Friday 29 July 2011

SIAPKAH KITA MENGHADAPI RAMADHAN???

Di awal dan bahkan sebelum Rhamadan tiba bpk/ibu sdrku, oleh para ustad telah mengingatkan kita semua bahwa, tentang buah dari shaumu Ramadhan adalah taqwa.

Agar menghasilkan buah taqwa, ibarat bercocok tanam, agar panennya benar-benar seperti diharapkan menghasilkan buah taqwa, sekurang-kurang diperlukan 3 faktor yaitu:

  1. Lahan atau media yang cocok untuk disemaikan/ditanami bibit
  2. Tersedianya bibit unggul yang akan ditanam di media tanam yang tersedia
  3. Perawatan pasca tanam termasuk pupuk.

Bpk/ibu saudaraku pengunjung Blogspot-ku yang baik

I. Sekarang kita telaah persiapan media tanam atau lahan.

Untuk menyiapkan media tanam dalam kaitan shaumu Ramadhan, sekurangnya harus diperhatikan 3 hal pokok yaitu:

a. persiapan lahir

b. persiapan bathin

c. persiapan lingkungan

Persiapan lahir, berusaha agar dapat memelihara kesehatan, agar dapat melaksanakan ibadah yang lebih meningkat kualitas dan kuantitasnya dari bulan-bulan lain selain bulan Ramadhan. Bagi yang sepuh sebagai ikhtiar periksakan kesehatan, turuti nasehat ahli kesehatan dan bila diberikan obat diminum secara teratur.

Persiapan bathin:

· merenungkan kesalahan selama ini untuk bertobat kepada Allah, sehingga mulai bulan Ramadhan betul-betul siap menjalankan ibadah, sekaligus di dalam bulan Ramadhan sudah ter inventarisir apa yang hendak dimintakan ampun kepada Allah. Meskipun sebenarnya yang namanya minta ampun kepada Allah hendaklah setiap hari, setiap terjadi kesalahan karena kita tidak mengetahui usia kita masing-masing

· Bulatkan tekad dengan niat yang sungguh-sungguh, ingin melaksanakan shaum lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya

Persiapan lingkungan, media tanam tadi akan tidak kondusip bila masih terdapat gulma pengganggu lainnya, baik yang kasat mata maupun yang berpotensi akan tumbuh kemudian. Karena itu perlu di klirkan hubungan antar sesama manusia, meskipun hal ini seharusnya tiap hari harus klir dengan saling memaafkan:

· Antar diri dengan tetangga

· Antar diri dengan teman sekerja

· Antar diri dengan suami/isteri

· Antar diri dengan saudara

· Antar diri terlebih dengan orangtua bila masih ada

Pengunjung Blog-ku yang saya hormati !

Bahwa taubat kepada Allah jauh lebih mudah dibanding memaafkan sesama.

Karena tobat kepada Allah kita sanggup untuk menyebutkan semua kesalahan kita satu persatu. Dosa sekecil-kecilnya apalagi yang besar, dosa yang tidak terlalu membawa aib jika orang lain tau, sampai dosa yang kalau orang tau kita sangat aib. Kitapun sanggup menuturkannya kepada Allah.

Bagaimana kalau minta maaf kepada manusia, sanggupkah kita menyebutkan semua kesalahan kita kepada sesama yang dimintai maaf.

Contoh suami istri saja, kalau minta maaf secara jujur, mungkin hasilnya membuat tidak mujur.

Misalkan kita pernah berbuat tidak jujur dengan isteri kita, jika kita terus terang mengatakannya akibatnya mungkin menjalani Ramadhan tidak mujur, bisa saja si isteri mogok menghidangkan sahur.

Oleh karena itulah dalam agama kita soal maaf memafkan itu, yang diperintahkan dalam Al Qur’an bukan meminta maaf tapi memberikan maaf.

Lihat surat Al-Baqarah 263

Qaulum ma’rufun wamaghfiratun khairum min shadaqatin yatbanguhaa adza wallahu ghaniyun halim (Berkata yang baik dan memberikan maaf jauh lebih baik ketimbang sedekah yang diiringi menyebut-nyebutnya, sesungguhnya Allah maha kaya dan maha penyantun)

dan

Ali Imran 134 menegaskan:

Allazina yunfiquna fis sarra i wadharra i wal kadhimiinalghaidza wala’fiina a’ninnasi wallahu yuhibbulmuhsiniin. ((yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan).

Dalam suatu hadist bahwa nabi pernah mengatakan bahwa: Ummatnya ada sebanyak 70 ribu orang yang akan masuk surga tanpa proses perhitungan, langsung tanpa di HISAB, dari jumlah tersebut disebutkan nabi bahwa sahabat nabi bernama UKASAH salah satu diantara 70 ribu dimaksud. Apa sebenarnya amalan UKASAH yang paling menonjol sehingga mendapat keistimewaan ini. Rupanya adalah; Setiap akan tidur beliau mereview kembali perjalan hidup sehari tadi, selain dia bertobat atas kesalahannya ia segera memaafkan bila ada orang lain membuat kesalahan kepadanya dan bahkan sekaligus memohonkan agar yang bersangkutan diampuni Allah. Selain amalan rutinnya adalah shalat tahajjud.

II. Kedua mengenai bibit

Di bulan Ramadhan Allah sengaja memilihkan buat kita kaum muslimin bibit unggul, yaitu ibadah yang dilaksanakan di bulan Ramadhan, untuk ibadah sunah diberikan penilaian sama dengan yang wajib, sementara ibadah yang wajib diberikan penilaian berlipat ganda. Bahkan dibulan Ramadhan Allah menyediakan bibit yang sangat unggul yaitu dikenal dengan lailatul qadar yang hasilnya adalah lebih baik dari 1000 bulan atau 83 tahun lebih.

Kenapa Allah pilihkan Lailatul Qadar khusus untuk ummat Muhammad, karena sekurangnya 2 penyebab yaitu:

1. Usia ummat Muhammad umumnya sangat singkat, bila mengacu nabi Muhammad hanya 63 tahun.

2. Postur tubuhnya relative kecil, sehingga kekuatan untuk beribadah relative kurang, bila dibandingkan umat terdahulu.

Ummat terdahulu hidupnya ribuan tahun misalnya nabi NUH usianya 1200 tahun.

Nah kalau kita hidup mencapai usia nabi Muhammad dan jika rata-rata kita mulai diperhitungkan puasa umur tiga belas tahun, jadi dapat berpuasa selama 50 tahun. Jika setiap tahun dari 50 tahun itu menemukan lailatul qadar, maka kita terhitung beribadah selama 50 x 83 tahun = 4.150 tahun , setara dengan 3 setengah kali usia nabi Nuh.

III. Tentang perawatan pasca tanam termasuk pupuk.

Tamsil kita mengenai ibadah Ramadhan yang ditanam di lahan yang siap tanam tersebut dengan bibit unggul yang disediakan Allah. Tumbuhannya akan merana dan tak akan dapat berbuah taqwa jika tidak diberikan perawatan dan pupuk.

Perawatan utama ialah puasa itu sendiri harus dipelihara dari hal-hal bukan saja yang membatalkannya secara fiqih tetapi juga yang dapat menghilangkan pahalanya, seperti perbuatan sia-sia, bergunjing, tidak menahan amarah, tergoda mata, telinga dan hati dan lain-lain sudah banyak ustad mengingatkan kita. Sebagai pupuknya hendaklah diiringi dengan serangkaian ibadah sunah, perbanyak bersedekah, berbuat baik, terutama membaca Alqur’an, yang akhirnya ditutup dengan menunaikan zakat fitrah.

Selanjutnya Insya Allah jika semua itu kita kondisikan dengan tepat, maka buah shaum yang disebut TAQWA itu akan kita petik sehingga selesai Ramadhan pantas kita saling mengucapkan taqaballahu minna waminkum taqabbal ya karim.

Bapak/ibu & Saudaraku pengunjung blogspot yang arif

Sekarang pertanyaannya adalah, apa sebenarnya ciri-ciri orang yang taqwa itu yang menjadi predikat yang diraih setelah dapat melaksanakan shaumu Ramadhan dengan baik; yaitu:

  1. Tidak meragukan Al-Qur’an, karenanya menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam melaksanakan hidup dan kehidupan.
  2. Beriman kepada yang gaib
  3. Mendirikan sholat
  4. Menafkahkan sebagian rezki yang didapatnya untuk pihak yang berhak
  5. Percaya akan nabi-nabi serta kitab yang dibawa nabi yang diberi Al-Kitab oleh Allah.
  6. Yakin bahwa ada kehidupan akhirat.

Diungkapkan Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2, 3 dan 4.

Dzalikalkitabu laa raiba fii hi hudan lillmuttaqin.

((Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang) bertaqwa))

Alladzina yukminuna bilghaibi wayuqimuu nashshalata wamimma razaqnaahum yunfiqun ((yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka). Asbabun nuzul

Walladzina yukminuu na bimaa unzila ilaika wama unzila min qablika wabil akhirati hum yukinun. (dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Asbabun nuzul

Dari enam ciri tersebut 3 secara lahir dapat dilihat perbuatannya dengan kasat mata yaitu:

· Perilaku Qur’ani

· Shalat

· Dermawan

dan 3 secara bathin yang hanya dirasakan oleh invidu masing-masing, dan merupakan faktor penggerak untuk 3 perbuatan lahir tersebut. Yaitu:

· Beriman kepada yang gaib

· Percaya akan nabi rasul dan kitab-kitab

· Yakin hari akhirat

Perilaku Qur’ani

Untuk menjadi manusia berperilaku Qur’ani, harus mendalami isi Al-Qur’an, untuk mendalaminya tentu harus bisa membacanya, bukan sekedar itu harus mengerti maknanya.

Karena setelah mendalami isinya dapat diketahui, perintah dan larangan, aturan-aturan yang berlaku untuk hidup dan apa yang harus dilakukan untuk persiapan mati.

Shalat

· Shalat dengan ikhlas dan khusu’. Karena memahami aturan shalat dan bacaan shalat.

· Keutamaan untuk shalat wajib adalah berjamaah di masjid

· Diantara shalat wajib tersebut yang sangat diutamakan untuk berjamaah di masjid adalah shalat subuh dan isya’: Silahkan simak hadist dikutip berikut:

1.Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda: "Barangsiapa yg salat Isya’ dengan berjamaah, seolah-olah ia mengerjakan salat setengah malam, Dan barangsiapa yg salat Subuh dg berjamaah seolah-olah ia mengerjakan salat semalam suntuk." (HR.Muslim)

2. "Barangsiapa mengerjakan salat Isya' dg berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan salat setengah malam, dan barangsiapa mengerjakan shalat Isya' dan Subuh dg berjamaah, maka ia dianggap mengerjakan salat semalam suntuk" (HR. Turmudzi).

3. Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasululah saw. Bersabda: "Seandainya manusia mengetahui keutamaan salah Isya' dan Subuh tentu mereka mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dengan merangkak (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata " Rasulullah saw. Bersabda: "Tidak ada shalat yg lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi dari shalat Subuh dan Isya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan kedua shalat itu, niscaya mereka mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dg merangkak" (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari kesimpulan hadist, shalat subuh dan isya’ kita sadari bahwa kita sekarang masih banyak tergolong yang memenuhi syarat munafiq (hadist ke 4). Jika zaman rasulullah orang munafiq itu masih shalat isya dan subuh berjamaah tetapi dengan berat hati. Sementara kita sebelum Ramadhan yang lalu bukan lagi berat, tapi kebanyakan tidak sama sekali mendatangi jamaah masjid terutama shalat subuh.

Harapan kita setelah memperoleh gelar Taqwa melalui gemblengan Ramadhan jemaah shalat subuh kita akan mulai banyak. Bapak yang sudah sepuh biar dengan merangkak datang ke masjid.

Dermawan

Lihat Al Furqan 67 dan Al-Baqarah 264

Tidak boros dan tidak kikir, berada diantara keduanya, seperti di siyaratkan surat Al Furqan 67: Waladzina idzaa anfaquu lam yusrifuu walam yaqturuu wakana baina dzalika qawaama (Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian).

Juga di surat Al Baqarah 264 Allah memaklumkan bahwa:

Kalau bersedekah atau berbuat baik lainnya jangan dibatalkan dengan menyebutnya dan mempertontonkan atau memproklamirkannya dengan manusia.

Ya ayuhalladzina amanu la tubtilu sadaqatikum bil manni wal adza kalladzi yunfiqu malahu riaa annasi walayukminu billahi walyaumil akhiri (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian)

Semoga Ramadhan tahun ini dapat kita jalani dengan sebaik-baiknya.

Semoga Allah memudahkan kita melaksanakan puasa Ramadhan dijauhkan dari segala macam halangan dan rintangan

Semoga Puasa kita diterima Allah dan kemudian menghasilkan Taqwa.

Topik ini kusampaikan pada Khutbah hari Jum’at tgl 29 Juli 2011 bertepatan tgl 27 Sya’ban 1432 H menjelang Ramadhan 1432 H. di Masjid ARRAHMAH Jl. Percetakan negara No 1 Salemba Jakarta Pusat.

Sunday 24 July 2011

CECAK DI DINDING DAN KAMBING HITAM

Seorang anak kecil di bawah setahun, mendadak menangis, entah apa sebabnya. Ibu si anak berusaha menenangkan anaknya dengan menunjuk ke dinding sambil menunjuk “tu cecak-cecak-cecak”, guna mengalihkan perhatian si anak agar segera diam.

Di lain keadaan, seorang anak sudah mulai bisa berjalan tidak sengaja kebentur meja, menangis sejadi-jadinya karena bagian dahinya sedikit benjol. Si ayah atau ibu yang kebetulan berdekatan dengan si anak langsung mendekati meja kemudian memukul-mukul meja yang ditabrak si anak, sambil mengatakan “meja nakal-meja nakal”. Inipun juga dimaksudkan untuk anak pembentur meja itu tidak terus menangis.

Dua contoh di atas lazim dipraktekkan dengan tujuan untuk menghentikan tangis si anak, paling tidak sesaat. Tidak disadari bahwa perilaku orang tua seperti itu membenam dalam kelubuk jiwa si anak yang paling dasar dan terjelma sebagai perilaku invidu si anak setelah ia besar. Perilaku individu tersebut kemudian menjadi perilaku keluarga. Perilaku keluarga itu selanjutnya membentuk pribadi masyarakat dan bangsa.

Penunjukkan “Cecak” mengalihkan perhatian anak, menuntun bangsa ini jika ada sesuatu peristiwa yang kurang menyenangkan, segera dialihkan ke peristiwa lain agar peristiwa yang kurang mengenakkan tadi teralih, akhirnya berangsur-angsur sakitnya hilang. Perilaku ini terbawa sampai si anak menjadi pemuda, menjadi orang dewasa dan sampai pula misalnya ia menjadi pejabat negara. Banyak kita temukan kasus-kasus yang tidak mengenakkan di negeri ini, dialihkan dengan kasus lain, sehingga kasus lama hilang tidak diurus lagi, tidak menjadi pembicaraan ramai, tidak lagi jadi berita di koran dan media, kemudian tenggelam ditelan waktu. Begitu mahirnya warga bangsa kita ini mengalihkan isu dengan isu baru sehingga isu lama terkubur sudah.

Ternyata “memukul meja” dengan menyalahkan meja yang nakal walau secara kenyatan anak itu yang menabrak meja. Tindakan yang dilakukan tersebut berdampak kepada bangsa kita secara keseluruhan yaitu bangsa kita terjelma menjadi bangsa yang selalu mencari kambing kitam kalau menghadapi suatu masalah. Giliran melakukan kesalahan tidak mau secara sportif mengakui bahwa itu kesalahan dibuat sendiri, tetapi tetap membela diri untuk tidak menerima salah, tidak pernah salah. Justru kesalahan itu dicarikan pihak yang harus dituding sebagai penyebabnya ia salah. Pribadi bangsa menjadi tidak realistis, karena diajar sejak jiwa mulai tumbuh. Sudah jelas bahwa meja “diam” ditabrak, tetapi justru yang disalahkan adalah meja. Jadilah bangsa ini bangsa yang tak mau salah, tak pernah salah. Jangan heran bila sianak sudah mulai sekolah, jika ia melakukan kesalahan maka ia akan selalu mengelak dan mencari alasan penyebab kesalahan ini meskipun alasan itu harus dicari-cari. Kadang ekstim, jika prestasinya tidak baik di sekolah, tak segan mereka menyalahkan guru, menyalahkan kurang fasilitas menyalahkan tidak dipenuhinya alat belajar dan banyak lagi. Demikianlah bila menjadi dewasa dan kebetulan menjadi orang penting, bila terjadi masalah atau ia melakukan kesalahan, sering kita dengar bahwa yang dikambing hitamkan sekurang-kurangnya “pihak tertentu”.

Agama Islam yang dianut banyak rakyat negeri ini mengajarkan bahwa bila diri yang bersalah adalah dosa yang besar jika mengkambing hitamkan orang lain, seperti ternukil di dalam surat Annisa 112 :

Waman yaksibu khathiiatan auitsman tsumma yarmibihi bariian faqadih tamala buhtanan waitsman mubina(n) (Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata).

Karena bangsa ini penganut Islamnya mayoritas, tidak heran bahwa justru yang melakukan kesalahan mengalihkan isu dan gemar mencari kambing hitam itu adalah banyak orang-orang islam yang agamanya tegas melarang untuk berbuat demikian.

Demikian renungan singkat atas kebiasaan kita dalam mengatasi masalah-masalah keseharian yang terjadi terhadap anak, yang kepada kita diamanahkan Allah untuk memberikan dasar-dasar pola kepribadian mereka. Kepribadian anak terbentuk sejak mulai dari asuhan ibu dan ayah, yang akan membekas ke dalam jiwa sampai ia dewasa, sampai menjadi anggota masyarakat dan bahkan menjadi pejabat negara. Sungguh kepribadian anak akan membentuk kepribadian bangsa.

Adalah mulai harus diubah pola mengendalikan anak menangis, jika ia melakukan tindakan yang mencederai dirinya walaupun dengan sebab tidak sengaja. Jelaskan secara realistis sesuai kemampuan anak untuk memahami selaras dengan usianya. Dalam hal anak menangis yang bukan karena sesuatu sebab, justru dicari penyebabnya, tidak perlu dengan hanya mengalihkan perhatian seperti contoh di atas. Dapat saja anak menangis disebabkan ketidak nyamanan yang dirasakannya, dapat karena kesehatannya terganggu atau sebab-sebab lainnya. Ada seorang anak menangis hanya karena melihat pigura hiasan dinding posisinya miring.

Dalam hal seorang anak menangis karena melakukan kesalahan seperti membentur meja tadi, sebaiknya dijelaskan supaya yang bersangkutan lain kali berjalan hati-hati. Secara tegas dijelaskan bahwa seharusnya meja tidak ditabrak karena meja diam. Sejak kecil dibiasakan anak kita untuk realistis.

Semoga generasi yang akan datang tidak lagi menjadi generasi yang suka mengalihkan isu dan mencari kambing hitam, sehingga sebagai apapun mereka berperan akan menjadi manusia yang bertanggung jawab, tidak mudah melakukan kesalahan sebab mengetahui bila berbuat salah harus dipertanggung jawabkan.

Thursday 14 July 2011

Memberi nama yang baik buat anak

Kewajiban ke dua dari tujuh kewajiban ayah terhadap anak adalah memberikan nama yang baik.

Nama adalah identitas diri si bayi yang akan dipergunakan yang bersangkutan sampai ia dewasa, tua dan bahkan meninggal dunia nanti. Oleh karena itu hendaklah diberikan nama yang baik sebab di dalam nama juga terkandung do’a. Jadi nama bukan hanya sekedar pembeda. Islam memberikan patokan untuk memberikan nama antara lain haruslah mempunyai makna yang baik. Nama tidak boleh menggunakan nama-nama sesuatu yang menjadi pujaan ummat-ummat lain. Juga nama tidak boleh menggunakan nama-nama Allah kecuali dengan tambahan “Abdi” misalnya “Abdullah”.

Adalah seorang teman ayah saya, entah kenapa dianya dinamakan oleh orang tuanya “BENSIN”. Sebetulnya jika nama dipandang hanya sebagai sarana identitas yang membedakan individu satu dengan individu lainnya nama “Bensin” inipun sudah memenuhi. Tetapi ada beberapa masalah setelah yang bersangkutan dewasa, sering jadi bahan lucu-lucuan oleh rekan-rekannya. Misalnya “jangan dekat-dekat nanti terbakar”, kata teman-teman yang sengaja menggoda. Sebelum “Premiun” popular, pembangkit energi sepeda motor dan mobil menggunakan Bensin. Suatu saat yang bersangkutan mendorong sepeda motornya karena kehabisan Bensin. Kawan yang sengaja mengerti nama yang bersangkutan, lantas menyapa “kenapa kok didorong?”. Dengan cekatan yang bersangkutan menjawab, kehabisan bahan bakar, sebab kalau dijawab kehabisan “Bensin” maka temannya tadi mungkin akan menimpali kenapa “kok bisa habis”.

Kalau begitu sebaiknya jangan memberikan nama kepada anak dengan nama barang.

Ada sepasang suami isteri, suami bernama “Kitang” sedangkan si isteri bernama “Santan”. Suatu ketika kebetulan pergi memancing memperoleh ikan “Kitang”, supaya enak rupanya ikan Kitang itu dimasak gulai bersantan. Ketika sampai di rumah si suami menyerahkan kepada isterinya ikan itu, disaat isteri membuka wadah ikan hasil memancing, ia cuma berguman saya kira ikan apa, rupaya ikan “O”. Enaknya ikan ini dimasak lemak, karena tidak enak menyebutnya dimasak santan.

Kalau begitu sebaiknya menamakan anak jangan dengan nama hewan, tumbuhan atau sesuatu yang terkena dengan nama masakan atau bumbu masak.

Kadang ada orang tua yang ingin anaknya terkenal, sehingga memberikan nama dengan nama orang yang sangat diidolakan disuatu waktu. Inipun perlu dipertimbangkan, sebab ada kalanya seseorang di eranya sangat terkenal tetapi kedaaan menjadi berbalik dikurun waktu berikut setelah anak itu jadi dewasa. Bukan sedikit orang yang 25 tahun yang lalu dianggap sebagai pahlawan, sekarang dinilai masyarakat sebagai pengkhianat. Kalau sudah begitu penyandang nama orang terkenal sudah dianggap pengkhianat tersebut menjadi tak enak, bahkan mungkin menyesal orang tuanya memberi nama tersebut.

Pemeluk agama Islam tidak akan memberikan nama buat anaknya:

  1. Nama-nama penghambaan kepada selain Allah Ta’ala baik dari matahari, patung-patung, manusia atau selainnya, misal: Abdur Rasul (hambanya Rasul), Abdun Nabi (hambanya Nabi) dll Sedangkan selain nama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, misal: Abdul ‘Izza (hambanya Al-‘Izza (nama patung/berhala), Abdul Ka’bah (hambanya Ka’bah), Abdus Syamsu (hambanya Matahari) dll.
  2. Memberi nama dengan nama-nama Allah Tabaraka wa Ta’ala, misal: Rahim, Rahman, Kholiq dll., kecuali ditambah dengan Abdu menjadi Abdurrahim, Abdurahman, Abdulkholik dll.
  3. Memberi nama dengan nama-nama orang yang dikutuk Allah, misalnya Fir’aun, Haman, Qorun dll.
  4. Memberi nama dengan nama-nama patung/berhala atau sesembahan selain Allah Ta’ala, misal: Al-Lat, Al-‘Uzza dll.
  5. Setiap nama yang memuji (tazkiyyah) terhadap diri sendiri atau berisi kedustaan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya nama yang paling dibenci oleh Allah adalah seseorang yang bernama Malakul Amlak (rajanya diraja)” (HR. Bukhori; Muslim).
  6. Memberi nama dengan nama-nama Syaithon dan zin, misal: Al-Ajda’ , Hifrid.

Islam menghindari nama:

  1. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama orang fasiq, penzina dll.
  2. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama perbuatan-perbuatan jelek atau perbuatan-perbuatan maksiat.
  3. Dimakruhkan memberi nama anak dengan nama-nama hewan yang telah dikenal akan sifat-sifat jeleknya, misal: Anjing, keledai dll.
  4. Dimakruhkan memberi nama ganda5), misal: Muhammad Ahmad.
  5. Para ulama memakruhkan memberi nama dengan nama-nama surat dalam Al-Qur’an.

Jika kebetulan sudah terlanjur mempunyai nama yang kurang sesuai dengan yang dianjurkan tersebut di atas, tidak ada salahnya melakukan perubahan nama, mengganti dengan nama yang baik. Hal demikian pernah dilakukan di zaman Rsulullah. Di Indonesia perubahan nama tersebut dapat berurusan ke instansi pemerintah yang berwenang.

Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang mengandung makna kesyirikan kepada Allah kepada nama-nama Islami, dari nama-nama kufur kepada nama-nama imaniyah. Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallaha ‘anha, ia berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama-nama yang jelek menjadi nama-nama yang baik” (HR. AT-Tirmidzi).