diabetes tipe satu, tipe dua, dan diabetes gestasional. Mungkin definisi "diabet atau gula basah" yang dimaksud orang awam adalah luka pada penderita DM yang sulit sembuh. Sedangkan, "diabetes atau gula kering" ditujukan untuk luka penderita DM yang sulit sembuh sempurna. Namun, tidak sampai bernanah. Luka yang tidak sampai bernanah menandakan penderita diabetes mampu mengontrol gula darah dalam tubuh dengan baik. Seorang pasien yang sudah menderita sakit gula 23 tahun, ditanya pasien lain agaknya baru kenal, pendatang baru di poli penyakit dalam khusus diabet. "Bapak kena gula basah atau gula kering??". Si bapak dengan santai menjawab: "ndak taulah mas,........, mungkin gula aren". Penanya kuliat agak kaget mendengar jawaban itu, sementara diriku yang duduk di kursi di baris belakang mereka, hampir tertawa. Kupikir orang tua itu tinggi juga daya humornya, atau mungkin sudah kesal karena keseringan dapat pertanyaan serupa. Dalam obrolan ketika ku berobat rutin saban bulan, tak kurang, ada yang kasih masukan; obat2 herbal yang berkhasiat. Tapi herannya yang ngasih masukan itu juga kuliat tetap rutin berobat ke dokter hampir ketemu saban bulan. Soal obat selain obat dokter, kini banyak tersiar di medsos promosi diikuti testimoni tentang obat berbagai penyakit termasuk obat diabetes. Dikabarkan begitu mujarab. Cukup sekian hari atau sekian kali minum, dapat menyembuhkan total suatu penyakit yang disebutkan. Entahlah, pihak yg terkait ilmu kesehatan dan obat2 lah yang berkompeten mengomentarinya. Bila berfikir secara religi: Pertama; Setiap penyakit disediakan obatnya. Diriwayatkan dalam Hadits Muslim, Rasulullah SAW bersabda: لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ "Semua penyakit ada obatnya. Apabila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan sembuh dengan izin Allah SWT." Kedua; Berobat merupakan sesuatu yang dianjurkan. Atas dasar hadits diatas beberapa ulama berpendapat tentang berobat seperti dalam Mazhab Syafi’i berobat hukumnya sunat. Menurut Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ Syarah al Muhadzab, mengatakan sunat hukumnya bagi orang yang sakit berobat: Imam Nawawi berkata dalam Majmu’, Jilid V, halaman 106; ومن مرض استحب له ان يصبر ويستحب ان يتداوي Artinya: Barang siapa yang berpenyakit, sunat hukumnya ia untuk bersabar, dan sunat pula hukumnya agar ia berobat. Imam Ramli berkata dalam Nihayatul Muhtaj; ويسن للمريض  التداوي  لحديث  إن الله لم يضع داء إلا وضع له دواء غير الهرم. وروى ابن حبان والحاكم عن ابن مسعود  ما أنزل الله داء إلا وأنزل له دواء ، جهله من جهله وعلمه من علمه Artinya; Sunat hukumnya orang yang sakit untuk berobat. Pendapat ini berdasarkan hadits Nabi; “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Allah pun telah menurunkan obat bagi penyakit tersebut, kecuali penyakit pikun”. Ketiga; obat hanyalah "lantaran", yang menyembuhkan Allah jua. Makanya orang dengan sakit yang sama, diobati dengan obat yang sama, ada yang sembuh ada yang terus mengidap penyakitnya. Untuk meyakinkan bahwa hanya Allah yang menyembuhkan mari kita lihat do’a nabi Ibrahim ketika sakit, dalam surat Asy-Syu'ara ayat 80: وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ “dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”. Selanjutnya perhatikan ayat dibawah ini: وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ  ۖ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ "Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya selain Dia. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al-An'am ayat 17). Semoga, Bapak/Ibu dan para pembaca yang menderita sakit, diangkat Allah segala penyakitnya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 9 Muharram 1445H. 26 Juli 2023. (1.173.07.23).

Sunday 23 July 2023

TERPERDAYA di SEBAB kan:

Terperdaya adalah bila sesuatu yang disepakati atau diharapkan dengan pihak lain, terjadinya diluar keinginan, mengecewakan, merugikan, tidak mengenakkan, bahkan kadang menyakitkan lantaran pihak lain ini memperdaya, tidak menepati kesepakatan atau janji. Penyebab terperdaya dapat terjadi: PERTAMA; Karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Tentang yang terjadi esok memang tak diketahui persis. Oleh karena itu maka tidak diketahui pihak yang berjanji, atau pihak yang dipercayai, nantinya bakal ingkar janji, bakal memperdaya. Mungkin dapat dijadikan referensi sebagai ikhtiar sebelum menentukan kesepakatan atau tindakan, dihimpun se-banyak2nya informasi. Selanjutnya bertawakal kepada Allah karena memang manusia tidak mengetahui apa yang terjadi hari esok. ……………………….. ۖ وَمَا تَدْ رِى نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا  ۖ………….. "………………………..Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. …………...."(QS. Luqman 31: Ayat 34) Penyebab KEDUA; Karena mengabaikan pengalaman. Ada juga orang terperdaya dalam banyak hal disebabkan mengulang kejadian yang hampir sama dengan apa yang pernah dialaminya (misalnya 5 tahun lalu), sekarang diulangi lagi. Kadang dengan propaganda sesaat yang lebih meyakinkan, lantas percaya lagi dengan pihak yang pernah memperdaya. Rupanya tidak ingat pepatah “sekali lancung keujian seumur hidup orang tak percaya”, atau lupa akan pesan tetua dulu “jangan terperosok di lubang yang sama”. Penyebab KETIGA; Karena manusia harus berusaha. Manusia secara kodrati untuk memenuhi kehidupan harus berusaha, harus berkegiatan, harus memutuskan, harus memilih yang terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia. Lain dengan makhluk lainnya hanya dengan ikhtiar minimal alam telah menyediakan kebutuhan mereka. Makanya burung tak nyiapkan lumbung buat nyimpan makanan. Sapi, Kambing tak perlu simpan rumput di gudang, untuk makan harian mereka, agar bertahan hidup. Tumbuhan, tumbuh sesuai dengan lahan yang cocok buatnya. Binatang buas, usai nyantap buruannya, merekapun tidur, walau seekor rusa melangkahi hidungnya dicuekin saja. Beda dengan manusia harus simpan untuk cadangan kehidupan esok lusa dan bahkan anak cucu, cicit. Oleh karena itu harus giat usaha. Berusaha apapun harus melibatkan pihak lain yang kadang memperdaya. Hewan tak perlu memilih pemimpin kelompok mereka, sekawanan Bebek otomatis ikut Bebek jantan yang memandu mereka kemana harus berbaris. Penyebab KEEMPAT; Karena gemar sanjungan. Tidak sedikit orang terperdaya oleh kelihaian pihak memperdaya memuji dan menyanjung. Termakan sanjungan, bersedia menyerahkan sesuatu untuk dikelola oleh penyanjung. Ujung2nya diperdaya, kepemilikan beralih kepada pihak penyanjung. Sejatinya bila awak disanjung haruslah bersikap: Pertama; Tidak terbuai oleh pujian orang yang menyanjung. Di dalam hati harus berkata, “ini berlebihan, dia menyanjung karena tidak tahu kejelekanku” Kedua; sekiranya sanjungan itu mendekati kebenaran, jangan berbangga diri dalam hati berdo’a mohon kepada Allah agar dberikan yang lebih baik, setidaknya mempertahankan kebaikan itu. Agar tidak terlena dengan sanjungan orang lain, baik kiranya dibaca salah satu doa ketika disanjung: اللَّهُمَّ لا تُؤَاخِذْنِي بِمَا يَقُولُونَ، واغْفِر لِي مَا لَا يَعْلَمُونَ واجْعَلْنِي خَيْراً مِمَّا يَظُنُّونَ " Ya Allah, jangan Engkau menghukumku disebabkan sanjungan yang dia ucapkan, ampunilah aku, atas kekurangan yang tidak mereka ketahui. Dan jadikan aku lebih baik dari pada penilaian yang mereka berikan untukku." Demikian antara lain penyebab manusia terperdaya. Kalaulah yang terperdaya itu adalah orang perorangan dampaknya masih tidak seberapa. Misalkan terperdaya manakala memilih pemimpin, deritanya hanya dalam kurun waktu pendek, mendatang jangan dipilih lagi. Kalau yang terperdaya itu adalah suatu bangsa oleh bangsa lain, penderitaan berkepanjangan dirasakan anak cucu ber-generasi2....… 3 abad lebih kita terjajah satu dan lain karena terperdaya, penyebabnya antara lain salah satu atau beberapa faktor tsb diatas. Perihal memperdaya adalah pekerjaan syaitan, baik langsung maupun tidak langsung........ Langsung, yaitu model syaitan memperdaya dengan membisikkan ke diri kita sendiri. Sedangkan tidak langsung bermediakan pihak lain. Manusia bertitik lemah salah satunya gampang terperdaya, وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا karena manusia diciptakan (bersifat) lemah." (QS.4 = An-Nisa' ayat 28). Dalam pada itu syaitan terus menerus mendatangi manusia untuk diperdaya dari segala arah: ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ......." "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. ......…" (QS.7 = Al-A'raf ayat 17). Diantara model perdaya syaitan, menjadikan terasa indah kejahatan yang dilakukan. قَا لَ رَبِّ بِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُ زَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَ رْضِ وَلَاُ غْوِيَـنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ "Ia (Iblis) berkata, "Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya," (QS. 15 = Al-Hijr ayat 39) Apapun tujuan pihak yang memperdaya orang lain adalah untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri atau kelompoknya, padahal Allah telah memberikan rambu2 tentang harta orang lain: يٰـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِا لْبَا طِلِ اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ تِجَا رَةً عَنْ تَرَا ضٍ مِّنْكُمْ ۗ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. .......…" (QS. 4 = An-Nisa' ayat 29). Semoga kita tidak terperdaya, ataupun menjadi pihak yang memperdaya. Begitu pula harapan kita agar bangsa kita tidak diperdaya oleh bangsa2 lain, cukup sudah nenek moyang kita menjadi bangsa terjajah karena antara lain diperdaya bangsa lain. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 5 Muharram 1445H. 23 Juli 2023. (1.172.07.23).

Wednesday 19 July 2023

BERANI KARENA TERPAKSA

Melanjutkan artikel2 tentang keberanian yang telah mampir ke ruang baca anda sebelumnya yaitu: 1. Orang berani karena tidak tau. (kutulis di artikel no. 1.167) 2. Orang TIDAK berani karena taunya hanya sedikit.(dimuat di artikel 1.168). 3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui. (Ku publish di artikel no. 1.169) 4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut. (hadir ke ruang baca anda no artikel 1.170) Kini artikel yang terakhir berjudul “berani karena terpaksa”. Siapapun orangnya pasti takut akan jiwanya melayang, sakit bagaimanapun beratnya akan berusaha untuk berobat kemanapun dan berapapun biayanya tetap diikhtiarkan sesuai kemampuan. Suatu bangsa akan mempertahankan keamanan, mempertahankan martabat, mempertahankan kedaulatan, bila hal2 tersebut terusik, sebagai anak bangsa sukarela atau terpaksa akan mempertahankannya. Dengan demikian diketahui bahwa manusia rela mempertaruhkan jiwanya bilamana dalam keadaan terpaksa, mereka jadi berani menghadapi risiko apapun dengan perlengkapan keamanan, kemampuan yang minimal sekalipun. Mempertahankan kemerdekaan arek-arek Surabaya walau hanya dengan bambu runcing secara heroik melawan kekuatan sekutu dengan persenjataan lengkap. Sering kita dengar bahwa banyak manusia perahu yang berusaha mencari suaka politik ke negeri lain karena terpaksa, di negerinya sudah serba sulit untuk mempertahankan kehidupan. Ini salah satu bentuk berani karena terpaksa. Mari kita selalu berdo'a agar bangsa kita tetap aman damai, agar jangan sampai cucu cicit kita kelak jadi "manusia perahu", mencari suaka ke negeri orang. Kini yang sudah terlaksana puluhan tahun sampailah sekarang, anak negeri kita mencari kerja, jadi kuli, jadi babu di negeri orang, lantaran sulitnya mendapatkan kesempatan bekerja dikampung halaman sendiri, ini juga karena terpaksa, kalaulah di negeri sendiri terbuka lapangan dan kesempatan mencari penghidupan, orang manalah mau mereka jauh2 merantau ke negeri orang. Di negeri sendiripun seharusnya banyak lapangan kerja, buktinya didatangkan tenaga kerja dari luar negeri dengan merk "tenaga ahli". Tak sedikit anak bangsa ini mencari keberuntungan di negeri jiran memburuh di perkebunan kelapa sawit, padahal di negeri sendiripun lebih banyak lahan kelapa sawit, entah apa sebabnya mereka lebih memilih merawat sawit di negeri tambiran, ketimbang di negeri sendiri. Yang jelas ini juga terpaksa mereka lakukan. Bukan mustahil bila tata kelola kekayaan alam bangsa ini, tidak dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Kebijakan para pemimpinnya tidak berpihak kepada rakyat banyak, hanya berpihak kepala kelompok atau golongan, sehingga tercipta perpecahan, mengakibatkan seluruh anak bangsa melakukan kegiatan2 yang tidak produktif. Akhirnya keamanan tidak terjamin dengan baik, keadilan sosial tidak tercipta, maka ada harapan anak2 bangsa kelak akan mencari pilihan hidup ke negeri lain, lebih ekstrim bukan tidak mungkin menjadi “manusia perahu”. Banyak bentuk lain berani karena terpaksa, salah satu contoh lain ialah keberanian berusaha bagi orang yang merantau ke negeri orang, karena bila ia tidak berani berusaha maka ia akan sulit hidup. Berangkat dari keterpaksaan orang merantau berusaha/bekerja mengenyampingkan rasa malu, mengenyampingkan lelah dan capek. Maka tidak heran kalau para perantau kebanyakan lebih sukses dari penduduk asli. Teringat kisah heroik penglima pasukan Islam penakluk Spanyol dan Portugal tahun 711 Masehi. “Bakar kapalmu”' kata Thariq bin Ziyad saat berbicara dengan pasukan kecilnya setelah mendarat di Spanyol melalui laut. "Sekarang, musuh ada di depan Anda dan laut di belakang." Demikian kata Thariq bin Ziyad. Dengan kapal sudah tidak bersisa lagi maka seluruh pasukan tinggal mempunyai satu pilihan terpaksa maju untuk menaklukkan musuh, sebab tidak mungkin untuk pulang kembali. Seekor induk ayam yang sedang mengasuh anak2nya, akan sangat berani menghadapi hewan apapun, kendati lebih besar dari dirinya dengan serta merta induk ayam memekarkan bulu disekitar lehernya dan melebarkan sayapnya, siap untuk melawan demi melindungi anaknya. Seolah-olah si induk ayam berkata “langkahi mayat saya dulu baru boleh mengganggu anak2 saya” Keberanian ini juga muncul karena terpaksa, jika tidak sedang punya anak2, ayam betina bila mengalami ancaman dari hewan lain atau sesama ayam sekalipun yang dikiranya dia tak akan sanggup menghadapinya, si ayam betina akan memilih melarikan diri. Keberanian dalam menghadapi keterpaksaan, andaikanpun disebabkan keberanian karena terpaksa itu menyebabkan kesalahan menjadikan dosa, maka Allah mengampuni sebagaimana hadits dibawah ini: عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَال:إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي الخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ. حديث حسن رواه ابن ماجه والبيهقي وغيرهما Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mengampuni kesalahan dari umatku akibat kekeliruan, lupa, dan keterpaksaan.” (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan al-Baihaqi serta selain keduanya) Semoga, anak2 bangsa ini mempunyai keberanian, meneladani seperti halnya para pahlawan pendiri bangsa ini, memperjuangkan kebenaran dan keadilan, demi keselamatan bangsa ini. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Muharram 1445 H. 19 Juli 2023. (1.171.07.2023).

Sunday 16 July 2023

PUNCAK TAKUT, jadi BERANI

Di tiga artikelku yang telah terpublish (no 1.167 no 1.168 dan no. 1.169) menyoal BERANI, terdapat 5 faktor pemicu keberanian ialah: 1. Orang berani karena tidak tau. (kutulis di artikel no. 1.167) 2. Orang TIDAK berani karena taunya hanya sedikit.(dimuat di artikel 1.168). 3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui. (Ku publish di artikel no. 1.169) 4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut. Yang kini akan hadir ke ruang baca anda. 5. Orang berani karena terpaksa. Seorang pemburu masuk hutan keluar hutan lebat dengan menyandang bedil, ingin memburu Menjangan. Dalam keletihan di suasana guyuran hujan gerimis, ketika berusaha melangkahi sebuah batang kayu besar yang tumbang, begitu kaki menginjak bumi di sebelah pohon yang tumbang itu tiba-tiba seekor beruang dewasa berada disana memutar arah sehingga tepat berdiri berhadap-hadapan. Senjata laras panjang yang disandang tidak dapat digunakan lagi karena posisi sudah begitu dekat. Takut pemburu itu tiba-tiba memuncak, membuatnya harus berani menghadapi beruang itu, sambil menunggu kemungkinan, apakah mendahului menyerang beruang itu, atau siap-siap menghadapi serangan beruang tersebut, sebab untuk mengambil langkah seribu sudah tidak mungkin. Dengan penuh keberanian, si pemburu menatap wajah si beruang tanpa berkedip dan mungkin tidak bernafas. Lama kedua mahluk itu saling tatap dan tidak bergerak, mungkin kira-kira seperempat jam. Konon kata yg mengisahkan, pemburu tadi hanya berzikir di dlm hati: لَنَاۤ اَعْمَالُنَا وَلَـكُمْ اَعْمَالُـكُمْ وَلَنَاۤ اَعْمَالُـنَا وَلَـكُمْ اَعْمَالُكُمْ (Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu). Di petik dari (QS Al-Qasas 55 dan Al-Baqarah 139). Diluar dugaan, si beruang pelan-pelan memutar arah dan menjauh dari si pemburu. Pemburupun menarik nafas dan mengeluarkan nafas yang panjaaaang, sambil menatap binatang berkuku tajam itu berlalu dan membiarkannya tidak membidikkan bedilnya meskipun itu dapat dilakukan. Inilah salah satu bentuk puncak dari takut membuat seseorang menjadi berani. Di detik ketika beruang menjauh, terlintas di pikiran si pemburu bahwa beruang makhluk buas telah berbuat baik kepadanya dalam wujud tidak menganiayanya, makapun balasan yang pantas buat si beruang adalah tidak membedilnya. Sekaligus dia bersyukur yang tinggi kepada Allah yang telah membolak-balikkan hati si beruang yang mestinya begitu ketemu manusia langsung menerkam, apalagi dengan jarak dekat seperti itu. Mungkin diantara sidang pembaca pernah mengalami sendiri atau melihat orang dalam suatu keadaan yang menakutkan yang hebat, kemudian berpuncak menjadi berani menghadapinya. Contoh seorang yang berhasil melompat tembok yang tinggi guna menyelamatkan diri dari sesuatu yang mengancam jiwanya. Dalam keadaan normal melompati tembok tersebut tak dapat dilakukan, hal tersebut dapat terjadi karena rasa takut yang memuncak hingga menjadi berani. Dalam kasus lain, kebanyakan orang merantau lebih sukses ketimbang orang menetap dikampung halaman, disebabkan perantau menjadi lebih rajin, lebih nekat daripada dianya masih di kampung halaman sendiri. Hal inipun disebabkan ybs berada dipuncak rasa takut akan menemukan kesulitan jika tidak lebih rajin, tidak lebih giat, kadang harus nekat. Kalau di kampung halaman merasa ada tempat bergantung jika menemukan kesulitan. Sekelumit artikel2 bertemakan “keberanian” yang telah hadir keruang baca anda; “berani karena tidak tau”. (kutulis di artikel no. 1.167), “TIDAK berani karena taunya hanya sedikit”.(dimuat di artikel 1.168). “Berani kalau betul-betul mengetahui”. Ku publish di artikel 1.169 dan “berani puncak rasa takut”. kini hadir ke ruang baca anda. Insya Allah judul berikutnya “Berani karena terpaksa”. Semoga bermanfaat adanya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 26 DzulHijjah 1444 H. 15 Juli 2023. (1.170.07.2023).

Thursday 13 July 2023

Sangat BERANI KALAU betul2 TAU

Di kedua artikelku (no 1.167 dan 1.168) menyoal BERANI, terdapat 5 faktor pemicu keberanian ialah: 1. Orang berani karena tidak tau. (kutulis di artikel no. 1.167) 2. Orang TIDAK berani karena taunya hanya sedikit.(dimuat di artikel 1.168). 3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui. Ku publish di artikel yang sedang tersaji di ruang baca anda sekarang. 4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut. 5. Orang berani karena terpaksa. LEBIH BERANI KALAU BETUL-BETUL MENGETAHUI Pengalaman demi pengalaman ditolaknya pembayaran hasil negosiasi wesel/hasil ekspor ke bank luar negeri (kusinggung sedikit di artikel no. 1.168), membuat saya lama kelamaan menemukan cara mensiasati persiapan dokumen yang akan diajukan nasabah. Akhirnya saya menemukan formula untuk mengetahui “anatomi L/C”. Bahwa L/C dari negara mana saja isinya dapat disusun dalam butir2 dengan cepat serta mudah dipahami dikaitkan dengan jenis dokumen, jumlah dokumen dipersyaratkan. serta terms on condition lainnya. Dengan demikian begitu L/C diterima sudah dapat diketahui berapa macam dan berapa jenis dokumen yang harus dipersiapkan oleh eksportir, syarat2 setiap dokumen. Melalui check list format "anatomi" L/C itu, pemeriksaan dokumen cepat dan mudah serta kecil sekali kemungkinan kesalahan. Ketika dokumen diajukan nasabah, ditemukan kunci memeriksanya, sehingga tidak akan lolos (di dalam buku tulisanku tentang ekspor yang telah terpublikasi di khasanah perbukuan di Indonesia kusebut dengan istilah "kunci 3 C". Pengetahuan itu saya tularkan bukan saja kepada anak buah dan rekan-rekan bidang “trade service” di kantor bank tempatku bertugas 23 tahun lalu, tetapi juga kepada para pengusaha audience saya dalam pelatihan-pelatihan. Saya sempat menulis empat buku mengenai ekspor impor, telah dipublikasikan pada jamannya sempat mengisi etalase toko-toko buku di tanah air. Buku tentang Ekspor cetakan pertama tahun 1999 sebanyak 5 ribu exemplar melalui penerbit BPFE Yogyakarta, harus dicetak ulang edisi ke dua dengan revisi di tahun 2008. Cetakan ulang edisi berikutnya belum saya susun dengan pertimbangan: 1) Diriku sudah tidak menggeluti lagi secara kedinasan bidang ekspor-impor. 2) Berjalannya waktu tentu telah terjadi perubahan2; ketentuan2, peraturan2, di dalam negeri, ketentuan2 peraturan2 secara international diperbaharui terus. 3) Diikuti pula dengan perkembangan pesat sarana telekomunikasi. Dulu menggunakan telex, terakhir ketika mendekati pensiun tahun 2000 sudah berubah sarana telekomunikasi menggunakan SWIFT (Society Worldwide Inter bank Telecommunications). 4) Ilmu dunia tidak berlaku terus sepanjang masa, selalu berubah secara dinamis. Apa yang berlaku setahun yang lalu saja belum tentu masih berlaku sekarang, apalagi ketentuan2 baik di dalam negeri maupun internasional kurun waktu lama; misalnya 5-10 tahun silam. Jauh sebelum pensiun, sampailah limabelasan tahun sesudah pensiun saya sering diundang mengajar oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian serta lembaga pelatihan ekspor-impor lainnya untuk kelas para pengusaha. Tempat pelatihan di hotel2 di Jakarta dan di daerah2 baik di Jawa maupun luar Jawa. Dalam kesempatan mengajar di kedua Kementerian itu dan institusi pelatihan bidang ekspor-impor, saya tularkan pengetahuan dimaksud kepada masyarakat ekspor impor yaitu teknik dan cara menghindari penolakan pembayaran hasil ekspor di luar negeri tersebut. Setelah menemukan kunci-kunci pemeriksaan dokumen diawali dengan memahami “anatomi L/C”, pekerjaan menjadi lancar dan menjadi lebih berani menangani transaksi dengan menggunakan L/C, sebab betul-betul mengetahui rahasianya. Itulah sebabnya saya berkesimpulan kalau seseorang betul-betul mengetahui, ia akan menjadi lebih berani. Meskipun kini telah banyak perubahan namun teknik2 dasar penanganan L/C akan tetap masih dapat dijadikan acuan, dengan harus memperhatikan perubahan2 yang terus menerus berlangsung. Menyoal soal buaya, yang dalam ketiga artikelku tentang "keberanian" ini ikut jadi bahasan; bahwa tetangga rumah di kampung saya dulu ada seorang disapa “Pak Ngah Malek”. Dianya adalah dukun buaya, ahli benar menaklukkan buaya. Pekerjaan sehari harinya menangkap buaya liar di sungai Pawan dan sekitarnya. Dianya sanggup mengundang buaya yang pernah bersalah memangsa manusia, untuk naik ke darat. Setelah naik buaya diperintahkan diam; buayapun akan diam, diperintah telentang; buayapun telentang dengan hanya bantuan tangannya sedikit. Pawang buaya ini dengan sigap menangkap buaya dengan tangan kosong, baik di dalam air apalagi di darat. Itulah buktinya bahwa orang yang betul-betul mengetahui akan lebih berani. Al-Quran di surat Mujadilah ayat 11 sampai memberikan penghargaan kepada orang yang berilmu: ...يَرْفَعِ اللّٰهُ.الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ........... “……….Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat……………...” Insya Allah tulisan berikutnya tentang “Keberanian” akan dipublish di kesempatan mendatang dengan judul “Orang berani karena sebagai puncak rasa takut”. Semoga tiga tulisan menyangkut soal “Keberanian” yang telah mengunjungi ruang baca bapak/ibu dan saudara, bermanfaat adanya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 DzulHijjah 1444 H. 13 Juli 2023. (1.169.07.2023).

Wednesday 12 July 2023

TAKUT karena TAU hanya SEDIKIT

Melanjutkan tulisanku tentang "keberanian" di artikelku no. 1.167 dengan judul "Berani karena tidak tau" kini saya lanjutkan dengan artikel yang sedang mengunjungi ruang baca anda kali ini berjudul seperti tertulis di atas. Saya ulangi awal artikel yang lalu bahwa perihal "BERANI", dipicu 5 faktor ialah: 1. Orang berani karena tidak tau. 2. Orang TIDAK berani (Takut) karena taunya hanya sedikit. 3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui. 4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut. 5. Orang berani karena terpaksa. TAKUT karena tau HANYA SEDIKIT. Serba serbi kisahku sebagai kabag Ekspor-Impor suatu bank 36 tahun lalu. Penolakan pembayaran di luar negeri atas beberapa dokumen lampiran schedule of remittance (SR) yang saya tanda tangani bersama pimpinan, karena discrepancy (penyimpangan dokumen), menjadikan saya sedikit demi sedikit mempelajari lika-liku dokumen ekspor. Pernak pernik tentang syarat dan kondisi dokumen yang “complying presentation”, agar tidak akan ditunda atau ditolak pembayarannya. Seiring dengan mulai sedikit agak tau, maka saya jadi orang yang paling penakut (tidak seberani ketika sebelum ada pengetahuan serba sedikit itu) waktu menandatangani SR. Sebab penolakan pembayaran dari koresponden dari luar negeri lantaran discrepancy itu kadang menyangkut nilai yang sangat materiil. Umpamanya saja nilai penagihan berjumlah 10 ribu USD, tinggal di kalikan saja dengan kurs yang sedang berlaku. Umpamanya sekarang ketika kuturunkan tulisan ini kurs 15 ribuan lebih. Maka nilai lawan rupiah 10 ribu USD lebih dari 150 jutaan. Atas dasar pengalaman, penolakan2 pembayaran tersebut akhirnya terselesaikan, namun melalui proses korespondensi bolak balik, diikuti penyempurnaan dokumen dikirim per jasa pengiriman dukumen, dibarengi ketika itu melalui telex, kadang bolak balik. Ujung2 nya setelah dibayar jumlah pembayaran dikurangi biaya2 mereka merespond telex kita dari pihak mereka. Kerugian materiil berupa terlambat pembayaran, kerugian inmateriil membuat deg deg kan dan kecemasan, serta performa kemampuan sebagai pejabat yang ditunjuk. Upaya yang saya lakukan “setelah tau sedikit”, setiap SR dibaca berulang-ulang dengan cermat, dilihat dengan teliti. Kadang untuk cadangan negosiasi besok hari, saya minta anak buah sudah menyiapkan, untuk dipelajari lagi dirumah. Tetapi juga masih saja ada yang lolos, saringan saya mencermati dokumen rupanya belum betul-betul baik lantaran masih keterbatasan ilmu dan teknik penelitian. Lantaran TAUNYA baru SEDIKIT. Dalam hal ini kesimpulannya bahwa orang yang taunya hanya sedikit, akan ragu-ragu dan takut alias kurang berani. Disebabkan masih sering terjadi kesalahan walau sudah diusahakan seteliti mungkin. Samalah seperti halnya kru perahu kami sedang kandas itu (ditulisan yang lalu no.1.167), mereka taunya bahwa sekitar lokasi perahu kami kandas itu banyak buayanya, sangat mungkin mereka belum melihat sendiri tepatnya dimana sarang buaya yang menakutkan itu, oleh karena itulah mereka takut. Takut mereka itu karena taunya hanya sedikit. Taunya dari cerita orang. Entah benar entah tidak. Belum dilihat dengan terang. Entah benar entah tidak. Hanya berdasar cerita orang. Untuk membuktikan sendiri kebenaran cerita orang itu harus dengan keberanian tinggi dilengkapi dengan pengetahuan khusus tentang buaya. Misalnya berkemampuan menjinakkan buaya, seditaknya mempunyai kemampuan teknik menghindar jika di serang buaya, memiliki ketajaman indra dini sebelum buaya mendekat. Orang2 yang berkemampuan khusus itu meskipun sedikit sekali jumlahnya, tetapi ada. Orang akan lebih berani menghadapi buaya, termasuk keberanian yang tinggi menangani negosiasi dokumen ekspor, setelah betul2 mengetahui ilmu dan tekniknya. Tentang penanganan dokumen ekspor-impor, saya sampai menerbitkan beberapa judul buku. Mengenai ekspor, dibuku tulisan saya dilengkapi dengan “kunci memeriksa dokumen” dan “anatomi Letter of Credit”. Insya Allah artikel berikutnya dibawah judul “Berani kalau betul-betul mengetahui”, akan terbit dikesempatan yang akan datang. Semoga dengan dua judul tentang “KEBERANIAN” yaitu “Berani karena tidak tau” dan “Takut bila tau hanya sedikit” yang telah disampaikan keruang baca pembaca sekalian, dapat dipetik manfaatnya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 22 DzulHijjah 1444 H. 11 Juli 2023. (1.168.07.2023).

Sunday 9 July 2023

BERANI karena TIDAK TAU

Isi tulisanku ini pernah kumuat 4 tahun yang lalu, secara lengkap 5 faktor keberanian. Kumuat lagi, smg ada manfaatnya baik bagi yang sudah membaca maupun bagi yang belum sempat membaca. Agar artikel tidak terlalu panjang penyajian kali dengan menampilkan per faktor pemicu keberanian. Menyoal BERANI, ada 5 faktor pemicu ialah: 1. Orang berani karena tidak tau. 2. Orang TIDAK berani karena taunya hanya sedikit. 3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui. 4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut. 5. Orang berani karena terpaksa. BERANI karena TIDAK TAU Tahun 1988, saya sekeluarga (isteri dan dua anak) beserta ibuku dan ayahku bepergian ke pedalaman Kalimantan Barat bagian selatan, menyusuri sungai Pawan menumpang sampan bermesin, milik kerabat kami yang tinggal di anak sungai Pawan. Ketika itu bulum ada jalan darat. Kru sampan itu tiga orang jadi jumlah rombongan kami 9 (sembilan) orang termasuk anak saya masih usia 5 tahun dan 6 tahun. Perjalanan lancar menyusuri sungai Pawan, melawan arus sepanjang siang dan malam hari sekitar 20 jam, sebab sungai Pawan cukup lebar dan dalam. Keesokan harinya kami mulai masuk ke anak sungai, setempat dikenal sungai Pemahan. Kini atap sampan bermesin itu harus dibuka, lantaran sungai begitu kecil dan berkelok-kelok, kadang ada dahan-dahan pohon yang menjuntai ke sungai, jika atap tidak dibuka akan mengganggu lajunya perjalanan. Kurang lebih setengah hari perjalanan masuk ke hulu anak sungai, ternyata ada bagian alur anak sungai yang dangkal, membuat perahu kami kandas di atas dasar sungai yang mendangkal. Dasar sungai pasir bercampur lumpur, dikiri kanan sungai terlihat semak belukar. Kru sampan berusaha meloloskan perahu kami dengan menekan galah (terbuat dari bambu panjang, salah satu ujungnya ada kaitnya). Kait sangat berguna membantu lajunya perahu untuk dikaitkan ke dahan pohon, ditarik mempercepat jalan perahu. Di lokasi kami kandas kebetulan tidak ada pohon yang dekat. Satu-satunya fungsi galah hanya ditekankan ke dasar anak sungai. Sudah dicoba beberapa kali dengan galah di kiri kanan sampan, namun perahu tidak bergeser. Sementara satupun kru sampan tidak ada yang berupaya turun ke air yang dalamnya tidak sampai sepaha orang dewasa itu. Akhirnya dengan spontan saya mencebur ke sungai, mendorong perahu kami, dari buritan. Alhamdulillah perahupun bergeser. Perjalanan kamipun berlanjut. Kupikir ada dua penyebab perahu dapat bergerak maju. Pertama muatan perahu berkurang sekitar 84 kg (bobot badanku waktu itu). Kedua daya dorong dari buritan cukup kuat dibanding tekanan galah dari atas sampan. Perahupun berjalan normal, petang harinya kami sampai di tempat tujuan, sebuah desa setempat di kenal “Semayok” kelurahan Pebihingan Kecamatan Tumbang Titi (sehubungan pemekaran kecamatan, kini sudah berubah jadi wilayah kecamatan Pemahan). Di dalam perahu setelah melewati kandas itu, saya penasaran ingin mengetahui kenapa kru perahu tidak satupun mau turun ke anak sungai, ditempat kami kandas. Hal itu kutanyakan setelah kami bersantai dirumah tujuan. Kru perahu menjelaskan bahwa mereka takut untuk turun ke sungai di daerah itu, sebab terkenal di situ bersarang buaya dikiri kanan sungai, di semak-semak mereka bergerombol, sambil mengobrol nunggu mangsa yang nongol. Saya satu-satunya orang yang berani turun ke sungai. Keberanian ku itu disebabkan diriku tidak mengetahui bahwa tempat kami kandas adalah sarang buaya. Kuteringat ketika tugas di bank setelah berdinas kurang lebih 10 tahun dimutasikan oleh atasan ke bagian Ekspor-Impor sebagai pejabat, kewenangan saya antara lain diberi hak menanda tangani schedule of remittance (SR). Sarana menagih hasil ekspor ke bank koresponden di luar negeri. Terus terang saya tidak mempunyai latar belakang bidang ekspor-impor dan ketika masih jadi pegawai TU juga belum pernah bertugas di bidang ekspor-impor. Apa boleh buat ini tugas, walau dengan pengetahuan hampir nol, tugas saya jalankan. Saya rasakan bahwa keberanian saya sangat tinggi. Begitu berkas-berkas negosiasi hasil ekspor diserahkan anak buah ke meja saya, dengan membaca sekedarnya dengan segera penuh keberanian saya tanda tangani. Sebab hasil cair dari nilai lawan rupiah hasil ekspor itu sudah ditunggu nasabah diantaranya ditarik melalui kliring (waktu itu di daerah, kliring sehari harus selesai), betul-betul saya bekerja di bawah tekanan. Sekali lagi karena saya tidak begitu mengatahui seluk beluk dokumen negosisi ekspor waktu itu, maka segera saja saya tanda tangani dimana tempat saya harus membubuhkan tanda tangan. Akibatnya lumayan, sebagian oleh koresponden bank luar negeri pembayaran ditolak karena ternyata terdapat discrepancy (penyimpangan dokumen). Disinilah saya simpulkan bahwa orang akan berani kalau ia tidak tau. Penolakan pembayaran di luar negeri atas beberapa dokumen lampiran SR yang saya tanda tangani, membuat saya sedikit demi sedikit mempelajari lika-liku dokumen ekspor mengenai syarat dan kondisi dokumen yang “complying presentation”, tidak akan ditunda atau ditolak pembayarannya. Kisah selanjutnya insya Allah akan diteruskan artikel berikut dibawah judul "TIDAK berani karena taunya hanya sedikit". Semoga sekelumit kenangan ini bermanfaat. Aamiin. M. Syarif Arbi Jakarta 22 DzulHijjah 1444 H 10 Juli 2023 (1.167,07.23)

Friday 7 July 2023

Awe-awe

Sambil menunggu kebelet kencing untuk periksa “Uro fluometry” hari ini di rumah sakit, kami melihat beragam pasien yang lebih payah dari ku. Memang utamanya di usia kepala 7, banyak orang dikelilingi sejumlah penyakit menemani hidup mereka, sehingga dibanyak hari dalam sebulan sering “rekreasi” ke rumah-sakit. Sejalan dengan kemajuan teknologi digital, beberapa bulan terakhir ini administrasi pelayanan kesehatanpun ikut berubah menjadi lebih canggih. Mendaftar untuk berobat ke rumah sakit dapat dari rumah, sudah secara On Line. Prosesnya: 1) Menggunakan HP cukup dari rumah dengan membuka aplikasi rumah sakit yang dituju. dilayar monitor tampak hal2 harus diisi seperti: nomor kartu berobat, nomor BPJS, NIK. 2) Ada tampilan "klik", muncul: nama, surat rujukan, poli tujuan, tgl kunjungan, pilihan dokter, pilihan waktu. Kemudian “klik” daftar dan akan muncul jawaban "pendaftaran berhasil, silakan lihat di riwayat". 3) Tampilan di HP selain berisi data yang kita input juga terdapat "barcode". 4) Setibanya di rumah sakit check in cukup menempelkan "barcode", di layar monitor sebuah mesin tesedia di anjungan poli yang dituju, keluar secarik kertas selanjutnya dibawa ke antrian menempelkan sidik jari (fingerprint) ibu jari. 5) Pasien duduk menunggu dipanggil mendapatkan nomor antrian pelayanan dokter. 6) Proses menunggu, melalui teknologi ini, terasa lebih cepat dari system manual dulu terjadi percepatan lebih dari 60%. Ketikaku sedang berobat di rumah sakit hari ini seseorang lansia mungkin diatas 70 an mengalami gangguan melangkah, kulihat dari kejauhan dianya setelah "fingerprint" kembali duduk menunggu ditempat yang jauh dari loket antrian menerima nomor. Ketika namanya dipanggil (kira2 30 han menit) sesudah “fingerprint” nomor antrian untuk menghadap dokter, teken SEP, diambilkan istrinya. Setelah dapat nomor antrian dokter, mau menuju ke ruang tunggu dokter barulah istri pak tua itu "AWE-AWE" melambaikan tangan agar suaminya mendekat di posisi di dapat nomor serta berkas. Pak tuapun dengan tongkatnya perlahan menuju istrinya, satu tangannya ke bahu anak perempuan yang ikut mengantar, tangan yang lain menekan tongkat menekan tongkat ke lantai. Usai periksa dokter, pengurusan resep obat, mengambil obat diserahkannya kepada anak perempuannya yang memapahnya tadi, sementara kakek dengan si nenek yang baru habis berobat itu berjalan ter-tatih2 menuju tempat duduk yang dekat dengan kendaraan pulang di rumah sakit yang mereka kunjungi sepekan kadang sampai 4 kali itu. Dengan demikian proses berobat terakhir ini sejak awal si kakek-nenek yang sudah uzur dapat lebih mudah. Mulai pendaftaran dapat minta tolong ke anak2 (karena teknologi digital kadang diusia lanjut sudah susah mengikutinya) kecuali ketika “fingerprint” dan ketika ngajak ke ruang tunggu dokter barulah, hal itu tak dapat diwakilkan. Untuk dua keperluan itulah istri atau anak yang mengantar berobat meng "AWE-AWE" dengan melambaikan tangan. Bagi lansia yang menderita menikmati beberapa jenis penyakit, patut disyukuri bahwa: 1. Sekarang fasilitas berobat sudah semakin mudah di akses. 2. Siapa saja dikarunia penyakit2, baik yang tak begitu memayahkan, maupun agak berat masih tetap harus bersyukur karena terhibur oleh hadits berikut: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari no. 5660). Semoga dengan beberapa penyakit baik orang muda maupun kakek-nenek yang tergolong ringan2 saja ini Allah mengampuni dosa2 mereka, sesuai hadits di atas. Aamiin. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 19 DzulHijjah 1444 H. 7 Juli 2023. (1.166.07.2023).

Tuesday 4 July 2023

ADIL dari ZAMAN ke ZAMAN

Zaman penjajahan doeloe, para pejoeang pergerakan kemerdekaan ditangkap penjajah, diadili malah mereka dinyatakan bersalah kemudian masoek boei. Padahal mereka menuntut keadilan, menuntut kemerdekaan. Mereka diadili dengan tidak adil. Banyak pejoeang kita yang diboeang, diasingkan. Itu model keadilan waktoe itoe. Dengan menengok keadilan zaman penjajah boleh kita simpulkan bahwa keadilan, bagaimana menurut sudut pandang penjajah, karena mereka yang pegang kekuasaan. Kalau begitu keadilan ditangan yang berkuasa. Para pejoeang menuntut keadilan itu justru salah menurut penjajah, mereka di golongkan kelompok membuat kekacauan, menciptakan keresahan masyarakat, di cap ekstrimis dll yang negatif. Di zaman ORLA begitu juga, tak sedikit lawan politik rezim berkuasa yang ditahan salah seorang diantaranya Prof. Dr. Hamka ulama idola ummat pada zamannya, buku2 karya beliau sampai kini masih memperkaya khasanah pustaka. Di zaman ORBA pun demikian pula rupanya, sederet tokoh ditahan, dikucilkan, dicekal. Barulah perbuatan penahanan, pencekalan, pengucilan itu dinilai sebagai “tidak adil”, ketika rezim berganti. Ketidak adilan berupa penahanan, pengucilan dan pencekalan ini pun berakhir ketika rezim ORBA berakhir. Para pembaca seusia diriku yang telah merasakan, sekaligus menjadi saksi sejarah, setidaknya tiga zaman, yaitu: Zaman ORLA, zaman ORBA dan kini zaman REFORMASI. Kita menyaksikan kisah penuntut keadilan, rupanya terus berlanjut sepanjang masa, dari zaman ke zaman. Rasa keadilan itu tak kan ditemukan selama para pihak sebagai penegak keadilan justru tidak adil. Jadi keadilan itu se-olah2 tidak pasti. Pantaslah Nabi Musa sampai bertanya kepada Allah. Ya Allah: “Manakah mahluk Engkau yang lebih adil”. Allah menjawab:”Orang yang sanggup menghukumkan atas dirinya sendiri apa yang dihukumkannya kepada orang lain”. Jadi penerapan "adil" apabila dapat menerapkan hukum sama untuk semua pihak sesuai hukum yang berlaku untuk siapa saja tak pandang bulu termasuk untuk dirinya, untuk kelompoknya sendiri hukum harus diberlakukan sama. Meskipun kebetulan kelompok sendiri sedang memegang kendali keputusan dan hukum. Kita diperintahkan menegakkan keadilan (surat An-Nisa 135): يٰـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰۤى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu……………...” Selanjutnya di ayat lain Allah ingatkan: walaupun kepada kelompok/orang yang dibenci, tetap harus adil. (Al-Maidah 8). ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰۤى اَ لَّا تَعْدِلُوْا. ۗ………………." ۗ ۖ "………...Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil…………...". Sebagaimana pernah dicontohkan penegakan hukum di zaman kejayaan Islam lebih dari ratusan tahun. Pernah kupetik dalam tulisanku tentang bagaimana Ali sebagai khalifah berperkara dengan rakyat yang beda agama dengan obyek perkara sebuah baju besi. Ali kalah dimata hukum walau dia pemimpin tertinggi negara. Kekalahan Ali lantaran secara hukum tak cukup bukti dan saksi. Walau akhirnya lama sesudah perkara diputus, lawan perkara mengakui bahwa baju besi itu milik Ali, sekaligus mengakui hukum Islam tegak dalam keadilan, sesuai prosedur berperkara. Selanjutnya ybs dengan ikhlas terpanggil memeluk Islam sebagai agamanya. Bagaimana di Zaman Nabi Muhammad memutuskan perkara, beliau percaya dan berpegang teguh akan sumpah dan saksi. Dalam perkara keluarga Budail bin Abu Maryam dari bani Sahm, dengan dua orang beragama lain setelah disumpah dengan cara agama yang dianutnya. Dua orang beragama lain teman seperjalanan niaga. Dalam perjalanan itu Budail meninggal dunia, almarhum Budail berwasiat minta serahkan harta dia terbawa di perjalan itu ke keluarganya, dititipkan pada dua teman seperjalanannya. Satu unit barang digelapkan penerima amanah, sedangkan keluarga mengetahui dan mempertanyakan, karena di dalam bungkus harta lain terdapat tulisan Budail; rincian daftar harta yang dititipkan. Berujung digelar pengadilan dipimpin Rasulullah. Dibawah sumpah menurut agama yang dianut kedua pembawa amanah tidak mengakui, bahwa mereka dititipi sebuah peti kecil yang dituntut keluarga Budail. Perkara ditutup, tidak dibuka kembali walaupun akhirnya setelah beberapa waktu berlalu diketahui bahwa keluarga Budail berhak atas Peti Perak bersalut emas yang dititipkan Almarhum Budail yang meninggal dalam perjalanan niaga tsb. Terbongkarnya hal sebenarnya lantaran itu peti, atas pengakuan pemilik terakhir dibeli dari sang penerima amanah. Atas keadilan penegakan system hukum Islam: * bahwa hukum Islam menghormati pengakuan dibawah sumpah (walau sumpah menurut agama bukan agama Islam ). * bahwa tidak membuka kembali perkara yang sudah diputus. Dikabarkan akhir hidup pemegang amanah masuk Islam, uang hasil penjualan peti perak bersalut emas itu secara sukarela diserahkan kepada ahli waris. Demikian indah bila telah terkondisi keadilan. Setiap orang merasa puas dan dengan sukarela menerima suatu keputusan yang adil. Patut agaknya kita berdo'a semoga keadilan di dunia ini membumi, setidaknya di negeri kita yang berdasarkan Pancasila dimana tersurat dua potong kata "adil" di dalamnya. *"Kemanusiaan yang adil dan beradab". *"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Ketika tulisan ini hadir ke ruang baca anda, bangsa kita tengah menyaksikan sejumlah perkara tentang ke ADIL an sedang berproses atau sudah selesai diproses. Sudah adilkah ??? Hati nurani yang senantiasa tersiram nilai kerohanian dari nur Ilahi insya Allah dapat merasakannya. Semoga Allah merahmati bangsa Indonesia, sehingga para pemegang kuasa keadilan sanggup berlaku "ADIL". Aamiin وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 DzulHijjah 1444 H. 5 Juli 2023. (1.165.07.2023).