Wednesday 27 December 2023

LIMA-USAH di tahun DEPAN

Dirangkum: M. Syarif Arbi. No.1.213.12.23. Kalender tahun 2023 tinggal tiga hari lagi. Siapapun dan dalam usia berapapun kita, termasuk cucu kita yang baru lahir hari ini, hampir dapat dipastikan tidak ada seorangpun diantara kita akan dapat melihat lagi bagaimana modelnya, bagaimana bentuknya dan bagaimana cara membaca kalender tahun 2123 (dua ribu seratus duapuluh tiga), seratus tahun yang akan datang. Karena rentang usia khususnya bangsa Indonesia hanya terbentang sekitar 72 an tahun. (BPS: Angka Harapan Hidup penduduk Indonesia pada tahun 2022 sebesar 73,6 tahun). Oleh karena itu, persiapkanlah diri kita untuk menghadapi masa depan yang pasti akan kita temui dengan mulai sekarang. Masa depan yang akan kita hadapi masing2 berupa dua masa yaitu: Pertama; masa depan di dunia, kedua; masa depan sesudah didunia ini. Dalam menghadapi dua masa depan itu, adalah baik jika kita jadikan renungan akhir tahun, dua ayat berikut ini: يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌۭ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۢ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Surat Al-Hasyr (59) Ayat 18) Dan ………Surat Al-Qashash (28) Ayat 77 وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْـَٔاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Gabungan dua sumber ayat di atas, kiranya dapat memberikan arahan kepada setiap diri kita: Pertama; dalam rangka mempersiapkan masa depan di dunia ini selalu dikaitkan dengan kepentingan masa depan di akhirat. Kedua; senantiasa berbuat baik kepada sesama. Ketiga; tidak melakukan kerusakan di muka bumi, termasukkan di akhir tahun 2023 dan di awal tahun 2024 nanti bangsa ini, sedang / akan memilih orang2 yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa. Berkenaan dengan itu mau tidak mau, suka atau tidak suka berhadapan dengan perbedaan pandangan, perbedaan pendapat, selanjutnya terjadi perbedaan pilihan. Berkaitan dengan itu kita sedang diuji, sanggupkah kita masih tetap memelihara keamanan, ketertiban, memelihara persatuan, sehingga tidak menimbulkan silang sengketa. Karena silang sengketa dan perselisihan adalah merupakan salah satu bentuk “kerusakan di muka bumi” yang dilarang oleh Allah tersurat di ayat tersebut di atas. Sehubungan dengan itu, mari kita tekadkan di ujung tahun 2023 yang tinggal tiga hari ini melakukan “LIMA USAH”, dari kelompok manapun anda berada, siapapun pilihan anda, yaitu: 1. Usah mendzalimi diri sendiri. Misalnya hanya dengan mendapatkan imbalan dunia, rela mendzalimi diri sendiri dengan mengesampingkan penggilan rasa keadilan yang ada di hati nurani. 2. Usah mendzalimi orang lain. Janganlah sampai demi memenangkan kelompok sendiri, berusaha dengan menghalalkan segala cara. 3. Usah melalaikan perintah agama. Dengan melaksanakan perintah agama, dijamin akan diperoleh kejujuran dalam segalanya, mengutamakan akhlak mulia dan etika. 4. Usah melanggar perintah agama. Yakin se-yakin2nya kalaulah kemenangan diperoleh dengan melanggar perintah agama, selain di dunia tidak diperoleh keberkahan, hukuman Allah menanti di hari pembalasan. 5. Usah melanggar peraturan perundangan negara dan norma masyarakat. Peraturan dan perundangan dibuat merupakan kesepakatan masyarakat suatu bangsa. Bila dilanggar dan diubah-ubah sesesuai kepentingan kelompok tertentu, tentu akan mencederai rasa keadilan kelompok2 lainnya. Selain tiga arahan dan lima usah di atas, diiringi lagi dengan bertaubat, meminta ampunan atas segala kesalahan yang telah lalu. Sebab tidak ada diantara kita yang lolos dari berbuat kesalahan. Sementara itu kitapun tidak dapat memutar balik ke belakang kalender untuk kembali ke masa lalu, guna membatalkan perbuatan kesalahan yang pernah kita lakukan. Hanya dengan bertaubatlah yang harus dilakukan, semoga diampuni. Bagi yang telah terlanjur korupsi, bila Uang Hasil Korupsi tersimpan di rekening gendut, segera kembalikan hasil korupsi itu ke kas negara dengan pemindahbukuan. Kalau dalam bentuk properti segera inventarisir untuk siap dilelang yang hasilnya dimasukkan ke kas negara. Kemudian segera serahkan diri kepada yang berwajib dengan menunjukkan bukti pemindahbukuan hasil korupsi tersebut ke kas negara dan inventarisir properti hasil korupsi siap dilelang di maksud. Mudah-mudahan para face booker, dan pembaca di medsos akan ikut memintakan keringanan hukuman, kepada pihak yang berwenang. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 15 Jumadil Akhir 1445 H. 28 Desember 2023

Saturday 23 December 2023

KUCING kini sudah tak BERMALU

Dirangkai: M. Syarif Arbi. No.1.212.12.23. Dahoeloe ada kata2 bermakna terselubung, sejenis ungkapan “malu2 kucing”. Kata2 ini mengandung makna bahwa sebenarnya mau tetapi tidak terang2an, jadi pura2 tidak mau. Mungkin pencetus istilah “malu2 kucing”, terinsprirasi akan dua hal tentang kucing: Pertama; bahwa kucing bersikap tenang, walaupun beberapa hasta didepan matanya tersedia ikan panggang, kalau pemilik ikan panggang masih ada didekat ikan panggang itu. Tapi begitu pemilik ikan panggang lengah si kucing segara menggaet ikan panggang itu. Inspirasi kedua; Akhlak kucing jaman doeloe begitu malunya dengan kotoran buang hajatnya. Sebelum buang hajat mereka gali dulu tanah, setelah kotorannya selesai masuk lobang, lantas dengan rapi kotorannya ditimbun dengan bekas galian tanah. Kucing masa kini, mereka begitu ikhlasnya buang kotoran, tanpa persiapan lobang dan tanpa ada upaya sedikitpun untuk menutupi kotarannya itu. Perubahan perilaku kucing masa kini perihal buang hajat, karena banyak sudah halaman rumah disemen, cone blok atau dikeramik, sementara jalan2 sudah beraspal, tidak memungkinkan kucing masa kini meneruskan pusaka nenek moyang mereka dalam hal akhlak buang hajat. Dari sederetan rumah di suatu jalan, terdapat sebuah rumah yang halamannya masih terdapat tanah karena ada pohon Mangga, pohon Alpukat dan Nangka. Seekor kucing yang sudah lebih dua bulanan mengusai teritorial di rumah berpepohonan itu setiap buang hajat mampir ke halaman rumah tersebut. Anehnya walau di halaman rumah tersebut tersedia tanah, si kucing ini buang hajat di halaman rumah tersebut sudah tidak lagi malu2 meninggalkan kotorannya begitu saja tanpa buat lobang dan menimbunnya. Begitulah di dunia ini tak selamanya begitu, selalu berubah..............., termasuk akhlak manusia dan tak ketinggalan akhlak kucingpun berubah. Perubahan akhlak ini yaitu hilang sudah rasa malu bangsa kucing, paling tidak satu diantara kucing dalam kisah ini. Perilaku bangsa kucing berubah "dulu menutupi aibnya, sekarang malah mengumbar aibnya". Mungkin oleh MK (Mahkamah Kucing) sudah diputuskan ketentuan baru, tentang perubahan adab "buang hajat", sehingga tak perlu lagi dengan membuat lobang, kemudian menutupnya. Agaknya khusus untuk seekor kucing disebutkan dalam cerita ini diberikan ketentuan tersendiri oleh “Mahkamah Kucing”, karena sudah menguasai halaman rumah yang bertanah tersebut lebih dari dua bulan (kucing menandai daerah kekuasaannya dengan menebar kencing di area yang dikuasainya), maka buat kucing yang satu ini tak usah malu lagi membuang kotoran dengan tidak dibuat lobang dan ditimbun. Fenomena ini, mungkin dapat para pembaca komentari dengan berbagai versi.............. antara lain: "kucing masa kini sudah tidak punya rasa malu". Pengomentar tak tau bahwa mungkin,………, sekali lagi mungkin, Mahkamah Kucing (MK), telah menerbitkan ketentuan baru menganulir ketentuan lama. Dimana ketentuan itu bersifat final serta mengikat buat seluruh bangsa kucing. Dalam konteks manusia, adalah makhluk lebih besar kecondongan terhadap mengikuti perubahan. Tentu kita harapkan perubahan tersebut ke arah semakin baik. Anak2, cucu2 zuriat penerus kita semoga berubah ke lebih baik dari pada kita dalam segala hal. Untuk itu harus terus menerus ditanamkan nilai2 kebaikan kepada anak2 kita. Jangan sampai hal2 yang jelek, justru di era anak2, cucu2 kita kelak dinilai baik. Perlu diingat bahwa buat manusia rasa malu ini sangat penting, bahkan disebutkan dalam hadits “Malu adalah Sebagian dari iman”. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ. “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.” Shahîh: HR.al-Bukhâri dalam al-Adâbul Mufrad (no. 598) Diakui bahwa zaman kita dangan zaman anak kita nanti jelas akan berbeda, seperti halnya zaman kita berbeda jauh dengan zamannya nenek-kakek kita.............. Semoga anak cucu kita nanti berubah menuju lebih baik sejalan dengan zaman mereka. Mudah2 tidak meniru bangsa kucing yang kini sudah hilang rasa malunya yang dulunya dipunyai oleh nenek moyang mereka, dalam wujud buang hajat senantiasa dibuatkan lobang dan ditimbun lobang itu, agar kotarannya tidak nampak. Yang penting sebagai ORTU, kita berupaya memenuhi perintah Allah seperti di bawah ini y.i. jangan sampai meninggalkan mereka "lemah" dalam artian; kesejahteraan lahir bathin, ilmu, iman dan ahklak. وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS: An-Nisa 9). آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 11 Jumadil Awal 1445 H. 23 Desember 2023

Tuesday 19 December 2023

IWAK NDAS

Ditulis: M. Syarif Arbi No. 1.211.12.23 Teringat di tahun 1973 an, kumulai tugas di suatu daerah yang buatku waktu itu adalah baru, di ujung timur pulau Jawa. Di pintu gerbang masuk kantor untuk karyawan posisi di sebelah kanan nempel sebuah warung makan semi permanen, praktis dan ekonomis buat makan siang. Praktis; karena tidak usah menyeberang jalan, begitu jam istirahat siang langsung mampir di warung itu, walau harus pas mengendalikan waktu antrian. Bisa saja shalat dulu, setelah antrian mulai longgar barulah ikutan duduk di warung yang menyediakan “meja panjang” dan “tempat duduk panjang” itu. Ekonomis; karena tarifnya merogoh kocek ndak usah terlalu dalam, bahkan kalau pas lagi tanggung bulan dimungkinkan untuk “buka rekening” dulu, baru di setor setelah gajian, atau terima uang lembur saban Sabtu. Tukang warung sangat percaya ngutangi, karena ketika itu uang lembur pegawai cukup besar, tuntutan zaman belum era computer, semua pekerjaan administrasi secara manual. Salah satu menu favorit di warung itu adalah “Iwak Ndas”, menu ini tersedia terbatas banter2nya ada sepuluhan porsi, sedangkan karyawan di kantor ku itu lebih 300 orang. Memang tidak semua yang memilih makan siang di warung itu, tapi cukup banyak, lantaran “Praktis” dan “Ekonomis” tsb. Jadi kalau makan siang nanti ingin makan nasi “Iwak Ndas”, baiknya sekitar pukul sepuluh pagi sudah pesan dulu, agar disisihkan untuk pemesan. Kalau sudah memesan, maka begitu kita duduk di bangku Panjang menghadap meja, tukang warung akan memberitahu: “Ndas MU siap”. Kitapun menyantapnya sampai berkeringat (warung tidak ber AC) Rupanya “Iwak Ndas” itu adalah kepala ayam, disajikan dimasak seperti Gulai atau Sop. Paket sajian adalah kepala ayam termasuk jengger dan leher ayam. Pilihan apakah “Gulai Ndas” atau “Sop Ndas”. Walaupun sama2 kepala, tetapi buat menu kepala ikan Kakap tidak lazim disebut dengan Iwak Ndas, tetap saja disebut gulai “Kepala Kakap”. Di suatu tempat ibukota Sumatera Utara aku juga pernah dijamu makan sop kepala kambing, menu ini juga tidak disebut “Ndas Kambing”, tetap saja sop kepala kambing atau gulai kepala kambing. Soal pilihan menu makanan, rupanya Allah gandengkan dengan soal pakaian seperti tersurat dalam Al-Qur’an Al-A’raf 31: يٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوٓا ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." Dalam soal berpakaian hendaklah berpakaian yang bagus, karena berpakaian menyangkut orang lain artinya haruslah orang lain menyukainya. Sedangkan makanan adalah soal pribadi, soal individu, soal selera, setiap orang bebas memilih makanan apa saja yang dia suka. Singkat kata “makanlah yang engkau sukai, berpakaianlah yang disukai orang”. Termasuk salah seorang teman kerjaku dulu sekitar tahun 1973 an paling gemar makan siang dengan menu “Iwak Ndas”. Syarat makanan bagi agama Islam, tidak cukup hanya berdasarkan kesukaan, tetapi haruslah makan yang disukai itu : “halalan – thayyiban – bergizi - tidak berlebihan”. Halal bukan saja zatnya, tetapi juga cara memperolehnya. Thayyiban, setiap individu beda; boleh jadi suatu jenis makanan cocok/layak dimakan bagi seseorang, namun bagi orang lain tak lagi baik, karena akan mendatangkan penyakit. Bergizi yaitu dapat memenuhi standar kebutuhan hidup agar bugar sehat afiat. Tidak berlebihan; maknanya sesuai takaran normal, jika mengkonsumsi suatu makanan berlebihan justru mendatangkan mudharat. Temanku yang hobby “Iwak Ndas”, punya argument bahwa di “Ndas” terdapat hampir semua dari apa yang ada pada iwak yang dimakan. Di “Ndas” terdapat lidah, terdapat mata, terdapat telinga terdapat cengger (untuk ayam), terdapat tulang, terdapat otak, hanya tidak terdapat hati dan jeroan. Ditambahkan bahwa “Ndas” lah yang mengatur aktivitas seluruh organ, kalau “Ndas” terganggu akan terganggulah aktivitas seluruh badan. Makanan rupanya sangat berpengaruh bagi kesehatan dan kepribadian, kelompok masyarakat yang hobbynya mengkonsumsi daging, konon keperibadiannya agak keras. Kelompok masyarakat yang hobbynya mengkonsumsi tumbuh2an, kepribadiannya lemah lembut. Kelompok masyarakat yang hobbynya mengkonsumsi ikan laut, konon menjadi suka merantau, tertular sifat ikan; bepergian kemana saja di laut bebas. Wallahu alam bishawab. Yang penting sebelum makan kita berdo’a: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ "Dengan nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Ya Allah, berkahilah rezeki yang Engkau berikan kepada kami, dan karuniakanlah rezeki yang lebih baik dari itu dan peliharalah kami dari siksa api neraka." (HR Ibnu Sunni). Selanjutnya sesudah makan berdo’a: اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِيْنَ “ Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan telah memberi kami minum, dan menjadikan kami termasuk orang yang patuh”. Dalam hadits lainnya juga disebutkan dari Mu'adz bin Anas, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang makan suatu makanan kemudian berdoa: اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ وَرَزَقْنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلً مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ (Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dengan makanan ini dan menjadikannya rezeki untukku, tanpa daya dan kekuatan dariku) Maka akan diampuni dosanya yang terdahulu." (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi). آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 8 Jumadil Akhir 1445 H. 20 Desember. 2023.

Monday 18 December 2023

VARIASI PENYAKIT

Ditulis: M. Syarif Arbi No. 1.210.12.23 Asik ngobrol sesama manula berpenyakit kronis di ruang tunggu poli rumah sehat di Jakarta. Ternyata penyakit masing2 bervariasi. Ada yang kena diabet tanpa kolesterol. Ada mengidap kolesterol tidak diikuti diabet. Ada penderita jantung rangkap diabet. Bab jantung ada yang penyempitan, ada yang klep penyumbatan ada yang aritme. Aritme macam2 lagi. Ada yang denyut nadi ketinggian, ada yang degub jantungnya kerendahan, dlsb. Semua orang pernah merasakan sakit. Kadar sakitnya saja yang tak sama. Rata2 manula kebagian penyakit kronis, inipun beda setiap individu. Ada sih manula yang jarang sakit serta tak punya penyakit kronis. Inipun membuktikan kekuasaan Allah bahwa tak mesti manula sakit2an. Tak juga sakit2an monopoli manula, sebab ada yang masih belia sakit2an. Keadaan phisik, perasaan yang beda dari keadaan normal, itu katanya batasan "sakit". Keadaan bathin jadi resah, gelisah membuat makan tak enak tidur tak nyenyak; begitupun sakit juga. Lalu ada sakit jasmani dan sakit rohani. Ada sakit raga dan sakit jiwa. Bila jasmani sakit harus selalu ikhtiar berobat, karena setiap penyakit disediakan obatnya oleh Allah. Bila rohani sakit, resah gelisah penyembuhnya mendekat kepada Allah. Sadarlah kita bahwa menyoal soal sakit kita masing2, walau kelompok sakitnya sama, namun variasi SAKIT tiap individu beragam, sekalipun kembar identik. Semua telah ditentukan oleh YANG MAHA KUASA. Seluruh TYPE SAKIT masing2 diri agaknya sudah ketentuan YANG MAHA KUASA, dalam terminology iman disebut TAQDIR. Kalaulah Sakit itu dilihat sebagai ujian, dipandang sebagai musibah atau bencana maka ketahuilah apapun nanti SAKIT masing2 diri, di usia berapa mulai diderita dstnya telah ditentukan dalam TAQDIR, seperti firman Allah SWT berikut ini: مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ۖ "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah" (QS. Al-Hadid ayat 22) Dalam menjalani hidup ini, ketika datang SAKIT silih berganti, sembuh dan kambuh dalam wujud apapun janganlah sampai kita termasuk kelompok manusia seperti disebutkan Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Isra' ayat 83: وَاِذَاۤ اَنْعَمْنَا عَلَى الْاِنْسَانِ اَعْرَضَ وَنَاٰ بِجَانِبِهٖ ۚ وَاِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ كَانَ يَـئُوْسًا "Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa". Ketahuilah bahwa SAKIT itu juga merupakan anugerah. Contoh kecil, seorang pegawai ditugaskan untuk bepergian dinas keluar kota. Tiket penerbangan sudah disiapkan kantor. Pas jadwal berangkat terserang sakit yang tak mungkin untuk pergi. Dengan berat hati batal berangkat. Ternyata sakit ybs sebagai sebab umurnya masih panjang, ajalnya belum tiba, pesawat calon tumpangannya hilang tak sampai tujuan. Selain itu, Rasulullah memaklumkan bahwa sakit merupakan sarana Allah mengampuni dosa penderita. مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلاَّ حَطَّ اللهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ “Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, maka Allah akan hapuskan kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam hadits yang lain, beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: مَا مِنْ شَيْءٍ يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ حَزَنٍ، وَلاَ وَصَبٍ،حَتَّى الْهَمُّ يُهِمُّهُ؛ إِلاَّ يُكَفِّرُ اللهُ بِهِ عَنْهُ سِيِّئَاتِهِ “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.” (HR. Muslim) Dari hadits2 diatas ternyata sakit pun memiliki faedah dan fadhilah bagi yang sakit. Tentu, jikalau ia bersabar dan menjadikan sakitnya sebagai pelajaran bagi dirinya. Semoga pembaca yang sakit segera ditemukan obatnya. Allah angkat penyakit2nya sehingga usia yg tersisa dapat dimaksimalkan untuk beramal kebaikan dan beribadah kepada Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 6 Jumadil Akhir 1445 H. 18 Desember. 2023.

Thursday 14 December 2023

DEBAT

Oleh : M. Syarif Arbi No: 1.209.12.23. Cukup menarik perhatian sebagian besar penduduk Indonesia perdebatan calon Presiden 2024 berlangsung 12 Desember 2023. Banyak komentar di medsos diantaranya ada yang memberikan peringkat. Tulisan ini tidak ikutan memberikan penilaian siapa diantaranya yang menang dalam debat tersebut. Karena ternyata semua mereka adalah pemenang debat menurut pendukung masing2. Bukan saja debat Capres dan Cawapres, perilaku berdebat utamanya terdapat di negara demokrasi. Perdebatan seperti sudah jadi kebiasan sehari-hari. Di layar TV, sering ditayangkan orang saling berdebat dan adu argumen untuk menentukan siapa yang paling benar di antara mereka. Berdebat dibolehkan dalam agama Islam, selama kedua belah pihak sama-sama punya dalil yang kuat dan mengedepankan logika, serta sanggup mengendalikan emosi. Pernah terjadi perdebatan penceramah, dengan jamaah di suatu majelis taklim. Saking serunya perdebatan sampai nyinggung pribadi (pendidikan masing2 dalam bidang agama), salain itu masing2 minta disebutkan buku2 rujukan yang pernah dibaca, akhirnya terpancing emosi. Debat seperti ini tercela, walaupun kedua belah pihak memakai dasar ilmu, dilengkapi dalil. Allah memberi petunjuk dalam berdebat: “ ………….. وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ. ………………..” “…………..Berdebatlah dengan cara yang baik ………………..” (An-Nahl 125) Debat penceramah dengan jamaah dicontohkan di atas menghilangkan keberkahan dari ilmu yang sedang dikaji. Allah sendiri pun sangat membenci orang yang paling keras dalam berdebat atau merasa diri paling benar. Orang seperti ini hanya ingin dirinya menang, oleh karena itulah Allah sangat tidak menyukainya. إن أبغض الرجال إلى الله الألد الخصم . متفق عليه “Sesungguhnya orang yang paling dimurkai oleh Allah adalah orang yang selalu mendebat.” (HR. Bukhari No 2457, Muslim No 2668). Di dalam masyarakat ini, memang ada orang yang selalu ingin tampil beda, tidak sepaham dengan orang lain, boleh dikata dianya ini “pribadi pencela”. Setiap penjelasan orang ada aja salahnya. Tak sampai hanya soal pembicaraan yang sering disalahkan, orang yang “berpribadi pencela” ini; lihat orang berpakaian, lihat cara orang berjalan, apa saja dari orang lain ada saja cacatnya menurutnya. Sampai2 kalau ke kondangan ada saja cacat bumbu hidangan, ada saja orang yang hadir yang menurut si “pribadi pencela”, kurang mengena. Mengenai kemampuan berbicara merupakan karunia Allah yang luar biasa. Di satu sisi bisa menjadi sumber kebaikan, misalnya dipergunakan untuk mengajak berbuat kebajikan dan mengajak mencegah kemungkaran. Allah menghendaki agar ada sekelompok orang yang mengambil peran mengajak orang sebagai berikut: وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Ali 'Imran ayat 104) Namun di saat yang sama, kemampuan berbicara bisa menjadi sumber keburukan, jika dipergunakan untuk; menghasut, memfitnah, sehingga menjadikan perpecahan ummat. وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا الَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْإِنْسٰنِ عَدُوًّا مُّبِينًا "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sungguh, setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia." (Al-Isra' ayat 53) Di era debat, berbicara dalam rangka kampanye untuk merebut hati rakyat, adalah wajar. Masing2 pihak mengemukakan gagasan2 yang terbaik yang akan dilakukan untuk rakyat, untuk bangsa bila diberi amanah memimpin, dalam hal ini Allah ingatkan: كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ "(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (As-Saff ayat 3). Debat dan kampanye dalam rangka pemilu 2024, kini tengah/akan berlangsung beberapa waktu mendatang. Semoga seluruh pihak terus dapat menjaga diri, sehingga tetap dalam koridor debat dan kampanye yang telah ditetapkan oleh negara dan kaidah agama. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم Jakarta, 1 Jumadil Akhir 1445 H. 14 Desember 2023.

Monday 11 December 2023

Burung HUD-HUD di sidang MK.

Dirangkai: M. Syarif Arbi No. 1.208.12.23. Dari sekian banyak jenis burung, 4 jenis burung diabadikan dalam Al-Qur’an yaitu: Pertama; Burung Ababil (Al-Fill 1-5). Kedua; Burung Gagak, (Al-Maidah 31). Ketiga; Burung Salwa, (Al-Baqarah 57). Keempat; Burung Hud-Hud. Lantaran terbatasnya ruang baca anda, pada tulisan ini hanya dibahas burung Hud-Hud. Dari berbagai sumber, bahwa burung “Hud-Hud” setara/mirip burung “Pelatuk” hidup di negeri kita. Burung Pelatuk utamanya di hutan Kalimantan sebelum hutannya dibabat diambil kayunya. Terakhir ini hutan diganti dengan perkebunan Sawit banyak ditemukan burung Pelatuk terlihat berumah di batang pohon yang sudah lapuk. Burung Hud-Hud, sampai diabadikan dalam kitab Suci Al- Qur’an dalam suatu “Mahkamah Kerajaan Sulaiman” termuat dalam surat (An-Naml 20-27-28) وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِىَ لَآ أَرَى الْهُدْهُدَ أَمْ كَانَ مِنَ الْغَآئِبِينَ "Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata, "Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?"(An-Naml Ayat 20) لَأُعَذِّبَنَّهُۥ عَذَابًا شَدِيدًا أَوْ لَأَاذْبَحَنَّهُۥٓ أَوْ لَيَأْتِيَنِّى بِسُلْطٰنٍ مُّبِينٍ "Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas."" (An-Naml Ayat 21) فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِۦ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍۢ بِنَبَإٍ يَقِينٍ "Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata, "Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba' membawa suatu berita yang meyakinkan." (An-Naml Ayat 22) إِنِّى وَجَدتُّ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ "Sungguh, kudapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta memiliki singgasana yang besar."(An-Naml Ayat 23) قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْكٰذِبِينَ "Dia (Sulaiman) berkata, "Akan kami lihat, apa kamu benar, atau termasuk yang berdusta." (An-Naml Ayat 27) اذْهَب بِّكِتٰبِى هٰذَا فَأَلْقِهْ إِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُونَ "Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan."" (An-Naml Ayat 28) Hebatnya tak seorangpun petinggi di M.K.S (Majelis Kerajaan Sulaiman) yang mempersoalkan “Legalitas” dari seekor burung yang memberikan informasi itu. Agaknya mereka tidak mempermasalahkan dari siapa informasi itu didapat, tapi yang dipentingkan oleh mereka bagaimana kebenaran informasi itu. Raja Sulaiman pun juga tidak memanggil ahli bahasa untuk menterjemahkan bahasa sang burung, karena rupanya Raja Sulaiman adalah memang figure ahli bahasa yang mampu memahami bahasa seluruh mahluk di dunia ini. Singkat cerita informasi itu diproses di “M.K”-“S”. dan akhirnya diputuskan untuk mengajak kerajaan yang dipimpin Ratu Balqis itu untuk tunduk sebagai penyembah Tuhan. Al Hasil bukan saja kerajaan Saba yang dipimpin Ratu Balqis bergabung dalam kesatuan Kerajaan Sulaiman bahkan Ratu Balqis juga dapat ditundukkan hatinya oleh Raja Sulaiman, dengan terkagum-kagum ketika dilihatnya singgasana kepunyaannya ada di istina Sulaiman. Karena sebelum ratu Balqis datang ke istana Sulaiman, singgasananya telah dibawa ke istana Sulaiman, hal tersebut pembaca dapat simak lanjutan surat Al-Naml yaitu ayat: 38, 39, 40, 41, 42. (menghemat ruang tidak dikutipkan dalam artikel ini) Itu semua berawal dari suatu informasi yang didapat oleh burung Hud-Hud dengan secara “illegal” menguntit kerajaan Saba. Kenapa “illegal” sebab burung Hud-Hud pergi melaksanakan misinya tanpa sepengetahuan sang Raja. Buktinya karena ketidak hadirannya dalam majelis, Raja Sulaiman sempat mengancam bila tidak memberikan alasan yang jelas akan disembelih. Juga pantaskah, berkompetenkah seekor burung memberikan laporan berwujud laporan tentang kondisi suatu negeri lain ke “M.K” -.”S”. Sebab seekor burung tugasnya agaknya memberikan hiburan dengan kicauan. Namun legalitas laporan ini agaknya tidak dipersoalkan. Karena laporan Hud-Hud inilah, M.K.S. (Majelis Kerajaan Sulaiman) bersidang dan diantaranya suatu putusan yang terkenal; sayembara memindahkan singgasana Ratu Balqis (dikisahkan di ayat2 surat An-Naml tsb di atas), sementara sebelumnya dikirim surat dengan kurir burung Hud-Hud sendiri berisikan ajakan untuk menyembah Tuhan. Kalau begitu dapat difahamkan bahwa biarpun informasi diperoleh secara illegal dan dilaporkan oleh orang yang tak berkompeten, kalau informasi tersebut bermanfaat dan ujungnya dapat ditelusuri kebenarannya, maka sangat berguna untuk kejayaan kerajaan dan bangsa. Jadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pembesar negara tidak boleh mengabaikan masukkan sekecil apapun dari rakyatnya, kendatipun rakyat yang memberi informasi, rakyat yang mengeritik adalah rakyat jelata yang tak berstatus apapun. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari kisah ini, diantaranya bahwa Nabi Sulaiman yang diberikan banyak kelebihan dari Allah itu ternyata tidak semuanya tau, tidak semuanya bisa. Buktinya Sulaiman tidak tau kalau ada suatu negeri yang dipimpin Ratu Balqis. Buktinya Raja Sulaiman tak sanggup memindahkan singgasana ratu Balqis kalau tidak dibantu seorang pihak lain. Dst-dstnya. Disisi lain Ratu Balqis dalam menyikapi seruan Nabi Sulaiman, keputusannya diambil setelah melalui persidangan dengan pertimbangan para pembesar negeri Saba. قَالَتْ يٰٓأَيُّهَا الْمَلَؤُا أَفْتُونِى فِىٓ أَمْرِى مَا كُنْتُ قَاطِعَةً أَمْرًا حَتّٰى تَشْهَدُونِ "Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Berilah aku pertimbangan dalam perkaraku (ini). Aku tidak pernah memutuskan suatu perkara sebelum kamu hadir dalam majelis(ku)."" (An-Naml Ayat 32) Kembali mengenai keahlian dari burung Hud-hud, Allah SWT kemudian telah memberikannya sebuah kelebihan berupa penglihatan yang tajam, sehingga kemudian ia bisa terbang dalam kegelapan di bumi demi mencari sumber air. Kisah ini juga dimulai dari penjelasan Sayyidina Ibnu Abbas tentang kemampuan burung Hud-hud. Ia kemudian menjelaskan: “Bahwa burung Hud-hud sangat mahir dalam mencari air serta ditugaskan khusus secara langsung oleh Nabi Sulaiman saat ia berada di padang pasir. Dengan kemampuannya, Hud-hud kemudian dapat melihat sumber air di dalam tanah seperti manusia yang dapat melihat sesuatu di permukaan tanah. Hud-hud juga akan mampu melihat seberapa jauh dan seberapa dalam sumber air di dalam tanah itu. Ketika Hud-hud sedang menunjukkan letak sumber air, Nabi Sulaiman ‘alaihissalam juga memerintahkan jin untuk kemudian menggali tempat itu sampai kepada air keluar dari dasar bumi” (Imam Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’an al-‘Adhîm, Riyadh: Dar Thayyibah, 1999, juz 6, h. 184).” Demikianlah bahwa, semoga kita semua menyadari bahwa yang maha tau segalanya hanyalah Allah, sedangkan pengetahuan yang dimiliki setiap orang, setiap makhluk adalah terbatas. Masing2 individu dan hewan diberikan Allah kelebihan tetapi dengan batas tertentu. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم Jakarta, 29 Jumadil Awal 1445 H. 12 Desember 2023.

Wednesday 6 December 2023

SANJUNGLAH DIRI tanpa buka AIB PESAING

Susunan: M. Syarif Arbi No. 1.207.12.23. Pemilu 5 tahun sekali, saat tulisan ini kususun para kontestan pemilu, yaitu orang2 yang ikutan berpartai, kini sedang sibuk mempropagandakan partainya. Para caleg, para calon pemimpin, CAPRES dan CAWAPRES sibuk mempromosikan dirinya agar dapat menghimpun suara yang cukup. Bagus dicontoh promosi jamu, dipropagandakan bahwa jamunya begitu berkhasiat, menyembuhkan seribu satu macam penyakit, tetapi tidak sama sekali menjelekkan jamu merk lain. Memang ada iklan jamu yang berslogan “orang pintar” minum jamu tersebut. Tetapi pengiklan produk tersebut sama sekali tidak menyebut bahwa orang yang tak minum jamunya adalah orang bloon. Sebagai manusia adalah wajar punya kelebihan dan punya kekurangan. Kalau boleh dikatakan setiap orang “setidaknya punya sedikit kelebihan dari orang lain”, tetapi yakinlah “sangat banyak kekurangan dari orang lain”. Apalagi kalau berbicara soal “aib”, setiap orang punya rahasia pribadi berupa “aib” kadang sedikit ada diketahui kawan maupun lawan. Didalam kesempatan bersaing antar kontestan dalam rangka memperebutkan suara rakyat, tak jarang terjadi aib saingan dibuka. Sebagai manusia tak kan suka kalau rahasia pribadi berupa aib yang ditutupinya, diketahui orang, dibukakan orang. Rahasia pribadi itu meliputi semua keadaan, termasuk keburukan yang tidak tampak oleh orang lain. Dalam pada itu mana pula ada manusia yang tak punya sisi jelek atau aib atau kekurangan. Sadar bahwa tiap diri punya aib tak mau terbuka, ditutup rapat agar ndak ada orang yang tau. Di agama Islam setiap kali shalat ber do'a ketika duduk di antara 2 sujud, dari 8 butir do'a, butir ke tiga do'a tsb: "WAJJBURNI" (artinya: "cukupkanlah segala kekurangan ku") dalam hal ini termasuk minta ditutupi segala kekurangan dalam pengertian kejelekan, perbuatan tak baik pernah kita lakukan merupakan aib kita. Mungkin diantara kita ada yang jika aib kita terbuka, orang tak akan lagi menghargai. Selanjutnya akan merasa tidak berarti di hadapan masyarakat. Berujung orang yang tadinya yakin akan kejujuran kita, niscaya beralih pilihan. Mungkin ada diantara kontestan yang aibnya sudah diketahui secara gamblang oleh masyarakat dari yang intelek sampai yang awam, sehingga dengan tidak dibukakan oleh orang lainpun aibnya sudah diketahui umum. Berbicara soal AIB, bukan saja aib diri yang harus ditutup rapat, tetapi aib teman, aib orang lain wajib kita tutupi setidaknya jangan malah membukakan, mengumbar aib orang lain. Makanya dalam kesempatan persaingan memperebutkan hati rakyat di era pemilu ini, hendaklah para kontestan tidak membuka aib pesaingnya. Biarkanlah rakyat yang menilai, karena kalau aib yang sudah diketahui umum, tak lagi perlu diumbarkan, rakyat sudah tau semua. Rasulullah ﷺ pernah bersabda perihal aib: مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ Siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat (HR. Muslperlu lagi diim no. 2580) Adapun aib diri sendiri secara tegas dilarang membukanya seperti hadits Muttafakun alaih dari Abu Hurairah r.a. setiap ummatku dimaafkan, kecuali orang-orang yang al Mujaahiriin. Pengertian MUJAAHIRIIN adalah pamer dan bangga melakukan maksiat dan perbuatan dosa yang dilakukan tak diketahui orang tetapi diceritakan kepada orang lain. Diantara kedzaliman dan kebodohan manusia terhadap dirinya sendiri adalah ia membuka aibnya padahal sebelumnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menutupnya. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. كُلُّ أُمَّتِيْ مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهِرِةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِالْلَيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَهَ اللهُ فَيَقُوْلُ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وُيُصْبِحُ يَكْشِفُ سَتَرَ اللهُ عَنْهُ “Setiap ummatku akan mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla kecuali al Mujaahiriin yaitu semisal ada seorang laki-laki yang mengerjakan sebuah perbuatan pada malam hari kemudian ia menjumpai waktu subuh dan Allah telah menutupi aibnya. Lalu laki-laki tersebut mengatakan, “Wahai Fulan, aku telah mengerjakan sebuah perbuatan buruk/jelek ini dan itu”. “Maka itulah orang yang malamnya Allah telah menutup aibnya lalu ia membuka aibnya sendiri di waktu subuh. Jelaslah sdh ajaran agama, bahwa AIB diri sendiri dan AIB orang lain WAJIB ditutupi. Kalau membuka AIB orang (misalnyapun itu benar) saja dilarang, apalagi membuat berita tak benar tentang AIB orang, tentu sangat2 dilarang dan jelas itu bukan tuntunan agama. Persoalannya bagaimana menetralkan aib pesaing bila pesaing ketika berkampanye menampakkan ketidak pahamannya akan sesutu, salah menyebut sesuatu yang justru misalnya berlawanan arti. Adalah bijak, menutupi aib pesaing tersebut, misalnya mengatakan “mungkin yang dimaksudnya adalah (berikan kata yang sebenarnya), tetapi dia slip of the tongue” Harapan kita agar para kontestan pemilu ini saling dapat menutupi aib pesaingnya, karena yakinlah bahwa kemenangan yang diperoleh dengan tidak jujur, di dunia ini akan tidak mujur, diakhirat nanti akan lebih hancur. Semoga Allah mengampuni segala dosa kita baik yang sengaja maupun tidak disengaja. Semoga sahabat yang mengetahui aib kita turut menutupi aib kita dan semoga kita tidak termasuk orang MUJAAHIRIIN. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم Jakarta, 24 Jumadil Awal 1445 H. 7 Desember 2023.

Saturday 25 November 2023

JUKLAK pengabdian

Dirangkum: M. Syarif Arbi No. 1.205.11.23. Tak seorangpun tau sejak kapan dirinya hidup di dunia, kalau lah tidak diberitahukan Ortu mereka. Dijamin anak balita tak nyadari kapan dia dilahirkan. Beruntung di era sekolah mulai jadi kebutuhan, tanggal lahir seseorang tercatat baik, bahkan ada akta kelahiran. Jaman kelahiranku tujuh puluhan tahun lebih yang lalu, lahir belum wajib ada akta kelahiran. Sehingga waktu diriku mulai kerja di institusi formal diperlukan akta kelahiran, sibuklah Ortu ku di kampung nguruskan ke kelurahan sampai ke kecamatan, keluarlah “keterangan kelahiran”, syukurnya dapat dipergunakan. Banyak pula orang yang tak tau persis sebetulnya untuk apa dirinya hidup di dunia ini. Bagi ummat Islam, Allah memberitahukan dalam Al-Qur'an surat 51 = Adz-Dzariyat ayat 56: وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". Tidak hanya sampai memberitahukan untuk apa kita hidup yaitu untuk mengabdi kepada Allah, tapi Allah juga sekaligus memberikan “Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK)” bagaimana cara manusia mengabdi kepada-Nya, yakni dengan 3 (tiga) besaran langkah yaitu: 1. Utamakan kehidupan akhirat, tetapi tidak mengabaikan kehidupan dunia. 2. Senantiasa berbaut kebaikan. 3. Jangan membuat kerusakan dimuka bumi. JUKLAK PERTAMA, "وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ......." Mengutamakan kebahagiaan kehidupan akhirat. Langkah ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akhirat. Tetapi "..... وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا...…" tidak mengabaikan kehidupan dunia. Sebab amal akhirat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh banyak amalan akhirat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi. Contoh shalat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin, bukanlah semata-mata sebagai amal akhirat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah dan Rasul-Nya, secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Al-Qur'an surat 29 = Al-Ankabut ayat 45: وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ".........dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar......." Dengan demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini. Begitu juga dengan infak dan shadaqah, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akhirat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan. JUKLAK KEDUA, "ahsin" yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ "......dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,....." Bila seseorang mengamalkan langkah ini dalam dirinya, niscaya ia akan selalu berbuat kebaikan. Berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari. Orang beriman yakin betul bahwa tak ada satu katapun yang terucap menguap hilang begitu saja. مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. 50 = Qaf ayat 18). Tak ada satu gerakpun yang luput dari catatan, rekaman video Allah melalui malaikat: اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَا لِ قَعِيْدٌ "(lngatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." (QS. 50 = Qaf ayat 17). Maka orang beriman akan selalu tampil dalam kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu berguna bagi orang banyak walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi. JUKLAK KETIGA, adalah "walaa tabghil fasada fil ardh "(....... وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ.......)" yaitu Langkah untuk tidak berbuat kerusakan. "...........dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi........." Bila JUKLAK ketiga ini dijalankan dengan istiqamah/konsisten, seseorang akan lebih melengkapi JUKLAK yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. Perbuatan merusak termasuklah melanggar hukum yang ditentukan agama dan melanggar peraturan yang disepakati dalam masyarakat. Tidak malu melakukan sesuatu diluar kepatutan, menerabas norma2 yang berlaku, demi memenuhi nafsu kesuksesan pribadi, keluarga atau golongan. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya, sudah putusnya “urat malu” sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akhirat kelak. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: أَيَحْسَبُ الْإِنْسٰنُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى "Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?" (QS. Al-Qiyamah ayat 36) ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Ar-Rum ayat 41. Tiga JUKLAK dari Allah tentang bagaimana cara pengabdian kepada Allah dikutip di atas secara utuhnya tersusun jelas pada firman Allah di surat 28 = Al-Qasas ayat 77: وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖوَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." Semoga kita semua senantiasa memahami untuk apa kita ini hidup, kemudian sanggup mencapai tujuan hidup yang hakiki serta dapat melaksanakan langkah2 pengabdian kepada Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم Jakarta, 13 Jumadil Awal 1445 H. 26 November 2023.

Sunday 19 November 2023

Sayang Anak

Disunting: M. Syarif Arbi No: 1.203.11.23. Sampai sekitar tahun 90 an bila naik kereta antar kota kelas ekonomi, setiap berhenti si suatu stasiun, bernaikanlah penjaja aneka dagangan asongan, mulai dari rokok, makanan dan mainan. Menarik slogan kampanye penjual mainan anak2 "sayang anak-sayang anak" di-ulang2 dari gerbong ke gerbong, sambil memainkan mainan display, yang dijajakannya sampai akhirnya turun di pemberhentian stasiun berikutnya. Slogan kampanye dipilih penjanja mainan itu, agaknya mereka tau betul bahwa naluri manusia sayang akan anak mereka. Perwujudan Sayang Anak. Pemilik kerajaan bisnis, sayang anak, diwujudkan dengan mewariskan bisnisnya untuk dikelola anaknya. Untuk itu sejak dini anaknya dididik, diarahkan untuk piawai di bidang bisnis yang akan diwariskan. Begitu pula profesi lainnya, seperti dokter, pengacara, dlsbnya. Walau tidak semua anak bersedia meneruskan profesi ortu mereka. Sohib akrabku, kami sama2 sebagai wartawan sekitar th 1970 an, saya alih profesi ke perbankan 1973, sohibku itu terus sebagai wartawan, sekarang jadi wartawan terkenal, tayang di TV setiap pekan. Ketika bertemu beberapa tahun lalu, dikantornya, kami sempat cerita masalah keluarga, sohibku ini katakan: "anakku satupun ndak ada yg mau jadi wartawan". Saya jawab: "anakku pun begitu juga, ndak ada meneruskan profesiku" Kenyataan memang demikian adanya, tidaklah selalu kalau ayah atau ibunya atlit renang, anaknya juga akan otomatis pandai berenang bila tidak melalui proses latihan. Tanpa belajar berenang, di ceburkan ke kolom renang, si anak di jamin kelelep, walau ortu mereka pemegang medali emas renang. Demikian juga meskipun Bapaknya sukses jadi pemimpin, belum tentu anaknya otomatis akan sukses jadi pemimpin, bila tidak melalui proses pembelajaran, pelatihan intensif dan pengalaman yang panjang. Adalah wajar sebagai manusia sayang kepada anak2 keturunan, karena Allah berfirman: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَا فُوْا عَلَيْهِمْ Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya...............(An Nisa ayat 9) Tapi wujud sayang kepada anak, hendaklah tidak mentang2, tidak menghalalkan segala cara, tidak seharusnya menerabas kepatutan yang berlaku umum, demi mendudukkan anak sebagai pengganti diri. Tetapi sayang anak harus tetap dalam koridor taqwa kepada Allah dengan cara yang benar seperti lanjutan awal ayat 9 An Nisa awalnya dikutip di atas: فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا "Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." Bahwa Allah memang perintahkan kita menyayangi anak2 kita agar tidak meninggalkan mereka lemah dalam segala hal, namun perwujudan sayang tersebut tetap dalam ketaqwaan dan kebenaran. Semoga anak2 keturunan kita sukses sepeninggal kita, menjadi hamba2 Allah yang taqwa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 7 Jumadil awal 1445 H. 20 November 2023.

Friday 3 November 2023

MANFAAT akal SEHAT

Dirangkai: M. Syarif Arbi. No. 1.200.11.23. Akal merupakan perangkat abstrak, out put nya saja yang nampak, wujud akal itu sendiri tak kelihatan. Hasil produk akal inilah agaknya merupakan indikator menentukan sehat/tidak sehatnya akal. Out put atau produk akal dapat didengar, dapat dilihat, dapat dirasakan. Akal ada yang sehat dan ada pula yang tak sehat. Nah, ...... bagaimana ngukurnya sehat ndak sehatnya akal kita. Boleh jadi orang yang berakal "ndak sehat" menilai orang yang berakal "sehat" lah yang akalnya ndak sehat. Hal yang sama dapat terjadi sebaliknya. Seorang remaja putri berwajah bening, berjalan santai di trotoar menyepak-nyepak botol minuman plastik kosong, berbicara sendiri, lengkap dengan gerak-gerik tangan, sesekali senyum dan tertawa renyah. Gadis ini patut diduga akalnya tak sehat. Saya katakan patut diduga, karena sekarang ini orang yang ngomong sendiri belum tentu tak sehat akal, mungkin sedang bicara pakai HP. Akal TIDAK SEHAT mungkin saja dimiliki oleh individu yang sehat rohani dan sehat jasmani. Dapat dipantau dari out put peri laku, tutur kata, sikap perbuatan ybs. Bila orang yang “tidak berakal sehat” itu hanya individu/seseorang bukan penentu seperti kepala keluarga, bukan penentu kebijakan umum, maka dampaknya tidak begitu terasa. Namun bila yang “tidak berakal sehat” itu adalah kepala keluarga, maka seluruh keluarga akan merasakannya. Apalagi orang yang “tidak berakal sehat” itu adalah pemutus ketentuan, penentu kebijakan dalam masyarakat, maka dampaknya akan dirasakan sangat luas. Melalui pendekatan kebenaran religi, mungkin dapat dijadikan referensi kata2 dalam Al-Qur'an; أُولُوا الْأَلْبٰبِ Terjemahan bebasnya "akal sehat". Bila di kutip diantaranya dari sekian banyak kata2 tersebut dalam Al-Qur'an dapat dipahami bahwa orang yang berakal sehat adalah: 1. Orang yang TAQWA, sebab orang taqwa akan tercermin semua out put akalnya merupakan kebaikan. 2. Orang berakal sehat, dapat mengambil pelajaran dari ayat2 Allah baik yang tersurat di kitab suci, maupun yang tersirat di alam semesta ini. Sebagian dari ayat2 Al-Qur'an sebagai rujukan sbb: Al-Baqarah 197. وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى ۚ وَاتَّقُونِ يٰٓأُولِى الْأَلْبٰبِ "Dan bertaqwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!" Al-Baqarah 269 وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ "Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat." Az-Zumar 9 إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الْأَلْبٰبِ "Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." Menggunakan akal sehat, manusia akan memperoleh setidaknya 3 (tiga) manfaat yaitu: PERTAMA; menggunakan akal sehat manusia memahami ayat Al-Qur’an, tentang kejadian/keadaan alam berupa ayat2 kauniyah, sebagaimana firman-Allah: إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ وَٱلْفُلْكِ ٱلَّتِى تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ ٱلنَّاسَ وَمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مِن مَّآءٍ فَأَحْيَا بِهِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ ٱلرِّيَٰحِ وَٱلسَّحَابِ ٱلْمُسَخَّرِ بَيْنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pekisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Al-Baqarah: 164). Juga dapat mengambil pelajaran dari kejadian2 alam yang kita alami sendiri, seperti yang baru saja terjadi tahun 2019 s/d 2021 yang baru lalu yaitu Covid 19, dimana seluruh manusia di bumi ini hampir tidak ada yang mengetahui dari mana asalnya, kemudian setelah covid hilang, tak seorangpun tau kemana perginya. Bagi yang berakal sehat semakin kuat imannya percaya akan kekuasaan Allah. KEDUA; dengan akal sehat manusia dapat membuka cakrawala dan pengetahuan dari ayat2 kauliah yang diungkapkan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an. Kini bagi kita orang awam dapat merujuk kepada penggunaan akal sehat oleh para ulama yang dibentangkannya dalam buku2 tulisan2 mereka menafsirkan ayat2 kauliah. Misalnya Mengambil Hikmah dan Pelajaran dari suatu kejadian yang terdapat dalam Al-Qur’an. Seperti mengambil pelajaran dari para penghuni neraka, sebagaimana firman-Nya: وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ “Dan mereka berkata: “Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Q.S al-Mulk: 10) KETIGA, untuk Menjaga Diri dan Mencegah dari Perbuatan Tercela. Seperti menjaga diri dari sesuatu yang haram , sebagaimana firman-Nya : قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۖ وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ۖ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ۖ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” (Al-An’am: 151). Terakhir ini, bangsa kita sedang diuji penggunaan akal sehat, baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat maupun sebagai bangsa, atas beberapa kejadian yang tengah tersaji apakah para cerdik pandai di negeri ini masih mampu menggunakan akal sehat mereka. Semoga Allah senantiasa memberi petujuk untuk kita semua agar selalu dapat menggunakan akal sehat dalam segala hal. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 19 Rabiul Akhir 1445H 3 November 2023

Monday 30 October 2023

PEMBUKTIAN IMAN Dirangkum: M. Syarif Arbi. No. 1.199.10.23. Jibril bertanya kepada Rasulullah: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيمَانِ “Kabarkanlah kepadaku, apa itu iman?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ “Engkau beriman kepada (1) Allah, (2) malaikat-Nya, (3) kitab-kitabNya, (4) para Rasul-Nya, (5) hari akhir, dan beriman kepada (6) takdir, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.” (HR. Muslim no. 8). Hadits itu sebagai acuan bahwa seseorang beriman apabila: 1. Beriman kepada Allah. 2. Beriman kepada Malaikat. 3. Beriman kepada kitab Allah. 4. Beriman kepada Rasul2 Allah. 5. Beriman kepada hari akhir. 6. Beriman kepada takdir Allah. Mengacu indikator iman di atas, jika seseorang telah meyakini 6 perkara tsb dianya sudah termasuk orang yang beriman. Walau orang itu tidak melaksanakan ibadah. Ekstrimnya jikapun orang itu melanggar larangan2 agama. Akan tetapi bila salah satu saja pondasi iman ini tak ada di dalam keyakinan seseorang maka termasuklah dia orang tak beriman. Beriman dan beragama dengan baik, adalah dua hal yang berbeda. Seseorang baru dapat dikelompokkan beragama dengan baik dan benar tidak hanya cukup beriman saja, tetapi juga harus dilengkapi lagi dengan 5 (lima) “I” yaitu: Ibadah, ilmu, ikhlas, istiqamah dan Ihsan. IBADAH: Iman tanpa ibadah adalah bagaikan berjanji yang diingkari. Pada hakekatnya dengan beriman kepada 6 butir pondasi iman tersebut, diri telah mengikat janji melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya Janji tersebut harus dengan sungguh2 ditepati, perhatikan ayat 27 surat Al-Baqarah: ………………….الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مِيثٰقِهِۦ"   "  أُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُون “Yaitu orang2 yang melanggar penjanjian Allah setelah (Perjanjian) itu di teguhkan…………. mereka itulah orang2 yang merugi” Dengan pernyataan “Iman”, berarti diri berjanji bersedia menjalankan apapun perintah yang termaktub dalam kitab Allah sekaligus menjauhi segala larangan2 termuat dalam kitab Allah tersebut. Ibadah merupakan persiapan untuk menyongsong hari akhir yang telah diimani. Ibadah juga merupakan pengarah diri agar menerima takdir apapun yang diberikan Allah untuk diri, keberuntungan menyenangkan ataupun kerugian yang semestinya tak dihendaki. ILMU: Ibadah tanpa ilmu bagaikan berlayar dilautan tanpa pedoman, atau bepergian ke suatu tempat tidak ada peta petunjuk jalan. Sebab dengan ilmulah dapat dilaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Allah memberi petunjuk: وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ  ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (Al-Isra' ayat 36) Juga didukung dengan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain disebutkan, مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim). IKHLAS: Ikhlas adalah inti ibadah, seberapa banyakpun ibadah dilakukan tanpa keikhlasan akan tidak bernilai maksimal dan dapat saja akan sia2. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُونَ "Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya)." (Ghafir; surat 40 ayat 14). Sejalan dengan hadits: عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : اِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ اِلىَ اَجْسَامِكُمْ وَلاَ اِلىَ صُوَرِكُمْ وَ لٰكِنْ يَنْظُرُ اِلىَ قُلُوْبِكُمْ. مسلم Dari Abu Hurairah RA, ia berkata Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan hatimu.” (HR Muslim) ISTIQAMAH. Ibadah yang dilaksanakan dengan ilmu diiringi tulus ikhlas, walaupun setiap kali beribadah hanya sedikit2, tidak berlebihan, akan bernilai tinggi bila dilaksanakan terus menerus. ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR Muslim) IHSAN. Seseorang yang tekun beribadah, dengan didasari ilmu, diikuti keikhlasan, secara konsisten atau istiqamah, akan terdorong melakukan perbuatan2 baik (Ihsan). Dari lidahnya akan keluar kata2 yang baik, tidak menyinggung perasaan pihak lain, penuh hikmah. Dari hartanya bermanfaat untuk kemaslahatan umat manusia. Tingkah lakunya tidak tercela. Semoga kita semua dalam membuktikan keimanan kita bermuara dapat melakukan perbuatan2 baik, sehingga mewujudkan masyarakat yang aman tentram. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 16 Rabiul Akhir 1445H 31 Oktober 2023

Tuesday 24 October 2023

GAWANG ber PAWANG

Disusun: M.Syarif Arbi. No. 1.197.10.23 Kemajuan teknologi juga kini telah dirasakan di dunia persepak bolaan. Hampir setiap hari dapat ditonton di layar kaca pertandingan sepak bola di seluruh dunia, langsung atau siaran tunda. Belakangan diperkenalkan teknologi VAR (Video Assistant Referees). VAR memungkinkan untuk dapat memastikan hal2 seperti terjadinya gool, pelanggaran di daerah penalty, sehingga fair play lebih terjamin. Teringat masih kecil dulu ketika di kampung tahun 1960 an, teknologi persepak bolaan betul2 masih terkebelakang dibanding sekarang. Dalam rangka memeriahkan HUT kemerdekaan ke 15 misalnya, kala itu kesebelasan bertanding “antar kecamatan” belum pakai sepatu, apalagi “shin guard” pelindung tulang kering, belum dikenal waktu itu. Bola yang digunakan didalamnya masih menggunakan “bladar” (seperti ban dalam, pada ban kendaraan) diluarnya ada kulit, terdapat lobang memasukkan bladar. Setelah “bladar” dimasukkan ke dalam kulit bola, dipompa sesuai keperluan barulah si kulit bola di ikat dengan benang yang telah disediakan di salah satu sisi kulit bola. Wajar bila bola, sepak bola waktu itu tidak bundar2 benar seperti sekarang. Seingatku, kesebelasan sepak bola “tarkam” (antar kampung) ketika ku masih kecil, selain mengandalkan kekuatan phisik dan “skill” pada zamannya, juga masing2 kontingen dilengkapi pula dengan “pawang”. Adu pawang ini cukup seru, bagi kesebelasan yang pawangnya hebat, maka merekalah yang akan jadi juara. Kepiawaan pawang, konon; dapat mengalihkan hembusan angin menuju ke arah kesebelasan lawan, maklum waktu itu lapangan sepak bola terbuka, bebas menerima hembusan angin. Jangan harap ada pertandingan malam hari, sebab tidak tersedia lampu seperti sekarang. Dari dulu, kesebelasan yang bertanding bertukar gawang, di babak kedua. Babak pertama undian menentukan pilihan gawang dan pilihan kick off. Disinilah peran si “pawang”, konon; selain soal ngatur arah tiupan angin, bagi pawang yang canggih, konon dapat pula ngatur elastisitas tiang dan mistar gawang. Bagi kesebelasan yang dipawanginya; giliran strikernya menendang ke gawang lawan, misalnya menendang agak keatas, maka mistar gawang akan elastis naik ke atas mengikuti arah bola, sehingga masuk. Giliran strikernya menendang, tendangannya menyamping maka tiang gawang melebar sehingga bola pun masuk gawang. Sebaliknya bila kesebelasan lawan menendang bola ke arah gawang yang dipawanginya maka mistar gawang bisa merendah, tiang gawang bisa menciut. Konon salah satu ritual yang mereka lakukan, sebelum pertandingan dimulai sang pawang menanam bungkusan kecil di dekat tiang gawang lawan dan tiang gawang kesebelasan yang dipawanginya. Ketika babak kedua, bungkusan kecil tersebut harus di ambil, dipertukarkan. Dengan adanya teknologi TV dan VAR tentu ini tak dapat dilakukan bakal secara jelas terlihat terekam dapat di zoom. Ketentuan baku berlaku internasional dalam persepakbolaan; tinggi gawang 2,44 meter, lebar gawang 7,32 meter. Kebanyakan balok tiang dan mistar gawang sekarang berbentuk tabung dengan deamiter 12cm. Sampai saat ini pun sering kita tonton bola terkena tiang gawang, terkena mistar gawang, bola melenceng kesamping gawang, bola beberapa senti di atas mistar gawang. Tentu sekarang bukan karena bantuan pawang, tetapi lebih kepada faktor keberuntungan. Si pawang alias dukun (setara dengan tenaga ahli) melalui kemampuan supra naturalnya, konon; mampu mengubah luas lapangan, tinggi dan lebar gawang, sesuka hatinya demi meng goal kan bola yang di sepak oleh striker dari kesebelasan yang dipawanginya. Dengan kemampuan istimewanya itu, peraturan yang berlaku umum didunia persepakbolaan dapat diubah oleh sang pawang sesuai dengan kehendaknya, lapangan dapat diperkecilnya, tinggi dan lebar tiang gawang, dapat diciutkan, direndahkannya demi bola yang ditendang lawan kesebelasannya tidak bersarang ke gawang kesebelasan yang dipawanginya. Kemampuan supra natural seperti sihir ini bukan mustahil, memang pernah diturunkan Allah dibumi ini “ilmu sihir” , melalui 2 malaikat yaitu Harut dan Marut. “…………………………..يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحْرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَـٰرُوتَ وَمَـٰرُوت ……………….” “…………. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut,…………...” (Al-Baqarah ayat 102) Agaknya dengan kemajuan teknologi ini, dengan adanya TV dengan adanya VAR, para penyihirpun di dunia persepakbolaan harus memodifikasi teknik syarat sihirnya, karena kalau menanam sesuatu di dekat tiang gawang seperti dikisahkan di atas akan dapat dengan mudah terlihat. Tentu akan di larang. Demikian juga bilamana ada pawang2 yang mengatur dalam meng goal kan pihak2 yang di pawanginya untuk memuluskan keberhasilan mencapai tujuan2 tertentu, di era teknologi canggih, di jaman sudah banyak para pakar dan ahli di berbagai bidang, seperti sekarang ini, nampaknya akan lebih vulgar terasa, sehingga tak urung akan mendapat kecaman dan komentar miring. Semoga di bidang apapun kita berprofessi, tetap dapat melaksanakan fair play, sebab apapun yang kita lakukan akan dipertanggung jawabkan bukan saja di dunia tetapi sampai ke akhirat, فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ  "Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Az-Zalzalah ayat 7) وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ "Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Az-Zalzalah ayat 8) ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالمِيّنْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 24 Oktober 2023 9 Rabiul Akhir 1445 H.

Thursday 19 October 2023

Rasa MALU

Disusun: M.Syarif Arbi. No. 1.196.10.23 Ketika kontrol kesehatan telinga di suatu Rumah Sehat di Jakarta ku dapat no antrian "OL-9", baru dipanggil " OL-5". Sambil menunggu 4 antrian pasien lagi, seorang ibu muda kuliat membawa botol kosong air minum kemasan. Sejurus kemudian ibu tadi duduk di kursi di dekatku membawa botol tadi terisi kurang dari separo. Setelah duduk diapun mereguk air tsb. Seorang pasien lain (ibu muda juga) agaknya mereka sudah kenal lama duduk di deretan depan, bergumam: "botolnya kok ndak dipenuhkan sekalian". Ibu yang bawa botol itu spontan menjawab "Malulah". Rupanya alasan malu bagi itu ibu: Pertama; botolnya diisi dengan air dari dispenser milik “Rumah S” secara gratis. Kedua; Hati kecilnya berkata, ini air disediakan untuk orang banyak, kalau dia penuhkan botolnya, kesempatan orang lain jadi berkurang. Ketiga; kalaulah diisi penuh, botol minuman isi 600 cc itu belum tentu habis terminum olehnya, ujung2nya ditinggal botol yang masih ada airnya di kursi “Rumah Sehat”, atau masuk tong sampah, kan mubadzir. Surat Al-Isra ayat 27: إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَـٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًۭا Sesungguhnya mubadzir itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. Rasa malu, akan membuat orang berakhlak mulia, makanya perihal “Rasa Malu” Rasulullah SAW bersabda: َاْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ. “Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.” Shahîh: HR.al-Bukhâri dalam al-Adâbul Mufrad (no. 598) Bagi manusia yang rasa malunya sudah hilang, akan tega melakukan perbuatan tidak adil, perbuatan curang, pokoknya perbuatan memalukan, asalkan menguntungkan diri. Orang yang sudah kehilangan rasa malu, kalau diberi wewenang untuk membagi perolehan hasil misalnya, tak segan2 dia mengambil untuknya lebih banyak dari teman2nya yang berbagi. Bila punya kesempatan memutus sesuatu ketentuan, bagi orang yang sudah kehilangan "rasa malu", tak sungkan membuat keputusan yang berpihak menguntungkan pihak tertentu, menguntungkan keluarga, menguntungkan golongannya, akan mencari-cari pembenaran apa yang diputuskannya walaupun rasa keadilan yang berlaku umum dalam masyarakat tidak menerimanya. Pernah kutulis bahwa ada empat sebab manusia itu menjadi mudah tergelincir ke perbuatan kemungkaran, diikuti pula dengan empat perisai kemungkaran pada artikel No, 1.189.09.23 tgl 24 September 2023 dibawah judul: “Penyebab & Perisai Kemungkaran”. Empat perisai kemungkaran tsb. guna membantu mengingatnya ku istilahkan saja “4 A” yaitu: Pertama; “Akal”, berbeda dengan makhluk hewan misalnya, manusia sanggup untuk membedakan sebagain besar yang baik dengan yang tidak baik, dengan menggunakan “akal”. Walau tidak semua kebenaran, buruk dan baik dapat ditimbang dengan “akal”, oleh karena itu maka manusia dilengkapi pula dengan perisai “Ad-Din” atau agama, untuk mengukur kebenaran. (Al-Baqarah ayat 147) ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”. Kedua; “Ad-Din”, yaitu manusia sejatinya sejak diturunkan ke dunia ini sudah dibekali dengan agama. Hanya saja dengan berjalannya waktu telah terjadi perubahan/penyimpangan, sehingga kepercayaan agama manusia berubah dari “agama bekal” ketika nenek moyang manusia (Adam dan Hawa) turun ke dunia yaitu agama tauhid. Semua agama menyuruh berlaku adil, berbuat baik, melarang berbuat keji dan mungkar serta permusuhan: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ  ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (An-Nahl ayat 90). Ketiga; “Amal baik”, sejalan dengan potensi yang dimiliki manusia untuk berbuat baik dan berbuat mungkar merupakan kelemahan manusia, tetapi juga merupakan kekuatan manusia, sehingga dengan kemampuan ber amal baik, akan menjadi perisai bagi manusia terjerumus terlalu dalam kelembah kenistaan dan kemungkaran. Keempat; Al- Haya’, atau Rasa atau sifat “Malu”, manusia sejak terlahir sudah memiliki sifat malu. Melalui sifat malu manusia terhalang untuk berbuat curang. Di ruang terbatas ini dibicarakan perisai yang ke empat, yaitu “Malu”, terkait dengan mengomentari ibu2 mengisi botol air minum kemasan kosong dengan air disediakan “Rumah Sehat” pada dispenser. Contoh kecil dikemukakan di atas, andaikan juga dimiliki orang2 yang berwenang, para pemimpin, para pembuat keputusan, alangkah indah dan aman tentramnya kehidupan di dunia ini. Semoga seluruh pembaca, seluruh pemimpin bangsa kita, seluruh pembuat keputusan yang menyangkut kehidupan orang banyak, masih memiliki “Rasa Malu”. ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالمِيّنْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 19 Oktober 2023 4 Rabiul Akhir 1445 H.

Saturday 14 October 2023

Matching

Oleh: M. Syarif Arbi. No. 1.195.10.23. Seorang karyawan ngedumel usai ngantongi uang rapel jasa produksi: "paling istriku beli tas lagi". Lanjutnya: "yg namanya tas pak, ndak cukup satu rak lemari pakaian, cocoknya dibuat satu lemari khusus TAS JINJING". Tas Jinjing yaitu tas yang selalu menyertai bila ibu2, kaum perempuan; ke pertemuan, arisan, kondangan, pergi ke tempat kerja, juga ke pengajian. Termasuk travelling. Kolektor tas jinjing, memilih tas jinjing yang dibawanya dipatut dari gaun yang dikenakan, sepatu bahkan kadang lipstik dan asesoris lengan dan asesoris telinga. Cukup repot, pematutan mungkin harus dirancang beberapa waktu sebelum berangkat. Karena gonta ganti tas, bukan mustahil ada identitas, kartu2 yang lupa terbawa. Begitulah hobby mungkin juga mode bagi pihak yang agak berkecukupan. Sepertinya hobby dan mode yang demikian ini tak ada yang salah, sah2 saja, dia tidak merugikan orang lain. Bahkan di satu sisi menggerakkan perekonomian, memperlaris penjualan tas. Tas, pakaian, asesoris diri, sangat rentan dengan trend mode. Dulu ada musim celana cutbray. Soal tas, jadinya ingat waktu SMA dulu (sebelum tahun 1970), kepala sekolah kami ke sekolah tasnya pakai "tas Ganefo", top zaman itu, tas berupa anyaman plastik. Kini kalaupun itu masih ada, mungkin sudah malu membawa "tas Ganefo" ke kantor. Akan bermasalah jika penampilan "si matching" dengan tas, gaun, asesoris bermaksud pamer, berbangga bahwa dianya punya banyak tas jinjing, tas selalu serasi. Lebih bermasalah lagi bila "si matching", mencela orang lain yg lantaran tak punya banyak tas, tampil di aneka kesempatan tas jinjingnya itu2 saja. "Bu itu tasnya itu melulu". Jangan sampai kaum ibu dan kaum bapak termasuk kelompok orang ber-megah2 seperti diingatkan Allah; (QS. At-Takatsur ayat 1 dan 8). اَلْهٰٮكُمُ التَّكَا ثُرُ ۙ "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu," ثُمَّ لَـتُسْئَـلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ "kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)." Juga jangan sampai perilaku menyediakan barang2 keperluan menjurus kepada mubadzir/pemborosan. Sebab mubadzir/pemborosan adalah اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَا نُوْۤا اِخْوَا نَ الشَّيٰطِيْنِ ۗ وَكَا نَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya."(QS. Al-Isra' ayat 27) Semoga kita semua tidak termasuk orang yang suka ber-megah2 dan melakukan perbuatan mubadzir. ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالمِيّنْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 14 Oktober 2023 29 Rabiul Awal 1445 H.

Monday 9 October 2023

RISIKO dihari TUA

Disusun: M. Syarif Arbi. No. 1.194.10. 23. Manusia normal pasti takut terhadap risiko. Naluri manusia sadar maupun tidak sadar tetap berupaya menghindari risiko. Kendati semua orang paham bahwa ada risiko yang tidak dapat dihindari, semua orang pasti akan temui seperti menjadi tua jika dipanjangkan umur. Dapat dirinci risiko yang ditakutkan oleh manusia umumnya ada dua besaran yaitu "Risiko Fundamental" dan "Risiko Statis". Resiko fundamental. Adalah risiko yang tidak disengaja, misalnya kebakaran, pencurian, penggelapan, bencana alam. Untuk menghindari risiko ini manusia secara naluri berusaha melakukan pengamanan sebelum risiko itu datang, dengan berhati-hati, waspada dan melakukan persiapan penanggulangan terhadap risiko itu. Jika risiko datang juga, apaboleh buat, selanjutnya menyikapi pasca risiko. Risiko fundamental banyak orang atau perusahaan yang mengalihkannya kepada pihak maskapai asuransi, sebelum risiko terjadi, dengan membayar premi. Keterbatasan ruang tulis, risiko fundamental ini tidak diurai lebih lanjut. Risiko statis. Risiko yang tidak ada hubungan dengan perkembangan ekonomi dan IPTEK misalnya: Risiko hari tua Risiko Kematian. Dikesempatan ini hanya dimuat tentang “risiko hari tua”. Sedang “risiko kematian”, insya Allah akan dimuat di kesempatan lain. Upaya mengatasi risiko hari tua, manusia menyiapkan diri dengan menghimpun harta, selagi muda atau berusaha dapat bekerja disuatu institusi yang memberikan jaminan masa tua (pensiun). Tidak sama keberuntungan setiap orang mengalami risiko hari tua. Yang sama adalah masing-masing berupaya menyiapkan diri. Ada orang yang bernasib baik, harta dihimpunnya di masa muda dapat dinikmati di masa tua, bahkan tak habis sampai akhirnya ia meninggal. Tidak sedikit orang berharta dimasa muda, salah mengelola hartanya tidak dapat dinikmatinya lagi di masa tua. Ada juga lansia beruntung, keturunannya berbakti kepada orang tuanya. Dalam pada itu ada orang yang kurang beruntung, tak berhasil menghimpun harta di masa muda untuk masa tua dan jikapun punya anak keturunan, kurang dapat pula berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Berbicara masalah harta dan anak2, diarahkan Allah menyikapinya: يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَـٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ “Wahai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun 11) Terdapat empat butir kata dari ayat di atas; “Harta”, “anak2mu”. “Lalai mengingat Allah” dan “Merugi”. Jikalau harta, membuat awak lalai terahadap Allah, akan terjadi untuk mendapatkan harta, tidak memperhatikan halal dan haram. Padahal harta yang diperoleh dengan jalan haram tidak membawa keberkatan, itulah sebabnya sudah ludes kadang sebelum hari tua. Ujungnya adalah rugi. Anak2, bila ortunya melalaikan Allah maka akan terjadi salah asuh, diberikan makanan minuman yang tidak halal, berdampak akhlaknya akan rusak kelak menjadi anak yang tidak berbakti kepada ortu mereka, sehingga anak2 mendatangkan kerugian. Jika anak2 keturunan kita yang menjadi tumpuan harapan mengayomi di masa tua, menjelma jadi anak durhaka maka jadilah seperti disebutkan Al-Qur’an “anak2 menjadi musuh” يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَا جِكُمْ وَاَ وْلَا دِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَا حْذَرُوْهُمْ ۚ وَاِ نْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ "Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (At-Taghabun ayat 14) Demikian penting makanan yang halal berdampak buat akhlak anak2 keturunan kita, pada gilirannya hari tua kita tidak beruntung. Oleh karena itu Allah memberitahukan kepada manusia: يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 168). Langkah2 syaitan itulah yang membuat manusia melalaikan Allah, mencari harta dengan jalan bathil, memakan makanan dan minuman yang haram, menafkahi anak2 – istri dengan harta yang tidak halal, berakibat merugi baik di dunia apalagi di akhirat nanti. Semoga kita semua dari muda sampai tua, selalu terkondisi dapat mencari rezeki dengan cara yang halal, makan minum yang halal dan menjauhi yang haram, agar masa tua nanti tidak mengalami “risiko merugi”, untuk itu mari kita amalkan doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam: اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَأَغْنِ نِ ي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ “Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالمِيّنْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 10 Oktober 2023 26 Rabiul Awal 1445 H.

Friday 6 October 2023

CURIGA kodrat MANUSIA.

Disusun: M. Syarif Arbi. No. 1.193.10. 23 Manusia di dalam menjalani hidup ini tidak akan luput dari kecenderungan yang tiga, yaitu: Pertama; Prasangka atau Curiga, kedua; Takut Risiko dan ketiga; Ingin Untung. Keterbatasan ruang tulis, di artikel ini dilihat lebih dulu satu dari tiga kecendrungan tersebut yaitu “prasangka atau curiga” Sejak bayi manusia sudah mempunyai pembawaan berprasangka atau curiga dengan konotasi pihak lain diluar dirinya harus disikapi dengan hati-hati, karena si bayi khawatir akan dapat mencelakakan dirinya. Begitu terlahir bayi akan menangis, karena merasakan sesuatu yang asing dari yang dirasakannya selama di dalam kandungan ibunya. Selanjutnya menangis dijadikan sarana baginya untuk menolong dirinya untuk beberapa keperluan, buat menyatakan lapar dan haus, menyatakan kondisi sekeliling tubuhnya kurang enak. Perkenalan pertama terhadap manusia adalah orang-orang yang ada disekelilingnya, semula orang tersebut diduga akan membahayakan; ternyata tidak, karena dari orang yang dekat dengan dirinya diperoleh minuman dan makanan serta memberikan kesegaran tubuh seperti memandikan, mengganti pakaian setelah mandi atau setelah pipis atau habis BAB dan lain-lain keperluan. Bila disuatu keadaan ada orang lain yang belum dikenalnya mencoba mendekatinya, maka prasangka buruk atau kecurigaan akan timbul bagi si bayi, ia tidak langsung bersedia digendong, ia akan menangis sebagai ungkapan keraguannya untuk memberitahukan kepada orang yang biasanya ia kenal. Bahwa ada yang tidak ia suka karena akan mengancamnya. Pembawaan manusia ini terbawa sepanjang hidupnya. Kadar prasangka atau curiga, tinggi rendahnya tergantung pengalaman yang dialami individu yang bersangkutan. Orang yang hidupnya di kota besar, prasangka negatif lebih tinggi dibanding orang yang tinggal di pedesaan. Rumah orang di kota besar, pintunya senantiasa tertutup dan bahkan berkunci siang malam, dilengkapi pula dengan pagar tinggi pintu pagar berkunci di atas pagar ada kawat berduri. Tidak ketinggalan ada system alarm dan CCTV. Sedang rumah orang di desa, kadang tidak ditutup di siang hari, tidak ada pagar tinggi dengan pengamanan kawat berduri dan alarm apalagi CCTV. Jikapun ada pagar, kadang sekedar pembatas halaman dengan jalan dan tetangga kiri kanan dan belakang rumah. Di kota bila ada tamu yang ingin berkunjung, sebelumnya konfirmasi dulu, sedang di desa tamu datang langsung dapat ke rumah. Di Kota jika ada seseorang diluar pagar menekan bel rumah, isi rumah tidak langsung membukakan pagar, karena penuh curiga. Bukan berarti orang di desa sama sekali meninggalkan kecenderungan manusia berprasangka atau curiga, hanya kadarnya lebih kecil dari orang kota. Penyebabnya adalah di kota penduduk lebih banyak sehingga tidak mudah saling kenal mengenal. Manusia yang berhimpun dalam masyarakat, juga punya kecenderungan kecurigaan. Kadar kecurigaan banyak ditentukan oleh kedewasaan berfikir, pengalaman2 yang telah dilalui, nuansa keyakinan, juga tak kecil perannya budaya dan etnis. Menjelang PEMILU, kecendrungan kecurigaan para pemilih kota dan pemilih di pedesaan, umumnya sama yaitu dihadapkan ke satu pertanyaan utama “Siapakah yang mampu menghadirkan kesejahteraan rakyat”. Ketika semua calon menjanjikan bahwa dianya mampu mensejahterakan rakyat dengan serentetan janji2, maka pemilihpun akan menentukan kepada siapa yang kurang kecurigaannya akan ingkar janji. Siapakah yang janjinya realistis dapat dipenuhinya. Banyak curiga atau banyak prasangka (كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ) adalah sesuatu yang tidak diperkenankan dalam kaidah agama (Islam). Kalau begitu sebenarnya boleh2 saja curiga (karena sudah kodrat manusia) tetapi jangan berlebihan, karena kalau banyak prasangka atau curiga diantara sekian banyak itu sebagiannya adalah merupakan dosa. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ  ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا  ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ  ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ  ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." (Al-Hujurat ayat 12). Guna menghindari “banyak curiga atau banyak prasangka” Allah pun mengajarkan agar check and recheck ( فَتَبَيَّنُوٓا ). Supaya tidak terjadi salah mengambil keputusan, seperti tersirat pada surat Al-Hujurat juga yaitu ayat 6: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌ ۢبِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًۢا بِجَهٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِينَ "Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu." Kembali ke soal berita2 janji2 PEMILU guna mengurangi risiko salah menentukan pilihan, dengan menggunakan dua ayat yang kita jadikan referensi di atas maka: 1) Adalah wajar jika sebagai pemilih kita berprasangka, atau curia atas janji2 kampanye. Namun agama mengajarkan curiga tidak membabi buta atau berlebihan, karena bila berlebihan diantaranya adalah dosa. 2) Setiap janji2 tersebut haruslah di check and recheck apakah realistis, demikian juga informasi baik yang positif atau negatif dialamatkan ke seorang calon pemimpin, hendaklah di “فَتَبَيَّنُوٓا " ni akan kebenarannya. Untuk lebih realistis ketika menentukan pilihan ada baiknya kelebihan dan kekurangan atau plus minus setiap calon pemimpin dari data kualitatif di usahakan dirubah menjadi data kuantitatif sehingga didapatkan suatu nominal angka. Setelah didapat data berupa angka, jumlahkan, ambil yang lebih tinggi, dimana terpilih yang paling sedikit mudharatnya. Perlu diingat bahwa tidaklah ada manusia yang sempurna. Data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif dimaksud misalnya antara lain berupa: “integritas”, “kapasitas”, “kapabilitas”, “kompetensi”, “Emotional stability”, “rekam jejak”, “amanah”, “fathonah”, “kejujuran” dan “gagasan yang realistis” dll. Tentunya tidak memasukkan unsur “Suku”, “agama” dan “etnis”, serta “gender”. Masing2 calon diberi angka tentang integritas, kapastitas, ……….. dan seterusnya dengan angka misalnya setiap item tertinggi “10” terendah “0”. Selanjutnya akan ditemukan jumlah angka tertinggi, insya Allah “dialah” merupakan pilihan anda yang terbaik dari pilihan yang tersedia dengan plus minusnya sebagai manusia. Demikian semoga pada PEMILU yang akan datang berjalan dengan “JURDIL” diikuti transparan, dimana para pemilih dapat menggunakan haknya dengan aman dan damai, menghasilkan pemimpin yang benar2 berkualitas dapat membawa bangsa ini menuju masyarakat adil dalam kemakmuran dan keamanan, makmur dalam keamanan dan keadilan, dibawah naungan Allah penuh ampunan. “Baldatun thayyibatun warabbun ghafur” ( بَلْدَةٌۭ طَيِّبَةٌۭ وَرَبٌّ غَفُورُ ) آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 22 Rabiul Awal 1445 H. 6 Oktober 2023.

Wednesday 27 September 2023

Keberhasilan di Akhirat

Oleh : M. Syarif Arbi. Keberhasilan, kesuksesan, keunggulan dunia telah ditulis artikel lalu (N0:1.190.09.23). Pada pokoknya keunggulan, keberhasilan di dunia dapat diraih tak jarang dengan "tujuan menghalalkan cara". Beda dengan "keunggulan, keberhasilan di Akhirat". Adapun keberhasilan di akhirat ditentukan oleh ibadah langsung kepada Allah dan amal kebaikan sesama manusia. Ibadah dan amal kebaikan itu, harus dilakukan melalui proses, prosedur serta cara yang benar. Walaupun sudah dilaksanakan dengan cara yang benar, hasilnya nanti mutlak wewenang Allah (diterima atau ditolak), dimana manusia tidak persis mengetahuinya. Akan tetapi oleh Alah, manusia diberikan acuan tata cara meliputi syarat dan kondisi agar suatu ibadah tercatat sebagai amal kebaikan untuk kebahagiaan akhirat nanti. Syarat dan kondisi tersebut terbagi dalam dua besaran yaitu; acuan “lahir” dan nuansa “bathin”. Acuan lahir berupa; “teknis pelaksanaan”, “waktu pelaksanaan” dan “tempat pelaksanaan”. Nuansa bathin adalah: , “Iman”, “Niat” dan “Ikhlas”. Acuan lahir “teknis pelaksanaan” Tunduk, mengacu pada contoh Rasulullah. melaksanakan suatu ibadah haruslah seperti yang pernah dicontohkan Rasulullah. Salah satu hadits dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ “Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”(HR.Bukhari/Muslim No.20/1218). Acuan lahir; “waktu pelaksanaan”: 1. Shalat ditentukan waktu2 tertentu, tidak sah kalau belum masuk waktu, kecuali shalat jamak/qashar, disebabkan keadaan tertentu. Shalat Jum'at ya dilaksanakan hari Jum'at. Bahkan ada waktu2 yang dilarang shalat, kecuali sebab tertentu. 2. Shaum wajib, waktunya siang hari bulan Ramadhan, bahkan ada hari2 yang dilarang shaum. 3. Zakat mal, bila terpenuhi haul dan nisab. Zakat fitrah sejak awal puluhan ketiga bulan Ramadhan selambatnya di ujung bulan Ramadhan batas sampai sebelum shalat Idul fitri. 4. Haji ditentukan pada tanggal tertentu bulan Dzulhijjah. Acuan lahir; “tempat pelaksanaan” 1. Tempat shalat wajib, bagi laki2 diutamakan berjamaah di masjid. Ada pula tempat2 yang dilarang shalat. 2. Tempat menyalurkan zakat ditentukan siapa yang berhak. 3. Tempat berhaji hanya satu, yaitu di kota Makkah, bahkan sampai detil: lokasi miqat dimana, tawaf dimana, wukuf dimana, mabid di mana, melempar jumrah dimana, sa'ie dimana. Semua tempat2 telah ditentukan. Kata kunci acuan “lahir” beramal ialah harus ada ilmunya. Nuansa bathin; “Iman”. Beribadah kepada Allah dan berbuat baik sesama manusia, haruslah dilandasi oleh iman bahwa apapun yang dikerjakan, hanya karena iman kepada Allah demi melaksanakan perintah agama, bukan karena mengharapkan apresiasi dari manusia. وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَّا كَانُوا يَعْمَلُون ………………..” “…………..Sekiranya mereka menyekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan." (Al-An'am ayat 88). Nuansa bathin; “Niat” Setiap amalan sangat tergantung pada niat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى “Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim) Nuansa bathin; “Ikhlas” “……….. وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّين ………….” “…...Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap sholat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. …...” (Al-A'raf ayat 29). Kunci ibadah adalah keikhlasan, tanpa keikhlasan ibadah akan sia-sia. Supaya lebih mantab guna memperbanyak bekal untuk akhirat hendaklah semua ibadah; setelah memenuhi syarat dan kondisi di atas di tambah lagi dengan beribadah “terus-menerus”, (bahasa agamanya “Istiqamah”), walaupun setiap kali beribadah tidak banyak. Sehubungan dengan pentingnya beramal dengan 4 (empat “i”) yaitu: “iman”, “ilmu”, dan “ikhlas” serta “Istiqamah”. Agar dalam beribadah tidak melenceng dari keikhlasan kepada Allah, mari kita berdo’a: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ “Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 12 Rabiul Awal 1445 H. 28 September 2023. (1.191.09.23).

Monday 25 September 2023

Ke UNGGUL an Versi DUNIA

Oleh: M.Syarif Arbi. Unggul merupakan tujuan setiap suatu kompetisi tidak terkecuali ketika sekolah dulu. Di sekolah, ukuran unggul ditentukan ujian. Tingkat SLA sampai S.1., umumnya setiap ujian (UTS-UAS) masih bermuatan kemampuan menghafal setiap materi pelajaran, kemudian kemampuan menyerap ilmu yang diperoleh dibuktikan dari jawaban ujian. Pada musim ujian ada istilah "posisi menentukan prestasi". Lokasi duduk ketika ujian, misalnya berdekatan dengan teman yang pintar; dapat tanya atau nyontek. Lokasi duduk jauh dari pengawas; dimungkinkan "ngerpek". Hasil tentu diharapkan jadi baik, bernilai B+ atau bahkan A. Bila menggunakan trik “ngerpek” ini terkelompok perbuatan curang. Di dunia olahraga pun agaknya demikian juga, walau di-dengung2kan “sportif”, tetap saja sering terlihat adanya permainan curang, kadang masing2 pihak yang bertanding berusaha berlaku curang, yang penting menang. Tak jarang kecurangan2 itu dimuluskan oleh wasit yang memimpin pertandingan. Sebentar lagi bangsa ini akan menjalani pesta demokrasi, harapan kita semua, semoga dapat berjalan dengan jujur dan adil dan tidak ada kecurangan. Dalam hal keunggulan disekolahan demi menjamin agar hasil lulusan berkualitas, kemampuan pengawas ujian sangat menentukan. Tentu saja kemampuan untuk mengeliminir kecurangan tersebut didukung oleh pengalaman pengawas ujian dan juga system serta kondisi ruang ujian. Dalam kompetisi olahraga, peran wasit cukup besar pengaruhnya. Dalam hal pesta demokrasi nanti sangat besar perannya adalah penyelenggara pemilu sebagai wasit, para peserta sebagai kontestan, serta seluruh rakyat ikut berpartisipasi. Kembali ke UTS – UAS di dunia sekolahan, mungkin anda tidak termasuk pernah menjalani proses "prestasi tergantung lokasi" di atas. Tapi anda barangkali pernah menyaksikan teman seangkatan anda. Ada teman yang nulis kerpe'an di paha. Ada teman buat kerpe'an gulungan kertas diselipkan di pinggang supaya mudah mencabutnya. Suatu institusi sekolah sebelum ujian pengawas umumkan "siapa yang mau kencing silahkan, ditunggu. Kalau ada peserta keluar ruangan sesudah ujian dimulai, dianggap selesai". Teman yang satu ini kebelet kencing, langsung acung telunjuk selanjutnya ke toilet. Begitu ujian pun mulai, pas jawaban sebagian ada di kerpe'an. Dicari di sekeliling pinggang tu gulungan menghilang. Rupanya jatuh di toilet ketika kencing tadi. Jadinya ini teman tolah toleh. Teman group belajar yang tau rencana kerpe’an, dengan bahasa bibir: "maenkan kerpe'annya". Dijawab dengan isyarat tangan terbuka menuju lantai diikuti telunjuk diacungkan kedepan tunduk kebawah, maksudnya "Kerpe'an jatuh di toilet ketika kencing”. Setelah tamat sekolah, peristiwa itu jadi kenangan indah selama sekolah. Kini usai sekolah jadi bahan candaan pengakrab persahatan diketemuan alumni. Di arena sepak bola: "diving" di kotak penalty, wasit kebetulan ndak tau itu "diving", lalu nunjuk titik putih dan gool............... menang. ...... Konon di piala dunia pernah terjadi "gool pakai tangan". Begitulah dunia: kadang yang penting hasil, tak perduli proses atau cara. Ada yang mengistilahkan keberhasilan dengan proses yang tak benar itu dengan istilah: "tujuan menghalalkan cara". Di dunia tujuan menghalalkan cara ini banyak terjadi, dalam kancah apapun.......... silahkan pembaca meng-analog-kan dengan peristiwa lain, apa saja, selain yang diungkap sedikit di atas. Mungkin pernah terjadi, sedang terjadi dan/atau akan terjadi lagi. Padahal Allah dan Rasul-Nya me-wanti2 agar orang beriman berlaku adil: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ  ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ عَلٰىٓ أَلَّا تَعْدِلُوا  ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوٰى  ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ  ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُونَ "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (Al-Ma'idah ayat 8). مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ Siapa yang diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, maka Allah mengharamkan surga untuknya (HR. Muslim no. 142) Beda dengan parameter "keunggulan, keberhasilan versi Akhirat". Keberhasilan akhirat harus ditentukan oleh proses atau cara yang benar. Sedangkan keunggulan di dunia kadang tak terlalu peduli proses atau cara yang benar. Keunggulan akhirat mutlak wewenang Allah yang menentukan. Sebab biarpun sudah dilaksanakan dengan proses yang benar, diterimanya suatu ibadah adalah hak Allah. Namun demikian, diberikan acuan tata cara agar keberhasilan suatu ibadah untuk akhirat, yaitu: Pertama; mengacu kepada ketentuan Allah dan Rasul-Nya, kedua; tunduk kepada waktu pelaksanaan ibadah, ketiga; tunduk kepada tempat dimana melaksanakan ibadah. Terbatasnya ruang baca anda, keunggulan akhirat tidak di bahas pada artikel ini, insya Allah akan disusun dikesempatan mendatang. Semoga Allah menjadikan keadilan dan kejujuran menjadi prinsip hidup bagi semua kita terutama para pihak yang memimpin bangsa ini. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 10 Rabiul Awal 1445 H. 26 September 2023. (1.190.09.23).

Sunday 24 September 2023

PENYEBAB & PERISAI KEMUNGKARAN

Disusun : M. Syarif Arbi Kecenderungan manusia untuk melakukan kemungkaran adalah disebabkan oleh empat hal: Pertama; manusia diciptakan lemah, kedua; hati manusia terdapat dua kutub, ketiga; setan diijinkan Allah senantiasa menggoda manusia, keempat; Allah sengaja menguji manusia. Dalam pada itu Allah pun melengkapi manusia dengan empat perisai menangkal kemungkaran: Pertama; Akal, kedua; Agama, ketiga; Rasa malu dan ke empat; Beramal shaleh. PENYEBAB KEMUNGKARAN: Pertama; Manusia diciptakan lemah: وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا “dan manusia diciptakan (bersifat) lemah." (An-Nisa' ayat 28). Kedua; Hati manusia terdapat dua kutub: Diilhamkan Allah dalam qalbu manusia dengan dua kecenderungan keinginan yaitu “jalan kejahatan” dan “jalan ketaqwaan”: فَأَلْهَمَهَا فُجُو رَهَا وَتَقْوٰىهَا "maka Allah mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya," (Asy-Syams ayat 8). Kebanyakan manusia tergelincir ke jalan kejahatan lantaran dipengaruhi oleh setan, bilamana manusia telah tergelincir melakukan kemungkaran setanpun berkata: قَالَ إِنِّى بَرِىٓ ءٌ مِّنْكَ إِنِّىٓ أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعٰلَمِين ……………….” “……………….ia berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam”. (Al-Hasyr ayat 16). Ketiga; Setan diijinkan Allah menggoda manusia: Ketika Iblis diputuskan Allah diusir dari surga, Iblis mengajukan permintaan untuk menggoda manusia: قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ "(Iblis) menjawab, "Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya," (Shad, ayat 82) permintaan iblis itu dikabulkan Allah: قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ "(Allah) berfirman, "Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan," (Shad, ayat 80) Konkrit teknik penjerumusan manusia yang dimohon Iblis kepada Allah yaitu: ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُمْ مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمٰنِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ  ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شٰكِرِينَ "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."" (Al-A'raf ayat 17). Keempat; Allah sengaja menguji manusia: karena manusia mesti diuji, agar Allah dapat memilah siapakah yang benar imannya: أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوٓا أَنْ يَقُولُوٓا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" (Al-'Ankabut ayat 2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ  ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِينَ "Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta."(Al-'Ankabut ayat 3). PERISAI KEMUNGKARAN. Pertama; Akal. Dengan akal, manusia dapat membedakan yang baik dan yang buruk. يُؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَآءُ  ۚ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرًا  ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ "Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat." (Al-Baqarah ayat 269) Kedua; Agama, merupakan perisai kemungkaran yang sangat canggih, walaupun misalnya dengan perisai “akal” masih sulit menentukan yang hak dan yang bathil. Menggunakan agama dengan jelas dituntunkan yang mana yang baik yang mana yang buruk, yang mana yang mungkar yang mana yang merupakan kezaliman. الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ  ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ "Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu." (Al-Baqarah ayat 147). Ketiga; Rasa Malu, dimiliki semua manusia, tergantung sensitifitas individu masing2 menggunakan rasa malu itu untuk membatasi diri dari berbuat kemungkaran, atau kezaliman. Terbukti pencuri, koruptor, pelaku mesum, akan sembunyi2 melakukan aktivitasnya, berusaha agar tidak diketahui orang agar tidak memalukan diri dan keluarga. الْـحَيَاءُ مِنَ الإيْمَـانِ “Malu sebagian dari keimanan”.HR Bukhari, Muslim, dll). Malu terbagi menjadi tiga macam, yaitu: Malu Kepada Allah SWT: Orang yang mempunya rasa malu kepada Allah SWT, maka akan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah SAW bersabda: "Malulah kalian kepada Allah dengan sungguh-sungguh rasa malu, yaitu dengan menjaga kepala dan isinya; perut dan makanannya; meninggalkan kesenangan dunia; dan mengingat mati." Malu Kepada Manusia: Orang yang malu kepada manusia maka akan menjaga pandangannya dan tidak memiliki keberanian melakukan dosa di hadapan orang lain. Malu Kepada Diri Sendiri: Ketika orang memiliki rasa malu kepada dirinya sendiri, maka ia tidak akan sanggup melakukan perbuatan dosa walaupun sedang sendirian. Keempat; Amal shaleh berupa ibadah kepada Allah dan berbuat kebaikan sesama manusia. Ibadah kepada Allah mencegah kemungkaran seperti tersurat pada Al-Ankabut ayat 45: ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَـٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Amal shaleh berupa berbuat baik kepada sasama: مَنْ عَمِلَ صٰلِحًا مِّنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيٰوةً طَيِّبَةً  ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ "Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl ayat 97) Demikian besar karunia Allah kepada manusia, diberitahukan “penyebab terjadi kemungkaran, diikuti dengan perisai menghindari kemungkaran itu. Semoga kita semua terhindar setidaknya berkurang diri kita dari terjerembab dalam kemungkaran, selanjutnya disisa usia ini sanggup beribadah sebanyak mungkin dan berbuat semaksimal mungkin kebaikan kepada sesama. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن Jakarta, 9 Rabiul Awal 1445 H. 24 September 2023. (1.189.09.23).