Saturday 12 May 2018

Berdakwah liwat tulisan

Bila dirunut contoh mula-mula Rasulullah berdakwah, beliau awalnya tidak berdakwah melalui tulisan. Sebabnya a.l.:
Pertama; Rasulullah ummi tak dpt menulis dan tak pandai membaca.
Kedua; Rasulullah diangkat menjadi rasul dan diperintah berdakwah, andaikanpun rasulullah sanggup menulis selanjutnya membuat selebaran semisal buletin dakwah, di kondisi saat itu blm memungkinkan, ndak akan banyak orang yg mau baca. Sedangkan dakwah langsung dengan pidato saja banyak orang yg mendustakannya.
Ketiga; Blm tersedia media seperti sekarang, apalagi secanggih belakangan ini melalui sosial media.
Setelah Islam tegak dlm suatu tatanan kenegaraan/kepemerintahan, dimulailah era berdakwah menggunakan tulisan, redaksi dituntunkan Rasulullah, naskah di tulis juru tulis. Surat dikirim ke raja-raja tetangga yg blm mengetahui ttg Islam. Sejarah mencatat ada raja yg menerima Islam, ttp ada juga yg menolak dakwah tetulis itu bahkan dg perlakuan ekstrim y.i. merobek-robek surat Rasulullah.
Rasulullah berpesan, termasuk tentunya pesan itu untuk generasi kita skrg untuk meneruskan dakwah.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
Sikap audience thdp artikel dakwah, ada pembaca yg tertarik dan lantaran itu hatinya terbuka selanjutnya memperbaiki amalnya. Dalam pada itu bukan mustahil, walau tidak sepahit zaman Rasulullah ada pembaca yg mencibir sambil bergumam "tausyiah lagi, tausyiah lagi, bosan, ntar over dosis agama". Pembaca kelompok ini, artikel dakwah dibaca sedikit langsung alih layar.
Oleh karena itu para penulis artikel dakwah tak surut lantaran diantara ada sikap audience seperti di atas, karena Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 104)
Kini kesempatan untuk berdakwah melalui tulisan terbentang luas, saban hari di tiap kesempatan terbuka peluang menyusun naskah dakwah secara tertulis. Namun tdk mudah melaksanakan dakwah, bgt juga dakwah secara tertulis. Banyak bentuk/model hambatan/tantangan yg mungkin ditemui.
Barusan diterima komentar dari seorang pembaca bahwa dianya ndak suka membaca tulisanku. Menurut ybs sekarang ini sdh banyak tausyiah di tv dan tak kurang di masjid-masjid, dimana ustazdnya bernas ilmunya.
Dengan berpegang ke hadist dan firman Allah di atas, tulisan ini tetap kuteruskan. Biarpun alamat W.A. yg kukirimi tdk komentar, sepajang ybs tdk menolak seperti salah seorang pembaca tadi, tetap saja kukirimi tulisan-tulisanku.
Tantangan yg mungkin ditemui juga, bila yg membaca orang yg berilmu tinggi. Kadang ada yg kurang terima, apalagi bila kalau misalnya dia berpandangan bahwa ilmu dirinya lebih mumpuni.
Dg keyakinan masih ada yg membaca, biar tak komen atau tidak terindikasi tlh membaca, ndak apa-apa, yg penting pesan tersampaikan, diharapkan bermanfaat bagi yg membaca.
Pembaca yg membaca, tdk komentar ttp umpamanya dpt memetik manfaat positip dari tulisan-tulisanku bernuansa dakwah tsb. justru insya Allah dari pembaca kelompok ini smg sangat bernilai tinggi buat catatan amal penulis.
Harapan akhirnya adalah smg Allah mencatat sbg tlh mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya, biarpun kemampuan ilmu penulis terbatas hanya se ayat. Dengan acuan seperti dimaksud ayat berikut:
....... مَاۤ اَسْئَــلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ
"......... Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku)........."
(QS. Sad 38: Ayat 86).
Sepatah katapun yg terucap tak kan luput dari catatan amal baik/buruk, yg kan diperlihatkan nanti di mahkamah yaumil kiamah. Apatah lagi sebuah artikel memuat ratusan patah kata, smg mrpkn catatan amal kebaikan. Aamiin.
Barakallahu fikum. Wslm M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment