Tuesday 30 July 2019

Nilai Niat

Manusia tercipta dari unsur konkrit  dan abstrak, jasmani dan rohani. Di Jasad tertanam Roh. Di dlm Roh tersemai kalbu, nurani, perasaan.

Di jasad terpasang panca indra;
untuk mengetahui keadaan luar. yakni indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra peraba (kulit).

Di kalbu tertanam Akal dan Nafsu. Menggunakan Akal,  perasaan dpt dikendalikan. Pakai Akal dpt menilai sesuatu. Akal dpt memilah baik  dan buruk. Nafsu kelengkapan yg menyempurnakan manusia. Karena nafsu, manusia bersemangat. Karena nafsu, manusia berkarya berubah maju dan berbudaya.

Dlm setiap aktifitas selalu terlibat akal dan nafsu sblm suatu kegiatan direalisasikan. Nafsu pencetus keinginan, akal mempertimbangkan teknis pelaksanaan. Gabungan keinginan (produk nafsu) dan teknis pelaksanaannya (produk akal) tersinkron dlm niat. Niat kadang terucap lisan melalui lidah, kadang tetap tersimpan di dlm hati. Unsur konkrit manusia berupa jasadlah sbg eksekutornya.

Merealisasikan niat, dua unsur pembentuk manusia itu (jasmani dan rohani) hrs terlibat. Ibadah tak cukup hanya dg niat di dlm hati. Ibadah tak cukup hanya dg deklarasi di lisan.
Walau dikabarkan "niat ibadah saja, sudah tercatat satu kebaikan". Tapi bila niat baik saja kemudian di dlm niat itu terselip kecenderungan untuk tidak melaksanakannya (Allah mesti tau), bukankah yg dmk ini namanya "ngolok2".

Apalagi Allah yg maha tau yg ghaib dan yg nyata.  Manusia saja, thdp ucapan dan niat tak sungguh2 dapat menduga, dari menyimak intonasi kalimat, dari memperhatikan body language, dari melihat kedipan mata.

Sbg contoh (maaf kearifan lokal di kampungku).
Bila suatu keluarga lahir seorang bayi, beberapa hari mengundang tetangga jiran ba'da isya ke rumah sibayi untuk mengaji, membaca Al Qur'an. Kadang sampai 3 malam.
* bayi laki2 akan dibacakan surat Yusuf.
* bayi perempuan dibacakan surat Maryam.
Surat dibaca secara bergilir para undangan ngedar berkeliling shg semua kebagian.

Ktk malamnya akan dimulai pengajian tsb., shahibul hajat mengutus wakil, mengundang tetangga dari rumah ke rumah dg lisan. Pengundang berpakaian sopan dan dg kata tersusun baik, tak lupa sblmnya memberi salam. (Undangan model ini dianggap nilainya lbh afdhal serta menghargai dari pada tertulis).

Pengundang kadang menerima jawaban si terundang "إِن شَآءَ ٱللَّهُ", tapi dari tekanan nada "إِن شَآءَ ٱللَّهُ", roman muka dan bahasa tubuh si terundang, si utusan pengundang dpt menduga si terundang hadir atau tidak.
Kebanyakan dugaan ini benar, apalagi bila yg diundang ndak pandai atau tak lancar baca Al-Qur'an ketara إِن شَآءَ ٱللَّهُ yg dijawabkannya ke pengundang.
Beda lagi kalau undangan kenduri, إِن شَآءَ ٱللَّهُ nya bgt tegas dan meyakinkan.
Dmkn analog dg contoh di atas bgt erat korelasi ucapan hati dan perbuatan. Dpt qt liat seruan Allah di surat As-Saff ayat 2 dan 3 berikut:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"

كَبُرَ مَقْتًا  عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

"(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan."

Semua amal harus dengan berniat. Nilai amal tergantung niat.

ٍعَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Niat baik, walau tak terlaksana sdh mrpkn kebaikan.
Kesungguhan niat إِن شَآءَ ٱللَّهُ akan Allah bantu merealisasikannya.

Demikian, semoga kiranya ada manfaatnya. Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syaithan. Mohon maaf oleh karenanya.
Wallahu ‘alam bishawab. Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Monday 29 July 2019

Memilih CARA Mati

Menyoal, perihal MATI tak seorangpun dpt menyangkal bahwa itu adalah "KATA PASTI" cuma waktunya, tempatnya, yg masih إِن شَآءَ ٱللَّهُ. Adapun penyebabnya kadang ada, kadang tidak ada.

Ada seorang yg tengah duduk di kursi malas sambil baca buku, terlelap tidur lalu ndak bangun lagi.

Ada seorang tetangga tengah iseng main catur di pos RT., tiba2 kebelet pipis. Pamit ke "partner main" pulang sejenak ke rumah. Seperempatan jam ndak datang si partner nyusul ke rumah "si pamit". Sambil berbekal sedikit dongkol mengira dikerjain. Istri "si pamit" tengah santai nonton TV (mereka tetangga akrab), dg ringan nunjuk ke kamar mandi, memberi isyarat gedorlah sendiri. Tanpa ragu "si dongkol" mendodok kamar mandi, tak ada reaksi. Makin dongkol, sambil bercanda " eee., mentang2 kalah mainnya ditinggal". .........Ndak ada sautan dari dalam. Coba pintu  didorong, ternyata terkunci dari dalam. Kini istri mulai ikut manggil2 suaminya tak juga menyahut. Curiga muncul, anakpun ikutan, akhirnya ada yg cari bangku dan kursi untuk liat dari ventilasi. Terlihat ybs terkulai lunglai miring sender ke jeding. Pintu kamar mandi dibuka paksa. Rupanya roh ybs baru saja berlepas beberapa menit lalu,  belakang tubuh masih hangat.

Naaah dmkn dua kisah maut menjemput dari sekian "model dan cara" mati.

Andaikan dapat memilih hampir setiap orang nenginginkan agar cara nanti mati itu diantaranya:

1. Kalau dpt, tidak berbiaya tinggi. Artinya ndak usah pake sakit2 berat sampai ke mana2 harus berobat, keluar ongkos bgt banyak.

2. Kalau dpt, proses mati yg tak terlalu lama (jikapun melalui sakit), karena akan menyusahkan keluarga merawat.

3. Kalau boleh, mati wajar ditengah keluarga, agar tdk mengukir kenangan  "menyedihkan yg dlm",  buat keluarga yg ditinggalkan. Misalnya smg jangan mati dlm kecelakaan penerbangan, pelayaran, tabrakan kendaraan.

4. Kalau boleh, maut datang ketika awak sdg berkegiatan kebaikan, misalnya sdg ibadah, sdg kerja cari nafkah, sdg ngajar nularkan ilmu, sdg belajar menambah ilmu.

5. Kalau boleh ndak usah tua2 amat mati, khawatir jadi pikun, jadi tak berdaya.
Bila sampai begini ada dua sisi bagi anak dan keluarga.
Satu sisi dpt jadi ladang pahala, bila mereka merawat dg kasih sayang, sabar seperti ketika kita merawat mereka masih kecil. Ibu rela ninggal nasi yg baru disuap tiga suapan, demi ngejar "ee ek" si mungil nangis di buaian.
Di sisi lain peluang dosa ternganga lebar, bila mereka kesal dg ulah kita yg sdh pikun, geram, gregetan sampai terbetik do'a dihati "kok ortu ini ndak cepat mati". Naudzubillah.
Makanya dibutir 5 ini kpd kita diajarkan do'a:
وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ
WA A’UUDZU BIKA AN-URADDA ILAA ARDZALIL ‘UMURI
Aku berlindung kepada-Mu kepada serendah-rendahnya usia (pikun).

Agak lengkap bagus dicermati hadist berikut ini:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ، وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ»

Dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim).

6. Smg hayat ini di akhiri dlm keadaan husnul khatimah. Seperti yg sering diingatkan khotib.
 وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
"janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim" (QS 2:132, 3:102).

Harapan 6 (enam) macam inilah, maka kita baiknya ngamalkan do'a ssdh shalat dlm  untaian do'a dikenal "do'a selamat", salah satu isinya:
 اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِى سَكَرَاتِ الْمَوْتِ
"Ya Allah mudahkanlah diriku dlm menghadapi sakaratil maut".

Dmkn, smg kita yg tua2 dilindungi Allah dg ijabah do'a kita. Bagi pembaca yg msh muda, case di refleksikan butir "5" jadikan Ortu anda sbg ladang pahala, jangan malah sebaliknya;  jadi peluang berdosa. Untuk itu bagi yg muda usia dan masih ada Ortu bagus camkan hadist ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ ؟ قَالَ : مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبْرِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا ، فَدَخَلَ النَّارَ

“”Celaka orang itu, celaka orang itu, celaka orang itu!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa itu?” Rasulullah menjawab, “Orang yang celaka adalah orang yang mendapati kedua Ortunya masih hidup, atau salah satu darinya, tapi dia masuk neraka (karenanya).””

Smg Allah memberi yg terbaik dari 6 butir kutulis diatas. Kita hanya dpt ikhtiar dg do'a namun Allah jua yang menentukan.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Saturday 27 July 2019

Fenomena Alam

Langit, kadang biru bersih tidak berawan.
Kadang mendung kelabu hitam pekat menurunkan badai dan hujan.
Begitulah fenomena alam silih berganti. Setiap keadaan ada mahluk yg membutuhkan keadaan itu. Hewan tertentu berkembang biak dinusim hujan. Sementara ada hewan yg populasi bertambah dimusim kemarau. Bgt juga penghidupan manusia. Petani garam gagal panen kalau hujan2 terus menerus. Sawah ladang akan tak dpt di tanduri bila kemarau panjang.

Bunga, semula putik kemudian kelopak mengepak terbuka, mekar indah menebar aroma, aneka warna. Tak lama berselang ada bunga kuncup menjadi buah, kadang ada jenis yg layu jatuh terserak dibumi.
Ini mrpkn simbol generasi silih berganti, menyadarkan diri dimanakah kita berada kini. Layu dan gugur ke bumi pasti terjadi.
Saban hari matahari terbit dipagi hari membagi sinar keseluruh alam termasuk bumi, tetapi ada bagian bumi yg kadang redup mendung. Hampir pasti matahari menghentikan sinarnya di belahan bumi disatu sisi di petang masuk ke malam hari, melanjutkan tugasnya di belahan bumi lain memulai hari pagi.
Manakala mendung, usai hujan ingatlah matahari juga menyajikan pelangi.
Ketahuilah ini sbg lambang bahwa disetiap gelap kan berakhir terang, setiap kesulitan akan ada kemudahan.
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal"
(QS. Ali Imran ayat 190).
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan"
(QS. Al-Insyirah ayat 5&6).

Hujan dan cerah, berkembang dan layu, malam dan siang tunduk terhadap waktu.

Kita sering lupa waktu, namun waktu tak pernah melupakan kita. Tau-tau tibalah waktunya tak dapat lagi ditunda.

Lahirnya diri ini kedunia, diri ini tak mengetahui. Ayah bundalah yg ngabari kapan dan dimana kita lahir. Dmkn juga kapan nanti kita mati, kita tak tau, yg kita tau mati itu pasti datangnya. Tapi tepatnya kapan dan tempatnya dimana kita mati, kitapun tak tau.

Fenomena alam berupa berakhirnya setiap suatu permulaan, ini adlh pasti. Itulah makanya dianjurkan untuk sll mengat kematian.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ ». يَعْنِى الْمَوْتَ.

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Tirmidzi).

Setidaknya dg mengingat mati diri tidak berbuat "YANG PENTING" apapun dilakukan:
Yang penting menguntungkan.
Yang penting memuaskan.
Yang penting menang.
Yang penting berhasil.

Menngingat mati mrpk pengendali setiap amal perbuatan.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Thursday 25 July 2019

Tiada hari tanpa baca Al-Qur'an

Menarik langkah ibu 72 th, setiap bepergian ndak tinggal dlm tas tangannya foto copy-an Al-Qur'an fontasi besar mungkin "48". Ibu ini mbawa beberapa lembar, kadang 1 juz, tergantung perkiraan durasi bepergian.
Kami ketemu di rumah sakit sama2 kontrol nunggu antrian berobat. Disela-sela dialog antar pasien duduk menunggu, si ibu buka kembali foto copy an.

Barusan seorang pembaca tulisan2ku bertanya "bgmn teknik memotivasi agar rutin semangat membaca Al-Qur'an, setiap hari".

Guna menjawab pembaca dimksd, kuteringat si Ibu kuceritakan di atas, lantaran usia beliau, bila baca Al-Qur'an di HP dari aplikasi si Ibu penderita arithmia jantung (detak jantung lemah)  ini bilang:
"Hurufnya kecil2, capek mata", makanya lbh sreg pake foto copy-an.

Menurut hemat saya, ini salah satu ikhtiar "tiada hari tanpa baca Al-Qur'an", yg cocok juga di contoh.

Ikhtiar lain; seperti diketahui bahwa Al-Qur'an standard tebalnya 604 halaman. Agar tiap hari tetap membaca Al-Qur'an, silahkan bagi dan ditarget sendiri. Katakanlah ingin tamat setiap bulan sekali. Maka boleh disusun jadual; sehari harus terbaca sekitar 20 halaman. Nah mulai diatur setiap selesai shalat atur berapa halaman. Misal jadualnya begini:

1. Stlh shalat subuh, sampai suruq 6 halaman.
2. Stlh shalat zuhur 2 halaman
3. Stlh shalat ashar 2 halaman
4. Stlh shalat maghrib 6 halaman
5. Stlh shalat isya sblm tidur 4 halaman. Total sehari 20 maka 30 hari jadi 600 halaman tinggal kurang 4 halaman buat khataman.
6. Syukur kalau anda terbiasa shalat tahajud, mulai pukul 3 umpamanya, إِن شَآءَ ٱللَّهُ dg ayat2 sedangan pkl 04 an tahajud anda selesai. Lanjutkan baca Al-Qur'an sampai menjelang berangkat ke masjid, dpt membaca lagi mungkin sampai 8 halaman. Semakin cepat sekali khatam.

Dlm hal ada sesuatu halangan atau aktivitas lain shg jadual tak dpt dilaksanakan, pada jadual2 berikutnya ditambah halamannya.

Pengaturan jadual tsb.hanya sbg contoh; mungkin pembaca sdh paham bahwa ssdh dzuhur dan ashar kegiatan sdg padat.

Dg menetapkan sendiri jadual tsb. maka walau sedikit demi sedikit Al-Qur'an tetap terbaca.

Memang dlm beribadah, dianjurkan rutin, walau hanya sedikit. Seperti Hadist2 Riwayat Muslim terkutip di bawah ini:

Dari ’Aisyah –radhiyallahu ’anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.

Dari ’Aisyah, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah. Rasul shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab,
أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang rutin (kontinu), walaupun sedikit.”

’Alqomah pernah bertanya pada Ummul Mukminin ’Aisyah, ”Wahai Ummul Mukminin, bagaimanakah Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam beramal? Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal?” ’Aisyah menjawab,

لاَ. كَانَ عَمَلُهُ دِيمَةً وَأَيُّكُمْ يَسْتَطِيعُ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَطِيعُ

”Tidak. Amalan beliau adalah amalan yang kontinu (rutin dilakukan). Siapa saja di antara kalian pasti mampu melakukan yang beliau shallallahu ’alaihi wa sallam lakukan.”

Di antaranya lagi Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam contohkan dalam amalan shalat malam. Pada amalan yang satu ini, beliau menganjurkan agar mencoba untuk merutinkannya. Dari ’Aisyah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ عَلَيْكُمْ مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دُووِمَ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ

”Wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.”

Demikian, smg dpt menjawab pertanyaan salah seorang pembaca artikel2ku. Juga smg pas ada pembaca yg dpt menarik manfaat dari informasi ini.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Wednesday 24 July 2019

MENJAGA NIKMAT

Nikmat demikian banyak,  tdk sanggup qt hitung (وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا = Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya; An-Nahl ayat 18).

Walau nikmat tdk dpt dihitung, baik di coba mengenali sekian banyak nikmat Allah dengan mengelompokkan menjadi 9 besaran y.i:
1. Nikmat beragama.
2. Nikmat penundaan siksa.
3. Nikmat peringatan Allah.
4. Nikmat kesempatan bertaubat.
5. Nikmat terpilih sbg ahli ibadah.
6. Nikmat kesehatan.
7. Nikmat harta.
8. Nikmat keluarga dan anak2.
9. Nikmat berbangsa merdeka.
Diharapkan dg menyadari betapa hebat dan indahnya setiap nikmat itu kita menjaganya dengan baik.

1. Nikmat berupa kenikmatan memperoleh agama.
Agar dapat dipelihara agama itu dengan baik, tingkatkan pemahaman agama sehingga semakin hari semakin baik. Menjalankan perintah agama secara keseluruhan.
Walaupun kadang seseorang yg qt tau mendalam ilmu agamanya bukan mustahil suatu saat tergelincir, melakukan perbuatan tidak mencerminkan bahwa dia memelihara agamanya.

Demikianlah halnya manusia. Tak heran semakin tinggi ilmu agama seseorang semakin tinggi pula "strata" ilmu si syaitan penggodanya. Syaitan usianya lbh tua, syaitan dulu menggoda Adam dan Hawa saja blm mati, sdg kita ganti berganti generasi ke generasi. Dlm pada itu memang syaitan tlh mendpt persetujuan Allah menggelincirkan manusia. Ketika terusir dari surga iblis sempat mohon kpd Allah dan diperkenankan menyesatkan manusia. (lihat ayat 16 dan 18 dari surat Al-'Arraf)

قَالَ فَبِمَاۤ اَغْوَيْتَنِيْ  لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ
"(Iblis) menjawab, Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus," 
 لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَاَمْلَــٴَــنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ
"Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi neraka Jahanam dengan kamu semua."

Namun dg pertolongan Allah, orang2 yg ikhlas tak kan mampu iblis menggelincirkannya. Seperti tersurat di surat Shad ayat 83
اِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ
"kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih (mukhlasin) di antara mereka"

2. Nikmat penundaan siksa/hukuman atas dosa. Disyukuri dengan segera bertobat dan menghindari perbuatan dosa. Nenek datuk qt Adam dan Hawa, bgt berdosa langsung di hukum, barulah diajari bertaubat. Sementara qt kini, kadang terlanjur makan yg haram berbuat maksiat dan dosa tdklah serta merta menerima hukuman, diberi kesempatan bertaubat. Ummat Nabi Nuh, langsung di adzab dg banjir besar. Ummat Nabi Luth, langsung diadzab bumi terjungkir balik. Dmkn juga kaum Ad  dan Tsamud, tanpa penundaan. Bgt kasih sayang Allah kpd kita siksa Allah tak serta merta bila kita berbuat dosa.

3. Nikmat berupa peringatan Allah bila kita berbuat dosa. Sejalan butir 2 di atas, kadang stlh qt berbuat dosa, mendpt peringatan dpt dari hati nurani sendiri, dari pihak lain atau dari Allah, misalnya berupa musibah. Hal itu disyukuri karena dengan segera qt sadar dan menebus perbuatan dosa itu dengan kebaikan dan berhenti serta bertaubat dari perbuatan dosa itu. 

4. Nikmat diberikan kesempatan bertaubat. Gunakan dengan baik, setiap terlanjur berbuat dosa lekas bertaubat dan menjaga jangan sampai mengulangi lagi perbuatan dosa. Dijanjikan Allah sebanyak apapun dosa bila bertaubat akan diampuni. (lihat Az-Zumar 53)
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ; اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْع اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

"Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang"

5. Nikmat terpilih tergolong sebagai orang ahli ibadah. Dijaga nikmat itu agar tetap konsisten sampai akhir hayat dan bila mungkin mengajak orang lain. Tak semua orang mendpt nikmat ini, boleh jadi lantaran lingkungan, situasi dan kondisi. Bukan mustahil kita tergelincir di akhir bila kurang pandai memelihara nikmat sbg ahli ibadah. Camkan hadist ini:
الرَّجُلُ يَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ اْلجَنَّةِ حَتىَّ مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ اْلكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا.“
Seseorang beramal dg amalan ahli surga shg jarak dirinya dg surga hanya tinggal sehasta, tapi catatan takdir mendahuluinya lalu ia beramal dg amalan ahli neraka lantas ia memasukinya.

Oleh karena itu, ahli ibadah harus senantiasa menjaga nikmat sbg ahli ibadah dg kekhawatiran dan kehati-hatian, jangan sampai tergelincir diujung hayat.

6. Nikmat kesehatan, kesejahteraan, keselamatan/keamanan. Gunakan kesempatan selagi sehat, selagi sejahtera, selagi aman, selagi muda untuk memaksimalkan ibadah kepada Allah dan berbuat baik sesama manusia. Manakala nikmat2 tsb hilang ibadahpun terhalang. Contoh bila diusia manula, kadang ada yg sdh banyak penghalang ibadah, misalnya ruku' sujud sdh tak normal lagi, shalat berjamaah mulai duduk di kursi.

7. Nikmat harta. Gunakan harta untuk ibadah kepada Allah, berbuat baik sesama manusia jangan sampai harta yang banyak justru dibuat untuk bermaksiat.

Bukan sedikit orang seiring harta berlimpah kemaksiatannya malah bertambah.

8. Nikmat keluarga dan anak2.
Keluarga yg rukun, anak2 yg sehat bahagia rumah tangga mereka, sanak saudara yg akrab, mrpkn anugerah yg luar biasa. Kenikmatan ini hrs terpelihara terus, dg menjalin silaturahim. Anak dan cucu selama dari masih hidup, terus menerus tetap dipantau ketaatan mereka kpd agama. Diiringi senantiasa berdo'a:
رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqan ayat 74)

9. Nikmat berbangsa merdeka.
Smg kemerdekaan bangsa ini baik secara ekonomi, politik dan keamanan serta seluruh pengatur kehidupan berbangsa dan bernegara terus terjaga. Setiap warga bangsa hrs menjaga kemerdekaan sbg bangsa merdeka ini, dari pemimpin tertinggi sampai ke rakyat terendah yg dipimpin. Jangan rela kemerdekaan sbg bangsa dan sbg individu terampas. Karena betapa pedihnya terjajah dibidang apapun. Kini jamaah haji Indonesia di tanah suci, terasa sekali sbg bangsa yg merdeka, sejajar dg bangsa2 lain di dunia. Sungguh sangat terasa sbg warga negara bangsa, melihat Merah Putih berkibar di puncak tenda di Arafah dan Mina air mata haru keluar tak terasa.

Demikian, semoga kiranya ada manfaatnya. Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syaithan. Mohon maaf oleh karenanya.

Wallahu ‘alam bishawab. Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Monday 22 July 2019

Telur ASIN NYELIP di hati

Hari ke tujuh almarhum dikebumikan, menu akan dihidangkan tahlilan "Rawon", lengkap dg asesorisnya diantara sebelah telur bebek asin. Hari pertama dan ketiga tetangga hadir 27 orang. Makanya disiapkan 13 butir telor utuh plus sebelah yg sdh terbelah disimpan rapi di dlm kulkas. Yg sebelahnya rupanya sekalian dicicipi perancang saji guna pastikan kualitas telur asin bakal tamu ssdh ashar nanti.

Pas makan siang, anak bungsu dari 8 bersaudara anak almarhum, sembari makan siang, dg lauk pauk yg mestinya cukup meriah, iseng mbuka kulkas. Didapatinya ada telur asin "nyeleneh" diantara sekumpulan telur asin. Tanpa usul si telur asin sebelah sekejap pindak ke piring si bungsu "pas asinnya pikirnya" sambil nyuap nasi di piring.

Menjelang ashar peramu saji "kakak tertua si bungsu" mulai ngatur adik2nya nyiapkan menu rawon. Ada yg bagian memanaskan, ada bagian nata piring, yg siapkan asesoris seperti bawang goreng, kecambah, cabe uleg, krupuk. Giliran si kakak buka kulkas untuk penyempurna terakhir menu rawon dg belahan telor asin.

Bgt kaget si kakak sebelah telur asin sdh raib. 13 telur kan bila dibelah hanya dpt 26, sdgkan persiapan piring 27. Dia tanyakan siapa yg iseng menyenbunyikan yg sebelah. Si bungsu dg tenang nyahut "saya tadi ambilnya buat lauk makan siang".

Kakakpun merepet panjang lebar, betul juga si... si kakak dirumah itu ndak kurang lauk lain, ikan laut, ayam goreng, dan aneka sayur. Ee kenapa telur sebelah itu yg dihajadkan. Sempat ditengahi bunda dan saudara yg lain, "kan tinggal ganti telor bebek lain, walapun ndak asin, karena beli ke pasar sdh tutup penjual telur pasar tradisional banter buka sampai pkl 13.00.
Mesin marah kakak sdh terlanjur starter ndak kan berhenti hanya disaran saudara2nya yg lbh muda. Dia baru diam kalau sdh puas marahnya.
Kakak puas stlh marah tapi si bungsu TELUR ASIN ITU MENYELIP DIHATINYA sampai kini walau sdh 25 tahun lbh. Trauma buatnya bila melihat telur asin yg sdh terbelah, apalagi disimpan dlm kulkas.

Cerita lain ttg telur bebek asin.

Dua bersaudara di suatu kota, mengenang almarhum ortu 30 tahun lalu, ngengon bebek alabio sampai ratusan ekor. Belakangan coba2 pelihara bebek lagi di pekarangan rumah. Baru ada belasan ekor, lumayan tiap pagi kini sdh mulai panen 5 sampai 6 butir. Ternak dikelola besama kakak tertua dan adik yg paling bungsu. Sepakat telur diasinkan. Lain lagi ceritanya dg yg dikisahkan di atas tambahan rawon. Si kakak yg sdh lama pensiun itu, mengatur adiknya si bungsu, anak, mantu dan cucunya serta dia sendiri hanya boleh makan telur asin 2 hari sekali dg porsi sebelah.
Sementara telur asin yg lainnya oleh kakak di sedekahkan ke orang, tetangga dan sahabat2nya.

Si bungsu heran dg kebijakan kakak, tapi dia tersadar atas anjuran agama ttg harta itu yg jadi milik kita sesungguhnya hanya bila harta itu disedekahkan, bakal kita dapati di akhirat sana.

Namun perlu diingat, kakak dan si bungsu bahwa urutan menyedekahkan harta itu ada lima:

Urutan pertama kpd kerabat dekat termasuk ortu, anak, istri dan saudara2.
Urutan kedua, anak yatim
Urutan ketiga, orang2 miskin
Urutan keempat, musafir
Urutan kelima, peminta-minta.
 وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ ۙ  وَالسَّآئِلِيْنَ
(QS: Al-Baqarah 177).

Untuk kakak tsb terakhir, barangkali urutan menyedekahkan harta ayat di atas dpt jadi rujukan.

Bagi kakak perancang saji di kisahkan di awal tulisan. Mungkin kedepan dpt mengendalikan amarah, sebab pihak yg terkena marah akan mengenang seumur hidup, walau sdh dimaafkan tapi luka dihati tetap membekas. Oleh karena itu  Nabi Muhammad berwasiat:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : (( لَا تَغْضَبْ )). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri].
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Sunday 21 July 2019

SABAR dan SYUKUR

Secara sederhana “Syukur”  diartikan sebagai ungkapan terimakasih atas anugerah yang diterima, atas pemberian yang diterima, dari mana saja datangnya pemberian/anugerah tersebut. Jika pemberian itu datang dari seseorang, begitu kita terima kita tidak menunjukkan ungkapan terimakasih baik lisan maupun sikap, tentu orang yang memberi akan merasa kecewa.

Bersyukur  kpd Allah antara lain  dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara yaitu:
Bersyukur dengan hati.
Bersyukur dengan lidah.
Bersyukur dengan perbuatan dan Bersyukur dengan menjaga nikmat.

Bersyukur dengan hati. Setiap menerima anugerah Allah di dalam hati, menyadari bahwa apapun nikmat semua datangnya dari Allah. Besar atau kecil suatu nikmat  disyukuri sekurangnya di dalam hati. Ybs. akan tidak merasa kecewa betapapun kecilnya suatu nikmati tetap disyukuri tanpa menganggap tak ada gunanya. Betapapun besar kerugian/bencana, selalu diiringi sabar dan syukur, ybs. yakin tersembunyi maksud baik Allah di setiap peristiwa.

Sabar ketika mendpt ketidak beruntungan dan syukur ketika beruntung, walau hanya di dalam hati ini, akan membuat orang yang bersangkutan selalu ingat kepada Allah Sang pemberi izin terjadinya sgl sesuatu, penganugerah nikmat. Kadang sampailah lisan terucap perlahan memuji kebesaran Allah. Dg penuh kesadaran mengucapkan "Alhamdulillah" ini sdh masuk bersyukur dg lisan.
Dalam kenyataan ada juga lisan "bersyukur", lisan berucap "saya sabar" tapi tak sampai ke hati.

Bila mendpt keberuntungan, lantas orang bersyukur, ini adalah wajar; "jamak" (pinjam dialek betawi= kurang lebih artinya "umum dilakukan banyak orang").  Bila seseorang mendapat kerugian, kesusahan, kekecewaan, penderitaan; ybs.tetap bersabar dan dihatinya tetap terselip rasa syukur, ini model pribadi muslim sejati.

Pribadi model ini yakin ketidak beruntungan apapun yg terjadi atas dirinya stlh menjalani ikhtiar sbg manusia, adlh kehendak Allah. Sgl sesuatu yg terjadi atas kehendak Allah tak ada yg sia2.
رَبَّنَا مَا  خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًا
Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
(QS: Ali 'Imran syat 191).

Orang yg tetap besabar dan hatinya selalu bersyukur ini dia berprasangka baik kpd Allah.

Banyak kejadian dlm hidup ini. Pernah seorang pemuda gagal test masuk di suatu instansi, stlh tua dia baru paham ternyata Allah punya rencana lbh baik buat dirinya menjadikan ybs. pengusaha besar menghidupi ribuan karyawan.

Kalaulah Nabi Yusuf ketika masih bocah tidak dimasukkan saudara2nya ke dlm sumur mungkin tak ditemukan musafir mengambil air. Kalaulah Nabi Yusuf tak di jual di pasar budak oleh musafir di Mesir tak ada jalannya dia dibeli oleh pejabat kerajaan. Kalaulah Nabi Yusuf tak masuk penjara, keahliannya mentakwil mimpi ndak kan mungkin di ketahui Raja. Akhirnya Nabi Yusuf stlh melalui rangkaian ketidak nyamanan, ketidak beruntungan ternyata ada rencana Allah untuk menjadikan makna mimpinya bahwa seluruh saudaranya menghormatinya. Lantaran akhirnya Nabi Yusuf menjadi penguasa/pejabat penting di Mesir seperti dikisahkan Allah;
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰۤاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ  عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, Wahai Ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." (QS. Yusuf ayat 4).

Sabar dan syukur menghiasi kehidupan Nabi Yusuf dan ayahnya Nabi Yacob. Ternyata rentetan peristiwa yg tdk bgt menyenangkan itu adalah suatu proses untuk rencana Allah yg lbh baik, bgt jg contoh pemuda yg tak lulus test di atas.

Dari kejadian2 ini, mestinya sadarlah kita bahwa hidup ini harus di jalani dg sabar dan syukur. Allah senantiasa memberikan peran yg terbaik untuk setiap orang. Yg penting ikuti petunjuk Allah dan RasulNya.

Kegagalan di awal, kadang mrpk proses kesuksesan di akhir.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Thursday 18 July 2019

NIKMAT dan SYUKUR

Nikmat adalah kepuasan yg dirasakan atas sesuatu yg diterima. Ada jenis nikmat, lantaran sdh selama ini nikmat itu diterima melekat didiri, sdh tak terasa lagi bahwa itu nikmat. Barulah terasa BERMAKNA bila nikmat itu hilang atau terhenti sementara.

Contoh konkrit, baru tau nikmat sehat ketika jatuh sakit. Lbh rinci baru tau nikmat setiap anggota tubuh bila fungsinya terganggu.
Bgt bnyk sesungguhnya nikmat yg qt terima dari Allah:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ  لَا تُحْصُوْهَا
(Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya). (An-Nahl ayat 18).

Makanya qt diperintahkan bersyukur;
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ  لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim ayat 7)

Secara sederhana “Syukur”  diartikan sebagai ungkapan terimakasih atas anugerah yang diterima, atas pemberian yang diterima, dari mana saja datangnya pemberian/anugerah tersebut.

Andaikan qt terima pemberian dari seseorang,  qt tidak berterima kasih, tentu orang yang memberi akan merasa kecewa.

Suatu ketika seorang adik berkunjung kerumah kakaknya.  Si adik sudah 7 tahun tinggal tidak se kota dengan kakaknya. Si adik mukim di suatu kota, bila Duren sedang musim sangat berlimpah, sampai harus diawetkan dibuat dodol Duren yang dikenal dengan LEMPOK. Juga dipermentasi agar awet dikenal dengan nama TEMPOYAK.

5 kg Lempok dan 1 Kg Tempoyak, dengan susah payah diupayakan bagaimana caranya biar dapat dibawa masuk pesawat terbang. 
Di pesawat terbang tak boleh ada barang bawaan yang berbau merangsang. Untuk itu khusus Tempoyak dikemas dalam kaleng yang diatasnya ditutup dengan serbuk Kopi.

Singkat kisah, ketika sampai di kota kediaman sang kakak, adik berkunjung ke rumah si Kakak, oleh-olehpun diserahkan.
Kakak bertanya tentang oleh-oleh itu,..................

Sangat terkejut si adik mendengar pernyataan kakak ketika menerima oleh-oleh: “kami ndak doyan Lempok, sebab menaikan kolesterol, apalagi tempoyak nanti bikin mountaah”, diikuti menggoyang-goyangkan bahu, dengan mimik yang nyinyir, sambil meneruskan kata: “simpan saja di atas meja makan” 

Bila anda diposisi adik, entah bagaimana perasaan anda, sudah capek-capek bawa oleh-oleh, begitu diserahkan kepada yang di oleh-oleh-i dapat tanggapan demikian,........., bukannya bersyukur atau berterima kasih.

Mungkin akan lebih bijak, bila si kakak tidak mengucapkan pernyataan demikian, tapi mengucapkan terimakasih.

Adapun tidak doyan atau akan bikin muntah, nanti begitu si adik sudah pulang, dapat saja di cari teman yang biasa makan Lempok dan terbiasa membuat bumbu masak dengan Tempoyak teruskan ke teman dimksud.
Atau ekstrimnya kalau tak ketemu juga jodoh oleh-oleh itu yaaah, dibuang saja.

Tamsil di atas, model berbagi kenikmatan sesama manusia. Bagaimana pula sikap bijak,  yg mungkin dianggap baik secara umum, ketika menerima pemberian pihak lain, walaupun tak suka.

Pihak pemberi akan kecewa bila pemberiannya tidak disyukuri.

Atau sbg manusia, bisalah misalnya qt berpura-pura suka atas pemberian itu, untuk menyenangkan hati pemberi.

Memang kadang diperlukan juga sikap dan kata2 tak berterus terang, tentunya dg tujuan baik.

Namun bila penerima tdk berterus terang, ada pula dampak kurang baiknya.

Bila PENERIMA bepura-pura suka, SIPEMBERI dilain kesempatan mungkin bawa lagi oleh2 serupa, boleh jadi volumenya ditambah.
Ini contoh; bila bersyukur sesama manusia saja, nikmat bertambah. Dalam seperti ini, bisa saja mubazir jadinya, terjadi pemborasan.
Sipemberi sdh keluar duit beli sesuatu untuk diberikan, karena di duga penerima suka. Padahal barang yg diberikan tidak dimakan atau di manfaatkan. Jadilah qt melalaikan petunjuk Allah:
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَـٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًۭا
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al-Isyra 22)

Namun disisi lain qt hrs menjaga perasaan pihak yg memberi. Makanya komunikasi yg bijak hrs ditempuh.
D.h.i. Al-Qur'an sekurangnya memberikan 6 teknik berkomunikasi, dpt digunakan sesuai situasi dan kondisinya.

Giliran thdp Allah qt berkomunikasi tak dpt berpura-pura, karena Allah Maha Mengetahui. Sampai2 kadar ke syukuran qt pun di sisi Allah terukur. Bgt pula kalau qt tdk bersyukur, atau tak sungguhan bersyukur Allah pun tau itu. Tidak bersyukur diancam dg siksaan yg pedih.
Indakasi bersyukur kpd Allah
dapat dilakukan antara lain melalui 4  cara yaitu:
1. Bersyukur dengan hati,
2. Bersyukur dengan lidah,
3. Bersyukur dengan perbuatan dan
4. Bersyukur dengan menjaga nikmat.

Rincian teknik 4 cara bersyukur insya Allah diulas mendatang.

Demikian, smg perumpamaan ini kiranya ada manfaatnya.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Wednesday 17 July 2019

Tergugah NASIHAT ibu

Gadis remaja putri, stlh memberi salam kekiri dan kekanan usai shalat subuh berjamaah di suatu masjid, tiba-tiba menangis sampai cegugukan di dekat seorang ibu sama berjamaah di subuh itu. Ibu disebelahnya agak terheran dengan kejadian yang baru ditemuinya subuh itu. Diringankannya hatinya untuk menanyakan ke remaja putri yang berparas cantik itu. Penjelasannya sangat mengagetkan, singkat cerita bahwa rupanya dianya baru subuh itu shalat subuh dan shalatnya ke masjid pula. Ia teringat akan almarhumah ibunya, yg baru saja wafat sepekan lalu. Ketika masih hidup mendiang ibu selalu menyuruh dia shalat dan suruhan ibunya itu belum dia sambut sebagaimana mestinya selama mendiang masih hidup. Kalaupun shalat, masih belang kambing, shalat sesempatnya. Dianya termasuk tak taat kepada almarhumah ibunya. Itulah sebab dianya menangis mengenang ibunya yang selalu menasehati untuk shalat. Nasehat ibu itu terasa menyentuh perasaan setelah ibu tiada. “Hati saya merasa terpanggil dan termotivasi untuk melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya sesuai NASIHAT Ibu”, dijelaskan gadis tsb kpd Ibu yg bertanya.  Begitulah setiap kali ibu itu ke masjid hampir tak pernah tidak ketemu dengan gadis tsb., dapat dikatakan dia telah menjadi jamaah tetap. Si gadis absen ke masjid paling pas lagi berhalangan.

Penyesalan stlh Bunda atau Ayahnda tiada ini, banyak dialami banyak orang. Saya ndak tau apa termasuk diri anda yg sempat baca tulisan ini juga mengalami hampir serupa.

Bagi si gadis model kita dlm tulisan ini, patut kita apreasiasi, smg konsisten shalat dan ibadahnya. Hanya sedikit saja saran kita buat dia, sementara ndak apa2, shalat termotivasi/tergugah "NASIHAT IBU", selanjutnya  luruskan niat "LILLAHI TA'ALA" (hanya karena Allah).
Menjalankan amanah ibu/ayah (Ortu) yg tlh tiada, amalan tsb., termasuk salah satu amal dari 11 amal yg bermanfaat buat mereka dialam barzah bahkan nanti  yaumil qiamah. Seperti ditulis Syaikh Mahmud Azib terjemahan bhs Indonesia "Amalan yg bermanfaat bagi mayit". Penerbit Pustaka Al-Kautsar Jakarta Timur hal 85.

Bagi kita sbg ORTU tak usah bosan  dan jemu membangunkan anak2 kita shalat subuh dan mengingatkan shalat2 wajib lainnya (berjamaah ke masjid bagi yg pria). Sebab  kita2 ini kan pasti diwisuda dg gelar "Almarhum" dan "Almarhummah". Smg paling tidak setlh kita tiada mudah2an AMANAH, suruhan kita, nasihat kita, pesan kita,  dilaksanakan oleh anak2 cucu2 sampai ke semua zuriat kita. Aamiin.

Dlm hal bab shalat, karena mrpkn tiang agama, sangat tegas  perintah Rasulullah:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!

Nah,.........., kalau kitapun cuek saja perihal shalat putra-putri kita, jadilah kita termasuk orang yg tidak melaksanakan perintah Allah
(QS. At-Tahrim: ayat 6)
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.

Smg anak2 cucu2 seluruh zuriat kita menjadi anak yg shalih dan shalihah. Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Monday 15 July 2019

KASIH Ortu dan BHAKTI anak

Dlm hal berbhakti kpd kedua Ortu, ada dua kutub ekstrim y.i.:
1. Yg beruntung.
2. Yg kurang beruntung.

Mungkin anda termasuk orang  beruntung, sampai tua stlh anda mapan msh dpt merawat, berbuat kebaikan kpd Ortu. Memfasilitasi ybs beribadah sampai membiayai berangkat haji. Ktk mereka sakit sempat mendampingi, mentalkinkan ortu menjelang maut. Memimpin shalat janazah sampai memasukkan ke liang lahad.

Atau sebaliknya, anda termasuk kurang beruntung; ketika anda tlh suskses Ortu tlh tiada. Anda pun tlh berhaji dan umrah berulang kali.
Dlm pada itu ........
Mengenang Ortu dahulu pas hidup di zaman susah, jangankan membayar BPH (Biaya Pergi Haji), sekedar Akikah  ktk anda lahir saja, konon kabarnya Ortu blm melaksanakan.

Seorang pengusa suskses, penuh haru teringat mendiang ayah dan ibu. Rupanya dianya termasuk kurang beruntung. Tak sempat berbhakti kpd kedua  Ortunya. Sejak berangkat dewasa sdh meninggalkan kampung halaman merintis kehidupan. Ayahanda meninggal ia sedang berada di luar negeri, sampai ke kampung tinggal datangi pusara. Bunda berpulang hanya sempat menshalatkan dan memakamkan. Itupun janazah harus ditunda diberangkatkan dari rumah duka, menuggu dianya tiba.

Walau dlm kutub keberuntungan a.l. spt terpapar di atas. Blmlah sanggup membalas kebaikan ayah dan bunda. Blm lah sepadan dg pengorbanan dan perjuangan mereka merawat kita masih kecil, membesarkan kita.

Apalagi bila anda termasuk kelompok tdk beruntung a.l. diumpamakan di atas. Tentu tinggal rasa penyesalan dan haru saja bila mengenang mendiang ayah dan bunda.

Akan tetapi msh terbuka ikhtiar kita berbhakti kpd Ortu yg tlh tiada. Baik yg baru saja meninggal dunia atau tlh bgt lama. Anda blm terlambat berbhakti kpd almarhum/almarhummah.

Syeh Mahmud Azib dlm buku "amalan yg bermanfaat bagi mayit", terbitan Pustaka al-Kautsar jkt. hal 55 s/d 105, menguraikan ada 11 perbuatan kita yg bermanfaat buat mendiang Ortu.

Diantara 11 amalan tsb. selain terus-menerus berdo'a mhnkan ampunan untuk ortu. Bersedekah a.n. mereka mrpkn salah satu dari 11 amalan manfaat untuk mendiang Ortu. Banyak hadist ttg hal tsb. di tulisan ini saya kutip salah satunya.

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ – رضى الله عنه – تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari no. 2756).

Bgt besar kasih sayang ayah dan bunda kpd kita. Ketika kita sakit agak berat. Kadang ada Ortu yg berdo'a kalau boleh dia yg menggantikan penderitaan sakit itu. Anak ditunggui, dirawat dg sepenuh hati dan jiwa. Tapi......
giliran Ortu yg sakit anda pas berada di luar kota. Kalaulah anda datang mungkin anda akan kesal, kok ortunya ndak sembuh2, padahal pekerjaan anda lama ditinggalkan. Dlm case ini, kebanyakan ortu malah dg ikhlas menganjurkan anda tinggalkan dia dlm keadaan sakit, menyuruh kembali ke pekerjaan anda, demi masa depan anak cucu.
Maka ada pepatah dikampungku "Kasih Ortu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah".
Bila kita sakit ortu berdo'a "cepat sembuhkan anakku, bila perlu berikan penyakit itu kpdku". Sementara jika Ortu sdh sakit berat ada anak yg berdo'a: "Kalau sekiranya penyakit ortuku ini msh dimungkinkan sembuh, tlg sgrlah sembuh. Umpamanya tdk mungkin sembuh lagi; tlg mudahkan maut menjemputnya agar tak lama dlm penderitaan".

Dua kutub bhakti anak ini diambil yg ekstrim, tentu diantara dua kutub itu ada yg sedang2an. Pasnya tingkat kebhaktian anda, andalah yg tau persis. Yg jelas selama hayat masih dikandung badan kesempatan kita berbhakti kpd Ortu masih terbentang.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Sunday 14 July 2019

TERTOLONG jum'atan

Sejak Es Em Pe anak lelaki yang ortunya cukup mampu ini, di sekolahkan ke luar negeri, walau sekolahnya dijurusan umum dan kemudian dilanjutkan ke strata satu jurusan bisnis.Tetap saja ortu selalu mengontrol dari kejauhan ibadah dan pergaulan si anak.  Benar saja ketika pulang ke tanah air ybs tetap nampak melaksanakan shalat walau bukan tergolong pemuda yang hatinya selalu terpaut ke masjid. Orang tua masih tetap puas dengan keadaan itu, walau shalat subuh dilaksanakan di rumah untuk sementara ndak apalah.

Ini anak tak pernah absen shalat jum'at, Ortu masih optimis lama kelamaan kalau yang bersangkutan masih ikutan shalat jum’at, semoga sesekali dapat khatib yang berkhutbah, yg mengena di hati si anak, tentang betapa pentingnya shalat berjamaah di masjid, terutama shalat isya dan shalat subuh, bagi orang lelaki.

Akan shalat jum'at merubah peri laku shalat dan ibadah seseorang pernah juga terjadi. Seorang mahasiswa kos dekat kampus, lain kota dg Ortu. Saban jum'at diajak teman se kos jum'atan. Sedikit demi sedikit khutbah sang khatib masuk di kalbu, tentang berbagai hal TAQWA, sesekali didengar khatib khutbah tentang ancaman bagi pengabai shalat. Lain waktu isi nasihat taqwa khatib tentang kabar gembira bagi hamba Allah yg taqwa. Bagi hamba Allah yg taqwa jelas terukir dlm Al-Qur'an janji Allah berupa 8 anugerah. 4 diberikan di dunia dan 4 lagi menyambut di akhirat.

Di dunia (Refer Qs At-Talaq 2,3,4) :
1. Diberikan jalan keluar.
وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا
2. Dimudahkan segala urusan.
وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ یُسْرًا
Dua point ini, penting benget bagi mahasiswa. Sebab kadang kuliah gagal lantaran faktor NON TEKNIS. sdgkan faktor "non teknis" itu, sumbernya dari dua hal di atas. Antara lain misalnya penyelesaian tugas akhir (skripsi untuk S1, Tesis untuk S2 dan Disertasi untuk S3). Jadi kendala; kadang presedurlah, kadang kesulitan referensi, kadang terhambat komunikasi dg pembimbing, promotor dll.

Anugerah Allah didunia yg ke:
3. "Dicukupkan segala keperluan".
وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
 Inipun penting bagi mahasiswa. JADUP atas dasar trasfer dari Ortu. Hrs dibuat cukup seberapapun adanya.
4. "Diberikan rezeki yg tak di-sangka2".
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Ini juga amat penting bagi kehidupan mahasiswa yg jauh dari Ortu. Lumayan bila tiap jum'at ada yg selamatan. Belakangan ini ada masjid yg siapkan nasi bungkus usai shalat jum'at. Lumayan uang kiriman dpt dihemat 1 x makan, kena buat foto copy bahan kuliah.

Khatib ngasi tau juga jika orang taqwa di akhirat nanti bakal disambut 4 perkara.
1. Diampuni sgl dosa dan akan dilipatgandakan pahala baginya (refer: Qs At-Talaq 5).
  وَمَنْ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعْظِمْ لَهٗۤ اَجْرًا
2. Di redhai Allah.
ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
3. Dimasukkan klompok orang shaleh.
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى
4. Disediakan surga.
وَادْخُلِيْ جَنَّتِى
( 2,3 dan 4 refer: Qs Al-Fajr 28, 29 dan 30).

Bagi mahasiwa hal reward Allah untuk akhirat bukannya ndak penting, sebab kata ustadz soal pindah dari dunia ini ndak pake nunggu wisuda. Banyak pula mahasiwa yg tutup usia. Namun sbg mahasiswa, yg paling utama anugerah dunia yg empat di atas sangat perlu diraih lbh dulu.

Kisah shalat semula 1 x sepekan di hari jum'at ini dikisahkan seseorang yg tadinya; maaf Ortu nya bukan ahli shalat, bukan ahli ibadah walau di KTP beragama Islam.
Alhamdulillah usai kuliah dan sampai sekarang temanku ini usianya lbh tua dikit dariku sdh berhaji dan umarah entah bbrp kali. Satu dan lain karena shalat di ajak teman 1 x setiap hari jum'at, hidayah Allah masuk dari khatib.

Ini jadi dasar optimis ortu yg anaknya sejak es em pe sekolah diluar negeri ku tulis di atas.

Suatu ketika si anak menceritakan bahwa ternyata dianya jarang shalat subuh tepat waktu. Kalaupun shalat subuh sebangunnya, kadang setelah sinar matahari masuk ke kamar tidur.

Dianya mengaku bahwa ibunya selalu ribet membangunkan untuk shalat ketika azan subuh menggema, padahal saat itu pas enak-enaknya tidur. Untuk menghindari ibunya sering membangunkan subuh, dengan mengetok-ngetok pintu (sebab kamar dikunci dari dalam dan kamar mandi diluar kamar). Disain kamar terpisah dg kamar mandi. Kalau si anak kekamar mandi hrs keluar kamar. Sdngkan Ortu berkamar di lantai bawah.  Untuk menghindari ribet dibangunkan si ibu, si anak sebelum tidur (tidur terbiasa sudah larut malam) kamar mandi terlebih dahulu disiram air ber ember-ember sehingga basah. Ibu ketika azan subuh menuju kamar si anak di lantai 2, dan sebelumnya melewati kamar mandi, terlihat masih ada bekas basah, makapun urung mengetok pintu, sebab yakin yang bersangkutan sudah bangun dan wudhu serta shalat subuh.

Akal2an ini alhamdulillah kini sudah berakhir. Satu dan lain karena msh aktif jum'atan ada khatib yg menyinggung berbhakti kpd Ortu a.l. patuh thdp anjurannya. Apalagi kini Ortu sdh tiada, satu2nya menolong mereka di alam sana dg diri meningkatkan taqwa dan saban waktu ngirim do'a. Sering teringat ayah bunda membangunkan shalat subuh. Menyesal tlh ngakali Ortu dg nyiram kamar mandi sblm tidur menjelang subuh agar pintu kamar tdk di ketuk2. Ingatan dan penyesalan ini mrpkn cambuk untuk meningkatkan ibadah dan ketaqwaan di diusai yg masih tersisa.

Adakah pembaca kbtln seperti dlm tulisan saya ini, tdk bermaksud mengungkit masa lalu anda apalagi menyinggung anda. Justru mudah2an masa sekarang dan yad anda semakin baik dlm artian ibadah dan Taqwa.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Saturday 13 July 2019

Harapan ORTU

Orang tua, sekalipun dianya tidak baik-baik amat, pastilah di dalam hatinya ingin anaknya kelak lebih baik dari dirinya dalam berbagai hal, dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Oleh karena itulah setiap orang tua (yang normal), siap berkorban tenaga dan fikiran serta pembiayaan, untuk anaknya menjadi lebih baik tersebut.

Seorang ayah mengantarkan anak lelakinya  ke sebuah pesantren yang cukup terkenal, sejak anaknya masih usia baru di atas sepuluh tahun setamat sekolah dasar. Tentu harapan dikandung hati si ayah, agar kelak anaknya menjadi manusia yang berilmu pengetahuan tinggi untuk keperluan dunia dan mempunyai pengetahuan agama yang mumpuni untuk bekal ke-akhirat, sebab PESANTREN sekarang dibekali KEDUA SISI ILMU  tersebut.

Setelah mondok di pasentren dua semeter, si anak yang sudah tumbuh dewasa itu pulang sebentar ke kediaman ortunya pas libur. Setiap subuh si ayah mengecek ke kamarnya, ingin mengetahui si anak apakah shalat ke masjid, sbgmn tentunya di Pesantren.
Disain kamar belum berubah, sama ketika si bocah sblm nyantri, yaitu antara kamar ortu dan kamar si anak dipisahkan oleh kamar mandi yang dapat dipergunakan oleh dua kamar. Kamar ortu dapat dikunci dari dua sisi, sementara kamar anak hanya dapat dikunci dari kamar mandi, sehingga ortu dapat masuk ke kamar anak sewaktu-waktu untuk mencek, ketika ybs masih anak-anak dulu.

Sblm azan subuh si ayah akan berangkat ke masjid dekat rumah, didapatinya anak tidak ada lagi ditempat tidur. Besar juga hati ayah, tentu dia sudah ke masjid.

Herannya di masjid tidak kelihatan, tapi pikir si ayah mungkin di masjid lain, maklum kota mereka banyak sekali masjid dengan lokasi yang tak berjauhan.

Belum usai masa libur, akhirnya terbuka rahasia, kalau subuh si anak tidak ada di atas tempat tidur, rupanya "muda-belia bakal cebolan pesantren" yang satu ini, begitu hampir azan subuh pindah tidur ke kolong ranjang.

Ayah dan Bunda ber istighfar sambil mengelus dada. Betapa dua semeter di pesantren blm sanggup mengubah tabiat calon penerus generasi mereka.

Mereka sadar bahwa hal ini kasuistis. Tidak semua santri dididik disiplin pesantren sdh dua semeter spt anak mereka, berperangai malas shalat subuh berjamaah.
Buktinya anak teman mereka yg sesama pulang libur, benar2 tlh jadi pemuda masjid selama pas pulang kampung.
Tentu di pesantren diajarkan; bahwa kaum lelaki shalat2 wajibnya berjamaah di masjid atau mushalla.

Kalau kita bukan di komplek pesantren setidaknya shalat isya dan subuh berjamaah di masjid dekat rumah. Sebab umumnya waktu subuh kita belum brangkat mencari rezeki. Waktu isya kebanyakan udah nyampe di rumah. Itu barangkali bgt utamanya isya + subuh berjamaah dimasjid sampai ada hadist:
Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Sayidina Utsman bin Affan, dia berkata bahwa Nabi Saw bersabda;

مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ

“Barangsiapa melaksanakan shalat Isya’ secara berjamaah, maka dia seperti telah melaksanakan shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa melaksanakan shalat Shubuh secara berjamaah, maka dia seperti telah shalat seluruh malam.”

Tentunya sbg Ortu tak boleh patah semangat mengarahkan juriat titipan Allah kpd mereka, agar taat beragama, karena Allah ingatkan:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ  نَارًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka"

Selain itu salah satu potensi anak setlh kita dialam barzah adalah sbg penolong dg do'a mereka pabila mereka menjadi anak yg shaleh dan shalehah.
Setidaknya setiap usai shalat  dia berdo'a:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
Rabbighfir lī, wa li wālidayya, warham humā kamā rabbayānī shaghīrā.
Artinya, "
Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu aku kecil."

Do'a mereka akan membantu Ortu di alam kubur, bahkan terakumulasi menjadi peningkatan drajat Ortu di surga kelak.

Tentu setiap ORTU menaruh harapan kelak di akhirat masih tetap berkumpul dlm kebahagian di akhirat nanti bersama istri dan anak cucu seperti di janjikan Allah

وَالَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَـقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَاۤ  اَلَـتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ ۗ  كُلُّ امْرِیءٍۢ بِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
"Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya."
(QS. At-Tur ayat 21).

Contoh di atas ikhtiar menjadikan anak shaleh/shalehah bermedia pesantren. Membina anak menjadi agamis dan qur'ani, tidak mesti melalui pesantren. Meskipun dg pendidikan umum, asalkan Ortu menambah dg pendidikan agama, belajar membaca dan mengkaji Al-Qur'an; isya Allah anak kan tumbuh menjadi agamis dan Qur'ani. Yg lbh  penting memberikan contoh dg perbuatan. Ayah ibu Ahli shalat, akrab dg Al-Qur'an. Kalaupun anak2 agak melenceng semasa muda, insya Allah ndak terlalu jauhlah, dan insya Allah masa tuanya kan insyaf. Terbayang dimata mereka bgmn kita ketika masih hidup, membangunkan shalat subuh, mengajaknya kemesjid. Didengarnya kita hari2 membaca Al-Qur'an walau hanya bbrp menit.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi..

Thursday 11 July 2019

TAUFIK dan HIDAYAH

Sering kita dengar kalimat Taufik dan Hidayah “wabillahi taufik wal hidayah”. Dimana kata “taufik”, mendahului kata “hidayah”. Sebetulnya yang manakah lebih dahulu didapat manusia, “Taufik atau Hidayah”.

Sesudah shalat sunat Isya di suatu masjid, beberapa orang menghampiri diriku di tempat pengimaman, mereka menanyakan hal-hal untuk melengkapi catatannya. Agaknya mereka begitu serius mengikuti ceramahku (setelah shalat Magrib sampai waktu Isya). Rupanya masing-masing mereka ada yang terlewat mencatat point-point ceramahku berthemakan “Hidayah” itu. Ku-uraikan ada 5 kelompok manusia menyikapi Hidayah yaitu:

Kelompok pertama; orang yang menyambut hidayah.

Kelompok kedua; orang yang menolak hidayah.

Kelompok ketiga; orang yang mencari hidayah.

Kelompok keempat; orang yang menunggu hidayah. 

Kelompok kelima; orang yang menunda hidayah.

Salah seorang diantara jamaah bertanya agak lain, bukan untuk melengkapi point ceramah rupanya, tapi mempertanyakan apa perbedaaan hidayah dengan taufik. Tentu tidak dapat dijelaskan berpanjang kalam, lantaran begitu selesai shalat sunat Isya dan jeda memberikan kesempatan sebagian jamaah berdzikir dan berdo’a sebentar, Marbot masjid mulai mematikan sebagian lampu. Masjid yang sanggup menampung jamaah 2000 orang lebih itu (penuh jika hari Jum’at) terletak di pinggir jalan raya, karenanya untuk keamanan, seusai shalat Isya pintu masjid sampai pagar halaman, juga harus terkunci, baru dibuka kembali menjelang subuh.

Hidayah antara lain seperti dapat disimpulkan dari salah satu ayat yang menjelaskan Hidayah surat Al-An’am 125.
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ ۚ  وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ  كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."

Bahwa hidayah itu datang dari Allah dan tak seorang manusiapun termasuk Rasulullah Muhammad SAW tak akan dapat memberikan Hidayah itu, walau kepada Paman yang sangat dia kasihi dan sangat mengasihi beliau.
Itulah sebabnya kucoba menguraikan lima kelompok manusia menyikapi hidayah itu. dengan mengambil referensi, sekaligus membacakan bahasa aslinya dari Al-Qur’an yang tersedia di mimbar, dari surat Al-An’am 125 tsb di atas.

Hidayah adalah petunjuk datang dari Allah berupa keterbukaan hati untuk menerima kebenaran agama Allah. Begitu pula bila Allah tidak berkehendak memberikan hidayah kepada seseorang, maka akan tertutup hatinya untuk menerima kebenaran agama Allah. Membuka hati seseorang dan menutup hati seseorang adalah hak mutlak Allah yang tidak didelegasikan kepada manusia siapapun. Manusia hanya sebatas berupaya menjadi sarana membawakan kunci pembuka pintu hati seseorang menerima hidayah.  Terbukalah hati itu bila dikehendaki Allah dan tetap tertutup jika Allah tak menghendaki.
HIDAYAH ADALAH PETUNJUK YANG MASUK KE DALAM HATI UNTUK MENERIMA KEBENARAN.

Itulah sebabnya AGAMA ISLAM  DIDAKWAHKAN TIDAK  DENGAN PEMAKSAAN. Ajakan memeluk Islam TIDAK DENGAN IMING2 harta atau jabatan atau apapun. Jelas sekali panduannya dlm Al-Qur'an; Al-Baqarah 256;
لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ
"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam)".

Makanya ada kita saksikan kenyataan seorang da'i kondang yg Ayahnya sendiri blm ber Islam. Walau si ayah mendukung bahkan memfasilitasi dakwah anaknya. Bagaikan paman Nabi Muhammad SAW yg disinggung sedikit di atas.

Adapun “taufik” mungkin dapat dijadikan referensi surat Annisa ayat 35.

وَاِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِّنْ اَهْلِهٖ وَحَكَمًا مِّنْ اَهْلِهَا  ۚ  اِنْ يُّرِيْدَاۤ اِصْلَاحًا يُّوَفِّـقِ اللّٰهُ بَيْنَهُمَا  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا خَبِيْرًا
"Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu) bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 35)

Taufik adalah petunjuk Allah, berupa aktivitas bagaimana  yang harus dilakukan oleh penerima hidayah. Misalnya seseorang sudah mendapat hidayah menerima kebenaran agama Allah, lantas taufik adalah petunjuk buat yang bersangkutan bagaimana menjalankan segala kegiatan untuk merealisasikan hidayah yang telah diterima itu, berupa ibadah-ibadah yang harus dilakukan, akhlak seseorang yang sudah menerima hidayah serta perilaku yang bersangkutan setelah menerima hidayah.

Ayat diatas, setelah dilakukan upaya berupa penunjukkan hakam (juru damai) dari kedua belah pihak yang arif dan adil, maka Allah akan memberikan taufik yaitu petunjuk langkah-langkah penyelesaiannya yang mesti ditempuh atas sengketa kedua suami  istri itu.
• HIDAYAH KETERBUKAAN HATI MENERIMA KEBENARAN DARI ALLAH  DAN
• TAUFIK ADALAH PETUNJUK UNTUK MEREALISASIKAN HIDAYAH.

Kalau begitu Hidayah lebih dahulu diterima manusia dari pada Taufik.

Tapi bukan tak mungkin seseorang belum dapat hidayah, tetapi dianya lebih dahulu mendapat petunjuk melakukan kegiatan-kegiatan kebaikan. Ybs. berakhlak baik, santun dan tindakan-tindakannya terpuji, berarti ybs. mendapat Taufik lebih dahulu. Semoga yang disebut terakhir disusul mendapatkan Hidayah, sehingga mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Wallahuu ‘alam bishawab. Barakallahu fikum.
Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syaithan. Mohon maaf oleh karenanya.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Tuesday 9 July 2019

Pemucu ke-BERANI-an

Menyoal BERANI, sepertinya ada beberapa faktor pemicu keberanian ialah:
1. Orang berani karena tidak tau.
2. Orang TIDAK berani karena taunya hanya sedikit.
3. Orang akan lebih berani kalau betul-betul mengetahui.
4. Orang berani karena sebagai puncak rasa takut.
5. Orang berani karena terpaksa.

BERANI KARENA TIDAK TAU

Tahun 1988, saya sekeluarga (isteri dan dua anak) beserta ibuku dan ayahku bepergian ke pedalaman Kalimantan Barat bagian selatan, menyusuri sungai Pawan menumpang sampan bermesin, milik kerabat kami yang tinggal di anak sungai Pawan. Kru sampan itu tiga orang jadi jumlah rombongan kami 9 (sembilan) orang termasuk anak saya masih usia 5 tahun dan 6 tahun. 

Perjalanan lancar menyusuri sungai Pawan, melawan arus sepanjang  siang dan malam hari sekitar 20 jam, sebab sungai Pawan cukup besar dan dalam. Keesokan harinya kami mulai masuk ke anak sungai, setempat dikenal sungai Pemahan. Kini atap sampan bermesin itu harus dibuka, lantaran sungai begitu kecil dan berkelok-kelok, kadang ada dahan-dahan pohon yang menjuntai ke sungai, jika atap tidak dibuka akan mengganggu lajunya perjalanan.

Kurang lebih setengah hari perjalanan masuk ke hulu anak sungai, ternyata ada bagian alur anak sungai yang dangkal, membuat perahu kami kandas di atas dasar sungai yang mendangkal. Dasar sungai pasir bercampur lumpur, dikiri kanan sungai terlihat semak belukar. Kru sampan berusaha meloloskan perahu kami dengan menekan galah (terbuat dari bambu panjang, salah satu ujungnya ada kaitnya). Kait sangat berguna membantu lajunya perahu untuk dikaitkan ke dahan pohon. Di lokasi kami kandas kebetulan tidak ada pohon yang dekat. Satu-satunya fungsi galah hanya ditekankan ke dasar anak sungai. Sudah dicoba beberapa kali dengan galah di kiri kanan sampan, namun perahu tidak bergeser. Sementara satupun kru sampan tidak ada yang berupaya turun ke air yang dalamnya tidak sampai sepaha orang dewasa itu. Akhirnya dengan spontan saya mencebur ke sungai, mendorong perahu kami, dari buritan. Alhamdulillah perahupun bergeser. Kupikir ada dua penyebab perahu dapat bergerak maju. Pertama muatan perahu berkurang sekitar 84kg (bobot badan saya waktu itu). Kedua daya dorong dari buritan cukup kuat dibanding tekanan galah dari atas sampan.  Perahupun berjalan normal,  petang harinya kami sampai di tempat tujuan, sebuah desa “Semayok” kelurahan Pehibingan Kecamatan Tumbang Titi. Di dalam perahu setelah melewati kandas itu, saya penasaran ingin mengetahui kenapa kru perahu tidak satupun mau turun ke anak sungai, ditempat kami kandas. Kemudian setelah kami bersantai dirumah, kru perahu menjelaskan bahwa mereka takut untuk turun ke sungai di daerah itu, sebab terkenal di situ bersarang buaya dikiri kanan sungai, di semak-semak mereka bergerombol.  Saya satu-satunya orang yang berani turun ke sungai. Keberanian saya itu disebabkan saya tidak mengetahui bahwa tempat kami kandas adalah sarang buaya.

Teringat saya ketika tugas di bank setelah berdinas kurang lebih 10 tahun  dimutasikan oleh atasan ke bagian Ekspor-Impor sebagai pejabat, kewenangan saya antara lain diberi hak menanda tangani schedule of remittance (SR). Sarana menagih hasil ekspor ke bank koresponden di luar negeri. Terus terang saya tidak mempunyai latar belakang  bidang ekspor-impor dan ketika masih jadi pegawai TU juga belum pernah bertugas di bidang ekspor-impor. Apa boleh buat ini tugas, walau dengan pengetahuan hampir nol, tugas saya jalankan. Saya rasakan bahwa keberanian saya sangat tinggi. Begitu berkas-berkas negosiasi hasil ekspor diserahkan anak buah ke meja saya, dengan membaca sekedarnya dengan segera penuh keberanian saya tanda tangani.  Sebab hasil cair dari nilai lawan rupiah hasil ekspor itu sudah ditunggu nasabah diantaranya ditarik melalui kliring (waktu itu di daerah, kliring sehari harus selesai), betul-betul saya bekerja di bawah tekanan. Sekali lagi karena saya tidak begitu mengatahui seluk beluk dokumen negosisi ekspor waktu itu, maka segera saja saya tanda tangani dimana tempat saya harus membubuhkan tanda tangan. Akibatnya lumayan, sebagian oleh koresponden bank luar negeri  pembayaran ditolak karena ternyata terdapat discrepancy (penyimpangan dokumen).   Disinilah saya simpulkan bahwa orang akan berani kalau ia tidak tau.

TIDAK BERANI KARENA
TAUNYA HANYA SEDIKIT

Penolakan pembayaran di luar negeri atas beberapa dokumen lampiran SR yang saya tanda tangani, membuat saya sedikit demi sedikit mempelajari lika-liku dokumen ekspor mengenai syarat dan kondisi dokumen yang “complying presentation”, tidak akan ditunda atau ditolak pembayarannya. Seiring dengan mulai sedikit agak tau, maka saya jadi orang yang paling penakut (tidak seberani sebelum ada pengetahuan sedikit) menandatangani SR. Setiap SR dibaca berulang-ulang dengan cermat, dilihat dengan teliti, kadang untuk cadangan negosiasi besok hari, saya minta anak buah sudah menyiapkan hari ini, untuk dipelajari lagi dirumah. Tetapi juga  masih saja ada yang lolos,  saringan  saya mencermati dokumen rupanya belum betul-betul baik lantaran masih keterbatasan ilmu dan teknik penelitian.
Dalam hal ini kesimpulannya  bahwa orang yang taunya hanya sedikit, akan ragu-ragu dan takut alias kurang berani. Seperti halnya kru perahu kami sedang kandas itu, mereka taunya bahwa sekitar itu banyak buayanya, sangat mungkin mereka belum melihat sendiri tepatnya dimana sarang buaya yang menakutkan itu, oleh karena itulah mereka takut.

LEBIH BERANI KALAU
BETUL-BETUL MENGETAHUI

Pengalaman demi pengalaman ditolaknya pembayaran hasil negosiasi wesel/hasil ekspor ke bank luar negeri, membuat saya lama kelamaan menemukan cara mensiasati persiapan dokumen yang akan diajukan nasabah. Akhirnya saya menemukan formula untuk mengetahui anatomi L/C dan dengan demikian begitu L/C di terima sudah dapat diketahui berapa macam dan berapa jenis dokumen yang harus dipersiapkan oleh eksportir. Begitu dokumen siap, ditemukan kunci memeriksanya, sehingga tidak akan lolos. Selanjutnya saya tularkan pengetahuan itu bukan saja kepada anak buah dan rekan-rekan bidang “trade service” di kantor bank, tetapi juga kepada para pengusaha audience saya dalam pelatihan-pelatihan. Saya sempat menulis empat buku mengenai ekspor impor dan jauh sebelum pensiun saya sering diundang mengajar oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian serta lembaga pelatihan ekspor-impor lainnya. Dalam kesempatan mengajar di kedua departemen itu dan institusi pelatihan bidang ekspor-impor saya tularkan pengetahuan dimaksud kepada masyarakat ekspor impor yaitu teknik dan cara menghindari penolakan pembayaran hasil ekspor di luar negeri tersebut.

Setelah menemukan kunci-kunci pemeriksaan dokumen diawali dengan memahami anatomi L/C, pekerjaan menjadi lancar dan menjadi lebih berani menangani transaksi dengan menggunakan L.C, sebab betul-betul mengetahui rahasianya. Itulah sebabnya saya berkesimpulan kalau seseorang betul-betul mengetahui, ia akan menjadi lebih berani.

Teringat saya menyoal soal buaya, tetangga rumah di kampung saya dulu ada seorang disapa “Pak Ngah Alek”, dianya adalah dukun buaya, ahli benar menaklukkan buaya. Pekerjaan sehari harinya menangkap buaya liar di sungai Pawan dan sekitarnya. Dianya sanggup mengundang buaya yang pernah bersalah memangsa orang, untuk naik ke darat. Setelah naik buaya diperintahkan diam; buayapun akan diam, diperintah telentang; buayapun telentang dengan hanya bantuan tangannya sedikit.  Pawang buaya ini dengan sigap menangkap buaya dengan tangan kosong, baik di dalam air apalagi di darat. Itulah buktinya bahwa orang yang betul-betul mengetahui akan lebih berani.

BERANI KARENA SEBAGAI
PUNCAK RASA TAKUT

Seorang pemburu masuk hutan keluar hutan lebat dengan menyandang bedil, ingin memburu Menjangan.  Dalam keletihan di suasana guyuran hujan gerimis, ketika berusaha melangkahi sebuah batang kayu besar yang tumbang, begitu kaki menginjak bumi di sebelah pohon yang tumbang itu tiba-tiba seekor beruang dewasa berada disana memutar arah sehingga tepat berdiri berhadap-hadapan. Senjata yang disandang tidak dapat digunakan lagi karena posisi sudah begitu dekat. Takut pemburu itu tiba-tiba memuncak, membuatnya harus berani menghadapi beruang itu, sambil menunggu kemungkinan, apakah mendahului menyerang beruang itu, atau siap-siap menghadapi serangan beruang tersebut, sebab untuk mengambil langkah seribu sudah tidak mungkin. Dengan penuh keberanian, si pemburu menatap wajah si beruang tanpa berkedip dan mungkin tidak bernafas. Lama kedua mahluk itu saling tatap dan tidak bergerak, mungkin kira-kira seperempat jam.

Konon kata yg mengisahkan, pemburu tadi hanya berzikir di dlm hati:
 لَنَاۤ اَعْمَالُنَا وَلَـكُمْ اَعْمَالُـكُمْ
 وَلَنَاۤ اَعْمَالُـنَا وَلَـكُمْ اَعْمَالُكُمْ
(Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu). Di petik dari (QS Al-Qasas 55 dan Al-Baqarah 139).

Diluar dugaan,  si beruang pelan-pelan memutar arah dan menjauh dari si pemburu. Pemburupun menarik nafas dan mengeluarkan nafas yang panjaaaang, sambil menatap binatang berkuku tajam itu berlalu dan membiarkannya tidak membidikkan bedilnya meskipun itu dapat dilakukan. Inilah salah satu bentuk puncak dari takut membuat seseorang menjadi berani.

BERANI KARENA TERPAKSA

Siapapun orangnya pasti takut akan jiwanya melayang, tetapi kadang manusia rela mempertaruhkan jiwanya bilamana dalam keadaan terpaksa, mereka jadi berani menghadapi risiko apapun dengan perlengkapan keamanan yang minimal sekalipun. Sering kita dengar bahwa banyak manusia perahu yang berusaha mencari suaka politik ke negeri lain karena terpaksa, di negerinya sudah serba sulit untuk mempertahankan kehidupan. Ini salah satu bentuk berani karena terpaksa. Banyak bentuk lain berani karena terpaksa, salah satu contoh lain ialah keberanian berusaha bagi orang yang merantau ke negeri orang, karena bila ia tidak berani berusaha maka ia akan sulit hidup. Berangkat dari keterpaksaan orang merantau berusaha/bekerja mengenyampingkan rasa malu, mengenyampingkan lelah dan capek. Maka tidak heran kalau para perantau kebanyakan lebih sukses dari penduduk asli.

Terima kasih sidang pembaca tlh meluangkan waktu membaca sekelumit kisah perjalanan hidupku ini. Smg ada manfaatnya.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Monday 8 July 2019

KEBERANIAN dan KEBENARAN

Ada pepatah cukup populer “Berani karena benar, takut karena salah”. Pepatah ini ada kalanya benar, tetapi dalam konteks tertentu malah sebaliknya, salah.

Dikisahkan dalam suatu kebijakan, seorang memutus perkara: “perihal dua orang ibu bersengketa seorang bayi”. Masing-masing ibu mengaku bahwa bayi itu miliknya. Singkat kisah ketika dibawa ke Pemutus Perkara, diputuskan si bayi dibelah dua. Salah seorang ibu dengan spontan menerima keputusan itu, dia kberani melihat kenyataan sibayi dibelah dua. Sementara ibu yang satunya lagi, tidak berani melihat kenyataan sibayi dibelah dua dan menyatakan rela bayi itu diserahkan ke ibu yang berani itu.

Hakim justru memutuskan bahwa ibu yang tidak berani itulah yang berhak atas bayi yang disengketakan itu. Dalam hal ini “berani karena salah”, “takut karena benar”

Di suatu pengadilan primitif  darurat di pedalaman kampungku Kalimantan Barat bagian selatan sana, konon dahoeloe,  pernah terjadi Petinggi Adat setempat memutuskan perkara dua orang bersengketa dengan keberanian memegang bara. Dua orang bersengketa atas kepemilikan sesuatu barang, masing-masing pihak mengaku bahwa barang itu miliknya, dengan mengemukakan sejumlah bukti-bukti dan ciri serta asal usul barang dan juga tidak ketinggalan saksi. Karena kedua belah pihak punya bukti yang sama kuat, punya saksi yang sama banyak, punya argumentasi yang sama meyakinkan, maka Petinggi Adat setempat memutuskan untuk ditempuh cara adu berani. Caranya ialah dengan membakar sepotong “kayu LEBAN”(sejenis kayu keras biasa digunakan sbg bahan Arang setrikaan). Setelah kayu tersebut merah membara diminta kepada kedua orang yang bersengketa untuk memegang “bara kayu LEBAN”. Diyakini bahwa siapa yang berada di pihak benar,  memegang “bara kayu LEBAN itu”  dengan tidak mengakibatkan tangannya luka bakar. Sedangkan pihak yang hanya mengaku-ngaku maka ketika memegang kayu akan menjerit kesakitan,  tangannya akan luka bakar serius.

Kedua orang yang bersengketa didudukkan dalam suatu majelis disaksikan para pemuka masyarakat  pada upacara ritual pemutusan perkara dilangsungkan.

Akan terlihat ketika bara sudah siap, siapa yang lebih percaya diri akan kebenaran dirinya terlihat dari bahasa tubuh masing-masing. Sejak itu petinggi pemutus perkara mestinya sudah dapat menarik kesimpulan barang sengketa sesungguhnya milik siapa. Sebab yang bersalah sejak bara hampir siap, sudah mulai salah tingkah dan sekujur tubuhnya sudah mengeluarkan keringat karena ketakutan dan wajahnyapun pucat pasi, senyumnyapun terpaksa. 

Mulut dimana di dlmnya ada lidah (di dunia ini), dapat berdusta. Lidah sanggup memutar balik fakta. Anggota tubuh yg lain, seperti mata, bibir, tangan, hidung, telinga,  kaki dan bahkan  kulit, sejak di dunia inipun sulit untuk dpt diajak berbohong.  Contoh kasus diatas, pihak yg bersalah matanya tak kan dpt berbohong, melihat sayu ke bara yg sdh hampir jadi. Bibir tersenyum hambar, tangan bergoncang gemetar tak wajar. Dahi mengercit nyinyir khawatir. Kulit mengeluarkan keringat deras.

Sebetulnya seblm bara dipegang, Petinggi Adat sdh dpt memutus perkara. Namun acara ritual ini juga tetap dilaksanakan, benar saja pihak yang benar tangannya tidak apa-apa dan pihak yang salah baru saja memegang bara langsung menjerit kesakitan. Disini benar pepatah di atas, “Berani karena benar, takut karena salah”

Apalagi pengadilan di akhirat nanti seluruh anggota tubuh menjadi saksi tentang semua perbuatan pemilik tubuh. Diinformasikan Allah dlm Al-Qur"an:
اَلْيَوْمَ  نَخْتِمُ عَلٰۤى اَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَاۤ اَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ اَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا  يَكْسِبُوْنَ
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(QS. Ya-Sin ayat 65)

وَقَالُوْا لِجُلُوْدِهِمْ لِمَ شَهِدْتُّمْ عَلَيْنَا   ۗ  قَالُوْۤا اَنْطَقَنَا اللّٰهُ الَّذِيْۤ اَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَّهُوَ خَلَقَكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
"Dan mereka berkata kepada kulit mereka, Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami? (Kulit) mereka menjawab, Yang menjadikan kami dapat berbicara adalah Allah, yang (juga) menjadikan segala sesuatu dapat berbicara, dan Dialah yang menciptakan kamu yang pertama kali dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan."
(QS. Fussilat ayat 21)

يَّوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ  اَلْسِنَـتُهُمْ وَاَيْدِيْهِمْ وَاَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"pada hari, (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."
(QS. An-Nur ayat 24)

Demikian ikhtiar menilai kebenaran di dunia ini. Sedikit agak tergambar. Namun kadang di dunia ini yg benar menjadi salah, yg salah menjadi benar. Kebenaran akhiratlah yg maha benar. Sampai ketemu disana nanti.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Sunday 7 July 2019

TAWAKAL yang TERGERUS

Hidup ini akan aman, damai, sejahtera, andaikan setiap insan tawakal mereka tidak tergerus. Sebab bila hidup dipenuhi tawakal tak kan ada kekhawatiran dlm hidup ini, yakin-seyakin-yakinnya pemberi kehidupan ini mencukupkan sgl keperluan. Tak perlu melakukan kecurangan, penipuan dll kemungkaran untuk sekedar hidup, untuk sekedar persiapan hidup. Kita ini dihidupkan di atas dunia ini tak pernah mengajukan permohonan/aplikasi. Tentu pemberi hidup bertanggung jawab menghidupkan kita asalkan kita bertawakal.

Keberadaan Tawakal  dipengaruhi oleh hidayah Allah. Hidayah datang sejalan bertambah usia, pengaruh lingkungan, strata pendidikan dan pengalaman.

1. Faktor Usia.
Tawakal muncul dari faktor usia ini datangnya terlambat bila dibanding dengan akal. Jika akal sejak usia anak-anak sudah mulai muncul walaupun kecerdasan anak setiap orang berbeda. Persisnya sejak usia kapan sudah mulai tumbuh akal seorang anak, ini wilayah ahli untuk menelitinya. Keseharian bila diperhatikan seorang anak, sudah mampu menggunakan akalnya untuk menolong dirinya misalnya untuk mengambil mainan di tempat yang tinggi, ia pergunakan alat untuk meninggikan tubuhnya atau tongkat untuk menjoloknya. Walau akal blm maksimal, tak ngerti bahaya, ada anak yg terjepit di dua dinding rumah hanya ingin ngambil mainan terselip disela dua dinding itu. Sampai hrs dibantu petugas Pemadam Kebakaran.
Selanjutnya anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa, akal pun berkembang sejalan dengan usia, tetapi tawakal mungkin baru muncul setelah anak memasuki akil baligh. Dengan akal orang hanya memperhitungkan untung dan rugi, tidak perduli dengan keuntungan dirinya apakah orang lain menjadi rugi. Dengan tawakal seseorang akan mempertimbangkan apakah tindakannya yang diperhitungkan dengan akal menguntungkan itu tidak menyebabkan orang lain menjadi rugi. Kalau tawakal ini terlambat datangnya, yang terjadi seorang yang sudah masuk dalam kelompok remaja masih saja mencuri jambu tetangga. Kalau betul-betul terlambat sampai sudah menjadi pemegang amanah masyarakat, timbullah yang namanya “Korupsi”. Karena makna tawakal yang kita pinjam dalam tulisan ini kira-kira adalah “menyerahkan diri sepenuhnya urusan hidup dan mati kepada Allah”. Orang yang korupsi pada dirinya ada semacam kekhawatiran untuk kehidupan masa yang akan datang, sehingga ia segera memanfaatkan kesempatan untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya bakal persiapan dimasa depan. Jikalah tawakal belum TERGERUS dalam dirinya ia tidak akan melakukan tindakan yang ia mengetahui bahwa akan merugikan orang lain, kalaupun mempersiapkan harta untuk masa depan, dengan cara yang tidak merugikan orang lain.

2. Faktor Lingkungan.
Lingkungan,  besar sekali mempengaruhi tawakal seseorang. Di dalam lingkungan dimana setiap hari tertontonkan kegemerlapan suasana kemewahan hidup semata. Pembicaraan di dalam lingkungan hanya soal karier dan kesuksesan mengumpulkan harta. Orang yang bersangkutan sebagian terpacu untuk hidup menyaingi masyarakat di lingkungannya. Tingkat ketawakalan itupun tidak dapat tumbuh dengan subur. Berbeda dengan seseorang yang dibesarkan dilingkungan yang setiap hari syarat dengan nuansa kerohanian, syarat dengan sikap hidup orang yang bersahaja. Setiap orang bekerja dengan giat sesuai kemampuan masing-masing tetapi tetap dalam koridor agama, insya Allah sebagian besar orang yang tumbuh dilingkungan ini akan menjadi seorang yang tingkat ke tawakalannya TIDAK TERGERUS, bahkan demikian tinggi.

Seorang pemuda yang belum lama tamat perguruan tinggi pernah bertutur “saya dulu ketika mahasiswa sering bersuara lantang dalam demonstrasi dan di barisan paling depan menyuarakan berantas korupsi. Tapi kini pak, setelah saya bekerja, apa boleh buat lingkungan saya membuat saya harus ikut. Kalau saya tidak ikut saya terpental, bagaimana anak dan isteri saya”.
Dialog ini saya terima dari seorang pemuda yang sudah berdinas di suatu instansi beberapa tahun di suatu kabupetan  di Republik ini. Waktu itu (K/L 12 th lalu) saya ikut rombongan pengusaha. Si Pengusaha adalah audience pelatihan diselenggarakan di ibu kota provinsi dari kabupaten tersebut dimana saya diundang sebagai pembicara. Kabupaten itu dapat didatangi dengan speed boat jarak tempuh 10 jam. Seusai pelatihan si pengusaha mendapat kabar bahwa komoditi yang dibawa anak buahnya ditahan di suatu pos. Masalahnya, jumlah komoditi yang termuat dalam dokumen jauh lebih kecil dari fisik yang ada. Penahanan adalah suatu tindakan yang benar, terjadilah negosiasi antara pengusaha dan pihak yang menahan. Pemuda tadi mengemukakan kepada saya di kesempatan terpisah dengan atasannya. Si pemuda mengetahui bahwa saya hanya pengikut dari rombongan pengusaha tadi. Rupanya di dalam praktek, jumlah komoditi dalam dokumen selalu lebih kecil dari fisik, kilah pengusaha: “kalau dokumen sama persis dengan komoditi, kami pengusaha tak dapat untung bahkan merugi”. Ini yang terjadi di negeri ini entah sampai kapan. Penyebabnya itu tadi banyak diantara kita baik pejabat, pengusaha maupun masyarakat biasa tawakalnya SUDAH TERGERUS. Kadang datangnya tawakal sudah masuk usia pensiun, barulah masing-masing menjadi “penua masjid”. Mungkin jika di masyarakat kita sejak muda orang sudah menjadi “pemuda masjid”, perilaku korupsi dan sejenisnya akan berkurang.

3. Faktor Pendidikan.
Pendidikan berpengaruh kuat juga membentuk ketawakalan seseorang, jika pendidikan yang dimasuki dalam kelompok pendidikan menjurus ke kerohanian, misalnya pendidikan agama, umumnya akan mencetak manusia yang bertawakal tinggi. Walau banyak ditemui kasus bahwa orang yang berpendikan formal bidang agama tapi melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji, bahkan korupsi. Ini pertanda bahwa ketawakalan pada dirinya hanya sebatas sebagai pengetahuan tidak masuk ke dalam jiwa atau tawakal SUDAH TERGERUS di jiwa scientists bidang agama tsb. Dalam pada itu tidak sedikit orang yang disiplin ilmu pendidikannya bukan bidang kerohanian, tetapi tingkat ketawakalannya cukup tinggi.

4. Faktor Pengalaman.
Kadang pengalaman memberikan pelajaran yang sangat membekas dihati manusia. Seseorang yang tadinya sangat rendah tawakalnya entah bagaimana mendapatkan sesuatu cobaan yang sangat berat, kemudian melakukan pendekatan diri kepada Allah dan kemudian terangkat cobaan tersebut, sehingga yang bersangkutan mulai bertawakal dan semakin dalam ketawakalannya ia merasakan semakin ringan beban hidupnya. Ada diantara orang yang sukses dalam berkarier, sehingga seolah dunia ini dapat digenggamnya. Suatu ketika mendapat cobaan sakit. Semula ia berfikir bahwa dengan kekayaannya semua dapat diatasi, ia pergi berobat ke negeri mana saja yang direferensikan orang ada tabib yang ahli. Tetapi sakit tidak kunjung sembuh juga, walau sudah hampir ludes semua harta. Akhirnya iapun sadar bahwa sesungguhnya manusia ini tidak berdaya, uang bukan segalanya. Syukur ia masih sempat menyadari kemudian menyerahkan diri kepada Allah dan ada diantaranya orang yang demikian berakhir dengan dikembalikan Allah kesehatannya, ada juga yang berakhir dengan maut. Ketika blm mendpt cobaan sempat tawakal ybs. TERGERUS.

5. Faktor Hidayah,
Hidayah, sangat menentukan dalam kadar ketawakalan seseorang. Setiap manusia terlahir ke dunia ini sama-sama memperoleh hidayah Allah yaitu: Insting, Indra, Ilmu, Ilham. Tiga dari keempat “I” tersebut serba sedikit telah disinggung dan diuraikan di atas.

Sejak bayi manusia sudah diberikan oleh Allah hidayah berupa “insting” dan perkara ini bukan saja anak manusia yang mendapatkan hidayah insting, seluruh mahluk Allah menerima hidayah ini. Misal anak bebek, walau ditetaskan oleh induk ayam, mereka tetap menuruti insting berenang ke air. Asal sebatang pohon walaupun bibitnya ditanam di tanah yang miring ia akan tumbuh Vertikal. Anak manusia yang baru lahir mendapatkan insting sejalan dengan usianya. Ini hidayah Allah dalam wujud insting. Insting dapat dikembangkan dengan latihan, sehingga seseorang lebih trampil menggunakan instingnya dari orang lain yang kurang mengasah kemampuan insting tersebut.

Selanjutnya hidayah diberikan kepada manusia berikutnya adalah “Indra”. Semua manusia yang normal memperoleh hidayah ini, dapat dipergunakan untuk membantu manusia meneruskan kehidupan. Indra manusia akan bertambah atau berkurang kepekaannya sejalan dengan usia dan selaras dengan pemanfaatan dan juga perawatan.

Hidayah berikutnya adalah “Ilmu”, dengan ilmu manusia memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ilmu adalah hidayah Allah yang harus dicari dan di ikhtiarkan. Ilmu itu bersumber dari pengalaman manusia, pengalaman orang terdahulu dihimpun sebagai sumber ilmu bagi generasi berikutnya. Seorang penemu yang temuannya menjadi sumber ilmu, melakukan upaya yang gigih terus menerus, kemudian menemukan sesuatu yang berguna bagi manusia baik untuk tujuan baik mapun tujuan jahat. Temuan itu dikoleksi menjadi ilmu. Pada dasarnya ilmu itu sendiri datangnya dari hidayah Allah setelah para penemu berikhtiar, merenung dan mungkin bertapa atau melakukan penelitian atau percobaan, dengan menggunakan akal yang diberikan Allah hanya kepada manusia. Binatang tidak diberikan akal, makanya si burung pipit sejak dari dulu sampai sekarang membuat sarang tetap saja dari rumput dengan model yang sama. Sementara manusia dulu berumah di dalam batu atau gua sekarang batu-batu dibuat rumah dan bahkan sekarang sedang dikembangkan botol plastic dibuat dinding rumah (hemat dan tahan gempa).

Terakhir hidayah Allah itu adalah “Ilham”. Diberikan kepada seluruh manusia, sedangkan wahyu hanya diberikan kepada nabi dan rasul.Ilham diperoleh seseorang dalam menuntun hidup yang bersangkutan. Ada jenis ilham yang diperoleh setelah dengan susah payah berikhtiar untuk menyelesaikan suatu masalah. Ada jenis ilham yang datang memberikan petunjuk untuk melakukan sesuatu. Contoh para seniman mendapat ilham menciptakan sesuatu karya yang semula belum ada orang lain menciptanya. Seorang pengarang mendapatkan ilham dalam menuangkan buah pikirannya di atas kertas. Ada lagi jenis ilham yang datang melalui mimpi. Kejadian sungguhan; seorang anak setingkat esempe bukan pemeluk agama Islam, berteman akrab dengan sebayanya yang ta’at sholat. setiap pulang sekolah temannya mampir ke masjid untuk melaksanakan sholat zuhur, sementara dia menunggu di luar masjid sambil membaca apa saja yang bisa dibaca dari buku pelajaran atau apa saja. Suatu malam ia bermimpi datang seseorang berpakaian serba putih mengajarkan ia tentang Islam. Ilham ini diturutinya dan kini yang bersangkutan menjadi seorang muslim melalui ilham di dalam mimpi. Ini adalah hidayah Allah yang hanya diberikannya kepada orang yang dikehendaki-Nya.

Dari telaah di atas dapat dipahami bahwa hidayah akan diperoleh manusia, ada yg ajali ada yang ikhtiari. Wilayah kita adalah “hidayah ikhtiari” yaitu menggapai hidayah Allah dengan berupaya yang sungguh-sungguh melalui mengasah kemampuan insting, merawat dan memanfaatkan indra dengan baik, mencari ilmu pengetahuan, berdo’a dan mohon petunjuk dari Allah dalam menghadapi setiap masalah, berkawan dengan orang yang sholeh. Agar dg hidayah Allah tawakal kita tidak TERGERUS.

Agaknya pas dijadikan dalil uraian tulisan ini:
(QS. Al-Anfal ayat 49)
وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
"Barang siapa bertawakal kepada Allah, ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."

dan...
(QS. At-Talaq ayat 3)
 وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ
Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Tulisan ini diturunkan semasa di negeriku masih terlalu banyak orang yang “telah TERGERUS  tawakalnya” sehingga mereka rakus menumpuk harta bila ada kesempatan, walau dengan cara yang tidak benar. Semoga era ini cepat berlalu setidaknya generasi yang akan datang.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Saturday 6 July 2019

Serba MUKA

Dasa muka, adalah tokoh pewayangan, dianya punya sepuluh muka. Tentu tokoh ini tidak ingin mencari muka satu lagi untuk muka yang kesebelas. Entah kenapa, manusia yang sudah punya satu muka masih ada yang merasa kurang cukup, masih perlu mencari muka lagi.

Rupanya itu hanya kata kiasan untuk orang yang berbuat sesuatu ingin dianggap baik oleh orang lain, biasanya orang lain tersebut atasan yang bersangkutan atau orang yang dianggapnya penting yang dapat menentukan nasib "pencari muka". Banyak kata yang bila ditautkan dengan kata “muka” punya arti yang mengesankan, antara lain:

"Bersemuka", artinya dikonfrontir, dua orang sama-sama dihadapkan untuk dimintai keterangan agar saling tidak dapat mengelak. Biasanya digunakan untuk menjernihkan atau menjelaskan suatu perkara, bilamana ada dua orang atau lebih, ketika diminta keterangan tentang sesuatu, masing-masing orang memberikan keterangan yang berbeda.

"Bermuka dua", artinya seseorang yang berada di dua pihak yang bermusuhan, si "bermuka dua" memainkan peranan ganda, di satu pihak seolah-olah ia berpihak demikian juga dipihak yang lain juga seolah-olah dia berpihak.

"Kehilangan muka", untuk menggambarkan keadaan seseorang bahkan sebuah keluarga besar mengalami malu yang teramat sangat. Misalnya diungkapkan “keluarga kami kehilangan muka”. Contoh ekstrim, undangan sudah pada datang, penghulu sudah siap, ternyata pengantin pria yang ditunggu-tunggu tidak hadir. Betapa keluarga mempelai wanita kehilangan muka mendapat malu dihadapan banyak orang.

"Dikemukakan". Sesuatu yang diutamakan untuk dibicarakan. Dapat juga berarti menyampaikan seperti dalam kontek kalimat “Seperti pendapat yang dikemukakan oleh si fulan”.

"Terkemuka". Orang terpandang dalam artian terpandang yang baik, karena jabatan, karena kemampuan yang bersangkutan yang bermanfaat untuk orang banyak. Dalam hal terkenal untuk hal yang tidak baik, misalnya koruptor kakap triliunan rupiah, mereka tidak dapat disebut “koruptor terkemuka”.

"Tidak punya muka". Diungkapkan untuk orang yang tak tau malu, mirip dengan “Tebal muka”. Kini sudah banyak orang “terkemuka” yang “tidak bermuka” atau “tebal muka”.

"Membuang muka". Digunakan untuk orang yang bila ketemu dengan seseorang, tidak bersedia melihat wajah orang tersebut, walau berpapasan di jalan. Mukanya dipalingkan ke lain arah, tidak dihadapkan kepada orang yang bertemu ketika berpapasan. Kedua orang tadi semula adalah kenal dekat, tetapi karena sesuatu perselisihan tak terselesaikan jadi berseteru.

"Setor muka", artinya hadir. Biasanya untuk suatu acara yang dilaksanakan oleh seseorang yang dianggap penting, agar yang bersangkutan (orang penting itu) mengetahui bahwa si penyetor muka telah datang. Biasanya penyetor muka, setelah terlihat oleh pengundang langsung pulang.

"Setor muka" dengan "cari muka" maknanya hampir sama, mungkin kalau dicari batas pemisah perbedaannya, “cari muka” punya konotasi mengharapkan penilaian baik dan punya interes yang sangat kuat. Sedangkan "setor muka" hanya melepaskan kewajiban atau kewajaran tidak terlalu berharap sesuatu penilaian baik, pokoknya dia sudah lihat saya hadir; “ndak enak waktu pesta anak kita menikah mereka datang ”, demikian alasan "penyetor muka". Ekstrimnya "Cari Muka" kadang oleh orang2 yg beseberangan dengannya disebut "Penjilat" ada juga mengistilahkan "Bermuka Dua".

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebut itulah orang yang bermuka dua (al-wajhain) dan itu adalah manusia paling buruk, seperti disebutkan di dalam hadits:

إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ

Artinya: “Manusia yang paling buruk adalah orang yang bermuka dua, yang mendatangi kaum dengan muka tertentu dan mendatangi lainnya dengan muka yang lain.” (H.R. Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).

Model orang "bermuka dua", Allah SWT berfirman:

وَاِذَا لَقُوْا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْاۤ اٰمَنَّا  ۚ  وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ  قَالُوْاۤ اِنَّا مَعَكُمْ ۙ  اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ
"Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, Kami telah beriman. Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok."
(QS. Al-Baqarah ayat 14)

Orang2 yg "bermuka dua" dan "penjilat", mereka tergolong orang munafik (sebab tak satunya hati dengan kata dan sikap/perbuatan).
Orang munafik memperlihatkan sikap dan sifat yang mendua.

Ancaman orang2 munafik banyak tersebar di Al-Qur'an salah satunya:
وَعَدَ اللّٰهُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْمُنٰفِقٰتِ وَالْـكُفَّارَ نَارَ جَهَـنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا   ۗ  هِيَ حَسْبُهُمْ  ۚ  وَلَـعَنَهُمُ اللّٰهُ   ۚ  وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيْمٌ 
"Allah menjanjikan (mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan Neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi mereka. Allah melaknat mereka; dan mereka mendapat azab yang kekal,"
(QS. At-Taubah ayat 68).

Masalahnya orang2 munafik mungkin tak percaya adanya Neraka Jahanam.

Smg kita semua terjauh dari sifat orang2 munafik. Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.