Sunday 16 July 2017

TEKNIK BERSYUKUR



Secara sederhana “Syukur”  diartikan sebagai ungkapan terimakasih atas anugerah yang diterima, atas pemberian yang diterima, dari mana saja datangnya pemberian/anugerah tersebut. Jika pemberian itu datang dari seseorang, begitu kita terima kita tidak menunjukkan ungkapan terimakasih baik lisan maupun sikap, tentu orang yang memberi akan merasa kecewa.
Suatu ketika seorang adik berkunjung kerumah kakaknya.  Si adik sudah 7 tahun tinggal tidak se kota dengan kakaknya, kebetulan si adik mukim di suatu kota, bila Duren sedang musim sangat berlimpah, sampai harus diawetkan dibuat dodol Duren yang dikenal dengan LEMPOK, juga dipermentasi agar awet dikenal dengan nama TEMPOYAK. 5 kg Lempok dan 1 Kg Tempoyak, dengan susah payah diupayakan bagaimana caranya biar dapat dibawa masuk pesawat terbang, sebab di pesawat terbang tak boleh ada barang bawaan yang berbau merangsang. Untuk itu khusus Tempoyak dikemas dalam kaleng yang diatasnya ditutup dengan serbuk Kopi. Singkat kisah, ketika sampai di Jakarta adik berkunjung ke rumah si Kakak, oleh-olehpun diserahkan. Kakak bertanya tentang oleh-oleh itu, sangat terkejut si adik mendengar pernyataan kakak ketika menerima oleh-oleh: “kami ndak doyan Lempok, sebab menaikan kolesterol, apalagi tempoyak nanti bikin mountaah”, dengan mimik yang nyinyir, sambil menuruskan “simpan saja di atas meja makan” 
Bila anda diposisi adik, entah bagaimana perasaan anda, sudah capek-capek bawa oleh-oleh, begitu diserahkan kepada yang di oleh-oleh-i dapat tanggapan demikian, bukannya bersyukur atau berterima kasih. Mungkin akan lebih bijak, bila si kakak tidak mengucapkan pernyataan demikian, tapi mengucapkan terimakasih. Adapun tidak doyan atau akan bikin muntah, nanti begitu si adik sudah pulang, dapat saja di cari teman yang biasa makan Lempok dan terbiasa membuat bumbu masak dengan Tempoyak atau ekstrimnya kalau tak ketemu joga jodoh oleh-oleh itu yaaah, dibuang saja.
Tuntunan agama mengarahkan kita untuk berahlaq baik ketika menerima pemberian orang, apalagi pemberian itu datang dari Allah. Kita demikian banyak diberi oleh Allah nikmat dan pemberian hingga tak sangguplah jika kita menghitung. seperti diungkapkan Allah di surat Ibrahim 34 dan surat Al-Nahl ayat 18 “Wa in ta’udduu ni’matallahu laa tushshuuhaa” (dan jika kamu menghitung nikmat Allah niscaya kamu tidak mampu menghitungnya). Dari penegasan Allah itu, tentu kita tidak lagi menghitungnya, setiap detik kita mendapatkan nikmat Allah itu. Oleh karena itu sebagai hamba yang diberi nikmat, sepantasnyalah kita berterimakasih yang menurut terminology agama “bersyukur”. Jangan sampai kita bersikap seperti kakak yang mendapat pemberian adiknya saya ceritakan singkat di atas. Allah berjanji akan menambah nikmat bila kita bersyukur seperti antara lain dikemukakan dalam surat Ibrahim ayat 7 “Wa iz ta’azzana rabbukum la ‘in syakartum la’azidan nakum wa la ‘ing kafartum inna ‘azaabi lasyadiid” (Dan (ngatlah) ketika Tuhan mu memaklumkan. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”
Teknik bersyukur dapat dilakukan antara lain melalui 4 (empat) cara yaitu: Bersykur dengan hati, bersyukur dengan lidah, bersykur dengan perbuatan dan bersykur dengan menjaga nikmat.
1.       Bersyukur dengan hati. Setiap menerima anugerah Allah didalam hati, menyadari bahwa apapun nikmat semua datangnya dari Allah. Besar atau kecil suatu nikmat di disyukuri di dalam hati. Ybs. akan tidak merasa kecewa berapakan kecilnya suatu nikmati tetap disyukuri tapa menganggap tak ada gunanya. Syukur di dalam hati ini, akan membuat orang yang bersangkutan selalu ingat kepada Allah Sang bermberi Nikmat, kadang sampailah lisan terucap perlahan memuji kebesaran Allah. 
2.       Bersyukur dengan Lidah. Bila hati telah bersyukur dan marasa semua nikmat datangnya dari Allah, berikutnya dengan tulus lidah mengikuti mengucapkan “Alhamdulillah” bersyukur atas segala nikmat yang diterima dari Allah.
3.       Bersyukur dengan Perbuatan. Ialah memanfaatkan segala nikmat yang diberikan Allah untuk dipulangkan kembali kapada Allah yaitu menggunakan nimkat yang diterima dari Allah itu untuk keperluan kebaikan serta ibadah yang dianjurkan oleh Allah.
4.       Bersyukur dengan menjaga Nikmat. Nikmat yang demikian banyak itu, meskipun tidak sanggup kita hitung telah kita coba mengenalinya dengan mengelompokkan menjadi 7 besaran maka setiap nikmat itu kita harus jaga dengan baik.
a.       Nikmat berupa kenikmatan memperoleh agama. Agar dapat diperlihara agama itu dengan baik, tingkatkan pemahaman agama sehingga semakin hari semakin baik. Menjalankan perintah agama secara keseluruhan.
b.      Nikmat penundaan siksa/hukuman atas dosa. Disyukuri dengan segera bertobat dan menghindari perbuatan dosa.
c.       Nikmat berupa peringatan Allah bila kita berbuat dosa. Disyukuri dengan segera sadar dan menebus perbuatan dosa itu dengan kebaikkan dan berhenti serta bertaubat dari perbuatan dosa itu.
d.      Nikmat diberikan kesempatan bertaubat. Gunakan dengan baik, setiap terlanjur berbuat dosa lekas bertaubat dan menjaga jangan sampai mengulangi lagi perbuatan dosa.
e.      Nikmat terpilih tergolong sbagai orang ahli ibadah. Dijaga nikmat itu agar tetap konsisten sampai akhir hayat dan bila perlu mengajak orang lain.
f.        Nikmat kesehatan, kesejahteraan, keselamatan/kemanaan. Gunakan kesempatan selagi sehat, selagi sejahtera, selagi aman, untuk memaksimalkan ibadah kepada Allah dan berbuat baik sesama manusia.
g.       Nikmat harta. Gunakan harta untuk ibadah kepada Allah, berbuat baik sesama manusia jangan sampai justru harta yang banyak justru dibuat untuk bermaksiat.
Demikian, semoga kiranya ada manfaatnya. Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syathan. Mohon maaf oleh karenanya.
Wallu ‘alam bhisawab. Barakalahu fikum

Wednesday 12 July 2017

Mengenali NIKMAT



Semua manusia yang ber-KETUHAN-an, tak akan membantah bahwa dirinya terlahir ke dunia  dan  masih hidup sampai saat ini adalah karena NIKMAT Tuhan. Karena itu kemudian yakin betul bahwa nikmat Tuhan itu demikian banyaknya, diperoleh terus menerus sejak lahir sampai hidup berakhir. Benarlah ungkapan bahwa nikmat Tuhan itu tak sanggup kita menghitungknya sekalipun dengan alat yang demikian canggih.
Kami penganut agama Islam, Allah telah memberikan penegasan setidaknya di surat Ibrahim ayat 34 dan Surat An-Nahl ayat 18 bahwa Nikmat Allah Itu begitu banyak sehingga tak mungkin dapat dihitung, dengan redaksi ayat “WA IN TA’UDDUU NI’MATALLAHU LAA TUHSHUUHAA”  (DAN JIKA KAMU MENGHITUNG NIKMAT ALLAH NISCAYA KAMI TIDAK AKAN MAMPU MENGHITUNGNYA). Bagi orang Muslim, kalau sudah ada peringatan Allah demikian ini, langsung menerima. Jadi ndak akan mencoba menginventarisir segala nikmat itu, jelas sia-sia tak akan berhasil.
Namun demikian agar kiranya kita mampu bersyukur, sepertinya ada baiknya jika kita kenali kelompok besar Nikmat Allah yang saban hari kita rasakan sampai hayat ini terhenti. Kucuba mengelompokkan nikmat Allah tersebut dalam 7 (tujuh) kelompok besar yaitu:
1.       Nikmat beragama. Dengan nikmat ini kita hidup merasa tidak sendiri, ada Allah yang mendampingi kita, ada Allah yang senantiasa membantu menyelesaikan segala urusan kita, ada tempat bergantung dan menyerahkan diri. Kalau sudah ikhtiar dilakukan maksimal masih tertumbuk ke jalan buntu Allah menjadi tempat sandaran. Sehingga Rasulullah s.a.w. mengajarkan doa penyerahan diri “Allahuma inni aslamtu nafsi ilaika (ya Allah aku serahkan diriku kepada Engkau), ………… dan seterusnya…… la malja a wala manja minka ilaika (tidak ada tempat berlindung lain dan tidak ada tempat melarikan diri dari Engkau kecuali lari kepada Engkau jua) ……..”  (dirawikan Buhari Muslim dari kitab Ryadhush Shalihin Imam Nawawi)
2.       Nikmat ditangguhkan siksa/hukuman atas dosa. Tidak dapat dibayangkan, kalaulah Allah memperlakukan kita sebagaimana hukum dunia. Begitu kita berbuat dosa (Allah jelas mengetahui/melihat dosa kita itu), langsung diberikan hukuman. Mungkin para pembaca sudah dapat mengukur sendiri apa kira-kira yang akan diterima. Beda dengan kesalahan melanggar ketentuan pidana, kalau ketangkap langsung disidangkan dan masuk penjara.
3.       Nikmat diberikan peringatan jika berbuat dosa. Jika kita berbuat dosa, agar maulah kita mengoreksi diri untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut dan menebusnya dengan berbuat kebaikan, kadang Allah memberikan peringatan. Peringtan tersebut dapat datang dari diri sendiri (dari hati nurani karena manusia sesungguhnya diberikan nurani yang baik). Dapat juga peringatan itu berupa musibah diberikan Allah agar pendosa tersebut sadar bahwa atas kesalahannya di tegor oleh Allah.
4.       Nikmat diberi kesempatan bertaubat. Atas nikmat butir 2 dan butir 3 di atas Allah memberi kesempatan buat kita bertaubat. Dijanjikan biar dosa bertumpuk sampai tinggi mencapai langit jika bertaubat maka Allah dengan serta merta mengampuni asalkan dengan Taubatan Nashuha (yaitu taubat yang sungguh-sungguh), yaitu menyesali perbuatan dosa, bertekad tidak mengulangi dan mengiringi dengan perbuatan baik (refer ke surat Az-Zumar 53) “Katakanllah “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang”
5.       Nikmat terpilih menjadi ahli ibadah. Tidak semua orang yang terpilih jadi Ahli Ibadah. Buktinya jika hari jum’at tiba, kalaulah semua orang muslim terpilih menjadi ahli Ibadah niscaya masjid-masjid tak kan muat, karena konon katanya di Indonesia ini warga negaranya diatas 85%???? pemeluk agama Islam. Hari Jum’at masih banyak lalu lintas di jalan raya, suatu pertanda masih banyak orang beraktivitas. Bulan Ramadhan masih gampang dilihat orang yang merokok dipinggir jalan, sedang kita tau orang itu tadi warga kampung kita atau jiran kita. Masih banyak rumah makan “BERHIJAB”, buat orang yang tidak berpuasa padahal dianya Islam. Jadi suatu kenikmatan jika anda terpilih menjadi ahli ibadah,
6.       Nikmat kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan. Nikmat ini begitu tinggi nilainya, orang dapat beribadah maksimal, jika sehat, jika sejahtera, jika beribadah terlindung dari ancaman dan mara bahaya. Walau kadang orang rela bekerja siang dan malam sampai mengabaikan kesehatannya untuk mencapai kesejahteraan, sesudah itu dia rela pula  menghabiskan segala hasil jerih payahnya berupa harta untuk kesejahteraan itu, bila sakit untuk kembali menjadi sehat. Sungguh membingungkan harta dicari demi kesejahteraan, bila perlu mengabaikan kesehatan. Dalam pada itu harta itupun dilain waktu direlakan habis untuk mengembalikan kesehatan.
7.       Nikmat hak pakai atas harta benda. Berkat pinjaman harta dari Allah kita dapat ibadah maksimal, dengan harta kita dapat dengan mudah bersadakan, berinfaq, berzakat dan berkorban sampai menunaikan ibadah haji. Cuma kadang kita lupa bahwa harta yang ada pada kita hanya sebatas HAK PAKAI. Jika kita kurang pandai memanfaatkannya gampang saja bagi pemilik aslinya (Allah) mengambilnya.
Demikian, ikhtiar ku mengenali Nikmat, semoga dengan demikian makin kuat sandaran bersyukur kita terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Bila tulisanku ini keliru adalah mutlak kesalahanku (mohon disaring), karena minimnya ilmu dan mohon dimaafkan. Jika ada yang benar, tentu datang dari Allah dan Rasul-Nya, silahkan dipetik dan manfaatkan. Barakallu fikum.