Friday 28 February 2020

Meredam Dendam dengan menyambung SILATURAHIM.

Mungkin anda pernah punya teman akrab di sekolah dulu, atau teman sepermainan masa kanak2, atau bahkan masih terkait family, kini jadi orang terpandang atau pernah jadi orang terpandang.

Ketika ybs jadi orang terpandang, terjadi perubahan, jadinya dianya terkena "flu sombong". Belagu ndak pernah akrab.

Kesombongan terindikasi;
Kalau ketemu pas ada acara dihadiri banyak orang, seolah tak pernah kenal.
Ingin ketemu hrs protokoler. (ini sih ok lah orang terpandang padat acara).
Bila pas berhasil ketemu dmkn formil, menghindar diajak berdialog pakai "bahasa ibu", bahasa ketika masih sesama anak2.

Jika nanti predikat terpandangnya sdh menghilang, biasanya penyakit "Flu Sombong" pun langsung berkurang menuju hilang.

Dlm kasus ada teman ataupun family ketika sukses, terpandang lantas sombong, kemudian "jatuh". Sikap yg bijak adalah menerima dg baik kembali dia sbg teman atau sbg keluarga. Hendaklah bersemboyan begini:

Memaklumi bahwa kalau orang tengah sukses,  sedang terpandang biar kita tak ikutan ngawaninya, banyak relasi dan kawan yg merapat kepadanya.

Khusus yg masih ada pertalian darah (hubungan family).
Bila sdh tdk berjaya lagi, dikala relasi dan kawannya telah menjauh, bgmnpun sanak kerabat yg bertalian darah tak akan dpt diputuskan. Kata pepatah Melayu "Tetak air tak kan putus". (Maksud pepatah= air tdk dpt dipotong, sama dg pertautan hubungan keluarga).

Kalau ybs semula adlh kawan akrab, ketika sukses, terpandang sempat nyombongi kita. Juga dimaklumi kawan dan relasinya sdh menjauh ketika dia sdh "jatuh". Kalau dia tdk kita terima mendekat kembali lalu dia bakal tak ada teman.
Terima kembali, kan ada pepatah "1000 kawan blm cukup tapi 1 musuh sdh terlalu banyak".

Jika hati ini masih berkata-kata, hati ini masih ingat ketika sahabat kita itu, ketika family kita itu masih berjaya dan sombong. Segeralah ingat pesan Allah di dua ayat berikut ini:

الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَا قِهٖ ۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi."
(QS. Al-Baqarah ayat 27)

وَا لَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَا قِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَ رْضِ ۙ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْٓءُ الدَّا رِ
"Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh laknat dan tempat kediaman yang buruk (Jahanam)."
(QS. Ar-Ra'd ayat 25).

Silaturahim diperintahkan Allah untuk disambungkan. Artinya termasuk  kalau pernah putus tautkan kembali.   Bagi yg memutus silaturahim disetarakan dg melanggar janji dg Allah, disetarakan dg membuat kerusakan dimuka bumi. Naudzubillahi min dzalik.

Smg ayat di atas meredam dendam kita thdp seseorang yg tadinya pernah menyombongi kita, bahkan mungkin mendzalimi kita, atau melecehkan kita, menghina kita, ketika dianya tengah berjaya.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Monday 24 February 2020

Tajamnya JARI

Konon Imam Ghozali bertanya kpd para muridnya

"Apakah yang paling tajam di dunia ini?"

Murid-muridnya menjawab dengan serentak : "pedang". BENAR, kata Imam Ghozali, tapi sesungguhnya yang paling tajam itu adalah LISAN.

Zaman Imam Ghozali belum ada medsos. Kalau sdh ada medsos mungkin beliau akan jawab yg paling tajam selain lisan adlh JARI.

Betul sih lisan bgt tajam, tapi pendapat itu kayaknya skrg mesti ditambah. Sdh ada yg paling tajam lagi yaitu JARI.
Boleh jadi ungkapan sekarang ini yg lbh tepat "setajam-tajam lisan, lebih tajam lagi jari".

LISAN  lbh tumpul dari JARI kenyataan terakhir ini sering kali orang yg salah ngomong shg sempat jadi pembicaraan khalayak ramai di sosmed.  Tapi pernyataan ybs dpt ditumpulkan alias sdh tdk tajam lagi setelah dijelaskan dengan diklarifikasi.
Misalnya klarisifikasinya begini: "maksud saya ................. begini......., bukan begitu.........maksud saya tidak ........". "Mestinya ......
..... pengertiannya jangan diartikan sepenggal-sepenggal........" dst.

Sesudah klarisifikasi "omongan" produk lisan itu walau untuk sbgn orang masih tetap terasa tajam, tapi bagi sekelompok orang lainnya lantas sdh jadi tumpul. Selanjutnya tidak dipersoalkan lagi.

Beda dng tulisan mrpk "produk jari". apa yg sdh tertulis selanjutnya terpublish meskipun dihapus sendiri, tulisan itu tlh menyebar kemana-mana, di sosmed telah terekam.
Jika isinya menyakiti hati orang, atau kelompok. Walau dpt disudahi dg mhn maaf, namun tetap membekas. Ndak jarang, kita dpt kabar ada penulis di DUMAY karena.............. sampai hrs nginap di Rutan.

Rasulullah SAW juga bersabda:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
"Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (H.R. al-Bukhari).

Memang cuma lisan disebutkan dlm hadist. Satu dan lain lantaran zaman Rasulullah belum ada DUMAY, dimana sesuatu  yg dipikirkan hanya dpt diungkap lisan, skrg apa saja pendapat selain dpt dungkap dg lisan juga buah pikiran dpt ditulis dg JARI.

Tulisan dan lisan manusia akan mudah untuk menyakiti hati dan melukai perasaan pembaca dan pendengar.

Mungkin langlah bijak dpt di tawarkan sblm tulisan terpublish di DUMAY:

Pertama
Materi yg akan di publish dibuat konsep lebih dulu. Dibaca ulang, adakah isinya akan menyinggung perasaan seseorang atau kelompok. Dlm hal berisi konten dakwah, silahkan di unggah asalkan tdk menyebut- nyebut agama lain. Silahkan kemukakan kebenaran agama penyusun konten, asalkan jangan membanding dg agama lain. Tiru iklan Jamu, dikemukakannya keunggulan merk jamunya tapi sedikitpun tak nyinggung jamu merk lain.

Kedua.
Draft atau konsep mintakan orang atau kawan dekat anda membacanya, mintakan pendapatnya apakah terdpt kata2 yg menyinggung orang/kelompok. Bila menurut pengoreksi perlu ada koreksi atau tak patut dipublish, lebih baik diperbaiki atau batalkan.

Ketiga.
Bila ada tulisan orang lain, cermati kebenarannya, bila berpotensi membuat orang/kelompok tersinggung, jangan ikutan meneruskannya. Sgr hapus dari HP anda.

Keempat.
Pilih konten tulisan sesuai dg group anda. Misal anda di group komunitas jamaah masjid. Tentu konten yg cocok adlh ber-themakah dakwah. Jangan sampai ada konten yg mencerca, menyinggung seseorang atau kelompok. Tak usah meneruskan berita2 tak terkait dakwah. Sebab berita2 dari dalam negeri, luar negeri misalnya; sdh cukup banyak didpt pembaca dari sumber lain.Tanpa anda repot2 memuat ulangpun, pembaca tlh tersuguhi berita2 tsb.

Kelima.
Bila tulisan anda sdh diupayakan dg ikhtiar2 tsb di atas, tetapi ada pembaca yg ngoreksi, bahkan condong mengkritik. Hal itu kalau dianggap perlu berikan penjelasan yg sejuk, sekali saja sambil ucapkan terimakasih. Jika  si pengoreksi condong mengkritik tsb berlanjut, lbh baik tak usah dijawab lagi, untuk menghindari perdebatan. Maklum kadang referensi penulis dg pembaca berbeda. Kitapun hrs menyadari ilmu itu bgt luas, bukan mustahil pembaca lbh berilmu dari kita. Namun dorongan ingin menyampakan sesuatu kebaikanlah membuat kita menulis. Smg dicatat Allah sbg amal kebajikan. Aamiin.

Penulis konten dakwah umumnya karena termotivasi oleh anjuran Rasulullah.
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat.” (HR. Bukhari no. 3461).

Tapi bukan mustahil karena misalnya lantaran keterbatasan khasanah penggalian referensi, shg terpetik ke referensi yg tidak valid dlsbnya.

Inilah yg kadang terjadi seperti di butir tawaran saya kelima.

Bahwa ilmu itu bgt luas, beribu hadist dan beribu ayat, berbilang penafsir dan periwayat. Tetapi untuk memahaminya haruslah mulai dari 1 ayat.

Biasa; tulisan ku kututup dg:
Bila benar dari Allah dan Rasulnya.
Bila salah dari diriku yg dangkal ilmu, tipis pengalaman. Tolong dimaklumi dan di maafkan.
Jika terdapat bulir kebaikan di dlmnya di petik dipersilakan.
Jika tak manfaat sgr hapus dan abaikan.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Wednesday 19 February 2020

Berfikir Matre".

Bahasa masa kini, jika seseorang apa saja dinilainya yg paling kaya, yg banyak uangnya, pokoknya hanya mau dekat dg orang2 secara materi hebat. Orang yg berpandangan dmkn disebut ".....matre'". Bisa "cowo matre'", ada juga "cewe matre'", bukan ndak ada "calon mertua matre'". Nanti bila udh jadi mertua, "jadinya mertua matre'".

Cara befikir "matre'" tsb adlh manusiawi. Manusia normal memang secara kodrati dibekali 3 "landasan berfikir" yaitu:
1. Landasan berfikir material.
2. Landasan berfikir intelektual.
3. Landasan berfikir spiritual.

Akan amanlah masyarakat ini bila setiap orang menerapkan sekaligus tiga landasan berfikir tsb secara harmonis. Insya Allah pengamal 3 landasan berfikir itu akan bahagia dunia akhirat. Juga bila ke tiga2nya landasan berfikir ini di amalkan secara proporsional akan disegani pesaing dan jadi panutan orang banyak.

"LANDASAN BERFIKIR MATERIAL". kita singkat LBM.

LBM. yaitu mengagungkan hal yang bersifat material dan harta benda. Yang diburu dalam hidup hanya pemenuhan sebanyak-banyaknya uang, benda, harta. materi. Landasan berfikir intelektual (LBI) dan Landasan Berfikir spritual (LBS), kadang diabaikan.

LBI memberikan arah berfikir secara rasional, di dlm nya ada tata nilai kewajaran di masyarakat, mengacu pada norma ilmu pengetahuan, dstnya. Kata kuncinya "legal-illegal", "etis-tak etis", "wajar-tak wajar".

LBS sbg alat ukur, apakah aktivitas memburu benda dg LBM tidak bertentangan dg agama, dstnya. kata kuncinya "halal-haram".

Seorang teman akrab yang kebetulan ketika menjadi teman saya sdh tergolong kaya. Keseharian hidup sohib saya ini, sibuk siang dan malam mencari benda dengan bekerja keras.

Maaf cerita, sampai-sampai agaknya melupakan ibadah kepada  agama yang dianutnya. LBS diabaikannya.

Kebetulan apa saja yang diusahakannya membuahkan hasil, alias mendatangkan uang, barang kali kalau orang lain dengan usaha seperti sohib saya ini ndak akan berhasil, setidaknya hasilnya tidak sebernas sahabat saya yang satu ini.

Suatu hari, sebab dianya kawan akrab, saya berani urun rembug memberitahukan ybs agar dalam mencari uang tetap harus ingat waktu-waktu untuk ibadah, sebab saya bilang itu harta benda tak akan dibawa mati.

Saya harus akui bahwa sohib saya ini usahanya mencari harta, sepanjang pengetahuan saya dengan jalan yang legal, tidak merugikan pihak lain. Agaknya LBI terpenuhi.

Walau, ketika dalam suatu kerja sama menangani suatu proyek misalnya, dianya yang paling besar dapat bagian. Hal ini juga wajar, kebanyakan proyek dialah yang mendapatkan, dan bagusnya sebelum proyek dimulai sudah dibicarakan lebih dahulu, jika ada diantara teman yang diajak kerja sama tak berkenan sejak awal dengan pembagian, dapat quit secara baik. Boleh dibilang teman ini tdk mengabaikan LBI, kendati ada juga partner yg ngedumel.  Tapi si partner akhirnya terima ikutan proyek teman saya ini, karena pas lagi sedang sepi proyek di tempat lain. Bagusnya sdh dibicarakan diawal.

Saran urun rembug saya tentang “Berfikir materialis” yang dimiliki kawan ini, dia jawab: ”Memang harta benda dan uang tidak dibawa mati, tapi kan untuk menuju mati itu perlu uang”, jawab sohib saya ini.

Sejak itu saya tak pernah ulangi lagi mengemukakan pendapat itu kepada yang bersangkutan.

Beberapa lama kemudian sekitar pukul 2 dinihari, sohib saya ini menelpon, bahwa dianya ada ruang UGD, dari (suatu rumah sakit kelas VIP). Sohib ini mengatakan melalui telepon: “Sangat mengejutkan saya dikatakan dokter, saya terkena cancer harus segera dioperasi. Padahal saya ini, tidak merokok, tidak peminum, makan-minum teratur dan bergizi”.

Keesokan harinya saya kunjungi yang bersangkutan, kemudian atas pertimbangan banyak teman dan keluarga dianjurkan untuk mendapatkan second opinion ke dokter lain, rumah sakit lain. Ternyata dokter kedua juga berpendapat sama dan menyarankan segera diambil tindakan operasi.

Dasar sohib ini banyak uang, maka diambil langkah untuk berobat keluar negeri.  Singkat cerita lebih enam bulan dilakukan pengobatan keluar negeri, memang tidak dioperasi, tetapi dilakukan pengobatan yang serius. Pulang dari luar negeri, ternyata penyakit semakin berat. Dengan alasan ikhtiar untuk penyembuhan, ybs. sepulang dari luar negeri tidak langsung pulang ke rumah sendiri. Sohib saya ini saya antar terus  ke rumah sakit, dipilih rumah sakit yang paling VIP, dengan biaya yang begitu mahal.   Baberapa bulan lagi di rumah sakit sampai akhirnya sohib saya ini menutup mata.

Begitu Sohibku ini meninggal ku teringat kembali akan ucapan almarhum ”Memang harta benda dan uang tidak dibawa mati, tapi kan untuk menuju mati itu perlu uang”

Benar juga bahwa harta benda dan uang yang dikumpulkan almarhum cukup membiayai yang bersangkutan menuju kematian,  Alhamdulillah masih banyak lebihnya, untuk waris yang ditinggalkan.

Berobat bbrp bulan ke luar negeri bukan sedikit biayanya. Sepulang dari luar negeri harus dirawat di rumah sakit kelas paling utama, ku beberapa kali menjenguk ruang rawatnya bagaikan sebuah rumah. Tersedia ruang sendiri berikut tempat tidur bagi keluarga penunggu, ada semacam dapur, ada ruang tamu. Tentu biayanya tak sedikit cocok sekali dg ucapan almarhum.

Benar juga ucapannya tentang "menuju kematian perlu banyak uang ternyata rupanya menjadi do’a yang di ijabah Allah".

Sbgm sering kita saksikan banyak jg orang2 yg menuju mati tak usah banyak ngeluarkan biaya. Ada tetangga sdg main catur di teras rumah, belum selesai game, pamit kepada lawan mainnya pamit kebelet kencing. Diapun masuk rumah............
Sekitar 15 menit lawan main teriak: "eey, eey ......takut kalah ya". Bbbrp kali mendengar teriakan itu, anak tuan rumah ke teras rumah. Jumpa om teman akrab ayah, sekaligus tetangga, sdg ngadapi papan catur.  anak bertanya: "kemana ayah tadi......?. si om jawab: "katanya kencing". Si anak langsung ke kamar mandi. Pintu km mandi di totok sampai di gedor ndak respon. Ambil tangga, lihat di ventilasi. Si ayah duduk di kloset kepala tersandar ke jeding. Kamar mandi di dobrak ybspun sdh tiada.
Pengeras suara mesjid terdengar:
ا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِ نَّـاۤ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ۗ 

Bgt antara lain contoh proses menuju mati. Contoh pertama kebetulan sesuai sekali dg ucapannya. Apakah ucapannya itu tercatat sbg do'a. Wallahu 'alam bishawab.
Mungkin pantas dicermati
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 53)
وَقُلْ لِّعِبَا دِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ
"(Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik)".

Nah contoh kedua ternyata maut menjemput tak perlu repot2 pakai sakit sampai ngabiskan biaya banyak.

Smg maut menjemput kita sesuai doa kebanyakan  kita yg sll dilantunkan ssdh shalat.

"............... وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ
...............".

".............taubat sebelum datangnya maut, rahmat pada saat datangnya maut, dan ampunan setelah datangnya maut........."

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Monday 17 February 2020

Inikah IBLIS Kiri ???

Tahun 2000 kami pernah berkunjung ke Makkah dan Madinah melaksanakan umrah bersama dua anak saya, isteri serta Adik dan Ibunda (kini sdh Almarhummah).

Rombongan kami termasuk keluarga saya hanya 17 orang. Program ziarah rombongan kami sangat efektif dan santai karena bis besar disediakan untuk kami sungguh leluasa. Di Madinah program tour umrah kami mampir di pasar korma tak jauh dari masjid Nabawi (ketika itu).

Singkat cerita, bis besar yang kami tumpangi itu parkir di lahan parkir diarahkan oleh Mutawwif (pemandu wisata) di depan sebuah toko. Katakanlah misalnya persis di depan toko Blok A4.

Anggota rombongan, bgt turun dari bis, mereka berkeliaran melihat-lihat korma di beberapa toko, sesuai selera masing2. yg penting tau titik kumpul yaitu di bis parkir.  Banyak diantaranya yang belanja korma di toko blok A6, A5 dan bahkan ada di A3.

Rupanya pemilik toko A4 tidak terima, parkir di depan tokonya belanja di toko lain.

Si pemilik dan kerani toko A4 tak segan-segan menyamperi pemilik toko A5, A6 dan A3 marah-marah.

Saya baru menyaksikan mereka ribut bertengkar masing-masing seperti kontes urat leher, dada dengan dada sampai bertemu, anehnya kedua tangan mereka di taruh di belakang pinggang. Jadi tidak terjadi saling pukul.

Kami tidak paham apa yang mereka pertengkarkan itu, apalagi bertengkar dalam bahasa arab, ngomong perlahan saja sedikit sekali perbendaharaan bahasa arab kami.

Yang terpikir buat kami cepat-cepat kembali ke bis dan cabut dari daerah itu, takut juga kalau terjadi apa-apa di negeri orang.

Kami baru mengerti pokok soal mereka beradu dada dan berterik urat leher itu stlh di jelaskan mutawwif. Toko yg keparkiran bis kami tak terima toko-toko lain melayani pembeli, menurutnya calon pembelinya direbut.

Menurut dia; mestinya, seharusnya, para calon pembeli belanja di toko miliknya, buktinya parkir di lahan depan tokonya.

Bgt suatu potret persaingan pe bisnis terjepret ndak sengaja oleh rombongan kami di negeri "korma".

Seharusnya mrk memahami, bahwa takaran rizki dari sononya oleh sang pemberi rezeki sudah di atur ndak kan ketukar. Dpt kita simak banyak sekali peringatan Allah bahwa hak Allah lah menaburkan rezeki kpd seluruh mahluknya. Kita lihat satu diantara firman Allah:
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ  وَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا   ۗ  وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ
"Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 26)

Kisah di atas memberi kesan:
1. Hasad/dengki juga ada di hati penduduk di suatu negeri yg nota bine relatif banyak yg faham Alqur'an karena bahasa mereka.
2. Dalam pada itu hukum dmkn ditaati  setidaknya ditakuti (kalau mukul orang, hukuman penjara kabarnya kan langsung di dpt).

Beda dg negeri kita gampang sekali adu jotos, kadang jiwa melayang hanya karena sedikit salah faham.

Pedagang korma tadi milih naroh tangannya masing-masing ke belakang pinggang drpd terlanjur mukul. Semboyan mrk mungkin; "memilih urat leher mengembang ketimbang tangan melayang, daripada masuk penjara menjadi gampang".

Mungkin ini jenis "Dengki". umumnya dengki muncul sesama Peniaga, sesama professi, sesama sekantor, sebidang usaha.

Pedagang sesama pedagang, biasanya pedagang barang sejenis. Misalnya tukang cendol dg tukang cendol, sesama tukang Ba'so, tukang gorengan, ketoprak.
Persaingan antar sesama pedagang dpt saja terjadi dimana saja.

Iblis pernah deklarasi, bahwa dia akan mendatangi manusia dari empat arah. Dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri.

ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
"kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."
(QS. Al-A'raf ayat 17).

Dengki sebidang kegiatan bisnis inikah yg dimaksud deklarasi iblis  mendatangi manusia dari ARAH Kiri ???.
Wallahu alam bishawab. para  ustadz/ustadzah serta yg lbh paham agama lah lbh tepat menyimpulkannya. Penulis sekedar sharring.

Iblis datang dari arah "kanan" melalui orang2 terdekat, melalui partner bisnis.

Iblis datang dari "depan", berupa kekhawatiran masa depan (didunia).

Iblis datang dari "belakang", dlm bentuk bangga masa lalu.

Smg kita semakin yakin bahwa rezeki dari Allah dan tlh terjatah. Sudah TERTAKAR ndak kan TERTUKAR, Ikhtiar wajib; tetapi jangan mengambil hak orang lain. Karena bila sampai kita terlibat persaingan negatif dlm berbisnis, adlh mungkin kita tlh menerima kedatangan IBLIS dari ARAH KIRI.

Dmkn, bila benar dari Allah dan Rasul-Nya. Bila ada manfaat silakan petik. Umpamanya tak bermanfaat, hapus segera. Jika terdapat kekeliruan lantaran dangkalnya ilmu penulis, mhn diabaikan dan dimaafkan.

Barakallahu fikum. Wassalam.
M. Syarif Arbi.

Saturday 15 February 2020

TERBAWA sampai MAUT

Anakku ketika sdg mkn bersama di meja makan, sambil cerita. Seniornya dokter, kini kerja di suatu rumkit besar. Dianya diam-diam melakukan survey kecil-kecilan ttg orang sdg sakratal maut.

"Oh seru itu sela ku". 1000 org sdh disurveynya dlm kurun waktu 7 tahun. Orang yg sakratal maut itu ditalkinkan dg kalimat tauhid, kalau dianya muslim. Sbb ada hadist "man kana akhirul qalam Lailahailallah dhaharul zannah" (brg siapa akhir kalimat yg diucapkannya Laillahailallah berhak akan surga).

Ternyata mnrt teman sejawat anakku tadi, hanya 70 orang dari 1000 orang yg lidahnya sanggup bergoyang menirukan keluarga atau pendampingnya membisikkan di telinganya kalimat tauhid tsb.

Dokter tsb tertarik untuk servey lanjutan guna mencari tau, bgm pola hidup yg 70 orang itu.  Juga  mencari pembanding pola hidup orang yg lidahnya tak sanggup  menyebut kalimat tauhid itu menjelang maut.

Rupanya orang yg sanggup menyebut kalimat tauhid ketika maut datang menjemput, semasa hidup ahli ibadah. Sedangkan yg tak bisa lidahnya maupun bibirnya berkumit menyebut "Lailahailallah", selama hidupnya bukan akhli ibadah.

Langsung kutimpali informasi anakku itu. "Manusia dlm keadaan kritis, kaget, dianya scara reflek mengucapkkan apa yg biasa dia ucapkan". Contohnya Mamahmu; kalau sedang ngupas bawang tiba-tiba ndak sengaja pisau kena jari. Jika dia se hari hari biasa ngucapkan "astaghfirullah", "masya Allah" atau "Lailahailallah", maka itulah yg akan terucap. Tapi kalau orang biasa nyebut "aduuh", "celaka", "sialan",  "ya ampiuun" atau sumpah serapah; maka ucapan-ucapan itulah yg keluar dari mulutnya. Makanya biasakan berzikir, agar ktk sakratul maut ucapan zikir itu yg kluar dari mulut.

Seorang panglima perang zaman dahoeloe. Memamerkan keahliannya memanah. Dikelilingi prajuritnya di alun2, lokasi unjuk keahlian itu dilangsungkan. Tepuk tangan gemuruh dari para prajurit yg membentuk formasi huruf "U", mengelilingi target sasaran.

Apresiasi anak buah serta kagum, karena dari 50 anak panah diluncurkan sang panglima semuanya tertancap mengelilingi titik tengah bidang sasaran.

Usai tepuk tangan anak panah terakhir. Tiba2 ada suara "saya juga bisa".

Hadirin terkesima; dan semua muka menoleh ke sumber suara. Rupanya ada seorang penonton luar, selain prajurit, kebetulan lewat. Dianya sempat saksikan puluhan kali ketika panglima melepaskan anak panah ke sasaran dari busurnya, dari sela2 berdirinya prajurit. Dia seorang penjual MADU.

Dua keranjang digandarnya setiap hari, menjajakan madu berkeling kampung. Satu keranjang di depan berisi Tempayan madu dan hotol2 untuk calon pembeli. Demikian juga satu keranjang di belakang dg isi yg sama.

Panglima penasaran, dipanggil penjual madu ketengah majelis.
Panglima: Ini busur dan panah silakan!!.
Dng sopan busur dan panah di serahkan kembali kpd panglima.
Penjual Madu: Maaf memanah keahlian tuan. Saya jg punya keahlian sesuai pekerjaan saya.

Mungkin panglima sedikit agak sewot dikiranya nyaingi dia soal memanah. Lantas langsung panglima mempersilakan ybs.

Panglima: Perlihatkan keahlianmu!!!.

Penjual madu menyusun 10 botol kosong di tanah. Selanjut mengisi botol2 tsb dg madu dari tempayan tanpa penciduk. Semua botol terisi tanpa setetespun madu yg tertumpah.
"Inilah keahlian saya berkat terbiasa melakukannya saban hari puluhan tahun". "Demikian juga panglima jadi mahir memanah, karena terbiasa dan latihan puluhan tahun".

Kemahiran diperoleh dari latihan terus menerus. "Kalah bisa karena biasa".

Pepetah dikampungku "ALAH BISE KERNE BIASE"  di bhs Indonesia kan "KALAH BISA OLEH BIASA". Artinya kebiasaan mengalahkan kemampuan. Orang mampu mengucapkan sesuau, orang mampu berbuat sesuatu tapi bila tidak terbiasa, dlm keadaan mendadak, dibawah tekanan, maka ketrampilan itu tak kan muncul lantaran kurang latihan.

Penjual madu dihadapan seorang panglima dan rarusan prajurit, sukses mempertunjukkan keahliannya karena sdh terbiasa.

Bgtu kira-kira, JANGAN HARAP  kalau qt jarang shalat, jarang zikir, sehari hari bergelimang maksiat, menghembuskan nafas terahir dng kalimat tauhid. Jadi ujung dari hadist tadi juga mengandung pengertian bahwa orang ahli ibadah, orang yg ahli zikir dan orang yg di dlm kehidupannya beramal shaleh jualah yg berhak akan surga.

Ku ber ujar ke anakku: "Namun anakku kutitip pesan ke seniormu yg survey tersebut, bahwa blm tentu orang yg sakratalmaut selain yg 70 respondennya itu tak sanggup lidahnya mengucapkan kalimat tauhid.  Mungkin saja bibirnya tak berkumit atau bergerak mengucap "La Ilaha Ilallah", bibirnya terkatup namun lidahnya bergoyang (tak tampak dari luar) lidahnya turun naik melafadzkan "La ila ha ilallah".
Sebab tanpa membuka bibirpun, (boleh dicoba), kalimat tauhid itu dpt di laksanakan oleh gerakan lidah. Namun kembali lagi bahwa orang yg mungkin sanggup lidahnya bergoyang menyebut kalimat tauhid itu, hanyalah apabila pemilik lidah sering latihan melalui shalat dan zikir spt diungkapkan di atas. "ALAH BISE KERNE BIASE"

Smglah qt nanti ketika sakratulmaut kalau tak danggup lagi bibir, lidah qt masih sanggup bergetar, bergerak diikuti irama hati yg ihlas, tulus "La ila ha ilallah". Sehingga berhaklah kita mendapat sambutan Allah:
يٰۤاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ   
ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً 
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى
وَادْخُلِيْ جَنَّتِى
"Wahai jiwa yang tenang!
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku"
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 27, 28, 29 dan 30)

Barakallahu fikum
Billahi taufiq wall hidayah. Wassalamualaikum wr.wb.
M. Syarif Arbi.

Friday 14 February 2020

Awal dari PERBEDAAN

Sblm diciptakan manusia, agaknya bumi dan langit ini tenang tentram dan damai. Tidak terjadi PERBEDAAN pendapat. Belum terjadi selisih paham. 

Mahluk ciptaan Allah sblm manusia diantaranya adlh Malaikat termasuk Iblis, semuanya patuh kepada Allah. Malaikat tercipta dari Nur dan Iblis dari Api, sepertinya kedua mahluk ini rukun2 saja walau tercipta dari bahan berbeda.

Mungkin karena dangkalnya ilmu saya, saya blm temukan referensi dari kitab suci, bahwa Malaikat dan Iblis saling membanggakan asal kejadiannya.

Barulah ketika manusia mau diciptakan, Malaikat sedikit bertanya mengarah ke usul "sebaiknya jangan".
Allah memaklumkan kpd Malaikat.
Surat Al-Baqarah ayat 30

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Setelah Adam-pun tercipta, lalu Allah perintahkan Malaikat yg bertanya tadi, termasuk Iblis untuk sujud kpd Manusia pertama (Adam).
Surat Al-Baqarah ayat 34

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِـَٔادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَٱسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ ٱلْكَـٰفِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Disini agaknya mulai tumbuh perbedaan. Iblis merasa tak pantas Sujud kpd Adam yg tercipta dari tanah sedangkan Iblis dari api.
Surat Sad ayat 76
قَالَ أَنَا۠ خَيْرٌۭ مِّنْهُ ۖ خَلَقْتَنِى مِن نَّارٍۢ وَخَلَقْتَهُۥ مِن طِينٍۢ
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripada (Adam), karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia (Adam) Engkau ciptakan dari tanah".

Andaikanlah Iblis tak membangkang, barangkali persoalan ndak jadi begini, tidak terjadi perbedaan yg ujungnya terjadi ketidak tentraman. Hampir dpt dikatakan dunia ini tidak pernah damai lebih2 di abad2 belakangan ini. Mungkin tiap seperseratus detik ada saja pertumpahan darah, pertikaian, kerusahan di dunia ini.

Kalau begitu,,.................
keadaan perbedaan, perselisihan paham ummat manusia, pertikaian ini sdh mrpkn kehendak Allah.
Sbg acuan anggapan ini:
وَمَا مِنْ غَآئِبَةٍ فِى السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
"Dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di langit dan di Bumi, melainkan (tercatat) dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)."
(QS. An-Naml ayat 75)

"Lauh Mahfuz", adlh kitab memuat rencana alam semesta ini (Master Plan) dari seluruh jagad.
dikuatkan lagi dg:
(QS. Yunus ayat 61)

وَلَاۤ اَصْغَرَ مِنْ ذٰلِكَ وَلَاۤ اَكْبَرَ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

"(Tidak ada sesuatu yang lebih kecil dan yang lebih besar daripada itu, melainkan semua tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)."

Jadi semuanya sdh dlm rencana Allah..............
Adam akan tetap di tempatkan di bumi, sdh dlm rencana Allah, misalkanpun  Datuk ummat manusia itu tdk memakan buah terlarang, rencananya Adam akan jadi khalifah di muka bumi; sdh sesuai rencana.
 إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ
seperti dmksd Al-Baqarah 30 di atas.

Jika demikian tergodanya Adam oleh Iblis. Sombongnya Iblis tak sudi sujud kpd Adam jg sdh dlm skenario Allah.

Skenario Allah pulalah yg menciptakan hal-hal yang saling berlawanan:
Malaikat dan Setan.
Malam dan siang.
Baik dan buruk.
Bagus dan jelek.
Kebaikan dan kejahatan.
Kelebihan dan perbedaan antara sesama hamba-Nya pada badan dan akal  serta kekuatan mereka. Allah juga menjadikan di antara mereka ada yang kaya dan miskin, sehat dan sakit, pandai dan bodoh.

Di antara kebijaksanaan Allah terhadap makhluk-Nya yaitu Dia memberi cobaan kepada mereka, dan menjadikan sebagian mereka sebagai cobaan bagi yang lain, agar jelas, siapa yang mensyukuri Allah dan siapa yang kufur kepada-Nya.
Allah SWT berfirman:
٭لَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَا لْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ ۙ 
"yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,"
(QS. Al-Mulk ayat 2)

Seorang mukmin yang sehat jika menyaksikan orang-orang yang cacat, ia akan mengetahui kenikmatan Allah atasnya dan bersyukur atas nikmat tersebut. Ia memohon kepada-Nya keselamatan dan ia juga tahu bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Para hamba tidak sanggup menangkap seluruh hikmah dari ciptaan Allah. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan ditanya tentang apa yang Allah perbuat. Justru kita-kita manusia inilah yang akan ditanya tentang perbuatan kita selama hidup di dunia.

Atas dasar Al-Mulk 2 itu maka apapun kondisi seseorang: kayakah-miskinkah, gagahkah-lemahkah, normalkah-cacatkah, dstnya. Semuanya atas kebijakan Allah sekaligus
 لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
(untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya). seperti di maksud Al-Mulk 2 di kutip di atas.

Smglah kita semua sanggup lulus dg predikat terbaik dari ujian Allah dalam kondisi apapun kita ditakdirkan.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Tuesday 11 February 2020

AKAL dan QALBU menggapai HIDAYAH

Manusia tercipta dari ROH dan Jasmani. Roh di dlm Jasmani berfungsi maksimal bila Jasmani normal. Jasmani normal begitu berarti bila di dlmnya bersemayam Roh yg sehat.

Silahkan lihat orang ditakdirkan jasmaninya "DIFABEL". Mereka ber Roh sama seperti manusia normal, tetapi kemauannya, untuk berbuat sesuatu dmkn sulitnya. Bgt juga mereka yg Jasmaninya normal, tetapi bila jiwanya terganggu, tidak hidup layak di tengah masyarakat.
Terasing, diasingkan, lebih ekstrim zaman dulu orang terganggu jiwanya, kalau sdh berpotensi mengganggu umum, mereka ada yg "Dipasung".

Dua sisi contoh keseimbangan ROH dan JASMANI di atas, seyogyanya menjadikan kita2 yg normal ini besyukur. Walaupun harta kurang, rezeki pas2an. Tak pula berpangkat atau berjabatan. Di pergaulan masyarakatpun biasa2 saja. Namun memiliki ROH dan JASMANI yg normal. Itu adlh anugerah Allah yg tak ternilai.

Ada 8 wilayah Roh di jasmani ini:
1. Akal. 2. Qalbu. 3. Nafsu. 4. Penglihatan. 5. Pendengaran. 6. Pencicipan. 7. Penciuman dan
8. Perabaan.
Tanpa ROH, 8 kelengkapan itu tdk berfungsi lagi.

AKAL dan QALBU diberikan Allah kepada manusia pada tahapan ke TIGA.
Tahap pertama diberikan Allah kpd manusia adlh. وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ
(pendengaran).
Tahap ke dua adlh. وَالْاَبْصٰرَ
(penglihatan).
Tahap ke tiga barulah وَالْاَفْئِدَةَ
(hati nurani), dimana terdapat AKAL dan QALBU.

Lengkapnya informasi tahapan anugerah Allah tsb.
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا  ۙ  وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ   ۙ  لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur."
(Al-Qur'an Surat 16 (An-Nahl) ayat 78)

AKAL dan QALBU berfungsi:
a. Akal sanggup "mengingat". Kemampuan ini dipunyai semua mahluk yg berjiwa termasuk hewan. Dg mengingat; burung merpati, ayam, itik,  sapi, kambing, kembali ke kandang. Manusia diberi daya ingat melebihi hewan. Dg daya ingat inilah seorang anak kecil berangsur memahami lingkungannya dan memiliki kecerdasan, merupakan cikal bakal mengenal Tuhan, memaklumi bahwa yg ghaib itu ada. Setelah hidayah Allah ke Qalbu.

b. Akal untuk "berfikir"; untuk memilih, memutuskan apa yg hrs dilakukan, hrs diambil dlm hidup ini. Anak-anak fikirannya blm jalan. Dikisahkan Nabi Musa lbh memilih "bara" ketimbang "emas" tatkala diuji Fir'aun, menguji keberakalan bocah Musa. Melalui berfikir manusia sadar dari mana dia datang dn kemana kesudahannya hidup ini, oleh karenanya menyiapkan diri akan kematian. Hidup ssdh mati adlh alam ghaib sama ghaibnya keberadaan kita sblm lahir. Hanya tercerna dg  berfikir, cabang dari akal. Selanjutnya Qalbu diberikan hidayah oleh Allah. Sebab tdk sedikit cerdik pandai yg tak beriman kpd yg ghaib.

c. Akal akan mencari "sebab akibat"; melalui cabang akal yg satu ini manusia dpt percaya akan adanya pencipta. Teknik yg paling dasar guru agama di SR kita dulu memasukkan ke akal kita bahwa "tak mungkin ada kotoran cecak di lantai dlm ruang kelas ini, kalau tak pernah ada cecak yg masuk kelas ini". Kata guru agama. Bumi ini tak mungkin ada bila tak ada yg menciptakan. Namun tanpa Qalbu yg mendpt hidayah Allah tetap saja ada yg tdk percaya Allah sbg pencipta.

d. Akal dpt "menghayal". Imajinasi dimiliki oleh anak manusia sejak dini, perhatikan anak yg baru lancar ngomong, dia sdh dpt merajut cita-cita kalau dia besar nanti. Meskipun cita-citanya sangat sederhana sesuai perkembangan akalnya.

Akal saja tak mampu mencari kebenaran, bila tdk menggunakan sarana ROH berikutnya y.i. iman. Iman adlh wilayah Qalbu.  "QALBU" bila tidak dengan pertolongan Allah tak kan berhasil menemukan kebenaran Allah.

Menggunakan akal Nabi Ibrahim pernah menganggap Bintang, Bulan dan Matahari sbg Tuhan. Di abadikan di Surat Al-An'am 76-78

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَاٰ كَوْكَبًا ۚ قَا لَ هٰذَا رَبِّيْ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَلَ قَا لَ لَاۤ اُحِبُّ الْاٰ فِلِيْنَ
"Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, Inilah tuhanku. Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, Aku tidak suka kepada yang terbenam."
(QS. Al-An'am ayat 76)

فَلَمَّا رَاَالْقَمَرَ بَا زِغًا قَا لَ هٰذَا رَبِّيْ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَلَ قَا لَ لَئِنْ لَّمْ يَهْدِنِيْ رَبِّيْ لَاَ كُوْنَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّاۤ لِّيْنَ
"Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, Inilah tuhanku. Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."
(QS. Al-An'am ayat 77)

فَلَمَّا رَاَ الشَّمْسَ بَا زِغَةً قَا لَ هٰذَا رَبِّيْ هٰذَاۤ اَكْبَرُ ۚ فَلَمَّاۤ اَفَلَتْ قَا لَ يٰقَوْمِ اِنِّيْ بَرِيْٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُوْنَ
"Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, Inilah tuhanku, ini lebih besar. Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan."
(QS. Al-An'am ayat 78).

Kebenaran menurut akal belum tentu benar, bila tidak ditopang oleh kebenaran menurut Qalbu. Qalbu tidak akan berhasil menemukan kebenaran kalau tanpa pertolongan Allah (dengan HIDAYAH Allah).

Para Nabi dan para Rasul, mendpt Hidayah langsung dari Allah dituntun wahyu. Murid2 para Nabi dan sahabat para Rasul, mendpt hidayah melalui apa yg didengarnya, apa yg dilihatnya dari Nabi2 dan Rasul2, kmdn ditolong Allah dibukakan Qalbunya menerima hidayah. Contoh Umar bin Khattab menerima hidayah, terlebih dulu marah2.
Kini berbagai sebab orang mendptkan hidayah:
Ada karena terbebas dari bencana.
Ada karena ajakan seorang cucu.
Ada karena mendengar.....
Ada karena membaca ......
dan lain2 aneka macam sebab.

Namun hidayah tak kan diperoleh tanpa pertolongan Allah membukan Qalbu, sbgmn Allah menolong kita terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.

 وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًا وَّلٰـكِنَّ اللّٰهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
(Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya) (QS. An-Nur ayat 21)

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Saturday 8 February 2020

Hawa NAFSU

"Apakah yang paling besar di dunia ini?". Dmkn Imam Al-Ghazali ajukan pertanyaan kepada murid2nya

Murid2nya menjawab : "gunung, bumi dan matahari".

Semua jawaban itu BENAR kata Imam Ghozali. Tetapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah HAWA NAFSU.

 فَلا تَتَّبِعُوا الْهَوَى

“Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu". ” (Q.S.An-nisa’ 135).

Tentulah yg dimaksud Imam Al-Ghazali, Nafsu yg ngajak ke hal2 yg tidak baik. Sebab Nafsu sbg kelengkapan rohani manusia, ada Nafsu yg mengajak kpd kebaikan dan ada yg ngajak ke perbuatan tdk baik. Justru Allah di Surat Asy-Syams ayat 8:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا
"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya".

HAWA NAFSU manusia yg condong mengajak hal2 tidak baik.
وَاَ مَّا مَنْ خَا فَ مَقَا مَ رَبِّهٖ وَ نَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰى ۙ 
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,"
(QS. surat An-Nazi'at, ayat 40).

Hawa Nafsu yg tak baik ini di negeri kita biasa diistilahkan "Nafsu Angkara Murka". Nafsu Angkara Murka ini per invidu saja menimbulkan mudharat yg besar. Apalagi Nafsu Angkara Murka jika dimiliki suatu bangsa, bukan main besar sekali bencana yg akan timbul. Ada bangsa yg ber Nafsu Angkara Murka (N.A.M.), ingin memusnahkan etnis tertentu padahal di dlm negaranya sendiri. Di beberapa abad lalu N.A.M. bangsa2 penjajah menindas bangsa lain. Kinipun N.A.M. ini bukannya tlh hilang, walau tdk lagi dlm bentuk penjajahan vulgar.

Bila N.A.M. dimiliki perseorangan untuk digunakan berbuat jahat, pengguna adalah penjahat. Jika N.A.M. dimiliki suatu bangsa, bangsa itu bangsa penindas, bangsa pelanggar HAM.

Adalagi namanya "Nafsu Amarah", boleh juga mungkin diterjemahkan " Nafsu tak mau kalah" atau "tak rela dikalahkan". Dg dmkn nafsu Amarah boleh jadi juga dimiliki orang baik-baik, dpt saja termasuk ustadz/ustadzah.

Nabi Daud saja sepertinya berpotensi memiliki Nafsu Amarah, buktinya di ingatkan Allah agar jangan memperturutkan HAWA NAFSU. Lihat surat Shad 26.
يَـٰدَاوُۥدُ إِنَّا جَعَلْنَـٰكَ خَلِيفَةًۭ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱحْكُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ بِٱلْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ ٱلْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۢ بِمَا نَسُوا۟ يَوْمَ ٱلْحِسَابِ
"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan JANGANLAH KAMU MENGIKUTI HAWA NAFSU, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan".

Sisi tak baik nafsu amarah a.l.:
1. Berbuat tak adil, demi kepentingan tertentu.

2. Iri hati, susah hati bila orang senang. Senang hati bila mendengar orang susah, biasanya orang yg di iri adlh: selevel, tetangga, keluarga dekat, seprofesi.

3. Dengki; tak suka orang lain sukses, ingin kesuksesan orang itu pindah untuknya atau hilang dari orang itu. Bila perlu tak segan berbuat curang.

4. Loba; ingin memiliki lebih, tak rela kalau orang lain memiliki yg sama dg dirinya. Jangan diharap orang ini adil bila disuruh ngatur pembagian.

5. Takabur, bangga diri, anggap diri hebat ketimbang orang lain, orang lain menurutnya  ilmunya dibawah dirinya. Orang lain belum sampai kajiannya. Dll kehebatan dirinya ditonjolkan.

6. Mengumbar amarah, gampang marah, soal sedikit saja sdh cukup buat pemicu marahnya. Seharusnya hal sepele jadi besar.  Ybs tak dpt menahan amarah.

7. Bermewah mewah. Ini masuk dlm nafsu amarah, karena bermewah ini menjurus kpd berlebih lebihan, pemborosan, mubazir. Biasanya si empunya nafsu ingin dinilai hebat oleh orang lain.

Sisi positif Nafsu Amarah:
Nafsu amarah ini kadang ada yg hrs dipelihara, makanya istilah yg cocok "pengendalian amarah".

1. Iri dan dengki serta loba (tamak) dlm berbuat kebaikan perlu dipertahankan. Jangan mau kalah dlm berbuat kebaikan.

2. Juga dlm hal tertentu nafsu amarah perlu, jika sdh menyangkut terhinanya bangsa, qt hrs mengingatkan bangsa yg menghina kl perlu dg marah kpd penghina, tapi akhlaknya tdk balas menghina.

3. Terancamnya keamanan negara, sbg anak bangsa siap bela negara sesuai kemampuan yg dipunya.

4. Terhinanya agama yg kita anut, wajar marah selanjutnya mengingatkan penghina, mendorong negara melaksanakan hukum yg berlaku. Akhlaknya jg tdk melakukan penghinaan balik.

Ttg nafsu Amarah; ... Nabi yusuf berujar diabadikan dlm Al-Qur'an:

وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ  اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌۢ بِالسُّوْٓءِ اِلَّا  مَا رَحِمَ رَبِّيْ  ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Surat Yusuf,  ayat 53).

Dengan dmkn Nafsu adlh manusiawi, karena melekat mrpkn satu paket terpasang diberikan Allah kpd manusia. Tetapi kalau sdh ditambah "HAWA" shg menjadi "HAWA NAFSU", kadang condong mengarah ke perbuatan tak baik dan sangat besar pengaruh negatifnya buat ummat dan diri yg empunya HAWA NAFSU.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Wednesday 5 February 2020

DAMPAK NGOMONG

"Obin atuk awa ona". Bgt dg semangat cucuku bawah 2 taun ketika Ayahnya pulang. Diulangnya bbrp kali. Pa'de, Datuk dan Nenek serta Ayah blm ngerti maksud si cucu. Agaknya dari ekspresi wajah para seniornya dia tau apa yg dikatakannya blm dimengerti. Maka diulangnya sekali lagi, kini dengan tarikan nafas dalam sambil mengembang dadanya berikut bahasa tangan dan tubuh. "Obin atuk awa ona". Kali ini si nenek menebak apa yg dimaksud cucunya. "Oooo,.... "Mobil Datuk dibawa Bunda". Serta merta si Cucu mengembuskan nafas lega sambil bersuara "Ee eeh" dan menganggukkan kepala.

Kejadiannya: Pagi2 dianya di drop Ortunya ke rumah Nenek. Ayahnya langsung ngantor pakai mobil yg digunakan nge drop mereka. Sekitar pkl 9 nan Bundanya pergi dg tujuan lain, menggunakan mobil Datuk. Itulah yg dilaporkannya ketika ayahnya datang.

Kejadian tersebut membuktikan bahwa manusia adlh makluk yg dpt NGOMONG, sekaligus NGOMONG adlh kebutuhan. Dari kecil sdh berkepentingan menyatakan pendapat.

Dampak dpt diterjemahkannya Omongan nya itu,  bagi cucuku paling tidak ada dua:
1. Dia meresa lega karena apa yg dikomunikasikannya sampai.
2. Mungkin dia akan menjadikan omongan yg disusunnya sebisanya itu jadi PEMBELAJARAN, besok2 akan menyusun kalimat yg sgr dpt dimengerti. Dg cara mendengarkan baik2 orang sekitar menyebut sesuatu, selanjutnya menirukannya.

Makhluk hewan juga patut diduga mereka bisa ngomong. Tapi mungkin omongannya sekedar untuk komunikasi, menyatakan suka/tidak suka. Mengajak/menolak atau menyapa.

Manusia, dengan ngomong:
Minta sesuatu, Setuju tdk setuju, Kemukakan pendapat, Berjanji, Mengajak. Juga berbohong, menipu dan banyak lagi dpt dilakukan dg NGOMONG.

Mungkin:
Bangsa hewan ndak kenal ngomong soal janji.
Bangsa hewan juga mungkin tak pernah bergunjing.
Bangsa hewan pun tentu tak pernah memfitnah, apalagi hoaks.

Sedangkan manusia fungsi ngomong lengkap, baik untuk hal2 yg baik, maupun untuk hal2 yg jelek.

KECUALI bagi orang yg mematuhi ajaran agamanya mereka hanya ngomong untuk hal2 yg baik saja, karena tertanam di qalbu orang beriman penegasan Allah:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)".
(QS. Qaf ayat 18).

Selain patuh penegasan Allah juga bagi orang beriman menghayati betul pesan Nabinya:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَالْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam”. (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah).

Peringatan Allah dan pesan Nabi di atas menjadi filter bagi orang beriman, shg omongannya hanya yg baik2 saja.

Banyak kasus membuktikan bahwa omongan itu berdampak:

Seorang pengusaha warung makan, ketika lagi sukses usahanya, bertanya kpd tukang mie keliling. Semalaman kamu keliling dorong grobak, berapa si hasil kamu...............
Mendingan warung makanku ndak cepek2 berembun, hanya buka siang hari Alhamdulillah hasilnya lebih dari grobak mie keliling-mu.

Omongan begini ini pun tercatat ndak akan menguap bgt saja stlh diucapkan.

Apa yg terjadi, stlh waktu bergulir, pekan berganti bulan, bulan berganti taun. Tukang Mie buka out let sampai ratusan grobak. Dia tdk lagi ikut ngider, anak buah beroperasi, dianya jadi juragan Mie tiap hari ngumpul setoran, grobak msh berpotensi bertambah.
Dlm pada itu si pengusaha warung makan tak berkembang bahkan cenderung merosot.........
Rupanya omongan pengusaha warung bbrp taun lalu melecehkan tukang Mie Grobak, walau si tukang mie tdk tersinggung, tercatat kemudian dibuktikan di dunia ini. ..............

Agama memberikan kita pelajaran:

Omongan seorang khalillullah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar”(Imam Al-Ghazali), disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta (riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak).

Dalam sebuah riwayat, Nabi Ibrahim pernah ditanya oleh seseorang atas jumlah ternaknya yang banyak itu, “Milik siapa ternak sebanyak ini?” Kata orang tersebut, yang kemudian dijawab oleh nabi Ibrahim, “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya...........",
"Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga”.

Omongan "bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga". Omongan beliau Inilah konon menjadi ujian Allah yg maha dahsyat untuk Nabi Ibrahim, di perintahkan menyembelih Nabi Ismail. Allah menguji Nabi Ibrahim, benarkah beliau sanggup menepati OMONGANnya. Ujian ini sungguh maha berat, Allah pun mengakui bahwa ujian itu berat, Allah SWT berfirman:
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰٓ ؤُا الْمُبِيْنُ
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata".
(QS. As-Saffat ayat 106).

Hikmah yg pantas diambil dari sepenggal contoh dan riwayat di atas, hendaklah sblm NGOMONG dipertimbangkan:
Bahwa jangankan tukang warung. Jangankan kita2 ini insan biasa. Sedangkan Kekasih Allah (Khalilullah) Ibrahim aja terkena dampak OMONGan-nya. Apalagi awak orang awam.

Smg saudaraku para pembaca, dpt memelihara lidah dari NGOMONG yg tak baik. OMONGAN adlh merefleksikan fikiran. Kini merefleksikan fikiran dpt pula dilakukan di DUMAY atau MEDSOS, menggunakan jari2. Analog dg NGOMONG, mudah2an kitapun dpt menulis hal2 yg baik2 saja. Menulis hal2 yg tak menyinggung orang yg membacanya dan tidak merendahkan serta hoaks.

Nah bila tulisanku ini tdk berkenan, sgrlah hapus, jika ada sedikit manfaatnya silakan petik.

Wallahu 'alam bishawab. Barakallahu fikum,
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Monday 3 February 2020

Percaya/tak Percaya AKHIRAT

Bahwa nenek moyang kita dulu telah mempunyai ritual ibadah, sblm agama2 samawi masuk ke tanah air. Bekas peninggalan itu dpt disaksikan sampai sekarang. Bekas2 sarana ritual ibadah, sebagai wujud perhambaan kepada Sang Pencipta dan Penguasa  alam ini.  Pemakaman  model kepercayaan nenek moyang, mrpk bukti bahwa sejak nenek moyang kita sdh meyakini nanti setelah jiwa berpisah dengan raga (meninggal dunia), arwah akan masuk ke alam akhirat.

Tapi ditengah-tengah orang yg percaya dg alam akhirat itu, tidak sedikit pula sejak dahulu tak kurang orang tak percaya akhirat. Jumlah mereka yg tak percaya akhirat sampai sekarangpun tetap ada. Sulit memang meyakinkan bagi yang tidak percaya itu, sebab memang belum pernah ada orang yang “berkunjung ke akhirat kemudian pulang lagi ke dunia”, layaknya pergi berwisata.

Buat orang yg tak percaya akhirat, tidak masuk di akal mereka bahwa ada kehidupan ssdh kematian. Apalagi bila dikatakan hidup di alam akhirat itu adalah KEKAL.

Soal orang tak percaya kehidupan akhirat itu bukan barang baru. Cuma versi mengekspresikan ketidak percayaannya saja yang berbeda.

Dulu,......... orang tak percaya akhirat dg vulgar, terang2an, misalnya di era Nabi Muhammad. Tersebutlah 2 orang penting yang termasuk cendekiawan dan pemimpin dari kelompok masyarakat waktu itu, yaitu Ubay bin Ka’ab dan Al-Ash bin Wail. Kedua pemuka masyarakat itu tidak percaya bahwa orang-orang yang telah mati berabad-abad silam akan hidup kembali di kampung akhirat.

Mereka berdua juga akan memanfaatkan keterangan Rasulullah Muhammad s.a.w. tentang akhirat itu untuk memprovokasi masyarakat guna menjatuhkan reputasi Nabi Muhammad dengan argument logika dan “ilmu” serta bukti yg akan mereka bawa.

Kedua orang itu pulang setelah bubaran dari mendengar da’wah Rasulullah Muhammad, mereka pergi ke kuburan yang sudah lama disekitar tempat tinggal mereka. Kuburan digali dan tulung belulang dari kuburan itu dibawanya kehadapan Rasulullah s.a.w.  seraya tulang belulang yang sudah lapuk itu di injak-injaknya hingga hancur menjadi debu. Lalu mereka berkata dihadapan Rasulullah s.a.w. dan masyarakat, “ENGKAULAH YANG MENGATAKAN BAHWA ALLAH AKAN MENGHIDUPKAN KEMBALI”?

Terhadap  Ubay bin Ka’ab dan Al-Ash bin Wail yg tak percaya akhirat dan hidup ssdh mati itu, Allah utus menjawab tantangan itu, malaikat Jibril.

Jibril membawa wahyu dari Allah di surat Yasin 77-81.

77. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

78. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?"

79. Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.

80. yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu."

81. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.

Bagi kedua orang ini, jawaban itu cukup membuat mereka tak dapat membantah lagi.  Alhamdulillah nya mereka mengimani bahwa dirinya, bumi dan langit serta apa yang dilihatnya, udara yang dihirupnya  buah-buahan yang dimakannya, air yang diminumnya yang menciptakan dan menyediakannya adalah Allah. Ini sudah jadi modal utamanya hanya saja mereka tidak mengimani alam akhirat.

Sekarang,..................... orang mengekspresikan ketidak percayaan akan akhirat, khusus di negara RELIGIUS, mereka tak berani terang2an. Karena kalau terang2 tak percaya akhirat; akan di STEMPEL tidak mengamalkan dasar negara yg mengakui adanya TUHAN. Sedang bila mengakui adanya TUHAN, mau tak mau akan menyangkut hal ghaib. Kalau sdh menyangkut ghaib, maka harus percaya akhirat. Oleh sebab itu mereka menyatakan secara tersamar, misalnya "akhirat urusan nanti". Sudah ada juga siii........suatu model orang tak  percaya akhirat menyatakan bahwa soal akhirat sbg "ramalan masa depan". Agaknya pernyataan bahwa agamawan dianggap sebagai "Peramal masa depan", blm membuat para agamawan terusik. Mungkin para agamawan meresapi dg seksama makna Surat Asy-Syura ayat 15:

ٱللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَآ أَعْمَـٰلُنَا وَلَكُمْ أَعْمَـٰلُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ ٱللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ ٱلْمَصِيرُ
"Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)".

Tidak sedikit tentang informasi akhirat itu di nukilkan oleh Al-Qur’an, bgt banyak ayat mengisahkan bagaimana nantinya keadaan kehidupan akhirat itu, untuk bahan renungan bagi pihak yang meng IMANI akan kehidupan akhirat itu.

Nah sekarang,  kalau orang masa kini ndak yakin dengan keadaan alam akhirat, apakah juga punya mereka modal utamanya, yaitu percaya jugakah bahwa dirinya diciptakan yang punya akhirat. Tinggal kita do’akan semoga Allah menurunkan hidayah kepada mereka. Aamiin.

Sebab jika tidak percaya akan Akhirat CACATLAH keimanan. Naudzubillahi min dzalik.  Sepanjang orang mempunyai agama, setiap agama punya keyakinan adanya alam sesudah dunia fana ini. Yaitu alam akhirat.

(QS Al-A"la surat ke 87 ayat 17)
وَا لْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ وَّ اَبْقٰى ۗ 
"padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal."

Berarti alam akhirat tidak berujung, begitu informasi dari Al-Qur’an. Firman Allah ini yang hanya dapat diterima oleh orang BERIMAN.

Bagi mereka TAK beriman sudahlah,………. maka pembicaraan akhirat ndak dapat kita teruskan, sebab IMAN lah sebagai kunci untuk dapat membuka pintu gerbang percaya akhirat. Menggunakan logika saja tidak cukup, teknologi pun ndak akan mampu menguak kehidupan akhirat, karena kehidupan akhirat (menurut keyakinan orang beragama, apapun agamanya) adalah tentang alam sesudah kita mati. Tentang alam ghaib.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.