Monday 21 May 2018

Rezeki AKTIF dan Rezeki PASIF

Almarhummah nenekku pernah mengatakan “Ulat di dalam batu saja pasti kan mendapat rizki”. Bagaimana ceritanya seeokar ulat kok berada dalam batu. tentu semulanya dia belum menjadi ulat, tentulah tadinya mahluk ini begitu halusnya, sehingga dapat masuk ke pori-pri kecil dari sebuah batu besar. Kebetulan di dalam batu besar itu ada rongga yang kemudian mahluk cikal bakal ulat itu dapat mukim. Ulat tadi tumbuh berkembang di dalam batu tersebut, sudah pasti si ulat mendapat rizki, kalau tidak mana mungkin ia dapat membesar.
Kata bijak nenekku ini, sungguh dalam…….. pengertiannya, untuk memberikan semangat dan motivasi buat kehidupan, bahwa jangankan lagi kita sebagai manusia yang lengkap panca indra, hidup bebas tidak terkungkung di dalam batu, jelas bahwa kita pasti mendapatkan rezki, sebab ikhtiar kita kan lebih luas dapat dilakukan.
Bila direnung lebih dalam memang rezeki untuk seluruh mahluk ini ada dua jenisnya, kalau boleh saya diberi nama; ada PENERIMA RIZKI PASIF dan ada PENERIMA RIZKI AKTIF.
PENERIMA RIZKI PASIF
Tidak kecuali, semua mahluk yang bergerak dan yang tidak bergerak menerima rizki pasif ini. Contohnya setiap makluk hidup didarat menerima oksigen sebagai rizki yang diterimanya untuk bernafas. Semua mahluk di daratan dan dipermukaan lautan menikmati sinar Matahari.
Baik juga bila diambil tamsil, bagaimana seekor kupu-kupu. Asal hidupnya dalam kepompong. Calon kupu-kupu ini ketika dalam kepompong dapat dipastikan dianya mendapat rizki, hingga dapat tumbuh berkembang sehingga perlahan-lahan tapi pasti setelah masa yang ditentukan oleh Yang Maha Kuasa, diapun keluar dari kepompong menjelma menjadi mahluk baru yang dapat terbang berupa Kupu-Kupu. Nah ketika sudah mulai dapat terbang maka sebagian rizki pasif untuknya sudah tidak diterimanya lagi, walau masih ada berupa terangnya sinar Matahari, oksigen untuk bernafas. Untuk hidup selanjutnya sang Kupu-Kupu harus berikhtiar dengan mengepak-ngepakkan sayapnya untuk menghampiri aneka bunga guna mengisap sari madunya untuk mempertahankan hidupnya sampai waktu yang di tentukan. Begitu pula tamsil ini bagi manusia, bila sudah dapat berdiri sendiri, rizki sudah harus mulai dikais, tidak lagi hanya mengandalkan rizki pasif.
Selama masih belum dapat berkegiatan sendiri, kupu-kupu masih dalam kepompong, manusia masih dikandungan ibu, setelah lahir kedunia masih lemah rizki yang diterima adalah rizki pasif. Semua kita kala bayi butuh susu ibu. Makan disuapi bgt besar sedikit.stlh mampu nyuap sendiri dstnya. Maha benar Allah dengan segala firmannya di dalam Al-Qur’an diantaranya seperti tertuang dalam surat HUD ayat 6 Allah SWT berfirman:
وَمَا مِنْ دَاۤ بَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
"Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)."
(QS. Hud 11: Ayat 6)
PENERIMA RIZKI AKTIF
Kita manusia juga salah satu mahluk penerima rizki pasif dan aktif itu. Persoalannya rizki aktif untuk dapat menerimanya harus dengan usaha yang sungguh-sungguh. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai bidang kegiatan. Manusia diberikan kebebasan pula untuk meraih rizki yang diterima secara aktif ini dengan upaya apa saja. Boleh berlomba-lomba dan juga boleh dengan cara apa saja. Disinilah peran agama dan anturan undang-undang untuk memberikan batasan pencari rizki aktif ini guna menentukan bagaimana memilih cara yang diperkenankan dan bagaimana yang tidak dibolehkan. Manusia yang berpotensi FUJUR dan TAQWA (QS: 91 Asy-Syams ayat 8), dapat saja mencari rizki dengan cara yang tidak halal, tetapi tak kurang juga banyaknya yang memilih jalan mencari rizki yang halal.
Perlu dipahami bagi orang yang beragama bahwa ikhtiar yang dilakukan disamping harus dengan cara halal, juga ada kadar yang telah ditetapkan oleh Allah s.w.t. jadi orang dengan lapangan usaha yang sama, ada yang sukses, sementara ada yang kurang sukses. Semua itu telah ditentukan kadarnya oleh Yang Maha Kuasa.
Rizki yang harus dicari secara aktif ini, telah diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat 45 Al Jatsiah ayat 22.
وَ خَلَقَ اللّٰهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
"Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan."
Selanjutnya ttg banyak sedikitnya rezeki yg kita prroleh:
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ وَيَقْدِرُ ۗ وَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ
"Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat."
(QS. Ar-Ra'd 13: Ayat 26)
Demikian renungan Ranadhan hari ke 5 ini kutulis, smg bemanfaat. Jika dianggap baik silahkan teruskan ke pembaca lain. Asalkan mereka membaca biarpun tak komentar dpp, insya Allah saya dn anda penerus sdh termasuk menyampaikan kebaikan.
Smg Allah masukkan dicatatan amal baik kita. Aamiin. Dg catatan mhn dimaafkan jika tdpt kesalahan, karena minim ilmu dan tipis pengalaman. Barakallu fikum Wallhu ‘alam bishawab. Wslm M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment