Tuesday 17 July 2018

Virus Takabur

Ujub = kagum diri sendiri.
Summ'ah = beramal untuk mendpt apresiasi manusia walau Allah dan RasulNya tak suka.
Riya = beramal menurut syariah agama, selain ingin mdpt keredhaan Allah terselip mengharapkan apresiasi manusia.
Ketiga virus di atas sedikit agak rinci telah diulas ditulisan sblm ini.
Virus yg ke empat tak kalah dahsyat menghapus amal; TAKABUR
Takabur; sering diterjemahkan “sombong”. suatu sifat menganggap diri lebih tinggi lebih mampu dari orang lain. Sering menganggap jika tidak karena dirinya sesuatu kegiatan tidak akan terjadi. Orang seperti ini tidak berkenan mendengarkan paham orang lain. Menganggap remeh orang lain, merendahkan orang lain. Juga yang bersangkutan tidak mau disaingi orang lain, sampai2 pakaiannyapun kalau boleh orang lain tidak boleh menyamainya. Kadang2 model rambut, bentuk kumispun orang lain ndak boleh niru.
Manusia terserang virus ini lazimnya bila mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat, jabatan top di institusi. Berasal keturunan orang terpandang. Harta banyak hidup tak pernah mengalami kekurangan.
Sifat inilah merupakan dosa pertama mahluk ciptaan Allah, seperti yang dikisahkan di dalam Alqur’an, "iblis".
Iblis menganggap dirinya lebih mulia dari Adam lantaran dianya diciptakan dari api sedangkan Adam tercipta dari tanah.
قَالَ مَا مَنَعَكَ اَ لَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَ ۗ قَالَ اَنَاۡ خَيْرٌ مِّنْهُ ۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ
"(Allah) berfirman, Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu? (Iblis) menjawab, Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 12).
Sikap membanggakan:
* asal usul keturunan,
* status sosial,
* kekayaan,
* strata ilmu/pendidikan,
* figur panutan.
antara lain faktor yg sering membuat orang menganggap orang lain ndak level. Bila sdh ada anggapan orang lain ndak level dg dirinya, ini sdh benih takabur yg mulai tumbuh subur.
Salah satu contoh, sombong/takabur akan ILMU, pernah kutulis bbrp taun lalu, kisah seorang siswa es em a, berkisah kpd teman sekelasnya ktk es em pe. Si teman, tak nyambung sekolah lantaran ekonomi ortu, mencari nafkah sbg pendayung sampan nyebrangkan orang di sungai Pawan (setempat disbt "penambang") .
Di perjalanan nyeberang sungai, sejak tambatan perahu dilepas dari pangkalan, dialog antara dua teman terjadi, si siswa SMA sbg penumpang.
Siswa SMA : Rugi kau ndak nyambung, banyak ilmu baru yg ndak ada di SMP.
Penambang: Yah yg penting udh dpt tulis baca dan beritung.
Siswa SMA: Kami diajari goneo metri, ndak tau ilmu ini layaknya seperempat hidup ini ilang percuma.
Penambang: mbak lah (dialeg setempat = biarlah) kan masih ada lebih separo gik (lagi).
Siswa SMA: Eeee jangan salah, ada gik ilmu Planemetri, ni ilmu bila ndak tau bagaikan hilang hidup kita sepertiga gik.
Pernyataan mantan kawan pernah se es em pe nya ini membuat si pendayung sampan ndak jawab lagi.
Sampan merekapun sudah berada di tengah sungai. Arus sungai cukup deras, sungai Pawan membelah kota Ketapang Kal-Bar itu, cukup lebar dan dalam. Sesekali dikala angin kencang bagian tertentu berombak. (Nb kisah ini sblm ada jembatan).
Teknik menyeberangkan sampan, haluan sampan tdk seperti membuat garis lurus dari titik ke titik ke pangkalan seberang. Posisi sampan dihadapkan melawan arus sungai, sampan menuju seberang sungai beringsut miring mengiris arus sungai (ini ilmu sendiri).
Di suasana kedua anak muda ini hening, tiba2 ombak menerpa sampan, angin bertiup kencang tambahan kbtln ada speed boat kecepatan tinggi melintas. Perahupun karam tapi tetap mengambang karena dari bahan kayu timbul diair, tapi perahu karam tak bisa dikayuh.
Semula pemilik sampan ingin menuntun sampannya menuju daratan terdekat. Tetapi begitu diliatnya temannya yg agaknya kurang mahir berenang, terpisah dari badan perahu di goyang ombak dan arus. Segera si penambang memprioritaskan menyeret temannya menuju tepian dg teknik mengikuti arus sungai sambil menepi.
Ditepian sungai sdh banyak orang berkerumun memberikan pertolongan. Sedangkan penambang2 lain dg cekatan mengejar sampannya untuk juga dibawa ke tepi sungai.
Dengan ilmu "orang sungai", dia berenang menyeret temannya tidak melawan arus agar menghemat tenaga yg penting sampai ketepian.
Ketika mrk ketemu lagi. Teman es em pe yg jadi penambang, menyapa teman SMA. Kalau aku ndak belajar ilmu yg kau katakan tadi, bagaikan separo lebih hidupku sdh habis.
Tadi, jika aku tdk memiliki ilmu "orang sungai" mungkin kau sdh kehabisan semua hidupmu.
Ilmu bukan untuk dibanggakan, karena cabang ilmu yg qt kuasai betapapun sarat, tak cukup untuk nenolong qt di segala macam keadaan.
Begitu pula tak perlu disombongkan/dibanggakan:
* asal usul keturunan, sebab prestasi/amal individulah yg berandil kuat membuat orang sukses dunia akhirat.
* status sosial, bukan mustahil hilang ditelan waktu.
* kekayaan, dlm sekejap bisa musnah.
* strata ilmu/pendidikan, disamping yg dicontohkan di atas; juga ilmu dpt hilang bila melemahnya ingatan (karena usia atau pikun)
* figur panutan. Ketenaran terbatas waktu dan zaman.
Dmkn, mudah2an ulasan ini bermanfaat. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

Memaknai NIKMAT

Nikmat adalah kepuasan yg dirasakan atas sesuatu yg diterima. Ada jenis nikmat, lantaran sdh selama ini nikmat itu diterima melekat didiri, sdh tak terasa lagi bahwa itu nikmat. Barulah terasa BERMAKNA bila nikmat itu hilang atau terhenti sementara.
Contoh konkrit, baru tau nikmat sehat ketika jatuh sakit. Lbh rinci baru tau nikmat setiap anggota tubuh bila fungsinya terganggu.
Bgt bnyk sesungguhnya nikmat yg qt terima dari Allah:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا
(Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya). (An-Nahl ayat 18).
Makanya qt diperintahkan bersyukur;
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
Secara sederhana “Syukur” diartikan sebagai ungkapan terimakasih atas anugerah yang diterima, atas pemberian yang diterima, dari mana saja datangnya pemberian/anugerah tersebut.
Andaikan qt terima pemberian dari seseorang, qt tidak berterima kasih, tentu orang yang memberi akan merasa kecewa.
Suatu ketika seorang adik berkunjung kerumah kakaknya. Si adik sudah 7 tahun tinggal tidak se kota dengan kakaknya. Si adik mukim di suatu kota, bila Duren sedang musim sangat berlimpah, sampai harus diawetkan dibuat dodol Duren yang dikenal dengan LEMPOK. Juga dipermentasi agar awet dikenal dengan nama TEMPOYAK.
5 kg Lempok dan 1 Kg Tempoyak, dengan susah payah diupayakan bagaimana caranya biar dapat dibawa masuk pesawat terbang.
Di pesawat terbang tak boleh ada barang bawaan yang berbau merangsang. Untuk itu khusus Tempoyak dikemas dalam kaleng yang diatasnya ditutup dengan serbuk Kopi.
Singkat kisah, ketika sampai di Jakarta adik berkunjung ke rumah si Kakak, oleh-olehpun diserahkan.
Kakak bertanya tentang oleh-oleh itu,..............,.....
Sangat terkejut si adik mendengar pernyataan kakak ketika menerima oleh-oleh: “kami ndak doyan Lempok, sebab menaikan kolesterol, apalagi tempoyak nanti bikin mountaah”, diikuti menggoyang-goyangkan bahu, dengan mimik yang nyinyir, sambil meneruskan kata: “simpan saja di atas meja makan”
Bila anda diposisi adik, entah bagaimana perasaan anda, sudah capek-capek bawa oleh-oleh, begitu diserahkan kepada yang di oleh-oleh-i dapat tanggapan demikian,........., bukannya bersyukur atau berterima kasih.
Mungkin akan lebih bijak, bila si kakak tidak mengucapkan pernyataan demikian, tapi mengucapkan terimakasih. Adapun tidak doyan atau akan bikin muntah, nanti begitu si adik sudah pulang, dapat saja di cari teman yang biasa makan Lempok dan terbiasa membuat bumbu masak dengan Tempoyak teruskan ke teman dimksud.
Atau ekstrimnya kalau tak ketemu juga jodoh oleh-oleh itu yaaah, dibuang saja.
Tamsil di atas, model berbagi kenikmatan sesama manusia. Bagaimana pula sikap bijak yg mungkin dianggap baik secara umum ketika menerima pemberian pihak lain, wakapun tak suka.
Pihak pemberi akan kecewa bila pemberiannya tidak disyukuri.
Atau sbg manusia, bisalah qt berpura-pura suka atas pemberian itu, untuk menyenangkan hati pemberi.
Dpt terjadi karena PENERIMA bepura-pura suka, SIPEMBERI dilain kesempatan mungkin bawa lagi oleh2 serupa boleh jadi volumenya ditambah. Ini contoh bila bersyukur sesama manusia saja, nikmat bertambah.
Giliran thdp Allah qt tak dpt berpura-pura, karena Allah Maha Mengetahui. Sampai2 kadar ke syukuran-pun di sisi Allah terukur. Bgt pula kalau qt tdk bersyukur, atau tak sungguhan bersyukur Allah pun tau itu. Tidak bersyukur diancam dg siksaan yg pedih.
Indakasi bersyukur kpd Allah
dapat dilakukan antara lain melalui 4 cara yaitu:
1. Bersyukur dengan hati,
2. Bersyukur dengan lidah,
3. Bersyukur dengan perbuatan dan
4. Bersyukur dengan menjaga nikmat.
Rincian teknik 4 cara bersyukur insya Allah diulas mendatang.
Demikian, smg perumpamaan in kiranya ada manfaatnya. Aamiin. Waslm. M. Syarif Arbi.

Friday 13 July 2018

Ujub, Virus Ibadah

Riya = beramal untuk Allah mengharap apresiasi manusia.
Summ'ah = beramal untuk diapresiasi manusia, walau tdk disuka Allah dan RasulNya.
Begitu barangkali singkat kalimat buat Riya dan Summ'ah yg sdh dibicarakan di dua tulisan yg lalu.
Virus ibadah ke 3, "Ujub". Kagum terhadap diri sendiri, bahkan kekaguman itu kadang diproklamirkan kepada orang lain. Virus ini kebanyakan menyerang orang-orang yang sukses dalam masyarakat, orang yang sukses dalam hidup. Ia menyatakan bahwa sukses dirinya hanya:
* lantaran kerja kerasnya,
* lantaran usahanya yang sungguh-sungguh,
* lantaran kepiawaiannya,
* lantaran kecerdasannya,
* lantaran kekuatannya.
Tak jarang orang seperti ini memberikan nasihat kepada pihak lain dengan kata-kata misalnya:
“Kalau ingin sukses seperti saya ikuti langkah saya, saya bangun setiap hari sebelum pukul 4 pagi dan langsung membaca buku……., langsung beraktivitas.........., pokoknya kerja, kerja, kerja ......., tdk berpangku tangan” dan seterusnya contoh-contoh lain diberikannya.
Pokoknya dalam pernyataannya semua keberhasilannya adalah karena usahanya, sebagaimana apa yang diungkapkan Qarun diabadikan di dalam Al-Qur’an surat Al Qashash 78 (Qarun berkata:
"Sesungguhnya aku diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.")
(قَالَ اِنَّمَاۤ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْ)
Padahal ia lupa segala yang terjadi di alam ini tak mungkin terjadi tanpa izin Allah Swt, termasuk kekayaan dan kejayaan. Ditegaskan Allah dalam Al Qur’an surat An-Najm ayat 48;
وَاَنَّهٗ هُوَ اَغْنٰى وَ اَقْنٰى
dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan."
Tidak semua usaha orang langsung sukses terus, berhasil terus, bila tdk disertai Allah.
Dpt saja terjadi, keberhasilan suatu usaha "sdh didepan mata", gagal total seperti diibaratkan Al-Qur'an surat Yunus 24, ttg pemilik kebun.
ۗ وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ اَهْلُهَاۤ اَنَّهُمْ قٰدِرُوْنَ عَلَيْهَاۤ ۙ اَتٰٮهَاۤ اَمْرُنَا لَيْلًا اَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنٰهَا حَصِيْدًا كَاَنْ لَّمْ تَغْنَ بِالْاَمْسِ ۗ
" ................dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin".
Jika dihubungkan dg ayat 23 surat Al-Hadid, harus disadari bahwa kesuksesan dan kegagalan, disandingkan Allah agar qt tak berlebihan dalam kondisi sukses maupun gagal.
لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرِ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Smg dg mengetahui virus ibadah ujub ini, menyadarkan qt agar tdk terlalu berbangga atas kesuksesan yg dicapai, sampai menafikan pertolongan Allah. Dalam pada itu menerima dg sabar apabila ikhtiar sdh maksimal, namun kesuksesan blm berpihak kpd qt. Terhunjam kuat keyakinan qt bahwa sbg manusia hak qt berencana, berusaha, berikhtiar sdgkan yg menentukan adalah Allah.
Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

VIRUS IBADAH (summ'ah)

Dikemukakan ditulisan sblm ini bahwa ada 8 virus ibadah. 1 virus tlh diungkap pd kesempatan terdahulu yaitu; "Riya", adlh keingin seseorang; ibadahnya kpd Allah agar di apresiasi oleh manusia.
Jenis virus ibadah ke 2 "Summ'ah"; pengertiannya kurang-lebih "mengerjakan suatu perbuatan, dilakukan demi mendapat penilaian baik dari masyarakat, manusia, walaupun dimurkai Allah".
Misalnya, berbuat mengikuti saja adat kebiasaan masyarakat lingkungannya/kebiasaan nenek moyang walaupun perbuatan yang diikuti itu tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya, bahkan tak jarang menjadikan menjurus ke SYIRIK.
Padahal begitu seseorang menjadi syirik habislah segala amal perbuatannya, karena dosa syirik tidak mendapat pengampunan Allah. (rifer surat An-Nisa 48)
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَآءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَـرٰۤى اِثْمًا عَظِيْمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar."
Tentang kebiasaan melakukan perbuatan berdalih melanjutkan tradisi nenek moyang. Melestarikan budaya, dsbnya.
Alasan meneruskan budaya nenek moyang bukan saja zaman kini, sdh sejak masa lampau, buktinya terabadikan dalam Alqur’an surat Al- A’raf 28:
وَاِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً قَالُوْا وَجَدْنَا عَلَيْهَاۤ اٰبَآءَنَا وَاللّٰهُ اَمَرَنَا بِهَا ۗ قُلْ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَآءِ ۗ اَتَقُوْلُوْنَ عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
"Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, Kami mendapati nenek moyang kami melakukan yang demikian, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh berbuat keji. Mengapa kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui?".
Sepertinya informasi summ'ah ini pantas buat qt mengira-ngira:
* Adakah perilaku/perbuatan qt atau keluarga qt atau kelompok masyarakat dimana qt ikut di dalamnya termasuk summ'ah
* Apakah qt masih berbuat sesuatu demi melestarikan atau/tradisi nenek moyang yg justru terindikasi sbg "SUMM'AH".
Dengan sudah:
* semakin cerdasnya qt bermasyarakat, mencerna setiap perilaku dan perbuatan,
* semakin lancarnya arus informasi sehingga begitu luasnya qt dpt mengakses penjelasan ttg agama dari ustadz/ustadzah yg berbobot didasari dalil2 orisinil.
Semoga qt semakin mampu memilih dan memilah mana tradisi/budaya nenek moyang yg msh layak diteruskan. Mana pula adat budaya nenek moyang yg bila diteruskan justru bersinggungan ke mempersekutukan Allah, mengingat bencana syirik mrpk virus perusak ibadah. Jembatan menuju syirik antara lain dpt saja terjadi melalui summ'ah.
Dmk seulas info mengenai salah satu virus ibadah, yaitu virus ke 2 dari 8 virus yg pantas diketahui, layak dihindari, insya Allah diulas mendatang. Virus ke 3 sampai ke 8, secara ringkas:
3. Ujub
Kagum terhadap diri sendiri, bahkan kekaguman itu kadang diproklamirkan kepada orang lain.
4. Takabur
Sering diterjemahkan “sombong”. Suatu sifat menganggap diri lebih tinggi lebih mampu dari orang lain.
5. Berbangga Diri
Sifat ini lahir bagi orang atas keadaan/kemampuan dirinya
6. Dengki
Senang bila orang susah, susah hatinya bila orang senang.
7. Dendam
Keinginan diri untuk membalas, perbuatan yang tidak baik yang pernah diterima dari orang lain.
8. Pemarah
Tak dpt mengendalikan emosi.
Smg qt semua terhindar dari virus ibadah. Aamiin. Waslm M. Syarif Arbi.

VIRUS IBADAH

Mungkin hal ini pernah dialami sembarang orang, apalagi mahasiswa. Flash disk terkontaminasi virus, tak disadari FD tsb di masukkan Lap top atau PC dirumah. Virus menular habislah semua data yang ada di PC/Lap top termakan virus yang dibawa oleh flash disk tersebut.
Begitulah perumpamaan tentang catatan amal dan ibadah kita bila telah terkena visrus, ia akan hapus, padahal sudah ber panjang masa kita menampung amal ibadah kita tersebut, dengan pengorbanan waktu, tenaga dan harta.
Ibaratnya seorang melakukan ibadah telah melakukan posting/input data dalam komputernya. Tetapi alangkah kaget dan kecewanya, setelah dibuka kembali komputer, semua postingan dalam komputer tersebut sudah hapus tidak terbaca lagi. Kenapa rupanya. Persoalannya terkena virus.
Adapun virus perusak ibadah tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 8 (delapan) macam yaitu:
1. Riya.
Adalah suatu sifat manusia yang didorong oleh perasaan bathinnya, ingin agar setiap perbuatan kebaikan yang dilakukannya mendapat perhatian dari orang, bukan mengharapkan ridha Allah. Ingin mendapatkan pujian, penghargaan, salutasi dan sekurang-kurangnya terimakasih dari manusia.
Didalam Alqur’an masalah ini beberapa kali disinggung diantaranya di dalam sebagian surat Al Baqarah 264:
ۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ
"............, seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. .............."
Virus ke 2 sampai ke 8, karena terbatas ruang disajikan singkat, insya Allah ditulis episode y.a.d. dg dalil2 yg menyertainya y.i.:
2. Summ’ah
Suatu perbuatan keji/tercela sekalipun, dilakukannya asal mendapat penilaian baik dari masyarakat.
3. Ujub
Kagum terhadap diri sendiri, bahkan kekaguman itu kadang diproklamirkan kepada orang lain. Virus ini biasa menyerang orang-orang yang sukses dalam masyarakat, orang yang sukses dalam hidup.
4. Takabur
Sering diterjemahkan “sombong”. Suatu sifat menganggap diri lebih tinggi lebih mampu dari orang lain.
5. Berbangga Diri
Sifat ini lahir bagi orang yang berpunya atau berkedudukan sosial tinggi, ia berjalan diatas muka bumi sambil membanggakan dirinya, bisa bangga dengan hartanya, bisa bangga akan keturunannya bisa bangga akan keadaan phisik dirinya.
6. Dengki
Senang bila orang susah, susah hatinya bila orang senang, harapannya bahwa orang lain tidak boleh menyamai dirinya. Kalau boleh kebahagian orang lain diperuntukkan kepadanya.
7. Dendam
Keinginan diri untuk membalas, perbuatan yang tidak baik yang pernah diterima dari orang lain, pembalasan ingin ditujukan kepada orangnya langsung, kalau tidak dapat kepada anak keturunan orang tersebut.
8. Pemarah
Orang kalau lagi marah, cara berbicaranya, cara berfikirnya sudah diluar kontrol. Dalam keadaan diluar kontrol ini, bisa saja keluar kata-kata yang menyakiti hati orang lain. Padahal bila hati orang disakiti, sulit bagi yang disakiti untuk melupakannya, walau sesudahnya meminta maaf. Bila belum meminta maaf, maka kelak di hari perhitungan pihak yang disakiti akan mengklaim dihadapan mahkamah Allah. Kemudian Allah akan mengurangi nilai kebajikan yang kita bawa untuk ditransfer ke pihak yang disakiti.
Demikian 1 diantara 8 virus ibadah qt kenali, harapan qt dg mengetahui virus tsb,qt dpt waspada agar tdk terkena.
Insya Allah virus berikutnya lbh detil kan qt kenali insya Allah dikesempatan mendatang. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

Friday 6 July 2018

Puasa Ramadhan lalu

Ramadhan baru saja kita lalui dua Jum'at, dengan aneka pengalaman spiritual masing-masing ketika Ramadhan. Tiap individu memiliki pengalaman berbeda, mungkin:
*. Ada yang tidak tuntas menjalankan puasa, karena sakit, atau halangan syar’ie lainnya.
*. Ada yang merasa hampir puas, karena seluruh rangkaian ibadah Ramadhan beserta ibadah ikutannya terselenggara dengan baik.
*. Ada juga yang pertengahan, ibadah puasa tak satupun jebol, tapi ibadah ikutannya tak dapat mengikutinya.
*. Mungkin macam-macam lagi pencapaian yang anda dapatkan, anda dan Allah saja yang mengetahuinya.
Mungkin timbul pertanyaan di dalam hati, apakah puasa yang kita laksanakan dengan ibadah-ibadah ikutannya di terima Allah atau tidak.
Ini mungkin rujukan hadist yang agaknya layak kita jadikan referensi. Hadist Riwayat Ahmad, At Tirmizy dan Ibnu Majah ketika Aisyah r.a. bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. perihal tafsir dari surat Al- Mukminun ayat 60. yang berbunyi:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”
Aisyah r.a. bertanya “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud ayat ini ialah orang-orang yang biasa mabok-mabok minum khamar, dan mencuri?.
Menanggapi pertanyaan ini Rasulullah bersabda: “Bukan wahai Putri As-Shiddiq! Akan tetapi itu adalah orang-orang yang rajin berpuasa, mendirikan shalat dan bersedekah, walau demikian mereka senantiasa khawatir bila amalan mereka tidak diterima Allah, karenanya mereka bersegera dalam mengamalkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.
Jadi soal ibadah kita diterima atau ditolak oleh Allah s.w.t. serahkan bulat-bulat kepada Allah urusannya asalkan dalam beribadah kita telah memenuhi kriteria “Wal amalu bit tanjil”, beramal sesuai dengan kafiat, atau taca cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, diikuti dengan ikhlas karena Allah semata.
Menilik ayat di atas dan hadist berkenaan dengan itu, maka wajar agaknya jika kita merasa khawatir kalau-kalau ibadah kita tertolak.
Tetapi rupanya orang-orang yang merasa khawatir ibadahnya tertolak itulah, justru merekalah yang diterima ibadahnya.
Dlm keseharian kadang qt miris mendengar ada yg berani menyatakan amal seseorang tak sah dan ditolak, karena begini, begitu. Satu dan lain tak sefaham dg faham si pembuat pernyataan.
Sebaliknya qt juga miris bila mendengar ada orang yg memastikan kalau melakukan tata cara beramal seperti yg diajarkan menurut fahamnya pasti diterima Allah.
Padahal jelas soal diterima atau ditolak amal baik seseorang hak mutlak Allah. Panduan yg diberikan kpd qt hanyalah:
1. Ikhlas hanya untuk Allah. Kadar keikhlasan itu sendiri sangat abstrak yg kita sendiripun ndak tau, terpulang kpd Allah lagi apakah qt sdh benar2 ikhlas.
2. Mengikuti petunjuk Rasulullah. Karena qt hidup sdh 14 abad lebih dari Rasulullah, maka acuan i'tibak petunjuk Rasulullah, tentu dg jalan merifer kpd para ulama terdahulu dan pada ustadz/ustadzah yg datang kemudian kpd qt.
Ustadz/ustadzah itu dg macam2 keahlian dan kekhususan ilmu mereka mentransfer ilmunya dari referensi yg digunakannya, kadang berbeda pendapat, beda sudut pandang dll.
Sehubungan dg itu tidak ada kata lain "hanya kpd Allah kembali qt serahkan, apakah amal baik dan ibadah qt diterima atau ditolak Allah"
Puasa Ramadhan lalu
Ramadhan baru saja kita lalui dua Jum'at, dengan aneka pengalaman spiritual masing-masing ketika Ramadhan. Tiap individu memiliki pengalaman berbeda, mungkin:
*. Ada yang tidak tuntas menjalankan puasa, karena sakit, atau halangan syar’ie lainnya.
*. Ada yang merasa hampir puas, karena seluruh rangkaian ibadah Ramadhan beserta ibadah ikutannya terselenggara dengan baik.
*. Ada juga yang pertengahan, ibadah puasa tak satupun jebol, tapi ibadah ikutannya tak dapat mengikutinya.
*. Mungkin macam-macam lagi pencapaian yang anda dapatkan, anda dan Allah saja yang mengetahuinya.
Mungkin timbul pertanyaan di dalam hati, apakah puasa yang kita laksanakan dengan ibadah-ibadah ikutannya di terima Allah atau tidak.
Ini mungkin rujukan hadist yang agaknya layak kita jadikan referensi. Hadist Riwayat Ahmad, At Tirmizy dan Ibnu Majah ketika Aisyah r.a. bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. perihal tafsir dari surat Al- Mukminun ayat 60. yang berbunyi:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”
Aisyah r.a. bertanya “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud ayat ini ialah orang-orang yang biasa mabok-mabok minum khamar, dan mencuri?.
Menanggapi pertanyaan ini Rasulullah bersabda: “Bukan wahai Putri As-Shiddiq! Akan tetapi itu adalah orang-orang yang rajin berpuasa, mendirikan shalat dan bersedekah, walau demikian mereka senantiasa khawatir bila amalan mereka tidak diterima Allah, karenanya mereka bersegera dalam mengamalkan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya”.
Jadi soal ibadah kita diterima atau ditolak oleh Allah s.w.t. serahkan bulat-bulat kepada Allah urusannya asalkan dalam beribadah kita telah memenuhi kriteria “Wal amalu bit tanjil”, beramal sesuai dengan kafiat, atau taca cara yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, diikuti dengan ikhlas karena Allah semata.
Menilik ayat di atas dan hadist berkenaan dengan itu, maka wajar agaknya jika kita merasa khawatir kalau-kalau ibadah kita tertolak.
Tetapi rupanya orang-orang yang merasa khawatir ibadahnya tertolak itulah, justru merekalah yang diterima ibadahnya.
Dlm keseharian kadang qt miris mendengar ada yg berani menyatakan amal seseorang tak sah dan ditolak, karena begini, begitu. Satu dan lain tak sefaham dg faham si pembuat pernyataan.
Sebaliknya qt juga miris bila mendengar ada orang yg memastikan kalau melakukan tata cara beramal seperti yg diajarkan menurut fahamnya pasti diterima Allah.
Padahal jelas soal diterima atau ditolak amal baik seseorang hak mutlak Allah. Panduan yg diberikan kpd qt hanyalah:
1. Ikhlas hanya untuk Allah. Kadar keikhlasan itu sendiri sangat abstrak yg kita sendiripun ndak tau, terpulang kpd Allah lagi apakah qt sdh benar2 ikhlas.
2. Mengikuti petunjuk Rasulullah. Karena qt hidup sdh 14 abad lebih dari Rasulullah, maka acuan i'tibak petunjuk Rasulullah, tentu dg jalan merifer kpd para ulama terdahulu dan pada ustadz/ustadzah yg datang kemudian kpd qt.
Ustadz/ustadzah itu dg macam2 keahlian dan kekhususan ilmu mereka mentransfer ilmunya dari referensi yg digunakannya, kadang berbeda pendapat, beda sudut pandang dll.
Sehubungan dg itu tidak ada kata lain "hanya kpd Allah kembali qt serahkan, apakah amal baik dan ibadah qt diterima atau ditolak Allah"
Guna penyerahan diri qt kpd Allah baik qt camkan surat Luqman 22:
وَمَنْ يُّسْلِمْ وَجْهَهٗۤ اِلَى اللّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى ۗ وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ
"Dan barang siapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan."
Smg ibadah puasa dan seluruh ibadah pengiringnya yg qt lakukan di bln Ramadhan lalu diterima Allah. Aamiin. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif 

Menggapai Rahmat.

Alhamdulillah berkat DUMAY, dlm keadaan berbaring sakit selama 4 Sabtu belakangan ini baik di rumah maupun di RUMKIT, ku msh dpt mengunjungi para sahabat handai melalui tulisan.
Sabtu ini berkat dukungan do'a keluarga, sahabat handai, penyakitku sdh menuju penyembuhan. Kukunjungi lagi para pembaca smg berkenan kiranya membaca artikel2 ku. Seraya ku ucapkan terima kasih banyak atas do'anya.
Konsep hidup agar selamat dunia dan akhirat, dapat ditempuh dg 3 langlah:
1. menta’ati Allah dan rasul-Nya.
2. Memohon ampun atas segala dosa.
3. Beramal sosial dg tenaga, ilmu, jiwa dan harta.
ad. 1. Menta'ati Allah dan RasulNya.
Yakin bahwa Allah yg mengutus Muhammad sbg Rasul. Sehari-hari ucapan orang ini:
"Radhitu billahi Rabba, wabil islami diina, wabi Muhammad sallahu 'alaihi wassalami nabiya" (Aku rela Allah sbg Rabb ku, Islam sbg agamaku, dan Muhammad s.a.w. sbg Nabiku.) Selanjutnya yakin akan kebenaran ajaran agama yg dianutnya, maka sbg konsekwensinya menta'ati semua aturan, perintah dan larangan dari agama tsb. Berupaya mengikuti sunnah Rasul sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Sekuat tenaga menjalankan perintah Allah, semampunya meninggalkan larangan Allah.
Mereka memenuhi anjuran surat Ali Imran 132.
وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat."
Mereka ini akan menerima janji Allah diberi rahmat. Sbgmn diketahui bahwa masuknya seseorang ke dlm surga bukanlah lantaran ibadahnya, bukan lantaran sadakahnya, bukan lantaran jihadnya, melainkan hanya karena "rahmat Allah". Tentu saja dmkn jg kehidupan dunia, bila disertai "rahmat Allah", akan aman sentausa sukses dan selamat.
ad. 2. Memohon ampun atas sgl dosa. Petunjuk ini dpt dicermati dari surat Ali Imran 133 dan 135.
وَسَارِعُوْۤا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُ ۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,"
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْۤا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْ ۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui"
*) Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.
Setiap berbuat dosa sgr minta ampun, baik atas kesalahan kpd Allah berdampak mencelakan diri sendiri maupun orang lain.
Kalau dosa mencelakan diri sendiri, berdampak menyusahkan hati/persaan sendiri. Hati/perasaan yg susah membuat tidak bahagia diri.
Apalagi dosa yg menyusahkan orang lain, malah dua pihak yg dibuat tdk bahagia.
Sekeras keras hati manusia, setelah berbuat dosa mesti membekas di lubuk kalbu yg paling dalam. Bekas2 kesusahan diri terakumulasi bakal menjadi biang tak bahagia, mrpk lantaran tdk selamat didunia dan juga diakhirat. Jauh dari "Rahmat Allah"
ad. 3. Beramal sosial dg tenaga, ilmu, jiwa dan harta.
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."
Hati menjadi lapang, bila selalu dihiasi dg membahagiakan orang lain dg jalan infak, sadakah baik dg harta, tenaga maupun nasihat yg baik, membagi ilmu. Hati juga kan tak berbeban bila amarah dpt dicegah, manakala ada orang bersalah kpd dirinya, langsung dimaafkan.
Hati yg lapang, hati yg tak berbeban karena menyimpan amarah, mrpk pemicu kebagiaan dunia akhirat sbg kunci keselamatan dunia akhirat, mrpk rahmat Allah.
Bgt langkah ikhtiar, mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Insya Allah, menggapai rahmat Allah.
Smg Allah sll merahmati qt semua mencapai selamat didunia dan akhirat. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

TOKO PEREDA KONFLIKS

Seorang kakek di atas 70an rutin membuka toko menyediakan alat pendukung sandang dari mulai jarum, benang, kancing, peniti dan retsleting. Toko dibuka 7 hari sepekan. Beliau buka toko mulai sekitar pk. 10 pagi, stlh sarapan pagi dan olah raga ringan. Berangkat dari rumah cukup berjalan kaki karena hanya berjarak dekat dengan kediaman kakek.
Kakek yg tlh menjalani masa pensiun 20 tahunan, 10 tahun terakhir ini, dipantau putra/putri mereka, sering cek-cok dg nenek. Putra/putri mereka sdh berumah sendiri, rata2 kehidupan mereka tlh mapan.
Entah kenapa belakangan ini, nenek jadi pengomel. Kakek serba salah, ada saja perkara yg diomelkan si nenek. Lama-lama kakek meladeni juga omelan si nenek. Anak-anak malu pada tetangga. Jalan keluarnya kakek dibelikan kios di kompleks pasar. Pilihan mata dagangan dipilih seperti di atas spy tdk repot mengukur, menimbang, memotong ketika melayani pembeli.
Berapa si omzet jual Jarum, Benang, Kancing, Retsleting, Peniti. Sebab orang membeli jenis pernak-pernik tsb tdk setiap hari, karena bukan kebutuhan utama. Apalagi bukan toko grosir, toko eceran, lokasi di kompleks pasar kecil. Dengan adanya toko ini setidaknya si kakek dpt berjauhan dg si nenek sekurangnya sejak pk 10 pagi sampai pk 5 sore. Jadi bukan tujuan mendapatkan penghasilan ini toko dibuka melainkan sebagai media PEREDAM KONFLIKS nenek dan kakek.
Ini salah satu potret nenek dan kakek yg lanjut usia. Bukan mustahil ketika masih sama2 muda kehidupan dmkn harmonis, stlh tua berubah tabiat. Jadi gampang tersinggung, mudah marah.
Ada case seorang kakek ngungsi ke rumah cucunya sejak hari raya idul adha baru mau pulang idul fitri hanya lantaran nenek tak mau ngasih cabe rawit untuk dirajang buat bumbu kecap makan sate. Si nenek sayang ama kakek takut mag nya kumat. Si kakek nganggap nenek sdh mulai tak sayang lagi.
Bgtlah usia tua, diwartakan di surat Yasin ayat 68
وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُـنَكِّسْهُ فِى الْخَـلْقِ ۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ
"Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada awal kejadian(nya). Maka mengapa mereka tidak mengerti?"
Dpt saja kembali seperti anak2 lagi. Soal kecil di-besar2 kan.
Nenek kakek bertoko PEREDA KONFLIKS, beruntung memiliki anak2 yg bijak yg mengamalkan perintah agama berbuat baik kpd Ortu. Rasulullah berpesan:
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ
Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang mendapati kedua orangtuanya lalu keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Tirmidzi).
Smg kalaulah kita sampai diusia lanjut, tetap dlm keadaan stabil mempertahan kebahagian, keharmonisan keluarga. Di anugrahi keturunan yg istiqamah, taat menjalankan perintah agama. Aamiin. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

TerTAKAR tak TerTUKAR

Pernah kutulis penerima rezeki aktif dan penerima rezeki pasif. Kali ini kutulis ttg takaran rezeki kolompok pekerja informal. Bila perkerja formal takaran rezeki mereka sdh jelas, saban bulan terima gaji dg bilangan pasti. Lain halnya dg pekerja informal, tak ada angka pasti perolehan rezeki mereka. Banyak faktor mempengaruhi penghasilan pekerja informal, dpt berupa: trend pasar, cuaca, kalender, pesaing, dll.
Takaran rezeki setiap mahluk termasuk manusia tlh ditetapkan oleh Allah. Tiap orang beda. Saudara sekandung saja beda perolehan rezeki mereka.
Tukang bubur ayam jualan di kantin kampus, pukul 10 pagi dagangannya udh habis. Pertanyaan "kenapa volume bubur tdk ditambah, agar omzet naik". Jawab tukang bubur "sudah pernah dicoba bbrp kali ternyata bubur tambahan ndak ada yg beli, malah tekor". Jadi ternyata pelanggan pembeli bubur ayam (dilingkungan kampus) itu-itu saja sdh dlm jumlah tertentu. Lagian bubur ayam masa jualnya hanya sampai pk 10. Di atas pk 10 pelanggan datang sdh merancang makan siang dg menu andalan bukan bubur ayam lagi.
Dilain kasus, pedagang bubur kacang ijo, mangkal di area salah satu terminal di Jakarta. Biasanya sedari pk 9 pagi dagangan di gelar, bangsa pk 3 petang sdh mangkok terakhir. Eee suatu hari seblm zuhur dagangan habis, banyak pembeli hari itu. Bang "cangjo", tlpn ke rumah untuk buat lagi separo dosis, bakal nanti pembeli sampai pk 3 petang. Ternyata bubur baru ndak ada lagi yg mampir beli, hrs dibawa pulang. Untuk dijual besok cita rasa bubur ndak enak lagi walau dipanasi, menjaga nama dan kualitas, ujungnya tekor dibahan.
Kulanjutnya ke pedagang bubur ayam, bubur kacang ijo ketan itam, nasi kuning, nasi uduk dan rumah makan "siap bubar", dibilangan pinggir jalan di Jakarta.
Cukup menakjubkan; bahwa omzet mereka rata2 tiap hari sama, masing2 jenis penyedia makanan tersebut tak merasa bahwa pembelinya beralih kelain hati (jadi pelanggan tetangga) atas dasar volume dagangan mereka yg terjual. Kalaulah ada pelanggan yg tadinya duduk di lapaknya, tiba2 hari ini singgah di lapak sebelah, mesti ada saja pelanggan lapak lain yg menggantikannya.
Atas dasar kenyataan di atas dpt disimpulkan bahwa:
* REZEKI SUDAH ADA TAKARANNYA.
* REZEKI TIDAK TERTUKAR.
Dibanyak surat2 dlm Al-Qur'an Allah memberitahukan;
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ
"Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya".
Pekerja informal tingkat keberserahan dirinya kpd Allah lebih kuat dan mantab. Yakin benar bahwa rezeki Allah yg ngatur; sdh TERTAKAR ndak akan TERTUKAR.
Mungkin, blm banyak pedagang yg jadi bahan tulisanku ini ikut SOSMED, atau DUMAY (Dunia Maya) seperti para pembaca yg bahagia. Tapi setidaknya smg dpt menjadi acuan kita bersyukur akan rezeki yg selalu disiapkan Allah untuk kita. Barakallahu fikum. Wslm. M. Syarif Arbi.

Bubur Sumsum Sepeda.

Pagi itu mendung memang, tapi sdh terlanjur dimasak adonan tepung jadi bubur. Gula merah sdh terlanjur dicairkan. Pikir si tukang bubur; biasanya mendung begini justru dipagi hari sblm ngantor dan sekolah banyak yang doyan bubur sumsum.
Eee taunya baru saja melalui bbrp RT hujan lebat turun, terpaksa neduh di kanopi sebuah gedung. Bersama meneduh, seorang pemulung berikut karung plastik besar dipundak baru terisi sepojokan.
Pikiran tukang bubur sumsum melayang. Bersyukur dia, dagangan bubur sumsum kalau ndak laku dpt dimakan. Kalau lebih terlalu banyak, sedekahkan tetangga atau panti asuhan. Nah si pemulung gimana misalnya ujan trus, kan karungnya ndak ngisi. Siangan dikit sampah plastik udh diangkut truck sampah, alamat kosong, tu karung yg disangkutkan dipundak.
Tukang bubur nawarkan bubur sumsum ke pak pemulung, "udah kenyang" jawabnya sambil menyedot rokok dalam2.
Hujan reda tukang bubur lanjut ngayuh sepeda buburnya.
RT-RT yg dilalui sudah sepi, penghuninya sdh ngantor atau sekolah. Harapan terakhir, mangkal di sebuah sekolah SD, nunggu istirahat anak2 sekolah, siapa tau ada anak yg pengen jajan bubur sumsum. Walau kemungkinannya udh tipis timingnya dah lewat.
Betul juga, hari itu belanga bubur digoncengan sepedanya masih lebih separo.
Namun bang bubur, msh tetap bersyukur, karena hari itu msh ngantongi sedikit uang buat beli bahan bubur esok hari. Pekerjaan rutine puluhan tahun sdh ditekuni ini disyukurinya sebab tdk sepanjang taun hujan. Msh banyak hari2 panas yg bernas buat dagangan buburnya. Kembali dia membanding dirinya dg peruntungan pemulung yg sama2 neduh tadi. Dia merasa lebih beruntung dari pemulung setidaknya hari ini.
Pembaca yg budiman, tentu keberuntungan anda jauh lebih baik dari tukang bubur sumsum tadi.
Agaknya tukang bubur menghayati betul pesan bijak tetua kita dulu "jangan selalu liat keatas". Karena kalau ukuran kita hidup liat orang yg lebih sukses, kapan hati ini jadi adem. Apalagi tinggal di kota besar seperti Jakarta, bgt banyak orang ekstrim kaya. Namun bila kita liat ke bawah, di Jakarta bgt banyak orang yg ekstrim sengsara, lebih hebat dari di daerah.
Se-sengsara2nya orang di daerah tak sampai sesengsara orang yg ekstrim sengsara seperti di Jakarta. Dg meliat ke bawah membuat kita bersyukur.
Al-Qur'an memuat banyak kata "syukur", kalau 60 kali si lebih, satu diantara ayat mengingatkan:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7).
Smg kita semua menjadi hamba Allah yg bersyukur. Aamiin. Barakallahu fikum. Wslm M. Syarif Arbi.

Air Susu Ibu.

Tkw yg baru saja sepekan menjadi PRT dirumah majikan di Saudi. Ngurusi suatu klg dimana salah seorang diantaranya anggota keluarga, ibu muda penderita kanker payudara stadium 4.
Tkw ini penampilan lumayan, selama bekerja tlh sepekan ini tdk ada yg mengecewakan, shalat tak tinggal waktu. Hanya saja dlm sehari beberapa kali ke kamar mandi, mengundang tanya ibu muda penderita kanker payudara.
Ibu muda memanggil si TKW, terjadilah dialog:
Ibu muda: kenapa kamu sering ke km mandi.
Semula dg gugup dan condong untuk tdk berterus terang, namum akhirnya TKW tsb menjawab apa adanya.
Tkw: saya harus rutin membuang air susu saya, kalau tidak payu dara saya akan mengeras.
Ibu muda: ada apa dg air susumu itu.
Tkw: saya berangkat kesini, pas baru sepekan melahirkan bayi saya di kampung saya.
Ibu muda: (sambil cek cek cek geleng kepala) kalau begitu kenapa brangkaaaat, ninggalkan si bayiiii.
Tkw: habis nunggu waiting listnya cukup lama, dari perut saya kosong sampai isi; dan brojol baru dpt giliran brangkat.
Ibu muda: air susumu jauh lbh berharga dari segalanya bagi si bayi. Kamu saya pulangkan segera, urus bayi mu.
Singkat kisah, Tkw sambil nangis2 dan memelas minta agar tdk dipulangkan karena keluarga di kampung sangat butuh uang. Uang hanya akan cepat didapat dg jadi TKW di luar negeri. Jadi TKW lokal pas-pas an hasilnya.
Ibu muda menjelaskan; jangan khawatir untuk kepulanganmu, tiket saya suruh belikan. Gaji mu salama 2 tahun dibayar penuh anggap saja kamu tlh menyelesaikan kontrak.
Bagi TKW punya bayi k/l dua pekan ini, tak punya pilihan lain, selain harus nurut karena sdh di TUNDUNG. Walau hati bercampur antara malu, pilu dan terharu.
Alhasil kembalilah berkumpul si bayi dg ibunya. Si bayipun menyunyut puting susu ibu nya. Air susu yg memang rezeki disediakan Allah untuk dirinya bgt dia datang ke alam dunia. Sempat lebih sepekan rezeki si bayi dibuang di kamar mandi di Saudi.
Kita ke Saudi:
Cerita si ibu muda pengidap kanker payudara stadium 4, sepulangnya TKW, giliran kontrol ke dokter untuk tentukan tindakan selanjutnya. Kejadian sangat menakjubkan terjadi. Kanker payudara si ibu muda tadi, hilang tak berbekas.
Kebaikan si ibu muda Saudi di bayar kontan oleh Allah.
Kisah ini ku sarikan dari khutbah Jum'at seorang khatib di suatu masjid di Jakarta.
Allah menepati janjiNya bahwa orang yg berbuat baik akan dibalas berlipat ganda di dunia dan akan lebih lagi balasan yg didpt di akhirat nanti. Seperti dinyatakan Allah a.l. brkt:
مَنْ جَآءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚ وَمَنْ جَآءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰۤى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
"Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi)."
(Al-Qur'an surat Al-An'am ayat 160)
وَقِيْلَ لِلَّذِيْنَ اتَّقَوْا مَاذَاۤ اَنْزَلَ رَبُّكُمْ ۗ قَالُوْا خَيْرًا ۗ لِّـلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَلَدَارُ الْاٰخِرَةِ خَيْرٌ ۗ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِيْنَ
"Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertakwa, Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab, Kebaikan. Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa,"
(Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 30)
Pembalasan Allah atas kebaikan dpt terjadi:
* langsung di bls tanpa berjarak waktu didunia ini.
* di balas setelah beberapa lama kemudian dg kebaikan dari orang lain yg tak di sangka2.
* di balas bukan langsung kpd pembuat kebaikan, tetapi kpd anak cucu cicit juriat keturunannya. Jadi jika suatu saat kita menerima kebaikan dari orang lain yg tak di sangka2 disuatu keadaan sukar dikaitkan korelasinya, mungkin nenek/datuk/uyut kita pernah berbuat kebaikan, pembalasannya kpd kita.
* lebih dari itu kebaikan itu akan dibalaskan lebih baik lagi di akhirat (tentu saja kebaikan ikhlas karena Allah semata).
O.k.i. jangan ragu berbuat kebaikan, kadang dpt dibuktikan sendiri balasannya, kalau tdk dpt balasan untuk diri sendiri biarkan jadi investasi anak cucu juriat qt. Asalkan ikhlas karena Allah semata di akhirat kan diterima. Seperti dijanjikan Allah di surat Zalzalah ayat 7:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
Demikian kisah ini kupersembahkan, mudah2an memotivasi qt untuk berbuat, menebar kebaikan di sisa2 usia qt yg semakin hari berkurang ini. Aamin. Barakallahu fikum. Waslm, M. Syarif Arbi.