Monday 28 December 2009

DELAPAN SIKAP ORTU TERHADAP ANAK

DELAPAN TELADAN RASULULLAH MUHAMMAD BAGI ORTU TERHADAP ANAK

Suatu malam Nabi Muhammad S.A.W. berkunjung kerumah anaknya Fatimah, di dalam kunjungan itu beliau bertanya “apakah kamu tidak menunaikan shalat malam” pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali bin Abuthalib, menantu beliau. “wahai Rasulullah sesungguhnya kami berada di bawah kuasa Allah. Jika Allah berkehendak agar kami bangun, tentu Dia akan membangunkan kami”. Mendengar jawaban itu,Rasulullah s.a.w. terus pergi. Kemudian beliau menepuk pahanya, seraya membaca firman Allah “ Wa kanal insanu aktsara syai-in jadala = dan memang manusia itu adalah mahluk yang banyak membantah.” (Q.s, Al Kahfi 54). Hadis ini dirawayatkan Ali bin Abi Thalib r.a. HR. Muttafaq ‘Alaih halaman 380 hadist no.425.

Peristiwa tersebut kita yakin atas kehendak Allah untuk menjadi teladan buat kita dikemudian hingga saat ini, sehingga dapat diambil 8 (delapan) sikap yang dicontohkan Rasulullah s.a.w. dari peristiwa tersebut sebagai berikut:

1. Tidak menyerah kepada Taqdir

a. Rasulullah tidak menyenangi, jika anak dan menantunya tentu saja ummatnya menyandarkan diri semata-mata kepada taqdir atas setiap aktivitasnya, termasuk kemampuan untuk ibadah, harus dengan kemauan yang keras, dengan ikhtiar sendiri yang cukup bukan hanya mengandalkan gerak dari Allah. Buktinya Rasulullah s.a.w. menunjukkan ketidak setujuannya atas jawaban Ali Bin Abi Thalib dan memilih pergi.

b. Memang, taqdir ada berupa taqdir azali dan ada yang berupa taqdir ikhtiari. Taqdir azali ialah taqdir yang tidak dapat dirubah, misalnya kita ada yang ditaqdirkan sebagai lelaki dan ada juga yang ditaqdirkan jadi perempuan. Sedangkan taqdir ikhtiari adalah taqdir yang dapat dikondisikan dengan upaya yang sungguh-sungguh walaupun hasil akhir setelah upaya sungguh-sungguh tersebut barulah merupakan taqdir.

2. Rasulullah s.a.w. jika tidak menyenangi suatu kondisi atau dialog, memilih lebih baik meninggalkan tempat berlangsungnya kejadian. Beliau turun dari rumah anak dan menantunya dengan berguman membaca ayat Al-Qura’an yang telah disebutkan di atas sambil memukul pahanya.

a. Sekiranya kita mengukuti peri laku seperti tersebut, kalau marah segera mengambil sikap meininggalkan tempat lokasi marahan itu terjadi, tentu akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin terjadi.

b. Kebanyakan kita, apabila marah, harus segera dituntaskan marahnya sampai lawan minta maaf atau kalau perlu sampai adu argumentasi dan jika terpaksa adu otot sampai lawan marah takluk. Kadang bila mendengar sesuau yang dengannya kita harus marah, segera kita serang tempat orang yang akan kita marahi kadang sering malah ditantang

3. Hidup ini adalah pilihan, untuk meningkatkan amal atau tidak. Kalau mau mendapatkan banyak amal harus berupaya, bukan menunggu nasib. Pertanyaan nabi dan ketidak berkenanan beliau atas jawaban tersebut mengisyaratkan, seharusnya jika berkeinginan yang kuat untuk shalat malam (analog dengan sesuatu ibadah lainnya) haruslah diupayakan sedemikian rupa agar dapat terlaksana. Sekarang pilihannya mau atau tidak mau melaksanakan sesuau adalah masih merupakan hak opsi yang dapat menjadi pilihan setiap insan.

4. Orang tua, haruslah tetap melakukan pemantauan terhadap kehidupan rumah tagga anaknya teruma dalam hal beribadah, supaya kelak jika telah meninggalkan dunia ini, anak akan menjadi anak yang shaleh, justru itulah yang menjadi idaman setiap orang tua. Karena do’a anak akan terus menerus menambah amal bagi orang tua kendati telah meninggal dunia. Anak merupakan investasi tidak saja di dunia tetapi sampai ke akhirat. Contoh ini harus dapat kita ikuti agar anak tidak menjadi penghalang kelak bagi kita untuk mendapatkan rahmat Allah masuk ke surga karena seperti yang di informasikan di dalam Al-Quran anak dapat saja:

a. menjadi fitnah di dunia ini (Al-Qur’an surat 8 = Al-Anfal ayat 28)

b. menjadi musuh didunia dan kelak di akhirat seperti dimuat Al-Quran surat At-Tagabun ( surat 64) ayat 14.

c. menjadi investasi amal seperti disebutkan di dalam surat yasin 12

5. Peristiwa di atas memberikan pelajaran kepada kita bahwa harus diberikan pengertian kepada anak bahwa sebagai anak walau sudah menikah, dimana sudah dewasa namun orang tua masih berwenang untuk mengontrol. Jangan ada pemikiran si anak bahwa karena sudah dewasa, sudah berumah tangga orang tua tidak boleh mencampuri urusan rumah tangga anak,. banyak kasus anak tidak mau lagi orang tuanya mengontrol kehidupan beribadahnya setelah mereka berumah tngga, ngrecoki kata mereka, utamanya yang sering tidak terima adalah anak mantu. Seringkali anak mantu terutama wanita menjadi tidak betah bila ada mertua datang kerumah. Dalam hal ini mertua juga harus tau diri dan harus dapat mejaga diri. hal-hal apa saja yang patut mejadi ranah control mereka, Contoh Rasulullah adalah mengenai ibadah.

6. Contoh yang patut diteladani ialah bila Rasuluulah marah ia tidak menyakiti orang lain baik secara pisik maupun mental, beliau tidak lantas memarahi dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak mengenakan karena Islam memang memberikan acuan bahwa “kata-kata yang baik, lebih baik dari sedekah yang disebut-sebut” (Al-Qur’an surat Albakarah 263). Rasulullah lebih memilih memukul pahanya sendiri lantaran kesal dari pada harus mengeluarkan kata-kata yang kurang baik apalagi menjatuhkan tangan kepada orang yang membuat beliau kurang senang.

7. Rasulullah, jika marah tetap berada dalam koridor Al-Qur’an. memang demikianlah seharusnya orang muslim harus menyandarkan hidupnya dan seluruh perilakunya dalam keadaan apapun kepada Al-Qur’an. Dalam keadaan marah sekalipun dipakai sandaran Al-Qur’an apalagi dalam keadaan normal. Karena memang sesungguhnya semua kondisi kehidupan dalam keadaan apapun cukuplah sudah Al-Qur’an dapat dijadikan acuan. Ketika diperistiwa tesebut Rasulullah meninggalkan kediaman keluarga anaknya dengan membaca ayat 54 dari surat al kahfi. “memang manusia mahluk yang banyak membantah”. Sudah naluri kita bahwa apa saja perbuatan yang kurang baik dari kita akan diupayakan mencari pembenanar. Sangat terasa bagi kita sebagian orang Indonesia, karena memang kita sejak kecil sudah dibiasakan oleh orang tua kita untuk tidak salah. Saya sebagai pengajar, disetiap kesempatan ketika berceramah baik di hadapan mahasiswa atau di public seminar sering saya selipkan ajaran yang keliru oleh orang tua kita semasa kita masih kecil. Sering terjadi, untuk kita tidak berlarut menangis misalnya terbentur sesuatu. Jika si kecil kebentur sudut meja sehingga pelipisnya memar dan sakit sekali, orang tua sekecil bukan menyalahkan sikecil, tetapi menyalahkan meja dikatakan “meja nakal- ini meja nakal” sambil mejanya yang dipuku-pukul, dengan maksud sekecil segera diam. Sikap ini mulai ditanamkan kepada sikecil dalam pertumbuhan bahwa ia tidak salah, yang salah adalah meja. Tidak heran jika sebagian kita jika melakukan suatu kebijkan yang salah, manakala disalahkan tidak segera mengakui untuk bertanggung jawab, melainkan mencari dulu pembenaran. Ada model lain lagi untuk mendiamkan anak menangis dicarikan konpensasi dengan menunjuk cecak di dinding atau apa saja yang lain dari peristiwa yang menyebabkan ia menangis, ini akan membekas sampai dewasa, maka tidak heran bila sebagian kita jika melakukan kesalahan tidak mengakuinya tetapi mencari kambing hitam.

8. begitu pentingnya shalat malam, bagi keluarga Rasulullulah. demikian pula hendaknya seluruh keluarga kita terutama yang sudah berkeluarga, usahakan mereka melaksanakan shalat malam, karena shalat malam itu banyak sekali kebaikan yang ada di dalamnya. Al-Qur’an memberikan perintah diantaranya dalam surat al isra ayat 79. Memang dalam shalat malam, jika pada shalat berjemaah tidak dapat kita lakukan seseuai kenhendak hati durasinya, keheningannya dan meresapkannya lantaran dikondsikan oleh imam. Sedangkan shalat malam dapat dilakukan dengan segala ketenangan sehingga semua apa yang ada dalam kandungan ucapan di slahat itu dapat dipahamkan dan dihayati. Ketahuilah bahwa dalam shalat terdapat permintaan kepadaAllah untuk diri pribadi yang jikalah permintaan itu seluruhna terkabul, tidak ada alasan untuk hidup ini menjadi susah.

a. Permintaan ketika menbaca alfatihah

i. minta petunjuk jalan yang benar

ii. jalan yang diberikan kepada orang-orang yang diberi nikmat

iii. bukan jalan orang yang sesat dan dimurkai

b. Permintaan ketika duduk diantara dua sujud

i. ampunan

ii. rahmat

iii. lindungi aib

iv. tinggikan derajad

v. rejeki yang luas

vi. petunjuk jalan dalam menempuh hidup ini

vii. kesehatan

viii. penghapusan dosa agar tidak ada bekasnya lagi

c. Permintaan ketika tahyat akhir

i. agar mendapat rahmat sebagaimana nabi Muhammad diberikan ucapan selamat oleh Allah

ii. sekali lagi mohon dihapuskan dosa baik yang lahir dan yang bathin yang berwujud atau tidak terlahir, baik yang ingat atau tidak ingat lagi.

iii. mohon dihindari dari ajab neraka

iv. mohon dihandarkan dari ajab kubur

v. mohon dijauhkan dari fitnah dunia dan akhirat

vi. mohon terhindar dari fitnah dazal.

Ketenangan penuh dapat dirasakan ketika shalat malam. bila pada shalat berjamaah di masjid mungkin sedikit ada juga gangguan yang membuat konsentarsi terganggu misalnya:

a. rekan sesama jamaah menbaca dengan agak keras

b. bacaan imam yang menurut ilmu kita mahraznya kurang tepat

c. aroma makmum tetangga berdiri dibarisan yang kurang cocok buat kita baik farfum maupun aroma yang tidak sedap, misalnya bau rokok dll.

d. jika kebetulan musim flu ada jamaah yang menarik ingus atau bahkah bersin

e. jika kebetulan ada jamaah disamping punya penyakit kulit, walaupun sudah sembuh, kadang membuat risih.

f. jika kebetulan jamaah didepan telapak kakinya terlihat bernoda.

Deimikian kesimpulan yang dapat dipetik dari peristiwa yang diabadikan dalam hadist yang singkat tersebut, dapat kiranya kita jadikan pelajaran yang sangat berharga bagi orang tua yang punya anak kendatipun sudah menikah. Juga bagi anak yang sudah menikah agar dapat menerima jika orang tua melaksanakan contoh Rasulullah Muhammad saw. Karena bagi ummat Islam beliau adalah sebaik-baik contoh yang harus diikuti.