Saturday 30 April 2022

PENGARAHAN GENERUS

Enam langkah membentengi generasi penerus dari dampak negatif kemajuan teknologi komunikasi kutawarkan, telah ku publish: 1. Perencanaan (27-04-2022 artikel ke 945) 2.Penyeleksian informasi (29-04-2022 artikel ke 947). Langkah ke 3 Pengarahan (akan disajikan dikesempatan ini). Seperti dikemukakan di publish 1 dan 2, bahwa tulisan ini penayangannya bertahap, maka langkah ke 4. Pendampingan, langkah ke 5. Pembagian waktu dan langkah ke 6. Pemberian alternatif. Insya Allah menyusul. PENGARAHAN. Pengarahan; besarannya ada dua y.i. untuk dunia dan untuk akhirat. Generasi penerus yang menentukan mereka akan menjadi apa setelah dewasa nanti, akan bagaimana kehidupan akhirat mereka kelak; peran Ortu begitu dominan. Sifat dan karakter si anak tak jauh-jauh amat dari nyak babenye "buah jatuh ndak jauh dari pohonnya". Demikian pepatah lama nan belum usang, namun seiring dengan kemajuan dunia pendidikan, perubahan lingkungan dan kecanggihan teknologi informasi, bila Ortu kurang mengambil peran, maka warna si anak jangan kaget, beda dari Ortunya, bagaikan "ayam beranak bebek". Sebagai bangsa yang religi tentu arahan ORTU untuk generasi penerus tidak hanya mengharapkan sukses dunia saja tetapi juga sukses di akhirat kelak. Arahan untuk dunia. Menjalani pendidikan formal dari paud sampai pendidikan tinggi. Gantungan cita-cita anda dan putra/putri anda ideal bila selaras. Penting diberikan pertimbangan kepada mereka sepantasnya anak anda menjadi apa. Penentuan pilihan itu sedapat mungkin disepakati Ortu dan anak. Pemaksaan kehendak cita-cita ORTU untuk dicapai anak, kadang berujung kekecewaan setidaknya kurang membahagiakan, kedua pihak. Seorang anak pas ber AQ tinggi Ortunyapun "berkocek tebal". Ortu ingin anaknya meneruskan profesi dirinya sebagai dokter. Anak tersebut menuruti kehendak ayahnya, singkat kisah setelah wisuda dokter, ijazah dipersembahkannya kepada ayahnya, diapun melanjutkan ke cita-citanya mendaftar di sekolah teknik, kini dia menjadi seorang sarjana teknik. Dia punya dua keserjanaan dan menekuni pekerjaan bidang teknik. Tak ada yang kurang baik disini, tetapi setidaknya telah menyita waktu, padahal kesempatan hidup manusia ini terbatas. Arahan tentang dunia, juga untuk menyusun hidup berumah tangga, pola hidup dalam rangka kesehatan, memilih pergaulan dll. Mengingat sempitnya ruang ini tak dibahas detail. Semuanya sangat dominan pengaruh Ortu; mengarahkan informasi yang bagaimana harus/boleh masuk ke sarana informasi canggih di kediaman mereka dan/atau di alat komunikasi mobil yang dimiliki sianak. Arahan berikutnya untuk akhirat. Bagaimanapun suksesnya kehidupan di dunia ini, bagi insan religi, yakin dunia ini akan ditinggalkan. Di akhirat nanti hrs dipertanggungjawabkan usia kita untuk apa digunakan, ilmu kita untuk apa diamalkan, harta kita dari mana diperoleh dan kemana dibelanjakan. Yang juga tak kalah mengerikan bila anak salah arah, dimana kita dihadapan mahkamah yaumil qiamah akan diminta penjelasan, sudah seberapa jauh ikhtiar kita, sebagai ORTU memberikan arahan di bidang agama. Karena Allah sudah wanti-wanti: يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. 66 = At-Tahrim ayat 6) Tergelincirnya anak, cucu, cicit kita ke neraka bukan mustahil berawal dari kealpaan kita dalam MENGARAHKAN generasi penurus kita sehingga ybs terkena imbas dari dampak negatif canggihnya kemajuan teknologi informasi. Semoga kiranya Allah memberikan petunjuk kepada kita semua sidang pembaca, sebagai ORTU dalam mengarahkan generasi penerus kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 28 Ramadhan 1443 H. 30 April 2022. (948.04.22).

Friday 29 April 2022

J I P I N G

Ketika seorang Professor sedang berceramah di sebuah masjid, jamaah tertua sebagai audience dari kursinya dia mengajukan pertanyaan. Begitu seriusnya kakek yang usianya sudah di atas 80 tahun ini bertanya kepada penceramah. Yang menarik buat ku selain materi pertanyaannya didasari ingin minta kejelasan, tetapi yang sangat terkesan istilah yang beliau kemukakan “SAYA INI HANYA NGAJI KUPING”. Jamaah shalat Magrib dan sekaligus Isya itu, bermaksud bahwa dirinya bukanlah orang berasal dari sekolah agama. Pengetahuan agama yang diperoleh beliau, sampai usia begitu sepuh didapat dari hanya mendengar, makanya beliau mengistilahkan dianya “NGAJI KUPING”. Mungkin bukan hanya Kakek ini; yang NGAJI KUPING, sebab tidak semua pemeluk agama, sedari kecil sekolah agama. Tidak semua kita masuk pesantren. Sebagian besar kita sekolah umum mulai SD (dulu SR), SMP, SLA perguruan tinggi (S1, S2 dan S3). Tidak heran maka pengetahuan dasar agama sebagian besar kita, sekali lagi sebagian besar (bukan semua) kita adalah NGAJI KUPING. Sebagian lagi ada juga disamping Ngaji Kuping, ditambah dengan ngaji mandiri, melalui mendalami sendiri buku-buku agama. Atau ada juga masa kecil oleh ORTU dimasukkan Madrasah. Dua kelompok disebut terakhir, kadang mempunyai pemahaman mengenai agama mendekati orang yang secara formal sekolah sedari kecil di sekolah agama. Belakangan ini melalui medsos, youtobe. Tidak jarang orang NGAJI MANDIRI + NGAJI KUPING ini berprofessi sebagai dokter, sebagai insinyur, ahli Enonomi ahli Manajemen dan berbagai ahli lainnya, tetapi mereka bukan saja “sedangan” pengetahuan agamanya sehingga juga sanggup menularkan pemahamannya kepada jamaah dengan berceramah mengenai agama. Khusus agama Islam tidak ada pembatasan yang boleh ber-khutbah hanya Kiayi atau Ustadz, tidak juga ada larangan seorang Muslimah atau Muslim memberikan tausyiah atau pengertian agama, asalkan yang bersangkutan dapat menyampaikan sesuai dengan acuan utama agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits (yang dapat diurutkan keasliannya). Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) Sementara dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran (surat 3) ayat 104. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ  ۚ وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." Tentu saja kalau sekedar NGAJI KUPING dan tidak menemukan konfirmasi dengan referensi Al-Qur’an dan hadits dimaksud janganlah ikut dulu men share kepada pihak lain. Namun demikian sesama PENGAJI KUPING ini juga jangan cepat-cepat mendebat, seseorang yang berceramah atau membaca tulisan seseorang, dengan mengemukakan hasil dari NGAJI KUPING juga. Terima dulu kalau sedang mendengar informasi dari penceramah atau tulisan, baru kemudian mencari referensinya, sebab kalau diibaratkan ilmu agama ini seluas lautan, jangan-jangan ilmu yang kita miliki barulah seperti sisa air di dasar gelas yang sudah habis diminum. Setiap orang berhak untuk masuk ke golongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf mencegah dari yang munkar. Golongan itu adalah orang yang siap memberikan keterangan, memberikan tausyiah tentu menurut kadar kemampuannya. Sementara itu ulama panutan Imam Syafi’i saja pernah mengatakan: “Jika terdapat hadits yang shahih, maka lemparlah pendapatku ke dinding. Jika engkau melihat hujjah diletakkan di atas jalan, maka itulah pendapatku.” “Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sampaikanlah sunnah tadi dan tinggalkanlah pendapatku –dan dalam riwayat lain Imam Syafi’i mengatakan– maka ikutilah sunnah tadi dan jangan pedulikan ucapan orang.” “Setiap masalah yang di sana ada hadits shahihnya menurut para ahli hadits, lalu hadits tersebut bertentangan dengan pendapatku, maka aku menyatakan rujuk (meralat) dari pendapatku tadi baik semasa hidupku maupun sesudah matiku.” “Kalau ada hadits shahih, maka itulah mazhabku, dan kalau ada hadits shahih maka campakkanlah pendapatku ke (balik) tembok.” Kalau begitu, konon lagi kita yang hanya NGAJI KUPING dan ditambah pengetahuan secara mandiri, kalaulah masih disana sini ada kekurangan itu wajar, sedangkan Iman Syafi’i yang demikian hebat kajiannya masih mengatakan seperti hal dikutipkan di atas. Tapi kita harus berani berbuat atas perintah surat Ali-Imran ayat 104 “supaya ada segolongan umat yang menyeru………….”. Menjalankan juga pesan Nabi “Sampaikan dariku walau hanya seayat”. Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua kejalan yang di redhai-Nya. Mari kita manfaatkan kesempatan sisa beberapa hari Ramadhan 1443 H ini, menambah ilmu dengan mengaji melalui sarana apa saja termasuk Ngaji Kuping (JIPING) اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ, وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ, وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ, وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Ramadhan 1443 H. 26 April 2022. (944.04.22).

BENTENG GENERUS

Bahwa demikian pesatnya teknologi informasi, bila dahulu penggemar tontonan dewasa seronok harus cari medianya ngumpet-ngumpet, bisik-bisik dengan pedagang CD; sekarang dapat dilihat ditelapak tangan. Fenomena ini buat anak-anak sangat berbahaya bagi remajapun masih berbahaya. Persoalannya bagaimana ORTU harus menyikapinya. Solusi untuk MEMBENTENGI generasi penerus dari dampak negatif kemajuan teknologi informasi tersebut adalah Enam yang kupapar tawarkan: 1. Perencanaan 2. Penyeleksian informasi 3. Pengarahan 4. Pendampingan 5. Pembagian waktu 6. Pemberian alternatif Sempitnya ruang, enam solusi tersebut. ku publish bertahap mulai dari: PERENCANAAN. Kehidupan ini tak dapat melepaskan diri dari perencanaan. Akan pergi ke pasar, akan berangkat ke kantor, ke masjid, harus pergi kemana saja harus beraktivitas apa saja, harus disusun rencana. Setidaknya untuk mendukung rencana itu ditetapkan a.l. kendaraannya apa, perlengkapannya apa yang diperlukan dan menentukan pilihan jalan yg akan dilalui. Orang akan menikah juga berencana, jarang yang ujuk-ujuk lalu nikah. Begitu juga setelah menikah akan punya generasi penerus itupun direncanakan, walau kadang yang terjadi diluar rencana karena kita berencana Allah jua yang menentukan. Anak sebagai generasi peneruspun lahir, kembali si Ortu sedini mungkin menyusun rencana diproyeksikan jadi apa tu anak nantinya kelak. Jangan salahkan Allah, jika anak setelah tumbuh dewasa tidak menyenangkan, karena telah diingatkan Allah bahwa anak memang berpotensi menjadi musuh, , ْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ ۚ dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; .......... (QS. At-Taghabun 64: Ayat 14) Anak berpotensi melalaikan Ortu dari mengingat Allah يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 9) Anak juga berpotensi sebagai COBAAN وَاعْلَمُوْۤا اَنَّمَاۤ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ "Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan......" (QS. Al-Anfal 8: Ayat 28) Untuk kehidupan di dunia ini agar generasi penerus tidak hidup dalam kesulitan, direncanakan pendidikan yang baik, kondisi phisik dan mental yang prima, karena mereka akan hidup di era yang lebih kompetitif dari pada kita. Oleh karena itu Allah mengingatkan: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 9) Itu perencanaan untuk hari esok di dunia. Tapi yang namanya hari esok bukan hanya hari esok dalam arti hari sesudah hari ini saja. Tetapi hari sesudah hidup di dunia ini yaitu di hari akhirat. Sehingga perencanaan yang diajarkan Allah untuk kita, dunia dan akhirat tersebut يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 18) Begitulah salah satu solusi membentengi generasi penerus dari dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi yaitu PERENCANAAN, dengan menyiapkan mereka dengan ilmu, iman dan taqwa agar dengan sendirinya mereka dapat menyaring informasi. Yang tepat untuk keperluan mereka sesuai pertumbuhan kejiwaan sejak usia dini, anak-anak, remaja dan dewasa. Pada jenjang pertumbuhan kejiwaan itu Ortu membentengi generasi penerusnya dengan melakukan pemantauan, pengawasan dan pengarahan informasi apa yang boleh dilihat dan yang tidak boleh dilihat mereka, agar tercapainya “Perencanaan” mau diproyeksikan jadi apa putra-putri mereka kelak. Hal tersebut akan dirinci di solusi berikut "PENYELEKSIAN INFORMASI". insya Allah dilanjutkan yang akan datang. Demikian selingan sambil menjalani ibadah Ramadhan kita hari ini, semoga kita dapat menjelmakan rencana buat generasi penerus kita, terbentengi dari pengaruh negatif kemajuan teknologi informasi. Momentum Ramadhan, latih anak2 yang belum akil baligh berpuasa, awasi agar yang sudah dewasa melaksanakan puasa dengan baik, puasa merupakan salah satu benteng buat generasi penerus kita. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْ وَٰجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍۢ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 25 Ramadhan 1443 H. 27 April 2022. (945.04.22).

Penyeleksian Informasi Generus

Melanjutkan tulisanku ke 945, 25 Ramadhan 1443 H, 27 April 2022 “Benteng Generus” dimana kusebutkan 6 langkah yang dapat membentengi gerenasi penerus dari dampak arus teknologi informasi dewasa ini, salah satunya adalah “penyeleksian Informasi”. Informasi merupakan isi dari komunikasi. Arus informasi ada yang searah, ada yang dua arah. Informasi pada dunia maya kadang searah dan boleh jadi menjadi dua arah bila sipenerima informasi merespond ke sumber informasi. Out put informasi dapat berujung berkomunikasi secara aktif bila penerima meng-counter informasi itu, secara pasif jika hanya menerima informasi itu tanpa merespond. Secara aktif maupun pasif informasi yang sudah terlanjur masuk berpengaruh terhadap diri seseorang, tergantung persiapan individu yang bersangkutan dalam mencerna informasi tsb. Oleh karena itu agar aman; disinilah peran ORTU “menyeleksikan informasi” bagaimana yang pantas buat generasi penerusnya sesuai tingkat perkembangan/pertumbuhan kematangan jiwa mereka. Dalam upaya menyeleksikan informasi buat putra/putri, anda jelas harus berkomunikasi kepada mereka. Teknik berkomunikasi harus tepat agar komunikasi efektif. Ortu yang salah memilih teknik komunikasi, jangka panjang besar kemungkinan arahannya akan diabaikan. Sebagai pedoman komunikasi pernah ku publish di blogspot ku dan di akun F.B. ku bahwa Al-Qur'an memberikan a.l. 6 teknik berkomunikasi y.i.: 1. secara "sadida" (al-Ahzab 70) berkomunikasi dg "kata yg benar". Utamanya usia balita jangan menyampaikan "larangan", kemudian memberikan alasan penyebabnya yang tidak benar. Hanya sekadar menjawab untuk menakut nakuti. Banyak contoh di waktu kita masih kecil misalnya "kalau maghrib segera berhenti main, nanti ditangkap hantu Wewe". Jangan suka duduk di pintu nanti cita-cita tak pernah tercapai. Hendaklah diberikan alasan yang logis sesuai kemampuan nalar si anak. 2. secara "karima" (Al-Isyra 23), kata kuncinya tidak menggurui, komunikator memposisikan komunikan adalah orang yg harus dijaga perasaannya. Di usia menjelang remaja kadang si anak sudah merasa paling bisa. Ortu dalam memberikan arahan harus mulai hati-hati jangan terkesan menggurui. Ybs kadang tak terima, karena merasa sudah pintar, sudah mengerti. Ekstrimnya Ortu dianggap sok usil. 3. secara "ma'rufa" (Al-Baqarah 63), kata kuncinya perkataan baik, tidak menyakitkan hati. Kebijakan Ortu memilih cara memberikan larangan untuk menggunakan informasi atau anjuran apapun dengan perkataan yang baik, tidak menyakitkan hati. Kalau punya kemampuan dengan teknik lucu, berseloroh, sehingga ybs tak terasa sedang dinasehati. 4. secara "baligha" (an-Nisa 63) kata kuncinya mengerti lawan bicara, sampai dimana logikanya, bagaimana kondisinya. Kaidah ini penting agar pesan tersampaikan efektif dan manfaat. Anda tau betul perkembangan putra/putri anda sebab merawatnya sejak bayi. Anda harus tepat memilih cara berkomunikasi sesuai perkembangan kecerdasan ybs. 5. secara "laiyina". (Taha 44). Berkata lemah lembut dengan argumentasi yang logis, siap dengan bukti. Bila perlu berikan contoh akibat buruk anak yang sering (sesuai yang anda cegah) dan kesudahan sukses/baik anak yang menuruti (apa yang anda anjurkan). 6. secara "maysura" (Al-Isyra 28). Kata kuncinya penuh pengertian dan taktis. Dlm konteks tersebut ortu yg bijak. Pernah kutulis di blog dan FB dengan judul "Komunikasi Lidi". Seorang ibu menggunakan cara "maysura", menyikapi anaknya kelas 1 SD yg dpt menjawab pertanyaan 3 + 60 = 63. Tapi ketika ditanya gurunya 60 + 3 = berapa dia tak dpt menjawab. Dengan sabar ibu muda itu memotong lidi sebanyak 100 ukuran sekitar 10cm. Taktis yg digunakannya, si anak disuruh meletakkan dilantai 3 lidi selanjutnya 60 lidi. Disuruh hitung. Tentu hasilnya 63. Selanjutnya lidi dikumpulkan lagi. Berikut disuruh si anak menjajarkan 60 lidi disisi kiri dan di kanan dijejer 3 lidi. Lidi kemudian dikumpulkan. Juga disuruh hitung tentu hasilnya juga 63. Dengan taktik seperti itu, tu anak paham bahwa di bolak balik hasilnya sama; 3 + 60 = 63; juga 60 + 3 hasilnyapun = 63. Begitulah pemahaman anak kadang kecerdasannya beda-beda dengan anak se usianya. Disikapi dengan taktis dan penuh pengertian, oleh bundanya, tidak dengan diomeli. Semoga kita dapat memilih teknik berkomunikasi kepada generasi penerus kita agar dapat menyeleksikan informasi yang bagaimana yang layak buat generasi penerus kita guna membentengi mereka dari dampak negatif dari kecanggihan teknologi informasi. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Ramadhan 1443 H. 29 April 2022. (947.04.22).

Monday 25 April 2022

Bila HATI diumpamakan BOTOL

Hati ini bila diumpamakan "BOTOL", Nilai botol ditentukan isi. Harga sebotol madu dengan sebotol minyak goreng jauh berbeda. Walau kini minyak goreng sedang berharga tinggi, tetap masih kalah harganya dengan sebotol madu dengan volume sama. Satu lagi sifat botol, kalau botol sudah penuh terisi, cairan yang lain tak dapat masuk lagi. Kalaulah "botol hati" ini senantiasa terisi dengan dzikir maka setidaknya pikiran2 lain tidak ikut masuk, karena ibarat botol tadi sudah penuh terisi. Bila hati penuh terisi dzikir, maka suasana hati jadi tentram. Jaminan Allah: اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ۗ "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra'd ayat 28) Hati yg tentram akan membuat kehidupan ini menjadi mudah dan indah. Dalam keadaan berpuasa, jika hati telah dipenuhi dengan dzikir, maka tak ada peluang masuknya pikiran2 yang jelek, berprasangka buruk. Tak sempat ikut nimbrung di majelis ghibah…... Kesempatan berdzikir di bulan Ramadhan begitu terbuka, bila aktif ikut tarawih setidaknya terpakai waktu hampir 2 jam-an. Bangun sahur, sebelum sahur sempat nambah shalat tahajud. Tahajud + Sahur = kurang lebih 3 jam-an. Disambung ke masjid nunggu shalat subuh dan ikuti sedikit tausyiah atau dzikir imam masjid mungkin se jam-an. Ditambah lagi nunggu Syuruk sekitar se jam-an. Dzuhur, Ashar, Maghrib 2 jaman. Maka hati ini se kurang2nya terisi 9 jam-an dengan ibadah + dzikir. 8 jam tersisa untuk beraktivitas, 7 jam untuk tidur. Khusus di bulan Ramadhan. Hal serupa dapat dilanjutkan usai Ramadhan, agar hati; ibarat botol ini terus berisi dzikir, ibadah, shalat tahajud dan membaca Alqur'an. Di bulan2 lainnya supaya mudah diatur 3 x 8. yaitu: Ibadah dan dzikir 8 jam, beraktivitas 8 jam dan tidur 8 jam. Jika hati tak terisi dzikir dikhawatirkan terjadi seperti yg diingatkan Allah: :.....وَلَا يَكُوْنُوْا كَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَا لَ عَلَيْهِمُ الْاَ مَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ ".......dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." (QS. Al-Hadid ayat 16) Hari ini shaum Ramadhan 1443 H, tinggal hitungan hari. Tinggal-lah kini evaluasi apakah puasa yang sudah dijalani mendapat skor maksimal, Allah lah yang maha tau, namun serba sedikit diri kita sendiri juga dapat menilai. Apakah diri ini sudah dapat membentengi diri dari hal2 yang mengurangi nilai ibadah puasa. Benteng yang paling kuat adalah penuhi “Botol hati” dengan ibadah dan dzikir, niscaya “cairan ghibah”, “larutan fitnah”, “adukan adu domba” insyaAllah tidak ada kesempatan masuk ke “botol hati” yang sudah penuh dengan “larutan dzikir dan ibadah” Semoga hari2 Ramadhan kita yang masih tersisa dapat digunakan sebaik2nya untuk beribadah, berdzikir kepada Allah, sehingga usai Ramadhan kita lulus dengan nilai terbaik. Targetkan cumlaude. اللهم أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 23 Ramadhan 1442 H. 25 April 2022. (943.04.22).

Sunday 24 April 2022

Secara Keseluruhan

Menjalankan Islam secara kaffah diterjemahkan menjalankan Islam sesuai ke Al-Quran dan hadits, yaitu dengan petunjuk Allah dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasul. Atau masuklah Islam secara keseluruhan. Perintah masuk Islam secara kaaffah ini termuat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 208 يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِى السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." Ayat ini turun berkenaan dengan perihal Abdullah bin Salam bersama para sahabatnya yang berasal dari Yahudi Bani Nadhir di Madinah. Meskipun sudah memeluk Islam, mereka masih terpengaruh oleh norma-norma agama Yahudi seperti penghormatan terhadap hari Sabtu dan keharaman daging unta. Sikap setengah-setengah ini yang ditegur oleh Allah SWT. Naaah kini kita tinjau, diri masing2, masyarakat muslim di sekeling kita apakah telah masuk Islam secara keseluruhan yakni menerapkan “Perilaku Islami”. Masihkah kita mengamalkan adat istiadat yang bertentangan, tidak sejalan dengan yang diatur Islam, seperti kebiasaan Abdullah Bin Salam penyebab turunnya ayat tersebut. Umpamanya masih, maka ayat ini agaknya jadi acuan kuat untuk meninggalkannya agar tidak terkelompok belum masuk Islam secara kaffah. Secara sederhana “Islam Kaffah” itu mungkin boleh diartikan bebas, sebagai: “Orang Islam yang berperilaku Islami”. Diistilahkan demikian karena; ada fenomena “orang bukan Islam berperilaku Islami tentu minus ibadah”. Juga ada “orang Islam (karena beribadah secara Islam), tapi tidak berperilaku Islami”. Guna mengukurnya ada 4 dimensi perilaku Islami, menunjukkan bahwa orang telah masuk Islam secara Kaffah yaitu: 1. Dimensi Akidah. Ditandai dengan keimanan yang kuat tidak tergoyahkan. Secara mudahnya pemeluk agama Islam kaffah tidak bergeser sedikitpun keyakinannya terhadap rukun iman yang enam, dan rukun Islam yang lima. Meskipun umpamanya karena desakan mendapatkan harta, Islam kaffah tidak akan mengorbankan akidahnya. Selalu jadi panduan hidupnya surat Al-Baqarah 188: وَلَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِا لْبَا طِلِ وَتُدْلُوْا بِهَاۤ اِلَى الْحُـکَّامِ لِتَأْکُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَا لِ النَّا سِ بِا لْاِ ثْمِ وَاَ نْـتُمْ تَعْلَمُوْنَ "Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui." Begitu juga, bila dianya pemuda atau pemudi, manakala ada kecondongan akan memperoleh pasangan hidup yang tidak seakidah, dianya akan segera menghindar. Teringat benar orang Islam kaffah dengan tuntunan akidah Islam tentang hal menikah di surat Al-Baqarah 221: وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكٰتِ حَتّٰى يُؤْمِنَّ ۗ وَلَاَ مَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتّٰى يُؤْمِنُوْا ۗ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ ۗ اُولٰٓئِكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّا رِ ۖ وَا للّٰهُ يَدْعُوْۤا اِلَى الْجَـنَّةِ وَا لْمَغْفِرَةِ بِاِ ذْنِهٖ ۚ وَيُبَيِّنُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّا سِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ "Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran." 2. Dimensi ibadah. Diukur sekurang-kurangnya taat melaksanakan shalat lima waktu. Shalat merupakan pembeda orang Islam dan bukan Islam. Orang diluar Islam peribadatannya kepada agamanya, meliputi: tatacara, waktu, tempat melakukannya berbeda dengan agama Islam. Orang Islam kaffah betul-betul menghayati sabda Rasulullah: اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنُ وَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ تَرَكَ الدِّيْنَ “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa menegakkan shalat, maka berarti telah menegakkan agama. Dan barang siapa meninggalkan shalat, maka ia telah merobohkan agamanya”. 3. Dimensi muamalah. Nampak pada perilaku orang Islam kaffah dalam melakukan setiap kegiatan dalam berinteraksi dalam masyarakat, dengan akhlak Islami. Tetap menghormati sesama, biarpun berlainan akidah. Kepada agama selain Islam, orang Islam yang kaffah tidak menghinanya. Karena dijiwainya betul ayat Al-Qur’an surat Al-An’am 108: وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًا بِۢغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ "Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan." Juga surat Al-Baqarah ayat 256 : لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِا لطَّا غُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِا لْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَا مَ لَهَا ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ "Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." 4. Dimensi sosial. Indikatornya adalah kepedulian sosial orang Islam kaffah begitu tinggi, karena di dalam ajaran Islam setiap rezeki yang diterimanya harus digunakan dengan baik untuk kepentingan diri, keluarga dan di dalamnya ada hak orang lain, kaum fakir miskin, anak yatim dan menunjang kehidupan sosial masyarakat. Aktif menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Sandaran berfikir orang Islam kaffah setiap mendapat rezeki adalah surat Al-Baqarah ayat 254 : يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَا عَةٌ ۗ وَا لْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan, dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim." Islam secara kaffah, boleh diartikan tidak setengah-setengah, tetapi secara keseluruhan. Namun sesuai ayat 208 Al-Baqarah di atas, bahwa untuk masuk Islam secara kaffah itu tidaklah mudah, sebab ada setan yang selalu menghalang halangi. Di wanti-wanti Allah di penggalan ayat 208 Al-Baqarah tersebut: وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  “jangan ikuti langkah setan”. Semoga dengan melalui gemblengan puasa Ramadhan kita dapat berusaha sekuat tenaga, menjadi pemeluk Islam yang melaksanakan perintah agama secara keseluruhan , dan meninggalkan yang dilarang agama secara keseluruhan pula. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 21 Ramadhan 1443 H. 23April 2022. (941.04.22).

Serba-Serbi ISI Kehidupan

Hidup di dunia yang rata-rata hanya tujuhpuluhan, delapanpulahan tahun ini suka tidak suka harus dilalui. Sebagai apapun kita berperanan harus kita jalani. Mau tidak mau, siap tidak siap dalam hidup ini akan dihadapi serba-serbi isi kehidupan meliputi: 1. Bahagia, sukacita, senang gembira. 2. Berduka cita, sedih, susah, menderita. 3. Sehat, segar bugar. 4. Sakit. Bahagia, Sukacita Senang gembira. Kesenangan, suka cita dan kebahagian sering dilambangkan dengan kesuksesan limpahan materi, berkedudukan terpandang. Walaupun ukuran bahagia tak mesti indikatornya sukses, berlimpah materi dan kedudukan tinggi. Berduka cita, sedih, susah, menderita. Kesedihan, kesusahan duka nestapa, disebabkan kegagalan, hilangnya harta benda, hilangnya jiwa sanak keluarga atau orang tercinta, turun jabatan. Kadang terselip hikmah besar di dalam duka dan kehilangan serta kegagalan. Sehat, segar bugar. Dambaan setiap orang untuk selalu sehat, namun dalam rentang kehidupan yang membentang dari lahir ke ajal ter-isi-lah dengan sehat dan sakit. Jasmani sakit ikhtiar berobat, rohani sakit kepada Allah mendekat dan bertaubat. Sakit. Keadaan phisik, perasaan yang beda dari keadaan normal. Semua orang merasakan sakit. Kadar sakitnya saja yang tak sama. Rata2 manula kebagian penyakit kronis, inipun beda setiap individu. Asik ngobrol sesama manula berpenyakit kronis di ruang tunggu poli rumkit. Ternyata penyakit masing2 bervariasi. Ada yang kena diabet tanpa kolesterol. Ada yang kolesterol tidak diabet. Ada penderita jantung rangkap diabet. Bab jantung ada yg penyempitan, ada yang klep, ada yang aritme. Aritme macam2 lagi. Ada yang denyut nadi ketinggian, kerendahan dan lain sebagainya. Sadarlah kita bahwa “Serba serbi kehidupan” kita masing2 walau kelompoknya sama seperti saya ungkap di awal tulisan ini, namun variasi yang diajalani tiap individu beragam, sekalipun kembar identik. Semua telah ditentukan oleh YANG MAHA KUASA. Seluruh Serba-serbi kehidupan ini dalam terninology iman disebut TAQDIR. Dalam menjalani hidup ini, ketika datang ISI HIDUP silih berganti dalam wujud apapun janganlah sampai kita termasuk kelompok manusia seperti disebutkan Allah dlm Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 83: وَاِذَاۤ اَنْعَمْنَا عَلَى الْاِنْسَانِ اَعْرَضَ وَنَاٰ بِجَانِبِهٖ ۚ وَاِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَـئُوْسًا "Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa". Dalam konteks ISI HIDUP ini Nabi Muhammad s.a w. telah memberi informasi bahwa sebelum kita tercipta: "........................................................ ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِكَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ .... (رواه البخاري ومسلم) " ..............Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.........................." (Riwayat Bukhori dan Muslim). Semoga kita termasuk orang yang bersabar ketika mengalami musibah, bersyukur bila mendapat keberuntungan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 22 Ramadhan 1443 H. 24 April 2022. (942.04.22).

Friday 22 April 2022

Keberuntungan ber-Agama

Beruntung sebagai warga negara Indonesia, semua beragama, terindikasi pada KTP ada kolom khusus mencantumkan Agama. Beda dengan SIM tidak ada kolom tempat mencantumkan Agama pemegangnya. Salah satu keuntungan di KTP ada kolom Agama, misalnya terjadi kecalakaan lalu lintas, atau kecelakaan transportasi atau musibah kematian lantaran apapun, dimana tak seorangpun mengenal korban, jauh pula alamat yang termuat dalam KTP. Setelah jenazah disimpan dikamar mayat berhari-hari diumumkan dan dihubungi ke alamat korban, keluarga tidak ada respond. Setidaknya pihak berwenang setempat dapat mengebumikan korban tersebut menurut tata cara agama yg termuat dalam KTP. Keuntungan lainnya beragama; akan memperoleh setidaknya 7 hal lagi sbb: 1. Terarah dalam menjalani hidup. 2. Tenang ketika menghadapi persoalan hidup. 3. Ada TUHAN sebagai tempat menggantungkan diri. 4. Optimis, selalu memiliki harapan..... kalau blm sekarang .... nanti. Kalau tidak di dunia di akhirat nanti. 5. Memahami ilmu pengetahuan di dunia dan ilmu akhirat. 6. Memahami orang lain. 7. Selalu terhindar dari hal2 yg buruk. ad.1. TERARAH dlm MENJALANI HIDUP. Agama memberikan pedoman kehidupan, mulai dari: 1.a. berumah tangga, 1.b. di rumah tangga, 1.c. berkeluarga, 1.d. bermasyarakat, 1.e. berbangsa, bahkan bernegara. ad.1.a. Memulai kehidupan berumah tangga, mempersatukan lelaki dan perempuan dalam ikatan pernikahan. Arahan aturan ini mengikuti aturan agama. Supaya nanti jelas nasab keturunan dari anak2 melalui pernikahan. Semua agama mengatur cara pernikahan. Di dalam agama Islam misalnya ditetapkan rukun nikah: a.1. mempelai laki-laki. a.2. mempelai perempuan. a.3. wali nikah untuk perempuan. a.4. dua orang saksi laki-laki. a.5. ijab kabul. Tidak ada nikah laki-laki dengan laki-laki. Tidak ada nikah sesama perempuan. Tidak pula boleh lelaki dan perempuan setelah sama2 mau, lalu nikah sendiri tidak berwali tanpa 2 orang saksi lelaki. Ijab-kabul mrpkn penyerahan dan penerimaan tanggung jawab.......... Mahar (mas kawin), merupakan syarat nikah, justru diperintahkan Allah (lihat An-Nisa 4). وَاٰ تُوا النِّسَآءَ صَدُقٰتِهِنَّ نِحْلَةً ۗ فَاِ نْ طِبْنَ لَـكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْۤـئًـا مَّرِیْۤـئًـا "Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati." Hadits: - حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ بن دينار عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال لرجل تجوج ولو بخاتم من حديد (رواه بخاري) “Telah berkata Yahya, telah berkata Waqi’ dari Sufyan dari Abi Hazim bin Dinar dari Sahal bin Said as-Sa’idi bahwa Nabi berkata:” hendaklah seseorang menikah meskipun (hanya dengan mahar )sebuah cincin yang terbuat dari besi”(HR.Bukhori) Mas kawin (mahar) menjadi salah satu hal yang diatur dalam hukum Islam. Pasal 30 KHI jo.Pasal 2 UU Perkawinan mewajibkan calon mempelai pria untuk membayar mahar pada calon mempelai wanita dengan jumlah, bentuk, dan jenis yang disepakati kedua belah pihak. ... Pemberian mahar juga wajib dibayar oleh mempelai pria. Mas kawin umumnya dibayar tunai, tetapi boleh juga misalnya belum siap, dengan “tidak dibayar tunai” atau “ngutang”. ad.1.b. Di rumah tangga, agama mengatur struktur organisi dalam rumah tangga, dimana suami sebagai kepala keluarga wajib mencari/memberi nafkah, istri sbg ibu rumahtangga memelihara hak2 suami dan mengasuh anak2 mereka nanti. Istri taat kpd suami sesuai koridor agama. Suami melindungi istri penuh kasih sayang......... اَلرِّجَا لُ قَوَّا مُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَاۤ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَا لِهِمْ ۗ فَا لصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ وَا لّٰتِيْ تَخَا فُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَا جِعِ وَا ضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِ نْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلِيًّا كَبِيْرًا "Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar." (QS. An-Nisa' ayat 34) ad.1.c. Berkeluarga, agama juga mengatur lengkap status berkeluarga stlh nikah, bgmn thdp mertua, adik kakak saudara suami, adik kakak saudara istri. Bgmn seharusnya sikap ayah bunda thdp anak2 mereka. Bgmn anak2 seharusnya thdp ortu mereka. ad.1.d. Bermasyarakat, agama mengatur bgmn hubungan hrs terjalin baik dg tetangga, sekalipun tdk seagama ..... ad.1. e. Berbangsa dan bernegara. Agama juga menuntun bgmn sbg rakyat, juga agama memandu bgmn seharusnya sbg pemimpin. Pokoknya komplit-plit di atur dlm agama, makanya bgt hebat Keberuntungan Beragama. Tentunya yang ideal bila masing-masing pemeluk agama menganut agama secara kaffah. Di agama Islam perintah Allah begini: يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَاۤ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syetan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah ayat 208) Keindahan menikmati khasiat beragama dari 7 rencana kupasan di atas salah satunya tentang Arahan berumah tangga, melalui jenjang "PERNIKAHAN". Keberuntungan berikutnya insya Allah ditulis mendatang, supaya artikel ini ndak terlalu panjang. Semoga Allah menjadikan kita semua merasakan Keberuntungan Beragama. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 20 Ramadhan 1443 H. 22 April 2022. (940.04.22).

Wednesday 20 April 2022

MATI dan HIDUP setiap hari

Ketika kita diundang teman mantu, teman akrab yang dulunya pernah bertetangga di suatu komplek RUDIN waktu semasa masih aktif bekerja. Mengundang mantu atas putrinya/putranya jadi mempelai. Si mempelai waktu dilahirkan ke dunia awak sempat menjenguknya ke RS. Di walimahan itu banyak teman sekolega semasa dinas, sudah puluhan tahun tidak ketemu. Kitapun melihat bahwa teman-teman (undangan) yang dulunya gagah/muda, sekarang sudah tua, jauh berubah dari yang dulu. Kadang tidak sedikit yang tak sanggup lagi kita mengingat namanya, sebaliknya diapun lupa dengan nama kita. Raut wajahnyalah yang masih mengakrabkan pertemuan singkat itu. Ternyata bahwa manusia itu, sesungguhnya tiap hari berubah. Kita bangun tidur keesokan hari wajah kita sebetulnya tidak sama lagi dengan wajah kita yang kemarin. Kita berkaca setiap hari ketika akan keluar rumah atau ke tempat kegiatan kita. Tetapi kita tidak merasakan berapa sudah berubahnya wajah kita hari ini dibandingkan dengan kemarin, lantaran tipisnya perubahan itu. Jikalah anda orang yang suka membuat dokumentasi foto setiap tahun, maka cobalah bandingkan foto anda dari tahun ke tahun, demikian besar perubahannya. Perubahan tersebut sesungguhnya akumulasi dari perubahan setiap hari yang tidak kita sadari, dalam proses mati dan hidup kita setiap hari. Konsep agama (Islam), bahwa manusia itu setiap hari mati. Sepanjang belum sampai ke mati sungguhan, keesokan harinya oleh Allah kita dihidupkan kembali. Kehidupan kita di esok hari secara phisik sudah bukan phisik kita yang kemarin lagi. Phisik kita yang kemarin sudah mati, kita hidup hari ini dengan phisik baru. Phisik baru kita hari ini sudah berubah dari phisik kita yang kemarin. Sejak bayi kita dilahirkan, tumbuh berkembang, tadinya telapak kaki hanya seukuran dua jari orang dewasa, berangsur hari demi hari membesar memanjang tumbuh hingga menjadi anak-anak, menjadi dewasa dan menjadi tua. Itu semua melalui proses hidup dan mati setiap hari. Hal yang sama dengan momen kondangan kisah di atas, bila kita sudah begitu lama tidak pulang kampung, katakanlah sampai sepuluh-duapuluh tahun. Banyak sudah orang sekampung yang dulu kita kenal sudah tidak dijumpai lagi, dapat saja mereka sudah meninggal dunia atau juga meninggalkan kampung merantau seperti kita. Kalaupun beberapa orang yang masih kita jumpai, kadang ada yang dianya melihat kita ragu-ragu untuk menyapa, biasanya kita yang meninggalkan kampung justru masih ingat dengan mereka, kitapun menyapa mereka dengan ramah dan tentu disambut dengan ramah oleh mereka pula. Di dalam hati kita kebanyakan terbersit, bahwa betapa sudah tuanya teman yang kita tinggalkan sepuluh duapuluh tahun yang lalu itu. Jangan buru-buru nyimpulkan bahwa orang tinggal di kampung cepat tua. Karena ketahuilah diapun/merekapun di dalam hatinya berkesan yang sama dengan kita, dianya melihat kita sudah begitu tua. Dalam hati mereka; “berat sungguh agaknya perjuangan hidup teman SMP ku ini di rantau”. Sementara kita merasa diri ini belum begitu tua seperti yang mereka rasakan dalam hati itu. Proses penuaan itu berjalan tak ada yang sanggup menghentikannya. Proses tersebut berlangsung, karena saban hari diri yang kamarin sudah mati, diri yang hari ini adalah wujud hidup baru. Begitu kita tidur, sebetulnya merupakan mati harian kita, sebelum mati sungguhan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا  ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِى قَضٰى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرٰىٓ إِلٰىٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى  ۚ إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ "Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir." (QS. 39 = Az-Zumar ayat 42) Oleh karena itu maka Nabi Muhammad S.A.W. ketika kita bangun tidur mengajarkan do’a berbunyi: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْر “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kembali setelah Dia mematikan kami, dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan.” Do’a bangun tidur ini memberikan indikasi bahwa sesungguhnya setiap kita tidur, maka kita telah masuk dalam “kematian”. Kematian sementara ini berlangsung terus menerus sepanjang hidup kita. Jadi kehidupan setelah kita bangun tidur, buat phisik kita adalah kehidupan yang baru lagi, sementara Ruh kita adalah tetap Ruh yang semula, sejak pertama kali ditanamkan oleh Allah ketika 120 hari dalam kandungan Ibu. Ruh berangsur bertambah pengetahuan, bertambah ilmu dan pengalaman. Ruh yang mengendalikan sikap dan perbuatan setiap orang ini, akan dipengaruhi oleh kedewasaan, pengalaman, ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya seorang berbeda sikap dan kebijakannya dari orang lain, tergantung kepada usianya di dunia, ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan pengalaman yang dialaminya. Dalam hal tidur, tidak ada perbedaan “tidur” orang melarat dengan seorang “konglomerat”. Begitu pula matinya konglemerat dan orang melarat tidak ada perbeadaannya, hanya berbeda pada upacaranya saja. Begitu pula sama saja tidur seorang hamba sahaya, kaum miskin papa merabda dengan seorang raja yang masih bertahta. Kalaulah ada perbedaan tidur mereka hanya pada wadah tergeletak tidurnya saja. Semoga tamsil tidur ini semakin insyaf-lah kita bahwa setiap hari kita ini tidur adalah mati dan bukan mustahil bahwa kita tidur hari ini tidak terbangun lagi, atau mati sungguhan. Oleh karena itu mumpung masih terjaga, tebar kebaikan selagi bisa, hindari kejahatan sekuat tenaga. Gunakan kesempatan Ramadhan ini semaksimal mungkin untuk menambah bekal mudik menuju kampung akhirat. اَللَّهُمَّ طَوِّلْ عُمُو رَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 19 Ramadhan 1443 H. 21 April 2022. (939.04.22).

Tuesday 19 April 2022

OPNAME - HATI

Makhluk yang berjiwa sekaligus beraga dan serta bertenaga, adalah manusia dan hewan. Sedangkan kan tumbuh2 an tidak bergerak, hanya tumbuh, makanya disebut tumbuh2an. Beda prinsip manusia dan hewan; manusia memiliki “hati” dalam pengertian “abstrak” dikenal dengan “qalbu”, disamping hati yang konkrit, sedangkan hewan hanya punya raga dan jiwa (roh), hati dipunyai hewan dalam arti konkrit. Bila terserang sakit, hewan hanya memungkinkan sakit Raga (badan) dan mungkin juga jiwa?? (Anjing Gila). Adapun manusia dimungkinkan sakit Raga, sakit Jiwa dan sakit Qalbu. Dalam bulan Ramadhan tahun 1443 H ini ,tigapuluh hari kita “merawat inap” = “opname hati” atau qalbu dengan melaksanakan shaum. Banyak jenis penyakit hati (qalbu), ikhtiar pengobatan rutinnya sih disediakan Allah tiap hari, dengan terapi shalat wajib, shalat sunnah, infak dan sedekah serta kebaikan lainnya. Namun yang paling intensif di bulan Rhamadan ini, melalui "shaum Ramadhan" diikuti amalan-amalan derivatifnya. Sebagai bahan renungan di hari ke 18 atau 19 (yang mulai hari Sabtu) shaum Ramadhan 1443 H ini, sebagai ikhtiar penyehatan hati (qalbu) kita; ayo' kita renungkan apakah selama bulan Ramadhan kita sudah merelakan diri bangun tengah malam untuk siap sahur. Siang hari menahan lapar dan dahaga serta hawa nafsu dan hal lainnya yang membatalkan/mengurangi nilai shaum. Juga membuka tangan untuk infak dan sedekah. Malamnya membebani diri dengan tambahan shalat malam dan tahajjud. Ramadhan-lah merupakan "RAWAT INAP (Opname)", mengobati hati (qalbu) kita selama 30 hari (sebulan), agar sehat kembali setelah 11 bulan tiap hari hanya dengan terapi2 biasa. Seperti dikemukakan di atas, manusia tercipta sama dengan makhluk hewan, terdiri atas Jasad dan Ruh. Pada jasad terpasang indra, syaraf, alat cerna, pembuluh darah, jantung, paru, empedu, ginjal, hati (dalam arti konkrit) otak dengan seluruh pirantinya. Semua alat yg terpasang di jasad hanya bisa berfungsi selama di jasad masih tertanam RUH. Buktinya begitu Ruh meninggalkan Jasad, si jasad ndak kuasa berbuat apapun, jangankan berjalan, berbicara, sekedar merapatkan kelopak mata saja sudah ndak mampu. Hewan yang melata, merangkak maupun terbang, kalau begitu sama dg manusia. Benar;................. hampir sama, hanya bedanya hewan2 itu tadi, tidak diberikan hati dalam arti abstrak atau QALBU, tempat IMAN bersemayam. Rata-rata hewan dilengakapi akal setidaknya dengan akal itu hewan dapat bertahan hidup. Dapat diduga hewanpun punya perasaan bagaikan manusia. Contoh si kucing kadang bermanja-manja dipangkuan tuannya. Anjing, kuda, setia pada pemiliknya. Agaknya perasaan mereka bukanlah hati dalam pengertian qalbu. Perilaku hewan adalah wujud kepatuhan mereka kepada Allah, sebab makhluk selain manusia tidak disediakan OPSI seperti manusia (boleh patuh boleh tidak). Hewan mutlak patuh. Sekurangnya tertuang di banyak ayat Al-Qur’an memberitakan bahwa makhluk selain manusia bertasbih dengan cara patuh terhadap sunatullah tanpa kreasi sebagaimana manusia. Kupetik salah satu ayat: يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ "Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah. Maha Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. 62 = Al-Jumu'ah ayat 1) Sedangkan manusia sengaja diciptakan Allah untuk ber OPSI dengan diberikan potensi فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا "maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya," (QS. 91 = Asy-Syams ayat 8) Oleh karena itu manusia lebih hebat dari hewan tapi terkadang lebih jelek lagi dari hewan. Oleh sebab itu manusia dibekali iman yang ada di qalbu berselaputkan RUH. Jasad hidup selama ada Ruh, tapi Ruh akan tetap hidup selamanya, walau sudah berpisah dengan jasad. Sebagaimana jasad, QALBU (hati) juga selama di dunia ini punya hak OPSI tadi. Si qalbu juga dapat sakit/terganggu kesehatannya, sebagaimana jasad. Maka perlu dirawat, dan di Ramadhan dilakukan “Opname atau rawat inap”. Sebab bila qalbu (hati) tidak sehat maka akan terjadi seperti yang diberitahukan Allah (QS. 7 = Al-A'raf ayat 179), berikut: وَلَـقَدْ ذَرَأْنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَا لْاِ نْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَا ۖ وَلَهُمْ اٰذَا نٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَا ۗ اُولٰٓئِكَ كَا لْاَ نْعَا مِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ "Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." Sakitnya jasad ikhtiar penyembuhannya melalui paramedis atau dokter. Banyak kadang biaya yang harus dianggarkan untuk mengobati jasad manakala sakit. Orang berduit kadang milyaran rupiah biaya berobat karena sakit tertentu harus berobat ke luar negeri. Semoga seluruh penyakit QALBU kita; a.l. hasad dan dengki, sombong dan congkak, angkara murka, medit dan serakah. Pokok semua penyakit qalbu sembuh dengan shaum Ramadhan. Semoga Allah memberikan kekuatan buat kita semua, untuk konsisten merawat qalbu kita, setiap hari walau Ramadhan telah berlalu nanti. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ قَلْبٍ لَايَخْشَعُ, وَمِنْ فْسٍ لَا تَشْبَعُ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 18 Ramadhan 1443 H. 20 April 2022. (938.04.22).

HIDUP selalu DIUJI

Semua penganut agama meyakini bahwa hidup di dunia ini sementara, nanti ada kehidupan akhirat yang abadi. Di akhirat telah menunggu Surga atau Neraka. Tentu tak seorangpun ingin masuk Neraka, cita2 setiap orang berharap Surga. Tak ada pula pilihan; “sudahlah saya jangan masukkan neraka walaupun tak masuk surga”, lalu minta di daerah ABU2. Ikhtiar masuk surga dipandu ajaran agama, intinya IMAN dan TAQWA, berupa hubungan setiap diri kepada Allah. Implementasi iman dan taqwa itu, terindikasi berbuat baik sesama manusia dan seluruh makhluk ciptaan Allah. Perihal BERIMAN, harus melalui pembuktian seperti dingatkan Allah dlm Al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat 2: اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji?" Pertama; Ujian dapat berwujud: suka cita, sukses, kemewahan, kesenangan hidup, kondang terpandang serta jabatan yang disandang. Kedua; Ujian boleh jadi berupa duka cita, hidup sulit, kegagalan ber-tubi2, terpojok hina dimata manusia. Lebih banyak orang lolos di ujian kedua ketimbang ujian kesenangan disebut pertama. Yang lolos dari ujian2 itu, baik ujian menyenangkan maupun ujian ekstrim menyulitkan hanyalah orang yang TAQWA. Sedangkan taqwa adalah tujuan kita semua, diwajibkan Allah berpuasa di bulan Ramadhan. Orang2 yang taqwa Allah janjikan memperoleh 8 reward. Dari 8 reward itu 4 akan diberikan di dunia dan 4 lagi di akhirat nanti. Di akhirat tidak diuji lagi hanya dimintai pertanggungan jawab. Oleh karena itu, empat reward bagi si TAQWA di dunia merupakan fokus diangkat tulisan ini. Empat reward itu cukup sebagai sarana buat lolos ujian kehidupan, baik ujian disebut di atas “Pertama” atau “Kedua” 4 (empat) reward dimaksud adalah: 1. DIBERIKAN JALAN KELUAR وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا (Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya) surat Al-Talaq ayat 2. 2. DIMUDAHKAN SEGALA URUSAN. وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ یُسْرًا (Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya) At-Talaq ayat 4. 3. SELALU DLM KECUKUPAN وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ (Dan barang siapa bertawaqal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya) At-Talaq ayat 3. 4. DIBERI REZEKI TAK DI-SANGKA2 وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ (dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya) At Talaq ayat 3. Dengan demikian ujian dalam bentuk apapun orang yang Taqwa akan dapat menyikapinya. Manakala diuji dengan menemukan jalan buntu; ditolong Allah dengan diberikan "Jalan Keluar" Dalam hal diuji dengan kesibukan aktivitas karena kedudukan atau bisnis, atau masalah kehidupan lainnya, disiapkan Allah "kemudahan segala urusan". Bagi yang hidup pas2an, perolehan rezeki meskipun tak banyak tetapi selalu dalam kecukupan. Pas ada keperluan, datang rezeki mencover kebutuhan. Juga bagi yang dapat rezeki berlebih mensyukuri limpahan rezeki itu dengan bersyukur tidak malah tetap merasa kurang. Sebab kepadanya oleh Allah diberikan "rasa kecukupan" Pencari rezeki di sektor formal volume pendapatan sudah terukur. Tentu amat bersyukur bila sesekali datang rezeki diluar dugaan (halal tentunya). Penggiat di sektor non formal akan lebih sering memperoleh rezeki yang tak disangka-sangka ini sebagai anugerah Allah. Kadang rezeki yang direncanakan masuk ternyata tidak jadi, malah yang tak ditargetkan justru yang datang. Dari uraian di atas untuk memberi semangat hidup ini, bagus di tadhaburi surat Al-Baqarah 214. اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَآءُ وَالضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَ لَاۤ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ "Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat" Sudahkah kita mengalami ujian2 hidup? Sejauh ini apakah kita termasuk orang yang lulus di ujian kehidupan ini? Semoga puasa Ramadhan ini menambah tinggi kadar keimanan kita semua sehingga menjadi orang2 yang taqwa. رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّاب آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 Ramadhan 1443 H. 19 April 2022. (937.04.22).

Sunday 17 April 2022

Taqwa, PERTOLONGAN Allah

Hampir semua manusia sanggup membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah, yang hak dan yang bathil. Ada beberapa sikap manusia terhadap hal tersebut yaitu: 1. Dengan sengaja tetap melakukan perbuatan bathil. Contoh pencuri, dia tau perbuatannya tidak baik, buktinya mereka berusaha melakukannya sembunyi2, menunggu kelengahan pemilik barang yang di curi……... Koruptor, berusaha agar perbuatannya tidak diketahui penegak hukum, dengan mengatur trik2 agar sedapat mungkin tidak terlacak. 2. Kadang2 melakukan perbuatan hak/benar/baik, kadang2 melakukan perbuatan bathil/buruk. Dalam hal ada pihak yang mengontrol, atau ketika iman sedang naik perbuatan baik dilakukan. Manakala iman sedang menurun, diiringi tidak ada system yang mengontrol maka kecendrungan kelompok ini berbuat bathil/buruk. 3. Dengan terpaksa melakukan perbuatan tidak baik. Tak punya kesempatan beramal baik. Kelompok ini terkondisi tidak dapat beramal shaleh, misalnya tak tersedia kemampuan. Berada dilingkungan orang2 yang berbuat bathil tak sanggup mengubahnya. 4. Berusaha sekuat tenaga menghindari perbuatan buruk/bathil, sekuat tenaga berbuat baik, beramal shaleh, ibadah yang tekun. Kelompok inilah yang dituju oleh ibadah puasa untuk mencapai taqwa. Shaum Ramadhan bertujuan mencetak kelompok orang yang “sekuat tenaga menghindari perbuatan buruk/bathil dan sekuat tenaga beramal shaleh dengan istiqamah” yaitu orang2 yang TAQWA. Allah menjamin untuk orang2 yang taqwa dengan 3 (tiga) karunia: 1. Diberikan al-Furqan (kemampuan membedakan yang hak dan yang bathil) 2. Dihapuskan kesalahan2 (dosa2 kecil yang saban hari dapat saja terjadi) 3. Diampuni dosa2 (dosa2 besar yang mungkin sampai sekarang masih terus teringat dan terbayang). Seperti ditegaskan Allah dalam surat Al-Anfal 29 berikut: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَتَّقُوا اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّـكُمْ فُرْقَا نًا وَّيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ۗ وَ اللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan bathil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar." Seperti diungkapkan di awal tulisan, bahwa hampir semua orang mampu untuk “melihat FURQAN”, tetapi kenyataannya kelompok 1 sampai 3, tak dapat melaksanakan sepenuhnya amal shaleh dan menghindari amal salah atau amal yang bathil. Karena memang hanya orang yang taqwalah dikaruniai Allah kemampuan untuk meninggalkan hal yang bathil dan beramal shaleh, dengan pertolongan Allah: Surat An-Nur (24) Ayat 21 ۚ……….. وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًۭا ۗ ……………….” “……………..Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. ……………...”. Dengan demikian di kesempatan shaum Ramadhan 1443H melewati sudah belasan hari ini, mari kita perbaiki penyerahan diri kepada Allah, sebab tanpa pertolongan Allah kita tak kan mampu mencapai taqwa. Sehingga bagus sekali jika senantiasa kita amalkan do’a ،اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqnattiba’ah, wa arinal bathila bathila warzuqnajtinabah ‘’Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula untuk menyingkirkannya.’‘ (HR Imam Ahmad) آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 16 Ramadhan 1443 H. 18 April 2022. (936.04.22).

Saturday 16 April 2022

TAK ada yang KEKAL

Ramadhan sudah separo tinggal. Kuajak merenung bukan berhayal. Apapun yang ada kan terjungkal. Bukti di dunia ini tak ada yang kekal. Contoh: Mesin ketik yang ditemukan oleh Christopher Sholes, pada tahun 1868, kini tinggal jadi sejarah dengan ditemukan komputer dan printer. Doeloe sebelum ada teknologi foto copy, orang menyalin Ijazah; misalnya. Isi Ijazah diketik ulang di kertas lain kemudian dibawah salinan itu diketik tulisan "Disalin sesuai bunyi aslinya oleh ....(nama penyalin, biasanya nama yang berwenang di tempat ijazah itu dikeluarkan dan distempel basah)". Salinan itupun berlakulah sebagai telah dilegalisir. Dalam case ini dokumen asli tidak berarti berakhir, malah disimpan yang sebaik-baiknya untuk bila diperlukan ditunjukkan mendampingi salinan. Makanya dahoeloe “salin”, diartikan pula “meng kopi”. Sebuah naskah diketik ulang ke kertas lain disebut menyalin. Betapa bersyukurnya kita sekarang ini, dengan adanya alat foto copy, sehingga melegalisir dokumen penting tak usah disalin ulang model doeloe. Tapi kini lahir lagi teknologi baru “Scanning”, menggunakan teknologi ini langganan saya usaha foto copy, mulai mengeluh pelanggan menyusut. Bukan tidak mungkin usaha foto copy akan berakhir. Demikian juga teknologi elektronik, telekomunikasi dan transportasi, dengan lahirnya teknologi baru di bidang2 tersebut teknologi lama yang tertinggal lalu ditinggalkan. Beberapa kegiatan usaha dengan teknologi lama/system lama tak dapat lagi diteruskan. Usaha Wartel sudah menghilang dengan hadirnya HP. Pesan melalui telex, telegram sudah lama tak digunakan lagi. Kemajuan teknologi merambah juga ke peran Ustadz dan Ustadzah, yang puluhan tahun belakangan dinantikan kehadiran memberikan pencerahan, ceramah di lapangan terbuka dan di masjid-masjid. Agaknya mulai tergantikan oleh youtube. Bahkan ada generasi millenial yang komentar: “itukan dapat diunggah dari internet, malah kita dapat dengar berulang-ulang”. Penulisan buku juga demikian…….., dulu dalam rangka menambah koleksi ilmu, harus pergi berbelanja ke toko buku, kini buku2 elektronik demikian banyaknya dalam disiplin ilmu apa saja. Dengan mudah dapat di down load dan kemudian dicetak sendiri. Termasuk buku2 karangan ulama2 tempo doeloe berabad yang lalu, sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa, juga bahasa Indonesia. Sekarang terpulang kepada semangat diri masing2 untuk memperdalam ilmu apa saja, melalui buku2. Begitulah adanya produk apapun, kegiatan apapun di dunia ini sudah merupakan siklus; ada masa mulai (pertumbuhan) ada masa jaya dan pasti datang masa suram dan hilang. Jangan kan lagi suatu produk, atau kegiatan, diri awak pun semula tiada, muncul ke dunia, bertumbuh, remaja, kadang sampai tua, seterusnya pasti pergi tinggalkan dunia ini. Apatah lagi diri ini, sedang dunia inipun akan sirna. Maha benar Allah melalui firmannya. مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ "Apa yang ada di sisimu akan lenyap" (QS. An-Nahl ayat 96) Semoga kita insyaf: Ketika sukses sedang tertangkap. Tak usah terlalu gembira me-luap2. Manakala sukses sudah lenyap. Tak pula terlalu nyungsep me-ratap2. Allah ingatkan: لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ "Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri" (QS. Al-Hadid ayat 23) Dari uraian di atas, maklumlah kita bahwa semua ini akan berakhir. Baiknya sejak sekarang kita semua gunakan pikir. Agar tak menyesal di hari akhir. Semoga Allah menyadarkan kita semua, akan semuanya tak ada yang kekal, sehingga dengan demikian memanfaatkan setiap detik dari kehidupan kita untuk beramal shaleh. Maksimalkan Ramadhan. Agar tak menyesal kemudian. اَللَّهُمَّ صَحِّحْ أَجْسَادَنَا ا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالۤاخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْر آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Ramadhan 1442 H. 17 April 2021. (935.04.22).

Thursday 14 April 2022

Tercipta SAMA rezeki BEDA

Mengutip petuah tetua kita di belahan Nusantara di tanah Jawa: "Manungso kuwi dititah podho, Nanging yen masalah bondo dijatah bedo, Mulo manungso iku wajibe mung usoho karo ndungo.  Entuk rezeki sepiro atine sing nrimo, Ora usah meri karo konco sak podho-podho... Akeh wong stres... !  Mergo uripe ora beres... !" Dari kutipan diatas, sungguh syarat akan makna. Menyadarkan kita bahwa ternyata takaran perolehan rezeki; tiap orang tdk sama. Tak usah jauh ambil permisalan; beberapa orang saudara kandung terlahir dari ortu yg sama, dibekali pendidikan yg setara oleh ortu mereka. Dlm perjalanan hidup ternyata tdk punya kesuksesan yg sama. Tdk punya kemewahan hidup yg sama. Itulah yg namanya "dijatah bedo" Dalam hal ini Allah mengingatkan: اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ وَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ "Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat." (QS. 13 Ar-Ra'd, ayat 26) Dlm pada itu, bicara soal rezeki, ketahuilah bahwa rezeki itu bukan hanya berwujud materi, maka bisa jadi yang tdk kelimpahan rezeki dlm wujud materi, dlm bentuk lain; umpamanya punya anak-anak yang sehat tampan dan cantik, bhakti kpd ortu. Boleh jadi rezekinya berupa kesehatan. Boleh jadi pula dikaruniai rezeki rasa syukur yang dalam. Oleh karena itu jangan-jangan seseorang yg hidup serba kekurangan, tetapi justru rezekinya luas, karena "Entuk rezeki sepiro atine sing nrimo. Ora meri karo konco sak podho-podho". Sementara orang yg terlihat kaya berkecukupan dapat saja pada hakikatnya sempit rezekinya, bila yang bersangkutan tak kunjung puas dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadanya. Untuk ikhtiar menangkal kurang rasa besyukur itu diajarkan do'a oleh Rasulullah Muhammad s.a.w. Allahumma ini a'udzubika min qalbin la yasya' wamin nafsin la tasba'. y.i. mhn perlindungan dari hati yg tak pernah puas dan nafsu yg tak dpt dikendalikan. Kini seluruh saudaraku kaum muslimin dan muslimat yang tidak berhalangan syar'ie sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Sudah lebih 10 hari berpuasa, jika di posisi rezeki yang luas, sehingga jumlah harta dikaruniai Allah cukup nisabnya sampai haulnya, sudah pantas untuk menghitungnya guna di keluarkan zakat untuk saudara kita yang berhak menerimanya. Justru perbedaan dalam rezeki (Manungso kuwi dititah podho, Nanging yen masalah bondo dijatah bedo) ini diatur Allah guna menguji manusia. Bagi yang kaya diuji apakah sanggup berbagi, لَـتُبْلَوُنَّ فِيْۤ اَمْوَا لِكُمْ وَاَ نْفُسِكُمْ "Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu" (QS Ali 'Imran 186)........ Sampai disuruh rasakan sendiri bagaimana orang miskin antara lain dengan melalui berpuasa. Untuk saudara kita yang miskin diuji kesabarannya. وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَا لْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَ مْوَا لِ وَا لْاَ نْفُسِ وَا لثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ  "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar," (QS. Al-Baqarah ayat 155) Semoga kita semua lulus dalam salah satu ujian hidup, berupa Perbedaan dalam perolehan rezeki. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 12 Ramadhan 1443 H. 14 April 2022. (932.04.22).

Faedah Jum'atan

Jum'at begini pas di bulan Ramadhan lagi, jadinya teringat kisah seorang teman yg kini jadi taat ibadah, padahal semula terlahir dari keluarga agamanya hanya di KTP. Rupanya ini teman ketika masih kuliah, sering diajak teman kosnya untuk shalat Jum'at. Ajakan itu kadang dipenuhi, kadang tidak dg berbagai alasan. Namun karena teman2 se kos tak bosan2nya ngajak ke masjid tiap Jum'at, frekuensi ikutan lbh banyak dari mangkir. Makin dekat ke semester akhir, tiap Jum'at hampir ikutan terus. Maklum ingin berdo'a agar cepat selesai kuliah, lancar nyusun tugas akhir. Mula-mula yaa hanya sekedar shalat Jum’at, lama kelamaan karena sering Jum’atan dan mendengar khatib berkhutbah memberikan ajakan taqwa, akhirnya teman saya ini jadi taat bukan sekedar shalat hanya "sekali sepekan" malah jadi orang yang selalu memenuhi panggilan Allah sebanyak 5 kali sehari semalam. Rupanya di salah satu shalat Jum'at, ada seorang khatib isi khutbahnya betul2 mengena di hati, sehingga menyadarkan diri teman ini tentang begitu pentingnya shalat, bukan hanya shalat Jum'at tetapi shalat wajib 5 waktu sehari semalam. Sampai ada hadits: Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Fadhail, Bab 193. Perintah Menjaga Shalat Wajib dan Larangan serta Ancaman yang Sangat Keras bagi yang Meninggalkannya Hadits #1081 وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ حَسَنٌ )) Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.] Dalam keseharian, ummat Islam dipanggil Allah untuk menghadap-Nya, selama lima waktu. Yaitu mulai subuh, ketika tidur sedang nyenyak-nyenyaknya. Selanjutnya dzuhur ketika kerja sedang asik-asiknya. Dilanjutkan ashar di saat badan sudah letih bekerja dan penat mengurus/memikirkan urusan dunia. Disambung maghrib ketika sedang remang2 pertukaran siang dengan malam. Jeda sejenak datang waktu isya’ dimana sedang asyik bercengkrama dengan keluarga. Rujukan panggilan shalat tsb tersurat (QS. Al-Isra' ayat 78) اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ ۗ اِنَّ قُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ كَا نَ مَشْهُوْدًا "Laksanakanlah sholat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) subuh. Sungguh, sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ Sejak matahari tergelincir: Shalat Dzuhur dan Ashar. اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ Gelap malam: Shalat Maghrib dan Isya. وَقُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ Ketika fajar: Shalat Subuh. Bagi orang yang belum menikmati manisnya iman, seperti teman saya tadi sebelum sering ikut Jum'atan, memang terasa panggilan ini cukup merepotkan, sebab momen panggilan itu kebetulan diikuti keadaan yang cukup memberi alasan untuk sulit memenuhinya. * Misalnya ketika subuh, dlm hati terbersit pikiran "sebentarlah tidur lagi enak, nanti kalau dipaksa bangun kepalanya akan pusing. Malam tadi kebetulan tidurnya terlambat”, kata orang yang berat melaksanakan shalat dan banyaklah lagi alasan untuk membenarkan diri untuk tidak shalat subuh utamanya bagi lelaki, seharusnya pergi ke masjid. * Dzuhurpun tiba, begitu adzan berkumandang, pas lagi sibuk kerja, “tanggung tinggal sedikit lagi”, ntar waktu dzuhur kan masih panjang”. pikir kebanyakan orang yang punya kesibukan. Al hasil panggilan itu di-cuek-kan. Tak sengaja memang, ....., tau-tau sudah masuk waktu ashar belum sempat shalat dzuhur. * Ashar masuk, suara adzan berkumandang lagi memanggil untuk shalat dan untuk kemenangan. Bagi orang yang imannya tipis ada saja alasannya, misalnya: “sebentar lagi pulang, nanti shalat di rumah saja, ini pakaian kurang bersih ndak sreg. Apa gunanya shalat kalau tidak tenang, kalau ragu apakah bersih badan dan pakaian”. Taunya ketika pulang kerumah dari tempat pekerjaan, ternyata jalanan macet, atau ada apa saja halangan yang sulit diprediksi. Akhirnya shalat asharpun lewat begitu saja. * Maghrib baru saja sampai di rumah, lagi kecapean belum istirahat, belum mandi entah apa lagi, banyaklah alasan sehingga shalatpun tidak dikerjakan. * Waktu isya’ sudah terlanjur tertidur, akhirnya panggilan Allah seharian itu satu kalipun tidak dapat dipenuhi dengan berbagai alasan. Para pendahulu orang beriman orang-orang dekat Rasulullah Muhammad ﷺ , mana kala terdengar panggilan adzan, walau sedang apapun ditinggalkan. Ibarat kata sedang mencangkul tanah, begitu mendengar adzan cangkul yang hrsnya diayunkan ke depan dibatalkan yaitu langsung dilepas atau malah dilempar ke belakang atau ke samping. Sebab takut kalau sampai tercangkul, maka tanah hasil cangkulannya bila ditanami tanaman dan tumbuh menjadi tanaman yang dimakan, akan menghasilkan sesuatu yang haram. Makan sesuatu yang haram mengakibatkan sekurangnya tiga hal yaitu: Pertama ibadah tidak diterima, kedua do’a tidak terkabul/ditolak dan ketiga daging yang dihasilkan makanan yang haram dibakar dengan neraka. Praktek langsung melepas segala kegiatan ketika adzan, masih berlangsung di Mekkah atau Madinah, disana dpt disaksikan disiplin shalat ini, terindikasi pada para pedagang. Begitu adzan berkumandang, andaikan kita sedang tawar menawar barang, sdh OK misalnya, ambil uang dari dompet, mau bayar, lantas terdengar adzan, mereka sdh tdk bersedia lagi terima duitnya. Dagangan langsung ditutup dg kain tebal atau terpal. Pedagang menuju masjid gabung shalat. Dari panggilan yg lima ini; ada memang orang yang masih lumayan baik, dapat mengerjakan shalat utamanya shalat maghrib, dengan berjamaah di masjid dekat rumahnya pula. Lumayanlah ada pengakuan, walau hanya sekedar shalat harian. Ada juga kelompok masyarakat ini yang shalat memang mengambil harian seperti shalat maghrib tadi. Juga ada yang shalat pekanan, yaitu sepekan sekali yaitu hanya hari Jum’at, ikut shalat Jum’at. Seperti teman yg saya angkat dikisah ini alhamdulillah jadi taat. Bahkan ada yang tahunan, kelompok ini sibuk sekali ikut shalat Idul Fitri di hari lebaran. Bagi yang shalat pekanan apa lagi harian, masih berpotensi untuk memenuhi panggilan utama Allah yg lima ini, contoh teman saya tadi mendapat faedah di shalat Jum'at. Semoga kita semua termasuk orang yg sangat memperhatikan panggilan Allah berupa "panggilan shalat" ini, sblm datang panggilan penutup yaitu "panggilan maut". آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Ramadhan 1442 H. 15 April 2021. (933.04.22).

Wednesday 13 April 2022

Sudahkah MENJADI Hamba Allah ?

Hari ini, shaum Ramadhan 1443 H telah memasuki lebih sepuluh hari. Sebagai renungan menjelang berbuka ketengah sidang pembaca, ijinkan saya menyuguhkan tulisan “seperti apakah agaknya seseorang dapat menyandang gelar Abdi Allah atau Hamba Allah”. Sudah menjadi model, seseorang berinfaq melalui panitia masjid, tidak ingin namanya disebut, minta kepada pengurus masjid kalau diumumkan sebut saja dari “Hamba Allah”. Untuk menjadi “Abdi Allah” yang Maha Rahman diinformasikan oleh Al-Qur'an diantaranya dapat ditelusuri pada surat Al-Furqan ayat 63 sampai 68, 70 dan 72-74 sebagai berikut: وَعِبَا دُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَ رْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَا طَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَا لُوْا سَلٰمًا "Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam,"" (QS. Al-Furqan 25: Ayat 63) وَا لَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَّقِيَا مًا "dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 64) وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَا بَ جَهَـنَّمَ ۖ اِنَّ عَذَا بَهَا كَا نَ غَرَا مًا  "Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami, karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal,"" (QS. Al-Furqan 25: Ayat 65) وَا لَّذِيْنَ اِذَاۤ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَا نَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَا مًا "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar," (QS. Al-Furqan 25: Ayat 67) وَا لَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِا لْحَـقِّ وَلَا يَزْنُوْنَ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَا مًا  "dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat," (QS. Al-Furqan 25: Ayat 68) اِلَّا مَنْ تَا بَ وَاٰ مَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًـا فَاُ ولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْ رًا رَّحِيْمًا "kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 70) وَا لَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَ ۙ وَ اِذَا مَرُّوْا بِا للَّغْوِ مَرُّوْا كِرَا مًا "Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya," (QS. Al-Furqan 25: Ayat 72) وَا لَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِاٰ يٰتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوْا عَلَيْهَا صُمًّا وَّعُمْيَا نًا "dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta." (QS. Al-Furqan 25: Ayat 73) وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا "Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."" (QS. Al-Furqan 25: Ayat 74) 1. Sopan dalam menjalani kehidupan ini dan tidak bosan melayani atau berhubungan dengan orang yang kurang pandai. Bahkan jika disapa orang Jahil dia membalasnya dengan “salam”. (ayat 63) 2. Suka bangun shalat malam, tetapi tetap bersemangat bekerja di siang hari sehingga berhasil menghimpun rezeki yang halal untuk dapat dinafkahkan di jalan Allah. (ayat 64) 3. Dianya selalu berdo’a agar dijauhkan Allah dari azab api neraka, sebagai upayanya adalah menjauhi segala macam yang dilarang Allah dan menjalankan sekuat tenaga apa yang diperintahkan Allah. Karena mengimani betul apa yang diingatkan Allah bahwa azab neraka itu sangat memilukan dan seburuk-buruk tempat tinggal. Mengimani bahwa kehidupan akhirat itu ada dan kekal adanya. (ayat 65) 4. Menafkahkan rezeki yang diperolehnya untuk amal kebaikan dengan tidak berlebihan atau boros tetapi juga tidak kikir. Berada di tengah-tengah antara keduanya. Dapat menempatkan kemana rezeki yang diterima itu dinafkahkan, dalam arti tidak sembarang memberi. Memberikan harta setelah mengetahui bahwa penerima pemberian/infak sadakah tersebut tepat alamatnya. (ayat 67) 5. Tidak mensekutukan Allah.Dalam arti bahwa hanya Allah saja tempat menyerahkan diri, hanya Allah saja yang perintahnya patut dipatuhi, hanya Allah saja yang larangannya patut dituruti. Hanya Allah saja yang patut ditakuti. Sehingga orang yang Ibadurrahmah jiwanya merdeka. (Ayat 68) 6. Tidak membunuh sesama manusia tanpa hak (ayat 68) 7. Tidak berzina (ayat 68) 8. Tidak berdusta dan bersaksi palsu (ayat 72) 9. Tidak berbicara yang tak bermanfaat. Dalam konteks sosial media, tentu yg dimaksud juga tidak menulis hal-hal yang tak bermanfaat. (ayat 72) 10. Kalau masa lalunya berlumur dosa untuk masuk menjadi Ibadurrahman, segera bertobat. Bagi yang benar-benar bertobat maka Allah akan menggantikan kejahatannya dengan kebaikan. Dengan syarat sesudah bertobat mengerjakan amal-amal shalih. (ayat 70) 11. Selanjutnya, bila diingatkan dengan ayat-ayat Allah tidaklah mereka menulikan telinganya dan membutakan matanya. Pengertiannya tidak pura-pura tidak mendengar, pura-pura tidak melihat tanda tanda kebesaran Allah. (ayat 73) 12. Orang yang Ibdurrahman, selalu berdo’a agar isteri dan anak-anak keturunannya menjadi cahaya mata dan menjadi pemimpin orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. (ayat 74) Dari 12 tanda seseorang masuk kelompok abdi Allah yang Rahman, mungkin cocok buat kita menilai diri, apakah sifat-sifat dan perilaku tersebut diatas sudah ada pada kita?, kalau belum semua, sampai dimanakah sudah kita lakoni. Semoga kita bertekad setahap demi setahap melaksanakannya agar sampailah kita keujung hayat ini berujung dengan kesudahan yang baik, dikenal dalam terminologi agama “Husnul Khatimah”. Lantaran sudah menjadi hamba Allah yg Maha Rahman. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Demikian, lebih kurang mohon dimaklumi, sekaligus dimaafkan. Semoga bermanfaat بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 11 Ramadhan 1443 H. 13 April 2022. (931.04.22).

Tuesday 12 April 2022

Per-ANDAI-an

Siapun, dengan status sosial apapun, manusia ini sama, selama hidupnya melalui 3 (tiga) masa. Masa lampau, masa kini dan masa depan. Masa lalu tinggal kenangan, sekelumit telah ditulis di artikel sebelum ini. Pointnya; jika masa lalu banyak berbuat dosa, segera bertobat, jika dalam membuat keputusan terdapat kesalahan yang merugikan, tidak diulangi, jadikan pelajaran. Diantara “masa lalu” dan “masa depan” ditengahnya terdapat “masa kini”. Masa kini merupakan “masa depan” ketika kita berada di “kemarin” atau “masa lalu”. Di tulisan ini tertarik untuk mengemukakan lebih dahalu tentang “masa depan”, Sebab “masa depan”, masih belum ketahuan, masih dalam angan2 atau ber-andai2. Membuat perencanaan masa depan, cita-cita......... Halal2 saja di-andai2 saat sekarang untuk sesuatu esok, pekan depan, bulan depan, tahun depan dstnya, untuk dunia. ……….Hidup tanpa cita2 bagai kendaraan tak ada kemudi. Justru cita2 itu penting agar semangat hidup tinggi. Perkara berhasil atau gagal itu adalah urusan Allah. Andai2 ke depan yang sangat penting bagi orang beriman adalah hari depan akhirat. Tak seorang yang tidak kesana, baik yang percaya ataupun yang tidak percaya, pasti akan ke akhirat. Makanya khusus mengenai, per-andai-an ke depan/akhirat ini Allah perintahkan: يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr ayat 18). Berbicara soal per-andai-an, Allah juga mengajari manusia untuk ber-andai2, dibeberapa ayat al-Qur’an. Salah satunya baik kita kutip surat Luqman ayat 27 berikut ini: وَلَوْ اَنَّ مَا فِى الْاَ رْضِ مِنْ شَجَرَةٍ اَقْلَا مٌ وَّا لْبَحْرُ يَمُدُّهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖ سَبْعَةُ اَبْحُرٍ مَّا نَفِدَتْ كَلِمٰتُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ "Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." Per-andai-an masa depan itu, ada dua sisi yaitu untuk di dunia ini, dan juga untuk di akhirat. Untuk di dunia per-andai-an itu kalau mau lebih rinci dapat lagi di bagi menjadi Jangka pendek. Jangka menengah dan jangka panjang. Sedangkan per-andai-an masa depan akhirat agaknya tersedia “jangka panjang”, begitu leeep Roh pisah dari badan langsung masuk ke per-andai-an masa akhirat, dimulai di alam kubur, tak dapat di revisi lagi. Bagaimana inginnya posisi kita di kubur nanti, bagaimana posisi kita menghadapi mahkamah Allah nanti, haruslah sudah di per-andai-kan dari sekarang. Per-andai-an di dunia, bagi yang masih muda belia per-andai-an dengan cita2, nanti pengen jadi apa, guna mengejarnya harus bagaimana. Bagi yang sudah selesai pendidikan dan mampu berusaha sendiri pernencanaannya meniti jenjang karier, cita2 sampai di mana. Boleh saja ber-andai2 yang setinggi-tingginya. Selanjutnya untuk yang sudah punya anak2 per-andai-an, akan dijadikan apa anak2 mereka nanti. Sebaiknya merencanakan anak bukan hanya untuk kebahagiaan di dunia saja, tetapi juga lebih penting untuk akhirat. Ber-andai2 yang positif justru إِن شَآءَ ٱللَّهُ berpahala, misalnya ber-andai tentang masa depan anak2 keturunan kita: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 9). Tentu selain persiapan masa depan di dunia, kita tidak boleh lengah mempersiapkan masa depan akhirat baik untuk diri sendiri, anak istri dan keluarga kita semuanya karena Allah me-wanti2: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6) Demikian sekelumit per-andai-an untuk “masa depan” bagi kita di dunia dan akhirat, baik untuk diri sendiri juga untuk keluarga, anak2 keturunan kita. Semoga Allah menyertai setiap per-andai-an yang baik yang kita susun, sehingga dengan izin Allah terlaksana. بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Ramadhan 1443 H. 12 April 2022. (930.04.22).

Monday 11 April 2022

MENGENANG masa LALU

Hujan dan panas selalu bergilir. Kadang panas kadang hujan. Sudah lepas jangan dipikir. Baiklah fokus kemasa depan. Namun banyak juga orang yang suka nyesali masa yang sudah lewat. Nyesali kejadian yang telah lalu atau sudah di belakang. Mengenang masa lalu, perlu memang, untuk sebagai pelajaran agar tak mengulangi kekeliruan yang sama. Tapi hati2, ada mengenang masa lalu yang malah berdosa; يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَكُوْنُوْا كَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَقَا لُوْا لِاِ خْوَا نِهِمْ اِذَا ضَرَبُوْا فِى الْاَ رْضِ اَوْ كَا نُوْا غُزًّى لَّوْ كَا نُوْا عِنْدَنَا مَا مَا تُوْا وَمَا قُتِلُوْا ۚ لِيَجْعَلَ اللّٰهُ ذٰلِكَ حَسْرَةً فِيْ قُلُوْبِهِمْ ۗ وَا للّٰهُ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۗ وَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir yang mengatakan kepada saudara-saudaranya apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh. (Dengan perkataan) yang demikian itu, karena Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Ali 'Imran ayat 156). Jadi jangan menyesali, misalnya salah ambil keputusan. Biarpun karena keputusan itu jadinya pahit, apaboleh buat, sdh terlanjur. Tak mungkin “jarum masa” diputar mundur. Jika keputusan itu berupa dosa, bertaubat. Jika keputusan itu salah; membuat rugi, evaluasi jangan terulang. Rasulullah Muhammad ﷺ memberikan sebuah konsep dalam menghadapi masa lalu dan masa depan. Hal ini tergambar jelas dalam sebuah sabda beliau: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : “الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ” Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah, dan dalam keduanya ada kebaikan. Semangatlah untuk melakukan hal yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Dan ketika sesuatu menimpamu maka janganlah kamu katakan: “Seandainya dahulu aku melakukan hal yang ini maka akan terjadi seperti ini dan itu” tapi katakanlah: “Ini adalah takdir Allah dan apapun yang Dia kehendaki pasti akan terjadi” karena kata-kata “Seandainya (Lau)” akan membuka amalan setan.” (HR. Muslim 4186, Ibnu Majah 76) Ketahuilah bahwa setiap orang sama, yaitu hidup dalam 3 (tiga) masa; masa lalu masa kini dan masa nanti. Insya Allah masa “kini” dan masa “nanti” dimuat di artikel berikutnya. Bilamana masa lalu kita penuh hal yang kurang menyenangkan, kita evaluasi apa sebabnya agar tidak terulang. Jika misalnya dimasa lalu pernah terisi oleh dosa2, mari di kesempatan yg masih tersedia, sepanjang roh masih di jasad untuk bertaubat. Semoga Allah mengampuni dosa2 kita semua sebagaimana dijanjikan Allah di Az-Zumar 53 قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ "Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 9 Ramadhan 1443 H. 11 April 2022. (929.04.22).

Friday 8 April 2022

JANGAN bosan MENGINGATKAN

Beberapa hari sudah kita jalani shaum Ramadhan 1443 H. Rata-rata masjid2 masih penuh oleh jamaah shalat, utamanya shalat tarawih. Apalagi dua Ramadhan yang lalu hampir di banyak tempat tidak dapat melaksanakan shalat tarawih. Ketika Pandemi, di banyak masjid berjemaah dengan berjarak. Kembali kini terdengar lagi seruan imam sebelum takbir antara lain: أقيموا الصَفَّ فِي الصَّلَاةِ فَإِنَّ إِقَامَةَ الصَفِّ مِنْ حُسْنِ الصَّلَاةِ Luruskan shaf dalam shalat, karena meluruskan shaf bagian dari kesempurnaan shalat. (HR. Muslim 435 Hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan, ) Seruan2 ini terus saja diingatkan kepada jamaah, walau sebetulnya jamaah mungkin sudah lama tau . Memang pada kenyataannya walau sudah saban hari diingatkan masih saja saling mempersilahkan untuk mengisi shaf yang kosong. Naaaah para pembaca yang sedang berpuasa. Jamaah dewasa saja masih harus terus-menerus diingatkan. Buktinya imam shalat, tak bosan2nya berseru dengan kalimat di atas intinya minta "Rapat kan dan luruskan shaf. Tolong yang didepan penuhkan dulu, baru shaf berikutnya. Isi shaf yg masih kosong". Apalagi khusus buat anak2 yang ikutan shalat berjamaah. Ada saja polah mereka mengganggu temannya, sehingga suasana shalat tidak hening. Tapi mereka ini jangan dibentak, jangan dilarang, atur mereka dengan penuh kasih sayang dan bijak. Karena di tangan merekalah penerus ahli masjid dimasa mendatang. Jamaah dewasa saja kita akui tidak otomatis.....shaf rapat dan lurus, shaf masih aja mengular, masih aja ada yang renggang, belum lagi yang berperilaku membuka kaki terlalu lebar. Mestinya shaf muat untuk 3 orang, cuma dapat 2 orang. Kerapian shaf terasa akan mempengaruhi kekhusyukan shalat. Padahal akibat tidak khusyuk dalam shalat diberitahukan buat kita semua, dilanjutan ayat 16 Al-Hadid tadi: وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ "dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." Menurut ayat di atas, tidak khusyuk dalam shalat, HATI bakal menjadi KERAS selanjutnya menjadi orang FASIK. Naudzubillahi min dzaliik. Merujuk pada Al-Qur'an surat Al-Baqarah 45-46. وَاِ نَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَ ۙ "Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk," (Al-Baqarah 45) الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَ نَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ "(yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (Al-Baqarah 46). Butir2 pesan dari ayat 45 dan 46 surat Al-Baqarah tsb: Bahwa shalat hrs khusyuk, Allah tau khusyuk itu berat. Oleh karena khusyuk itu berat, Allah memberi petunjuk untuk khusyuk di ayat 46: *. Yakin ketika shalat diri ini sedang berhadapan dg Allah. *. Yakin bahwa diri ini akan kembali kepada Allah (mati). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا Sesungguhnya seseorang selesai (dari shalat) dan tidaklah ditulis (pahala) baginya, kecuali sepersepuluh shalatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, setengahya. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud). Kita serahkan saja kpd Allah, karena Allah lah yg berhak memberi nilai pahala shalat kita. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha shalat se khusyuk mungkin. Melakukan shalat sesuai dengan syarat dan rukun mengacu kepada yang dicontohkan Rasulullah. Pengetahuan cara2 shalat sesuai contoh Rasulullah, kita terima dari guru2 ustadz2 yg membimbing kita shalat. Ditambah lagi dengan mengikuti pengajian2. Dari hari ke hari berusaha terus menambah ilmu (ttg shalat khususnya) dari berbagai sumber yang memberikan dalil Al-Qur'an dan Hadits. Diri kita jangan bosan terus memperdalam ilmu agama, khususnya agar menjadi lebih khusyuk dalam shalat, karena shalat barometer nilai ibadah kita kepada Allah. Kepada para imam tidak usah bosan mengingatkan jamaaahnya untuk kesempurnaan shalat. Pengurus masjid hendaklah dapat dengan bijak mengayomi anak2 yang ikut shalat di masjid, sebab mereka adalah penerus kita. Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syaithan. Mohon maaf oleh karenanya. …...Wallahu ‘alam bhisawab. Semoga dengan banyak mendengar dakwah dan mengaji serta mengkaji Al-Qur'an dan hadits2, semakin tinggi ilmu shalat kita dan semakin meningkat ke-khusyuk-an kita. بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Ramadhan 1443 H. 8 April 2022. (927.04.22).

Wednesday 6 April 2022

IKHLAS Gerbang KE-EMPAT taqwa

Inti dari ibadah adalah “IKHLAS”, baik ibadah tertuju langsung kepada Allah, maupun ibadah kepada Allah dengan berbuat kebaikan sesama manusia dan makhluk. Kelompok orang yang beribadah dengan Ikhlas ini dalam terminology agama disebut “MUKHLASIN”. Untuk memasuki ‘KOTA TAQWA” dimana berhimpun orang-orang taqwa. GERBANG yang harus dilalui ada sebanyak EMPAT Gerbang. Pintu gerbang pertama yaitu Muslimin, pintu gerbang ke dua yaitu Mukminin dan pintu gerbang ketiga Muhsinin telah kita renungkan bersama sebelum ini, yaitu orang-orang yang mengimani Islam sebagai jalan hidupnya, orang-orang yang dengan penuh keimanan dengan seperangkat cirri-ciri atau identitasnya dan yang ketiga orang Islam Beriman dan Beramal shaleh. Menuju masuk ke “Kota Taqwa”, belum sampai kalau hanya berhenti di GERBANG MUSLIMIN, GERBANG MUKMININ dan MUHSININ harus melanjutkan lagi ke gerbang berikutnya yaitu MUKHLISIN (orang YANG IKHLAS). Akan hal seseorang telah tergolong masuk ke pintu Gerbang MUKHLISIN ini, mari kita renungkan apakah diri kita ini termasuk didalamnya. Di dalam Al-Qur’an cukup banyak ayat memberikan informasi akan hal Ikhlas tersebut. Untuk itu ayo’ kita liat mumpung kita saat bulan Ramadhan ini sedang mentadhaburi Al-Qur’an. Perihal keikhlasan beribadah kepada Allah: • Al-Baqarah (surat ke 2) ayat 139. قُلْ اَ تُحَآ جُّوْنَـنَا فِى اللّٰهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّکُمْ ۚ وَلَنَاۤ اَعْمَا لُـنَا وَلَـكُمْ اَعْمَا لُكُمْ ۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُخْلِصُوْنَ  "Katakanlah (Muhammad), "Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati." • Al-A’rraf (surat ke 7) ayat 29. قُلْ اَمَرَ رَبِّيْ بِا لْقِسْطِ ۗ وَاَ قِيْمُوْا وُجُوْهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّا دْعُوْهُ مُخْلِصِيْنَ لَـهُ الدِّيْنَ ۗ كَمَا بَدَاَ كُمْ تَعُوْدُوْنَ  "Katakanlah, "Tuhanku menyuruhku berlaku adil. Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap sholat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula." • Az-Zumar (surat ke 39) ayat 2, 11, dan 14. اِنَّاۤ اَنْزَلْنَاۤ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِا لْحَقِّ فَا عْبُدِ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ  "Sesungguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. قُلْ اِنِّيْۤ اُمِرْتُ اَنْ اَعْبُدَ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَ  "Katakanlah, "Sesungguhnya aku diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama." قُلِ اللّٰهَ اَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهٗ دِيْنِى  "Katakanlah, "Hanya Allah yang aku sembah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku."" Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat difahamkan bahwa orang yang ikhlas itu melakukan amal perbuatan hanyalah karena Allah semata. Orang-orang yang ikhlas inilah yang kebal terhadap godaan Iblis/syaithan, dalam posisi, kondisi dan status apapun dianya berada. Guna meyakinkan bahwa Ikhlas merupakan benteng dari godaan iblis, patut kita renungkan dialog Allah dengan Iblis yang termuat dalam surat Shad (surat ke 38) dari ayat 78 sampai 85 dipetik terjemahannya sebagai berikut: وَّاِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِيْۤ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ "Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari Pembalasan."" (QS. Sad 38: Ayat 78 قَا لَ رَبِّ فَاَ نْظِرْنِيْۤ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ "(Iblis) berkata, "Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan."" (QS. Sad 38: Ayat 79) قَا لَ فَاِ نَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ  "(Allah) berfirman, "Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan," (QS. Sad 38: Ayat 80) اِلٰى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُوْمِ "sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)."" (QS. Sad 38: Ayat 81) قَا لَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُ غْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ  "(Iblis) menjawab, "Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya," (QS. Sad 38: Ayat 82) اِلَّا عِبَا دَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ "kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka."" (QS. Sad 38: Ayat 83) قَا لَ فَا لْحَقُّ ۖ وَا لْحَقَّ اَ قُوْلُ  "(Allah) berfirman, "Maka yang benar (adalah sumpahku), dan hanya kebenaran itulah yang Aku katakan." (QS. Sad 38: Ayat 84) لَاَ مْلَئَنَّ جَهَنَّمَ مِنْكَ وَمِمَّنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ "Sungguh, Aku akan memenuhi Neraka Jahanam dengan kamu dan dengan orang-orang yang mengikutimu di antara mereka semuanya."" (QS. Sad 38: Ayat 85) Di ayat 83 Iblis sendiri mengaku bahwa dianya tak sanggup untuk menggoda orang yang MUKHLIS. Harapan kita tentunya dapat menjalankan Ibadah puasa dan ibadah-ibadah pengiringnya dengan se Ikhlas-ikhlasnya, agar tergolong orang yang MUKHLISIN. آمِيّنْ Sebetulnya ada lagi Gerbang yang selalu mendampingi setiap kita akan masuk ke setiap gerbang Muslimin, Mukminin, Muhsinin, Muhlashin. Gerbang ini boleh juga disebut gerbang MUSINGIN di dalamnya berkumpul kelompok orang2 yang memusingkan bila dipikirkan. Tapi hendaknya gerbang ini tidak kita tengok. Di gerbang MUSINGIN ini, adalah teman kita, atau mungkin juga saudara kita, atau mungkin darah daging kita sendiri. Sudah puas dinasihati, diajak, diberi contoh, untuk ibadah kepada Allah tapi tetap tidak berkenan. Tak jarang orang di kelompok MUSINGIN ini memegang posisi strategis dalam masyarakat, mungkin karena ketokohannya, atau karena kekayaannya. Sudahlah yang demikian itu kita tinggalkan saja yang penting kita telah berikhtiar men da’wahinya baik dengan lisan dan perbuatan. Kita tidak punya hak hidayah. Karena hidayah itu milik Allah. Apalagi kita, sedang beberapa Nabi dikisahkan tak dapat mengajak orang yang dicintainya untuk beriman. Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syaithan. Mohon maaf oleh karenanya. …...Wallahu ‘alam bhisawab. Demikian renungan sebelum berbuka puasa hari ini, dengan GERBANG KE-EMPAT taqwa, merupakan gerbang terakhir, menuju ke perkampungan orang taqwa. Semoga puasa kita hari ini diterima Allah dan kita sempurnakan niat kita berpuasa bukan karena hal-hal lain, semata-mata karena menjalankan perintah Allah. بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 5 Ramadhan 1443 H. 7 April 2022. (926.04.22).