Monday 29 May 2023

Bertanya Kelik Selubang

Kelik, sejenis ikan, mereka hidup berkelompok di air tawar. Habitatnya bukan sungai besar berarus deras, tapi parit kecil dimana airnya cenderung keruh, tidak mengalir deras. Kelik mirip dengan ikan "Lele", bedanya pada kepala dan punggungnya. Kepala Kelik lebih kecil dari badan, punggungnya bersirip lembut. Sekelompok ikan Kelik dalam seliang dapat berjumlah puluhan bahkan sampai lebih seratus ekor. Tulisan ini tidak bermaksud menceritakan detil keadaan fisik si ikan Kelik, hanya ingin mengangkat peribahasa kampungku tempo doeloe tentang ikan Kelik, mungkin generasi muda sekarang sudah ndak kenal lagi akan peribahasa itu. Padahal “ikan Kelik” ini cukup dikenal di seputar kota kelahiran diriku, terbukti kata “Kelik” diabadikan jadi nama daerah “Sungai Kelik” di Kecamatan Nanga Tayap, dan ada satu lagi nama desa “Kelik Buntu’”, lokasi di jalan lintas Kabupaten Ketapang ke Kabupaten Kayung Utara. "Bertanya Kelik Selubang", demikian bunyi peribahasa tsb. Peribahasa itu dimaksudkan untuk mengibaratkan bertanya dengan sesama teman yang juga tidak tau jawabannya, pengetahuannya sama, sesama seliang atau selubang, tidak punya informasi dari luar. “Seliang” atau “selubang” berarti; tempat tinggal sama, dengan demikian pengetahuan sama. Peribahasa ini memberikan pedoman; dalam hal ingin mengetahui sesuatu informasi atau lebih luasnya, memperdalam ilmu, hendaklah: 1. Jangan bertanya kepada pihak yg sama-sama tidak mengetahui, nanti jawabannya ada harapan justru menyesatkan. 2. Bertanyalah kepada orang yang mengerti. Lebih utama menanyakan sesuatu masalah kepada orang yang ahli dalam bidangnya. 3. Boleh jadi pendapat suatu kelompok, oleh kelompoknya akan dianggap paling benar, karena kurang mendapatkan informasi dari kelompok lain. Akan hal bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan sejalan dengan petunjuk Allah dalam Al-Qur’an:   ۚ  فَسْئَلُوٓا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُون ………………….” "maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui," (An-Nahl ayat 43) Dalam hidup ini tidak semua ilmu, tidak semua pengetahuan dimiliki oleh seseorang. Dalam hal tidak mengetahui sesuatu, kalau ingin lebih mengetahui bertanyalah kepada pihak yang menguasai ilmu pengetahuan tersebut, sebab jika bertanya kepada yang tidak pandai seperti terungkap di untaian pantun berikut: Ibarat baju lama tidak dipakai. Bisa lapuk sendiri dalam lemari. Bertanya ke orang tak pandai. Bagaikan alu mencungkil duri. Nabi Musa pernah mengajukan tujuh pertanyaan kepada Allah, salah satu dari tujuh pertanyaan nabi Musa itu; “Siapa hamba-Mu yang paling berilmu?” Allah menjawab, “Orang berilmu yang tidak pernah puas dari ilmu, yang menyatukan ilmu-ilmu manusia dengan ilmunya.”. Adalah suatu hal yang positif jika setiap insan tidak puas dengan ilmu pengetahuan, terus menerus mengumpulkannya dengan berguru kepada yang lebih pandai, meramu dan mengumpulkan ilmu itu, namun tidak pernah merasa paling berilmu, karena ilmu diturunkan Allah ke dunia ini demikian banyak dan luas tak mungkin dikuasai oleh seseorang. Semoga, Allah senantiasa membimbing kita semua dalam menambah ilmu yang bermanfaat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 9 Dzulkaidah 1444 H. 29 Mei 2023 (1.158.05.23).

Saturday 27 May 2023

SARANA Rawat IMAN dan TAQWA

Slogan IMAN dan TAQWA ini gampang sekali untuk dinasihatkan kepada orang. Para ustadz selalu mengingatkan dalam setiap majelis ta’lim, ceramah dan khutbah Jum’at. Bahkan merupakan salah satu rukun Khutbah; adalah khatib harus mengajak jamaah untuk meningkatkan iman dan taqwa. Tetapi tidak gampang untuk dilaksanakan, termasuk ustadz yang gencar menyampaikan nasihat itu sendiri. Kalau begitu bagaimana sarananya agar setiap insan selalu dapat memelihara IMAN dan TAQWA sehingga merasa diawasi oleh Allah terus menerus, harus terlaksana paling kurang dua hal penting: 1. Setiap diri harus taat melaksanakan ibadah; bagi ummat Islam sekurangnya perintah shalat, karena dengan demikian dirinya selalu berdzikir (ingat Allah) sekurangnya dalam shalat 5 waktu. Manakala di tempat pekerjaan ketika mulai pagi menjelang dzuhur ada kesempatan berbuat amal buruk. Diri ingat bahwa ketika shalat subuh berdialog dengan Allah. Telah memohon agar “ditunjuki jalan lurus, bukan jalan orang yang dimurkai, bukan pula orang yang sesat”. Sedangkan berbuat kemungkaran, kecurangan, jelas dimurkai Allah, jelas jalan yang sesat. Ingat permohonan itu, maka insya Allah urung melakukan perbuatan tercela tersebut. Begitu selanjutnya diperbaharui lagi mengingat Allah ketika dzuhur dan kembali berkegiatan lagi dan jika bertemu lagi dengan kesempatan beramal buruk, ingat baru saja shalat dzuhur dan seterusnya, begitu pula berbisnis apapun, sampai ashar dan maghrib, merasa tidak lepas dari pengawasan Allah. Bersambung dengan shalat isya setelah menjelang istirahat di kediaman masing2, mereview apa yang telah terjadi guna beristighfar bila ada yang keliru untuk perbaikan keesokan hari dan selanjutnya. وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ (dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar) Al-Ankabut 45. 2. System dalam masyarakat. Mungkin pembaca bertanya, aah itu para koruptor kan shalatnya taat, tiap waktu tak pernah tinggal. Para koruptor kadang haji lebih sekali, umrah saban tahun. Tapi kenapa masih saja korupsi…………..? Ini pertanda bahwa diri ybs, mungkin sekali lagi mungkin belum betul2 menghayati shalatnya, kemungkinan berikut ybs sudah tidak kuat melawan bujuk rayu syaitan. Syaitan akan mendatangi manusia dari berbagai arah. ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (Al-A'raf ayat 17) Oleh karena itu perlu ketaatan pemeluk agama dengan ibadah kepada Allah dibarengi dengan adanya system yang diterapkan agar dapat membentengi kedatangan syaitan dan menguatkan Iman. System dimaksud adalah seperangkat aturan yang harus dibuat sehingga tidak mudah orang berkesempatan melakukan pelanggaran. System dari peraturan2 itu ditegakkan oleh yang punya otoritas, sebagai wakil Allah dimuka bumi ini. Sebagai contoh di Makkah dan Madinah, misalnya; Ketika adzan sudah berkumandang, setiap kegiatan bisnis dihentikan. Pedagang tidak mau lagi menerima pembayaran dari pembelinya, walau sudah putus harga. Barang2 dagangan diselimuti hanya dengan kain tanpa menutup pintu toko, pedagang pergi shalat. Apa sebab demikian, antara lain ada aturan, system yang baku di kedua kota tersebut. Bila seorang pedagang kedapatan menerima transaksi ketika adzan sudah dikumandangkan, akan dianggap melanggar hukum dan dikenakan denda yang tidak sedikit. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Ada aparat yang mengawasi pelaksanaan system. Begitu pula hendaknya di dalam tatanan kemasyarakatan dalam seluruh kegiatan, hendaklah ada system sedemikian rupa sehingga setiap orang bertransaksi apapun, mengurus surat menyurat atau perizinan, mengikuti tender, melaksanakan pembangunan gedung, pembangunan proyek triliunan. Pokoknya dalam interaksi apapun ada suatu system sehingga setiap orang merasa diawasi Allah baik oleh dirinya sendiri, maupun oleh system. Dengan demikian insya Allah tidak akan ada tender berpura-pura, pemenang tender proyek setelah terbongkar menjadi kasus, alamat kantor perusahaannya di dalam gang, pemilik rumah ndak tau rumahnya jadi alamat kantor pemenang tender proyek milyaran rupiah. Pernah kualami ketika membayar rekening langganan rumah tangga (ketika itu belum populer bayar via rekening), disuatu perusahaan pelayanan umum (tidak etis disebut). Tertera dalam tagihan Rp 37.645,-- (tiga puluh tujuh ribu enam ratus empat puluh lima rupiah)................... Untuk memudahkan transaksi karena recehan sampai dua angka di depan koma sudah sulit mendapatkannya. Sedari rumah sudah disiapkan uang pecahan 20 ribu selembar, 10 ribu selembar, 5 ribu selembar, 2 ribu selembar, koin 500 sekeping, koin 200 sekeping. Total menjadi Rp 37.700. seharusnya sudah lebih Rp 55,- ....Tidak pas 645, karena pecahan tersebut sudah agak sulit, ok.lah. Apa yang terjadi para pembaca. Penerima (kebetulan Ibu-ibu sudah lumayan hampir pensiun, mungkin beberapa tahun lagi) mengatakan "kurang Pak!!!" seharusnya 38 ribu. Akhirnya saya ingatkan yang bersangkutan. "Tadi sudah lebih 55 rp". ...............Rupanya ibu kasir itu tetap bertahan minta uang pecahan 50 ribu kebetulan saya juga ada bawa,............ dan kemudian ibu kasir mengembalikan Rp 12.350. Malah hampir pas. Mungkin karena si ibu dalam beberapa detik terfikir benar si pelanggan tadi udah lebih 55rph. ……..Ibu itu tidak mau menerima uang receh tadi, tentulah gengsi sebab sudah menolak.......malah mengatakan kurang. Nggak apalah saya merasa sudah membantu ibu tadi mengingatkan bahwa ada pelanggan yang ngurus soal kecil begini. Karena dosa besar merupakan kumpulan dosa kecil2. Sekecil apapun penerimaan dengan cara yang tidak halal itu adalah haram. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6308) Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits, untuk mengingatkan umat Islam agar tidak meremehkan dosa-dosa kecil yang sering diperbuat. إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّ رَ اتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّ رَ اتِ الذُّنُوبِ كَقَ وْمٍ نَزَلُوا فِي بَطْنِ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، وَجَاءَ ذَا بِعُو دٍ حَتَّى أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ ''Awaslah kalian dari dosa-dosa kecil yang biasa diremehkan, sebab itu semua dapat terkumpul sehingga dapat membinasakan orangnya.'' Lalu beliau membuat perumpamaan, suatu kaum (rombongan) yang turun berkemah di hutan dan ketika tiba waktunya makan, tiap orang keluar mencari lidi serta dahan pohon. Setiap orang mendapatkan satu dahan sehingga terkumpul banyak dan dinyalakan api yang dapat memasak makanan.” (HR Ahmad). System secara lebih luas perlu dibudayakan. Supaya sarana pengingat Allah, mempertebal IMAN dan TAQWA itu bukan saja melekat pada diri, tetapi juga harus dibantu pihak lain, dibantu system sehingga tidak mudah untuk orang berbuat curang, melalui dua jalur yaitu: Pertama; dari dalam diri sendiri masing2 individu masyarakat melalui taat kepada agamanya sehingga takut berbuat dosa karena merasa diawasi Tuhan. Kedua; diawasi dari luar diri dalam bentuk system yang diciptakan oleh suatu bangsa disepakati bersama, pelaksanaannya diawasi oleh otoritas yang berkuasa. Layak kita bersyukur, belakangan ini banyak pembayaran tagihan rumah tangga, pengurusan perizinan, administrasi kemasyarakatan telah menggunakan system elektronik, sehingga mengurangi kemungkinan kecurangan. Tak kurang di kantor2 telah dilengkapi system pengawasan elektronik berupa CCTV. Namun bagaimanapun canggihnya teknologi pengawasan ekstern berupa system itu tadi, bila pengawasan intern berupa selalu taat melaksanakan ibadah, agaknya masih selalu dapat dicari jalan bagi pelaku korupsi, pelaku kecurangan, penipuan dan kemaksiatan menjalankan aksinya. Oleh karena itu kedua sarana IMAN dan TAQWA ini harus berjalan seiring sejalan. Dengan baiknya kedua sarana merawat IMAN dan TAQWA berupa pengawasan diri sendiri yaitu taat kepada Tuhan, diiringi oleh system pengawasan ekstern yang baik; semoga kecurangan, korupsi, penipuan dan kemaksiatan, akan berkurang. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Sabtu, 7 Dzulkaidah 1444 H. 27 Mei 2023 (1.157.05.23).

Tuesday 23 May 2023

TELPON tak TERDAFTAR

Nada panggil HP berdering, terlihat nomor tidak di kenal. Begitu di terima, penelpon memberi salam: Case 1. Langsung "apa ini dengan pak ...... (menyebut nama penerima) Case 2. Di kali lain penelpon tak dikenal oleh penerima menjawab "betul", lantas malah penelpon bikin teka-teki : "masih ingatkah dengan suara saya". Case 3. "Perkenalkan saya ....... dari....... menawarkan........ (nyebutkan produk). Kadang kita bingung dari mana perusahaan atau pihak penelpon mendapatkan nomor kita. Dengan canggihnya komunikasi sekarang, banyak teman yang sudah puluhan tahun lalu tak pernah ketemu, sekali tempo dapat melihat di media sosial nama teman lama selanjutnya dari teman ke teman dapat nomor HP teman lama tersebut. Lantas menghubungi per tlp kadang terpisah kota bahkan berlainan negara. Di musim marak penipuan melalui HP masa kini, begitu ada tlp tak dikenal, jadinya ragu untuk mengangkat. Setelah diangkat akan sedikit kesal kalau dapat seperti case-case diatas. Pada case 1. Mestinya penelepon lebih dahulu menyebutkan namanya. Misalnya setelah mengucapkan salam pembuka “maaf saya ……. (sebutkan nama) dapat nomor dari ………. , benarkah ini dengan …… (sebutkan nama penerima telepon). Umpamanya pun salah, penerima telpon akan menjawab “maaf salah sambung”. Kalau yang nerima tlp agak tempramenan jawabnya “salah sambung prek langsung telp ditutup). Pada case 2; kan jadinya tak pantas kita yang sudah umur kepala 7 ini suruh ngingat suara orang. Diusia senja ini, sudah terkoleksi teman mungkin hampir seribuan orang. Adalah wajar kalau tak lagi mengingat suara teman2 lama. Suara melalui telepon dengan suara ketemu langsung tidak akan sama persis. Sebaiknya, baik untuk case nomor 1 maupun case nomor 2, hendaknya di era sudah dapat ngirim pesan dengan W.A. ini, lakukanlah ber W.A. dulu; berisikan menyebutkan nama, pernah ketemu di mana. Misalkan teman sekolah, teman sekantor, teman sekampung, teman pernah sama di suatu rombongan dll. Bila telah dijawab penerima bersedia di telpon, barulah menelepon. Teman yang sudah biasa telponan saja, kalau langsung di telp kadang cukup merepotkan. Umpamanya si penerima tlp sedang nyetir, sedang ada tamu, sedang di kamar mandi dll kesibukan. Ber interaksi melalui telepon samalah seperti kita bertamu, hanya saja lebih praktis tanpa melalui pintu, sekarang malah dimungkinkan saling melihat wajah. Kalau di dahului dengan WA, misalkanpun video call, si penerima tlp dapat siap2, pakai baju dulu, sisiran dulu merapikan diri. Karena; ingin bicara per tlp dengan seseorang analog dengan bertamu, sedangkan bertamu dalam kaidah agama diatur dengan jelas adabnya: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلٰىٓ أَهْلِهَا  ۚ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." (An-Nur ayat 27) فَإِنْ لَّمْ تَجِدُوا فِيهَآ أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتّٰى يُؤْذَنَ لَكُمْ  ۖ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا  ۖ هُوَ أَزْكٰى لَكُمْ  ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ "Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, "Kembalilah!" Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (An-Nur ayat 28). Dua ayat di atas mengajarkan: Tamu daalm hal ini penelpon harus memberi salam dan minta izin lebih dahulu. Ditegaskan, bila tuan rumah dalam hal ini penerima tlp tidak berkenan,……, yaa sudah maka (dalam ayat 28 An-Nur, "kembalilah....itu lbh suci bagimu......."). Ternyata petunjuk Allah demikian lengkap, selalu sesuai dengan kemajuan zaman termasuk di kecanggihan sarana berkomunikasi dewasa ini. Semoga melalui bukti2 ketentuan Allah meliputi segalanya itu, menjadikan kita semua bertambah beriman dan bertaqwa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Rabu, 4 Dzulkaidah 1444 H. 24 Mei 2023 (1.156.05.23).

Monday 22 May 2023

BIASAKAN yang BENAR

Ketika agama-agama yang kini dianut di Indonesia masuk di bumi Nusantara, nenek moyang kita sudah menganut kepercayaan kepada Sang Pencipta, penguasa jagat raya alam semesta. Mereka; nenek moyang kita sudah memiliki kepercayaan kepada pencipta alam, seiring dengan itu sudah terbentuk “kebiasaan” dianggap sebagai wujud mengabdi kepada Sang pencipta. Sudah terbentuk kesepakatan nilai-nilai; baik – buruk, juga sudah terbentuk akhlak standar yang diakui merupakan suatu kebenaran dalam masyarakat. Bicara soal akhlak, nenek moyang kita berakhlak sudah tergolong baik, tidak separah di negeri dimana Islam mula diturunkan, yaitu kaum Qurais di Mekkah. Dimana saat itu diriwayatkan; perjudian, mabok2 an pelanggaran HAM lumrah terjadi, bahkan anak2 perempuan dikubur hidup2. Antar kelompok suku2 mudah sekali berperang. Mengenai permusuhan antar suku ini sampai diabadikan dalam Al-Qur’an: وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا  ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوٰنًا وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِّنْهَا  ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk." (Ali 'Imran ayat 103) Kini sebagian terbesar penduduk bumi Nusantara memeluk agama, seharusnya tidak ada warga negara yang tidak beragama. Dalam melaksanakan ritual agama masing2, ada beberapa “versi tradisi” nenek moyang kita yang tidak sejalan dengan ajaran agama, masih dilakukan. Kebiasaan yang tak sejalan dengan ajaran agama itu bukan hanya terjadi dalam hal ibadah, namun juga dalam wilayah pergaulan hidup (interaksi di masyarakat). Kebiasaan yang tak sejalan dengan ajaran agama meluruskannya adalah tugas para pemuka agama. Sedangkan kebiasaan dalam interaksi di masyarakat, dari masa ke masa disesuaikan melalui peraturan, perundangan, dan ketentuan yang disepakati keberlakuannya oleh suatu bangsa, harus dipatuhi siapapun yang berada di suatu negera. Dalam melaksanakan ketentuan agama, apabila masih saja berpegang teguh dengan kebiasaan nenek moyang yang tidak sejalan dengan ajaran agama; itu merupakan “membenarkan kebiasaan”. Seharusnya para pemeluk agama “membiasakan yang benar”, bukan “membenarkan yang biasa” . Risiko “membenarkan kebiasaan” dan tidak mau berubah menjadi “membiasakan yang benar”, dalam beragama, amal yang dilakukan berpotensi menjadi sia-sia. Dalam pergaulan antar manusia, apabila bertahan dengan kebiasaan, padahal telah terjadi perubahan , maka akan terkena sanksi. Contoh: ketika sebelum covid 19, suatu saat abis jalan pagi ku mampir ke bank untuk sekedar mem print buku tabungan. Satpam dengan tegas di depan pintu “buka maskernya pak”, kebiasaan ku tiap jalan pagi sejak sebelum Covid 19 pun, aku memakai masker menghindari debu jalanan, karena aku mulai jalan pagi di atas pukul 8, guna menyerap matahari pagi, dimana lalu lintas mulai ramai. Belum lama ini, sebetulnya keadaan sudah dinyatakan normal kembali, pas aku sedang duduk nunggu giliran antrian ke CSO bank, seorang ibu masuk ke bank tanpa masker untuk berurusan dengan CSO, ditolak oleh Satpam “masuk bank harus pakai masker” ujar si Satpam. Ibu membawa anak dibawah sepuluh tahun itu menjawab “kan waspada covidnya sudah dicabut”. Satpam nimpali “di bank ini belum dicabut ketentuan harus pakai masker”. Naaah kan kebiasaan berbeda cuma selang berapa tahun saja. Sebelum covid masuk bank bermasker tidak boleh, karena wajah tidak dapat terlihat jelas. Giliran semasa covid dan bahkan sampai kini entah sampai kapan, masuk bank harus pakai masker. Dari uraian dan peristiwa di atas diketahui bahwa masalah kebenaran ini “tergantung” kaidah yang dipergunakan untuk menentukan kebenaran tersebut. Ada beberapa kaidah kebenaran secara singkat; kendati tak benar2 tepat, sebagai berikut: 1) Kaidah kebenaran "Koheren" mengacu kepada bukti, misalnya seorang berkedudukan tinggi, itu terbukti dia mampu dan dipercaya. Apa yang diucapkannya benar terjadi, apa yang dijanjikannya benar ditepati. 2) Kaidah kebenaran "koresponden", Kebenaran dengan membandingkan hal2 yang benar sebelumnya. Misalnya; biasanya kalau dia yang ngomong benar, sebab dari dulu2 ndak pernah meleset. 3) Kaidah kebenaran "pragmatis" Kebenaran disuatu saat belum tentu benar di saat yang lain, contoh soal masker dikisahkan di atas. 4) Kaidah kebenaran “ILLAHI” Kebenaran mengacu kepada ketentuan dari kitab2 suci dan petunjuk nabi dan rasul2 utusan Allah. Ketentuan2 kebenaran ILLAHI tidak akan berubah selamanya. Kebenaran ILLAHI dalam agama Islam diantaranya dapat dijumpai dalam Al-Qur’an: الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ  ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ "Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu." (Al-Baqarah ayat 147) الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُنْ مِّنَ الْمُمْتَرِينَ "Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu." (Ali 'Imran ayat 60). Semoga kita semua dapat melaksanakan kebenaran, baik menurut agama maupun yang berkaitan kebenaran yang berlaku di masyarakat, agar menjadi hamba Allah yang taqwa dan menjadi anggota masyarakat yang taat peraturan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Senin, 2 Dzulkaidah 1444 H. 22 Mei 2023 (1.155.05.23).

Sunday 21 May 2023

TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk menanggung segala akibat dari sesuatu yang telah diperbuatnya, sesudah perbuatan itu dilakukan. Tanggung jawab timbul sehubungan dengan adanya perbuatan, tugas dan kewajiban. Secara ringkas bahwa tanggung jawab itu kepada Tuhan, kepada keluarga, kepada masyarakat. Tanggung jawab kepada Tuhan. Bahwa Allah menciptakan manusia mendiami bumi ini dengan tugas untuk menjadi khalifah, menjadi pemimpin dimuka bumi ini, memakmurkan bumi ini, tidak diperkenankan melakukan kerusakan dimuka bumi. Terhadap semua makhluk di alam ini saja manusia harus berbuat yang pantas, apalagi terhadap sesama manusia. “……... إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَة ……..” “……."Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi"………..” (Al-Baqarah ayat 30) “……..وَلَا تُفْسِدُوا فِى الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلٰحِهَا "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik……….” (Al-A’raf 56). Tugas dan wewenang sebagai pemimpin atau khalifah dimuka bumi ini, harus dipertanggung jawabkan nanti di hadapan Allah, apakah telah dilakukan dengan baik, sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Tanggung jawab terhadap keluarga. Kepada setiap kepala keluarga diberikan tugas oleh Allah agar menyelamatkan diri sendiri dan seluruh keluarga dari adzab siksa neraka, lengkap dengan petunjuk teknis bagaimana caranya. "………… يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَار" “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…...” (At-Thahrim ayat 6) Antara lain petunjuk teknis pokok agar terpelihara dari adzab neraka itu adalah setiap orang introspeksi diri tentang apa yang telah dibuatnya, selanjutnya selalu waspada buat diri sendiri serta menerapkan pengarahan kepada seluruh keluarga agar mempersiapkan diri untuk hari esok terutamanya di akhirat. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ  ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ  ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (Al-Hasyr ayat 18). Tanggung jawab kepada keluarga lebih jauh dapat dicermati: وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (An-Nisa' ayat 9) Allah memberikan rambu2 tentang tanggung jawab ini, ialah tentang apa yang kita perbuat untuk menyiapkan masa depan diri kita sendiri dan masa depan anak2 keturunan kita. Kita yang hidup saat ini tidak dimintai bertanggung jawab atas perbuatan orang2 yang hidup sebelum kita ini, tidak dimintai pertanggung jawaban atas kesalahan orang tua kita, tapi kita dimintai pertanggungan jawab atas anak2 keturunan, generasi yang akan datang. تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ  ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ  ۖ وَلَا تُسْئَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ "Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan." (Al-Baqarah ayat 134) Setiap orang dari kita ini akan dimintai pertanggungan jawab sebagai pemimpin, sejalan dengan hadits dari ‘Abdullāh bin ‘Umar bahwa dia mendengar Rasulullah telah bersabda: وعن بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلّم قال: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعيّتِهِ, والأميرُ راعٍ, والرّجُلُ راعٍ على أهلِ بيتِهِ, والمرأةُ رَاعِيَّةٌ على بيتِ زوجِها وَوَلَدِهِ, فكلّكم راعٍ وكلّكم مسئولٌ عنْ رَعِيَّتِهِ. (متفق عليه “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imām (kepala Negara) adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut” (Muttafaqun 'Alaih). Harapan kita semua, semoga Allah memudahkan kita semua dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang dibebankan Allah, sehingga berhasil mempertanggung jawabkan perbuatan kita selama hidup di dunia ini di akhirat nanti. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Ahad, 1 Dzulkaidah 1444 H. 21 Mei 2023 (1.154.05.23).

Wednesday 17 May 2023

Tak Berani Nonton

Diawal laga Indonesia – Thailand 16 Mei malam, semula ku menonton sampai Indonsia berhasil membobol gawang Thailand 2 kosong, sampai akhir babak pertama. Dibabak ke dua setelah Thailand berhasil membalas dari memaksimalkan sepak pojok, diriku sudah tidak berani lagi nonton, TV langsung ku matikan, aku takut Indonesia ke golan lagi. Penglihatanku wasitnya obral kantu kuning. Dimenit ke 58 saja sudah keluar 8 kartu kuning. Keliatannya sih adil, 4 buat indonesia 4 buat Thailand. Tapi sepertinya kalau skuad garuda nyenggol dikit aja si pemain lawan lalu jatuh, wasitpun membunyikan peluit, lalu pelanggaran. Giliran pemain Thailand yang nyenggol, pemain Indonesia jatuh banyak kali peluit tidak berbunyi. Apa kah ini lantaran subyektifitas diriku yang selalu berdo’a ingin Indonesia menang? Wallahu alam bishawab. Dari pada gregetan sendiri lihat bagaimana ragam si wasit (setidaknya menurutku), lebih baik nanti setelah usai pertandingan baru aku mencari tau berapa scorenya…... Dengan perkiraan laga sudah selesai, ku pencet lagi power TV., tampak di papan penunjuk waktu sudah menit ke 95, waaah …… pikirku ini berarti ada tambahan waktu, kuamati di petunjuk score di sisi kiri TV, tambahan waktu 7 menit score msh 2 - 1. Do'akupun terus berguman, 2 menit lagi do’a ku, jangan sampai Thanland ngegol. Benar menit ke 7 lebih beberapa detik wasit niup pluit. Alhamdulillah ku begumam, jadi juga Indonesia memperoleh mendali emas. Sementara itu kuliat bola keluar lapangan dan asisten wasit mengangkat bendera menandakan bola keluar harus lemparan kedalam. Dengan isyarat peluit itu semua team pelatih sudah berangkulan, menyambut kemenangan Indonesia sementara memang betul penanda waktu menunjukkan tambahan sudah berlangsung 08 menit , 21 detik. Ternyata wasit meniup peluit bukan pertanda pertandingan berakhir, bukan pula tanda lemparan ke dalam (seperti bendera asisten wasit), tetapi menunjuk suatu titik untuk pelanggaran agar dilaksanakan tendangan bebas. Tendangan bebas inilah yang membuat score 2 – 1 itu berubah, jadi 2 – 2., berujung ke perpanjangan waktu…….. Sepertinya team Indonsia dicurangi, dalam hitungan detik, kemenangan jadinya sirna. Pada saat perpanjangan waktu, syukurnya dimenit ke 57 tambahan waktu 15 menit pertama, Irfan Jauhari berhasil menyepak bola ke atas kepala penjaga gawang Thailand, dan score berubah menjadi 3 – 2. Kutahan diri untuk melihat terus jalan pertandingan, walau timbul dongkol lagi dengan wasit sudah sampai menit ke 105 lebih, tak kunjung niup peluit berakhir perpanjangan 15 menit pertama. Peluit baru di tiupnya setelah 105 + 7 menit 44 detik. Semula kupikir luar biasa ini wasit pengen sekali memenangkan pihak lawan skuad garuda…….. Setelah usai laga baru kuingat ini mungkin lantaran ada insiden sesudah menit ke 57 tambahan waktu 15 menit pertama, dimana setelah Irfan Jauhari mencetak gol, terjadi Insiden cukup lama, kubu pelatih Indonesia diserang kubu Thailand. Perpanjangan 15 menit ke dua, Timnas Indonesia nambah gol melalui Fajar Fathur Rahman dimenit ke 106 lebih 41 detik mencetak gol ke empat. Keberanian ku nonton sampai habis makin semangat kerena se curang2 wasit pun dalam hatiku, waktu tinggal 14 menit masa’kan dapat nyetak do’a gol. Namun do’a terus menerus di panjatkan, dengan tambahan Ya Allah; menangkanlah pihak yang dicurangi, sambil ku ingat dalam do’a firman Allah: وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ  ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمٰكِرِينَ "Dan mereka membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (Ali 'Imran ayat 54) Semoga Allah membalaskan tipu daya mereka, membalaskan kecurangan mereka. Karena sebelum peluit berbunyi “panjang berulang” dari wasit, jangan gembira dulu, sebab barusan terjadi tadi dipenghujung babak ke dua (normal) di menit sudah lebih 8 menit dari perpanjangan waktu yang 7 menit itu, ternyata wasit nyatakan pertandingan belum usai, masih ada tendangan bebas yang akhirnya membuahkan gol penyeimbang. Wajar terjadi kelengahan skuad garuda ketika itu, sebab mereka sudah nganggap pertandingan selesai. Dengan usainya pertandingan maka kewaspadaaan sudah kendor, umpamanya orang berjalan jauh sesudah sampai di finish, segala otot sudah di kendorkan, nafas sudah di tarik dalam, badanpun digemulaikan, kalau ada pakai “tenaga dalam” mungkin sudah dilepas. Hal ini sekaligus buat pembelajaran bagi skuad garuda, lain kali; yakini betul bahwa pertandingan sudah selesai sampai wasit memberi aba2 dengan peluit “panjang berulang” diikuti tangan memberi isyarat pertandingan selesai. Alhamdulillah kemenangan Indonesia atas Thailand, jadi lebih telak ketika Beckham Putra Nugraha menutup laga dengan gol ke 5 pada menit ke 119, 50 detik. Tak ada alasan lagi untuk menghalangi kemenangan buat TIMNAS Indonesia. Selamat untuk Skuad Garuda. Semoga persepak bolaan di tanah air semakin maju, kerena memang olahraga ini digandrungi seluruh rakyat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Senin, 25 Syawal 1444 H. 16 Mei 2023 (1.153.05.23).

Monday 15 May 2023

Sepak Bola dan Denyut Nadi

Sebelum pukul 4 sore Sabtu 13 Mei kemarin, aku udah nyaipkan diri untuk nonton sepak bola Indonesia vs Vietnam di depan TV. Do’a pun terus dipanjatkan agar TIMNAS berhasil menang. Karena kalah berarti kemungkinan perunggu, menang ada kemungkinan Emas. Alhamdulillah baru laga berjalan 9 menit, TIMNAS melalui sundulan kepala Komang Teguh nyetak gol, ikut tepuk tangan walau dari dalam kamar. Selanjutnya pertandingan berlangsung dengan serangan silih berganti. Kurang sepuluh menit waktu normal giliran gawang Indonesia pula kemasukkan gol di cetak oleh Nguyan Van Tung. Denyut nadi ku mulai naik. Khawatir kalau waktu sepuluh menit menjelang akhir babak pertama, gawang Ernando bergetar lagi. Ku putuskan mematikan TV untuk tidak melihat saja. Diperkirakan babak ke 2 sudah mulai, hati ini menggelitik, ingin liat sudah berapa score nya. Power TV aku pencet lagi, rupanya score sudah 2 – 1, gol terjadi di menit ke 53 aku tak ikut nyasikan rupanya lewat kaki Marselino, kemenangan Indonesia. Denyut nadi-ku-pun normal lagi, ikutan menyaksikan maunya sampai habis, nampak ada harapan akan menang, karena waktu normal tinggal 37 menit lagi. Ya ampun 7 menit kemudian setelah tercetak gol ke 2, yaitu menit ke 60 apa pasal Pratama Arhan pemain TIMNAS yang piawai melempar ke dalam sampai ke kotak pinalty itu, terkena kartu kuning ke dua, wasit merogoh kantong belakangnya lalu mengangkat kartu merah. Denyut nadi ku mulai lagi berdenyut lebih banyak, namun mau dimatikan TV sayang juga, biarlah ditunggu setengah jam lagi, toh udah menang ini. Eeee rupanya di menit ke 79, umpan silang Nguyen Ngoc Thang, dari tendangan bebas, Vietnam nambah gol. Bagas kaffa maunya menyelamatkan gawang, taunya salah mengantisipasi lalu “bunuh diri”. Stand 2 – 2 ini bertahan sampai waktu normal habis. Indonesia bertahan diserang bertubi-tubi dengan 10 pemain. Akan tetapi terjadi tambahan waktu yang tidak biasa, sampai 8 menit. Dalam hatiku kenapa siiiih…... wasit2 itu jika Indonesia yang main, sepertinya gimanaaa……. , berat ke pihak lawan Indonesia, ada kuliat sebelum pertandingan lawan Vietnam, pelanggaran terjadi di luar kotak penalty, pemain lawan menjatuhkan diri ke dalam kotak penalty. Wasit dengan mantab nunjuk titik putih, apaboleh buat system VAR belum diterapkan di SEA GAMES ini, tendangan 12 pas itupun dilasanakan, untung penjaga gawang dapat menyelamatkan. Sepertinya wasit2 penghakim lapangan ingin agar Indonesia kalah atau paling tidak seri. Dalam pertanadingan lawan Vietnam kemarin itu ketika tambahan waktu 8 menit, score sama kuat, apa dengan tambahan waktu yang tak lazim itu, dianya mengharapkan vietnam dengan kelebihan satu pemain itu akan ngegol lagi. والله اعلم بالصواب . Rupanya Tuhan mengabulkan do’a kita semua, sehingga di menit ke 95 Muhammad Taufany mencetak gol kemenangan Indonesia. Tiga menit tersisa tidak terjadi gol lagi. Itupun kuliat peluit wasit baru ditiup panjang lebih dari 8 menit. Kerena Do’a dapat merubah taqdir, seperti hadist berikut: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ (الترمذي) Bersabda Rasulullah shallallahu ’alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065). Oleh karena itu mari kita berdo’a semoga Allah memberi kemenangan TIMNAS sepak bola U-22 Indonesia meraih medali emas di SEA GAMES 2023, dengan kemenangan berlaga melawan Thailand nanti. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Ahad, 23 Syawal 1444 H. 14 Mei 2023 (1.151.05.23)

Amal yang Batal dan Hilang

Semua orang dewasa dan normal sudah mengerti, bahwa mati itu adalah pasti akan kita temui, walau kadang sesekali terlupa. Agama mengajarkan bahwa setelah mati akan dimintai pertanggung jawaban selama hidup. Yang dipertangung jawabkan adalah amal. Orang tidak beragama lain lagi, meskipun dianya sadar pasti akan mati, tapi dikiranya sesudah mati selesai, tidak ada lagi kehidupan sesudah mati. Proses kematian disebabkan dua aspek yaitu: “batas usia” dan “ajal”. Antara batas usia dan ajal terkait erat, karena “sebelum ajal berpantang mati”. Berapapun usia orang kalau sudah ajalnya akan mati, berapa lamapun hidup seseorang pasti akan ketemu ajalnya bila sudah sampai batas usianya. Al-Qur’an memberitahukan banyak tentang hal kematian dan kehidupan manusia di dunia ini diantaranya seperti yang tersurat dalam ayat 2 surat Al-Mulk: ٭لَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَا لْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ ۙ "yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun," Dari ayat ini, dipahami bahwa tujuan Allah menciptakan mati dan hidup adalah untuk menguji manusia, siapa diantara manusia itu yang paling baik amalnya. Beruntunglah bagi mereka yang banyak melakukan amal kebaikan. Sedangkan amal kebaikannya itu diterima oleh Allah yang menciptakan mati dan hidup tersebut. Selanjutnya akan berguna di kehidupan sesudah mati. Berkaitan dengan amal kebaikan, menurut pandangan agama ada orang beramal baik tetapi merugi yaitu: Orang yang semasa hidupnya banyak berbuat amal kebaikan tetapi amal tersebut “batal” atau “dibatalkannya” sendiri dan bahkan “hilang”. 3 kumungkinan tersebut: 1. B a t a l. Guna menyederhanakan; amal kita bagi dua, yaitu Ibadah langsung kepada Allah, dan Ibadah kapada Allah bermedia hubungan sosial. Kedua ibadah ini agar tidak batal syarat utamanya "dua I": a) I'tiba' kepada yang dicontohkan Rasulullah yang tentunya mengacu kepada tuntunan Allah. b) Ikhlas, dilaksakan hanya karena Allah. Bukan mengharap pujian manusia. Dalam hal tidak terpenuhi dua syarat utama tersebut, amal kebaikannya “batal” dalam pengertian tidak tercatat amal kebaikan disisi Allah. 2. Dibatalkan sendiri. Semasa hidup banyak amal kebaikan, tetapi kadang dibatalkan sendiri misalnya me-nyebut2nya dengan tujuan dapat apresiasi manusia. Tidak jarang kita mendengar ada orang yang menceritakan "alhamdulillah Ramadhan lalu saya telah..........(membagi nasi kotak kepada ..… orang berbuka puasa di masjid), telah menyantuni anak yatim (.....sekian) orang". dll kebajikan yang telah dilakukannya. Padahal Allah mengingatkan: "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (Al-Baqarah ayat 264). يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِا لْمَنِّ وَا لْاَ ذٰى ۙ كَا لَّذِيْ يُنْفِقُ مَا لَهٗ رِئَآءَ النَّا سِ وَلَا يُؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَا نٍ عَلَيْهِ تُرَا بٌ فَاَ صَا بَهٗ وَا بِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْـكٰفِرِيْنَ 3. Di akhirat hilang. Bahwa amal ibadah seseorang akan hilang di akhirat kelak, bila Kedzaliman kita ke sesama manusia, kejahatan kita ke sesama manusia belum terselesaikan di alam dunia ini. Seperti diterangkan oleh Rasulullah berikut: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/ kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim). Dalam kaitan bahwa amal kebaikan dapat “batal” dan juga “dapat hilang” itulah, jika mengharapkan amal baik selama hidup ini dapat menolong kelak di kehidupan sesudah mati nanti, berhati-hatilah jangan terjadi amal baik kita “batal”, “dibatalkan sendiri” atau “hilang”. Semoga Allah memudahkan kita untuk berbuat amal ibadah dan kebajikan. Semoga Amal tersebut tidak menjadi “batal” dan “hilang” setelah di akhirat nanti. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Senin, 24 Syawal 1444 H. 15 Mei 2023 (1.152.05.23).

Friday 12 May 2023

Fenomena Alam

Kembang aneka warna indah mempesona, bunga semerbak menebar wangi. Burung berkicau merdu. Tunduknya hewan ternak kepada gembala dan pemiliknya. Deburan ombak menyisir pantai, semilir angin sepoi di persawahan. Banyak lagi fenomena alam, bila direnung cukup menakjubkan. Semua tentu bukan kebetulan, ada yang menciptakan, ada yang mengatur kenapa demikian. Fenomena alam ini merupakan ayat kauniyah demikian banyaknya sehingga Allah katakan di surat Al Kahfi 109: قُلْ لَّوْ كَا نَ الْبَحْرُ مِدَا دًا لِّـكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَـنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَـنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا "Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." Kalimat Tuhan (ayat kauniyah), jauh lebih banyak dari ayat2 "qauliyah" yang tersurat di dalam kitab2 suci. Ayat2 qauliyah berupa firman Allah dengan ayat2 disampaikan kepada Rasulullah melalui malaikat Jibril dan kini dikodifikasi dalam mushaf terdiri atas 114 surat terinci dalam 6 ribu 6 ratus 66 ayat, ada juga yang menyebut 6.236 ayat dengan tambahan 112 kalimat basmalah. Himpunan huruf2 berjumlah 1 juta 27 ribu huruf. Ayat2 kauniyah yang begitu banyak itu sudah nampak jelas sejak kita bangun tidur, keluar rumah, apa lagi travelling ke berbagai destinasi wisata, destinasi wisata religi, sekurangnya terdapat 4 kali dianjurkan oleh Allah, agar kita memperkaya menyaksikan ayat2 kauniyah dengan ayat sebagai berikut: “………...قُلْ سِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱ”. Katakanlah: "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat ………”. Keseharian, di diri kita sendiri terdapat sejumlah ayat2 kauniyah. Perempuan dan laki-laki, dibedakan Allah dengan jelas. Secara umum perempuan dan laki-laki terdapat banyak persamaan, yaitu diantaranya: punya sepasang daun telinga dikiri kanan kepala, sekian derajat menghadap kedepan, berupa tulang rawan. Alangkah sengsaranya tidur jika daun telinga berupa tulang keras. Jantung berdetak sendiri sejak lima bulan sebelum lahir sampai tutup usia. Tak seorangpun sanggup mengatur denyut nadi yang digerakkan jantung itu. Soal detak jantung saja, ada orang yang berpenyakit denyut nadinya tidak normal; kecepatan atau kelambatan, manusia sebatas dapat berikhtiar berobat menormalkan kembali detak jantungnya. Tapi tak seorangpun yang sanggup membuat jantung berdetak kembali bila jantungnya telah dihentikan Allah untuk berdenyut. Juga merupakan ayat kauniyah diri ini, adalah ngantuk dan tidur: وَمِنْ ءَايٰتِهِۦ مَنَامُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَآؤُكُمْ مِّنْ فَضْلِهِۦٓ  ۚ إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَسْمَعُونَ "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam, dan siang hari usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." (Ar-Rum ayat 23). Tidak jarang orang SUSAH TIDUR, walau dengan kamar tidur yang nyaman, udara terkontrol, tempat tidur dan kasur standar empuk. Keamanan terjamin, rumah berpagar tinggi dilengkapi dengan CCTV, di komplek elit yang dijaga Satpam. Ada pepatah “kita dapat membeli kasur, tapi tak dapat membeli tidur”. Sesungguhnya yang menidurkan dan yang membangunkan kita dari tidur adalah kuasa Allah, merupakan salah satu “ayat kauniyah”. Oleh karena itu Islam mengajarkan begitu terbangun dari tidur berdo’a: Berdasarkan hadits riwayat Bukhari, doa bangun tidur pagi sesuai sunnah adalah: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ (Alhamdullillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur) “Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami, dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan”. Sedangkan sebelum tidur diajarkan berdo’a: بِاسْمِكَ اللهُمَّ أَحْيَا وَأَمُوْتُ (Bismika allahumma ahyaa wa bismika amuut). "Dengan menyebut nama Allah yang menghidupkan dan mematikan." Sementara itu, pernah kumelihat, ketika jalan pagi, seseorang dengan pakaian lusuh, beralaskan karton tanpa bantal, tertidur pulas di trotoar di luar pagar sebuah gedung. Properti miliknya berupa kantong plastik besar kelihatannya terisi tiga perempat, hanya digeletakkan tak jauh dari kakinya. Dia tak khawatir barang2 nya akan digondol maling. Banyak sekali “ayat kauniyah” dalam diri ini, bila dikaji satu persatu terlalu panjang artikel ini. Ijinkan satu lagi ku kaji yaitu “Kumis dan Jenggot”. Hanya laki2 yang berkumis dan berjenggot, mengapa perempuan tidak?. Kumis dan jenggot laki2 dewasa, terus tumbuh, dicukur nanti tumbuh lagi, pada usia diatas limapuluhan rata2 kumis dan jenggot mulai berubah warna. Kenapa berubah warna?. Maka maha benar Allah dengan firman-Nya di surat Al-Kahfi 109 yang dikutip diatas. Bahwa tanda2 kebesaran Allah berupa ayat2 kauniyah, walaupun dua kali jumlah air laut didunia ini di jadikan tinta untuk menulis ayat2 Allah berupa “ayat2 kauniyah” tak akan cukup untuk menulisnya. Diri kita ini adalah isi alam, sehingga kajian mengenai diri kita ini termasuk kajian tentang fenomena alam. Namun kita telah diberitahu Allah melalui ayat kedua dari terakhir surat Al-Kahfi yang dikutip di atas bahwa tak kan dapat kita tulis, akan tetapi dapat kita jadikan renungan setiap kita melihat, mengalami fenomena alam, guna menambah kekuatan iman. Untuk lebih banyak meresapi ayat2 kauniyah berupa fenomena alam, selagi badan sehat, selagi tenaga kuat, selagi usia masih ada, diikuti punya biaya untuk mengamalkan perintah Allah melalui ayat di kutip diatas “berjalanlah dimuka bumi…………..”. Melalui travelling itu makin banyak dapat dilihat kebesaran Allah melalui “ayat2 kauniyah”. Semoga dengan mentadaburi ayat2 Qauliyah terkodifikasi dalam Al-Qur’an dan ayat2 Kauniyah yang tersebar diseantero dunia dan fenomena alam, bertambahlah iman dan taqwa kita. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jum’at, 21 Syawal 1444 H. 12 Mei 2023 (1.150.05.23)

Thursday 11 May 2023

KESIT REZEKI

Kausa kata bahasa suatu daerah demikian banyaknya, kadang sulit di alih bahasakan menjadi bahasa daerah lain. “Kesit” di kampungku pengertiannya dapat diartikan “tidak lancar condong ke sulit”. Judul di atas pengertiannya “Rezeki tidak lancar atau sulit”. Tapi kata “Kesit” tidak cocok bila digunakan untuk “air ledingnya tidak lancar”, lalu tdk tepat digunakan “air leding kesit” misalnya. Jadi gandengan kalimat “kesit” cocok buat “rezeki”. Salah satu penyebab “kesit reski”, ialah keluarga yang tidak rukun. Ketidak rukunanan itu menjelma diantaranya: sering bertengkar, saling curiga, pencemburu. SUAMI ISTRI SERING BERTENGKAR. Ketika bertengkar, kadang lost control mengeluarkan kata-kata, sehingga tidak jarang keluar caci maki saling mengemukakan perkataan buruk. Padahal Allah tidak menyukainya: لَّا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوٓءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ  ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا "Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui." (An-Nisa' ayat 148). Bilamana Allah sudah tidak menyukai kita, maka “rezeki akan kesit” karena rezeki adalah datang dari Allah. اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥٓ  ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ "Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al-'Ankabut ayat 62). Tengkar-bengkar (sering bertengkar) suami – istri indikasi “kehidupan yang tidak baik: مَنْ عَمِلَ صٰلِحًا مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيٰوةً طَيِّبَةً  ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ "Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl ayat 97) Sebagai wujud “kehidupan yang baik”, ialah tidak sering bertengkar suami – istri. SUAMI ISTRI SALING CURIGA, CEMBURU. Cemburu adalah manusiawi, akan tetapi bila terlalu pencemburu yang ekstrim sampai kepada tingkat “cemburu buta”. Sudah tidak baik lagi, bagi rumah tangga dan berakibat akan “kesit rezeki” Cemburu buta membuat hubungan atau komunikasi pasangan menjadi tidak sehat. وقال صلى الله عليه و سلم إن من الغيرة غيرة يبغضها الله عز وجل وهي غيرة الرجل على أهله من غير ريبة لأن ذلك من سوء الظن الذي نهينا عنه فإن بعض الظن إثم “Rasulullah saw bersabda, ‘Salah satu cemburu adalah cemburu yang dibenci Allah, yaitu cemburu suami terhadap istrinya pada sesuatu yang tidak ada keraguan (sesuatu yang sudah jelas),’. Karena cemburu di sini merupakan buruk sangka yang dilarang. Sementara sebagian sangka adalah dosa,” (HR Abu Dawud, An-Nasai, dan Ibnu Hibban). Pen-cemburu memperkesit rezeki. Sepasang suami istri kebanyakan di masa kini, si suami bekerja di istsitusi resmi, juga si istri wanita karier yang juga bekerja di suatu instansi atau istitusi. Di siang hari, di hari-hari kerja berangkat bekerja ke tempat kerja masing2. Akan jadi masalah kalau si suami pencemburu, dia akan kuntit istrinya saban hari. Istrinya ber-audiencies dengan siapa saja. Ini akan mengganggu ke-mudahan tugas si istri dan si suami tidak konsetrasi terhadap pekerjaaannya. Si suami dapat tugas keluar kota atau sebaliknya si istri dapat tugas dinas luar, akan terhambat lantaran istri ndak dapat ijin suami. Karier istri akan tidak mulus, rezeki yang masuk melalui perjalanan dinas luar, tidak masuk. Sebaliknya suami bertugas keluar kota dicemburui istri, sanantiasa merasa tidak tenang dalam bertugas, sebentar2 di kontrol melalui telepon. Semoga semua keluarga kita rukun, SAMAWA sehingga tidak “kesit rezeki” آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Kamis, 13 Syawal 1444 H. 11 Mei 20223 (1.149.05.23)

Monday 8 May 2023

TAK LUPUT dari KEKELIRUAN

Bahwa manusia, sebagai individu, sebagai pemimpin, sebagai karyawan, sebagai pengusaha, sekalipun sebagai Nabi tetap saja tak luput dari kealfaan, kesalahan dan kekeliruan. Disarikan dari tafsir Al-Azhar Juzu 10, Prof. Hamka halaman 53 sampai halaman 63, ketika menafsirkan surat Al Anfal 67 sampai 71. Bahwa usai perang Badar dengan kemenangan yang gemilang, dimana musuh terbunuh 70 orang dan tertawan 70 orang, dengan tidak sedikit dipereloh rampasan perang. Perang Badar adalah perang pertama bagi umat Islam menghadapi musuh, belum berpengalaman bagaimana menyikapi kalau nanti usai perang dapat menawan musuh. Lantas Rasulullah mengajak sahabat2 beliau bermusyawarah tentang “akan diapakan” 70 tawanan perang badar ini. Abu Bakar kemukakan pendapat; “Wahai Rasulullah, mereka adalah kaummu dan keluargamu. Biarkan mereka dan jangan terburu-buru menghukumi mereka. Bisa jadi Allah akan menjadikan mereka bertobat. Ambillah tebusan dari mereka yang bisa dipergunakan untuk meneguhkan barisan kaum muslim.” Golongan terbesar dari kaum muhajirin, mendukung pendapat Abu Bakar. Sementara itu Umar berpendapat; “Wahai Rasulullah, mereka telah mengusir dan mendustakanmu. Bunuh mereka. Mereka adalah pemimpin kafir. Allah telah mencukupimu dan tak membutuhkan harta tebusan mereka.” Pendapat Umar ini didukung oleh sebagian besar kaum Anshar. Setelah mendengar pertimbangan dari dua kubu itu, Rasulullah masuk ke kemahnya. Beberapa saat kemudian Rasulullah keluar dan mengatakan, “Tuhan Allah telah membuat lembut hati setengah manusia selembut susu, dan Tuhan pun membuat keras hati setengah manusia sekeras batu. Engkau hai Abu Bakar adalah laksana Ibrahim alaihis salam yang berkata”: رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ  ۖ فَمَنْ تَبِعَنِى فَإِنَّهُۥ مِنِّى  ۖ وَمَنْ عَصَانِى فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ "Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Ibrahim ayat 36) Abu Bakar oleh Rasulullah juga di umpamakan bagaikan Nabi Isa alaihis salam yang berkata: إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ  ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."" (Al-Ma'idah ayat 118) Kepada Umar Nabi Muhammad katakan bahwa Umar laksana Nabi Nuh tatkala ia berkata: وَقَالَ نُوحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكٰفِرِينَ دَيَّارًا "Dan Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (Nuh ayat 26). Perumpaan Umar oleh Rasulullah juga persamakan seperti Nabi Musa yang berkata: وَقَالَ مُوسٰى رَبَّنَآ إِنَّكَ ءَاتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُۥ زِينَةً وَأَمْوٰلًا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ  ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلٰىٓ أَمْوٰلِهِمْ وَاشْدُدْ عَلٰى قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ "Dan Musa berkata, "Ya Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Fir'aun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibatnya) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan, binasakanlah harta mereka dan kuncilah hati mereka sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih." (Yunus ayat 88) Rasulullah memutuskan menerima usul Abu Bakar yaitu akan membebaskan tawanan 70 orang itu dengan tebusan. Sampailah kabar ke Makkah, bahwa Muhammad memberi pilihan kepada para tawanan antara dibunuh atau ditebus. Maka, orang Quraisy bergegas menuju Madinah, memberikan harta, dan membebaskan para tawanan dengan harta tebusan. Sehari setelah keputusan diambil, esok paginya Umar mendapati Nabi Muhammad dan Abu Bakar menangis di kemah Nabi. Umar menanyakan tentang apa penyebab tangisan itu, agar diapun dapat ikut menangis. Nabi menjawab: “Aku menangisi kawan2mu yang mengusulkan supaya tawanan itu menebus diri. Tuhan telah mengancam mereka dengan siksaan-Nya lebih dekat dari pohon ini” (pohon tumbuh dekat kemah). Nabi memberitahukan bahwa telah turun ayat 67 dan 68 surat Al-Anfal: مَا كَانَ لِنَبِىٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُۥٓ أَسْرٰى حَتّٰى يُثْخِنَ فِى الْأَرْضِ  ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْأَاخِرَةَ  ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ "Tidaklah pantas, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum dia dapat melumpuhkan musuhnya di Bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (Al-Anfal ayat 67) لَّوْلَا كِتٰبٌ مِّنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَآ أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ "Sekiranya tidak ada ketetapan terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena (tebusan) yang kamu ambil." (Al-Anfal ayat 68). Dari kedua ayat di atas, diketahui bahwa keputusan yang telah diambil tidak tepat menurut Allah, umpamanyalah tidak ada ketetapan Allah terdahulu (para pejuang Badar diampuni Allah), maka akibat keputusan itu akan mendapat siksa yang besar. Dari peristiwa ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Dalam hal belum diperoleh petunjuk Allah akan hal memutuskan sesuatu, nabi Muhammad memusyawarahannya dengan para sahabat. Contoh lain: dalam menentukan tempat berkemah perang Badar-pun nabi menerima usul dari sahabat bernama “al Habbab”. Setelah mengusul bertanya apakah ini merupakan petunjuk Allah, di jawab Rasulullah bukan petunjuk Allah. Karena bukan merupakan wahyu Allah “al Habbab” berani mengusulkan tempat berkemah berbeda dengan arahan Nabi Muhammad. Usul diterima. 2) Ternyata bahwa Nabi pun bisa terjadi mengambil suatu keputusan yang tidak tepat, tanpa petunjuk wahyu ilhahi, sekalipun keputusan itu diambil atas dasar musyawarah. 3) Sesuatu keputusan yang telah diambil apalagi menyangkut keputusan untuk sekelompok orang banyak, sudah merupakan janji yang harus ditepati, tidak dicabut kembali. Nabi tidak membatalkan keputusan itu. 4) Para kubu yang bertentangan usul, setelah diambil suatu keputusan walaupun usul yang dipakai terbilang salah, malah usulnyalah yang benar, karena keputusan telah di ambil pihak pengusul yang usulnya tidak diterima, tidak menepuk dada bahwa sebenarnya dia yang benar, akan tetapi mendukung keputusan yang telah diambil, walaupun salah. Dalam case tersebut Umar dan para pendukungnya tidak protes putusan yang dilaksanakan adalah usul Abu Bakar dan pendukungnya. 5) Bahwa ummat dimasa kini, melalui ulama2 yang memenuhi syarat, bila tidak terdapat petunjuk yang jelas nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat mengambil keputusan melalui ijtihad. 6) Bahwa ternyata Nabi sebagai manusia biasa tidak luput dari keliruan. Namun bagi para Nabi dan Rasul ketika tak sengaja lalai, tak sengaja mengambil keputusan yang keliru; langsung Allah tegur dan bahkan diberi petujuk bagaimana seharusnya berbuat. Kekeliruan yang terjadi pada diri Nabi2 dan Rasul2 pada hakekatnya merupakan sesuatu yang Allah kehendaki untuk jadi petunjuk buat ummat manusia. Salah satu contoh ketika nabi Muhammad berjanji kepada orang yang menanyakan berapa lamakah penghuni gua Kahfi tertidur; Rasulullah menjawab:”datanglah besok”, lantas ditegur Allah diabadikan dalam surat Al-Kahfi ayat 23 dan 24 berikut: وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۠ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًا "Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu besok pagi,"" (Al-Kahf ayat 23) إِلَّآ أَنْ يَشَآءَ اللَّهُ  ۚ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسٰىٓ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا "kecuali (dengan mengatakan), "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) dari pada ini."" (Al-Kahf ayat 24). Kekeliruan Nabi Muhammad dan teguran Allah itu merupakan sesuatu yang harus menjadi perhatian kita bahwa dalam berjanji untuk sesuatu yang akan datang, sekalipun besok harus disandarkan kepada "kalau Allah mengijinkan". Demikian, semoga tamsil peristiwa2 di atas dapat kita jadikan acuan untuk melakukan setiap amal perbuatan, mengambil keputusan, ber perilaku termasuk bertutur kata. Sehingga kita dapat menjadi hamba2 Allah yang dicintai-Nya. والله اعلم بالصواب آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 Syawal 1444 H. Senin, 8 Mei 2023. (1.148.05.23).

Saturday 6 May 2023

BERBEDA tapi SAMA

Tiga orang berteman sama2 pesan “Nasi Gudeg” di suatu rumah makan. Sebetulnya kemasan Nasi Gudeng tidak sekedar hanya berupa “Nasi” dan “Gudeg”, tetapi ada “kerecek”, “telor pindang”, “sambel”, “tahu utuh” dan “sepotong tempe bacem”. Akan tetapi lantas lazim disebut “Nasi Gudeg” Ternyata teknik memakannya berbeda dari tiga teman tersebut. Namun sama2 makan mengisi energi. Sama pula seleranya hari itu pengennya makan “Nasi Gudeg”, ber-sama2 semeja. Satu diantaranya; teknik makannya, semua unsur asesories Gudeg di campur jadi satu, barulah nasi diambil sesendok demi sesendok nasi dicampur dengan lauk pauk yang sudah dicampur itu. Orang kedua; nasi disendok, untuk melancarkan masuknya nasi dari mulut ke perut setelah dikunyah, lauk masing2 dicuil masing2 sedikit2 disendok, kadang tidak komplit. Orang ketiga lain lagi. Nasi setumpuk dalam piring, dibaginya menjadi 5 bagian: Pertama diambilnya nasi yang seperlima itu sedikit demi sedikit dicampurnya dengan “kerecek” dan sedikit “sambel”, diatur nasi yang seperlima tamat sesuai dengan volume “Kerecek”. Kedua, dengan perlakuan yang sama campuran nasi “dengan tahu utuh” kalau sambelnya tidak terlalu pedas ikut di ulas dengan sambel. Ketiga, kini giliran nasi dicampur dengan tempe bacem. Keempat, selanjutnya gudeg yang disantap bersama nasi. Kelima, barulah telor pindang dimakan bersama nasi. Masing2 dari ketiga orang itu, melakukan teknik makan yang mereka anut, bukannya tidak punya alasan. Orang pertama beralasan agar aneka rasa dari seperangkat asesories Gudeg tersebut menjadi satu cita rasa. Sehingga lidah merasakan betul nikmatnya satu unit ramuan “nasi gudeg”. Orang kedua berargumentasi; Nasi sebagai menu utama disiapkan, lantas dengan mencuil komponen lauk pauk dibubuhkan di se unit nasi yang akan disuap, akan terasa bagaimana aneka ramuan itu ketika dikunyah. Dengan begitu dapat dinikmati benar bumbu2 yang mana yang pas, bumbu mana yang rada kurang dan bumbu mana yang agak kelebihan. Orang ketiga, lain lagi alasannya; kalau dengan dicampur sekaligus semua kelengkapan “nasi gudeg”, akan tidak dapat membedakan secara signifikan bagaimana cita rasanya Nasi dicampur “kerecek”. Bagaimana cita rasa bila nasi digaul dengan “tahu”. Juga dapat dirasakan betul citarasa ketika nasi ditemani oleh “tempe bacem”. Gudeg ketika dimakan dengan nasi, akan dapat dibedakan bila dimakan dengan lauk lain. Barulah terakhir “telor pindang” digandeng dengan nasi akan terasa, pindangnya nendang. Ini baru dari satu sudut kita melihat perilaku manusia berbeda, itupun baru dari tiga orang. Sesuatu terbilang kecil yakni mengenai teknik makan. Masing2 memiliki cara berpikir sendiri teknik makan, masing2 dengan alasan dan argumentasi, mereka juga tidak dapat saling bantah, atau tidak elok memaksakan agar tehniknya yang paling baik, yang paling layak digunakan. Apalagi mengenai hal2 yang lebih besar, seperti pendapat menyelesaikan masalah kemasyarakatan, masalah memilih calon pemimpin, adalah wajar masing2 orang berbeda paham, berbeda pendapat, berbeda figur yang akan dipilih. Manusia memang secara kodrati berbeda satu individu dengan individu lainnya. Sedang kembar identik saja tidak sama persis, istimewanya kembar identikpun oleh Allah dibedakan “sidik jarinya”. Begitulah setiap manusia dari manusia pertama sampai manusia terakhir nanti, sudah ber-milyar2 manusia terlahir ke dunia ini sidik jarinya tidak sama. Allah akan membangkitkan kembali manusia dengan menyusun kembali identitas individunya yang berbeda-beda tersebut dari sidik jari, jari jemarinya yang berbeda itu. Makanya ketika dibangkitkan Allah nanti, setelah dunia kiamat, tidak akan ada salah orang yang dibangkitkan. Masing2 individu bangkit sesuai sidik jari dari jari jemarinya. Lihat surat Al-Qiyamah ayat 3 dan 4: أَيَحْسَبُ الْإِنْسٰنُ أَلَّنْ نَّجْمَعَ عِظَامَهُۥ بَلٰى قٰدِرِينَ عَلٰىٓ أَنْ نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ "Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya?" "(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna." Perbedaan pendapat, perbedaan pilihan di dalam masyarakat yang lebih luas, ditentukan dengan ketentuan yang harus ditentukan peraturan, ditetapkan rambu2 yang disepakati yang harus dipatuhi. Karena dalam hal2 yang menyangkut hubungan dengan orang banyak, hubungan kemasyarakatan, bila dibiarkan masing2 individu menyelesaikan dengan teknik, dengan caranya sendiri2 seperti menyikapi makan “nasi gudeg” dikisahkan di atas, maka akan terjadi ketidak teraturan, akan terjadi kekacauan. Oleh karena itu dibuatlah ketentuan, aturan yang akan dipatuhi bersama. Ketentuan dan aturan itu masing2 individu menyatukan persepsi dalam kelompok. Masing2 kelompok menyatukan persepsi dengan antar kelompok. Terciptalah peraturan yang harus ditaati seluruh individu, seluruh kelompok. Allah mengetahui keberagaman kemauan manusia, DIA memerintahkan kepada manusia haruslah semua urusan diputuskan dengan musyawarah: وَأَمْرُهُمْ شُورٰى بَيْنَهُمْ . …………….” “……..sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka……….” (Asy-Syura ayat 38) Dalam hal memusyawarahkan sesuatu pantas kita rujuk petunjuk Allah berikut ini: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ  ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ  ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْأَمْرِ  ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ  ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ "Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal." (Ali 'Imran ayat 159). Bagaimanapun contoh kecil di meja makan menyantap “nasi gudeg” di atas patut kiranya menjadi perhatian kita, biarpun berbeda pendapat tetapi tetap duduk dalam satu meja. Usai makan merekapun jalan bersama tanpa mempersoalkan lagi beda cara menyelesaikan/menyantap makanan. Semoga Allah menjadikan kita semua menjadi bangsa yang rukun, walaupun beda pendapat, walaupun beda pilihan, walaupun beda dalam teknik memperjuangkan keadilan dan kemakmuran bangsa ini. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Syawal 1444 H. Sabtu, 6 Mei 2023. (1.147.05.23).

Tuesday 2 May 2023

SE SE DANG JAK

Kuperkenalkan istilah kampungku "se se dang jak", terjemahannya kurang lebih: "jangan terlalu". Misalnya makan jangan terlalu kenyang. Benci, suka, mencintai, sayang, percaya, curiga. Apa saja semuanya "jangan terlalu", termasuk tidur, olah raga, kerja "se se dang jak". Di ruang baca terbatas ini, dikomentari fokus tentang "se se dang jak" mengenai perasaan: "benci, suka, mencintai, sayang, percaya dan curiga". BENCI dan SUKA. Boleh jadi sesuatu yang sangat dibenci justru baik buat kita, sebaliknya sesuatu yang amat disuka kurang baik bahkan tidak baik buat kita. " ....... ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ .........." ".........Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. ............…" (Al-Baqarah ayat 216). Kita tidak mengetahui kesudahan sesuatu yang kita sukai dan yang kita benci itu. Oleh karena itu "Se se dang jak". Misalnya belakangan ini lagi marak mengidolakan seseorang figur untuk bakal jadi pemimpin. Yaaah “se se dang jak” menyanjungnya, nanti akan kecewa dikemudian hari. Begitu juga kalaulah ada figur yang kurang disuka, ekstrimnya dibenci; maka “se se dang jak” mengemukakan ketidak sukaan, nanti kebablasan, kalau ternyata dia yang jadi, terbukti baik kan jadinya sulit ngapus jejak digital kalau terlanjur ngata2in-nya. CINTA dan SAYANG. Menyoal “cinta dan sayang”, baik jika diambil apa yang dikemukakan sahabat Nabi; Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: أتاني جبريلُ ، فقال : يا محمدُ عِشْ ما شئتَ فإنك ميِّتٌ ، وأحبِبْ ما شئتَ ، فإنك مُفارِقُه ، واعملْ ما شئتَ فإنك مَجزِيٌّ به ، واعلمْ أنَّ شرَفَ المؤمنِ قيامُه بالَّليلِ ، وعِزَّه استغناؤه عن الناسِ “Jibril ‘alaihissalam pernah datang kepadaku seraya berkata, ‘Hai Muhammad! Hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau akan menjadi mayit. CINTAILAH siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan BERPISAH dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau akan menuai balasannya. Dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin terletak pada shalat malam dan kehormatannya adalah rasa kecukupan dari manusia.’” (HR. Thabrani dan dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahadits Shahihah, no. 831). Mari kita ambil penggalan kalimat “CINTAILAH siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan BERPISAH dengannya” jadi yaaah “se se dang jak”. Nanti kalau oleh sesuatu sebab berpisah dengan seseorang atau sesuatu yang dicintai, kalau berlebihan maka akan kecewa berat. Bukan sedikit orang yang kena penyakit gangguan jiwa lantaran berpisah dengan seseorang atau sesuatu yang amat dicintainya. Makanya sekali lagi “se se dang jak” PERCAYA dan CURIGA. Percaya dan curiga object-nya biasanya adalah kepada manusia. Terkenal istilah “orang kepercayaan”. Begitu pula harus diterapkan “se se dang jak”, jangan percaya 100%, untuk itu harus diterapkan system yang memungkinkan melakukan pengawasan. Sebaliknya curigapun juga “se se dang jak”, karena bagaimanapun dalam melaksanakan setiap kegiatan, apalagi kegiatan dalam suatu organisasi perusahaan, institusi, instansi, misalnya; jelas harus melibatkan banyak orang. Kalau sudah terus2an menaruh curiga, sangat kurang percaya dengan orang, niscaya organisasi akan berjalan lamban. Sedangkan di dalam rumah tangga saja, jika suami istri saling curiga, maka keharmonisan rumah tangga akan terganggu. Tak jarang berdampak seret rezeki. Dalam hal “Percaya dan Curiga”, agaknya dapat dicermati Surat Yusuf ayat 13: قَالَ إِنِّى لَيَحْزُنُنِىٓ أَنْ تَذْهَبُوا بِهِۦ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غٰفِلُونَ "Dia (Ya'qub) berkata, "Sesungguhnya kepergian kamu bersama dia (Yusuf) sangat menyedihkanku dan aku khawatir dia dimakan serigala, sedang kamu lengah darinya." Nabi Yacob sebetulnya sudah menaruh curiga akan keselamatan Nabi Yusuf ketika Saudara2nya yang lebih tua mengajak Yusuf pergi bersama mereka. Kecurigaan terbukti, Yusuf hampir saja dihabisi. Kalaulah Allah tak menggerakkan hati salah seorang saudaranya, mengusulkan masukkan saja ke sumur tua. Kecurigaan Nabi Yacob ini tidak dibarengi pengamanan; misalnya menyuruh beberapa orang menguntit rombongan Yusuf dan saudara2nya itu, lantas rombongan penguntit begitu melihat gelagat sesuai kecurigaan, segera menggagalkannya, atau setidaknya mengetahui dianiaya seperti apa si Yusuf. Tapi semua ini sudah merupakan scenario Allah. Kalau tidak lantaran teraniaya dimasukkan ke sumur, Yusuf tidak akan diambil dan dijual musafir ke kota Mesir. Kalaulah tidak lantaran rentetan periswiwa penganiayaan dan penzaliman hingga Nabi Yusuf masuk penjara, tidaklah merupakan penyebab Nabi Yusuf menjadi pembesar di pemerintahan Mesir. Akhirnya terwujudlah takwil mimpi Yusuf yang diceritakannya kepada ayahnya di Surat Yusuf ayat 4: إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِى سٰجِدِينَ "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, "Wahai Ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."" Selanjutnya akan hal “Percaya dan Curiga”, orang beriman diberi petunjuk oleh Allah dengan dua petunjuk yaitu: 1. Tidak boleh berprasangka jelek, surat Al-Hujurat ayat 12: “…………….. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ " "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, …….” 2. Bila menaruh kecurigaan haruslah lakukan “tabayyun”, surat Al-Hujurat ayat 6: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ ۢبِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًۢا بِجَهٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِينَ "Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." Semoga kita semua dapat menjadi hamba Allah yang berhasil menerapkan kehidupan, perilaku, sikap, beraktivitas yang “tidak terlalu”, “se se dang jak” agar hidup ini selamat dunia dan akhirat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ , بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 11 Syawal 1444 H. Selasa, 2 Mei 2023. (1.146.05.23).