Tuesday 30 November 2021

BUNYI pengaruhi ARTI

Kemarin kutulis artikel berjudul "Imam Shalat di Masjid". Di judul salah ku ketik "Imam" terketik "Iman" (huruf akhir terketik "n"). Padahal arti IMAM vs IMAN jauh bedanya. Kini sekaligus kukoreksi. Begitulah setiap bahasa, salah ucap, salah ketik maka salah baca; artinyapun jadi berbeda. Kadang bunyi mirip, tulisannya beda tipis, artinya jauh sekali. Bahasa kitapun dmkn juga misalnya: Kencing, kancing, kucing, jauh sekali beda artinya, bunyinya mirip. Syarat utama sbg imam ialah orang yg relatif terfasih membaca aksara Al-Qur'an di lingkungan jamaah setempat. Agar tak salah ucap, risiko salah ucap jadinya berubah makna. Contoh: الرَّحِيْمِ artinya "maha penyayang". jika terucap dg aksara خ (kha) berubah makna menjadi "suara merdu dan lembut". Contoh berikutnya pengucapan اَنْعَمْتَ bermakna "telah engkau beri nikmat" jika terucap tanpa aksara ع ('ain) اَنمْتَ "anamta" maka maknanya menjadi "telah engkau tidurkan". Bila aksara ع ('ain) terucap ء (hamzah) maka maknanya berubah menjadi "telah engkau buat merintih". Naah oleh karena itu harus bijak mengangkat imam rawatib di suatu masjid. Diriku menyadari kurang menguasai ilmu tajwid dan ilmu keindahan kesempurnaan bacaan al-Qur'an (tahsin), setiap bertugas sbg khatib, ku usahakan agar imam rawatib yg hafidz masjid yg mengundangku yg menjadi imam. Kecuali bila di masjid ybs tdk tersedia imam rawatib, apaboleh buat sekaligus ku jadi imam dg berusaha sebaik-baiknya, utamanya membaca Alfatihah. Jamaah masjid tertentu, lazimnya ditunjuk mengimami, seseorang yg dinilai paling memenuhi syarat sebagai imam. Tentu saja tidak bijak menetapkan imam RAWATIB yg tak sanggup melafazkan aksara arab "Ra", kecuali tak ada lagi yg lain. Namun kadang, walau imam ditunjuk sdh memenuhi syarat, terjadi juga kesalahan misalnya: * Tidak pas membaca mahraj aksara Al-Qur'an. Sebagaimana diketahui 30 aksara hijaiyah beberapa diantara beda2 tipis cara pengucapannya contoh: ا (alif) dengan ء (hamzah) ت (ta') dengan: ط (tha' ج (jim), ذ (dzal), ز (za) mirip ucapan tapi beda. Selanjutnya: ح (ha), خ (kha), هـ (haa) د (dal), ض (dhad), ظ (zha) ر (ra), غ (ghain) س (sin), ث (tsa), ش (syin), ص (shad) Kesalahan juga sering terjadi; * Salah sambung ayat yang dibaca misalnya seharusnya ujung ayat berbunyi إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ "Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana". terbaca: إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ "Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". Atau sebaliknya. * Salah sambung dapat juga terjadi awal ayat terbaca sampai ditengah tersambung dengan ayat lain. * Panjang pendek membunyikan per-aksara. Dipahami bahwa bagi bukan penutur asli bahasa Arab tidak banyak orang yg persis sama pengucapan aksara Arab, dibanding penutur aslinya. Karena itu peluang kesalahan cukup memungkinkan. Dalam hal imam tersalah, walau telah ditunjuk yg paling memenuhi syarat, bagi makmum insya Allah, tetap mendapat pahala berjamaah. Mungkin dapat dikaitkan dengan firman Allah di Al-Baqarah 286: لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ ........" Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ............." Dia mendapatkan dari apa yang diusahakan/dikerjakannya...." فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَا لَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ  "Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (QS. 98 = Az-Zalzalah ayat 7). Semoga kita diberi Allah kemudahan untuk terus menerus belajar tak mengenal usia agar dari hari ke hari semakin fasih membaca Al-Qur'an, آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 23 Rabiul Akhir 1443 H. 29 November 2021. (868.11.21).

Wednesday 24 November 2021

Sang Waktu

Waktu tak kenal mengulang. Waktu per detik, berkurang. Waktu tak digunakan, hilang. Waktu berlalu tak lagi datang. Waktu; jatah waktu setiap individu sama, tdk memandang strata pendidikan, status sosial, kaya- miskin, pejabat-rakyat. Waktu tak dpt diatur dipercepat-diperlambat. Si waktu akan terus berjalan. Jasmani dan rohani terpengaruh oleh waktu. Waktulah sbg ukuran usia sekaligus pertumbuhan jasmani dan rohani. Masa bayi, anak2, remaja, dewasa dan tua. Seiring dg itu kematangan rohani mengikuti. Menjalani waktu; tau2 si anak sudah beranak, diripun tau2 sudah tua. Tau2 teman sebaya sudah tiada, tau2........... dstnya. Alam ini, bumi dan langit serta segala isinya juga tunduk terhadap waktu. Semula ada, seiring mengikuti proses waktu akan lenyap, terakhir dunia ini kiamat. Informasi Allah bahwa alam ini ada, juga tidak serta-merta, tapi melalui proses. Tercipta alam ini berproses dlm enam masa atau waktu. Tujuh kali diulang Allah dlm Al-Qur'an tentang bumi dan langit serta segala isinya diciptakan Allah dlm enam waktu atau masa. سِتَّةِ اَ يَّامٍ Sungguh mena'jubkan kandungan Al-Qur'an, INFORMASI tentang penciptaan 7 LAPIS BUMI DAN LANGIT tsb. diulangi 7 KALI. se-olah2 per lapis 1 (satu) ayat. Waktu penciptaan 7 lapis bumi dan 7 lapis langit itu menggunakan waktu 6 masa. وَ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَ يَّامٍ "Dan Dialah yang menciptakan langit dan Bumi dalam enam masa", 7 ayat tentang penciptaan alam semesta dalam 6 masa atau waktu dengan berbagai konteks di masing-masing ayat-ayat tersebut terdapat di Surat: 1. Yunus ayat 3 dlm konteks; a. Allah mengatur segala urusan. b. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Allah. c. Allah perintahkan menusia menyembah-Nya. d. Hendaklah atas penciptaan alam semesta ini, dpt diambil pelajaran oleh manusia. 2. Hud ayat 7 dlm konteks; a. Tersedianya alam sbg sarana Allah menguji manusia siapakah yang lebih baik amalnya. b. Manusia akan dibangkitkan sesudah mati dimana hal itu didustakan kaum kafir. 3. Al Furqan ayat 59 dlm konteks; Bertanyalah akan yg tidak diketahui kepada orang yg mengerti. Sedangkan (tentang Allah) bertanyalah kepada (Nabi Muhammad). (penulis = tentu termasuk ttg alam semesta ini tanyakan kpd yg berilmu). 4. Sajadah ayat 4 dlm konteks; Perhatikanlah bahwa bagi manusia tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Allah. 5. Qaf ayat 38 dlm konteks; Allah tidak merasa letih sedikit pun. (menciptakan dan mengatur alam semesta ini). 6. Al Hadid ayat 4. dlm konteks; a. Allah mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. b. Allah bersama manusia di mana saja berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang manusia kerjakan." 7. Al-A'raf ayat 54 dlm konteks; a. Allah menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. b. Allah ciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. c. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Bila alam semesta ini tercipta dlm 6 waktu. Sedangkan manusia hidup didunia ini separo masa penciptaan bumi dan langit yaitu berada dlm tiga masa atau waktu. Masa pertama; ialah masa yg lalu, termasuk kemarin. Termasuk masa muda kita, termasuk masa kita masih berjaya dulu-dulu. Masa itu tak kan dpt diulangi lagi berapapun biaya yg kita sanggupi, apapun redaksi do'a kita tak kan dpt masa itu terulang kembali. Bila pas terisi dg banyak kebaikan alhamdulillah. Bila banyak terlanjur terisi yg tdk baik dan dosa, apa boleh buat tinggal bertaubat. Masa kedua; adalah masa sekarang, tegasnya masa hari ini, jam saat ini, detik-detik anda membaca tulisan ini, sebelum hari berganti. Sangat rugilah bila masa sekarang tdk terpergunakan dg baik, sebab dia "si masa" atau "si waktu" segera akan jadi masa lalu, setelah hari berganti, setelah jam bergeser. Masa ketiga; adalah masa yg akan datang. Dimulai jam berikut, dimulai hari sesudah hari ini dan seterusnya. Itu masa yg akan datang di dunia. Masa yg akan datang yg lebih panjang berikutnya ialah masa akhirat. Oleh karena itu, masa yg sangat berharga bagi kita adalah masa sekarang, jangan sampai kita lewatkan begitu saja tanpa makna, mari kita isi dg hal-hal yg bernilai guna untuk hari esok kita dunia dan akhirat. Artikel ini kutulis memanfaatkan waktu, menunggu ketika berobat rutin di sebuah rumah-sakit. Mari kita tutup tulisan ini dg firman Allah SWT: يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَـنْظُرْ نَـفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. 59 = Al-Hasyr ayat 18). Semoga Allah memberikan kekuatan agar waktu yg singkat kita hidup di dunia ini bermanfaat dan berkah untuk dunia dan akhirat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 18 Rabiul Akhir 1443 H. 24 November 2021. (868.11.21).

Tuesday 23 November 2021

Tiga langkah pengabdian

Kitapun mungkin tak tau sejak kapan kita sadar tentang tau-tau kita ini hidup di dunia. Dijamin anak balita diapun tak nyadari kapan dia dilahirkan, kalau lah tidak diberitahukan Ortu mereka. Beruntung di era sekolah mulai jadi kebutuhan, tanggal lahir seseorang tercatat baik, bahkan ada akta kelahiran. Jaman kelahiranku tujuh puluh tahun lebih yang lalu, lahir belum wajib ada akta kelahiran. Sehingga waktu diriku mulai kerja di institusi formal diperlukan akta kelahiran, sibuklah Ortu ku di kampung nguruskan ke kelurahan sampai ke kecamatan, keluarlah “keterangan kelahiran”, syukurnya dapat dipergunakan. Berlanjut,……. Kadang banyak pula orang yang tak tau persis sebetulnya untuk apa dia hidup, bagi ummat Islam Allah sampai memberitahukan dalam Al-Qur'an surat 51 = Adz-Dzariyat ayat 56: وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". Tidak hanya sampai memberitahukan untuk apa kita hidup yaitu untuk mengabdi kepada Allah, tapi Allah juga sekaligus memberikan “Petunjuk Teknis” bagaimana cara mengabdi kepada-Nya, yakni dengan 3 (tiga) langkah yaitu: 1. Utamakan kehidupan akhirat, tetapi tidak mengabaikan kehidupan dunia. 2. Senantiasa berbaut kebaikan. 3. Jangan membuat kerusakan dimuka bumi. Langkah PERTAMA, "وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ......." Mengutamakan kebahagiaan kehidupan akhirat. Langkah ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akhirat. Tetapi "..... وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا...…" tidak mengabaikan kehidupan dunia. Sebab amal akhirat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh banyak amalan akhirat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi. Umpamanya shalat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin, bukanlah semata-mata sebagai amal akhirat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah dan Rasul-Nya, secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Al-Qur'an surat 29 = Al-Ankabut ayat 45: وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ".........dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar......." Dengan demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini. Begitu juga dengan infak dan shadaqah, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akhirat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan. Langkah KEDUA, "ahsin" yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ "......dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,....." Bila seseorang mengamalkan langkah ini dalam dirinya, niscaya ia akan selalu berbuat kebaikan. Berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari. Orang beriman yakin betul bahwa tak ada satu katapun yg terucap menguap hilang begitu saja. مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ "Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. 50 = Qaf ayat 18). Tak ada satu gerakpun yg luput dari catatan, rekaman video Allah melalui malaikat: اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَا لِ قَعِيْدٌ "(lngatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri." (QS. 50 = Qaf ayat 17). Maka orang beriman akan selalu tampil dalam kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu berguna bagi orang banyak walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi. Langkah KETIGA, adalah "walaa tabghil fasada fil ardh "(....... وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ.......)" yaitu Langkah untuk tidak berbuat kerusakan. "...........dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi........." Bila langkah ketiga ini dijalankan dengan istiqamah/konsisten, seseorang akan lebih melengkapi langkah yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akhirat kelak. ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Ar-Rum ayat 41. Ketiga petunjuk teknis dari Allah tentang bagaimana cara pengabdian kepada Allah dikutip di atas secara utuhnya tersusun jelas pada firman Allah di surat 28 = Al-Qasas ayat 77: وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖوَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." Semoga kita semua senantiasa memahami untuk apa kita ini hidup, kemudian sanggup mencapai tujuan hidup yg hakiki serta dapat melaksanakan langkah2 pengabdian kepada Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 17 Rabiul Akhir 1443 H. 23 November 2021. (867.11.21).

Monday 22 November 2021

MEMILIH tapi BUKAN MENENTUKAN

Siapapun dia, sepertinya tidak ada manusia yg secara sengaja pengen masuk neraka. Termasuk orang2 yang misalnya sekarang sedang berada dalam lingkungan maksiat bergelimang dosa. Banyak diantara mereka bertekad nanti stlh.....………... akan bertaubat. Sebagian ada yg beruntung, sempat bertaubat sebelum maut menjemput (seperti taubatnya Wahsyi). Wahsyi bin Harb Al-Habsyi, seorang budak yg dijanjikan pembebasan bila berhasil membunuh paman nabi Muhammad SAW, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib di perang Uhud. Dia berhasil, karena kepiawaiannya melempar tombak. Tidak hanya membunuh, bahkan dengan keji merobek dada dan membawakan jantung Hamzah ke Hindun yg mengordernya. Sesuai perjanjian; tuannya Jubair bin Muth’im membebaskannya. Singkat kisah, setelah bebas Wahsyi masuk Islam dan bertaubat, bahkan ketika telah Islam di suatu perang menumpas nabi palsu era khalifah Abu Bakar Ashiddiq, suatu perang di Yamamah Wahsyi berhasil dengan tombaknya membunuh nabi palsu Musailamah. Taubat Wahsyi sebelum maut. Sebagian lagi manusia bertaubatnya terlambat, ketika ruh sudah sampai di tenggorokan (seperti taubatnya Fir’aun). Fir’aun tidak diterima taubatnya, karena taubatnya ketika sudah hampir mati tenggelam di laut. Nabi Muhammad SAW bersabda: إنَّ الله تعالى يقبلُ توبةَ العبدِ ما لمْ يغرْغِرُ " Allah SWT menerima tobat hamba-Nya selama nafasnya belum sampai di tenggorokan (sakaratul maut)." (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi). Ada kelompok orang yg sejak semula bercita-cita nanti mendapatkan surga dengan persiapan sejak semula berbuat segala amal baik, berbuat baik sesama manusia. Belum juga tentu kelompok yang terlihat beramal dan berbuat baik dijamin masuk surga. Karena yang menentukan seorang berakhir ke Surga atau berkesudahan ke Neraka sepenuhnya adalah wewenang Allah. Disampaikan Jabir; salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, hanya rahmat Allah SWT yang dapat memasukkan manusia ke surga. عَنْ جَابِرٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ ، وَلَا أَنَا ، إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ Jabir berkata, aku mendengar Nabi SAW bersabda, "Tidak seorang pun dari kalian yang dimasukkan surga oleh amalnya dan tidak juga diselamatkan dari neraka karenanya, tidak juga aku kecuali karena rahmat dari Allah." (HR Muslim). Meski amal tidak bisa memasukkan manusia ke Surga, umat Islam tetap diwajibkan melakukan amal baik sesuai perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena upaya dan perjuangan melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya secara ikhlas bisa menjadi penyebab datangnya rahmat dan karunia Allah SWT…………. Allah memberikan kriteria bahwa isi Neraka dan isi Surga nanti. Isi Neraka. 1. Hati tidak dipergunakan untuk memahami ayat Allah 2. Mata tidak dipergunakan untuk melihat tanda2 kekuasaan Allah 3. Telinga tidak dipergunakan untuk mendengar ayat2 Allah. Kriteria tsb ditemukan dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf 179, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ  ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ  ۚ أُولٰٓئِكَ كَالْأَنْعٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ  ۚ أُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُونَ "Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." Isi surga: Bermula dari Allah menyebutkan hal-hal yang dicintai manusia, sehingga kemungkinan lalai untuk mengingat, beribadah, melaksanakan perintah, menjauhi larangan Allah lantaran mengejar kegandrungan kecintaan terhadap apa yang diinginkan yaitu: زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَآءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنٰطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعٰمِ وَالْحَرْثِ  ۗ ذٰلِكَ مَتٰعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا  ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُۥ حُسْنُ الْمَئَابِ "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik." (QS.3 = Ali 'Imran ayat 14) Allah kabarkan bahwa surga itu nantinya disediakan buat siapa: قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِّنْ ذٰلِكُمْ  ۚ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتٌ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِينَ فِيهَا وَأَزْوٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَرِضْوٰنٌ مِّنَ اللَّهِ  ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ ۢبِالْعِبَادِ "Katakanlah, "Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?" Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta rida Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS.3 = Ali 'Imran ayat 15). Calon penghuni surga itu kriterianya adalah: 1. Orang yang selalu memohon ampunan kepada Allah. 2. Orang yang sabar 3. Orang yang jujur 4. Orang yang taat 5. Orang yang rajin berinfak 6. Orang yang selalu shalat sebelum fajar (shalat tahajud) Penegasan Allah ini dapat dicermati pada ayat2 dikutip dibawah ini: الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَآ إِنَّنَآ ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ "(Yaitu) orang-orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, kami benar-benar beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka."" (QS.3 = Ali 'Imran ayat 16) الصّٰبِرِينَ وَالصّٰدِقِينَ وَالْقٰنِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ "(Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar." (QS. 3 = Ali 'Imran ayat 17) Jalan ke Surga telah terbentang dan jalan ke Neraka telah diingatkan oleh Allah antara lain dapat di simak dari ayat2 di kutip di atas. Kita dapat MEMILIH, tapi bukan MENENTUKAN Semoga Allah membimbing kita untuk konsisten dalam taqwa, senantiasa bertaubat dan berdo’a, selanjutnya Allah menentukan kita sebagai ahli Surga. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Rabiul Akhir 1443 H. 21 November 2021. (866.11.21).

Thursday 18 November 2021

Jalan Lurus dari pintu Taqwa

Garis lurus, adalah jarak terdekat antara dua titik. Diibaratkan manusia sebagai hamba Allah adalah sebuah titik, maka untuk berhubungan dengan Allah, haruslah dengan jalan yang paling terdekat itu yaitu “garis lurus”. Oleh karena itu di setiap shalat “jalan lurus” itu selalu minta ditunjukkan oleh Allah kepada kita, agar berjarak terdekat dengan Allah. اهْدِنَا الصِّرٰطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus," (QS. 1 = Al-Fatihah ayat 6). Artikelku kali ini melanjutkan atikelku sebelumnya “jalan Lurus dari pintu Taubat”. Jalan lurus yang dimohon, dalam arti se-luas2nya. Jalan lurus dalam ibadah, jalan lurus dalam bermuamalah, jalan lurus dalam mencari rezeki, jalan lurus ketika mencari ilmu dstnya. Termasuk kalau belum ketemu jodoh, mohon jalan lurus mendapatkan pendamping hidup. Guna menemukan jalan yg lurus itu, ikhtiar yang harus dilakukan setiap insan adalah 4 hal yaitu: 1. Selalu bertaubat (مُنِيبِينَ إِلَيْهِ= kembalilah bertaubat kepada Allah), telah dibahas di artikel “Jalan Lurus dari pintu Taubat” 2. Bertaqwa ( وَاتَّقُوهُ = bertaqwalah kepada-Nya), insya Allah dimuat di artikel ini. 3. Shalat ( الصَّلٰوةَ = Shalat) 4. Jangan berbuat syirik. ( وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ = janganlah kalian menjadi musyrik ) Empat ikhtiar itu merifer kepada Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 31: مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلٰوةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ "dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah," Musyrik tidak saja perlakuan mensekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah, Ar-Rum 31 berlanjut dengan Ar-Rum 32, merupakan salah satu bentuk musyrik adalah orang-orang …..: مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا  ۖ كُلُّ حِزْبٍۢ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ "yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." Taqwa adalah perintah agama. Terdapat 4 (empat) pintu gerbang munuju taqwa yaitu; 1) Gerbang Muslimin, 2) Gerbang Mukminin, 3) Gerbang Muhsinin dan 4) Gerbang Mukhlasin. Keempat gerbang ini hendaklah dilalui untuk menuju taqwa. 1. “Gerbang Muslimin”. Daun pintu gerbang adalah pengakuan akan adanya Allah dan telah mengutus Rasulullah Muhammad. Dikenal dengan 2(dua) kalimat syahadat. Dengan lafaz: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ "Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah". Tanpa pengakuan ini, seseorang yang semula belum memeluk agama Islam meskipun berpenampilan sebagai orang Islam, berperilaku layaknya sebagai orang Islam. Banyak amal sosial dan perbuatan baik lainnya, mereka belumlah sebagai muslimin/muslimat. Lain halnya orang yang terlahir dari orang tua muslim/muslimat, ke Islaman mereka tidak lagi ditandai harus melalui “gerbang syahadat” ini. 2. “Gerbang taqwa kedua “Mukminin”. Pada gerbang ini, seorang yang telah mengakui adanya Allah dan mengakui Allah mengutus Rasulullah Muhammad, bukan hanya sekedar pengakuan, tetapi dengan landasan iman melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan Rasulnya. Sebab banyak juga orang yang hanya terhenti di Gerbang Pertama, mereka memang sdh termasuk “Muslim”, tapi karena belum shalat, belum puasa, belum zakat ybs belum dapat dikatakan “Mukminin” atau orang beriman. Shalat adalah pembeda mukminin/mukminat dengan kaum musyrik dan kafir. وَعَنْ جَابرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قََالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللِه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ والكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ Dari Jabir ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya, batas antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat. Sedangkan Puasa Allah Subhanahu Wa Ta'ala perintahkan: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ۙ  "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183) Adapun Zakat, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menegaskan: إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَأَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَءَاتَوُا الزَّكٰوةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ "Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan sholat, dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 277) 3. Gerbang taqwa ketiga “Muhsin”, memasuki gerbang ini, individu tsb tidak sekedar ibadah dalam artian hubungan dengan Allah tapi ibadahnya meluas ke berbuat baik kepada manusia, kepada mahluk2 Allah, memelihara lingkungan, menghindari perbuatan merusak di muka bumi ini. وَابْتَغِ فِيمَآ ءَاتٰىكَ اللَّهُ الدَّارَ الْأَاخِرَةَ  ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا  ۖ وَأَحْسِنْ كَمَآ أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ  ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْأَرْضِ  ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ "Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 77) 4. Gerbang tawqa ke empat “Mukhlisin”. Di gerbang ini, terhimpun mereka2 yang dalam seluruh rangkaian kegiatan ibadahnya kepada Allah dan ibadah sosial kebaikannya kepada manusia, semuanya dilaksanakan ikhlas karena Allah. Tidak lagi terselip ingin dihargai manusia, tidak perlu publikasi lantaran ingin disaksikan publik dan di puji sebagai orang baik. Mereka menghayati benar firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala: يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذٰى كَالَّذِى يُنْفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْأَاخِرِ  ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا  ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلٰى شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا  ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِينَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 264) Orang yang telah berada di gerbang “Muslimin” (telah Islam), belumlah tentu sekaligus telah melewati gerbang “Mukminin”, merambat masuk ke gerbang “Muhsinin” dan selanjutnya sampai gerbang “Mukhlasin”. Pembaca yang setiap hari shalat tentu sudah melewati gerbang yang pertama dan boleh jadi sudah masuk di gerbang kedua dalam pejalanan. Selanjutnya senantiasa berbuat baik (gerbang ke tiga), umtuk menjadikan diri sebagai seorang yang Mukhlasin. Apabila sudah sampai di Mukhlasin benar-benar sudah ketemu “jalan yang lurus” sehingga Iblis tak sanggup lagi untuk menggoda, karena sesuai perjanjian Iblis dengan Allah di Surat Al-Hijr (surat 15) Ayat 40. Iblis diberi hak menggoda manusia kecuali hamba-hamba Allah yang mukhlis. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". Semoga Allah melancarkan upaya kita meniti jalan yang lurus selama hidup di dunia ini melalui pintu taqwa dengan selalu banyak bertaubat. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Rabiul Akhir 1443 H. 18 November 2021. (865.11.21).

Sunday 14 November 2021

Jalan LURUS dari pintu TAUBAT

"Lingkaran" adalah garis lengkung yang menghubungkan titik2 yang berada di jarak yang sama dengan titik di tengah lingkaran. Zik-zak adalah garis2 yang berbelok2 kiri-kanan. "Garis lurus" adalah garis terdekat menghubungkan dua titik. Garis lurus dibanding lingkaran tentulah yang terdekat garis lurus. Makanya saban shalat dimohon akan diberikan jalan yg lurus. اهْدِنَا الصِّرٰطَ الْمُسْتَقِيمَ "Tunjukilah kami jalan yang lurus," (QS. 1 = Al-Fatihah ayat 6) Guna menemukan jalan yg lurus itu, ikhtiar yang harus dilakukan setiap insan adalah 4 hal yaitu: 1. Selalu bertaubat (مُنِيبِينَ إِلَيْهِ= kembalilah bertaubat kepada Allah) 2. Bertaqwa ( وَاتَّقُوهُ = bertaqwalah kepada-Nya) 3. Shalat ( الصَّلٰوةَ = Shalat) 4. Jangan berbuat syirik. ( وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ = janganlah kalian menjadi musyrik ) Lengkapnya tersurat di Ar-Rum ayat 31: مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلٰوةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ "dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah sholat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah," Musyrik tidak saja perlakuan mensekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah, Ar-Rum 31 berlanjut dengan Ar-Rum 32, merupakan salah satu bentuk musyrik adalah orang-orang …..: مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا  ۖ كُلُّ حِزْبٍۢ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ "yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." ad.1 Bertaubat: Manusia perlu bertaubat karena manusia selalu salah dan khilaf sehingga sengaja maupun tak sengaja berbuat dosa. Taubat bermanfaat untuk manusia: Pertama: Disukai Allah. إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ "…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS Al-Baqarah: 222) Dan dalam sebuah riwayat hadits disebutkan: لله أشد فرحا بتوبة عبده حين يتوب إليه من أحدكم كان على راحلته بأرض فلاة فانفلتت منه وعليها طعامه قد أيس من راحلته، فبينما هو كذلك، إذ هو بها قائمة عنده.. "Allah SWT begitu bergembira dengan tobat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas." (muttafaqun 'alaih) Kedua: Membersihkan hati. Dari Abu Hurairah RA, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن المؤمن إذا أذنب كانت نكتة سوداء في قلبه، فإن تاب ونزع واستغفر صقل قلبه منها "Jika seorang Mukmin melakukan dosa, maka ada noda hitam di hatinya. Jika dia bertaubat dan memohon ampunan, maka dengan itulah hatinya dibersihkan." Ketiga: Menggapai pertolongan Allah. وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ "Dan (dia berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.'" (QS Hud: 52) Keempat: Hapusnya dosa. Taubat membuat orang yang berdosa menjadi orang yang tidak berdosa. Dari Abu Said Al-Ansari, Rasulullah SAW bersabda: الندم توبة، والتائب من الذنب كمن لا ذنب له "Penyesalan adalah pertaubatan, dan pertaubatan dari dosa adalah seperti orang yang tidak memiliki dosa." (HR Al-Tabrani, dalam Shahih Al-Jami') Kelima: Mencapai keberuntungan. Allah SWT menunda datangnya kebaikan dan kemakmuran kecuali dengan bertaubat. Maka, tidak ada cara untuk mencapai kebaikan di dunia dan akhirat tanpa bertaubat. Allah SWT berfirman: وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ "… Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS An-Nur: 31) Keterbatasan ruangan pada kesempatan ini hanya dibahas satu di antara 4 upaya untuk menggapai jalan yang lurus yaitu melalui jalan taubat. Semogalah taubat kita semua diterima Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Rabiul Akhir 1443 H. 15 November 2021. (864.11.21).

Friday 12 November 2021

Rasa Hormat Urungkan Niat Jahat

Di kampung kelahiranku (waktu itu 70 tahunan yang lalu), anak lelaki belum di khitan jika belum khatam membaca Al-Qur’an. Hal tsb agaknya memotivasi anak seusia SR (Sekolah Rakyat = SD sekarang) untuk rajin belajar membaca Al-Qur'an. Supaya tidak malu dengan teman sebaya, diri sdh besar belum di khitan. Juga akan senang sekali diupacarakan khatam Al-Qur'an. Upacara khataman Al-Qur'an istilah setempat "Tahtim Al-Qur'an". Di upacara "Tahtim" di undang tetua2 kampung, saudara2 dan family, karib kerabat dan tetangga. Digelar selamatan, kemewahan upacara tergantung ekonomi Ortu. Anak yang "Tahtim", membaca Al-Qur'an sebagian dari Jus 30 diikuti dengan rangkaian do'a, didampingi guru ngaji, dihadapan para undangan. Belajar membaca Al-Qur’an kala itu tidak semudah sekarang, masih harus dibaca ayat demi ayat. Mula mula Jus 30, setelah lancar kadang sebagian surat sampai hafal. Kemudian baru mulai membaca Jus satu dan seterusnya, dikaji ayat demi ayat sampai lancar membacanya, dituntun guru ngaji. Pengkajian ayat demi ayat ini istilah kampungku disebut “menderas”. Di sisi anak yang menderas duduk sang guru ngaji, tersedia sebilah rotan yang dibelah empat, siap diraih sang guru untuk dipukulkan ke lantai bahkan ke tubuh muridnya bila berkali-kali “bebal” (tak dapat membaca dengan baik) pada hal sudah berulang diajarkan. Setelah selesai mengaji malam itu, anak-anak pengajian menutup kitab Al-Qur’an dan membawanya ke rak yang disediakan di rumah guru ngaji. Kitab dibawa dengan penuh hormat, sebelum diletakkan di tempatnya, Al-Qur’an lebih dahulu dijunjung di atas kepala kemudian di cium. Begitu etika penghormatan yang diajarkan sejak dini. Belajar ngaji waktu kami kecil dulu, tidak bayar, beberapa hari sekali kami dibekali Ortu sebotol minyak tanah bakal pengisi "Pelite" (bahasa setempat) lampu penerangan buat mengaji terbuat dari kaleng yang di atasnya diberi bersumbu. Masing2 murid di depan rehalnya (tempat meletakkan Al-Qur'an) di pasang satu "Pelite". Usai mengaji Pelite masing-masing dipadamkan. Sebelum pulang, murid2 mengisikan tempat2 air di rumah guru ngaji diangkut dari sumur atau dari sungai (akan hal ledeng waktu itu belum kebayang). Pulangnya menerobos kegelapan malam lazimnya kira2 sejam-an sesudah isya itu, murid2 ngaji berbekal suluh terbuat dari daun kelapa kering yg diikat. Karena pembelajaran tidak mudah, meskipun relatif murah, maka penghormatan thdp Al-Qur'an begitu tinggi. Penghormatan kepada Al-Qur’an itu telah merasuk sampai ke relung hati. Sebagaimana dimaklumi bahwa guratan tangan masing-masing anak manusia tidaklah sama. Kelak anak-anak sepengajian itu tumbuh berkembang dengan nasibnya masing-masing. Diantaranya ada yang meraih sukses menjadi orang kaya ternama, atau pejabat atau pengusaha sukses. Namun tidak pula dapat diherankan ada pula yang hidupnya susah, makan pagi mengenangkan petang, ada juga ekstrimnya terpaksa menjadi maling misalnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi apapun kelak anak-anak itu, mereka sudah dibekali membaca Al-Qur’an, sudah diajari etika penghormatan kepada Al-Qur’an. Dua orang yang rupanya sudah lama merajut hidup menjadi maling (bahasa setempat pencuri), suatu malam menyatroni sebuah rumah di kampung jiran. Rumah di kampung kami waktu itu, boleh dikata belum ada yang terbuat dari semen (rumah batu bahasa setempat), semua rumah dari bahan kayu. Rumah orang berduit terbuat dari kayu Belian (kayu besi), beratap Sirap. Sedang rumah orang yang kurang mampu biasanya kerangkanya dari kayu Belian tapi dindingnya “Kajang” (terbuat dari daun nipah muda disusun) atapnya “daun nipah tua, disusun dg bingkai manggar kelapa” . Sasaran maling tentu rumah orang berduit, setidaknya barang yang dimaling jika dijual dapat untuk membeli beras. Sebuah rumah yang sudah disurvey di kampung jiran (bukan kampung si maling sendiri), akan disatroni malam nanti. Rumah satu dengan rumah lainnya tidak dempet seperti di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, tetapi berjauhan. Setiap kamar dan ruangan melekat jendela-jendela. Maling sudah hafal dan punya keahlian membuka kunci jendela, pakai slot atau pakai apapun, apalagi rumah yang akan disatroni sudah disurvey memakai kunci apa jendelanya. Kegelapan malampun tiba, maklum dikampungku 70 an tahun yang lalu belum masuk PLN, mengendap ngendaplah dua orang ini disamping sebuah rumah panggung. Rumah panggung cukup tinggi, sebagai ilustrasi, bahwa kolong rumahnya dengan leluasa masuk hewan Sapi, bahkan ada yang membuat kandang sapi di bawah rumah. Untuk dapat meraih jendela, salah satu maling lebih dulu duduk berjongkok, kemudian maling yang satunya menginjakkan kakinya ke kedua belah bahu maling yang jongkok, barulah perlahan-lahan maling yang jongkok berdiri, sambil tangan maling yang satunya memegang bangunan rumah. Setelah sampai di jendela, mulailah dilaksanakan membuka jendela. sementara maling yang di tanah menunggu kode dari bunyi kain sarung yang ditarik, untuk memberi isyarat berhasil, untuk memberi isyarat akan turun, untuk memberi isyarat dalam bahaya dan lain sebagainya, merekalah yang mengatur sandi tersebut. Belum berapa lama maling yang bertugas masuk rumah melewati jendela, terdengar kode agar menyiapkan pundak untuk mendarat kembali. Dengan penuh heran maling yang nunggu di tanah bertanya dalam hati, ndak ada kode bahaya, tapi tiba tiba minta turun....... Sudahlah diikuti saja, langsung berdiri di tempat naik tadi, dan kaki partnerpun mendarat dibahu dan perlahan-lahan diturunkan. Heran tak ada satu bendapun yang dibawa teman dari rumah satronan. Dengan berbisik pelan maling "operasional" mengajak “cepat-cepat kita hengkang, nanti saya ceritakan”. Sampai di tempat aman, berceritalah maling ini kepada temannya. Bahwa “jendela yang dimasuki itu rupanya ada meja, dg sinar redup lampu templok tak jauh dari jendela kulihat di atas meja tersebut terdapat sebuah Al-Qur’an yang terletak di atas meja. Hampir saja aku menginjak Al-Qur’an itu ketika mau melangkahi meja. Pikiranku jadi ragu untuk meneruskan masuk ke ruangan dalam rumah. Dadaku bergemuruh, jantungku terasa berdegub kuat dan tubuhku gemetar, jangan-jangan aku telah terlanjur melangkahi Al-Qur-an. Ku teringat waktu belajar ngaji dulu, ssdh selesai ngaji Al-Qur'an dijunjung, dicium. Karena itulah nampaknya usaha kita malam ini kalau diteruskan akan membawa melapateka buat kita”, kata maling itu kepada temannya. Meskipun dia kini berprofesi sebagai maling, namun penghormatan terhadap Al-Qur’an yang sudah tertanam sejak kecil dan kekhawatiran kewalat akan al-Qur’an membuat si maling mengurungkan niatnya untuk mencuri setidaknya pada malam itu, diingatkan oleh kitab Suci Al-Qur’an. Baik kita renungkan, penghormatan terhadap Al-Qur’an begitu besar oleh penduduk negeri ini, terutama bagi yang memeluk agama Islam, apa lagi yang menjalankan seluruh ibadah dalam agama Islam. Bagi yang Islamnya belum dapat ibadah dengan intensifpun, akan menaruh hormat kepada Al-Qur’an. اِنَّهٗ لَـقُرْاٰ نٌ كَرِيْمٌ  "Sesungguhnya Al-Qur'an yang sangat mulia," (QS. 56 = Al-Waqi'ah ayat 77). Demi kemuliaan Al-Qur'an, sebelum memegang suatu jabatan, jadi kelaziman di negeri ini, pejabat ybs bersumpah dengan menjunjung Al-Qur'an. Kenyataannya sebagian oknum pejabat tsb tega melanggar sumpahnya. Agaknya kalah oknum ini dg maling yg diceritakan di atas dlm memuliakan Al-Qur'an. Atau karena pejabat ybs tdk belajar membaca Al-Qur'an dengan "Pelite", berikut diajari menghormati Al-Qur'an. Harapan kita semoga para pejabat kita yg tlh bersumpah dengan memuliakan Al-Qur'an, setiap kali mendapat "godaan", atau bila ingin mencuekan janji2, teringat akan sumpahnya menjunjung Al-Qur'an. Ingat......!!! maling aja urung meneruskan niat jahat lantaran ingat Al-Qur'an padahal dianya butuh pengganjal perut. Sedangkan pejabat hidup sdh serba cukup. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 7 Rabiul Akhir 1443 H. 12 November 2021. (863.11.21).

Monday 8 November 2021

Tabungan Amal

Guna terpelihara tabungan amal agar tidak berkurang, sehingga dpt dinikmati di akhirat nanti hendaklah jangan di ingat2. Sebab dengan mengingat2, berpotensi untuk di-sebut2. Karena jika di-sebut2 kalau berniat untuk mendapatkan apresiasi pendengar, khawatir terdebetlah rekening tabungan kebaikan yang sudah ditabung walau sdh begitu lama. Akan tetapi, dalam hal berdo'a tak ada salahnya mengingat tabungan kebaikan kita. Berdo'a bukan mengharapkan apresiasi manusia, hanya dikemukakan kepada Allah. Populer riwayat 3 orang lelaki masuk Gua ketika hujan beteduh, tiba2 menggelinding batu besar dari atas menutup mulut Gua. Mereka terjebak di Gua. Mereka berdo'a, masing2 menyebutkan kebaikan yang pernah mereka lakukan. Allah menggeserkan batu penutup Gua menyelamatkan mereka. Sebaliknya, amal baik tak akan menjadi saldo tabungan amal, meskipun tidak di-sebut2 tapi TERSALAH di niat. Yang sering menghapus amal adalah dilakukan bukan berniat karena Allah semata, tetapi mengharap penghargaan dari manusia. Apapun niat kita, terucap maupun hanya di dalam hati Allah tau persis. QS 6 = Al-An'am ayat 3. يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ ".......Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. Dari Abu Hurairah ra, sebagaimana diriwayatkan Muslim dan Ahmad, berkata bahwa Nabi Saw bersabda: (di ruang terbatas ini hanya di sarikan) diakhirat nanti orang yang terbunuh dalam jihad, belum tentu menjadi saldo amal, bila dianya berjuang untuk dinilai kaumnya sebagai pemberani.   Ahli infak-sedekah dan banyak mengeluarkan hartanya guna kepentingan sosial, amalnya tdk menjadi saldo amal akhirat jika ybs beramal tersebut bermaksud ingin dinilai sebagai dermawan.  Penghimpun ilmu agama dan mengajarkannya juga tdk menjadi tabungan akhirat, bilamana niatnya untuk mendapatkan gelar alim. Begitu juga kegiatan2 amal lainnya akan nihil di catatan buku tabungan akhirat bila niat tidak diluruskan hanya untuk mengharapkan keredhaan Allah. Semoga kita semua dapat mempertahankan keikhlasan beramal hanya diperuntukkan menggapai keredhaan Allah semata. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 3 Rabiul Akhir 1443 H. 8 November 2021. (861.11.2021).

Sunday 7 November 2021

INGAT dan LUPA, HEWAN dan MANUSIA

Rupanya hewanpun punya daya INGAT dan LUPA juga. Di desa terpencil yg penduduknya tidak padat serta keamanan masih prima, ternak Sapi dan Kambing tiada bertali. Begitu petang hari kelompok ternak tesebut menggerombol menuju rumah tuannya masing2 dan tidur dikandang yg disiapkan pemilik. Ini bukti hewan mempunyai daya ingat. Begitu juga sekelompok Ayam kampung sekitar pkl 17.20 mereka sdh kembali ketempat isterahat mereka. Itu berlangsung terus saban hari menjelang maghrib. Selanjutnya mereka menyusun diri puluhan ekor tak saling gusur ditempat masing2. Ini pertanda daya ingat ayam cukup tinggi. Kebersamaannyapun begitu kental. Dalam pada itu sifat LUPA ayam juga tinggi. Di rumahku dikampung, kududuk di teras depan bersantai di pagi atau dihari siang. Beberapa ekor ayam naik ke teras rumah, kadang sambil mengeluarkan kotoran. Mereka diusir, dilempar sesuatu. Eee sebentar lagi sdh lupa, datang lagi. Diusir lagi, lupa lagi. Allah SWT menganugerahkan pada diri manusia, sifat LUPA, selain itu juga melekatkan sifat INGAT. Banyak sekali manfaat dua sifat tersebut sehingga menjadikan manusia sebagai makhluk yang sangat istimewa di muka bumi ini. Berkat daya ingat, berkembang ilmu pengetahuan dan budaya. Dengan daya ingat lahir ketentuan yg disepakati bersama jadi aturan hidup bermasyarakat disuatu bangsa dan pergaulan antar bangsa. Timbul perdagangan dan transaksi di dlm suatu negara dan antar negara. Ini bedanya daya ingat manusia dan hewan. Daya ingat manusia dinamis, ingatan yg lalu dikreasikan untuk lebih baik lagi bagi keperluan hidup, sehingga berubah dari waktu ke waktu menuju lebih baik. Sedangkan hewan ingatan mereka statis, dari dulu ayam tidur bertengger. kambing, Sapi siang merumput senja pulang kandang. Berkat sifat lupa, manusia dpt bangkit kembali bila diri dirundung duka nestapa dan derita, gegagalan usaha. Berkat sifat lupa, lahirlah maaf, dengan melupakan kesalahan orang lain. Justru dalam kaidah agama, harus melupakan kesalahan orang, kendati yg bersalah tidak meminta maaf. Memberi maaf adalah lebih utama dari pada sedekah. (Al-Baqarah ayat 263) قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun". Hewan lupa……….. benar2 lupa, sesuatu yg mengancam dirinyapun bila telah berlalu mereka lupa. Sesuatu yg mungkin mencelakan dapat saja dia lalui/temui sama sekali tdk mereka waspada. Keledai sering terperosok dilobang yg sama. Manusia menyelaraskan INGAT dan LUPA. Manusia tetap mengingat sesuatu yg walau sudah begitu lama dilupakannya. Misalnya sesuatu yg membahayakan, sesuatu yg pernah mengecewakan, sesuatu yg pernah menggagalkan, tetap diingat agar bila ketemu semacam itu tdk terulang kembali. Termasuk selalu mengingat pengalaman2 kegagalan orang2 terdahulu. Oleh karena itu diantara kandungan Al-Qur'an ada berupa kisah2 umat terdahulu, supaya jadi pembelajaran umat kini dan yg akan datang, mengingat perilaku buruk umat terdahulu untuk tidak diulangi, supaya tidak dimurkai Allah. Patut dicermati (QS. 12 = Yusuf ayat 111) لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُولِى الْأَلْبٰبِ  ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ "Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur'an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." Begitu sempurna daya INGAT dan LUPA yg dianugerahkan Allah kpd manusia, tidak seperti daya INGAT dan LUPAnya hewan. Pantas kiranya jadi renungan untuk kita tingkatkan bersyukur kepada Allah serta menjalani hidup ini dengan waspada bercermin pada pengalaman yg lalu, merajut masa depan dengan penuh tawakkal kepada Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 28 Rabiul Awal 1443 H. 4 November 2021. (860.11.21).

Wednesday 3 November 2021

TIKUS dan KUCING

Pelayaran terkatung2 selama 150 hari, dimana aneka binatang serba sepasang ikut di dlm bahtera Nabi Nuh. Penulis belum ketemu referensi valid tentang “manifes” penumpang di dalam bahtera tersebut, dibanyak riwayat bahwa Babi, Tikus dan Kucing adalah penumpang baru ditengah berjalanan. Jenis burung yang disebut dalam riwayat adalah burung Gagak dan Burung Merpati. Sudah pernah ku tulis beberapa tahun lalu. Adapun Iblis sebagai mahluk yang sudah mengantongi izin Allah mengganggu keturunan Adam dapat masuk ikut dalam pelayan tsb. Diriwayatkan bahwa setelah sekian lama kapal berlayar, segala kotoran yang dibuang oleh para binatang membuat keadaan di kapal bermasalah, rawan menimbulkan penyakit bagi penumpang kapal. Kepada Allah SWT. Nabi Nuh lalu bermohon agar diberikan jalan keluar dari permasalahan ini. Allah mengutus Malaikat Jibril menemui Nabi Nuh dan memerintahkannya untuk mengusap dahi seekor gajah yang ada didepannya, atas Kuasa Allah SWT maka keluarlah sepasang babi dari belalai gajah yang diusapkannya. Maka Babi-lah yang menyapu bersih seluruh kotoran yang ada di kapal tersebut. Karena kotaran apapun termasuk kotorannya sendiri merupakan makanannya. Nabi Nuh lega masalah yang dihadapinya selesai. Dasar Iblis, dianya sebagai “penumpang gelap”, tak suka keadaan warga kapal tentram2 saja, timbul ide nya bikin keresahan. Makapun Iblis mengelus punggung Babi jantan dan Babi betina, serta merta menjelma tikus sepasang. Dari sepasang tikus ini berkembang biaklah warga tikus begitu cepat yg mengganggu ketentraman pelayaran. Keadaan ini meresahkan, bukan mustahil membahayakan kapal, misalnya membuat lobang membocorkan kapal. Nabi Nuh bermohon kembali kepada Allah akan jalan mengatasinya. Petunjuk diperoleh Nabi Nuh; agar mengelus punggung harimau, keluarlah kucing yg berinsting memangsa Tikus. Dari kisah ini diketahui bahwa Kucing kejadiaannya lebih belakangan dari Tikus. Jadi tua Tikus dari Kucing. Sedangkan belakangan ini kita saksikan bangsa Kucing sudah kehilangan insting memangsa tikus, ini sudah soal lain, sudah diluar bahtera Nabi Nuh. Apakah karena sekarang bangsa Kucing jadi tau diri, bahwa bangsanya lebih muda kejadiannya dari bangsa Tikus, jadinya mulai sungkan. Kisah ini, sekali lagi penulis belum menemukan sumber yang valid, akan tetapi syarat akan makna, se-kurang2nya dapat dipetik 2 (dua) makna: 1. Setiap ada masalah, Allah akan selalu memberikan jalan keluar, syarat utamanya adalah taqwa dengan selalu berserah diri kepada Allah. 2. Dilingkungan masyarakat kapal yang tidak luas itu saja terjadi sesuatu yang berlawanan; pembuat kerusakan dan kelompok yang siap membasmi pembuat kerusakan. ad.1. Jalan keluar. Nabi Nuh, sebagai pemilik dan pemimpin pelayaran itu adalah hamba Allah yang taqwa, begitu pula pengikut Nabi Nuh yang menumpang kapal tersebut jelas orang2 yg taqwa, kerena hanya orang yang taqwa saja yang ikut dalam masuk bahtera. Orang tak beriman sekalipun anak kandung Nabi Nuh bernama kan’an termasuk tidak ikut dalam kapal. Bagi orang2 yang taqwa Allah menjamin (QS: 65 = At_talaq ayat 2) وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. Sejatinya manusia ini lahir kedunia ini semula tidak mengerti apapun Allah yang mengajarkan manusia hal2 yang tidak diketahui oleh manusia (QS: 96 = Al alaq ayat 5) عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Demikian pula dengan pandemi Covid sejak tahun 2019, kita yakin Allah akan memberikan jalan keluar dengan mengajarkan kepada manusia bagaimana cara untuk mengatasinya. Tentunya salah satu syaratnya adalah bertaqwa dan memohon kepada Allah. ad. 2. Sesuatu yang berlawanan. Di dalam bahtera Nabi Nuh saja setelah berlayar menjelmalah mahluk yang sifatnya berlawanan, apalagi di dunia yang lebih luas. Begitulah keadaan dunia ini sehingga Allah informasikan pada surat Al-A’raf 168: وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا ۖ مِّنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَٰلِكَ ۖ وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). Semoga dengan mengetahui kisah2 masa lalu, kita dapat merajut kehidupan kita sekarang dan mandatang menjadi lebih baik. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 26 Rabiul Awal 1443 H. 2 November 2021. (859.11.21).

UJIAN KETAATAN

Sopir suatu keluarga mengisahkan, suatu hari majikannya mendadak ngorder brangkat ke luar kota. Perjalanan kira2 sepuluh jam dari Ibu kota Provonsi. Untuk sampai ke tujuan yaitu sebuah desa terpencil, di suatu kecamatan. Sebetulnya jaraknya dekat hanya 21 Km, dari kota Kabupaten terdekat. Tapi jalan masuk desa, tanpa aspal dan belum masuk listrik. Lebih jauh supir keluarga kisahkan mereka berangkat pukul 1 siang, tiba di kota Kabupaten terdekat pukul 11 an malam. Atas pertimbangan menghindari kesulitan di jalan menuju desa, majikan (Bpk Rizal; bukan nama sebenarnya) instruksikan cari penginapan terdekat. Perjalanan akan diteruskan esok setelah sarapan pagi. Perjalanan itu dlm rangka menjenguk orang tua (ayahanda istri majikan) dikabarkan sakit. Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan melalui jalan masih mulus dpt 15 menit, masuk ke jalan menuju desa belok ke kanan, jalan tidak beraspal,  disana-sini nampak cekungan bekas lindasan roda truck. Kadang ada lobang2 dan becek, karena mungkin baru saja malamnya terkena hujan.  Tiba2 ...... majikan (suami)  perintahkan cari belokan untuk balik arah.  Beberapa saat sblmnya terjadi diskusi hebat kedua suami istri dlm perjalanan di mobil, didahului si Bapak terima telpon. Butir2 diskusi si supir tdk tau detil, hanya beberapa yg sempat tertangkap disela-sela konsentrasi nyetir. Bapak kemukakan ada urusan bisnis yg amat penting di kota hari ini, barusan dpt telpon tadi. Si Ibu Anisa (bukan nama sebenarnya) usul, agar sampaikanlah dulu ke rumah "ayahnya"  yg kini sakit. Toh paling 2 jam-an lagi tiba. "Nanti liat bgmn kondisi "ayah", kalau baikan saya ikut pulang, atau saya diijinkan tinggal di rumah ayah untuk beberapa waktu, Bapak silakan pulang". Tutur ibu Anisa Pak Rizal kemukakan: "Ini sdh pkl 6, perkiraan kita keluar masuk jalan rusak ini 4 jam. Lantas di sana sekurangnya 1 jam. Pukul 11 baru sampai lagi ke jalan mulus. Pengalaman kemarin kita sampai di hotel pkl 11 malam berangkat pkl 1 siang, kan 10 jam. Pukul 9 mlm baru kita sampai di kota. Kalau kita langsung pulang sekarang, pkl 4 sore sdh dpt nemui teman binis saya". Pilihan cukup berat buat ibu Anisa, misalnya minta diturunkan di jalan untuk neruskan ke rumah ayah, bukan pilihan, karena tak tersedia angkutan umum. Dalam lamunannya sementara mobil cari putaran berbalik arah, Bu Anisa teringat Ustadz di pengajian menyampaikan hadits tentang 4 syarat seorang istri untuk masuk surga: إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ “Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, “Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka.” (HR. Ahmad; shahih) Dalam kasus ini, Ibu Anisa tak mau tidak lulus ujian syarat butir 4 dimaksud hadits, sedangkan 3 syarat lainnya telah tersanggupi. Maka diapun mematut wajah tetap cerah menyembunyikan kemasgulan hatinya, taat kpd suami untuk tidak jadi menjenguk Ortu yg sedang sakit, dimana rumahnya sdh dekat, saat perubahan keputusan itu diambil. Si Supir keluarga itu menutup cerita: "Itulah kenangan yg tak terlupakan buat saya selama belasan tahun sbg supir pribadi almarhum pak Rizal dan almarhummah ibu Anisa". Semoga, kita yg masih hidup ini dapat membina rumah tangga saling pengertian suami-istri.  "Suami tak mentang2, istri tdk pembangkang". Pokoknya kedua pihak tau persis serta menjalankan hak dan kewajiban masing2, agar menjadi bekal amal baik untuk kehidupan sesudah mati nanti. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْن اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْن بارك الله فيكم M. Syarif Arbi. Jakarta, 24 Rabiul Awal 1443 H. 31 Oktober 2021. (858.10.21).