Thursday 31 March 2022

MEMAAFKAN sebelum DIMINTA

Salah satu langkah persiapan menghadapi ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah membersihkan diri dari segala macam dosa. Dosa kepada Allah jauh lebih mudah untuk membersihkannya dengan sungguh-sungguh bertaubat, dari pada kepada sesama makhluk. Karena Allah menjanjikan akan mengampunkan segala dosa manusia yang bertaubat: وَ مَنْ يَّعْمَلْ سُوْٓءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهٗ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا "Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 110) dan ……… قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ "Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 53) Yang sulit justru memohon maaf sesama manusia, kadang begitu dalam luka hati atas ucapan, tindakan seseorang, hingga timbul di dalam hati “sampai mati takkan terlupakan”, kemudian andaikan yang bersangkutan minta maaf akan di jawab “tiada maaf bagimu”. Di ruang yang terbatas ini, ijinkan saya menyampaikan bahwa justru Allah memberikan petunjuk kepada kita harus memaafkan kesalahan orang lain kepada kita kendatipun yang bersalah kepada kita tidak meminta maaf. قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ وَا للّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 263) Dosa selain kepada Allah, atau dosa kepada sesama makhluk dapat dibagi dua: Kesatu, dosa kepada sesama manusia. Kedua, dosa kepada selain manusia. Misalnya dosa kepada hewan. Seperti mengikat kucing, dan tidak memberinya makan, sehingga kucing itu mati kelaparan. Dosa kepada Allah SWT meminta ampunnya kepada Allah SWT. Dosa terhadap sesama manusia, menyelesaikannya adalah dengan meminta maaf dan ridhanya dari orang yang kita berdosa kepadanya. Sedangkan dosa kepada hewan adalah dengan menyesalinya, serta ditebus dengan perbuatan baik. Di kesempatan akhir Sya’ban 1443 H. ini, sebelum memasuki Rahmadhan 1443 H, saya mohon maaf lahir dan bathin atas segala khilaf dan salah, mungkin terjadi dalam tulisan maupun tutur kata ataupun tindakan. Demikian pula Insya Allah saya juga telah memaafkan bilamana diantara sahabat handai taulan andaikan ada kesalahan terhadap saya. Ijinkan saya aturkan bait2 puisi sebagai berikut: Puisi jelang bulan Ramadhan. Disusun diakhir bulan Sya'ban. Hanya sekedar saling ingatkan. Marilah kita saling memaafkan. Bulan Sya'ban akan tenggelam. Jika diriku pernah terucap tajam. Dihati Bpk/ibu lalu menghunjam. Maafkan dariku luar dan dalam. Bgt pula atas ulah dan tingkah. Membuat Ibu/Bpk menjadi marah. Kurapatkan jari mengatur sembah. Maafkan diriku dari khilaf & salah. Supaya Ramadhan, ibadah fokus. Mari diawali saling memaafkan. Agar dosa sesama menjadi hapus. Antar sesama hilanglah ganjalan. Dosa kpd Allah dengan bertaubat. Dosa sesama saling memaafkan. Mari lakukan sebelum terlambat. Saatnya tepat sebelum Ramadhan. M. Syarif Arbi tulis diakhir Sya'ban. Buat para Bpk/Ibu yang budiman. Para pembaca ku punya tulisan. Selamat ber ibadah di Ramadhan

Tuesday 29 March 2022

Prosedur ber Do'a

Berbicara tentang do'a, ustadz2 memberi tahukan ummat, bahwa akan hal do'a ada 3 kemungkinan: 1. Dikabulkan. 2. Tertunda. 3. Ditolak, karena justru tdk baik buat si berdo'a. Sebagai rujukan statement tsb. hadits riwayat Ahmad dari jalur Abu Sa'id Al-Khudri RA, عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخدري رضي الله عنه ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا . قَالُوا : إِذًا نُكْثِرُ . قَالَ : اللهُ أَكْثَرُ Disebutkan bahwa seorang Muslim yang memanjatkan doa pada Allah SWT, maka Allah SWT akan memberinya tiga hal selama yang bersangkutan tidak berbuat dosa dan memutuskan silaturahim.  Pertama, Allah SWT akan segera mengabulkan doanya. Kedua, Allah akan menyimpan doa tersebut untuknya di akhirat kelak.  Ketiga, Allah SWT akan membuat hamba tersebut terhindar dari kejelekan bila do'a dikabulkan. Dengan demikian setiap do'a mesti di kabulkan Allah sesuai janji Allah dlm surat 40 (Ghafir) Ayat 60: وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْۤ اَسْتَجِبْ لَـكُمْ ۗ "Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Do'a yg bgmn yg diperkenankan dg 3 kemungkinan diatas? Hal tsb patut disimak prosedur berdo'a seperti petunjuk Allah di surat 7 (Al-A'raf) 55 dan 56 y.i.: 1. Rendah hati dan suara yg lembut. اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً (Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut) 2. Rasa takut (kpd Allah) dan penuh harap. وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًا (Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap). 3. Hati pihak yg berdo'a belum mati. Kalaulah ternyata syarat tsb sdh dipenuhi namun do'a tak kunjung terkabul. Perlu diperiksa apakah hati orang yg berdo'a sudah mati. Ibrahim Adam (seorang alim kenamaan permulaan abad ke 2 Hijriah, wafat dlm jihad dimakamkan di Jabala, Suriah thn 162 H). Ketika ditanya sekelompok orang di pasar Bashrah Irak, tentang mengapa do'a mereka tdk terkabul, beliau menjawab, mungkin "hati kalian tlh mati oleh 10 perkara": 1. "Mengaku mengenal Allah ttp tdk menunaikan hak-hak Nya". Tentu saja maksudnya agar hati ini hidup seharusnya menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah, terangkum dlm "Taqwa". Hak-hak Allah a.l. dpt kita ketahui melalui Al-Qur'an surat Al-An Am 57, At-Taubah 13, Al Mu'minun 32. اِنِ الْحُكْمُ اِلَّا لِلّٰهِ ۗ يَقُصُّ الْحَـقَّ وَهُوَ خَيْرُ الْفٰصِلِيْنَ "............. Menetapkan (hukum itu) hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Dia pemberi keputusan yang terbaik." (QS. Al-An'am Ayat 57) Jadi bila kita tdk lagi memakai hukum Allah dlm hidup dan kehidupan ini, berarti kita sdh tdk lagi menunaikan hak-hak Allah. HAK Allah untuk ditakuti. فَاللّٰهُ اَحَقُّ اَنْ تَخْشَوْهُ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ "................padahal Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti, jika kamu orang-orang beriman." (QS. At-Taubah Ayat 13). Jika kita mulai takut dg selain Allah indikasi hati mulai mati. HAK untuk disembah. ...... اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَـكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ".............. Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?" (QS. Al-Mu'minun Ayat 32) Memang, bagi penganut agama tauhid tak menyembah dlm arti rukuk dan sujud kpd sesuatu selain Allah. Tapi kadang perlakuan mengutamakan pekerjaan, mengutamakan perintah atasan melalaikan/tdk penyembahan kpd Allah, barangkali ini mendekati maksud menyembah selain Allah. 2. "Membaca kitab- Nya ttp tdk mengamalkan isinya". Kita artikan mungkin maksud tuan alim ini, ialah hati itu baru hidup bila membaca Al-Qur'an bukan hanya ngejar target khatam sekian kali (kebiasaan bulan Ramadhan), tetapi harus difahami maknanya dan diamalkan dlm menjalankan hidup. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ “Akan keluar manusia dari arah Timur dan membaca Al Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya” (HR. Bukhari) Diruang terbatas ini dipaparkan singkat 2 penyebab "Matinya Hati" Perkara MATINYA HATI, ke 3 dstnya sampai 10 insya Allah akan diteruskan di tulisan berikut. Smg dengan 2 indikasi matinya hati tsb diatas, kita dpt menghidupkan hati kita agar do'a kita tidak tertolak. بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Sya’ban 1443 H. 30 Maret 2022. (919.03.22) Waktu luang nunggu antrian dokter di poli mata kontrol rutin.

Sunday 27 March 2022

CORONA Sudah Akan PERGI ???

Beberapa bulan belakangan menjelang Ramadhan 1443 H, tempat ibadah yang dikunjungi ummat untuk ibadah sudah tidak dibatasi lagi seperti 2 th yang lalu, ketika masih pandemi. Karpet di masjid2 sudah digelar kembali. Hanya saja wajib masker tetap berlaku, hand sanitizer tersedia dipintu masjid dan tempat strategis. Ini suatu pertanda virus corona dan turunannya oleh banyak pihak sudah diprediksi tdk membahayakan lagi. Corona sudah akan pergi ??? Teman sebayaku usia 70 tahun lebih, tentu masih ingat Kabupaten tempat kita lahir, Ketapang Kal-Bar, pernah diserang Belalang (aku lupa tahun pasnya, kira2 1967 an). Seingatku ketika itu aku masih duduk sekolah es em a, malamnya jadi penyiar RDK (Radio Daerah Kabupaten Ketapang). Kabupaten kami diserang belalang. Begitu banyaknya Belalang, jalan menuju Kecamatan2 penuh Belalang. Konon kata berita dari luar kota (maklum waktu itu transportasi dan komunikasi blm seperti sekarang), Belalang begitu banyaknya sehingga rumah beratap daun Nipah, dimakan Belalang sampai tinggal lidi. Apalagi tanaman dan tumbuhan jelas habis dilahapnya. Bupati waktu Itu, sampai menggalakkan seluruh lapisan masyarakat dengan "Operasi Belalang". Diberikan hadiah bagi rakyat yg menyetorkan Belalang diwadahi karung, satu kilogram dibayar. (akupun lupa berapa pas tarifnya kalau ndak salah serupiah per kilogram). Yang menjadi pertanyaanku dari dulu sampai sekarang belum terjawab dengan nalar (tanpa berfikir RELIGI); DARI MANA ASAL ITU BELALANG ketika mereka datang menyerang???. KEMANA PERGINYA milyaran Belalang itu setelah mereka MENGHILANG????. Sebab ketika dikumpulkan dalam karung sudah berton-ton, bukan berkurang. Begitu juga agaknya virus corona ini. Dari apakah dia terbentuk, dan bagaimakah dianya bisa lenyap. Pertanyaan tsb. hanya dpt dijawab dengan "MIKROSKOP IMAN". هُوَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۗ فَاِ ذَا قَضٰ ى اَمْرًا فَاِ نَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ "Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Maka apabila Dia hendak menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu." (QS. 40 = Ghafir, ayat 68) Bangsa kita dan seluruh bangsa di dunia kalang kabut lantaran corona yang tak kasat mata itu. Ikhtiar dilakukan lebih dari 2 tahun. Vaksin sudah sampai ke tiga. Menghabiskan anggaran yang tidak sedikit. Tentu semua yang beriman kepada Allah, selain ikhtiar juga berdo'a. Karena seperti belalang dikisahkan di atas, ndak tau dari mana datangnya, kemudian hilang kemana perginya. Corona dari apa asalnya, wujudnyapun tak kasat mata, lantas kini mereda. Tentu Allah-lah yg kuasa meredakan corona seperti halnya hilangnya belalang yg kuceritakan di atas. Makanya selain ikhtiar, mariii.....🤝🤝🤝🤝 kita semua terus bertaubat dan berdo'a, kiranya semoga Allah berkenan segera MENGHILANGKAN virus Corona ini betul2 tuntas tak datang lagi, tidak berubah wujud dengan model2 virus baru. Ya Allah di Ramadhan y.a.d. kami ingin shaum yang lebih baik dari 2 tahun yangg lalu ketika corona masih meraja lela. Ya Allah kami ingin melanjutkan kebiasaan kami memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, shalat tarawih, tadarusan dan i'tikaf. Ya Allah kami ingin tutup Ramadhan dengan shalat ied mensyiarkan kebesaran-Mu. di masjid2 dan di-lapangan2 terbuka. Ya Allah kami ingin lebih mempererat silaturahim, dengan infak, sedekah dan zakat fitrah yang semuanya itu hanya mungkin dengan Kau izin kan kami berhimpun tanpa keluar biaya tinggi dengan swab dan PCR. Ya Allah kini ibadah haji di negeri kami antri berbilang tahun. Tolong Buka kembali negara tempat Ka'bah berada, agar jemaah haji tahun ini dapat berhaji. Kasihani ya Allah calon tamu-Mu yang telah begitu lama menunggu. Ya Allah kabulkan lah do'a kami baik yang terucap maupun yang hanya terbersit di hati kami. Ya Allah ampuni jika ini merupakan dosa kami. Engkau maha tau Ya Allah kami bukan takut dengan corona. Tapi takut membahayakan diri kami atau membahayakan orang lain. Semoga kami benar mengamalkan laranganMu: وَلَا تُلْقُوْا بِاَ يْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِ "dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri (Al-Baqarah 195)". اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اللهم أهله علينا باليمن والإيمان والسلامة والإسلام ربي وربك الله "Allahumma ahillahu ‘alainaa bil yumni wal Imani wassalamati wal islami Rabbi wa Rabbukallahu." (“Ya Allah mohon hadirkan awal ramadhan kepada kami dengan penuh ketentraman, dan dengan penuh kekuatan iman, sehat dan selamat, dan dengan kekuatan islam Rabbi wa Rabbukallahu.”) آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 25 Sya’ban 1443 H. 27 Maret 2022. (918.03.22)

Wednesday 23 March 2022

Khusyu'lah sblm hati Mengeras

Di era persaingan kehidupan dunia dewasa ini menjadikan manusia harus serba sibuk. Tak jarang orang mampir ke masjid, berharap agar pelaksanaan shalat yang diikuti cepat selesai, sebab sudah di tunggu oleh suatu aktivitas yang harus dilaksanakan. Tak heran bila khusyu' mereka kepada Allah ketika shalat, mulai berkurang bagi sebagian orang. Karena dalam shalat, hati sebagian besar "orang sibuk" tidak menghadap Allah. Fikiran terbang melayang pada program sesudah shalat nanti. Guna memperlancar kegiatan dlm berkomunikasi dengan partner bisnis, pelanggan/relasi, setiap orang melengkapi diri dengan alat komunikasi canggih dapat dibawa shalat disebut "Hand phone" atau HP. Ath Thabrani meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : أَوَّل مَا يُرْفَعُ مِن هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى َلَا تَرَى فِيهَا رَجُلًا خَاشِعًا "Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu'". Khusyu' dlm terminology Islam dapat diartikan konsentrasi/fokus. Khusyu' dalam shalat pengertian bebasnya; "konsentrasi sedang dialog kpd Allah semata", perhatian tidak terbelah ke yang lain selain Allah. Perintah khusyu' ketika shalat ini, tidak serta merta bersamaan begitu adanya perintah shalat. Sebelum keharusan khusyu' dalam shalat, makmum jamaah shalat zaman permulaan Islam, kadang masih berbincang, misalnya sambil berbisik nyusun rencana sesudah shalat. Kini cenderung terulang kembali lagi, tapi tdk berbincang dg teman satu shaf shalat, namun ketika shalat tertunda dibicarakan disimpan di dlm HP. Makanya ingin buru2 selesai shalat agar segera dpt membuka pesan termuat di HP. Menurut khabar dari Abdullah bin Mas'ud perintah khusyu' baru ditegaskan Allah setelah 4 thn mereka menerima Islam. Perintah khusyu' itu ternukil dlm surat Al-Hadid ayat 16: "اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَـقِّ ۙ..................." "Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyu' mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka)..........." Atas dasar paragraf2 tersaji di atas bolehlah dibuat faktor yang membuat tidak khusyu' ketika shalat buat kita di zaman kini: 1. Persaingan hidup membuat manusia sibuk dengan berbagai target dan program. 2. Komunikasi canggih, kadang lupa dimatikan ketika shalat. Kalaupun dimatikan, usai shalat terdorong ingin cepat2 melihat HP. 3. Kurang dihayati Isi dialog dng Allah (bacaan shalat). Sesama manusia berbeda bangsa saja jika ketika berbicara masing2 tak paham ttg apa yg dibicarakan, bagaimana mungkin pembicaraan jadi fokus. Akibat tidak khusyu' lambat laun hati menjadi keras, sebagian menjadi fasik seperti diingatkan Allah dilanjutan ayat 16 surat Al-Hadid: ".......وَلَا يَكُوْنُوْا كَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَا لَ عَلَيْهِمُ الْاَ مَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ ".........dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.". Semoga dengan mengetahui sebab2 membuat tidak khusyu', kita dapat berikhtiar agar menjadi khusyu' ketika shalat, supaya terhindar dari hati mengeras dan orang fasik. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 22 Sya’ban 1443 H. 24 Maret 2022. (916.03.22)

Dampak HP terhadap Taklim

Bila ikuti pengajian, tak jarang apa yang disajikan si ustadz hanya terdengar se-bagian2 karena mata sibuk ke HP. Jari jemari terus menari merespond message termuat di HP. Bagitu fenomena yang dapat disaksikan di masjid-masjid belakangan ini. Jamaah jadinya kurang konsentrasi. Memang di tempat2 strategis di dalam masjid sudah di tempel tulisan “Matikan atau Non Aktifkan HP anda” atau ada lambang dengan makna serupa. Kadang jamaah berpendapat ketergangguan HP itu hanya dihindari manakala shalat saja. Sesudah shalat selesai, bila ada tausyiah di masjid tersebut, sebagian jamaah menganggap sudah bebas mengaktifkan HP. Akan hal HP yang mulai masuk Indonesia sekitar tahun 1986 an, begitu luas dampaknya bagi perilaku manusia. Kadang orang lebih menghargai HP dari pada orang yang ada dekatnya. Lebih mengutamakan merespond HP dari pada menyimak taklim, ketika duduk di masjid. Ketika diriku memberikan pelatihan dihadapan para pengusaha-pengusaha di hotel2 baik di DKI Jakarta, maupun ke daerah2, sengaja ku umumkan kepada audience bahwa tidak dilarang mengaktifkan HP, asalkan ketika berkomunikasi, silahkan keluar ruangan agar tidak mengganggu jalannya pelatihan. Hal ini kulakukan karena bagi para pengusaha, kadang ada informasi penting yang mendatangkan peluang bisnis bukan mustahil transaksi milyaran rupiah. Tetapi ketika di kelas mahasiswa, kebijakanku sebelum kuliah dimulai, diumumkan bahwa seluruh mahasiswa yang mengikuti kuliahku harus men silent kan HP nya dan tidak diperkenankan digunakan. Naaaah giliran ku sedang berceramah di masjid tentu jamaah masjid tidak patut diperlakukan seperti mahasiswaku. Seorang dosen, seorang instruktur dalam pelatihan beda dengan penceramah di masjid. Dosen punya otoritas menentukan mahasiswa, Intruktur pelatihan dipandang berkompeten memberikan skill tertentu kepada peserta pelatihan, bila terganggu tak mencapai tujuan program pelatihan. Sedangkan penceramah pemberi tausyiah, kadang berhadapan dengan audience yang heterogen tak jarang punya pemahaman yang berbeda terhadap topik yang sedang dibahas. Kalau ketika mendengarkan khutbah sih, semua jamaah sudah maklum, jangankan berkomunikasi dengan HP, sedangkan menegur seseorang untuk menyuruh diam saja sudah kehilangan pahala Jum’atan. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ . وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ “Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jum’at, ‘Diamlah, khotib sedang berkhutbah!’ Sungguh engkau telah berkata sia-sia.”(HR. Bukhari no. 934 dan Muslim no. 851). Kurang dari dua pekan dari sekarang, kita akan memasuki kembali bulan Ramadhan. Di bulan penuh rahmat Allah tersebut, banyak masjid menyiapkan penceramah yang mengadakan tausyiah sesudah isya sebelum shalat tarawih. Hendaklah kita tekadkan di Ramadhan ini setiap tausyiah kita pandang sebagai suatu kegiatan menambah ilmu merupakan jalur ibadah. Ibadah menghendaki kekhusyu’an. Jangan sampai seperti apa yang disinyalir Nabi Muhammad s.a.w. dalam sabda beliau: INNA AWWALA MAA YUR FAU' MINANNASIL KHUSYUK (Sesungguhnya yg mula diangkat Allah dari hati manusia ialah rasa khusyuk itu). Demikian seperti yg didengar Syaddad bin Aus. saya kutip dari tafsir Al-Azhar, Prof. Dr. Hamka, juzu 27 halaman 289*). Ath Thabrani meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : أَوَّل مَا يُرْفَعُ مِن هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى َلَا تَرَى فِيهَا رَجُلًا خَاشِعًا "Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah khusyu’, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyuk". Semoga di Ramadhan nanti, Khusyu’ belum diangkat Allah, sehingga kita dapat melaksanakan ibadah lebih berkualitas, menambah ilmu baik melalui pengkajian sendiri, maupun dengan mendengarkan pengajian2 yang diadakan di masjid2, televisi dan youtube dengan konsentrasi dan dapat menempatkan kapan berkonsentrasi menambah ilmu dan kapan menggunakan alat komunikasi yang disebut HP dan sebangsanya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 21 Sya’ban 1443 H. 23 Maret 2022. (915.03.22)

Monday 21 March 2022

Kasih Sayang Bunda

"Ini abangmu mesti ndak dapat makanan, buah2an semewah kita ini", ujar seorang Ibu kepada anak bungsu perempuannya dan mantunya yang berjamaah terpisah dengan anaknya dan 2 cucu lelakinya di Masjid Nabawi berbuka puasa Ramadhan 22 tahun silam. Sambil berucap itu, dengan cekatan tangan beliau memasukkan buah2an, dan aneka juadah ke dalam tas tenteng. Sesampai dihotel “Royal Andalus” langsung diletakkan di meja kamar anak lelakinya gabung sekamar dengan 2 cucu lelakinya. Ibu itu berujar kepada anak lelakinya "itu buah2an dan kue2 untukmu tadi dari masjid". Untuk menjaga perasaan beliau segera si anak lelakinya itu makan, sebelum berangkat lagi shalat Isya. Keluarga dengan 6 orang ini, terdiri dari 3 perempuan dan 3 lelaki dapat kamar hotel kamar dempet, dimana kedua kamar terhubung. Begitulah kasih sayang seorang ibu tidak pernah surut, walau anaknya sudah tua. Anak di mata sang ibu masih seperti yang dulu, walau anak sulungnya waktu itu sudah beristri dan beranak dua sudah duduk di kelas 2 dan kelas 3 SMA, ikut serta dalam “umrah Ramadhan” tsb. Kasih sayang Bunda tersebut pas benar seperti dikemukakan Rasulullah Muhammad saw bahwa Allah menciptakan 100 rahmat. Satu persen diberikan Allah kepada seluruh makhluk yang ada di bumi, yang dahulu, yang kini dan yang akan datang. عن أَبَي هُرَيْرَةَ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ‏ "‏ جَعَلَ اللَّهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ جُزْءًا، وَأَنْزَلَ فِي الأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الْجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ، حَتَّى تَرْفَعَ الْفَرَسُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيبَهُ “Allah telah menciptakan rahmat yang terbagi atas 100 bagian. Di akhirat ada 99 dan Allah menahannya hingga hari akhir. Sedangkan satu bagian Allah turunkan di dunia. Maka dengan satu bagian di dunia setiap makhluk seluruh alam semesta berkasih sayang saling mencintai. Sehingga seekor kuda pun atas rahmat Allah seketika mengangkat kakinya karena khawatir dirinya menginjak sang anak kuda ketika berada di bawahnya.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah RA) Dalam kasus yang kuangkat mengenang kasih sayang Almarhummah seorang Ibu ini, merupakan wujud kasih sayang pada umumnya Ibu-Ibu kepada anak2 mereka, beliau terdorong insting, naluri keibuannya, repot2 mengambilkan makanan yang dihidangkan di masjid, khawatir anak2 yang jauh dimatanya tidak mendapatkan makanan seperti itu. Padahal, jemaah laki2 pun tak kurang mewahnya makanan dan buah2an, madu, susu dan aneka minuman yang lezat, disediakan keluarga orang berduit menjelang buka puasa. Agaknya mereka termotivasi dengan hadist, Rasulullah Muhammad: مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِمْ ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikitpun juga.” (HR. Tirmidzi, Ibn Majah). Di Masjid Nabawi maupun di Masjidil Haram pada saat2 puasa Ramadhan begitu mewah makanan berbuka yang tersedia. Para penyedia makanan tsb. menggelar kain putih sepanjang shaf dialas plastik. Aneka makanan aneka buah aneka minuman sudah siap beberapa waktu sebelum adzan maghrib. Para jamaah sudah dipapak sejak masuk masjid oleh crew "pemilik shaf iftar", untuk duduk di shaf mereka. Agar nanti saat berbuka nyantap makanan/minuman/buah2an mereka….. Kagum akan kegesitan petugas kebersihan masjid bekerja sama dengan pemilik shaf "iftar", begitu “iqamah”,.……., langsung plastik digulung ke arah pinggir shaf, petugas kebersihan langsung memasukkan ke tempat sampah. Cuma yang kasihan terhadap makanan, baik yang tidak habis dimakan/diminum maupun yang masih utuh ikut tergulung masuk ke tempat sampah. Ternyata kasih ibu tak pernah putus, walau anaknya yang sudah beranak dua itu tidak lagi terbilang muda. Seorang Ibu tetap saja memandang anaknya masih anak2. Bila dianya makan enak, pikirannya senantiasa terus memikirkan anak2nya dalam keadaan itu yang berada dekatnya. Pikiran demikian ini sudah terpola mendasar di dalam diri setiap ibu, kendatipun sampai anak2 mereka sdh bercucu. Tak heran seorang Istri Ustadz, karena si Ustadz hampir saban hari dititipi makanan dalam kotak (enak2), dari tempat pengajian. Istri sambil nyantap makanan enak2 itu bergumam kepada suaminya “kita tiap hari makan enak2, bagaimana anak2 kita di pesantren???”. Tentu figur ibu yang dikisahkan, mempunyai kasih sayang kepada anak2 mereka. Kasih sayang induk ayam yang melindungi anak2 mereka juga seluruh hewan kepada anak2 mereka menyerap 1% rahmat Allah seperti hadits di atas, adalah Ibu2, Induk2 hewan yang “Normal”. Dalam kenyataan ada juga terjadi seorang Ibu yang tega menganiaya anak mereka, dalam kenyataan ada juga kucing jantan yang membunuh anak mereka, kasus seperti ini “diluar normal”. Atas kasih sayang ORTU, itulah sebabnya Allah memerintahkan kepada manusia di dalam surat 46 = Al-Ahqaf ayat 15: وَوَصَّيْنَا الْاِ نْسَا نَ بِوَا لِدَيْهِ اِحْسَا نًا "Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya......." Namun kita tak kan sanggup membalas kasih sayang kedua ORTU kita terutama Bunda walau kesenangan bagaimanapun kita hadirkan kepada beliau semasa hidupnya. Guna membalas kasih sayang ayah dan bunda selama keduanya masih ada, berbhaktilah kepada mereka semaksimal mungkin, jangan sakiti perasaan mereka. Karena seorang anak pada dasarnya tidak bisa membalas jasa kedua orang tuanya, seperti dijelaskan dalam hadits berikut: لَا يَجْزِي وَلَدٌ وَالِدًا، إِلَّا أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوكًا فَيَشْتَرِيَهُ فَيُعْتِقَهُ "Seorang anak tidak akan mampu membalas orang tua kecuali ia menemukan orang tuanya jadi budak lalu ia membelinya kemudian memerdekakan." (HR Muslim). Dalam hal mereka telah “berpulang” hendaklah saban waktu shalat kita mendo’akan اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا "Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (Ibu dan Bapakku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 19 Sya’ban 1443 H. 22 Maret 2022. (914.03.22)

Saturday 19 March 2022

Do’a dapat stop Matahari

Sepakad semua pihak bahwa Matahari adalah sumber kehidupan, ilmuwan maupun praktisi. Karena tanpa sinar Matahari, tumbuh-tumbuhan enggan normal bertumbuh. Manusia yang tak kena sinar Matahari dalam waktu lama terganggulah kesehatannya. Penderita pengapuran, untuk perawatan harus rajin menyerap sinar Matahari pagi guna penyembuhan. Bumi ini akan musnah bila tidak adanya Matahari. Jangankan tidak adanya Matahari, andaikan bumi ini tertahan beredar sehingga hanya mendapatkan sinar Matahari di satu sisi, maka sisi yang lain yang tidak mendapatkan sinar Matahari akan menjadi dingin dan beku. Sementara sisi bumi yang terus menerus kena sinar Matahari akan jadi panas mendidih luluh lebur terbakar. Dalam keyakinan iman, sekali lagi dengan keyakinan iman bahwa se izin Allah dikabarkan bahwa Matahari pernah beberapa kali terhenti, menjelang terbenam di ufuk barat. Tentu terhentinya itu logikanya karena bumi berhenti berputar. Apa yang membuat Matahari ini mau berhenti sejenak beberapa saat, ternyata adalah karena DO’A, dan karena kuasa Allah. Peristiwa yang pertama. Ketika Allah mengabulkan do’a nabi “YUSYA bin NUUN”. kala itu nabi bani Israil itu sedang berperang mengusir kaum JABBARIN (penjajah). Pada saat pertempuran begitu sengitnya tatkala musuh sudah terpojok dan hampir terkalahkan, hari terakhir pertempuran itu pas jatuh hari Jum’at dan waktu sudah petang, Matahari hampir terbenam. Dilema buat YUSYA bin NUUN pemimpin pertempuran itu yaitu: Jika perang diteruskan sampai Matahari terbenam maka akan jatuh pada hari Sabtu, sedangkan hari Sabtu adalah hari dalam syariat nabi Musa sebagai hari SABAT, diperuntukkan hanya untuk ibadah tak boleh berkegiatan lain, seperti bertani, berdagang, termasuk berperang. Tapi jika perang dihentikan, musuh yang sudah terpojok itu, akan punya kesempatan untuk konsolidasi menyusun kekuatan, bukan mustahil malah dapat mengalahkan mereka. Oleh karena itu berdo’a-lah YUSYA bin NUUN “ENGKAU MATAHARTI, BEREDAR DILANGIT MENJALANKAN PERINTAH TUHANMU, DAN SAYA BERPERANG ADALAH PULA MENJALANKAN PERINTAH TUHANKU, YA ALLAH TUHANKU, TAHANLAH MATAHARI ITU UNTUKKU” Do’a tersebut di ijabah Allah dan Yusya bin Nuun meneruskan pertempuran memukul musuh sampai tuntas. Setelah musuh bertekuk lutut semuanya, Matahari-pun barulah tenggalam di ufuk barat sebagaimana biasanya. Peristiwa kedua. Sebagaimana dikisahkan oleh Abdullah ibn Mas’ud, ia Berkata: "Kami bersama Rasulullah SAW dalam satu peperangan, sampai akhirnya merasa kelelahan, hingga nampak wajah yang pucat dan lesu pada pasukan kaum muslimin dan wajah gembira pada kelompok munafik." Setelah melihat kondisi seperti ini Beliau berkata: "Demi Allah, Matahari tidak akan tenggelam sampai kalian ke daerah Ruzaq." Utsman tahu bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak bohong, Beliau lalu membeli 14 ekor unta sekaligus makanannya. 9 ekor di antaranya diberikan kepada Nabi SAW, wajah kaum muslimin langsung berseri-seri, sebaliknya wajah kaum munafik merunyam. Lalu Rasulullah mengangkat tangannya sampai terlihat putih ketiaknya. Beliau berdoa, mendo’akan kebaikan untuk Utsman. (Hadits riwayat al Baihaqy) (lihat Mu’jam Kabir karya al Tabarani, hadist no: 7255). Peristiwa ketiga. Kisah lainnya adalah sebagai berikut tercegahnya matahari dari terbenam. Waktu beliau melakukan perjalanan pulang dari Isra’, beliau berjumpa dengan rombongan kafilah; dan ini diberitahukan kepada orang-orang musyrik bahwa rombongan kafilah itu akan tiba pada hari yang disebutkan Rasulullah. Tetapi ketika hari yang disebutkan beliau itu tiba, rombongan tersebut masih juga belum datang, padahal matahari sudah hampir tenggelam. Maka dengan izin Allah, matahari itu bertahan, hingga akhirnya rombongan kafilah yang disebutkan oleh beliau itu datang. Peristiwa keempat. Matahari kembali muncul sesudah tenggelam. Peristiwa ini terjadi lantaran do’a Nabi Muhammad s.a.w. diijbah Allah untuk Ali bin Abi Thalib r.a. agar Ali dapat menunaikan salat Ashar pada waktunya. Ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan shalat ashar harus dilaksanakan sebelum maghrib, sehingga nabi sampai berdo’a agar matahari tertunda terbenam. Dari peristiwa-peristiwa ini pantas untuk kita renungkan, bahwa do’a yang mustajab; jangankan cuma untuk kebahagiaan keluarga, jangankan hanya untuk keamanan lingkungan, jangankan hanya untuk kemakmuran bangsa, jangan kan agar Allah menghentikan pandemi Covid 19, sedangkan Matahari saja dapat di stop sejenak dengan izin Allah. Yang penting disini adalah meraih izin Allah. Bagaimana agar Allah meng-ijabah do’a. Tentu untuk terijabahnya do’a, harus memenuhi syarat berdo'a; diantaranya benar-benar beriman dan bertaqwa. Beriman dalam arti sungguh-sungguh yakin akan keberadaan Allah dan kekuasaan Allah, diikuti melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah. Do’a kita banyak belum terkabul, do’a anak bangsa ini bagaikan berlalu begitu saja, sepantasnyalah perlu direnungkan, ada apa yang salah dipihak kita sendiri, karena Allah tak akan pernah ingkar akan janji-Nya. Seperti yang tersurat di dalam Al-Qur’an (Al-A’raf ayat 96): وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." Semoga dengan renungan ini, bertambah keyakinan dan keimanan kita kepada Allah. Semakin tinggi ketaqwaan kita, dengan demikian do’a kita insya Allah di ijabah Allah. Barakallahu fikum. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Sya’ban 1443 H. 17 Maret 2022. (912.03.22). Ditulis ulang, ngisi waktu menunggu antrian di poli Gizi di RSGS Jkt.

DERMAWAN

Dermawan adalah julukan seseorang yang “tangan terbuka”, “murah hati” yang mudah mendermakan hartanya buat pihak lain. Memberikan harta kepada pihak lain, tanpa menantikan balasan kecuali hanya mengharapkan keredhaan Allah terkelompok dalam sedekah. Sedangkan sedekah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain, dapat dalam bentuk uang, barang, makanan, (bahkan nasehat dan senyuman termasuk sedekah). Beda dengan zakat, karena zakat dikeluarkan sekian persen dari harta yang sudah cukup nisab dan sampai masa kepemilikannya. Sedekah dikelompokkan ibadah sunnah, sedangkan zakat ibadah wajib. Sedekah, suatu ibadah sunnah yang begitu penting sampai diinformasikan Allah; bahwa ketika seorang kedatangan maut, mereka meminta waktu untuk dihidupkan kembali untuk bersedekah: رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلٰىٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِينَ…………………...” "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh." Orang yang sudah mati itu; tidak meminta dihidupkan kembali untuk menyempurnakan shalat, tidak minta tunda kematian kerena sampai dapat berhaji, atau ditangguhkan kematian karena ada puasa yang belum dibayar. Tetapi minta dihidupkan kembali agar dapat bersedekah lalu bertekad menjadi orang-orang yang saleh. (QS. 63 = Al-Munafiqun ayat 10). Dari penggalan ayat itu, patut diambil pengertian, bahwa sadekah itu suatu amalan yang demikian hebat keutamaannya atau hebat benefitnya. Sudah menjadi aksioma bahwa sesuatu yang tinggi benefitnya, maka besar pula resikonya. Begitu juga halnya dengan sedekah; benefit sedekah itu dapat menjadi sama dengan “nol” bila terkena risikonya, terjadi kesalahan. Allah tidak menjebak para “dermawan” dan “penyedekah”, tetapi memberikan petunjuk untuk bersedekah agar benefitnya tidak menjadi “NOL”. Diberi petunjuk oleh Allah tentang volume sedekah; dapat kita cermati di ayat 67 surat Al-Furqan: وَالَّذِينَ إِذَآ أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar," Karena bilamana berlebihan, dimungkinkan dihati ini akan ada “berkata-kata”, dapat menimbulkan kurang ikhlas. Sebab amal apapun tanpa didasari ikhlas akan sia2, termasuk sedekah. Hal ini terungkap jelas di surat Al Baqarah 264, Allah memaklumkan bahwa: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذٰى كَالَّذِى يُنْفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْأَاخِرِ  ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا  ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلٰى شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا  ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِينَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.". Dengan demikian, terms and conditions berderma/bersedekah: 1) Tidak berlebihan 2) Ikhlas. 3) Jangan dikenang. 4) Jangan diungkit-ungkit. 5) Jangan menyakiti hati penerima. Semoga kemauan dan kemampuan bersedekah kita, dari hari kehari semakin dapat ditingkatkan dengan tetap waspada terhadap risiko yang telah diungkapkan di atas. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 16 Sya’ban 1443 H. 18 Maret 2022. (913.03.22)

Tuesday 15 March 2022

Di pintu IKHLAS Iblis Menunggu

Adalah seorang ahli ibadah. Tiada hari tanpa bersedekah. Zikir tiap detik lidahnya basah. Beramal hanya karena Allah. Tentu tak usah diragukan lagi ibadah wajib olehnya dilaksanakan dng baik dan khusyuk, sedangkan ibadah yg sunnah saja hampir tak pernah luput. Tapi tatkala dirinya mulai merasa ketaatan dan keikhlasannya beramal/beribadah itu diketahui orang, menjadi perbincangan masyarakat, ybs menjadi termotivasi meningkatkan frekuensi amal/ibadahnya. Sedekah yg biasanya 20rb setiap hari, ditingkatkan jadi 50rb sampai 100rb. Dzikir yg biasa dilakukan diperbanyak dan pengucapannya diperjelas. Pokoknya semenjak diketahui orang akan amal/ibadahnya ybs meningkatkan amal/ibadahnya baik kualitas maupun kuantitas. Jika sdh spt ini IBLIS sdh siap menunggu di pintu Ikhlas, untuk meraih tangan ahli ibadah yg ikhlas itu tadi. Iblis siapkan PERANGKAP di PINTU IKHLAS yg siap untuk memerangkap orang-orang ikhlas dlm beribadah. Rasulullah pernah ajarkan do'a untuk menghindari PERANGKAP IBLIS di pintu Ikhlas, kpd sahabat utamanya ABU BAKAR. Abu Bakar yg begitu kuat imannya saja, perlu do'a ini, apalagi kita2 ini yg imannya mungkin tak seujung rambutpun bila dibanding dari Abu Bakar sahabat utama Nabi Muhammad s.a.w, itu. Abu Bakar adalah orang beriman pertama, demikian kuat imannya tak disangsikan lagi. Tetapi Nabi mengajarinya do'a ini. Tentu do'a itu dimaksudkan Nabi Muhammad s.a.w. bukan hanya untuk Abu Bakar namun untuk kita semua agar terhindar dari PERANGKAP IBLIS yg MENUNGGU di pintu IKHLAS. Do'a tsb sbb: اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ , وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ Allahumma inni a'udzu bika an usyrika bika syaian waana a'lamu waastaghfiruka lima laa a'lamu. Ya Allâh! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan (syirik) yang menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya; dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui. (Imam Bukhari dlm AL ADAB AL MUFRAT dan At Tirmidzi dlm NAWATIR AL USUL). Dari do'a tsb., dpt dipahami bahwa agaknya beribadah, bersedekah, berdzikir dan segala perbuatan baik, bila terselip mengharapkan apresiasi selain Allah dpt tergolong "syirik". Dari contoh di atas Ibadah ikhlas stlh viral maka ditingkatkan. Berarti lantaran harapan meningkatkan penghargaan manusia setidaknya mempertahankannya, maka ibadah ditingkatkan. Iblispun menunggu di pintu Ihklas itu karena tujuan utama iblis adalah menjerumuskan manusia ke "syirik". Smg kita terlindung dari PERANGKAP IBLIS dari PINTU IKHLAS. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن Barakallahu fikum وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 12 Sya’ban 1443 H. 16 Maret 2022. (911.03.22). Ditulis mengikhlaskan waktu menunggu antrian kontrol kesehatan rutin di RSGS Jkt.

Monday 14 March 2022

Indentitas TAQWA yang kasat mata

Terdapat 6 (enam) indentitas seseorang terkelompok sebagai orang yang taqwa. Dari 6 (enam) indentitas itu, 3 (tiga) tampak lahir dan 3 (tiga) tak kasat mata. Yang kasat mata dapat dilihat, diketahui orang lain. Sedangkan yang tak kasat mata, hanya Allah saja yang mengetahui dan mungkin juga individu yang bersangkutan merasakannya. Adapun identias yang sekaligus sebagai ciri orang taqwa yang 6 (enam) tersebut adalah: 1. Tidak meragukan Al-Qur’an, karenanya menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dalam melaksanakan hidup dan kehidupan. 2. Beriman kepada yang ghaib. 3. Mendirikan shalat, 4. Menafkahkan sebagian rezki yang didapatnya untuk pihak yang berhak. 5. Percaya akan nabi-nabi serta kitab yang dibawa nabi yang diberi Al-Kitab oleh Allah. 6. Yakin bahwa ada kehidupan akhirat. Ciri-ciri atau identitas orang Taqwa tersebut diungkapkan Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2, 3 dan 4. ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ  ۛ فِيهِ  ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ "Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa," الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُونَ "(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka," وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْأَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ "dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat." Dari enam ciri tersebut, 3 secara lahir, dapat dilihat perbuatannya dengan kasat mata yaitu: 1. Perilaku Qur’ani. 2. Shalat. 3. Dermawan Dan 3 secara bathin yang hanya dirasakan oleh invidu masing-masing, meskipun tak tampak, tapi merupakan faktor penggerak untuk 3 perbuatan lahir tersebut. Yaitu: 1. Beriman kepada yang ghaib. 2. Percaya akan nabi rasul dan kitab-kitab. 3. Yakin hari akhirat Di ruang terbatas ini ditelusuri hanya indentitas taqwa yang “Kasat Mata” saja. PERILAKU QUR’ANI Untuk menjadi manusia berperilaku Qur’ani, harus mendalami isi Al-Qur’an, untuk mendalaminya tentu harus bisa membacanya, bukan sekedar itu harus mengerti maknanya. Karena setelah mendalami isinya dapat diketahui, perintah dan larangan, aturan-aturan yang berlaku untuk hidup dan apa yang harus dilakukan untuk persiapan mati. SHALAT: 1. Shalat dengan ikhlas dan khusu’. Karena memahami aturan shalat dan bacaan shalat. 2. Keutamaan untuk shalat wajib adalah berjamaah di masjid. 3. Diantara shalat wajib tersebut yang sangat diutamakan untuk berjamaah di masjid adalah shalat subuh dan isya’: ditulisan singkat ini dikutipkan 2 (dua) diantara sekian banyak hadist : a. Dari Utsman bin Affan ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda: "Barangsiapa yg salat Isya’ dengan berjamaah, seolah-olah ia mengerjakan salat setengah malam, Dan barangsiapa yg salat Subuh dg berjamaah seolah-olah ia mengerjakan salat semalam suntuk." (HR.Muslim). b. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata " Rasulullah saw. Bersabda: "Tidak ada shalat yg lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi dari shalat Subuh dan Isya. Seandainya mereka mengetahui keutamaan kedua shalat itu, niscaya mereka mendatangi keduanya (berjamaah), walaupun dengan merangkak" (HR. Bukhari dan Muslim) Dari dua hadist di aatas, shalat subuh dan isya’ kita sadari bahwa kita sekarang masih banyak tergolong yang memenuhi syarat munafiq (hadist “b”)….. Jika zaman rasulullah orang munafiq itu masih shalat isya dan subuh berjamaah tetapi dengan “berat hati”. Sementara sebagian kita bukan “hanya berat hati”, tapi kebanyakan tidak sama sekali mendatangi jamaah masjid terutama shalat subuh. Kebiasaan di masjid2 (dibeberapa tempat) ketika maghrib lumayan banyak jemaahnya, tetapi ketika isya, kadang kurang dari separo dibanding maghrib. Bagaimana dilingkungan anda? Harapan kita setelah memperoleh gelar Taqwa nanti melalui gemblengan Ramadhan yang tinggal kurang dari sebulan dari sekarang, jemaah shalat isya dan subuh kita akan mulai banyak. Bapak2 yang sudah sepuhpun biar dengan harus duduk di kursi, lantaran tak mampu lagi berdiri, semoga teteap bersemengat ikutan berjamaah ke masjid, minta antar anak atau cucu. DERMAWAN. Rifer kepada surat Al Furqan 67: وَالَّذِينَ إِذَآ أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar," Juga di surat Al Baqarah 264 Allah memaklumkan bahwa: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذٰى كَالَّذِى يُنْفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْأَاخِرِ  ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا  ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلٰى شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا  ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِينَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.". Syarat berderma: 1) Tidak berlebihan. 2) Ikhlas, jangan dikenang atau diungkit-ungkit. Seperti diungkap di atas bahwa 3 (tiga) identias taqwa yang kasat mata ini akan menjelma apabila individu yang bersangkutan mempunyai 3 (tiga) identitas taqwa secara bathin (yang tidak kasat mata). Semoga Allah memeliharakan indentitas taqwa kita secara lahir dan bathin. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 8 Sya’ban 1443 H. 12 Maret 2022. (909.03.22)

IMAN kepada yang GHAIB

6 (enam) identitas taqwa, 3 (tiga) tampak lahir dan 3 (tiga) tak kasat mata. Yang kasat mata dapat dilihat, diketahui orang lain. 3 Identitas tampak lahir, telah dimuat ditulisan sebelum ini. Identitas yang sekaligus sebagai ciri orang taqwa yang 6 (enam) tersebut yaitu: 1. Tidak meragukan Al-Qur’an., 2. Beriman kepada yang ghaib., 3. Mendirikan shalat., 4. Zakat, infak, sedekah., 5. Mengimani nabi2 dan kitab2., 6. Yakin akan akhirat. Ciri-ciri atau identitas orang Taqwa tersebut diungkapkan Al-Qur’an surat Al-Baqarah 2, 3 dan 4. ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ  ۛ فِيهِ  ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُونَ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَآ أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْأَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ "Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa," (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat." Dari enam ciri tersebut, 3 secara bathin (tak kasat mata), hanya Allah yg sungguh2 mengetahui, dan mungkin individu ysb dapat merasakan. Ciri taqwa tak kasat mata atau "taqwa bathin" itu adalah: 1. Beriman kepada yang ghaib. 2. Beriman kepada nabi2, rasul2 dan kitab-kitab. 3. Yakin hari akhirat Di ruang terbatas pada kesempatan ini ditelusuri identitas “taqwa bathin", tentang “beriman kepada yang ghaib” saja. BERIMAN KEPADA YG GHAIB. Bahwa diri kita, sekeliling kita penuh dengan contoh2 hal yang ghaib. Sangat tidak masuk akal jika orang tak percaya akan adanya yang ghaib. Diri ini sebelumnya tiada. Dengan demikian sesungguhnya diri ini “makhluk ghaib yang diberi bungkus” berupa jasad. Setelah unsur ghaib diri ini meninggalkan jasad, maka kembalilah diri ini ke makhluk ghaib lagi. Bungkus jasad tanpa Roh, tidak lagi berdaya, segera akan luluh lapuk tinggal rangka, bila lama tak di kubur akan membusuk. Roh adalah sesuatu yang ghaib, Allah berfirman: وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا "Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, katakanlah, "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit”. (QS. 17 = Al-Isra', ayat 85) Di sekeliling kita, juga dipenuhi hal2 yang ghaib, betapa gelap gulitanya malam bila tidak diterangi listrik. Bukankah listrik adalah sesuatu yang ghaib?. Arus listrik yang ghaib itu masuk ke bola lampu sanggup menerangi sebuah lapangan sepak bola, sehingga dua kesebelasan enak berlaga di malam hari. Sedang menulis di Lap Top seperti sekarang, alangkah kecewa bila tiba2 arus listrik terhenti padahal belum sempat di “save”. Arus listrik itu tak tampak oleh mata, tapi dirasakan begitu banyak manfaatnya buat ummat manusia. Salah satu peneliti listrik yang terkenal adalah Benjamin Franklin. Dia adalah ilmuwan dari Amerika. Pada tahun 1752, Franklin melakukan percobaan menerbangkan layang-layang dengan kunci besi ke langit yang sedang banyak petir. Petir menyambar kunci besi tersebut dan memercikkan api kecil. Percikan tersebut mengenai punggung tangannya. Oleh karena itulah ia yakin bahwa itu adalah listrik. “Kilat”, mengiringi “Petir” salah satu tanda2 kekuasaan Allah yang bermuatan listrik, merupakan sesuatu yang ghaib, memberi inspirasi manusia memanfaatkannya untuk kemudahan kehidupan yang kita nikmati sampai kini, هُوَ الَّذِى يُرِيكُمُ الْبَرْقَ خَوْفًا وَطَمَعًا وَيُنْشِئُ السَّحَابَ الثِّقَالَ "Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu, yang menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia menjadikan mendung." (QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 12) Belum lagi kita saksikan angin puyuh yang sanggup memporak porandakan sebuah kampung. Siapakah yang dapat melihat angin?, tapi dapat menyaksikan bagaimana kerjanya angin kalau dianya mengganas. وَأَرْسَلْنَا الرِّيٰحَ لَوٰقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَأَسْقَيْنٰكُمُوهُ وَمَآ أَنْتُمْ لَهُۥ بِخٰزِنِينَ "Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang menyimpannya." (QS. 15 = Al-Hijr ayat 22). Semoga Allah memeliharakan “iman kita kepada yang ghaib” serta identitas taqwa kita secara lahir dan bathin. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Sya’ban 1443 H. 14 Maret 2022. (910.03.22)

Mengukur AKAL Sehat

Akal mrpk perangkat abstrak, out put nya saja yg nampak, wujud akal itu sendiri tak keliatan. Jadi akal juga sesuatu yg ghaib tertanam di tubuh manusia. Out put atau produk akal dpt di dengar, dpt dilihat, dpt dirasakan. Hasil produk akal inilah agaknya mrpkn indikator menentukan sehat/tdk sehatnya akal. Akal ada yg sehat dan ada pula yg tak sehat. Nah, ...... bgmn ngukurnya sehat ndak sehatnya akal kita. Boleh jadi orang yg berakal "ndak sehat" menilai orang yg berakal "sehat" lah yg akalnya ndak sehat. Hal yg sama dpt terjadi sebaliknya. Seorang remaja putri berwajah bening, berjalan santai di trotoar menyepak-nyepak botol minuman plastik kosong, berbicara sendiri, lengkap dengan gerak-gerik tangan, sesekali senyum dan tertawa renyah. Gadis ini patut diduga akalnya tak sehat. Saya katakan patut diduga, karena sekarang ini orang yg ngomong sendiri, ketawa sendiri blm tentu tak sehat akal, mungkin sdg bicara pakai HP. Akal TIDAK SEHAT mungkin saja dimiliki oleh individu yg sehat rohani dan sehat jasmani. Dpt dipantau dari out put peri laku, tutur kata, sikap perbuatan ybs. Melalui pendekatan kebenaran religi, mungkin dpt dijadikan referensi penggalan2 ayat2 dlm Al-Qur'an; أُولُوا الْأَلْبٰبِ Terjemahan bebasnya "akal sehat". Bila di kutip diantaranya dari sekian banyak penggalan2 ayat2 tersebut dlm Al-Qur'an dpt di pahami bahwa orang yg berakal sehat adlh: 1. Orang yg TAQWA, sebab orang taqwa akan tercermin semua out put akalnya berwujud kebaikan. 2. Orang berakal sehat, dpt mengambil pelajaran dari ayat2 Allah baik yg tersurat di kitab suci, maupun yg tersirat di alam semesta ini. Sebagian dari ayat2 al-Qur'an sbg rujukan sbb: Al-Baqarah 197. وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰى ۚ وَاتَّقُونِ يٰٓأُولِى الْأَلْبٰبِ "Dan bertaqwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!" Al-Baqarah 269 وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ "Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat." Az-Zumar 9 إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا الْأَلْبٰبِ "Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." Tanda2 akal sehat: 1. Mampu memilih keputusan yg terbaik, dari alternatif yg tersedia atas dasar ilmu dan pengalaman. Untuk kebaikan dunia dan akhirat. 2. Sanggup memilih skala prioritas setiap tindakan yg akan di ambil. 3. Menyadari diri tdk serba bisa, tidak serba baik. tdk serba benar. 4. Menghargai orang lain. 5. Selalu mengoreksi kesalahan diri. 6. Tidak berlarut dalam kesedihan bila di timpa musibah. 7. Peduli keadaan sekitar. 8. Bersegera nyelesaikan masalah, bila bersalah sesama manusia. 9. Bersegera bertobat bila berbuat dosa kpd Allah. 10. Introspeksi diri setiap ngalami kegagalan. Dmkn, semogs makin banyak kita yg berakal sehat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن وَ الْسَّــــــــــلاَمُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 11 Sya’ban 1443 H. 15 Maret 2022. (911.03.22). Menggunakan akal sehat sambil antri kontrol kesehatan THT rutin di RS.

Thursday 10 March 2022

MENGHINDARI KERUGIAN.

Tak seorangpun menginginkan kerugian. Umumnya kalaulah terjadi juga kerugian, ybs sudah berupaya sedemikian rupa mencegah kerugian tersebut. Dengan mengkaji segala faktor; misalnya ketika akan bekerja sama bisnis, partner bisnis dipelajari keperibadiannya, pengalamannya dalam bidang bisnis yang dikerjasamakan, kemungkinan situasi berkembang yang akan datang terhadap bisnis yang akan dilaksanakan dll. Dalam bisnis2 tertentu kerugian yang mungkin timbul dialihkan kepada perusahaan penanggung kerugian, yaitu pihak perusahaan Asuransi. Demikian konsep menghindari kerugian versi duniawi. Adapun konsep menghindari kerugian versi agama yang insya Allah berdampak juga untuk menghindari kerugian di dunia, terutama untuk menghindari kerugian di akhirat kelak. Konsep tersebut diletakkan atas 4 (empat) landasan yaitu: 1. BERIMAN, 2. Beramal KEBAIKAN, 3. Saling mengingatkan akan KEBENARAN dan 4. Saling mengingatkan mengenai KESABARAN. Dari empat point untuk menghindari kerugian tersebut adalah: “saling mengingatkan, nasihat menasihati akan KEBENARAN dan KESABARAN”. Wujud saling mengingatkan tersebut, kini terbentang luas dengan adanya media sosial, di dunia maya. Kita dapat melaksanakan saling nasihat menasihati dalam KEBENARAN dan KESABARAN yang sekaligus merupakan AMAL KEBAIKAN dalam rangka IMAN kepada Allah itu. Artikel tentang apa saja dalam rangka itu, baik dalam rangka MUAMALAH juga termasuk diantaranya nasihat KEBENARAN dan KESABARAN dalam IBADAH keagamaan masing-masing ummat, tergantung di komunitas apa anda berada. Asalkan tulisan tidak menyinggung seseorang, tidak menyinggung kelompok atau golongan, insya Allah akan diapresiasi, oleh pihak manapun juga, yang penting niatkan merupakan ibadah. Akan tetapi namanya manusia, bak kata pepatah “rambut dikepala sama hitam, isi kepala lain-lain”, maka kadang artikel yang anda tulis masih saja ada kemungkinan pembaca yang menyindir tulisan anda. Ada juga yang ikut membaca, tidak kemonter, tapi dihati mungkin memberikan penilaian kepada anda menganggap anda tak sepantasnya/belum pantas menulis artikel itu karena tau “kartu anda”. Beberapa diantara yang dikirimi tulisan, menyatakan tidak berkenan dikirimi artikel anda. Selain itu, mungkin saja di group tertentu menyatakan tulisan anda tidak cocok di muat di group tsb. Semua itu adalah tantangan untuk melaksanakan butir butir yang diingatkan Allah dalam surat Al-Ashr surat 103 dalam Al-Qur’an seperti disitir di atas. وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. Dalam hal diri ini beriman, dalam rangka niat beramal kebaikan, selanjutnya mampu melakukan saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Lantaran faktor-faktor penghalang, seperti tidak mendapatkan apresiasi dari pembaca, malah ditolak atau di cela sehingga awakpun berhenti melaksanakannya, maka terkelompoklah di golongan orang2 yang menderita kerugian. Selain itu akan terindikasi menjadi RIYA seperti diungkapkan oleh Doktor Salman Bin Fadh dalam bukunya berjudul “Isyruna Thariqatan Lir-Riya” yang diterjemahkan Mutsanna Abdul Qahhar, menyebutkan bahwa RIYA itu ada 20 pintu. Pada pintu ke empat, disebutkan bahwa TIDAK BERAMAL KARENA MANUSIA termasuk pintu Riya. Mengacu kapada pendapat ini maka bila lantaran takut menulis artikel lagi tentang nasihat menasihati untuk KEBENARAN dan KESABARAN kita hentikan karena khawatir tanggapan penilaian yang kurang positip dari pembaca, maka kitapun sudah masuk ke pintu ke empat dari RIYA. Dalam tulisan itu Doktor Salman mensitir pernyataan dari Al-Fudhail bin ‘Iyadh: “TIDAK BERAMAL KARENA MANUSIA ADALAH RIYA, BERAMAL KARENA MANUSIA ADALAH SYIRIK, SEDANGKAN IKHLAS ITU ADALAH ALLAH MEYELAMATKANMU DARI KEDUANYA”. Lebih jauh dicontohkan, seorang berkemampuan memberikan tauziah, berkemampuan berkhutbah, berkemampuan untuk menulis artikel-artikel tentang saling mengingatkan akan KEBENARAN dan KESABARAN, tetapi timbul kekhawatiran kalau-kalau penulisan artikel tersebut menyebabkan jadi pembicaraan, menjadikan komentar dan sanjungan dari para pembaca. Lantaran ketakutan itu jalan keselamatan yang dipilih, berhentilah yang bersangkutan meneruskan penulisan artikel-artikel tentang KEBENARAN dan KESABARAN tersebut, disebabkan takut akan RIYA. Justru inilah salah satu perangkap Iblis untuk mendorong yang bersangkutan masuk ke pintu RIYA. Solusi yang baik adalah dengan tetap membiasakan mengerjakan amalan tersebut, bertauziah atau berkhutbah, menulis artikel-artikel mengingatkan kebaikan kebenaran dan kesabaran disertai dengan niat yang tulus karena Allah semata, tidak mengharapkan komentar orang lain, baik berupa pujian/sanjungan begitu pula santai saja jika dicela. Nah kalau begitu, kita lanjutkan menulis artikel-artikel kebaikan ini, asalkan sekali lagi baik diulangi, artikel harus memenuhi syarat; tidak menyinggung diri seseorang, tidak menyinggung kelompok tertentu, pokoknya tidak mengundang masalah baik buat diri maupun orang lain. Tidak mengharapkan komentar berupa salutasi, pujian dan sanjungan. Semoga usia ini bermanfaat, berapapun usia kita, waktu tidak pernah dapat ditarik mundur, umur tidak akan bertambah, setiap saat berkurang. Mari gunakan sisa usia untuk kebaikan setidaknya menyerukan kebaikan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 7 Sya’ban 1443 H. 11 Maret 2022. (908.03.22)

Tuesday 8 March 2022

Tape Singkong

Singkong (Bahasa daerahku Ubi Kayu), di pasar tradisional di Jakarta dibandrol Rp 5ribu/kg. Dari mulai ditancapkan potongan batang singkong ke bumi, baru dapat dipanen 6 sampai 8 bulan mendatang. Hasil sepohon singkong antara 7 sampai 8 kg. Ambil yang terendah sepohon singkong setelah 7 bulan menghasilkan 7 kg setara Rp 35ribu. Banyak ragam hasil olahan singkong untuk dijadikan bahan makanan. Satu diantaranya diolah menjadi TAPE. Proses mengolah singkong menjadi Tape, memerlukan waktu sampai 2 hari. Setelah jadi Tape, singkong telah mempunyai nilai tambah. Di Jakarta Tape beredar dijajakan oleh tukang Tape keliling dibandrol antara Rp12rb sampai Rp 15rb per kg. Jika diambil eceran terendah sepohon singkong setelah jadi Tape setara Rp 84rb (7 x 12rb). Nilai tambah Rp 49rb atau 140%. Kenaikan sebesar 140% itu hanya dengan proses 2 hari, bandingkan dengan penantian 6 – 8 bulan sejak mulai singkong di tanam sampai panen. Bahwa nilai bertambah jika telah melalui proses, begitu juga manusia akan bertambah nilai bila dilakukan peningkatan diri melalui proses. Proses boleh jadi melalui pendidikan, penambahan pengalaman. Seorang yang berpendidikan tinggi relatif bernilai lebih dari orang biasa-biasa saja. Sekedar contoh: Dokter spesialis punya nilai lebih dari dokter umum. Dokter umum punya nilai lebih dari perawat. Kernet bangunan, atas dasar pengalaman, lama-lama menjadi kepala tukang. Penghasilan kernet lebih kecil dari kepala tukang. Apalagi seorang Arsitektur jauh lagi pertambahan nilainya dibanding kernet, kepala tukang dan mandor. Proses kernet jadi kepala tukang, jadi mandor umumnya diperoleh dalam proses pengalaman. Sedangkan Arsitektur diproses melalui pendidikan. Kurun waktu proses itu berbeda-beda, tetapi pada dasarnya waktu proses, lebih singkat ketimbang waktu manusia itu siap untuk di proses. Minimal manusia baru melalui proses pendidikan umur empat-lima tahun disebut PAUD. Manusia baru mulai memproses diri mencari pengalaman, setidaknya sudah masuk usia angkatan kerja. Kembali ke proses Tape dan Singkong. Proses panen singkong kurang lebih 7 – 8 bulan, sedang proses membuat Tape hanya perlu waktu 2 hari, namun nilai tambahnya sedemikian tinggi sekitar 140%. Manusia, yang terus menerus memproses diri dengan menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan, akan mempunyai nilai tambah lebih dalam hidup ini, lebih hebat dari nilai tambah Tape dibanding singkong. Sudah menjadi janji Allah bahwa orang yang berilmu pengetahuan, derajatnya akan ditinggikan: يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis," maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu," maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. 58 =Al-Mujadilah ayat 11) Namun perlu diingatkan bahwa “Tape” ; tak akan ada Tape kalau tak ada Singkong. Begitu juga manusia yang sudah sukses dalam berproses menjadi manusia “sukses” bagaimanapun tingginya nilai diri awak, tak mungkin terjadi tanpa asal usulnya dari ayah dan bundanya. Tape, ada juga diantaranya gagal dalam proses (bantat) mengeras tidak jadi Tape. Begitu pula manusia, tidak semuanya sukses dalam proses meningkatkan diri, melalui pendidikan dan penambahan pengalaman. Gagal dan sukses terpulang kembali kepada kehendak Allah, namun usaha merupakan ikhtiar manusia yang harus dilakukan, kesuksesan dan kegagalan adalah ketentuan Allah. (QS. 28 = Al-Qasas ayat 70): "...........وَلَـهُ الْحُكْمُ وَاِ لَيْهِ تُرْجَعُوْنَ "............dan bagi-Nya segala penentuan dan kepada-Nya kamu dikembalikan." Semoga kita semua terus dapat berproses meningkatkan diri, dengan terus-menerus menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai derajat yang lebih tinggi terutama disisi Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 5 Sya’ban 1443 H. 9 Maret 2022. (907.03.22)

Wednesday 2 March 2022

Dikabulkankah Do'a?

Do'a, adlh permohonan kpd Yg Maha Kuasa, untuk meminta sesuatu...... Do'a dimintakan buat: A. Diri sendiri. B. Pihak lain, yaitu: untuk orang tua, untuk anak2, untuk karib kerabat dan untuk sesama manusia. Adapun hal yg dimintakan dlm do'a umumnya tentang tiga masa; yaitu: 1. Tentang masa KEDEPAN: Terlaksananya, terwujudnya suatu yg dicita-citakan atau direncanakan. Indikasi do'a terkabul, atau tertolak relatif mudah diketahui. Ujian sekolah misalnya. Tanda terkabul, bila lulus. Tanda do'a ditolak gagal. Tentu untuk mendukung do'a, hrs diikuti ikhtiar, belajar yg intensif, jaga kesehatan. Bgt pula semua bidang kegiatan, hrs dibarengi "usaha mengiringi do'a". 2. Tentang masa SEKARANG: Memohon terpeliharanya sesuatu yg sdh dimiliki. Terhindar dari sgl bencana dan mara bahaya atau kerugian. Tidak terlepas juga dari ikhtiar, perlindungan maksimal dari sesuatu yg dimiliki itu dari bencana. Indikasi terkabul/tidak terkabul do'a juga jadi jelas, jika bahaya dan bencana tdk menimpa, berarti do'a terkabul. 3. Tentang masa YANG LALU: Diampuni semua dosa dan kesalahan yg tlh terlanjur. Indikator do'a yang satu ini tidak ketahui. Apa kah dosa2 kita tlh diampuni atau belum. Sebab kita tdk mendpt jawaban dari Allah. Ku teringat korespondensi Rasulullah dengan Wahsyi bin Harb dikenal juga dengan Abu Dasamah. Pembunuh Paman Nabi Muhammad, Hamzah di perang Uhud. Surat-menyurat Wahsyi ke Rasulullah isinya mengenai kekhawatiran dirinya tidak diampuni dosanya, surat terakhir jawaban Rasulullah yg membuat Wahsyi masuk Islam disertai dg mengutip (QS. 39 = Az-Zumar, ayat 53) قُلْ يٰعِبَا دِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ "Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." Dengan demikian tanamkan keyakinan di diri kita yg minta ampun atas dosa masa lalu kita bahwa Allah maha pengampun, maha penyayang. اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Semoga semua dosa2 kita diampuni Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 29 Rajab 1443 H. 3 Maret 2022. (905.03.22)