Tuesday 22 March 2016

KASIH INDUK




Induk kucing, dengan langkah pasti menyusuri bendul/ban got sambil menggigit sepotong makanan di mulutnya. Agaknya makanan itu jeroan ikan yang dibuang suatu rumah yang pagi itu akan menggulai ikan. Rupanya si Induk ingin membawa oleh-oleh buat anaknya yang sedang main di taman disisi suatu jalan.
Serta merta kedua anak kucing menyongsong induknya dan mereka bertemu di atas bendul/ban got dekat taman. Kedua anak merebut potongan makanan di mulut induknya, tak sabaran rupanya mereka. Karena kurang hati-hati, ketika induk melonggarkan gigitannya, si anak-anak belum sempat mantap menyambar potongan makanan itu, yang terjadi makanan jatuh dan langsung masuk got. Ketiga mahluk ini hanya saling pandang dan sesekali mengeluarkan lidahnya disilangkan lewat moncongnya, mungkin mereka sambil menelan ludah.
Tidak ada ekspresi wajah si induk marah kepada anak-anaknya. Juga tak ada penyesalan nampak di wajah anak-anak kucing itu. Nampaknya mereka saling pasrah “sudahlah belum rezeki” mungkin begitu pikir mereka.
Yang menarik dari peristiwa ini adalah:
1.     Begitu kasih sayang si induk kepada anaknya, walau mereka juga sudah diberi ASI tetapi makanan ekstra yang didapat tidak dilahap sendiri oleh si Induk.
2.     Begitu mereka pasrah dengan keadaan, tidak menyesali, kalau memang bukan rezeki, walau sudah dalam mulut, kalau bukan rezeki mau bilang apa. Sudahlah, mungkin lain kali dapat lagi.
3.     Si induk tak marah kepada anak-anaknya dan sebaliknya kedua anaknyapun tak menyalahkan induknya. Mungkin di bangsa kucing tidak biasa saling salah menyalahkan dan juga tidak ada budaya mencari kambing hitam.
Kalau kita perhatikan peri laku hewan terhadap anak yang masih dalam pengampuannya, begitu kasih sayang yang antara lain ditunjukkan dengan membawa makanan yang di dapat, belum lagi perlindungan buat anak mereka bila ada gangguan dari luar. Seekor induk Ayam akan begitu galak bila sedang mengiringkan anak-anak mereka, demikian juga Anjing demikian ganas bila sedang mempunyai anak-anak yang masih diayominya, dia siap tempur, bahkan siap mati untuk membela anak mereka.
Bedanya dengan manusia, ada aturan nasab setelah sama-sama dewasa nanti. Kita mengenal, ayah/ibu, nenek/kakek martua, ipar dan biras semuanya tersusun dalam tatanan masyarakat. Sementara hewan tidak, setelah anak-anak mereka menjadi Kucing dewasa, Anjing dewasa atau Ayam dewasa, mereka bagaikan tak ada aturan main seperti manusia. Itulah sebabnya para ustadz sering katakan bahwa manusia diciptakan sebaik-baik mahluk, lebih mulia dari mahluk lainnya. Tetapi bagi manusia yang tidak menjalankan perintah Allah dan tak menjauhi larangan Allah, maka akan turun derajatnya lebih buruk dari hewan. Sebab belum pernah ada kucing jantan kawin dengan kucing jantan dan kucing betina bercumbu dengan kucing betina. Belum pernah terdengar ada seekor kucing mati dibunuh kucing lainnya. Tetapi manusia bahkan ada seorang anak yang tega membunuh ortunya, seeorang ibu membunuh anaknya.
Bagi orang yang suka merenungkan fenomena alam  ini, dianya tak berhenti sampai disitu, tidak berhenti bahwa semuanya itu sudah berjalan sesuai kehendak alam, sudah naluri dari hewan-hewan tersebut. Akan tetapi menyadari bahwa bagaimana si induk kasih sayang kepada anaknya semuanya itu digerakkan oleh Sang Maha Pencipta alam ini. Kapan perlindungan itu mulai dihentikan, semuanya itu tentu dengan maksud agar mahluk hidup ini berkembang biak, berkelanjutan agar terjaga ekosistem jagad raya ini.