Wednesday 29 December 2021

KELUH KESAH

Kalau kawan dekat, sanak keluarga, anak2 dan kemenakan2 ataupun pasangan hidup (suami atau istri) yang bawaannya saban hari ngeluh. Saban hari gelisah serba komplin dengan keadaan apa saja. Suka ngomel tak ada yang kena. Musim hujan salah, kemarau salah. Liat orang lewat aja ada saja cacatnya. Dengar ustadz ceramah ada saja kurangnya. Giliran ada ketentuan bermasyarakat, ada saja peraturan itu ndak cocok menurut dia. Dan seterusnya pokoknya buat dia tak ada yang sesuai. Itulah pribadi "SUKA MENGELUH tapi EKSTRIM". Kalau sekedar ngeluh sedikit2 sih itu masih jamak sifat manusia diciptakan suka mengeluh, seperti yg dimaksud dengan ayat 19 surat Al-Ma'arij: اِنَّ الْاِ نْسَا نَ خُلِقَ هَلُوْعًا  "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh." Ayat di atas memberi tau manusia agar sadar bahwa manusia itu memang tercipta dg sifat "suka mengeluh". Tidak hanya mengeluh saja di ayat berikutnya (ayat 20); malah ditambah lagi dengan "kesah" اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا  "Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah," Tapi “kesah” akan muncul kalau ditimpa kesusahan. Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, bukan sekedar memberitahukan manusia akan kelemahannya "Keluh kesah" itu, tetapi langsung memberitahukan langkah apa agar hidup ini tidak TERSANDERA oleh "keluh kesah" Petunjuk Allah tentang langkah yang harus ditempuh agar dapat mengatasi “keluh kesah” dapat di cermati pada surat 70 = Al-Ma'arij itu juga: Pertama: Laksanakan shalat dengan istiqamah: اِلَّا الْمُصَلِّيْنَ  الَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَا تِهِمْ دَآئِمُوْنَ وَا لَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَا تِهِمْ يُحَا فِظُوْنَ  "kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat," "mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya," "Dan orang-orang yang memelihara shalatnya," (QS. 70 =Al-Ma'arij ayat 22, 23, 34). Seseorang konsisten (istiqamah = tidak tempo2 shalat, tempo2 tidak shalat alias belang kambing), serta terpelihara shalat dengan khusu’, maka yang bersangkutan akan terhindar dari “keluh-kesah”, sebab setiap problem hidup saban waktu shalat telah diserahkannya kepada Allah. Kedua: Peduli dengan orang miskin: وَا لَّذِيْنَ فِيْۤ اَمْوَا لِهِمْ حَقٌّ مَّعْلُوْمٌ  لِّلسَّآئِلِ وَا لْمَحْرُوْمِ "dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu," "bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta," (QS. 70 =Al-Ma'arij ayat 24-25). Bagi orang yang senantiasa berbagi rezeki dengan orang miskin, walaupun misalnya dianya tidak berlebihan, apalagi kalau hidupnya berkecukupan, maka bila dibarengi dengan beriman kepada akhirat (langkah ke tiga), yang bersangkutan tidak akan “keluh-kesah”, untuk kehidupannya nanti di akhirat, sebab dianya percaya bahwa dengan bersedekah kepada orang miskin dirinya telah menitipkan hartanya untuk didapati di akhirat melalui orang miskin yang disedekahinya. Dalam pada itu, untuk kehidupannya di dunia ini pun orang yang rajin bersedekah dianya tidak “keluh kesah” karena benar2 yakin dengan janji Allah: مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَا لَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَا بِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَا للّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَآءُ  ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS.2 Al-Baqarah ayat 261) Ketiga: Beriman kepada akhirat وَا لَّذِيْنَ يُصَدِّقُوْنَ بِيَوْمِ الدِّيْنِ  وَا لَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ عَذَا بِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَ  "dan orang-orang yang mempercayai hari Pembalasan," "dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya," (QS. 70 = Al-Ma'arij 70: Ayat 26-27). Iman kepada akhirat ini boleh dikata merupakan kunci dari langkah Pertama, Kedua yang telah diurai di atas, juga langkah berrikutnya Keempat, Kelima dan Keenam. Dengan iman kepada akhirat setiap insan percaya bahwa hidup ini sementara, ada hidup lagi sesudah kehidupan di dunia ini yang kekal abadi dan apa yang dilakukan di dunia ini akan mendapatkan balasan di akhirat nanti. Supaya tidak “berkeluh kesah” di dunia apalagi di akhirat nanti, semua langkah yang petunjuk Allah ini dipatuhi. Keempat: Menyalurkan syahwat sesuai koridor agama. وَا لَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوْجِهِمْ حٰفِظُوْنَ  اِلَّا عَلٰۤى اَزْوَا جِهِمْ اَوْ مَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُهُمْ فَاِ نَّهُمْ غَيْرُ مَلُوْمِيْنَ  فَمَنِ ابْتَغٰى وَرَآءَ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْعٰدُوْنَ "dan orang-orang yang memelihara kemaluannya," "kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka tidak tercela." "Maka barang siapa mencari di luar itu (seperti zina, homoseks, dan lesbian), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (QS. 70 = Al-Ma'arij ayat 29, 30, 31). Pelanggar ketentuan Allah yang kita urutkan “Keempat” ini hidup nya tidak tenang, selalu “berkeluh kesah”, selalu dihantui apabila perbuatannya nanti akan diketahui orang akan membawa aib. Contoh banyak sekali, seperti yang terjadi belakangan ini, sungguh aib, apalagi yang melakukannya adalah pengasuh suatu institusi pendidikan agama. Kelima: Memelihara amanat dan tidak ingkar janji وَا لَّذِيْنَ هُمْ لِاَ مٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رٰعُوْنَ  "Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya," (QS. 70 = Al-Ma'arij ayat 32). Ingkar janji, merupakan sumber membuat hati menjadi resah, timbul “keluh-kesah”, sebab pada dasarnya hati nurani manusia itu jujur. Ketika seorang “pengingkar janji”, waktu dia berjanji di alam pikirannya mungkin sudah terselip bahwa itu hanya pemanis bibir saja tak mungkin akan dapat ditepati. Padahal buat orang yang “tidak bermaksud ingkar janji”, menganggap janji itu adalah hutang, harus segera dilunasi. Orang type tepat janji, kalau janjinya karena sesuatu hal diluar kemampuan manusia sehingga tidak dapat ditepati, akan menyampaikan kepada pihak yang dianya berjanji, untuk minta perpanjangan waktu, atau menyerah, tidak dapat menepati janji dengan permintaan maaf disertai menyampaikan alasan2. Keenam: Jujur bila menjadi saksi وَا لَّذِيْنَ هُمْ بِشَهٰدٰتِهِمْ قَآئِمُوْنَ  "dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya," (QS. 70 = Al-Ma'arij ayat 33). Langkah mengatasi perasaan gelisah dan “keluh kesah”, jujur menjadi saksi. Karena saksi adalah suatu yang sangat menentukan bagi para pihak yang mencari keadilan. Tidak jujurnya saksi-saksi, bukan mustahil jatuhnya putusan hukum yang tidak tepat. Seorang yang bersalah diputuskan tidak bersalah. Seorang yang TIDAK bersalah diputuskan bersalah. Terutama kalau sudah/sampai terjadi terhukumnya orang TIDAK bersalah, karena kesaksiaan yang tidak benar, maka si saksi akan menderita bathin seumur hidup (resah, gelisah = keluh kesah) sekurangnya setelah menjelang tua akan menyesal. Belum lagi di akhirat akan mendapat balasan yang setimpal. Semoga Allah memeliharakan hati-hati ini, sehingga tidak “resah”, “gelisah” dan “keluh-kesah”. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Jumadil Awal 1443 H. 29 Desember 2021. (882.12.21).

Sunday 26 December 2021

PETUAH di Ujung TAHUN

Sejenak diujung tahun, saya ajak pembaca mencermati PETUAH tetua kami dari "tanah Melayu:, kampung halamanku, Ketapang Kalimantan Barat. Tetua kami pernah bermadah: Sampailah kita diujung tahun. Yang tua kekuatanpun menurun. Yang muda harus lebih tekun. Aturan agama jadikan penuntun. Luruskan niat jangan menyalah. Arif dan bijak dalam melangkah. Paham menyimak pesan petuah. Paham ambil simpul masalah. Paham berunding bijak bersiasah. Bila agama sudah mulai dilarung. Harta dan dunia menjadi ujung. Bgmnpun hidup takkan beruntung. Bagai bahtera terkatung-terkatung. Diakhirat tak ada bakal pelindung. Adat orang tua memberi petuah. Agar anak cucu tak salah polah. Hidup tentram bersalut berkah. Terjauh dari bermacam masalah. Tetua kita di tanah jawapun juga punya pitutur. Jika direnung bermakma dalam, tersusun begitu teratur. Baik kukutipkan smg jadi bahan kita bertafakur: "Rino wengi mung mburu ndunyo. Njur lali karo agomo. Ojo phodo ngresulo ndak gelis tuwo. Wong yen nrimo uripe dowo. Wong suloyo urepe rekoso". Terjemahan bebas: Siang malam memburu dunia. Lalu lupa kepada agama. Jangan ngeluh, menyebabkan cepat tua. Orang yg menerima apa adanya hidupnya panjang. Hidupnya berat orang yg serba merasa kurang. Catatan: Hebatnya kata "harta" dan kata "dunia", dlm bahasa jawa hanya dibedakan dg huruf "N". "Ndunyo" artinya "Dunia". "Dunyo" artinya "Harta" Jadi dunia dan harta sangat dekat, kakak adik nampaknya. (mhn maaf jika salah alih bahasa, lantaran saya bukan penutur asli, koreksi diterima setulus hati). Bait2 pesan tetua kita baik di ranah melayu dan tanah jawa pas kiranya buat renungan akhir tahun 2021 yg masih mrpkn tahun mencekam dikarenakan covid 19 melanda dunia 3 tahun terakhir ini. Konon tersebar khabar ada lagi virus yg agak tua karena sdh dijuluki "OM" setidaknya sudah punya "kemenakan". Namanya "OMICRON: atau "OMNICRON" Smg diri ini mengaca diri apakah di tahun yg sebentar lagi dilalui awak masih saja: * Mengejar harta dan dunia semata. Tak peduli lagi caranya. Halal haram hantam semua. * Apakah sdh mulai meninggalkan ajaran2 agama. Atau sdh mulai istiqamah dlm ibadah. * Apakah masih kurang bijak dlm berbuat. Emosi masih mudah tersulut. Nafsu amarah sering diturut. Shg bnyk berbuat yg kurang patut. Ingat petuah di atas: *Harus peduli thdp pesan dan petuah. *Pandai2 mengambil kesimpulan thdp fenomena alam dan masyarakat. *Tidak hanya mau menang sendiri. Agama berpesan: وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas ayat 77). Kita diperintahkan untuk mencari harta demi kelangsungan hidup di dunia dan sbg sarana ibadah, guna mempersiapkan diri menuju kehidupan akhirat. Namun diingatkan: وَ مَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗ وَلَـلدَّا رُ الْاٰ خِرَةُ خَيْرٌ لِّـلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ "Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?" (QS. Al-An'am ayat 32) Demikian, semoga kita sehat afiat di tahun2 mendatang. Dapat hidup aman dlm mencari rejeki, aman juga beribadah. Sanggup menjalani perintah Allah dan nasihat serta petuah para tetua kita. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 21 Jumadil Awal 1443 H. 26 Desember 2021. (881.12.21).

Saturday 25 December 2021

TAHUN BERGANTI

Sepekan kurang tahun berakhir. Tidak terasa hari-hari bergulir. Hidup diisi kadang tanpa pikir. Muncul sesalan bila tergelincir. Setiap pergantian tahun yang akan jadi bahan renungan paling kurang 3 (tiga) hal: 1. Tentang tahun yang telah dijalani, evaluasi apa saja prestasi dan kegagalan yang terjadi. 2. Tahun mendatang bagaimana mempertahan prestasi dan mengejar ketertinggalan tahun yang lalu. 3. Agak jarang orang merenungkan sampai bulan apa saja dianya masih punya kontrak hidup di tahun depan. Padahal sunatullah hidup ini pasti berakhir. Malah orang merenungkan butir 3 ini dianggap orang yang "pisimis". Kalau diingatkan kepada orang lain orang yang diingatkan menganggap tak sopan bahkan dikatakan "nyumpahi" atau do'akan mati. Padahal maut tiap detik dapat terjadi. Pembaca tulisanku ini yang paling belia sekalipun tak kan mungkin untuk melihat kalender tahun 2221 Yaitu kalender 200 tahun yang akan datang. Umur manusia sepertinya sudah berbatas dibawah se abad kalaupun ada yang sampai atau lebih seabad dapat dihitung dengan jari. Walau menyadari akan keterbatasan usia itu namanya kita manusia sepertinya acuh, tetap saja berjuang untuk sukses, tidak peduli bagaimana caranya. Kadang tujuan menghalalkan cara. Apalagi bila sudah kemasukkan faham akhirat itu hanya ramalan, belum tentu kenyataannya sebab belum ada yang lihat langsung kesana, kemudian pulang membawa vedio kejadian di alam sana. Kalau sudah kemasukan faham tak percaya akhirat, maka mereka menganggap mati adalah proses alami, begitu mati selesai, habislah segala urusan. Generasi baru muncul menggantikan, agar mereka hidup senang dan nyaman, selagi bisa, selagi mungkin, selagi ada kesempatan, tumpuk harta dan pertahankan jabatan untuk dapat diwariskan kepada anak cucu penerus kehidupan. Persoalan hari esok yang diingatkan Allah melalui surat Al Hasyr 18 dianggap hari esok sebatas di dunia. Padahal ayat tsb; يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." Memang hari esok adalah hari sesudah hari ini. Untuk setiap individu bisa panjang bisa pendek. Hari esok di dunia inipun harus kita persiapkan agar kedepan dapat disongsong dengan segala kemudahan buat diri kalau mungkin sampai ke anak cucu. Persiapan untuk kehidupan di akhirat bagi orang beriman, jauh lebih penting mengingat sifatnya yang abadi. Tidak seperti kehidupan di dunia sementara dan hanya senda gurau dan permainan: وَمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا لَهْوٌ وَّلَعِبٌ ۗ وَاِنَّ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ لَهِيَ الْحَـيَوَانُ ۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ "Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-'Ankabut 29: Ayat 64) Atas dasar keyakinan hari esok akhirat inilah, orang beriman dalam mempersiapan hari esok dunianya tidak "tujuan menghalalkan cara". Tetap memperhatikan koridor yang digariskan agama mereka. Tidak ada satu agamapun yang tak percaya adanya alam akhirat alam sesudah alam dunia ini. Jadi jikalah ada orang lisannya menyatakan alam akhirat itu tidak ada, maka dianya sudah menanggalkan agamanya. Kita tetap percaya, setiap manusia walau mengatakan tak percaya agama, hati paling dalam, tetap percaya yang ghaib. Sebab didirinya sendiri banyak terdapat unsur ghaib. • Roh yang ada ditubuh adalah sesuatu yang ghaib. • Jantung berdetak bukan kekuasaan siempunya jantung menggerakkannya sekian kali berdenyut per menit. • Penceernaan manusia bekerja atas kekuasaan ghaib. O.k.i. dalam merenung akhir tahun sebaiknya kita evaluasi diri, dosa apa yang telah dilakukan tahun lalu kemudian bertaubat serta memperbaiki diri dengan kebaikan di tahun depan. Jika banyak kebaikan dan prestasi dipertahankan dan ditingkatkan lebih baik lagi dengan dasar pemikiran bahwa alam dunia semakin dekat masanya kita tinggalkan, alam kubur sudah demikian dekat kita masuki. Demikian renungan singkat akhir tahun semoga manfaat. Semoga ditahun mendatang amal kebaikan semakin banyak kita perbuatan, amal buruk semakin banyak dapat dihindari, diberikan kesehatan dalam ketaatan kepada Allah. سُبْحَـٰنَ رَبِّكَ رَبِّ ٱلْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَسَلَـٰمٌ عَلَى ٱلْمُرْسَلِين اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 20 Jumadil Awal 1443 H. 25 Desember 2021. (880.12.21).

Thursday 23 December 2021

Melatih Anak-Cucu Berinfaq.

Menarik melihat seorang bocah laki2 bawah lima tahun ikut shalat Jum'at bersama Datuknya. Ketika kotak amal masjid melintas didepannya, si bocah sibuk merogoh sakunya dan memasukkan uang ke kotak amal. Terlihat rasa puas di wajah si bocah, sambil mendorong kotak amal ke depan si Datuk. Datuk pun ikutan masukkan uang ke kotak amal,..... mendorong kotak ke jamaah disampingnya. Si bocah memperhatiiiikan peredaran kotak sampai ke ujung shaf. Dilihatnya ada jamaah yg menahan kotak itu sejenak, sambil tangannya sebelah ditutupkan ke tangan sebelahnya lagi menyentuh lobang kotak memasukkan uang. Juga dilihatnya ada jamaah, dengan cepat menggeser tu kotak ke jamaah disampingnya, tanpa memasukkan uang ke lobang kotak. Hal yg sama pernah dilakukan si Datuk untuk ayah si cucu, ketika si ayahnya cucu (putera2 si Datuk) masih kecil dibawa shalat Jum'at ke masjid. Rekaman peristiwa ini membekas di hati bocah2 dlm pertumbuhan, insya Allah sampai dewasa kelak, berani berinfak dan/atau bersedekah biarpun ketika rejeki pas2an apalagi kalau rezeki melimpah. Sebab Agama mengajarkan: وَسَا رِعُوْۤا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ ۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ  "Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa," (QS.3 Ali 'Imran ayat 133) Siapakah orangnya yg dimaksud ayat di atas? tersurat diayat selanjutnya; salah satu syaratnya ialah: الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ ............"  "(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, ................" (QS.3 Ali 'Imran ayat 134) Keluarga muda sebagian kecil ekonominya ndak langsung melejit, sehingga blm tentu mampu juga bersedekah yg memadai. Oleh karena itu maka bagi Datuk dan Nenek yg berkecukupan, adalah sangat baik kepada anak2 mereka, meskipun mereka sdh berkeluarga, berpencarian, masih dilatih bersedekah dan berinfak, seperti halnya dia masih bocah, diberi uang untuk kotak amal di masjid. Si Datuk-Nenek melihat ekonomi anak2nya yg baru tumbuh blm bgt mapan. Si Datuk-Nenek urunan memberi infak/sedekah terutama yg rutine bulanan kpd sanak keluarga yg kurang mampu, sedekah tsb di atas namakan dari anak2 mereka. Tentu besarannya tdk lagi uang recehan ketika dia masih bocah. Sasaran infak sedekah juga bukan sekedar kotak amal, tapi sdh mulai diajarkan kpd siapa yg paling utama diberi infak, sedekah termasuk zakat. Dalam hal ini panduan agama mengajarkan yg paling utama disantuni dengan urutan pertama adlh saudara karib kerabat yang masih tersangkut pertalian keluarga, boleh jadi saudara kandung, saudara dari ayah saudara dari ibu, barulah yg lain2. وَاٰ تَى الْمَا لَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى ".......memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,......" (Al Baqarah 177). Nah dlm hidup ini keluasan rezeki tdk sama, mungkin ada saudara ayah atau saudara ibu yg keadaan ekonominya agak seret. Adalah baik dilakukan Datuk Nenek yg walau sebetulnya ndak berduit2 amat, tapi karena keperluannya mulai sedikit. Si Datuk-Nenek dlm rangka melatih anak2nya yg mungkin blm bgt sukses, maklum baru merintis hidup. Menyuruh anak2nya mengirim bantuan ala kadarnya buat tante/om mereka. Masing2 atas nama mereka, walau dananya seluruhnya atau sebagian dari si Datuk-Nenek, demi melatih anak2 rajin berinfak/bersedekah. Si Datuk dan si Nenek, tak perlu menyampaikan kpd pihak penerima sedekah, bahwa jumlah tersebut dari dirinya, bahkan sengaja dikatakan dari anak2 mereka. Ketika bertemu di suatu arisan keluarga, eee nyeletuk seorang kerabat yg rupanya dia juga sbg donatur membantu pundi2 kas keluarga untuk membantu keluarga yg kurang mampu. Isi celetukan yg disampaikannya ke Datuk-Nenek: "Datuk-Nenek partisipasi juga donk, jangan anak2 aja ngisi kas bantuan keluarga". Datuk menjawab enteng: "kami kan sdh 20 an tahun lebih pensiun". Dia ndak tau Datuk-Nenek sdh ikutan. Insya Allah mudah2an stlh Si Datuk-Nenek tiada, anak2 melanjutkan amalan tersebut, dan rejeki ybs pun meluas shg sanggup melanjutkan latihan dari Datuk-Nenek dengan nilai yg lbh besar, dari rezeki sendiri. اَللَّهُمَّ وَسِّعْ أَرْزَقَنَا آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 16 Jumadil Awal 1443 H. 22 Desember 2021. (878.12.21).

SALIN

Begitu cepat dunia ini berlalu, tak terasa tulisanku di bawah ini sudah 10 tahun lalu ku publish. Di tayangkan ulang hari ini oleh FB. Tulisan tsb sbb: Quote “Salin”, di sebagian daerah diartikan memindahkan isi. Tapi juga berarti tukar pakaian. Jadi kalau di suatu fasilitas umum ada kamar disediakan “Ruang Ganti Pakaian” dapat disederhanakan “Ruang Salin”. Juga “Salin” diartikan “meng kopi”. Kalau ditambah awalan “Ber”, akan berarti “melahirkan”, kalau ditambah akhiran “an” jadi berarti “bukan asli” unquote Diriku yg nulis sudah tak ingat lagi tulisanku ini, apalagi pembaca. Ingin kutambahkan dikesempatan ini istilah di kampungku, ttg terkait kata salin. "Disalin tidak tumpah", mewakili makna bila seorang anak, wajahnya, perilakunya, suaranya pokoknya semuanya sama persis dengan ayahnya. Berkenaan tulisanku itu ditayang ulang oleh FB hari ini; kesimpulannya: 1. Bahwa apa saja yg ditulis di media sosial tercatat dan tak akan terhapus tak kan hilang, dikenal dengan istilah "jejak digital". 2. Bahwa o.k.i. tulisan apapun sblm dimuat di FB./media sosial, harus dibaca ulang ber-kali2, difikirkan cermat dampaknya, apakah menyinggung pihak2 tertentu yg bakal berpotensi bermasalah, karena tak dpt ditarik kembali. Sesuatu yg terfikir masih milik kita, sblm dipublish fikir bolak-balik. Bila fikiran sdh ditulis di medsos, sudah milik publik. 3. Bahwa sesuatu catatan dpt bertahan permanen, dpt dilihat ulang, tidak berubah "koma", "titik", termasuk bila ada "salah ketik", meskipun sdh bgt lama (tulisanku itu 10 tahun yang lalu). Menyadarkan kita bahwa manusia saja dg kemampuan teknologi, sanggup mengabadikan suatu catatan yg pernah diperbuat. Apalagi teknologi Allah dalam mencatat apa saja yg pernah kita katakan, kita tulis, kita kerjakan, tentu lbh sempurna lagi dari teknologi manusia. Benarlah apa yg diinformasikan al-Qur'an,........ Di hadapan Allah nanti akan diserahkan kpd kita masing2 buku catatan amal kita. Pencatatan dilakukan malaikat "Raqib" dan "'Atid" selama kita masih hidup. Guna memahami informasi tsb, mari kita renungkan sejenak ayat2 Al-Qur'an dibawah ini: اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَا لِ قَعِيْدٌ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ "(lngatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. 50 Qaf ayat 17 - 18). وَكُلَّ اِنْسَا نٍ اَلْزَمْنٰهُ طٰٓئِرَهٗ فِيْ عُنُقِهٖ ۗ وَنُخْرِجُ لَهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ كِتٰبًا يَّلْقٰٮهُ مَنْشُوْرًا "Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari Kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka." (QS. 17 Al-Isra' ayat 13) وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَ يَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَـتَـنَا مَا لِ هٰذَا الْـكِتٰبِ لَا يُغَا دِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّاۤ اَحْصٰٮهَا ۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَا ضِرًا ۗ وَ لَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا "Dan diletakkanlah Kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Betapa celaka Kami, Kitab apakah ini, tidak ada yang tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya," dan mereka dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang jua. Dewasa ini untuk meng "imani" ayat2 di atas sangat mudah. Manusia saja sdh menemukan teknologi meng-abadi-kan catatan dg flash disc, atau dengan apalagi namanya; contohnya tulisanku di FB tsb. Apalagi teknologi Allah, tak diragukan bahwa apa yg telah kita perbuat terekam sempurna, dari sejak kita menangis ketika lahir, sampai kita ditangisi saat kita mati. Semoga kita lbh banyak dpt beramal baik, sehingga catatan amal kita akan diterima dari sebelah kanan. فَاَ مَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖ  فَسَوْفَ يُحَا سَبُ حِسَا بًا يَّسِيْرًا "Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya," "maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah," (QS. 84 Al-Insyiqaq ayat 7-8). آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 Jumadil Awal 1443 H. 23 Desember 2021. (879.12.21).

Sunday 19 December 2021

DAMPAK MAKSIAT

Pabila telah terjadi banyak maksiat. Alam yg ramah jadi tak bersahabat. Bermacam bencana akan didapat. Sebagai bukti Allah telah melaknat. Tiap maksiat dilakukan setidaknya ada 4 dampak yg akan dirasakan: 1. Resah. Bagaimanapun kuatnya mental pemaksiat, dilubuk hati yang paling dalam setiap diri tersimpan nurani yang tak dapat menerima maksiat. Nurani bergelora menyalahkan hawa nafsu. Jasad dan jiwa menjadi medan pertempuran Nurani dan Hawa Nafsu. itulah penyebab jasad menjadi lemah, jiwa menjadi Resah. Berjalanpun kadang dipapah. Mau ber-kata2 tak dpt, kelu dilidah. Bila hati resah & bimbang. Nafsu & nurani sdg perang. Siapakah yg jadi pemenang. Tergantung Iman & pikir panjang. 2. Silang sengketa. Bila maksiat dilakukan orang awam anggota masyarakat. Keharmonisan dalam masyarakat terganggu. ujungnya terjadi silang sengketa. Dampak maksiat terasa semakin hebat, bila pemaksiat pemuka/pemimpin masyarakat. Akan terkelompok pro dan kontra, yg memicu silang sengketa. Padahal dalam masyarakat bila terjadi silang sengketa, menghabiskan energi dan kekuatan menjadi hilang. "........... وَلَا تَنَا زَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ ............."  ",,,,,,,,, dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang ..........." (QS.8 = Al-Anfal ayat 46) 3. Mala petaka. Awal dari malapetaka adalah silang sengketa. Yang lebih dari itu Allah menjadi murka. Bencana silih berganti susul menyusul, tanah longsor, banjir, angin ribut, gunung meletus, gempa bumi dll. Perhatikan peringatan Allah di QS Ar-Rum 41 berikut: Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." 4. Di akhirat mendapat siksa. Nanti diperoleh di alam sana. Tetapi banyak juga yang tidak percaya. Katanya belum pernah ada yang pergi kesana kemudian pulang membawa vedio siksa akhirat. Bagi yang iman, informasi kitab suci dari agama-agama yg ada memberitakan. Misalnya dalam al- Qur'an. وَمَنْ يَّكْسِبْ اِثْمًا فَاِنَّمَا يَكْسِبُهٗ عَلٰى نَفْسِهٖ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا "Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 111) فَاَصَابَهُمْ سَيِّاٰتُ مَا كَسَبُوْا ۗ وَالَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْ هٰٓؤُلَاۤءِ سَيُصِيْبُهُمْ سَيِّاٰتُ مَا كَسَبُوْا ۙ وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِيْنَ "Lalu mereka ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka perbuat. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka kerjakan dan mereka tidak dapat melepaskan diri." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 51) Itu azab dunia, azab akhirat menanti untuk para pemaksiat, dijelaskan dibanyak ayat. Semoga Allah senantiasa membimbing kita semua agar terjauh dari maksiat. وَإِلَى الخَيْرِ قَرِّبْنَا (dekatkanlah kami dengan kebaikan) وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَ (dan jauhkanlah kami dengan kejahatan) آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Jumadil Awal 1443 H. 18 Desember 2021. (875.12.21).

Dengan hikmah

Pengurus suatu masjid mengumumkan bahwa mulai Sabtu depan ba'da maghrib akan ada pengajajian topik .....…….(baru) oleh ustadz.……..(disebutkan namanya), bakal mengisi pengajian setiap Sabtu. Benar saja, maghrib Sabtu ketika pengajian dimulai jamaah bertambah dari biasanya, terlebih jamaah ibu2. Satu dan lain mendengar nama calon pengajar sudah sering didengar, punya “nama besar”, juga mengiringi namanya tercantum gelar akademik. Jumlah audience di Sabtu2 berikutnya berangsur menurun, sampai akhirnya tak genap 10 orang. Jamaah berjamaah maghrib lumayan rata2 hampir seratus, usai shalat maghrib memilih kembali ke rumah masing2, kemudian melangkah ke masjid lagi ketika muadzin mengumandangkan adzan, untuk ikut berjamaah shalat isya. Atas kecendrungan itu tahun berikutnya ustadz tersebut tidak lagi ada jadual di masjid itu. Rupanya isi ceramah sang ustadz sering menyinggung adat kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat dalam ibadah yang menurut si ustadz tidak berdalil, tidak ada rujukan. Jamaah yang umumnya masih awan dalam ilmu agama, mereka tidak berkemampuan adu argumen dengan ustadz, kemampuan mereka mengambil sikap tidak mengikuti lagi pengajian sang ustadz. Sebetulnya teknik berdakwah sudah diberikan petunjuk oleh Allah: ادْعُ إِلٰى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجٰدِلْهُمْ بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. 16 = An-Nahl ayat 125). Mengacu dari ayat di atas: 1. Di komunitas di wilayah dakwah baru, seharusnya si ustadz sebelumnya mengumpulkan informasi yang cukup mengenai adat istiadat dan kebiasaan setempat. 2. Andaikan diketahui terdapat hal2 yang tidak merujuk kepada dalil2, tekniknya tidaklah harus secara frontal langsung di "luruskan", niscaya "patah". Mestinya dengan hikmah. 3. Kalaulah terjadi perdebatan, layani mereka dengan cara yang baik. menggunakan bahasa yang santun. 4. Ditutup ayat di atas "Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya"......... ' إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِۦ Dengan demikian hendaklah ustadz yang berdakwah di komunitas yang baru tersebut di atas dalam ungkapan2, baik ketika menyampaikan materi, maupun ketika menanggapi (sanggahan jamaah) tidak memposisikan diri ""paling benar". Dari ayat di kutip di atas terdapat 3 (tiga) petunjuk Al Qur'an ketika menyebarkan kebenaran Islam ini: Pertama: بِالْحِكْمَةِ Dengan "hikmat", menarik orang dari strata pendidikan, kecerdasan apapun; melalui ucapan2 bijak yang mengena dan sikap yang patut diteladani. Karena "hikmat", bukan hanya berarti ucapan mulut, melainkan termasuk juga dengan tindakan dan sikap hidup. Kadang2 lebih berhikmat "sikap hidup" daripada "berkata". Contoh; seseorang sebelum jadi Takmir masjid, belum jadi perhatian tetangganya kalau dianya tidak ke masjid shalat subuh. Tapi setelah diangkat jadi Takmir masjid, tetangga memperhatikan pola hidup yang bersangkutan, maka jadi perbincanganlah kalau "Takmir masjid yang baru diangkat, bangunnya siang". Ini contoh hikmat itu bukan saja "ucapan", tapi juga "perilaku". Naah kalau si "Takmir kesiangan" shalat subuh ini, bertausyiah, nasihat2nya akan berkurang nilainya. Disini terbukti bahwa "sikap hidup" lebih bernilai dari "berkata". Bahkan ada jamaah yang mengambil sikap agak ekstrim; bila si “Takmir Kesiangan shalat subuh” jadi imam: shalat Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya, jamaah tersebut mufaraqah (tidak ikut jadi makmum). Kedua: وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ "Pengajaran yang baik". Dengan penuh kasih sayang, bukan dengan mencela. Misalnya mengatakan: "sebelum ini kalian belum tau kan, baru dari saya kan?? makanya ngaji "……... Contoh lain: ibu2 di suatu masjid merekrut ustadzah untuk memperbaiki bacaan al-Qur'an. Hari pertama dua hal blunder si ustadzah: 1. Ketika si ibu2 di suruhnya membaca Al-Qur'an, dia bertanya: "dengan siapa belajar membaca al-Qur'an seperti itu??". 2. Giliran seorang ibu yang STW, membaca al-Qur'an ditanyakannya "Ibu kok sekarang baru belajar, selama ini kemana aja?? ". Pengajian pekan depan kontan yg hadir tinggal 3 orang yakni pengurus majelis Taklim ibu2, karena melalui surat merekalah si ustadzah mengajar di masjid itu. Ketiga: وَجٰدِلْهُمْ بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ "Bantahlah dengan cara yg baik". Cari kausa kata yg tidak menyinggung baik lawan bicara maupun mungkin guru rujukan lawan bicara, atau nilai rujukan yang mereka ungkapkan. Harus diingat bahwa di era digital sekarang ini; sumber ilmu, media belajar, pihak yang memberikan pelajaran bukan hanya melalui tatap muka. Demikian banyak ilmu pengetahuan dapat dipelajari orang melalui electronic books, dari You Tube, artikel-artikel dengan rujukan akurat. Siapa tau apa yang diketahui oleh jamaah awak belum mengetahui, karena begitu luasnya lautan ilmu ini. Jamaah seharusnya dirangkul. Jangan sampai mereka merasa malah di pukul. Jamaah seharusnya dikondisikan bersimpati. Jangan sampai mereka berubah jadi antipati. Ingatlah bahwa sudah merupakan sifat umum manusia, akan selalu mempertahankan sesuatu kebiasaan yang sudah lama dilaksanakan turun temurun. Jika dakwah tidak dilaksanakan بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ (dengan hikmah dan pengajaran yg baik), maka mereka tak akan mau lagi "belajar", karena mereka merasa "dihajar". Kiranya bila ketemu keadaan seperti ini, dapat jadi acuan baik buat ustadz/ustadzah yang membagi ilmu, maupun jamaah sebagai audience. Semoga dapat menempatkan diri se baik2nya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Jumadil Awal 1443 H. 18 Desember 2021. (875.12.21).

Monday 13 December 2021

Prioritas Belanja Akhirat: Ritual Harian dan Pekanan.

Bila uang terbatas, orang membelanjakannya, harus milih2 prioritas, dahulukan kebutuhan primer barulah kebutuhan sekunder dan tersier. Dalam hal membelanjakan harta untuk kepentingan akhirat, baik berharta banyak apalagi sedikit, juga harus pilih prioritas. Belanja akhirat digunakan untuk: * ibadah ritual dan * ibadah sosial. Belanja untuk kedua ibadah ini hendaklah juga dengan prioritas yang harus didahulukan. IBADAH RITUAL. Ibadah ritual (agama Islam) dapat dikelompokkan 4 (empat) jenis: 1. Ritual harian. 2. Ritual sepekan sekali. 3. Ritual tahunan. 4. Ritual sekali seumur hidup. ad. 1. Ritual harian. Shalat 5 waktu dalam sehari semalam. Dari sudut belanjanya, ritual harian ini relatif murah. Orang dengan status ekonomi yang dibawah garis kemiskinanpun insya Allah sanggup membiayainya. Sebab berpakaian cukup sederhana asalkan tertutup aurat. Tidak bersyarat harus membawa barang, buah, dedaunan ataupun kembang. Yang penting suci dari hadas besar dan hadas kecil didahului dengan berwudhu. Shalat 5 waktu untuk kaum lelaki diutamakan berjamaah di masjid. Hebatnya berjamaah inipun juga biayanya murah. Boleh berjamaah di setiap masjid, dimana saja masjid terdekat. Tidak harus masjid tertentu, dengan demikian ndak perlu mikirkan biaya transport. Di kondisi tertentu dapat pula berjamaah sekomunitas kecil di mushalla, suatu lantai di kantor misalnya. Pokoknya ibadah ritual harian ini demikian mudah (praktis), murah (tak perlu biaya mahal) dan universal (dimana saja, di semua masjid, di seluruh dunia; cara, bacaannya sama). Dalam hal tertentu, tidak mengapa jika shalat 5 waktu itu tak dapat berjamaah, dilaksanakan sendiri. Bahkan dalam perjalanan shalat dapat digabung dan/atau dipersingkat. Ada pula ditentukan bagaimana shalat orang sakit. Di 5 waktu shalat wajib, juga ada pilihan shalat yang mana paling sangat dianjurkan untuk berjamaah, yaitu Isya dan Subuh sampai2 ada hadits: Hadits Sunan Abu Dawud No. 468 - Kitab Shalat Keutamaan shalat jamaah حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي سَهْلٍ يَعْنِي عُثْمَانَ بْنَ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Sahl, yakni Utsman bin Hakim telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abu 'Amrah dari Utsman bin Affan dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya secara berjamaah, itu seperti beribadah setengah malam dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya dan Subuh secara berjamaah, maka ia seperti beribadah semalam." Shalat Ashar, Dzuhur dan Maghrib penting berjamaah, akan tetapi atas dasar keistimewaannya merujuk ke hadits di atas, maka usahakan menjadi prioritas shalat berjamaah itu shalat Isya dan shalat Subuh. Pembiayaannyapun insya Allah murah, karena untuk orang mukimin shalat Isya dan Subuh dapat dilangsungkan di masjid dekat kediaman. Perintah shalat 5 waktu diatur dalam Al-Qur'an: Al-Isra'78: اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ ۗ اِنَّ قُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ كَا نَ مَشْهُوْدًا "Laksanakanlah sholat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) subuh. Sungguh, sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ Matahari tergelincir, shalat Dzuhur. اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ Gelap malam, shalat Isya. الْـفَجْرِ Fajri = subuh, shalat Subuh. Hud 114: وَاَ قِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَا رِ وَزُلَـفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗ اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِ ۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ  "Dan laksanakanlah sholat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)." طَرَفَيِ النَّهَا رِ Ujung siang, shalat Ashar وَزُلَـفًا مِّنَ الَّيْلِ Permulaan malam, shalat Maghrib. Diikuti shalat2 sunnah. Adapun shalat sunnah yang paling utama harus diprioritaskan adalah shalat sunnah tahajud, karena satu2nya shalat sunnah termuat dalam Al-Qur'an. وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَا فِلَةً لَّكَ ۖ عَسٰۤى اَنْ يَّبْعَـثَكَ رَبُّكَ مَقَا مًا مَّحْمُوْدًا "Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. 17 Al-Isra' ayat 79) dan ………. وَا لَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَّقِيَا مًا "dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri." (QS. 25 Al-Furqan ayat 64) ad. 2. Ritual setiap pekan. Adalah shalat Jum’at berjamaah, harus diprioritaskan kecuali ada uzur syar’i, sebab ada perintah Allah langsung mengenai shalat Jum’at. يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلٰوةِ مِنْ يَّوْمِ الْجُمُعَةِ فَا سْعَوْا اِلٰى ذِكْرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۗ ذٰ لِكُمْ خَيْرٌ لَّـكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan sholat pada hari Jum'at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. 62 Al-Jumu'ah ayat 9) Keterbatasan ruang, mengenai ad. 3. Ritual Tahunan dan ad. 4. Ritual sekali seumur hidup dan Ibadah Sosial, insya Allah ditulis dikesempatan mendatang. Semoga Allah memberikan kemampuan kita berbelanja untuk bekal akhirat, dengan mengutamakan prioritas, berdasarkan petunjuk Allah dan tuntunan Rasulullah, selagi kesempatan masih ada di dunia ini. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 6 Jumadil Awal 1443 H. 11 Desember 2021. (873.12.21).

Wednesday 8 December 2021

DUKA SEMERU

Dengan IMB, rumahpun legal. Dikira didiami sebatas umur. Bila dijual harganyapun mahal. Hati tenang tak kan ke gusur. Tanah milik bersertifikat. Dikira harta seumur hidup. Jika Allah akan mengangkat. Tak ada kekuatan sanggup. Kita berduka atas musibah erupsi gunung Semeru yang menimpa saudara kita di Lumajang dan sekitarnya, kawasan JATIM Sabtu awal Desember 2021. Erupsi Gunung Semeru, menelan korban jiwa tidak sedikit, juga membuat 2.970 unit rumah, fasilitas pendidikan, dan jembatan rusak. Peristiwa ini menyadarkan kita bahwa: Tanah dapat menjadi milik kita, dibuktikan sertifikat. Bangunan juga dapat menjadi milik kita ditandai dengan IMB. Ternyata pada hakikatnya bukan milik kita. Sadarlah kita bahwa BUMI ini tetap milik Allah. Cukup dengan Erupsi sebuah gunung, sudah meluluh lantakkan apa yang kita miliki. Tak ada yang dapat protes dengan menunjukkan sertifikat. Tak seorangpun dapat melindungi bangunannya dengan IMB. Sertifikat dan IMB nya pun sekaligus tertelan bencana. Bagi orang beriman, yakin penuh bahwa semua musibah yang terjadi telah ditentukan oleh Allah S.W.T. seperti diingatkan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Hadid ayat 22. مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَ رْضِ وَلَا فِيْۤ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْـرَاَ هَا ۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ  "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah" Semoga peristiwa ini menambah keimanan kita semua, menambah kesadaran kita, bahwa diri kita, alam ini, demikian sangat-sangat-sangat kecil dihadapkan dengan kekuasaan Allah. Sambil kita berdo’a semoga Allah mengampuni dosa saudara2 kita yang meninggal dunia dari sebab musibah itu dan seluruh saudara kita yang masih hidup diberikan ketabahan atas musibah ini. Bagi kita umat beragama, ini mrpk momentum kita beribadah dengan menyisihkan sebagian rezeki melalui rumah2 ibadah semua agama. Misalnya untuk umat Islam di seluruh tanah air; Jum'at tgl 10 Desember 2021 nanti adalah baik jika di masjid2 dikhususkan satu kotak amal "Duka Semeru" menampung sedekah dari jamaah Jum'at untuk diteruskan ke rekening2 penampungan sumbangan bencana Semeru di koordinir pengurus masjid. Bagi masjid2 yang saban Jum'at nyiapkan dari kas masjid sekian bungkus nasi buat jamaah, mungkin adalah bijak jika dipangkas sekian persen uangnya ikut disumbangkan ke saudara2 kita yang lebih lapar karena bencana ini. Semoga Allah memberi kekuatan iman buat saudara2 kita yang terkena bencana Semeru. Memberikan pahala berlipat ganda bagi saudara2 kita yang ikut bersedekah meringankan beban saudara2nya yang sedang dapat musibah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 3 Jumadil Awal 1443 H. 8 Desember 2021. (872.12.21).

Monday 6 December 2021

PRIORITAS IBADAH

Ibadah ikhlas dilakukan hanya karena Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka, dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan api neraka. Ibadah ikhlas hanya karena Allah dan istiqamah walaupun sedikit, itu akan mengungguli amalan yang tidak rutin, meskipun jumlahnya banyak. Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ ”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim). Dalam beramal istiqamah walau sedikit itu, juga penting diketahui: * Amalan mana yang harus dilakukan dengan segera dan mana yang bisa diakhirkan. * Amalan apa yang penting dan lebih penting. Contoh; shalat, hrs dilakukan segera begitu waktu nya masuk, amal yg lainnya menyusul ssdh dilaksanakan shalat. Walau tentu ada pengecualiannya. Misalnya harus menyelamatkan jiwa....... Kasus pak Rajal (bukan nama sesungguhnya) sedang menuju masjid akan shalat subuh, tiba2 terdengar jeritan seekor anak kucing yg nyemplung ke got. Setelah di amati si bayi kucing itu walau telah berusaha naik dengan meng-gapai2kan tangan dan kakinya ke dinding got yg terjal buatnya itu, tetap tidak berhasil. Bila dibiarkan sampai usai shalat subuh tu kucing baru di tolong, niscaya akan mati kedinginan dan kehabisan tenaga. Sementara induknya juga men-jerit2, mungkin memberi semangat anaknya, sambil berlari kecil kian kemari, mondar- mandir di bibir got, tapi tak mungkin dapat menolong. Pak Rajal balik kembali ke rumah, untuk mencari alat sebisanya mengangkat bayi kucing. Sambil atret pulang blm ada bayangan alat apa yg harus dibawa, setelah pintu pagar dibuka, teringat ada semacam tangguk penciduk berupa jaring bertangkai panjangnya sedang (bahasa daerahku se-sauk) ada di gudang di bagian belakang rumah..... Cukup lama milih gepokan kunci mencari kunci gudang. Sementara dari pengeras suara masjid, terdengar shalat sudah Al-Fatihah rekaat ke dua sampai di ayat ke 5: اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَاِ يَّا كَ نَسْتَعِيْنُ Pak Rajal cepat keluar rumah kembali, masih berpakaian shalat. Langsung menghampiri got yg tak jauh dari rumah, jalan menuju masjid. Anak kucing kecelakaan tersebut sdh mulai lemah, induknya agaknya sdh putus asa ditandai volume ngeongannya sdh mengecil. Sesaukpun diturunkan Pak Rajal ke dalam got, dengan posisi membungkuk. Tak disadari, sejadah kecil terletak di bahu kanan nyemplung ke got. Si anak kucing yg sdh lemah itu agaknya salah persepsi, mau ditolong dikiranya "sesauk" itu akan mencelakakan dirinya. Dia mengelak dengan sisa2 tenaganya, membuat evakuasi tdk berjalan cepat, hingga sampai membuat jatuh ke got sajadah kecil, kenangan yg dibeli di Makkah ketika berhaji tahun 1991. Alhasil berhasil juga si anak kucing masuk "sesauk", lalu ditumpahkan jasad anak kucing yg sdh penuh lumpur itu ke samping induknya yg sdh lama cemas menunggu. Induk kucing langsung menjilat bulu2 anaknya, sambil sesekali melirik ke Pak Rajal, di-remang2 lampu penerangan jalan, mungkin untuk mengucapkan terimakasih kpd Pak Rajal yg telah menyelamatkan buah hati sibiran tulangnya. Di pengeras suara masjid sdh terdengar imam berzikir. Pak Rajal-pun pulang ke rumah mengembalikan "sesauk" ke gudang. Ganti pakaian, berwudhu ulang, sebab biarpun sedikit kepercik juga lumpur got yg diragukan bernajis. Dengan demikian dalam beramal juga dikenal skala prioritas. Penyelamatan jiwa harus diprioritaskan daripada shalat subuh berjamaah di masjid.... Itu penyelamatan jiwa kucing, apalagi penyelamatan jiwa manusia, tentu mrpkn skala prioritas yg paling utama. Dalam hal ini Allah memberitahukan kepada manusia: ".....وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَ نَّمَاۤ اَحْيَا النَّا سَ جَمِيْعًا..." "...........Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia........." (QS Al-Ma'idah 32). Berbahagialah para petugas kesehatan: para dokter, para mantri, para perawat, para medis, para apoteker, yg tlh ikhlas berupaya menyelamatkan jiwa pasien2. Utamanya ketika pandemi covid 19. Kiranya ayat diatas semoga cukup memotivasi. Dmkn sekedar suatu tamsil ibarat prioritas dalam ibadah. Semoga Allah memberi petunjuk ke nurani kita agar mampu memilih prioritas beribadah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 1 Jumadil Awal 1443 H. 6 Desember 2021. (871.12.21).

Sunday 5 December 2021

Bukti Ikhlas.

Air dituang ke dalam gelas. Diminum hauspun berkurang. Kunci ibadah adalah ikhlas. Amal tak ikhlas niscaya hilang. Terdapat 4 (empat) tanda ikhlas. Pertama; Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang bersama dengan orang lain maupun sedang sendirian. Dalam hadist dari Tsauban, dikisahkan bahwa orang-orang itu menerjang apa yang diharamkan Allah SWT saat sedang bersepian.  "Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar Gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu berterbangan. Tsauban bertanya, 'Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.' Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian, mereka menerjang hal yang diharamkan Allah."(HR Ibnu Majah). Kedua; Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang lain, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,”Orang yang riya’ memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”  Ketiga;  Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Yang bersangkutan meyakini betul bahwa Allah menambah nikmat bila dia bersyukur. Seperti terungkap dalam surat Ibrahim ayat 7: وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat." Keempat; Mudah memaafkan kesalahan orang lain. Orang ini melaksanakan perintah Allah S.W.T. di dalam surat Al-Baqarah 263: قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ وَا للّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun." Semoga pembaca semua berhasil membuktikan diri sebagai orang ikhlas sehingga amal tidak hilang dpt ditemui di hari perhitungan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 26 Rabiul Akhir 1443 H. 2 Desember 2021. (869.12.21).

IKHLAS BERTENDENS

Salah satu dari jenis2 ikhlas adalah "ikhlas bertendens". Yakni orang yang beramal karena Allah, tetapi di dalam hatinya terbersit dominan keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya sebagai media memohon supaya Allah menghilangkan kesulitan dan kebingungan serta menyampaikan hajatnya. Ia melaksanakan shalat tahajud dan bersedekah karena ingin usahanya berhasil. Ciri orang “ikhlas bertendens ini” bisa terlihat dari momen dia beribadah. Orang yang hanya beribadah ketika sedang butuh, biasanya ia tidak akan istiqamah. Jika kebutuhannya sudah terpenuhi, ibadahnyapun akan berkurang. Contoh: Ingin Jabatan; ketika dalam proses untuk mendapatkan jabatan, yang bersangkutan dengan khusu’ dan intensif melaksanakan ibadah, dengan ikhlas agar Allah mengabulkan do’anya. Rajin berjamaah ke masjid. Setelah jabatan diperoleh yang bersangkutan mengurangi frekuensi, kuantitas dan kualitas ibadahnya. Shalatnya sudah yang wajib-wajib saja, dengan waktu yang cepat,  demikian juga ibadah lainnya semakin dilupakan. Ketika dalam proses ujian jabatan, atau proses pemilihan, begitu intensnya beribadah, shalatnya lama dan tertib. Begitu lulus ujian, atau terangkat jadi pejabat, shalatnyapun jadi cepat sekali, kadang diakhir waktu (dzuhur sudah dekat ashar), tidak lagi berupaya berjamaah ke masjid. Ketika ditanya “kenapa shalatnya cepat sekali”, jawabnya :"sibuk ditunggu...........". Istri sedang hamil; hampir tiap hari membaca Al-qur’an dan berdo’a agar istri melahirkan anak mereka dengan selamat. Selanjutnya setelah istri melahirkan, Al-Qur’an pun disimpan rapi di rak buku. Ingin mendapat rezeki yang banyak; motivasi sedekah dengan harapan usahanya sukses, bahkan minta penggantian dari Allah, dia mengharapkan penggantian seperti yang diredaksikan pada surat Al-Baqarah 261: مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَا لَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَا بِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَا للّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَآءُ  ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ "Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui." Adakah manusia "ikhlas bertendens" seperti diungkap di atas ???, ............,. Sepertinya ada,............, karena Al-Qur'an memberikan permisalan dalam ayat 32 surat Luqman: وَاِ ذَا غَشِيَهُمْ مَّوْجٌ كَا لظُّلَلِ دَعَوُا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ۙ فَلَمَّا نَجّٰٮهُمْ اِلَى الْبَـرِّ فَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ ۗ وَمَا يَجْحَدُ بِاٰ يٰتِنَاۤ اِلَّا كُلُّ خَتَّا رٍ كَفُوْرٍ "Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Adapun yang mengingkari ayat-ayat Kami hanyalah pengkhianat yang tidak berterima kasih." Bagaimanakah keikhlasan diri ini, hanya Allah yg tau persis dan diri ini tau sedikit...... Lha apa ndak boleh ibadah "ikhlas bertendens"..............., tentu boleh, tapi sesudahnya tetap istiqamah kalau bisa lebih kencang lagi ibadahnya, diiringi rasa syukur karena Allah telah mengabulkan apa yg diminta. Jangan sampai seperti diidentifikasikan Allah diakhir surat Luqman ayat 32 di atas. Semoga kita semua tidak termasuk hamba Allah yang beribadah ikhlas hanya ketika ada maunya ("ikhlas bertendens"), tapi istiqamah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 28 Rabiul Akhir 1443 H. 4 Desember 2021. (870.12.21).