Wednesday 2 May 2018

Sibuk AIB orang, lupa AIB sendiri

"Gajah diseberang lautan tampak, Tungau dipelupuk mata ndak keliatan". Pribahasa, maksudnya aib orang terliat sementara aib sendiri tdk terliat.
Bukan ndak ada lho tabiat orang yg suka benar mencari aib orang, kmdn mengomentari, menyiarkannya ke orang lain. Semakin banyak orang yg tau ttg aib orang yg dibukakannya itu semakin puas hatinya.
Tabiat ini menyibukkan ybs. dlm tinjauan agama mrpk tabiat tidak terpuji condong dimurkai Allah. Karena seharusnya sedapat mungkin kita nenutupi aib orang lain seperti pesan hadist berikut:
وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

( “Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi))
Pembaca yg budiman dan beriman; sesungguhnya bila aib kita sendiri terbuka; maka orang lain, masyarakat, anak-anak dan istri serta kerabat dekat kita tak akan menaruh hormat lagi kpd kita. Sbg manusia mesti punya aib, mesti pernah berbuat salah. O.k.i. setiap shalat di duduk di antara dua sujud kita lirihkan do'a 8 butir, salah satunya "wajburni" (mhn ditutupi kekurangan (aib)).
Kembali ke jawaban Ibrahim bin Adam kpd penanya di pasar Bashrah Irak 13 an abad lalu ttg faktor penyebab do'a tak dikabulkan Allah, diantara 10 perkara, 7 sdh di tulis sblm ini, kini yg ke 8 yaitu "SIBUK MENCARI AIB ORANG SDGKAN AIB SENDIRI TIDAK DIPERHATIKAN"
Kalau demikian pantas instrospeksi diri, bila do'a tdk terkabul jangan-jabgan awak punya hoby teliti aib orang, ber tabiat "penggosip", sementara diri dirasa tak ber aib, sehingga hati menjadi mati, do'a dari hati yg mati tak terkabul mnrt Ibrahim bin Adam.
Dmk 8 dari 10 perkara membuat hati mati versi Ibrahim Adham, mungkin pantas dijadikan referensi membenahi diri dlm upaya miningkatkan iman dan taqwa. 2 lagi faktor membuat hati mati y.i. ttg rezeki dan ngantar janzah ke kubur, insha Allah bertemu di tulisan mendatang.
Smg pembaca yg beriman dan budiman tdk tergolong "peneliti aib orang dan penggosip", malah sll tafakur merenungkan mhn diampuni Allah atas aib diri sendiri sehingga dpt mengamalkan perintah Allah:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 12)
Barakallahu fikum. Waslm. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment