Friday 31 March 2023

Mem-PUASA-kan HATI

Dari ENAM puasa yang pernah ku kemukakan, LIMA telah kutulis beruntun selama Ramdhan 1444 H ini yaitu mempuasakan: Mata, Telinga, Lidah, Anggota Tubuh, dan Perut. Giliran sekarang yang ke enam “Mem-Puasa-kan Hati” Pada diri setiap manusia, tertanam beragam nafsu. Ada nafsu amarah, nafsu lawwamah yaitu nafsu-nafsu yang seringkali mengajak kita ke hal-hal negatif. Melampiaskan kemarahan, emosi, atau berkeluh kesah, senantiasa menyesali apa yang menimpa dirinya. Selain dua nafsu itu, dalam diri manusia juga ada nafsu muthmainah, nafsu yang selalu mengajak kita kepada hal-hal kebajikan, hal-hal yang positif. Nafsu2 sersebut adalah hasil produk hati manusia, yang memang oleh Allah kepada hati yang mempengaruhi nafsu, diberikan dua potensi yaitu: “condong kepada keinginan berbuat postif” dan “kenederungan berbuat negarif”. فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوٰىهَا "Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya," (Asy-Syams ayat 8) Mempuasakan hati pada hakikatnya agar nafsu yang mengajak kepada keburukan, kepada hal-hal yang negatif itu, bisa dikendalikan dengan cara kita menahan diri; tidak sekedar menahan keinginan perut, tetapi juga menahan tidak bergunjing. tidak membicarakan keburukan orang lain, tidak berbohong, dan hal-hal lain yang oleh ajaran agama harus dihindari. Maka masing-masing kita, ketika mulai berniat puasa, kita juga harus melibatkan pikiran, membulatkan tekad untuk dapat mempuasakan hati agar potensi negatif dari hati tidak muncul kepermukaan. Mengendalikan emosi tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Sehingga, nafsu yang kita miliki nafsu yang muthmainah, yang mengajak kepada kebaikan. Di dalam kehidupan ini, sehubungan dengan ayat 8 surat Asy-Syams di atas manusia dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar: PERTAMA, orang yang sepenuhnya dikuasai oleh hawa nafsunya dan tidak dapat melawannya sama sekali. Dengan begitu, ia sungguh telah memper-Tuhan-kan hawa nafsunya seperti dimaksud ayat ini: أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ ''Maka, pernahkah kamu melihat orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.'' (Al-Jatsiyah: 23). KEDUA, orang yang senantiasa dalam pertarungan melawan hawa nafsu. Pada suatu kali ia menang dan pada kali yang lain ia kalah. Kalau maut menjemputnya dalam pertarungan ini pas dalam keadaan dia menang melawan nafsu yang jahat, maka ia tergolong mati yang baik. Jika maut datang disaat yang bersangkutan kalah melawan hawa nafsu yang jahat, jadilah yang bersangkutan merugi. Oleh karena itu sambil berjuang melawan hawa nafsu yang jahat, baik juga setiap selesai shalat kita ber do’a untuk minta pertolongan Allah dalam mengendalikan Hawa Nafsu: اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَن زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا “Ya Allah, Anugerahilah nafsu dan jiwa kami ketakwaannya, sucikanlah dan bersihkanlah ia (nafsu dan jiwa kami) karena Engkaulah yang terbaik membersihkan dan menyucikan jiwa. Engkau yang mengusai jiwa dan mampu memperbaiki jiwa kami (menuju kehadirat-Mu) KETIGA, orang yang sepenuhnya dapat menguasai dan mengendalikan hawa nafsunya. Inilah orang yang mendapat rahmat Allah, sehingga terjaga dan terpelihara dari dosa-dosa dan maksiat. Dalam perjuangan melawan hawa nafsu, manusia dituntut ekstra hati-hati dan waspada secara terus-menerus, supaya ia jangan tertipu. Banyak orang merasa telah bekerja dan berjuang untuk agama, nusa, dan bangsa, padahal sesungguhnya ia bekerja hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan untuk memuaskan egonya. Kita berharap jangan sampai apa yang difirmankan Allah dalam surat Al-Kahfi 103 dan 104, justru melekat pada diri kita. قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمٰلًا "Katakanlah (Muhammad), "Apakah perlu Kami beri tahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?"" (ayat 103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا "(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya." (ayat 104). Untuk menghindari kekhawatiran kalau; kita telah merasa berbuat baik, padahal ternyata di “mata Allah” perbuatan kita adalah sia2 maka berpegang teguhlah dengan firman Allah dan hadist Nabi Muhammad dibawah ini: وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًا مُّبِينًا “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Al-Ahzab: 36) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ “Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik; Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam At-Ta’zhim wa Al-Minnah fi Al-Intishar As-Sunnah, hlm. 12-13). Semoga Allah menjadikan kita sanggup mem-PUASA-kan hati kita melawan hawa nafsu negatif di hati kita masing2, sehingga selamat dunia akhirat. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 9 Ramadhan 1444 H. Jum’at, 31 Maret 2023. (1.126.03.23)

PUASA TIGA SUKU

Kuteringat ketika masih belum sekolah, sekitar umur bawah lima tahunan (saya ndak ikutan TK, karena di kampungku waktu itu belum ada), tapi sudah mulai “ingat-ingat lalat” ( bahasa daerahku: “ingatan yang putus putus”). Adalah nenekku, almarhummah, seingatku tak pernah tinggal shalat, tak pernah tinggal puasa Ramadhan. Itu sebabnya barang kali beliau pengen agar cucunya dapat melaksanakan puasa, kelak kalau dia besar nanti. Untuk maksud tersebut beliau memotivasiku untuk berpuasa di bulan Ramadhan itu, dengan menjanjikan setiap aku sanggup puasa setengah hari akan diberi hadiah “lima ketip” = lima puluh sen. Puasapun dapat kujalankan dengan baik selama 10 hari. Walau benar-benar menderita, usus rasanya sudah dempet. Hausnya bukan buatan, sampai untuk menyiasatinya kepala dicelupkan ke dalam ember berisi air. Mau minum tidak berani, karena kata nenek: “Allah melihat”, biar kita minumnya sembunyi2. Setelah sukses sepuluh hari, nenek memberikan tantangan lagi, “kalau kamu tahan puasa sampai bedug magrib, hadiahnya nenek tingkatkan jadi “tiga suku”. Tiga suku = seratus lima puluh sen, atau satu rupiah lima puluh sen, jadi tiga kali lipat puasa setengah hari. Tantangan nenek itu ku ambil, sebab mulai hari kesepuluh, rasa haus dan lapar sudah tidak begitu mendera lagi. Syukurlah walau dengan berbagai ikhtiar, termasuk mandi berenang di kali, biar menjadi segar, bermain bersama teman sebaya dan macam-macam kegiatan termasuk mencari buah-buah hutan untuk persiapan berbuka. Seperti buah “Rukam” buah “Cengkodok”, pentil “Tembabal” dan banyak lagi buah-buah di kampungku yang asyik bila di kenang. Untuk hiburan, mencari buah “Gorah”, sebagai ganti kelereng. Pokoknya puasa dengan nawaitu “Tiga suku” itu sampailah ke penghabisan Ramadhan. Besar sekali jasa nenekku untuk menjadikan aku tahan berpuasa, sampai sekarang masih kuingat. Walau ketika melatih anak-anakku berpuasa, aku dan istri tidak memotivasi mereka dengan “uang”. Karena kami berpendapat, anak ketika usia dini jangan dibiasakan diberikan uang. Model anak-anak kami sangat suka makanan-makanan tertentu sebagai makanan favorit. Masing-masing anak punya kegemaran akan makanan yang relative ada bedanya, walau juga ada persamaannya. Setiap bulan puasa, disiapkan hal-hal ekstra tersebut, apa saja makanan yang mereka sukai diusahakan hadir di meja makan sebelum berbuka puasa. Alhamdulillah kini mereka juga tahan menjalankan ibadah puasa. Aku berpuasa dibawah pembinaan nenekku tak kusadari aku berepuasa dengan “bernawaitu tiga suku”, walau nenekku ketika saur menuntunku melafadzkan niat: نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى Lalu beliau mengepalkan nasi sekepal kecil untuk makanan pertama begiku setiap sahur, kata nenek agar tahan tidak lapar, ini kupahami sekarang sebagai sugesti. Tetapi agaknya niat berpuasa itu begitu penting, agar otak memberitahu seluruh organ tubuh siap melaksanakan puasa. Pembaca yang terlatih melaksanakan puasa dapat merasakan perbedaan lapar ketika berniat berpuasa dengan lapar ketika tidak berniat berpuasa. Terasa betul bagi yang mengamalkan puasa Senin – Kamis. Dapat membedakan lapar di siang hari Senin atau Kamis kita sedang tidak puasa, dengan lapar di siang hari Senin – Kamis dimana sedang berpuasa. Konon ada ilmuwan pernah melakukan kajian tentang pengaruh niat berpuasa terhadap kondisi tubuh seseorang yang menjalankan puasa. Hasilnya menakjubkan. Ternyata saat seseorang berniat puasa, jantung akan memberikan sinyal pada otak sehingga otak menerima pesan bahwa orang tersebut berniat puasa. Kemudian otak menyampaikan perintah pada organ-organ pencernaan untuk berhenti bekerja. Dengan kata lain, didapati bahwa pada orang yang berpuasa, enzim pencernaannya tak bekerja. Karena tak bekerja selama berpuasa, maka Anda tak merasakan lapar secara berlebihan. Bandingkan bila kita telat makan pada saat tidak sedang berpuasa. Tubuh terasa lemas dan sakit. Sebaliknya saat berpuasa, tubuh tetap terasa segar dan perut tidak terasa sakit melilit bila tidak makan. Ketika usia dibawah lima tahunan itu niat puasaku seperti dikemukakan di atas yaitu untuk mendapat upah dari nenek. Sekarang tentunya semua shaimin – shaimat niat puasanya adalah untuk Allah semata. Karena puasa adalah ibadah yang sangat khusus, bila kita cermati hadits Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946: عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” Keutamaan ini sebab utamanya adalah: 1. TERBEBAS RIYA. Bahwa puasa tidak terkena riya sebagaimana (amalan) lainnya dimungkinkan terkena riya. Amalan2 lainnya sedikit sekali yang selamat dari godaan (yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya) berbeda dengan puasa. Karena tak seorangpun yang tau kita sedang puasa, sebaliknya tak seorangpun yang tau kalau kita sedang ber pura2 puasa. 2. IKHLAS HANYA KARENA ALLAH. Karena puasa merupakan rahasia seorang hamba dengan Allah, tidak ada yang melihatnya kecuali Allah. Orang yang berpuasa, di tempat yang sepi mungkin baginya makan atau minum atau hal yang membatalkan puasa dapat ia lakukan. Tapi karena dia mengetahui Allah melihat dimanapun ia berada, dia tidak lalukan. Dengan demikian unsur keikhlasan karena Allah bagi orang yang berpuasa begitu tinggi. Semoga shaum Ramadhan kita semua tahun ini, adalah shaum yang terbaik yang pernah kita lakukan, terbebas dari segala yang membatalkan, sanggup mempuasakan Mata, Telinga, Lidah, Perut, Seluruh Tubuh, dan hati. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Ramadhan 1444 H. Sabtu, 1 April 2023. (1.127.04.23)

Wednesday 29 March 2023

Mem-PUASA-kan PERUT

Renungan dibulan suci Ramadhan: Mempuasakan “PERUT” adalah salah satu dari enam yang semestinya diupayakan agar dipuasakan yaitu: Mata, Telinga, Lidah, Anggota tubuh, Perut dan Hati. Empat dari enam Puasa di atas, “MEMPUASAKAN MATA”, “MEMPUASAKAN TELINGA”, “MEMPUASAKAN LIDAH”, “MEMPUASAKAN ANGGOTA TUBUH”, telah terpublish di artikel2 sebelumnya, kini giliran “Mem-PUASA-kan PERUT” Manusia tercipta dengan penuh keunikan, perut berposisi di tengah, kepala di atas, kaki di bawah. Di Kepala termuat Otak, sebagai sentral pengatur seluruh aktifitas manusia. Otak tidak akan dapat berfungsi dengan baik jika perut yang terletak dibawah leher itu tidak terisi dengan makanan yang cukup dan bergizi. Demikian juga kaki akan gontai melangkah bila perut dalam keadaan lapar. Mata akan mudah menjadi “gelap mata” (melakukan apapun), bila perut lapar. Keunikan manusia, sanggup makan segala macam makanan, beda dengan hewan yang hanya dapat makan makanan tertentu. Misalnya pemakan “rumput” tak akan dapat makan “daging”. Pemakan “daging” tidak bersedia makan “rumput”. Manusia kadang bukan saja daging, sayur (rumput2an), dalam kata kiasan manusia sanggup makan “aspal”, “besi beton”, “proyek” dll. Ketika berpuasa, makanan yang halal saja harus sanggup dipertahankan untuk tidak dimakan disiang hari, apalagi yang haram. Mem-PUASA-kan perut artinya melatih diri agar nanti di saat tidak berpuasa; hanya memakan makanan yang “halalan, taiyiban”. Makanan halal dalam koridor agama adalah: halal zatnya, halal cara memprosesnya, halal cara memperolehnya. Halal dari arti Zat nya, serta cara memperosesnya jelas diberitahuan Al-Qur’an: tertera dalam surat Al-Maidah ayat 3: حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِۦ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلٰمِ  ۚ ذٰلِكُمْ فِسْقٌ  ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ  ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلٰمَ دِينًا  ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ  ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Al-Ma'idah ayat 3) Sedangkan bagaimana memperoleh sesuatu yang diisikan ke perut, agama Islam memberi panduan: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِا لْبَا طِلِ اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ تِجَا رَةً عَنْ تَرَا ضٍ مِّنْكُمْ ۗ وَلَا تَقْتُلُوْۤا اَنْـفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ بِكُمْ رَحِيْمًا "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' ayat 29) Begitu lengkap dan jelas panduan Al-Qur’an mengenai pengisi perut; dari jenis apa saja yang boleh dimakan, harus dengan jalan yang halal memperolehnya dan dengan cara yang benar pula dalam memprosesnya. Belum cukup itu saja juga diingatkan oleh Al-Qur’an, bahwa meskipun makanan itu halal, diperoleh dengan cara yang baik, diproses dengan benar, namun harus di konsumsi tidak boleh ber-lebih2 an: يٰبَنِيْۤ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَا شْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (Al-A'raf ayat 31) Dengan mempuasakan perut agar manusia terhindar dari makanan yang haram, tidak dibenarkan agama seperti melalui korupsi, penggelapan, pencurian, penipuan dsbnya. Selama puasa telah dilatih makanan yang halal saja disiang hari sanggup untuk TIDAK memasukkannya kedalam perut, apalagi makanan yang haram. Sebab perut manuisa tidak pernah merasa kenyang, kalau hanya diisi; aspal, semen, besi beton, proyek dll, masih tetap belum kenyang. Perut manuasia buru kenyang setelah terisi dengan “tanah” (alias masuk liang lahad). Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ ، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ “Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekali tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048). Naaah, saudaraku dengan berpuasa ini, dimana kita semua telah dapat melatih diri mem-puasa- kan PERUT, mudah2an selelah puasa berlalu sanggup memilih makanan halal saja, terjauh dari makan haram dan tercegah memperoleh makanan dengan jalan bathil. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 7 Ramadhan 1444 H. Rabu, 29 Maret 2023. (1.125.03.23)

Monday 27 March 2023

MEMPUASAKAN anggota TUBUH

Renungan dibulan suci Ramadhan: Mempuasakan “anggota tubuh” adalah salah satu dari enam yang semestinya diupayakan agar dipuasakan yaitu: Mata, Telinga, Lidah, Anggota tubuh, Perut dan Hati. Dari enam Puasa di atas, di artikel ke 1.121 telah dimuat “MEMPUASAKAN MATA”, dan di artikel ke 1.122. “MEMPUASAKAN TELINGA”. artikel ke 1.123, “MEMPUASAKAN LIDAH”. Kini artikel ke 1.124. berbicara tentang “MEMPUASAKAN ANGGOTA TUBUH” Tubuh manusia terdiri dari: 1. Kepala; terletak mata, hidung, telinga, pipi, dahi, dagu, bibir, lidah, rambut. 2. Badan; terdapat bahu, dada, susu, perut, punggung dan pantat. 3. Tangan; dilengkapi dengan lengan, ketika, siku, telapak tangan, jari dan kuku. 4. Kaki; berupa paha, lutut, betis, tumit, telapak kaki, jari kaki, kuku jari kaki. Disederhanakan bahasan ini dengan hanya mengambil besarannya saja yaitu: Kepala, Badan, Tangan dan Kaki. Mempuasakan 4 (empat) anggota tubuh tersebut dengan cara: KEPALA; menahan, mencegah kepala dimana terdapat otak sebagai pengendali seluruh anggota tubuh, agar tidak memberikan instruksi kepada anggota tubuh lainnya berupa segala sesuatu yang diharamkan Allah. BADAN, TANGAN, KAKI; apabila mendapat perintah dari otak untuk melakukan perbuatan yang diharamkan Allah dalam keadaan tidak berpuasa, apalagi ketika berpuasa, harus betul2 mampu dapat dipertahankan untuk tidak mau bergerak melaksanakan perbuatan2 yang tidak baik itu. Perintah otak; dimungkinkan datang dari dalam diri sendiri, bisa juga terjadi datang dari luar (anjuran/permintaan orang lain). Untuk menolak perintah negatif dari otak, baik datang dari diri sendiri maupun terpengaruh dari luar, orang yang beriman harus senantiasa mengingat akan peringatan Allah di dalam Al-Qur’an, bahwa seluruh anggota tubuh di hari kiamat nanti akan menjadi saksi terhadap apa yang kita lakukan. الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰ أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan." (Yasin ayat 65). وْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Pada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang terlebih dahulu mereka kerjakan.” (An Nur ayat 24) Allah SWT menjadikan tangan dan kaki berbicara sebagai saksi karena tanganlah yang melakukan perbuatan itu, sedang kaki ikut menyaksikan apa yang dikerjakan oleh tangan itu. Jadi perbuatan tangan merupakan suatu ikrar atau pengakuan, sedangkan perkataan kaki merupakan persaksian. Fussilat 20: حَتّٰىٓ اِذَا مَا جَاۤءُوْهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَاَبْصَارُهُمْ وَجُلُوْدُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ (٢٠) “Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Naaah, saudaraku semogalah dengan berpuasa ini, kita semua manjadi “insan Qur’ani”, setiap apapun yang kita lihat, apapun yang kita dengar, apapun yang akan kita ucapkan, apapun yang akan kita lakukan, selalu merujuk kepada Al-Qur’an. Dengan demikian dapat mengendalikan anggota tubuh kita dari perbuatan tercela. Puasa Ramadhan adalah medan latihan untuk itu semua, sesudah Ramadhan sampai nyambung ke Ramadhan berikutnya, mudah2an masing2 pribadi akan menjadi lebih baik, beriman dan bertaqwa. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Ramadhan 1444 H. Selasa, 28 Maret 2023. (1.124.03.23)

Sunday 26 March 2023

MEMPUASAKAN LIDAH

Mempuasakan lidah adalah salah satu dari enam yang semestinya diupayakan agar dipuasakan yaitu: Mata, Telinga, Lidah, Anggota tubuh, Perut dan Hati. Dari enam Puasa di atas, di artikel ke 1.121 telah dimuat “MEMPUASAKAN MATA”, dan di artikel ke 1.122. “MEMPUASAKAN TELINGA”. Dilanjutkan dalam artikel ke 1.123, sekarang dengan; “MEMPUASAKAN LIDAH”. Lidah berperan lebih aktif ketimbang “mata” dan “telinga”, hasil produk lidah dapat berupa sesuatu yang “berbahaya”, dapat juga berupa sesuatu membuat siempunya lidah mendapat “kebaikan” dunia dan akhirat. BAHAYA LIDAH: Bahaya yang ditimbulkan oleh lidah sangat besar, dan petaka yang bermula darinya juga luar biasa. Lidah memiliki banyak “penyakit” yang bisa membawa pemiliknya mendapatkan malapetaka seperti perkataan dusta, gosip, adu domba, perkataan kasar, mencela, perkataan kotor, kesaksian palsu, kata-kata laknat, cemoohan, merendahkan orang lain, dan sebagainya. Belakangan ini dengan teknologi canggih, pidato seseorang dapat diunggah di medsos, tersebar luas seantero jagad. Kalaulah isi pidato itu terselip kata2 yang menghina, merendahkan, mencela seseorang atau kelompok akan menimbulkan permasalahan bagi pihak yang direndahkan, dihina, dicela, tidak sedikit berujung ke meja hijau. Produk lidah kadang menjadikan pemilik lidah tidak disenangi manusia sekaligus dimurkai Allah, jika sipemilik lidah tidak bisa mengontrol lidahnya dari perkataan2 yang tidak baik. Allah memerintahkan kepada semua orang beriman agar mengucapkan perkataan yang baik (benar), pada surat “Al-Ahzab 70…...”. Bagi yang sanggup mengamalkan surat “Al-Ahzab 70”, akan menerima reward dari Allah di surat “Al-Ahzab 71”. seperti berikut: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا "Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar," (Al-Ahzab 70). يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمٰلَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ  ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا "niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung." (Al-Ahzab 71). KEBAIKAN LIDAH: Namun begitu, lidah juga merupakan sarana menuju kebaikan dan bisa mengantarkan pemiliknya ke pintu surga. Maka, alangkah damainya orang yang senantiasa berzikir, memohon ampun, memuji, bertasbih, bersyukur, dan bertaubat kepada Allah dengan lidahnya. Dan alangkah malangnya orang yang mengoyak kehormatan manusia, menodai kesucian, serta mendongkel nilai-nilai kebenaran. Mencela seseorang atau suatu kelempok dengan lidahnya. Lidah mempunyai cara tersendiri untuk berpuasa, yang hanya diketahui orang-orang yang senantiasa berpaling dari kesia-siaan. Puasanya lidah dapat dilakukan secara terus-menerus, baik di bulan Ramadhan maupun di bulan yang lain. Namun di bulan Ramadhan lidah lebih harus terbina dan terarahkan dengan betul2 sekuat jiwa dan raga. Kiat untuk menghindari keluar dari lidah perkataan yang tidak baik adalah; basahilah lidah dengan zikir, alirkanlah ia dengan ketaqwaan, dan bersihkanlah ia dari kemaksiatan-kemaksiatan. Hendaklah selama hidup; menghaluskan tutur katanya, dan menimbang-nimbang dahulu apa yang akan diucapkan terutama ketika berpuasa. kata2 bijak, baik untuk diamalkan: “Berkatalah setelah dipikirkan” jangan “Berpikir setelah dikatakan”: Pandai besi tempa parang. Dikikir tempaan agar rata. Terucap sdh punya orang. Terpikir masih punya kita. Sesungguhnya tidak ada satu ucapanpun yang hilang menguap begitu saja; مَّا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf 50: Ayat 18) Menjaga lisan dari perkataan sia-sia, dusta, umpatan, fitnah, perkataan keji serta kasar, dan kata-kata permusuhan (pertentangan dan kontroversi). Dan menggantinya dengan lebih banyak berdiam diri, memperbanyak dzikir dan membaca al-Qur’an. Inilah wujud mempuasakan lidah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ “Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim) مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باللهِ وَاليَومِ الآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَسْكُتْ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah bertutur kata yang baik atau diam.” (HR Al-Bukhari dan Muslim). Cukup populer kisah Luqman al-Hakim menerima seekor kambing dari tuannya. Sang tuan meminta Luqman menyembelih kambing tersebut dan mengantarkan bagian paling buruk, paling kotor, dari tubuh kambing itu. Ia pun secara khusus mengambil bagian lidah dan hati kambing lalu mengantarkannya kepada sang tuan. Tuannya memberinya seekor kambing lagi. Tugasnya sama: kambing harus disembelih. Namun kali ini sang tuan menginginkan Luqman membawakannya bagian yang paling bagus, paling menyehatkan. Luqman menjalankan tugasnya lagi dengan baik. Kambing disembelih, lantas dibawakannya lagi bagian lidah dan hati. Luqman menyodorkan hal yang sama untuk dua permintaan yang saling berlawanan. Tuannya pun bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan Luqman. Jawab Luqman, “Wahai tuanku, tak ada yang lebih buruk ketimbang lidah dan hati bila keduanya buruk, dan tidak ada yang lebih bagus dari lidah dan hati bila keduanya bagus.” Kisah ini mengungkap pesan bahwa hal paling krusial dalam hidup ini adalah terjaganya hati dan lidah. Produk dari lidah adalah hasil olah pikir merupakan cerminan hati. Demikian saudaraku semua, mudah2an tulisanku ini dapat membuat kita saling mengingatkan, sebagai renungan dalam melaksanakan ibadah shaum Ramadhan. Jika dikira ada manfaatnya, silahkan bagikan juga kepada sahabat handai taulan. Jika kurang berfaedah, silahkan hapus dari ruang baca anda. Semogalah shaimin – shaimat, dapat memeliharakan lidah setiap hari sepanjang hayat tidak saja hanya ketika berpuasa Ramadhan. Sebab hasil pelatihan Ramadhan justru penampakannya sesudah Ramadhan. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 5 Ramadhan 1444 H. Senin, 27 Maret 2023. (1.123.03.23).

Saturday 25 March 2023

ENAM PUASA. Edisi mempuasakan TELINGA

Renungan SEBELUM berbuka: ENAM PUASA. Edisi mempuasakan TELINGA. Agar puasa yang kita laksanakan lebih berkualitas, maka hendaklah sedaya upaya, sekuat tenaga dan jiwa, puasa dilakukan dengan ENAM PUASA: • Mempuasakan mata • Mempuasakan telinga • Mempuasakan lidah • Mempuasakan anggota tubuh • Mempuasakan perut • Mempuasakan hati Dari enam Puasa di atas, di artikel ke 1.121 telah dimuat satu diantara “Enam Puasa” tersebut yaitu: MEMPUASAKAN MATA. Dilanjutkan dalam artikel sekarang dengan; MEMPUASAKAN TELINGA. Telinga diberikan Allah kepada manusia, sebagai alat untuk mengindera bunyi. Sama dengan MATA, telinga juga terdapat dua; disebelah kiri dan sebelah kanan dibatasi oleh kepala yang isinya otak sebagai pengendali sikap dan perbuatan manusia. Ahli hikmah mengandaikan bahwa; manusia tidak bijak kalau menerima sesuatu berita dari dua pihak yang berselisih paham, hanya mendengar dari sepihak, seharusnya “dengar dengan telinga kiri dan telinga kanan”, jadi harus didengar dari kedua belah pihak. Itu antara lain makna ada dua telinga. Bila dikaji lebih dalam mengenai telinga ini, betapa takjub dan bersyukurnya kita, karena Allah menciptakan daun telinga dari “tulang rawan”. Umpamanya saja diciptakan Allah dari tulang yang keras, bagaimanalah bila kita tidur miring ke kiri atau ke kanan. Dipasang Allah daun telinga mengarah agak kedepan tetapi sama sekali tidak mengabaikan ke samping. Posisi itu memudahkan menangkap sumber bunyi dari depan dan juga samping. Mengkaji ayat kauniyah berupa sesuatu yang ada dalam tubuh diri kita, sungguh seharusnya membuat kita bersyukur, seperti ayat yang kita petik di artikel mengenai “Mata” sebelum artikel ini; ayat 78 An-Nahl, Allah memberi Telinga, Mata dan Hati Nurani, ditutup Alah ayat itu dengan: " لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ " = “agar kamu bersyukur”. Dalam konteks “puasa telinga” shaimin-shaimat hendaknya harus mampu mempuasakan telinga dari mendengarkan hal2 yang tidak diperkenankan oleh Allah untuk didengarkan. Allah mempermaklumkan di dalam surat Al-Mu’minun ayat 1 sampai dengan ayat 11, bahwa orang beriman itu akan beruntung di dunia selanjutnya di akhirat nanti mendapatkan surga firdaus, bilamana memenuhi 4 perkara: 1. Khusyuk dalam shalat dan memelihara shalat tersebut secara istiqamah., 2. Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.,3. Menunaikan zakat., 4. Mampu mengendalikan syahwatnya., Titik berat tentang telinga adalah “butir kedua” syarat beruntung yaitu: وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ "dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna," (Al-Mu'minun ayat 3). “Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna”. Berarti bila mendengar orang berbincang yang tidak bermanfaat saja harus dihindari, apalagi mendengarkan orang berbincang yang tidak baik, berghibah, mem – bully (istilah sekarang ya) tentu telinga harus terpelihara. Naaah suadaraku mari puasa ini kita tingkatkan mutunya dengan mempuasakan juga telinga kita, dengan hanya mendengar hal2 yang baik. Sebagai pilihannya untuk mengalihkan telinga kita dari mendengar yang tidak baik itu. Marilah dalam suasana shaum Ramadhan ini kita isi dengan banyak mengikuti pengajian2, mendengar ceramah2 agama dan membaca serta mentadaburi Al-Qur’an, agar kita tidak terkena sindiran/ancaman Allah dalam ayat yang dikutip dibawah ini: وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ  ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ  ۚ أُولٰٓئِكَ كَالْأَنْعٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ  ۚ أُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُونَ "Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 179) وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ  ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 36) Semoga Allah memeliharakan telinga kita, sehingga yang masuk keruang dengar kita, hanya hal2 yang membawa kemaslahatan dunia dan akhirat. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 4 Ramadhan 1444 H. 26 Maret 2023. (1.122.23).

Friday 24 March 2023

ENAM PUASA. Edisi mempuasakan MATA

Renungan SEBELUM berbuka ENAM PUASA. Edisi mempuasakan MATA. Agar puasa yang kita laksanakan lebih berkualitas, maka hendaklah sedaya upaya, sekuat tenaga dan jiwa, puasa dilakukan dengan ENAM PUASA: • Mempuasakan mata • Mempuasakan telinga • Mempuasakan lidah • Mempuasakan anggota tubuh • Mempuasakan perut • Mempuasakan hati Dari enam Puasa di atas, di artikel ini dimuat satu diantara “Enam Puasa” tersebut yaitu: MEMPUASAKAN MATA. Mata adalah salah satu dari lima indera yang dikaruniakan Allah bagi manusia yang normal, juga bagi hewan yang normal. Ketika manusia dilahirkan, Allah memberikan 3 anugerah, anugerah kedua adalah penglihatan dengan sarana Mata. وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur." (QS. An-Nahl 16: Ayat 78). Begitu hebatnya nikmat mata yang diberikan Allah kepada manusia, sehingga Rasulullah Muhammad s.a.w. pernah menceritakan salah seorang 'abid (atau ahli ibadah) yang atas izin Allah s.w.t. hidup hingga berusia 500 tahun. Ia menghabiskan hidupnya dengan beribadah hingga sesaat sebelum meninggal, 'abid tersebut berdo’a kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan tengah sujud. Kaum muslimin-muslimat, sangat familier dengan kisah ini dibawakan oleh para penceramah dinukil dari Al Hafiz Al Munziri dalam Kitab At Targhib wa At Tarhib yang mengutip salah satu hadits dari perawi Imam Al Hakim. Berdasarkan keterangan hadits tersebut, Rasulullah s.a.w. mendengar kisah tentang seorang 'abid ini dari Malaikat Jibril. Inti pokok riwayat tersebut bahwa: Seorang Ahli Ibadah dengan ijin Allah berusia panjang sampai 500 tahun, tinggal di atas sebuah gunung di pulau yang dikelilingi laut, tersedia mata air untuk berwudhu, dianya keseharian selama 500 tahun itu hanya beribadah dalam pengertian shalat menyembah Allah. Sedang keperluan makannya atas ijin Allah tersedia buah Delima yang setiap hari matang. Secara normal buah Delima itu setahun sekali matang buahnya. Do’a si ahli ibadah untuk mati dalam keadaan sujud juga dikabulkan Allah. Eee ketika dimasukkan ke dalam surga oleh Allah dengan predikat “Masuk surga dengan Rahmat Allah” yang bersangkutan tidak terima, maunya predikat masuk surganya “Karena Amal Ibadahnya menyembah Allah selama 500 tahun”. Singkat cerita, dikisahkan setelah ditimbang amal ibadah selama 500 tahun itu hanya sebanding dengan nikmat “Mata” yang diberikan Allah. Belum lagi nikmat Delima yang tiap hari matang, nikmat ada air tawar untuk berwudhu di atas gunung yang dikelilingi laut. Pantas agaknya menjadi renungan kita sebelum berbuka puasa hari ini, bahwa begitu besar nikmat Mata yang dikaruniakan Allah. Sebagai wujud syukur terhadap nikmat Mata, mari kita pergunakan mata se-baik2nya untuk menyimak ayat2 kauliyah dan kauniyah Allah. Khususnya di bulan ini perbanyak membaca dan mentadaburi Al-Qur’an. Sebagai ilustrasi boleh juga direnungkan betapa banyak saudara2 kita di usia senja, ketika berusaha memperbaiki penglihatannya, gagal ketika operasi Mata, berujung tidak dapat melihat lagi. Bersyukur sangat para pembaca yang masih dapat membaca artikel ini. Mari kita berusaha sekuat tenaga untuk menghindarkan agar mata kita, tidak dengan sengaja melihat hal-hal yang dimakruhkan apalagi dilarang oleh agama untuk diliat, ketika sedang berpuasa. Apalagi dengan sengaja menonton adegan yang merangsang birahi. Hal tersebut, besar kemungkinan sebagian besar kita dapat terhindar atau menghindar. Semoga Allah memeliharakan Mata kita dari dipergunakan untuk hal-hal yang tidak diridhai Allah. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 3 Ramadhan 1444 H. 25 Maret 2023. (1.121.23).

Thursday 23 March 2023

Asal MUASAL iman BIMBANG

Asal muasal iman telah ku publish tiga di antara empat asal muasal datangnya iman kepada seseorang yaitu: “Terpasang”, “Terangsang” dan “Penantang”. Di artikel ini tersaji asal muasal “Iman Bimbang”. Iman karena Bimbang, dapat dikelompokkan dua terdiri atas: 1. Bimbang Nilai dan 2. Bimbang Referensi. BIMBANG NILAI. Bimbang karena menilai dari beberapa ajaran keimanan dari beberapa jenis jalan keimanan, hingga ia sulit memilih jalan keimanan yang mana yang lebih benar, untuk diikuti. Sehingga jika yang bersangkutan lama mengambil keputusan maka pribadi seperti ini malah tidak melaksanakan ritual peribadatan dari keiamanan yang manapun. Banyak diantaranya yang punya semboyan; “yang penting berbuat baik, tidak menyakiti orang”. Padahal tidak cukup seorang beriman ini hanya berbuat baik sesama munusia dan makhluk Tuhan. Berbuat baik yang demikian itu hanya baru satu sisi dari orang menganut suatu agama yang diimani; yaitu sisi “Hablum minannas”, sedang orang mengimani suatu agama, juga harus menjalin huhungan baik dengan Tuhan dalam artian peribadatan, perhambaan terhadap Tuhan. Dalam terminology agama Islam dikenal dengan “Hablum minallah”. Sebagai salah satu rujukan orang beriman menurut Al-Qur’an mari disimak surat An-Nisa ayat 36: وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِۦ شَيْئًا  ۖ "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun”. وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا وَبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِينِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنۢبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمٰنُكُمْ  ۗ “Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki”.   إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورً “Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri," Secara tegas dalam ayat itu Allah memberi petunjuk bahwa; orang beriman itu bila memenuhi 3 kriteria: 1. Menyembah Allah., 2. Berbuat baik kepada ……...(telah ditentukan) dan 3. Jangan sombong dan membanggakan diri. BIMBANG REFERENSI. Bimbang model ini, sudah yakin terhadap suatu pilihan tetapi berupaya untuk membuktikan pilihannya itu lebih baik dari pilihan keimanan lainnya, dengan begitu dianya mencari dalil dan bukti-bukti referensi, belajar kesana kemari, sehingga mencapai kayakinan yang betul-betul bulat tak tergoyahkan lagi. Nabi Ibrahim dan Nabi Musa dikisahkan dalam Al-Qur’an pernah dilanda “Bimbang”, justru setelah kedua Nabi ini beriman. Mengenai kebimbangan Nabi Ibrahim; mari kita lihat surat Al-Baqarah 260: وَإِذْ قَالَ إِبْرٰهِـۧمُ رَبِّ أَرِنِى كَيْفَ تُحْىِ الْمَوْتٰى  ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن  ۖ قَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِى  ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا  ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Allah berfirman, "Belum percayakah engkau?" Dia (Ibrahim) menjawab, "Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap)." Dia (Allah) berfirman, "Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu, kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera." Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." Sedangkan model “Bimbang” Nabi Musa diabadikan Al Qur’an, surat Al-A’raf ayat 143: وَلَمَّا جَآءَ مُوسٰى لِمِيقٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنْظُرْ إِلَيْكَ  ۚ قَالَ لَنْ تَرٰىنِى وَلٰكِنِ انْظُرْ إِلَى الْجَبَلِ فَإِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرٰىنِى  ۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّا وَخَرَّ مُوسٰى صَعِقًا  ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ "Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau." (Allah) berfirman, "Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku." Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, "Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman."" Nabi Ibrahim dan Nabi Musa saja pernah dilanda “Bimbang”. Jadi adalah hal yang wajar saja kalau manusia dimasa kini masih ada yang “Bimbang” terhadap keimanan, ragu dan “bimbang” bahwa sesudah alam fana ini ada alam baqa, tempat pembalasan. Ragu dan bimbang bahwa sesudah mati ada siksa kubur dan segala hal2 yang ghaib. Mari di bulan Ramadhan yang penuh ampunan, kita do’a kan semoga sudara2 kita yang “bimbang” tersebut bertaubat dan selanjutnya diberi hidayah Allah, sehingga menjadi beriman yang mantap. Selanjutnya melalui asal muasal apapun kita beriman, semoga kita teguh dengan iman kita sampai akhir hayat, dan menjelmakan keimanan itu dalam wujud amal perbuatan yang baik, sebab iman adalah abstrak dan pembuktiannya melalui amal perbuatan yang baik. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 2 Ramadhan 1444 H. 24 Maret 2023. (1.120.23).

Wednesday 22 March 2023

IMAN PENANTANG

Tentang sumber keberimanan seseorang sudah kupublish dua artikel “Iman Terpasang”, “Iman Terangsang”, kali ini kumuat tulisan tentang “Iman Penantang”. Insya Allah terkhir dari soal asal muasal iman akan ditulis “Iman Bimbang”. Orang yang beriman karena justru tadinya sebagai penentang Islam. Orang seperti ini jika jiwanya berhasil ditundukkan oleh iman yang ditantangnya itu, kualitas imannya akan demikian tinggi dan bahkan sanggup mempelopori orang lain untuk beriman. Di zaman kini banyak ditemukan contoh, seorang yang tadinya tidak beragama malah melecehkan agama bahwa setelah tantangannya dijawab oleh keimanan yang ditantangnya. Jawaban itu sangat diyakininya malah dianya akan menjadi paling terdepan mengajak orang lain beriman. Di era teknologi canggih ini, yaitu di medsos banyak publikasi you tube perihal seorang yang tadinya pembenci suatu agama, kemudian memeluk agama yang ditantangnya habis-habisan itu. Alah tidak melarang manusia menantang-Nya, malah memberikan peluang kepada manusia untuk menantang Allah, termuat jelas seperti dapat disimak dalam surat Al-Baqarah ayat 23 : وَإِنْ كُنْتُمْ فِى رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّنْ مِّثْلِهِۦ وَادْعُوا شُهَدَآءَكُمْ مِّنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِينَ "Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar." Di dalam sejarah di awal bertumbuhnya Islam; Umar bin Khattab termasuk orang yang menentang ajaran Islam. Ketika nabi Muhammad SAW memulai dakwah Islam, Umar saat itu berusia 27 tahun. Sebagaimana para pembesar Quraisy lainnya, Umar menganggap seruan kenabian sebagai kegilaan yang menentang kepercayaan nenek moyang. Umar sangat membenci nabi Muhammad SAW serta para pengikutnya. Suatu ketika, Umar berpapasan dengan Nu'aim bin Abdullah saat dalam perjalanan ingin membunuh Nabi Muhammad SAW. "Ada apa denganmu, Umar?"……….., kata Nu’aim. "Aku mencari dan menginginkan Muhammad, lelaki yang mencerai-beraikan keturunan Quraisy, yang meruntuhkan impian mereka, menghilangkan agama leluhur mereka, menyerapahi tuhan-tuhan sesembahan mereka. Aku akan membunuh Muhammad," jawab Umar geram. "Demi Allah, nafsumu telah menipu dirimu sendiri. Tidakkah kau melihat bahwa anak cucu Bani Manaf tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Mereka masih ada di atas bumi ini. Lalu kau akan membunuh Muhammad,………., salah seorang cucu Bani Manaf itu? Tidakkah kau melihat sanak keluargamu sendiri dan kepada merekalah seharusnya kau tegakkan perkaramu itu?"……..Mendengar hal itu Umar lantas berkata, "Siapa kau maksud dari sanak keluargaku?"………."Anak pamanmu, Sa'd bin Zaid dan saudari kandungmu, Fathimah. Demi Allah, keduanya telah memeluk Islam dan mengikuti ajaran agama yang dibawa Muhammad. Temuilah keduanya," seru Nu'aim. Umar sempat tak percaya mendengar sepupu dan adik kandungnya telah masuk Islam. Tanpa berpikir panjang, ia pulang dan mencari Fathimah…….Begitu sampai di rumah, ia mendapati Fathimah bersama Sa'd dan Khabbab bin al-Art tengah membaca lembaran-lembaran Al-Qur'an. Khabbab sedang membacakan surah Thaha di hadapan keduanya. Yaitu ayat 1 sampai 8: طه "Thaha." مَآ أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْءَانَ لِتَشْقٰىٓ "Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;" إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَنْ يَخْشٰى "melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)," تَنْزِيلًا مِّمَّنْ خَلَقَ الْأَرْضَ وَالسَّمٰوٰتِ الْعُلٰى "diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi," الرَّحْمٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوٰى "(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy." لَهُۥ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرٰى "Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di Bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah." وَإِنْ تَجْهَرْ بِالْقَوْلِ فَإِنَّهُۥ يَعْلَمُ السِّرَّ وَأَخْفَى "Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi." اللَّهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ  ۖ لَهُ الْأَسْمَآءُ الْحُسْنٰى "(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik." Mengetahui Umar datang, Khabbab lantas bersembunyi ke samping rumah. Fathimah pun bergegas menyembunyikan lembaran-lembaran suci itu di bawah pahanya…….Umar yang sempat mendengar lantunan ayat yang dibaca Khabbab lantas bertanya, "Suara apa yang baru saja aku dengar?" ……."Kami tidak mendengar apa-apa," jawab keduanya……."Tidak, aku mendengarnya. Jangan sembunyikan apapun dariku. Demi Tuhan, aku mendengar kabar jika kalian berdua telah mengikuti ajaran Muhammad dan mengingkari ajaran leluhur kita," ucap Umar. Umar lalu mendekati Sa'd bin Zaid yang juga suami adiknya itu dan memukulnya hingga terpelanting. Fathimah yang saat itu melihatnya kemudian berdiri melindungi dan memeluk suaminya. Umar lantas memukul adiknya sampai bersimpah darah…..."Ya! Kami berdua telah memeluk agama Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya……. “Umar, lakukan saja apa yang kau mau. Islam tetap tidak akan pernah lepas dari hati kami," tegas Fathimah. Umar lalu tertegun mendengar kata-kata Fathimah. Ketika melihat darah bercucuran dari tubuh adiknya itu, ia menyesali perbuatannya dan menahan amarahnya. Ia kemudian meminta lembaran-lembaran Al-Qur'an yang dibaca Fathimah dan suaminya. Fathimah sempat menolak untuk memberikan lembaran tersebut karena khawatir akan dihancurkan oleh kakaknya. Kemudian, Umar pun berjanji tidak akan merusak dan akan mengembalikannya begitu selesai membacanya……...Ketika Umar hendak mengambil dan membaca lembaran itu, Fathimah berkata, "Saudaraku! Engkau dalam keadaan tidak suci atas kemusyrikan dan kekafiranmu. Dan tidaklah menyentuh lembaran itu kecuali orang-orang yang tersucikan." Umar lantas mandi besar dan mengambil lembaran Al-Qur'an lalu membaca surah Thaha. Dari ayat 1,……. berhenti di ayat 14 yang berbunyi: إِنَّنِىٓ أَنَا اللَّهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَاعْبُدْنِى وَأَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِىٓ "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah sholat untuk mengingat Aku." "Alangkah eloknya kalimat-kalimat ini, betapa mulianya ajaran-ajaran yang dikandungnya. Sungguh tak ada manusia yang mampu membuat kalam seindah ini," tutur Umar yang cakap dalam sastra Arab ini……….Mendengar perkataan Umar tersebut, Khabbab yang semula bersembunyi lalu keluar dan berkata, "Demi Allah, wahai Umar, sesungguhnya aku sangat berharap engkaulah lelaki yang dimaksud dalam do’a Rasulullah. Kemarin aku mendengar Muhammad berdo’a, 'Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua lelaki ini, al-Umar al-Hakam ibn Hisyam atau Umar ibn Khattab.'"……...Umar; mendengar ucapan Khabbab itu lantas menyarungkan pedangnya, bergegas ingin menemui Rasulullah SAW dan memeluk Islam di hadapannya. Pada waktu itu, Rasulullah SAW tengah berada di rumah pengungsian Arqam (Bait al-Arqam) di Bukit Shafa bersama Hamzah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan beberapa sahabat……..Betapa terkejutnya Hamzah melihat dari celah pintu ada Umar yang sedang berdiri membawa pedang tersarung. Hamzah lantas mengatakannya kepada Rasulullah SAW……..."Izinkanlah dia masuk. Bila bermaksud baik, kita akan menyambutnya. Bila bermaksud buruk, kita akan memenggalnya dengan pedangnya sendiri," kata Rasulullah SAW saat itu. ……..Hamzah kemudian membukakan pintu dan masuklah Umar dengan menyampaikan niatnya untuk memeluk Islam. "Wahai Muhammad, aku datang untuk beriman kepada Allah, juga kepada rasul-Nya, dan kepada ajaran yang ia bawa dari-Nya," kata Umar…….. Rasulullah SAW lantas bertakbir dan diikuti para sahabat. Takbir tersebut menggetarkan rumah Arqam dan seluruh sahabat di rumah itu mengetahui bahwa Umar telah masuk Islam. Peristiwa ini terjadi tiga hari setelah Hamzah memeluk Islam, pada suatu hari di bulan Dzulhijjah tahun ke-6 kenabian. Demikian kisah salah seorang di awal pertumbuhan agama Islam yang beriman asal muasalnya sebagai seorang “penantang” Islam. Hingga kinipun masih banyak penantang2 Islam, sebagian mendapat hidayah lalu beriman, sebagian lagi masih dalam keasikannya menantang Islam. Semoga, di bulan Ramadhan ini bagi kita yang sudah beriman menjadi lebih kuat imannya dan bertaqwa, bagi para penantang Islam diberikan hidayah Allah hingga beriman. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Ramadhan 1444 H. 23 Maret 2023. (1.119.23).

Tuesday 21 March 2023

ASAL MUASAL IMAN TERPASANG

Beberapa hari lagi memasuki bulan Ramdhan 1444 H. Wajib bagi orang yang beriman untuk melaksanakan shaum (puasa) sebulan penuh di bulan Ramadhan tersebut. Seruan untuk berpuasa itu hanya di tujukan kepada orang beriman. Karena tidak sedikit orang yang berstatus Islam, tetapi nanti bulan Ramadhan belum melaksanakan puasa. Masih saja ada tersedia warung2 makan bertabir disiang hari, untuk memfasilitasi orang2 yang tidak berpuasa. Menyoal soal “imam”, dapat dikelompokkan dalam 4 “asal muasal” yaitu: 1. Iman tepasang., 2. Iman terangsang., 3. Iman Penantang., 4. Iman bimbang. 1.Iman bermuasal dari “Terpasang”, Boleh dikata semua yang beriman atas dasar keturunan, mengikuti apa yang diimani oleh orang tua masing2. Jika kebetulan orang tua adalah pemeluk agama yang taat, insya Allah sebagai anak keturunannya akan menjadi pemeluk agama yang beriman kuat sejak masa kecil sampai akhir hayat. Umumnya jarang terjadi penyimpangan dari orang yang beriman kelompok ini, keteurunannya berpindah imannya ke keyakinan yang lain. Tetapi bukan mustahil ada terjadi penyimpangan yaitu orang tuanya beriman kepada keyakinan “I”, kemudian berpindah ke keyakinan iman “K” atau sebaliknya. Faktor penyebab berbedanya keimanan orang tua dengan keimanan anaknya antara lain: A. Kurang pembinaan. Penularan nilai-nilai keimanan dari orang tua kepada anaknya. Pembinaan oleh orang tua, harusnya dilakukan sejak dini, malah ada ada yang berpendapat sejak masih dalam kandungan, misalnya diperdengarkan ayat2 suci. Setelah anak lahir dipersiapkan langkah2 pembinaan bertahap yaitu: Perencanaan, Penyeleksian Informasi, Pengarahan, pendampingan, Pembagian waktu dan pemberian alternatif. 1. Perencanaan. Untuk kehidupan di dunia ini agar generasi penerus tidak hidup dlm kesulitan, direncakan pendidikan yg baik, kondisi phisik dan mental yg prima, kerena mereka akan hidup di era yg lbh kompetitif dari pada kita. Oleh karena itu Allah mengingatkan: وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْ ۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 9) Itu perencanaan untuk hari esok di dunia. Tapi yg namanya hari esok bukan hanya hari esok dlm arti hari sesudah hari ini saja. Tetapi hari ssdh hidup didunia ini yaitu di hari akhirat. Sehingga perencanaan yg diajarkan Allah untuk kita dunia dan akhirat tsb يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 18) Bgtlah salah satu solusi membentengi generasi penerus dari dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi y.i. PERENCANAAN, dg menyiapkan mereka dengan ilmu, iman dan taqwa agar dengan sendirinya mereka dpt menyaring informasi 2. Penyeleksian informasi. Setelah anak2 mempunyai pengertian, sudah dapat menulis membaca, menggunakan media sosial, seperti anak2 masa kini, maka orang tua harus senantiasa mengawasi mengarahkan informasi yang layak untuk anak sesuai dengan pertumbungan jiwanya. 3. Pengarahan. Sebagai orang tua, harus terus menerus mengarahkan anaknya untuk taat melaksanakan perwujutan iman dari agama yang di anut oleh orang tua. 4. Pendampingan. Di usia tertentu sebelum anak betul2 dewasa, orang tua harus mengajak, mendampingi dalam melaksanakan ibadah. 5. Pembagian waktu. Sesibuk apapun orang tua harus menyisihkan waktu untuk memberikan perhatian kepada anak2, utamanya dalam kaitan pemeliharaan imam; sering2 memberikan pengertian2 semampunya sesuai kadar ilmu agama yang dimiliki. 6. Pemberian alternatif. Dalam hal kepada anak diberikan hal2 yang tidak boleh dilakukan terkait ketentuan2 agama misalnya; orang tua harus mampu menjelaskan apa sebab larangan itu kemudian memberikan jalan keluar. B. Orang tua sendiri kurang memberikan keteladanan tentang cara peribadatan. Karena orang tuanya itu hanya sekedar beriman, tetapi tidak mengamalkan imannya dalam ibadah. Adalah jarang terjadi anak2 ketururan menjadi orang yang beriman dan bertaqwa, kendatipun dianya ketururan orang yang beriman. Kalau orang tuanya sendiri tidak terlihat beribadah. C. Pengaruh lingkungan dan pergaulan, si anak bergaul banyak dengan orang yang mempunyai keyakinan keimanan yang lain dari keyakinan iman dari ortu mereka. Dapat saja terjadi hal tersebut “B” di atas, anak2 keturunannya justru menjadi orang yang kuat dalam beriman, terealisasi dalam ibadah, lantaran berada di lingkungan orang2 yang taat beribadah. D. Anak yang bersangkutan mempelajari keimanan dari keyakinan iman yang lain dari ortunya, kemudian dianya merasakan bahwa keyakinan keimanan yang dipelajarinya jauh lebih meyakinkan dari yang selama ini dipahaminya dari ortunya. Hal ini dapat terjadi kerena “C” di atas, atau juga bila anak tersebut melalui study leteratur, membaca buku2, mendengar vedia dakwah agama. Khusus buat keimanan agamaku Islam, adalah merupakan kewajiban ortu menurunkan nilai-nilai keimanan kepada keturunan mereka dengan perintah yang tegas dari Allah dalam Al-Qur’an surat 66 (At-Tahrim) ayat 6. يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Untuk itu diyakini oleh penganut Islam, agar sedini mungkin menanamkan keimanan kepada anak keturunan kita agar tetap beriman dan beramal shaleh agar terpelihara dari api neraka. Setelah segala upaya dilakukan, ternyata anak keturunan kita juga beralih iman, itu bukan lagi urusan kita, serahkan semuanya kepada Allah. Apatah lagi kita, sedangkan para nabi saja ada anaknya yang berbeda keyakinannya. Demikian artikel kali ini, karena terbatas ruang, dibatasi hanya membahas “iman muasal terpasang”, sedanhgkan asal muasal: “Terangsang”, “penantang” dan “Bimbang” direncanakan akan dimuat dia artikel2 berikutnya. Semoga, iman yang sudah terpasang di diri kita masing2 tetap tertancap kuat didiri kita masing2, sampai akhir hayat. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Sya’ban 1444 H. 20 Maret 2023. (1.117.23).

IMAN TERANGSANG

Empat “asal muasal” IMAN yaitu: 1. Iman terpasang., 2. Iman terangsang., 3. Iman penantang., 4. Iman bimbang. Asal muasal “Iman terpasang” telah ditulis pada artikel sebelum ini, yakni seseorang beriman karena/dari keturunan, melalui jalur ayah ibunya. Pada artikel ini ditulis keberimanan sesoarang karena Terangsang oleh fakor dari luar dirinya, menggetarkan jiwanya sehingga diapun memutuskan mengimani sesuatu agama tertentu, suatu keyakinan tertentu. Kelompok beriman karena terangsang ini, banyak penyebabnya. Di artikel ini disederhanakan saja hanya lantaran dua sebab: 1. Karena setelah menyaksikan fenomena alam, ingin untuk mendapatkan kebenaran iman dari rangsangan dalam jiwa bahwa kehidupan dan dunia ini tidak ada dengan sendirinya. 2. Dapat juga terjadi terangsang seseorang beriman karena kejadian yang dialami sendiri atau dialami oleh orang2 yang dicintainya, baik yang menyenangkan maupun ekstrim menyulitkan/menyedihkan. IMAN TERANGSANG FENOMENA ALAM. Nabi Ibrahim yang berusaha untuk mencari Tuhan seperti terlukis di dalam Al Qur’an bagaimana mulanya nabi Ibrahim menemukan iman yaitu melalui memperhatikan benda-benda alam; seperti Matahari, Bulan dan Bintang-Bintang. Seperti diabadikan pada surat Al-An’am ayat 76-78. فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ الَّيْلُ رَءَا كَوْكَبًا  ۖ قَالَ هٰذَا رَبِّى  ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ الْأَافِلِينَ "Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, "Inilah tuhanku." Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, "Aku tidak suka kepada yang terbenam."" (Al-An'am ayat 76) فَلَمَّا رَءَا الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هٰذَا رَبِّى  ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَّمْ يَهْدِنِى رَبِّى لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّآلِّينَ "Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, "Inilah tuhanku." Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, "Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat."" (Al-An'am ayat 77) فَلَمَّا رَءَا الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هٰذَا رَبِّى هٰذَآ أَكْبَرُ  ۖ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ "Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, "Inilah tuhanku, ini lebih besar." Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, "Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan."" (Al-An'am ayat 78) Dari rangsangan yang kuat untuk mendapatkan iman yang benar, akhirnya Allah memberi petunjuk kepada nabi Ibrahim langsung dari Allah seperti didapatkan dalam surat Al-Baqarah ayat 131. ِذْ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسْلِمْ  ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعٰلَمِينَ "(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), "Berserah dirilah!" Dia menjawab, "Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam."" IMAN TERANGSANG karena APA YANG DIALAMI. Keimanan manusia sekarang ini, dengan sebab terangsang jiwanya untuk mengimani agama tertentu, atau keyakinan tertentu ini banyak ditemukan, setelah melakukan observasi atau setelah mendapatkan pengalaman pribadi. Terangsang beriman melalui observasi. Seseorang yang menekuni ajaran beberapa agama, beberapa keyakinan dan bahkan kadang sampai dalam kurun waktu tertentu dalam hidupnya memperaktekkan ajaran agama tertentu. Akhirnya jiwanya terdorong untuk menentukan sesuatu pilihan, yang menurut dirinya yang paling cocok, yang paling logis menurut yang bersangkutan. Bagi kaum muslim tentang dapat petunjuk seseorang diyakini adalah mutlak atas kehendak Allah: فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلٰمِ  ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ  ۚ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ "Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (Al-An'am ayat 125) إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِى مَنْ يَشَآءُ  ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ "Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (Al-Qasas ayat 56) Terangsang beriman karena pengalaman pribadi. Kadang kesuksesan seseorang dalam karier dalam usaha tidak jarang membuat manusia menjadi membanggakan diri, tidak yakin dengan apa yang menjadi rukun iman; bahwa nasib manusia, sukses dan kurang beruntung sudah ditentukan oleh Allah Yang Maha Kuasa. Ada kalanya seorang pengusaha sukses menjadi terangsang beriman karena usahanya bangkrut, sebaliknya ada kalanya orang yang tadinya merintis usaha dengan susah payah, begitu berjaya terangsang beriman yang kuat. Dalam pada itu ada seorang yang kaya raya, sukses dalam hidup, baru imannya terangsang ketika orang yang sangat dicintai, anak kesayangan menderita sakit dimana dengan pengobatan apa saja telah dilakukan karena banyak uang, tetapi tidak juga sembuh. Diapun sadar bahwa kekayaaan, uang bukanlah segalanya, sehingga terangsang beriman. Banyak lagi contoh2 pengalaman pribadi membuat orang terangsang menjadi beriman. Selama dunia ini terkembang, telah begitu banyak pengalaman pribadi orang2 terdahulu, baik secara invidu maupun berupa suatu kaum yang telah dicontohkan Allah, terbukukan di dalam kitab2 suci bagaimana kesudahannya orang2 yang tidak beriman. Di dalam Al Qur’an banyak sekali permisalan2 orang yang tidak beriman, untuk bahan merangsang bagi orang2 yang mau mengambil pelajaran menjadi bertambah kuat imannya. وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِى هٰذَا الْقُرْءَانِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ "Dan sungguh, telah Kami buatkan dalam Al-Qur'an ini segala macam perumpamaan bagi manusia agar mereka mendapatkan pelajaran." (Az-Zumar ayat 27). Semoga melalui fenomena alam dengan tak terhingga keistimewaan dan keajaibannya, melalui pengalaman2 pribadi diri sendiri atau orang lain, Allah merangsang, memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita semua. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 28 Sya’ban 1444 H. 21 Maret 2023. (1.118.23).

Friday 17 March 2023

Oto TAK MINUM Bensin

Menjenguk orang sakit, adalah salah satu kewajiban bagi setiap muslim terhadap Saudara, Sahabat, Kenalannya, tidak pandang seagama atau tidak. Nabi Muhammad bahkan menjenguk sesesorang yang justru tidak menyukai beliau, ketika orang itu sakit. Ketika menjenguk orang sakit sekurangnya dapat dua kebaikan sekaligus. Pertama, menyenangkan hati si sakit, semoga dengan demikian deritanya berkurang, sekaligus mendo’akan kesembuhan buat si sakit, siapa tau dari sekian banyak penjenguk ada diantaranya do’anya diijabah Allah. Kedua, terjalin silaturahim dengan keluarga penderita, juga sahabat2 sesama penjenguk. Bagi penjenguk orang sakit, demikian banyak hadits menjelaskan kebaikan yang diperoleh, di kutip satu hadits sbb: عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَو زَارَ أَخًا لَهُ فِي الله، نَادَاهُ مُنَادٍ: بِأَنْ طِبْتَ، وَطَابَ مَمْشَاكَ، وَتَبَوَّأتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلاً». [حسن] - [رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد] المزيــد ... Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, niscaya seorang penyeru berseru, "Engkau telah berbuat baik dan perjalananmu juga merupakan kebaikan, serta engkau akan menempati satu tempat di Surga." Hadits hasan - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah Usai shalat dzuhur berjamaah di kediaman sohib istriku yang kami jenguk lantaran menurut kabar beliau sudah lama sakit, kami serombongan 7 orang pamit pulang. Ketika bersiap akan pulang sohib yang kami jenguk dimana keadaannya sudah bugar, dengan cekatan menyiapkan aneka kue dan roti dikemas dalam kotak dimasukkan kantong, siap ditenteng disaat pulang. Mobil kami tumpangi tergolong berkabin lebar. Di dalam mobil dua di depan, pemilik mobil bersama istri. Diriku dan istri kebagian di kursi tengah, tiga ibu2 teman istriku duduk di jok belakang dengan posisi juga menghadap ke haluan, duduk cukup lega, karena mobil ini cukup bermerk dan sepertinya masih baru. Entah bagaimana baru seperempat jam-an masuk gerbang tol Bogor mau nuju Jakarta, berbunyi tiet2... tiet2 terus menerus. Rupanya mobil masa kini bila ada kelainan, langsung memberi tanda bunyi dan lampu merah kecil kedip2 di ruang kemudi. Pemilik mobil, paham betul bahwa itu isyarat, temperatur mobil kepanasan. Ketika menuju Bogor, aku dan istri dengan mobil ini juga di mampiri di bilangan halte UKI, pkl 9 pagi, sama sekali tidak ada masalah, malah kami berempat rombongan yang pertama datang ke kediaman sohib istri ku, yang menderita sakit itu. Karena isyarat bunyi dan lampu di ruang kemudi sudah semakin sering, mobil tetap dijalankan…. tapi per-lahan2, mungkin akan singgah di rest area terdekat. Namun belum nyampe rest area, mobil dipinggirkan ke sebelah garis putih jalan tol paling pinggir……. Jujur;…. dag dig dug juga, karena sering benar terakhir ini lihat di TV mobil terbakar sedang dikendarai di jalan raya. Dalam pada itu, mobil yang kami jadi penumpang itu, pintu tengahnya berupa pintu geser, membukanya sepertinya dengan otomatis, kami belum tau pula membuka pintunya secara manual. Bagaimana keluar nanti kalau ada apa2. Setelah mobil dipinggirkan, pemilik mobil keluar dari ruang kemudi, membuka kap mobil, mengambil sebotol air dari bagasi mobil, diisikan ke tangki radiator mobil. Kurang lebih sepuluh menitan nunggu, tanda berupa bunyi berhenti, lampu tanda mobil panas juga padam. Mobilpun dijalankan kembali. Tak lama berselang, bunyi dan lampu muncul kembali. Langkah sama diambil berkali-kali. Target untuk sampai ke “tujuan antara” rombongan kami jadi terlambat; yaitu ingin makan siang di rumah makan “Tombo Kangen Depok”, bernostalgia sebagai pernah jadi Arek Surabaya ingin makan menu “Rujak Cingur”. Keterlambatan karena mobil beberapa kali berhenti itu, rasa lapar mulai menggoda. Di-saat2 lapar ini jadi teringat kotak2 kue yang disiapkan oleh sahabat kami yang kami jenguk, tidak seorangpun diantara kami ingat untuk menentengnya, padahal sudah siap diatas meja. Keberangkatan kami ke Bogor menjenguk sahabat yang sakit itu, tidak mendadak, sudah disusun rencana seminggu sebelumnya. Semula saya dengan istri memilih moda trasportasi Kereta Api, turun di stasiun Bogor. Teman kami serombongan yang akan bawa mobil, menginformasikan bahwa mobil beliau yang besar (yang kami tumpangi itu), masih perlu di service di bengkel. Di pagi hari di hari “H” rencana berubah, teman kami itu membawa mobil besar, karena ternyata mobil besar miliknya tidak jadi di service, sebab bengkel masih harus indent suku cadang yang harus diganti. Sehubungan rencana awal, bahwa kami tidak dapat semobil, saya telah ngontak sahabat kami yang kediamannya sekomplek dengan Ibu yang akan kami sambangi, memberitahukan rencana naik Kereta Api…….. Beberapa saat kami akan keluar tol, sabahat ini menghubungi “kami sudah ada di stasiun” maksudnya akan menjemput kami. Saya jawab “maaf rencana berubah” kami menumpang mobil teman, kurang lebih 10 menit lagi masuk komplek. Sahabat seperjalanan kami ke masjidil Aqsa Juni 2022 lalu ini, segera menyusul kami dan pas ketemu di halaman depan rumah Ibu yang kami kunjungi. Setelah berbicara sebentar, sahabat kami itu menyatakan bahwa hari itu mereka ada acara “Isra’Mi’raj”, maka mereka segera akan ke tempat acara. Kepada kami diberikan oleh2 untuk dibawa ke Jakarta sejumlah 3 kotak “Kue Lapis Bogor” Terpikir kami untungnya ada pemberian kue dari seorang sahabat ku itu, denyut lapar kami akan dapat diobati. Masalahnya tidak tersedia pisau untuk memotong kue itu. Sekitar sepuluhan menit salah seorang ibu yang duduk di jok belakang, dapat inspirasi. Dibungkusnya bulpen dengan plastik, difungsikan sebagai pisau. Kami berlima anggota rombongan yang sudah sangat lapar mengganjal perut dengan potongan2 kue tersebut. Agaknya pemilik mobil belum merasa lapar. Mobil berhenti beberapa kali di pinggir jalan tol, menambah isi tangki radiator dengan air, mengingatkan diriku ditahun sekitar 70 han, kalau tak salah mengingat bensin naik dari Rp 16,- jadi Rp 25. Dampaknya tarif ongkos angkutpun naik. Bis dari suatu Kabupaten ke ibu kota Provinsi naik. Jika ku tak salah ingat semula tarif Rp 5,- jadi Rp 7,-. Mini bis yang digunakan adalah mobil tua (sebagian bodynya sudah terbuat dari kayu), perjalanan dari Kabupaten ke ibu kota Provinsi ndak kurang sepuluh kali berhenti di pinggir jalan yang ada paritnya berisi air. Kernet mini bis mengambil air di parit untuk ngisi jerigen, setiap radiator mulai panas, segera kap mini bis dibuka dan diisi ulang dengan air. Sekitar kurang 25 menit lagi sampai di terminal tujuan, kernet mulai sibuk menagih ongkos angkut. Seorang penumpang duduk di kiri bangku ke dua dari belakang, tetap hanya mau bayar dengan tarif lama, tidak mau bayar Rp 7,-. Si kernet menjelaskan “Bensin sekarang sudah naik”. ………... Penumpang yang tak mau bayar tarif baru itu lantas nimpali “kamu bohong, oto ini (maksudnya bis ini bahasa setempat “OTO”), tidak minum bensin, aku liat sendiri selama dalam perjalanan kamu kan yang minumi oto ini……., dengan air parit”. Semua penumpang spontan “geeerr” ketawa, lalu ngundang perhatian supir, kemudian supir memanggil kernet, entah apa yang dibisikan si supir, sehingga kernet tidak lagi minta kekurangan Rp 2, dari penumpang yang dari penampilannya lugu itu. Cerita ini, sempat terpikir olehku akan kuceritakan di dalam mobil yang kami tumpangi itu, agar dapat sebagai obat stress. Namun setelah ku-timbang2 sebaiknya tidak kuceritakan, mungkin akan menyinggung perasaan yang punya mobil, dimana ku yakin beliau sangat merasa tidak nyaman bercampur cemas kalau2 sesuatu yang lebih buruk bakal terjadi. Beberapa waktu setelah terdengar adzan ashar, kamipun sampai di tujuan “RM. Tombo Kangen Depok”, tidak begitu lama duduk pesanan masing2 telah siap, karena sudah di pesan melalui telepon; “siapa pesan menu apa”, Sungguh perjalanan sangat mengesankan. Kuucapkan terimakasih banyak kepada sahabat yang memberi tumpangan mobil kepada kami dan juga kepada sahabat yang membekali “kue Lapis Bogor” terasa banget manfaatnya. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak/ Ibu semua dengan balasan yang lebih baik. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 25 Sya’ban 1444 H. 18 Maret 2023. (1.116.23).

Thursday 16 March 2023

KUALITAS produk RAMADHAN

Berbicara tentang kualitas suatu produk, dapat diukur setelah produk itu selesai dalam proses produksi, siap dipasarkan, siap dipergunakan, selanjutnya dipantau apakah terdapat masalah ketika dipergunakan. Proses produksi adalah proses yang melibatkan langkah-langkah yang dimulai dari tahap input pembuatan produk hingga tahap output saat produk dijual ke pelanggan. Pemrosesan bahan mentah atau bagian menjadi barang jadi melalui penggunaan alat, tenaga manusia, mesin, dan pemrosesan kimia. Terakhir ini sering diberitakan banyak mobil terbakar ketika sedang berada di jalan raya. Patut dipertanyakan; kejadian itu apakah karena kelalaian pemilik mobil, misalnya telah salah memodifikasi instalasi listrik tu mobil, tangki bahan bakar lupa menutup, atau merupakan karena kegagalan produksi dari pabrikan. Kalau merupakan kegagalan produksi pabrik maka itu termasuk “Produk tidak berkualitas”. Beberapa hari lagi ummat Islam akan melaksanakan ibadah khusus yaitu berpuasa wajib di bulan yang khusus yaitu bulan Ramadhan. Dilihat dari sudut Produk; masing2 individu muslimin dan muslimat di bulan Ramadhan adalah sedang memproduksi suatu ibadah bernama Shaum atau Puasa. Hasil produksinya adalah “Taqwa”. Target pasarnya, atau boleh diibaratkan konsumennya ada dua: 1. Yaitu mendapat keridhaan Allah, berarti menjadi baik hubungan dengan Allah, dikenal dengan hablum minallah. 2. Terjalin hubungan baik sesama manusia (hablum minannas), karena dengan berpuasa menjadikan setiap diri merasakan bagaimana orang miskin, sulit mendapatkan makan. Dimana si msikin kadang bukan saja tak makan di siang hari, namun kadang tak makan siang dan malam. Ditutupkan puasa Ramadhan dengan mengeluarkan zakat Fitrah. Kembali ke tahapan produksi ; agar terjamin kuliatasnya di analog kan dengan berpuasa maka: Tahapan input (bahan baku) produk adalah individu masing2. Oleh karena itu maka invidu sebagai bahan baku haruslah bahan baku yang baik, bersih dari segala sesuatu yang menyebabkan gagal dalam produksi nanti. Untuk itu maka setiap diri harus sudah bersih dari kesalahan terhadap Allah dan kesalahan terhadap manusia. Kesalahan terhadap Allah dengan bertaubat. Kesalahan kepada manusia dengan mohon maaf dan keridhaan, dari manusia dimana pernah berbuat salah. Hasil produk untuk mendapatkan taqwa setelah bahan baku “baik”, maka proses harus baik yaitu dalam menjalankan shaum nanti terbebas dari segala yang membatalkan puasa. Hal yang membatalkan puasa dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Dengan sengaja; seperti telah banyak dijelaskan misalnya makan minum dan lain sebagainya. 2. Dengan tidak sengaja, kadang diri merasa masih tetap berpuasa padahal puasanya batal karena selama dalam puasa secara tak sadar: a. Bergosip atau menggunjing orang lain., b. Melakukan adu domba., c. Berbohong dan mengucapkan sumpah palsu., d. Melihat lawan jenis dengan syahwat., e. Riya’ akan ibadah yang dijalankan. Bila telah berhasil melaksanakan puasa dengan sempurna (mampu menghindari hal2 yang membatalkan puasa tsb di atas) maka individu yang bersangkutan jadi PRODUK yang TAQWA. Sebagai tandanya bahwa produk taqwa tersebut berkualitas baik, terindikasi dalam 11 hal merupakan identitas individu yang taqwa. 11 identitas taqwa tsb dpt dikelompokkan jadi 2 bagian. 1. Identitas taqwa jiwa atau Rohani. 2. Identitas taqwa amal pribadi Identitas taqwa jiwa atau Rohani. 1. Iman kepada Allah. مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ Orang taqwa percaya sungguh2 tiada Tuhan selain Allah. 2. Iman kpd hari akhir. وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ Yakin betul bahwa, dunia ini akan kiamat, ada hari akhir tempat nanti dipertanggung jawabkan segala amal perbuatan. Amal baik dibalas dengan kebahagiaan. Amal buruk akan mendapat siksa. 3. Iman kpd malaikat. وَالْمَلٰٓئِکَةِ Percaya bahwa ada makhluk Allah bernama malaikat, dengan berbagai fungsi dan tugasnya. Diantaranya mengawal setiap diri. Mencatat amal baik dan amal buruk. Pengawas melekat setiap insan, sehingga tak akan luput sekecil apapun amal, tercatat oleh dua malaikat. اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ  الشِّمَالِ قَعِيْدٌ "(lngatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." (QS. Qaf ayat 17) Dan..... مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf ayat 18). 4. Iman kepada kitab2. وَالْكِتٰبِ Allah turunkan kitab Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Telah terkumpul di dalam Al-Qur'an, harus diimani secara keseluruhan, tadak sebagian2. 5. Iman kepada Nabi2. وَالنَّبِيّٖنَ Semua Nabi mengajak meng Esakan Allah. Dikirim Allah ke bumi ini. Identitas taqwa amal pribadi. 1. Mengeluarkan sebagian harta yang disayangi ( وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ) untuk diinfakkan/membantu: a. Kerabat. ذَوِى الْقُرْبٰى b. Anak yatim. وَالْيَتٰمٰى c. Orang miskin. وَالْمَسٰكِيْنَ d. Orang dlm perjalanan (karena Allah). وَابْنَ السَّبِيْلِ e. Peminta-minta. وَالسَّآئِلِيْنَ 2. Memerdekakan budak. وَفِى الرِّقَابِ Kini sudah tidak ada lagi, namun perbuatan baik ini dapat berwujud, untuk majikan tidak terlalu memperhamba orang yang membantunya, orang yang makan upahan darinya. Memperlakukan mereka secara manusiawi. Begitu juga bos menjalin hubungan baik dengan anak buah, sehingga terjalin hubungan harmonis. 3. Mendirikan shalat. وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ 4. Menunaikan zakat. وَاٰتَى الزَّکٰوةَ 5. Menepati janji. وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا 6. Sabar dlm menghadapi setiap kesulitan. وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَآءِ وَالضَّرَّآءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ Mereka itulah orang yg sangat benar dan orang yg taqwa. اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُ وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ Identitas ideal orang siddiqun dan muttaquun tsb dipetik dari QS. Al-Bakarah 177. Identitas taqwa inilah yang diperoleh setelah shaum Ramadhan. Hendaklah setiap individu dapat mempertahankannya. Sebab identitas ini sebagian maupun seluruhnya dapat luntur selama dalam perjalanan hidup sesudah Ramadhan. Alangkah indahnya bila seseorang masih dapat mempertahankan identitas itu disaat "maut" datang menjemput. Agar identitas merupakan wujud darfi kualitas taqwa ini tetap bertahan ; hendaklah butir 1 sampai butir 11 tadi secara istiqamah dijalankan dan dipertahankan. Sebab dalam kehidupan sesudah Ramadhan, begitu banyak godaan dan cobaan berupa situasi dan kondisi yang dapat menanggalkan kualitas taqwa dimaksud. Rasulullah Muhammad s.a.w. memberikan jawabannya, tentang salah satunya yang diaminkannya dari atas mimbar.....:..oleh malaikat: وَ رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ "Amat merugi/hina seseorang yang Ramadhan masuk padanya kemudian Ramadhan pergi sebelum diampuni dosanya." (HR. al-Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi, al-Thabrani, dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jaami', no. 3510) Mudah2an shaum kita nanti, jikapun misalnya ada kekurangannya Allah cukupkan sehingga menjadi shaum yang diterima, sehingga kita semua nanti keluar Ramadhan berhasil memproduksi kualitas taqwa yang prima terjaga sampai maut datang menjemput. آمِيّنْ....... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِي اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Sya’ban 1444 H. 17 Maret 2023. (1.115.23).

JALA Iblis dirajut dengan benang IKHLAS

Ketika tulisan ini diturunkan, Ramadhan 1444 H, tinggal hitungan “satu digit hari”. Ramdahan disebut juga sebagai bulan ibadah (syahrul Ibadah) sebab pahala beribadah di bulan Ramadhan ini berbeda dengan pahala di bulan lain. Oleh karena itu, hendaknya kita kaum muslimin-muslimat selalu memperbanyak ibadah-ibadah sunnah di samping ibadah wajib. Misalnya menunaikan sholat sunnah dhuha, rawatib, dan tarawih (qiyamullail), serta membaca Alquran, karena segala pahala yang dilakukannya akan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah SAW: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari no. 1904, 5927 dan Muslim no. 1151). Hadist diatas menjelaskan bahwa Allah akan melipatgandakan satu amalan kebajikan menjadi sepuluh kebaikkan bahkan hingga tujuh ratus kebaikkan yang semisal. Peluang keutamaan beribadah di bulan Ramadhan itu oleh para ahli ibadah akan di pergunakan se-baik2nya. Saban hari tak pernah lupa bersedekah. Lidah dan bibirnya selalu basah berzikir. Tentu tak usah diragukan lagi ibadah wajib dilaksanakan dengan baik dan khusyuk karena Allah, sedangkan yang sunah saja hampir tak pernah luput. Namun yang perlu diwaspadai adalah “JALA IBLAS” yang senantiasa tidak rela bila ibadah kita di terima Allah. Iblis akan berusaha “menjala”, “mengambil” ibadah kita itu sehingga tak masuk ke pundi2 amal ibadah kita yang tersetor, tercatat sempurna di sisi Allah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Iblis: ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُمْ مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمٰنِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ  ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شٰكِرِينَ "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (Al-A'raf ayat 17). Amalan2 kita di bulan Ramadhan, tatkala dirinya mulai merasa ketaatan dan keikhlasannya beramal/beribadah itu diketahui orang, menjadi perbincangan masyarakat, lantas hal tersebut menjadi termotivasi meningkatkan frekuensi amal/ibadahnya. Umpamanya sedekah yang biasanya untuk orang berbuka ikut pertasipasi 100rb setiap hari karena diketahui orang lalu ditingkat jadi 200rb sampai 300rb. Zikir yg biasa dilakukan, karena jadi perhatian orang diperbanyak dan pengucapannya diperjelas. Pokoknya semenjak diketahui orang akan amal/ibadahnya yang bersangkutan meningkatkan amal/ibadahnya baik kualitas maupun kuantitas. Jika sudah seperti ini “JALA IBLIS” telah dikibarkan untuk diarahkannya kepada ahli ibadah yang ikhlas itu tadi. Iblis punya JALA BERAJUT BENANG-BENANG IKHLAS yang siap untuk menjala orang-orang ikhlas dalam beribadah. Karena kasih sayang Rasulullah kepada ummatnya, beliau ajarkan do'a untuk menghindari “JALA IBLIS”, kepada sahabat utamanya ABU BAKAR. Abu Bakar adalah orang beriman pertama, demikian kuat imannya tak disangsikan lagi. Tetapi Nabi mengajarinya do'a, tentu do'a itu bukan hanya untuk Abu Bakar namun untuk kita semua agar terhindar dari terjaring JALA-NYA IBLIS. Abu Bakar yang begitu kuat imannya saja perlu do'a ini apalagi kita yang imannya mungkin tak seujung kukupun dari Abu Bakar. Do'a tsb sbb: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَم Allahumma inni a'udzu bika an usyrika bika syaian waana a'lamu waastaghfiruka lima laa a'lamu. (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku sadari. Dan, aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa-dosa yang tadak kuketahui). (Iman Bukhari dalam AL ADAB AL MUFRAT dan At Tirmidzi dalam NAWATIR AL USUL. Mari kita persiapkan diri menyongsong Ramadhan dengan waspada terhadap kemungkinan terkena “Jala Iblis yang dirajut dengan benang-benang ikhlas” Semoga keikhlasan kita beramal tidak terpengaruh, walau dipuji atau di caci, biar dipuja atau dicela. آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 23 Sya’ban 1444 H. 16 Maret 2023. (1.114.23).

Monday 13 March 2023

SEMBILAN apakah KEBETULAN

“Kebetulan” ketika aku sedang olah raga ringan jalan pagi, tiba2 sebuah mobil berhenti mendadak tak terhindarkan seekor kucing terlindas dan mati di tempat. Apa yang kulihat ini kuceritakan kepada sohib2ku pada kesempatan sama2 menghitung kotak amal Jum’atan di masjid. Salah seorang dari sohibku itu memperotes istilahku “Kebetulan”. “di dunia ini apa yang terjadi ndak ada yang “kebetulan” katanya. Benar juga ujar sohibku itu, pada hakikatnya apapun yang terjadi “sudah tersurat”: مَآ أَصَابَ مِنْ مُّصِيبَةٍ فِى الْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ أَنْ نَّبْرَأَهَآ  ۚ إِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah" (Al-Hadid ayat 22). Jadi kucing ketabrak mobil tersebut, oleh sohibku itu dikelompokkan “bukan kebetulan” sudah ……..tertulis di “ Lauh Mahfuz” Sebentar lagi Ramadhan 1444 H tiba, ternyata bulan Ramadhan itu dalam kalender Hijriah, bulan2 Qamariyah adalah bulan ke SEMBILAN. Inipun agaknya bukan “kebetulan”. Coba kita kaitkan dengan hadist: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ “Setiap anak yang lahir, dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”. (HR. Muslim). Ini sekedar kutak katik, diriku bukan sebagai ahli agama, kucoba menghubungkannya dengan manusia yang normal, berada dalam kandungan ibu adalah selama sembilan bulan-plus. Lantas mari kita hubungkan dengan sebuah hadits lemah, yang banyak tersebar di ceramah/kultum ataupun di dunia maya: “Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka dia keluar dari dosanya SEPERTI BAYI YANG BARU DILAHIRKAN OLEH IBUNYA .” [HR. AHmad] إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ، وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ، فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا واحْتِسَابًا، خَرَجَ مِنَ الذُّنُوبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ “Allah ‘Azza wajalla mewajibkan puasa Ramadhan dan aku menyunahkan shalat malam harinya. Barangsiapa berpuasa dan shalat malam dengan mengharap pahala (keridhoan) Allah, maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya.” Mengacu kepada hadits tersebut, bahwa sepanjang tahun dengan parameter tahun Hijriyah; kita menapaki hidup sejak bulan: 1. Muharram, 2. Shafar, 3. Robi'ul Awal, 4. Robi'ul Akhir, 5. Jumadil Awal, 6. Jumadil Akhir, 7. Rajab, 8. Sya'ban, 9. Ramadhan…….. Pada bulan Ramadhan, diri kita masing2 sedang siap2 dilahirkan kembali setelah sembilan bulan mengarungi kehidupan dalam setahun, ketika di bulan Syawal (bulan ke sepuluh), setiap orang beriman yang menjalankan kewajiban berpuasa Ramadhan “BAGAIKAN LAHIR KEMBALI”. Manusia yang “baru dilahirkan ibu” seperti hadist dikutip di awal: “semua anak dilahirkan atas fitrah”. ( كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ) Penentuan berpuasa wajib di bulan ke sembilan (Ramadhan) inipun bukanlah merupakan suatu “kebetulan”, tetapi bila di kait2kan; mungkin; sekali lagi mungkin, ada kandungan maksud dengan persamaan bahwa manusia normal dikandung ibu selama SEMBILAN BULAN plus. والله عالم بشواب (wallahu ‘alam bishawab) Bulan2 Hijriyah yang dulu ketika kami masih kecil di Madrasah dihafalkan melalui nyanyian, sehingga anak2 setara SR ketika itu hafal nama2 bulan kalender Islam tersebut. Sekarang mungkin sudah banyak diantara kita pemeluk agama Islam yang tak hafal dengan urutan bulan2 Hijriyah tersebut yaitu: 1. Muharram; Adalah bulan pertama dalam tahun Hijrah (Hijriyah). Muharram berarti “diharamkan” atau “dipantangkan”, yaitu bulan dimana Allah SWT melarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah. Begitulah kebiasaan orang Arab jaman dulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan. 2. Shafar; Dinamakan bulan Shafar karena rumah-rumah mereka sepi, sedangkan para penghuninya keluar untuk berperang dan bepergian Shafar (صفر) dalam bahasa Indonesia diartikan kekosongan. Dinamakan demikian karena rumah-rumah bangsa Arab menjadi kosong atau sepi dari penduduk karena mereka pada keluar untuk berperang ataupun untuk mencari makanan. 3. Rabi'ul Awal; Kata ar-Rabi’ sebenarnya memiliki arti yang bermacam-macam. Namun keseluruhannya menunjukkan makna musim dimana tumbuhan mulai menghijau atau memunculkan kembangnya. Ia kemudian diterjemahkan sebagai musim semi. 4. Rabi'ul Akhir; Konon, yang pertama kali mengistilahkan Rabiul Akhir ialah Kilab bin Murrah. Ia merupakan kakek buyut Nabi Muhammad SAW. Penamaan itu merujuk pada peristiwa alam, yakni datangnya musim semi (rabi') di Jazirah Arab. 5. Jumadil Awal; Kata Jumadil berasal dari kata Jamada, maknanya adalah beku karena di masa itu musim dingin mulai tiba. Nama Jumadil Awal diambil dari kata jamada yang artinya beku dan dingin, sedangkan awal berarti pertama. 6. Jumadil Akhir; JUMADIL Awal dan Akhir diambil dari kata Jamada yang artinya "beku" karena penamaan bulan tersebut bertepatan dengan saat musim dingin di mana air membeku. 7. Rajab; Makna awalnya segan untuk melepaskan anak panah dari busurnya. Ini dikarenakan di bulan tersebut, peperangan dilarang dilakukan. “Rajab” diambil dari kata at-tarjîb yang berarti mengagungkan atau memuliakan, karena masyarakat Arab dulu lebih memuliakannya dibanding bulan lainnya. 8. Sya'ban; Nama Sya'ban diambil dari kata Sya'bun (شعب) yang artinya 'kelompok / golongan', atau “jalan di atas gunung”, maka Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya'ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan demi mencapai kebaikan. 9. Ramadhan; Ramadhan berasal dari kata Ramadh (رمض ) yang artinya ialah panas menyengat atau membakar. Dinamakan seperti itu karena memang matahari pada bulan ini jauh lebih menyengat dibanding bulan-bulan lain. Di bulan Ramadhan ummat Islam diwajibkan berpuasa, mengacu kepada hadits dikutip diatas usai melaksanakan puasa Ramadhan, di 1 Syawal “Suci bagaikan bayi yang baru lahir”. 10. Syawal; Syawal berkaitan dengan susu yang dihasilkan oleh hewan yang khas di wilayah Arab, yakni unta. Penamaan Syawal merujuk pada unta betina yang melilitkan dan menaikkan ekornya. Ini menjadi tanda bahwa unta betina tersebut minta dibuahi dengan si jantan. 11. Dzulqa'dah; Bulan Dzulqa'dah juga diagungkan karena dalam bulan tersebut Allah melarang manusia untuk berperang. Hal ini senada dengan makna secara harfiyah dari “Dzulqa'dah” yaitu penguasa genjatan senjata. 12. Dzulhijjah, Bulan Dzulhijjah secara bahasa, Dzulhijjah terdiri dari dua kata: Dzul yang artinya pemilik dan Al Hijjah yang artinya haji. Dinamakan bulan Dzulhijjah, karena orang Arab, sejak zaman jahiliyah, melakukan ibadah haji di bulan ini. Semoga dengan mencoba menghubungkan Ramadhan sebagai bulan ke SEMBILAN, dengan masa manusia dalam kandungan selama SEMBILAN bulan, selesai berpuasa Ramadhan benar2 seperti dilahirkan kembali, suci dari segala dosa. Ya Allah; Selamatkanlah diri kami dari bahaya kejahatan yang sudah Engkau tentukan. آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 20 Sya’ban 1444 H. 13 Maret 2023. (1.113.23).

Sunday 12 March 2023

TAK Khusyuk, jangka panjang Hati Mengeras

Khusyuk dalam terminology Islam dapat diartikan konsentrasi/fokus ibadah kepada Allah semata, bukan karena sesuatu yang lain selain Allah. Perintah khusyuk ini, tidak serta merta bersamaan begitu Islam datang. Sebelum keharusan khusyuk dalam shalat, makmum shalat permulaan Islam kadang masih berbincang dengan tetangga berdiri shalat, misalnya nyusun rencana bisnis sesudah shalat. Menurut khabar dari Abdullah bin Mas'ud perintah khusyuk baru ditegaskan Allah setelah 4 tahun mereka memeluk Islam, ternukil dalam surat Al-Hadid ayat 16: اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَـقِّ ۙ “Belumkah datang masanya bagi orang-orang yang beriman, bahwa akan khusyuk hati mengingat Allah dan apa yang DIA turunkan dng kebenaran.” Jeda 4 tahun dari lahirnya Islam ke perintah khusyuk, mohon maaf bila saya jadikan tamsil, pengurus masjid hendaklah maklum terhadap anak2 bawah/sampai 10 tahun tidak/belum khusyuk ketika shalat berjamaah di masjid. Mereka baru lebih kurang 3 tahunan didik shalat, makanya mereka masih saling goda satu sama lain, toleh kiri toleh kanan, tak jarang membuat berisik. Dalam hal ini pengurus masjid handaklah memperlakukan mereka secara bijak. Tidak pantas mereka dibentak, apalagi diusir dari masjid. Karena hal ini akan menjadi trauma yang akan terbawa sampai mereka dewasa. Mereka adalah generasi penerus kita yang kelak akan memakmurkan masjid, setelah kita yang tua2 ini satu persatu dipanggil Allah. Pendidikan shalat buat anak2 mulai usia 7 th, wajarlah kalau mereka kadang masih suka bercanda. Tapi harapan kita, terutama imam dan pengurus masjid, hendaklah terus menerus mengingatkan kepada anak2 kita agar jangan bercanda ketika shalat. Nah kalau sudah masuk umur 10 tahun hendaklah mulai tegakkan ketentuan khusyuk itu lebih tegas. Jujur kita akui, jamaah dewasa saja masih harus terus-menerus diingatkan. Buktinya imam shalat, tak bosan2nya berseru "Rapat kan dan luruskan shaf. Tolong yang didepan penuhkan dulu, baru shaf berikutnya. Isi shaf yang masih kosong". Tidak otomatis....., shaf masih aja mengular, masih aja yang lowong, belum lagi yang berperilaku membuka kaki lebar2. Mestinya shaf muat untuk 3 orang, cuma dapat 2 orang. Kembali ke masalah khusyuk. Dalam hal ini Syaddad bin Aus mengatakan dia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع حتى لا ترى فيها خاشعا قال الألباني: ‌‏حسن صحيح “Perkara pertama diangkat dari umat ini ialah khusyu’ sehingga kamu tidak melihat padanya orang yang khusyu’”. Berkata Al-Albani: hadits ini hasan sahih. Suatu yang lekas hilang dari sebagian orang, ialah khusyuk mereka kepada Allah. Apalagi di era persaingan kehidupan dunia dewasa ini menjadikan manusia harus serba sibuk. Tak jarang orang mampir ke masjid, berharap agar acara ibadah yang diikuti cepat selesai, sebab sudah ditunggu oleh suatu aktivitas yang harus dilaksanakan. Khutbah Jum’at kalau kelamaan ada makmum yang gelisah, lalu meluncur dari mulutnya “aamiin, aamiin, aamiin”, pada hal khatib belum sedang membaca do’a. Adalah bijak setiap pengurus masjid mengarahkan setiap khatib agar berkhutbah dengan durasi tertentu misalkan maksimal 20 menit. Bekenaan dengan kemajuan digital sekarang banyak masjid yang sudah tersedia alarm yang lembut, terdengar khatib dari mimbar, bahwa waktu khutbah sudah harus diakhiri. Kadang seorang khatib walau sudah diingatkan pengurus tentang durasi khutbah, dengan teknik penyampaian kadang pengulangan2 kalimat tertentu, sehingga materi belum sampai tuntas seperti direncanakan, waktu digunakan sudah lebih, tak terasa kebablasan. Akibat tdk khusyuk dalam shalat termasuk mendengarkan khatib berkhutbah, diberitahukan sekalian buat kita dilanjutan ayat 16 al-Hadid tadi: وَلَا يَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ  وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ "dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik." Salah satu acuan untuk khusyuk dalam shalat/beribadah dapat dipedomani hadits berikut: ،اعبُدِاللهَ كأنَّكَ تراه فإن لم تكُن تر ا ه فإنَّه يراك، واعدُد نفسكَ في الموتي وإيَّاكَ ودعو ةَ المظلو م فإنَّما تُستجا ب، ومن استطا ع منكم أ ن يشهد الصلا تينْ العشا ء والصبْح ولو حَبْوًافلْيَفْعَل “Beribadahlah kepada Allah seakan-akan kamu melihat Allah, jika kamu tidak melihatnya maka sesungguhnya Dia yang melihatmu dan anggaplah bahwa seakan-akan kamu hendak mati, jauhi dan hati-hati dari do’a orang-orang yang didzalimi, dan siapa diantara kalian yang mampu untuk shalat subuh dan ‘isya berjamaah walaupun dia merangkak untuk mendatanginya, hendaknya dia lakukan” Semoga kita masa kini dengan banyak mendengar dakwah dan pengajian, berkenaan pula dengan Ramadhan 1444 H tinggal hitungan hari, semakin mantab kekhusyukan kita dalam shalat dan seluruh ibadah2. آمِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 19 Sya’ban 1444 H. 12 Maret 2023. (1.112.23).

Thursday 9 March 2023

BERSIH Rohani untuk RAMADHAN

Ketika artikel ini sampai ke ruang baca anda, Ramadhan 1444 H sudah hampir tiba, kurang dari dua pekan. Setiap menjelang Ramadhan, ummat Islam melakukan beberapa persiapan agar manakala sampai di bulan Ramadhan tersebut dapat melaksanakan ibadah dengan maksimal. Sehingga insya Allah setiap diri berhasil menjadi hamba Allah yang taqwa sebagai tujuan akhir melaksanakan puasa Ramadhan, (seperti yang di informasikan Allah melalui Al-Baqarah 183 = “la’allakum tattaqun”). Sejumlah persiapan perlu dilakukan oleh setiap diri dimaksud, salah satu diantaranya adalah “membersihkan rohani”, meliputi dua hal yaitu: a. membersihkan dosa kepada Allah b. membersihkan dosa sesama manusia. MEMBERSIHKAN dosa kepada Allah. Allah akan mengampuni dosa-dosa kita seberapapun banyaknya, asalkan kita mau bertaubat dengan sungguh2 taubat dikenal dengan “Taubatan Nashuhaa”. “………...يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُم “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan kesalahanmu………………..” (At-Thahrim 8). Sebagai acuan boleh kiranya kita simak Kisah Wahsyi “Dari Abbas ra. Berikut ini: “ Wahsyi, pembunuh Hamzah ra. paman Rasulullah SAW. Menulis surat kepada Rasulullah SAW dari Mekkah, yang menyebutkan bahwa sesungguhnya aku ingin masuk Islam, namun yang menjadi penghalangku untuk masuk Islam adalah ayat Al-Qur’an yang turun kepada Anda, yaitu: وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ  ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا "dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,"(Al-Furqan ayat 68). Aku telah melakukan tiga perkara itu. Sekarang apakah aku berpeluang untuk bertaubat ?. …...kemudian turun firman Allah SWT. إِلَّا مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صٰلِحًا فَأُولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنٰتٍ  ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا "kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Al-Furqan ayat 70) Rasulullah SAW pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. Wahsyi menulis surat lagi yang isinya menyebutkan tentang syarat taubat, yaitu beramal saleh, dan aku tidak tahu apakah aku dapat melakukan amal saleh atau tidak ?. kemudian turun firman Allah SWT. إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَشَآءُ  ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًۢا بَعِيدًا "Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu) dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali." (An-Nisa' ayat 116). Rasulullah SAW pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. Wahsyi menulis surat lagi yang isinya menyebutkan tentang syarat taubat yang juga terdapat dalam ayat tersebut, dan aku tidak tahu apakah aku mendapatkan ampunan atau tidak ?.Kemudian turun firman Allah SWT,. قُلْ يٰعِبَادِىَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلٰىٓ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَّحْمَةِ اللَّهِ  ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا  ۚ إِنَّهُۥ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ "Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Az-Zumar yat 53). Rasulullah SAW pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. Wahsyi tidak lagi melihat ada syarat taubat yang berat baginya dalam ayat tersebut, maka dia pun bertolak menuju Madinah dan masuk Islam. Naah pembaca, kisah di atas baik kiranya untuk bahan banding buat diri masing2, kuat dugaan, dosa kita semua, belum seberat dosanya Wahsyi. Sedangkan Wahsyi saja diampuni Allah, dengan demikian, insya Allah bila kita bertaubat dengan sungguh2 Allah akan bersihkan diri kita dari dosa kepada Allah. Bahwa setiap bani Adam berdosa, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW, كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ. “Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang bertaubat”. (HR.Tirmidzi). BERSIH DIRI dari dosa SESAMA MANUSIA. Dosa kepada sesama makhluk Allah SWT terbagi dua yaitu “dosa ke sesama manusia” dan “dosa kepada mahluk Allah lainnya”. Dosa kepada makhluk Allah lainnya penyesaiannya dengan berbuat baik dan bertobat kepada Allah. Sedangkan “dosa kepada sesama manusia” lebih kompleks penyelesaiannya, harus digenahkan di dunia ini adalah dengan meminta maaf dan ridha dari orang dimana kita berbuat dosa. Kalau manusia yang didosai masih hidup dan jelas alamatnya, maka masalahnya adalah lebih mudah yaitu dengan mendatanginya dan meminta maaf dan ridhanya! Tapi, kalau yang bersangkutan sudah meninggal dunia, atau tidak ketahuan dimana tinggalnya, sehingga tidak bisa diketemukan orangnya, maka persoalannya menjadi musykil. Padahal bila dosa sesama manusia belum terselesaikan maka di akhirat nanti akan terjadi seperti dikisahkan didalam satu hadits Rasulullah SAW Dari Abu Hurairah ra.: "Siapa saja yang pernah melakukan suatu kezaliman terhadap saudaranya, baik itu harga diri ataupun ‎perkara lain, maka hendaklah ia meminta untuk dihalalkan pada saat ini sebelum datang hari dimana dinar dan ‎dirham sudah tidak berlaku. Jika dia ‎memiliki amal saleh maka akan diambil dari pahala amalan salehnya sebanyak kezalimannya, dan ‎jika ia tidak memiliki kebaikan, maka akan diambil dosa orang yang dizaliminya kemudian dibebankan kepadanya." Hadits sahih - Diriwayatkan oleh Bukhari. Memohon maaf sesama, juga memberikan maaf. Sungguh memberi maaf kadang lebih sulit ketimbang meminta maaf. Allah memberikan informasi di Al Bakarah 263 yang lebih utama adalah memberikan maaf. قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآ أَذًى  ۗ وَاللَّهُ غَنِىٌّ حَلِيمٌ "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun." Andaikan setiap diri, setiap hari menjelang tidur mengingat perjalanan harian, selanjutnya dengan ikhlas memaafkan siapun yang bersalah kepadanya, siapapun yang telah menzaliminya (sebagaimana dimaksud ayat di atas), maka dunia ini bersih dari dosa sesama. Berdasarkan riwayat Abdullah bin Amr, ada seorang di masa Rasulullah masih hidup, diberitahukan Rasulullah akan masuk surga tanpa dihisab, salah satu amalannya, setiap malam sebelum tidur dia ingat-ingat siapa yang melakukan kesalahan kepada dirinya dan langsung dimaafkannya tanpa dendam didalam hatinya. Dosa terhadap sesama manusia itu terdapat dua jenis: PERTAMA; terhadap hartanya. Dosa mengenai harta, disepakati hendaklah dikembalikan atau diserahkan dalam keadaan sebaik-baiknya kepada pemiliknya. Atau diganti dengan barang yang lebih baik. Atau kalau tidak mampu mengembalikan dan mengganti hendaklah meminta maafnya dan ridhanya. Kalau orangnya sudah meninggal dunia, hendaklah diserahkan kepada ahli warisnya. Kalau tidak ketahuan dimana ahli warisnya hendaklah diwakafkan atas namanya untuk kemaslahatan agama dan masyarakat, dengan niat menitipkannya kepada Allah SWT sebagai pembayar dosa tersebut, demikian fatwa dan pendapat lmam Ghazali. KEDUA; dosa atas sesama manusia yang bukan mengenai hartanya, misalnya mengenai kehormatannya, apakah pernah memfitnahnya, atau memakinya, atau menghinanya, kalau mungkin hendaklah dengan meminta maaf dan ridhanya. Itulah cara yang utama dan terbaik. Kalau tidak mungkin, karena orangnya sudah meninggal dunia atau tidak diketahui tempatnya, atau akan mengakibatkan huru hara, hendaklah dengan berendah diri dihadapan Allah SWT, seraya menyesali dosa yang diperbuat dan bertaubat, serta bersedekah atas nama yang bersangkutan dengan niat memohon kepada Allah SWT supaya pahala dari amal kebaikan itu cukup kiranya untuk membayar dosa yang diperbuat. Dalam kesempatan ini berkenaan Ramadhan tinggal hitungan hari, saya pun mohon dimaafkan kepada para pembaca, apabila muatan tulisan2 saya terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Begitupun saya dengan tulus memaafkan buat pembaca yang pernah berkomentar “kurang tegak”, menanggapi “tidak manis” atau menilai “negatif” terhadap tulisan2 saya, itu akan saya jadikan bahan evaluasi/masukan, agar niat saya menulis untuk menebar kebaikan berlanjut terus selagi mampu, serta mendapat pertolongan dan ridha Allah, karena sejak semula niat mempublish tulisan2 bukan mengharapkan penilaian, hanya sekedar sharing. Semoga ROHANI kita semua telah bersih sebelum memulai shaum Ramadhan. مِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 16 Sya’ban 1444 H. 9 Maret 2023. (1.111.23).