Friday 29 November 2019

LANSIA menjemur NASI

Jalan2 pagi setlh matahari sepenggalah sungguh menyegarkan, utamanya untuk usia senja. Segar memang, selama sejaman dpt liat sekitar lokasi perumahan dari kediaman.

Di sekitar lokasi rumahku kadang ada terpasang di depan pagar tulisan "Rumah dijual, atau tanah SHM dijual, lengkap dg nomor yg dpt dihubungi"  Tempo2 cepat tulisan itu ilang, mungkin udh laku. Tempo2 luaama sekali tulisan itu terpasang, sampai kabur digujur hujan dan disinari panas matahari.

Juga yg menarik diberapa rumah kuliat ada "nasi dijemur". Itu pertanda penghuni rumah nanak nasi kebanyakan atau beli nasi kelebihan, shg ndak habis dimakan. Eeee,....... jangan bilang mubazir, ntar nasi kering itu nanti dpt diolah jadi makan lagi.

Hasil pantauanku, rumah yg sering ada jamuran nasi dihalamannya itu adlh:
1. Rumah tak tersedia halaman belakang untuk menjemur.
2. Penghuni rumah berusia lanjut.

Butir "2" menarik dikomentari. Orang usia lanjut, kadang dirumah sdh "kembali modal", tinggal Nenek dan Kakek. Anak2 sdh berumah sendiri. Dlm pada itu makan sdh semakin sedikit. Sedangkan nanak nasi, kalau pake rice cooker kan ada batas minimum. Sdh pakai batas minimum, Kedua lansia ini tak sanggup ngabiskannya.

Kadang si Nenek disuruh Kakek, mendingan beli aja di warung nasi. Walau seringnya menunya tak sesuai, sesekali lbh praktis bila beli nasi bungkus.......

Ku pernah dengar dialog di warung nasi pinggir jalan.

Nenek: Nasi rames lengkap, nasinya ndak usah banyak,... 2 bungkus.

Mbak warung: dicampur ya Nek?

Nenek: yaa, sambelnya pisah.

Nasipun klar dibungkus dan dimasukkan kantong plastik. Si Nenek merima bungkusan nasi.

Nenek: berapa duit mbak?

Mbak warung: dua bungkus 15 ribu.

Si Nenek lirik pembeli lain, dg menu sama, sebungkus 10 ribu.

Nenek: itu mas tadi nasi rames kok 10 ribu?...

Mbak warung: Nenek kan nasinya ndak banyak.

Rupanya si Nenek ndak mau dibedakan,  beliau tetap banyar 20 ribu. Dia tak mau di sedekahi, tak mau dikasihani. Soal keuangan dia berdua cukup. Anak2 kirim transfer saban bulan, malah kalau buat makan mah lbh dari cukup.

Si nenek ndak mau termakan sesuatu bukan haknya yg dihawatirkan menjurus ke haram.

Ingat betul beliau di pengajian ustadzah menyampai ayat; jangan memakan harta orang lain dg jalan bathil.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَا لَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِا لْبَا طِلِ اِلَّاۤ اَنْ تَكُوْنَ تِجَا رَةً عَنْ تَرَا ضٍ مِّنْكُمْ ۗ 
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu".
(QS. An-Nisa' ayat 29).

Beda mungkin dg "sebagian kaula muda", senang sekali bila bayar kurang dari seharusnya. Banyak kasus ketika ku masih pelajar dulu. Ada yg makan gorengan di warung sekolah, makan 3 bilangnya 2. Itu duluuuu......, ayat di atas blm meresap di relung hati seperti si Nenek.

Makanya 12 tahunan lalu ketika ku memberikan sambutan untuk dan atas nama ORTU wisudawan, sengaja kuselip sepenggal kalimat di hampir penutup sambutan berdurasi 15 menit itu:
"Sampaikan salam kami orang tua mahasiswa/wi yg hari ini di wisuda, kepada pemilik kantin universitas. Mohon dihalalkan apabila anak2 kami ada yg kurang banyar atas makan minum mereka".

Langsung disambut tertawa riuh oleh wisudawan dan hadirin tak terkecuali para dosen. Ini indikasi statement tersebut mungkin ada benarnya.

Soal makanan halal adlh sangat penting dlm kehidupan dan kematian. Menyangkut kesehatan jamani dan rohani berdampak selagi hidup dan terbawa mati.

Wallahu a'lam bishawab. Barakallu fikum.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Tuesday 26 November 2019

BELUM TENTU

Dunia ini penuh ke tidak pastian. Terminology singkatnya BELUM TENTU.

Sekarang fenomena belum tentu itu semakin banyak terlihat keseharian. Contoh sederhana puluhan tahun lalu, bila dari kejauhan terlihat seseorang tak ada orang lain disekitarnya, ngomong sendiri, sesekali ketawa cekikikan sendiri, senyum2 sendiri; dpt disimpulkan orang tsb sdg terganggu jiwanya. Kini tidak lagi, ybs sdg berbincang dg lawan bicara yg jauh dari dirinya (pakai HP) canggih.

Sesuatu KESALAHAN atau KEBENARAN, juga BELUM TENTU. Sesuatu yg terlihat salah belum tentu salah. Sesuatu yg tampak benar juga belum tentu benar.

Dua pemuda masih "fresh from the oven"  baru saja lulus perguruan tinggi, pas menghadap seorang "ahli", guna mhn arahan atas suatu proposal proyek.

Terpukau keduanya atas kearifan senior ilmuan itu, diiringi janji2 yg meyakinkan, akan ikut membantu manakala proyek dikerjakan, akan bantu tenaga ahli pada bidangnya, dlsbnya. Keduanya yakin betul bahwa semua arahan "ahli" tersebut benar, janjinya pasti akan ditepati, tak ragu lagi proyek akan ter realisasikan.

Namun kedua remaja yg baru saja lulus sarjana Strata dua itu ingat kaidah kebenaran menurut ukuran ilmu.

Ada bbrp kaidah kebenaran menurut ukuran ilmu:
1. Kaidah "Koheren"; sesuatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dg pernyataan sblmnya. Agaknya dari kaidah ini tepat jika pernyataan si "Ahli", mengandung kebenaran. Buktinya ybs kini berkedudukan tinggi sbg bukti dianya orang terpercaya. Hal yg masih hrs dibuktikan, benarkah kesuksesan proyek2 yg pernah ditanganinya sukses seperti diceritakannya ktk  kedua remaja tsb menghadap. Kalau tidak ada kenyataan atau tak ada datanya, yaah BELUM TENTU si "ahli" itu benar.

Kesimpulan secara Deduktif dpt diambil, kalau si ahli tak benar manalah mungkin dipercaya duduk dijabatan setinggi itu.

Dalam pada itu dpt pula dengan menggunakan penalaran induktif, ybs berjabatan tinggi boleh jadi bukan karena kebenaran apa yg diceritakannya, tetapi karena power orang yg berkuasa di perusahaan.

2. Kaidah kebenaran berikutnya adalah kaidah"koresponden" y.i. sesuatu pernyataan adlh benar, apabila materi kandungan pernyataan itu berhubungan dg objek yg dituju. D.h.i. bila proposal proyek yg dimhnkan arahan oleh kedua remaja itu, berkaitan atau hampir sama dg proyek2 yg pernah di tangani si "ahli". Sebaliknya bila stlh di kumpulkan data ternyata bahwa proyek yg pernah ditangani si "ahli" kurang berhasil, atau lebih ekstrim cerita masa lalu si "ahli" diceritakan ktk memberi pengarahan tidak pernah terjadi. Maka kebenaran pengarahannya tertolak. Oleh karena itu juga BELUM TENTU.

3. Kaidah kebenaran berikutnya adlh kaidah "pragmatis". Ukuran kebenaran atas dasar fungsi dan dipengaruhi waktu. Suatu dianggap benar bila mempunyai kegunaan praktis. Sesuatu yg 10 th lalu dianggap benar, mungkin skrg sdh dianggap tdk benar lagi. Atau skrg sesuatu dibenarkan semua pihak tetapi 10 th yad semua orng menyatakan salah. Proyek 10 tahun lalu BELUM TENTU sesuai dg masa kini apalagi masa datang. Banyak proyek tak jadi lanjut tergilas teknologi. Banyak bisnnis yg 10 tahun lalu orang berlomba-lomba, kini gulung tikar diterpa perubahan teknik bertransaksi.

4. Kaidah berikut adlh kaidah kebenaran  IIlahi. Dimana kaidah ini sejak mulai disampaikan kpd ummat manusia, sampai dunia kiamat tetap benar. Bahkan sesuatu kebenaran  yg dinyatakanNya yg beberapa dasa warsa; berabad yl. Blm dirasakan benar, skrg terbukti benar. Bgt selanjutnya yg skrg blm dirasakan kebenarannya yakinlah kelak terbukti kebenarannya. Mari qt simak sukurangnya 3 ayat berikut ini:
Allah SWT berfirman:
اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 147)
Allah SWT berfirman:
اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا  تَكُنْ مِّنَ الْمُمْتَرِيْنَ
"Kebenaran itu dari Tuhanmu, karena itu janganlah engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 60)
Allah SWT berfirman:

وَقُلِ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۗ  فَمَنْ شَآءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَآءَ فَلْيَكْفُرْ  ۙ اِنَّاۤ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًا  ۙ  اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا  ۗ  وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَآءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَ ۗ  بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَآءَتْ مُرْتَفَقًا
"Dan katakanlah (Muhammad), Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir. Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 29)

Pilihan qt untuk menentukan tentang kebenaran, bila tetap ingin acuan kebenaran itu tdk berubah maka acuan kebebaran sesuai kaidah Illahilah yg tepat untuk dijadikan referensi.

Nah........, kembali ke arahan, janji2 dari "ahli" tsb dlm artikel ini tetap hrs disikapi dg BELUM TENTU, jangan gantungkan keyakinan penuh. Optimisme yg berlebihan bila gagal, menimbulkan kekecewaan yg dalaaam.

Wain yakun shawaban faminallah.  Wa in yakun khathaan faminni waminassyaitan,. Wallahu warasuluhu bari ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datang dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti datangnya dariku sendiri yg kurang ilmu dan dari syaitan. Allah serta RasulNya berlepas diri daripadanya),
Wallahu a'lam bishawab. Barakallu fikum.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Wednesday 20 November 2019

MANUSIA tak ada yg SEMPURNA

Pemuda lumayan berumur, hampir 40 tahun, berulang kali nyaris menikah. Ada saja pasalnya pernikahan urung berlangsung.

Menarik diangkat, batal lamaran akhir2 ini. Jalinan bersahabatan sudah berbilang tahun. Justru dari bersahabatan itu diketahui sikap calon, thp sesama manusia.

Calon sbg keluarga yg berkecukupan, pekerjaan rumah- tangga hampir seluruhnya diserahkan kpd "Asisten rumah tangga" (ART). Taman diurus tukang kebon. Dapur, masak-memasak, karapian ruangan sampai kamar tidur, kamar mandi semuanya dikerjakan ART.

Tak ada yg istimewa sebetulnya, soal setiap rumah tangga punya ART, lbh dari seorang. Yg beda hsl pantauan pemuda lajang ini adlh perilaku calonnya thdp ART. DI rumah keluarga calon, para ART blm boleh makan masakan produk rumah bila si majikan belum makan semua. Kalau ART ketahuan makan duluan, sdh mrpkn pelanggaran, diomeli, tak jarang dikenai saksi. Padahal si calon adlh wanita karier, kadang pulang ndak mesti waktunya tempo2 di pkl 10 malam......

Jika para ART akan makan, sempat2nya majikan men "Catu", nasi serta lauk pauk ke piring masing2 ART. Tak ada kesempatan nambah. Setelah piring mereka terisi, mereka nongkrong makan diruang dapur atau garasi. Duduk dikursi meja makan adlh TABU besar bagi ART.

Perilaku keluarga calon termasuk calon, thdp ART inilah yg membuat "mentah" si jomblo ini melanjutkan hubungan dg si calon menuju lamaran, walau PDKT sdh tahunan. "Tak manusiawi memperlakukan orang. Bgmn nanti sikapnya thdp mertua, ipar dan periparan", pikir dlm benak se pemuda yg blm ketemu pasangan ideal tsb. Beberapa sdh ditemukan wanita idaman tapi tak kunjung ketemu yg ideal. Ada saja celanya, lebih disini, kurang disana.

Jikalah yg bersangkutan bertukar pendapat dg ku, barang kali ku dapat sharing kpd ybs antara lain seperti ini:

1. Manusia tdk ada yg sempurna. Kalau ingin cari pasangan yg sempurna tak kan didapat walau sampai ke ujung dunia. Manusia ditaqdirkan lemah (QS: An-Nisa 28)
وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفً
Karena diciptakan manusia (bersifat) lemah.

Maka setiap manusia ada saja kekurangannya, mungkin siih tiap individu ada kelebihannya. Boleh dikata kita manusia ini, mungkin dari ayah bunda kitapun punya kelebihan, tapi begitu buanyaak kekurangannya. Guna menutupi kekurangan itulah perlu interaksi dg orang lain, antara lain melalui pernikahan.

2. Justru itulah Allah ingin mengkombinasikan kelebihan dan kekurangan itu.......
Perhatikan awal ayat 28 QS An-Nisa yg jadi referensi kita
يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ
(Allah hendak memberikan keringanan kepadamu).

Menjalani hidup didunia ini berat jika dihadapi sendiri, makanya perlu kerjasama.

Dunia ini tak akan beres, aman, makmur kalau hanya diurus Pria saja, atau Wanita saja. Pria dan Wanita hrs bersinergi mengurus dunia ini.

Perhatikanlah seseorang Pria sukses, biasanya didampingi oleh seorang istri yg menopang, mendorong kesuksesan itu.

Bgt juga wanita karier yg gemilang prestasinya, mesti ada peran suami yg bijak penuh pengertian.

Coba umpamanya suaminya penyemburu, istrinya kemana-mana dikuntit. Si istri ndak bisa berkarier cemerlang. Ribet,....... atasan si istri sulit memberikan jabatan bagi si istri. Karena makin tinggi jabatan volume kegiatan makin lbh kompleks dan bakal lbh banyak berinteraksi dg clien, apa yg terjadi bila si suami penyemburu.

3. Konsekwensi manusia tak sempurna, hrs bersedia di koreksi. Suami  hrs jangan bosan membimbing/membina istri, mengarahkan ke keadaan lbh baik. Dmkn juga istri jangan bosan dan ragu mengoreksi suami guna kebaikan bersama.

Tentu bimbingan, koreksi dilakukan dg arif bijaksana. Jangan sampai membina jadi membinasakan. Mengoreksi jadi mengorek-ngorek.

4. Pasangan suami istri berasal dari gabungan keluarga yg beda. Kadang beda suku, beda adat kebiasaan, beda selera, beda hobby, dll. Oleh karena itu pasangan suami-istri hrs menyadari menerima kenyataan tsb dan sanggup mengendalikan.

Dmkn, smg bermanfaat.
Aamin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Tuesday 12 November 2019

SIKAP terhadap Al-Qur'an

Di kampung kelahiranku (setidaknya 60 tahunan yang lalu), anak lelaki belum di khitan jika belum hatam membaca Al-Qur’an.

Belajar membaca Al-Qur’an kala itu tidak semudah sekarang, masih harus dibaca ayat demi ayat. Mula mula zus 30, surat-surat pendek dan kemudian baru mulai membaca zus satu dan seterusnya, dikaji ayat demi ayat sampai lancar membacanya, dituntun guru ngaji. Pengkajian ayat demi ayat ini istilah kampungku “menderas”.

Di sebelah kanan atau kiri anak yang menderas, duduk  sang guru ngaji, tersedia sebilah rotan yang ujungnya dibelah empat, siap diraih sang guru untuk dipukulkan ke lantai bahkan ke tubuh muridnya bila berkali-kali “bebal” (tak dapat membaca dengan baik) bila si guru sudah berulang mengajarkan.

Sbgmn anak lelaki ber-hatam Al-Qur'an ktk akan dikhitan,  anak perempuan sblm dilangsungkan akad nikah, terlebih dahulu diupacarai ber hatam Al-Qur'an. Upacara TAHTIM istilahnya itu berlangsung, si gadis melantunkan ayat2  dibaca dari kitab Al-Qur'an, disaksikan hadirin dihadapan penghulu dan wali nikah.

Proses belajar mengaji betul2 disakralkan, wujud penghormatan kitabullah ini. Tak heran memakan waktu berbilang bulan baru hatam.
Setiap hatam satu zus, orang tua mengapresiasi anaknya dg upacara membuat nasi ketan kuning dg lauk khusus panggang ayam (ayam kampung tentunya, karena ktk itu blm tersedia ayam potong seperti sekarang). Nasi kuning panggang ayam itu dimakan sekeluarga bersama guru ngaji. Lumayan ada juga biaya ngaji. Guru sii ndak di honor, murid biasanya bergiliran nyiapkan minyak tanah untuk penerangan rumah guru tempat mengaji. Harap maklum ktk itu listrik msh barang lux. Usai ngaji, murid2 ngambil air dari sumur, mengisikan tong, tempayan air guru ngaji, zaman itu blm ada PDAM.

Setelah selesai belajar mengaji, , anak-anak pengajian menutup kitab Al-Qur’an dan membawanya ke rak yang disediakan ditempat ngaji atau di Langgar/Surau (masjid kecil) atau mungkin juga dirumah tuan guru ngaji. Kitab dibawa dengan penuh hormat, sebelum diletakkan, Al-Qur’an lebih dahulu dijunjung di atas kepala kemudian sblm ditempatkan ke rak di cium barulah dususun di tempatnya.

Begitulah proses belajar mengajar dan etika penghormatan yang diajarkan sejak dini thdp Al-Qur'an.

Tak heran penduduk seantero negeri, juga menyimpan Al-Qur’an dirumahnya ditempat yang terhormat, biasanya diletakkan di tempat yang tinggi di atas penempatan buku-buku lainnya.

Karena pembelajaran dan sikap penghormatan seperti di atas sudah membudaya dikalangan masyarakat khususnya yang beragama Islam, barang kali itulah sebabnya kelak setelah anak-anak itu menjadi dewasa, penghormatan kepada Al-Qur’an itu tetap merasuk sampai ke tulang sumsumnya barang kali.

Guratan tangan masing-masing anak manusia tidaklah sama. kelak anak-anak sdh hatam Al-Qur'an itu tumbuh berkembang dengan nasibnya masing-masing.

Diantaranya ada yang meraih sukses menjadi orang kaya, orang ternama, atau pejabat atau pengusaha sukses. Namun tidak pula dapat diherankan ada pula yang hidupnya susah, makan pagi mengenangkan petang, ada juga yang terpaksa menjadi maling misalnya.

Tetapi jadi apapun kelak anak-anak itu, mereka sudah dibekali pandai membaca Al-Qur’an, sudah diajari etika penghormatan kepada Al-Qur’an.

Dua orang yang rupanya sudah lama merajut hidup menjadi maling (bahasa setempat pencuri), suatu malam menyatroni sebuah rumah di kampung jiran. Rumah di kampung kami waktu itu, boleh dikata belum ada yang terbuat dari semen (rumah batu bahasa setempat), semua rumah dari bahan kayu. Rumah orang berduit terbuat dari kayu Belian (kayu besi), beratap Sirap. Sedang rumah orang yang kurang mampu biasanya kerangkanya dari kayu Belian tapi dindingnya “Kajang” atapnya “daun nipah”.

Sasaran maling tentu rumah orang berduit, setidaknya barang yang dimaling jika dijual dapat untuk membeli beras. Sebuah rumah yang sudah disurvey di kampung jiran (bukan kampung si maling sendiri), akan disatroni malam nanti.

Rumah satu dengan rumah lainnya tidak dempet seperti di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, tetapi berjauhan. Setiap kamar dan ruangan melekat jendela-jendela.

Maling sudah hapal dan punya keakhlian membuka kunci jendela, pakai slot atau pakai apapun, apalagi rumah yang akan disatroni sudah disurvey memakai kunci model !apa jendelanya.

Kegelapan malampun tiba, maklum dikampungku 60 an tahun yang lalu belum masuk PLN, seperti disinggung di atas. Mengendap ngendaplah dua orang ini disamping sebuah rumah panggung. Rumah panggung cukup tinggi, sebagai ilustrasi bahwa kolong rumahnya dengan leluasa masuk hewan Sapi, bahkan ada yang membuat kandang sapi di bawah rumah.

!Untuk dapat meraih jendela, salah satu maling lebih dulu duduk berjongkok, kemudian maling yang satunya menginjakkan kakinya ke kedua belah bahu maling yang jongkok, barulah perlahan-lahan maling yang jongkok berdiri, sambil tangan maling yang satunya memegang bangunan rumah.

Setelah sampai dijendela, mulailah dilaksanakan membuka jendela. sementara maling yang ditanah menunggu kode dari bunyi kain sarung yang ditarik, untuk memberi isyarat berhasil, untuk memberi isyarat akan turun, untuk memberi isyarat dalam bahaya dan lain sebagainya, merekalah yang mengatur sandi tersebut.

Belum berapa lama maling yang bertugas masuk rumah melewati jendela, terdengar kode agar menyiapkan pundak untuk mendarat kembali. Dengan penuh heran maling yang nunggu di tanah bertanya dalam hati, ndak ada kode bahaya, tapi tiba2 minta turun. Sudahlah diikuti saja, langsung berdiri di tempat naik tadi, dan kaki partnerpun mendarat dibahu dan perlahan-lahan diturunkan.

Heran tak ada satu bendapun yang dibawa teman dari rumah satronan. Dengan berbisik pelan "maling operasional" mengajak “cepat-cepat kita hengkang, nanti saya ceritakan”.

Sampai ditempat aman, berceritalah maling ini kepada temannya. Bahwa “jendela yang dimasuki itu rupanya ada meja, di atas meja tersebut terdapat  sebuah Al-Qur’an yang terletak di atas meja, agaknya baru selesai dibaca. "Hampir saja aku menginjak Al-Qur’an itu ketika mau melangkahi meja. Pikiranku jadi ragu untuk meneruskan masuk ke ruangan dalam rumah. Dadaku bergemuruh, jantungku terasa berdegub kuat dan tubuhku gemetar, jangan-jangan aku telah terlajur melakangkahi Al-Qur-an.  Karena itulah nampaknya usaha kita malam ini kalau diteruskan akan membawa melapateka buat kita”, kata maling itu kepada temannya. Meskipun dia kini berprofessi sebagai maling, namun penghormatan terhadap Al-Qur’an yang sudah tertanam sejak kecil  dan kekhawatiran kewalat akan
Al-Qur’an membuat si maling mengurungkan niatnya untuk mencuri setidaknya pada malam itu, tergugah penghormatan thdp kitab Suci Al-Qur’an.

Baik kita renungkan, penghormatan terhadap Al-Qur’an begitu besar oleh penduduk negeri ini, terutama bagi yang memeluk agama Islam, apa lagi yang menjalankan seluruh ibadah dalam agama Islam. Bagi yang Islamnya belum dapat beribadah dengan intensifpun, akan menaruh hormat kepada Al-Qur’an, akan merasa terpanggil untuk setidaknya ber do’a agar kemuliaan Al-Qur’an tetap terjaga.  Allah memang ada menjamin akan memelihara Al-Qur’an itu sampai hari kiamat.
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِ نَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya."
(QS. Al-Hijr ayat 9)

Tapi tidak ada jaminan bahwa Al-Qur’an akan terjaga terus di bhumi Nusantara ini, kalau ummatnya tidak berperan aktif menjaganya, dengan mengamalkan kandungan Al-Qur’an itu.

Di dunia ini sudah dapat kita saksikan suatu negeri yang tadinya sangat Qur’ani, menjadi negeri yang tidak Qur’ani lagi bahkan penduduk yang meng-imani Al-Qur’an menjadi termarginalkan. 

Untuk mengawal Al-Qur’an mungkin salah satunya adalah membuktikan, bahwa pengamal-pengamal Al-Qur’an mempunyai akhlak mulia yang patut diteladani, sehingga Insya Allah orang yang belum kenal Al-Qur’an akan tertarik mengenalnya dengan cara yang benar, bukan sebaliknya mengambil Al-Qur'an sepenggal-sepenggal tanpa menyakininya, malah mungkin menistakannya.

Wajar jika ada pihak yang diduga menistakan Al-Qur’an, penduduk negeri yang sejak kecil menghomati Al-Qur’an akan terpanggil untuk membela Al-Qur’an, setidaknya mengkonfirmasi, apakah benar Al-Qur’an sudah dinistakan?.

Tak heran bila ada yg mencoba menista Al-Qur’an anak bangsa ini yg ibadahnya minimalpun akan terusik apalagi yg ibadahnya kuat.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Saturday 9 November 2019

PEMIMPIN dan KRITIK/SARAN

Menyoal KRITIK, Nabi Muhammad Yg Nota Bene kebijakannya hampir seluruhnya dlm tuntunan wahyu Allah, lagian siap menerima KRITIK/SARAN.

Ketika Rasulullah mepersiapkan Perang Badar, beliau sepertinya akan memutuskan sbg base camp pasukan, di dekat  sumber air permulaan mata air yang dijumpainya mengarah dekat ke Madinah.

Seorang sahabat Nabi yang bernama al-Hubbab bin Munzir menghadap kepada beliau dan bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah tempat ini merupakan tempat yang diperintahkan oleh Allah agar engkau berhenti padanya dan kita tidak boleh melampauinya? Ataukah tempat ini engkau jadikan sebagai tempat untuk menyusun strategi perang?" Rasulullah menjawab, "Tidak, ini merupakan tempat yang sengaja SAYA PILIH untuk strategi perang dan menyusun siasat perang." 

Melalui pertanyaan itu al-Hubbab bin Munzir ingin mengkonfirmasi, kebijakan itu apakah atas wahyu Allah (tentu tak perlu dikritik) atau atas inisiatif Rasulullah (msh berpeluang dikritik).

Karena Nabi tegaskan atas inisiatif dirinya maka.....,
Al-Hubbab bin Munzir berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya tempat ini bukan tempat yang strategis untuk berperang dan melancarkan siasatnya. Tetapi bawalah kami hingga sampai di mata air yang paling dekat dengan pasukan calon musuh (jauh dari kota Madinah), kemudian kita keringkan semua sumur lainnya, sehingga kita beroleh mata air untuk minum, sedangkan mereka tidak mempunyai air." Maka Rasulullah berangkat ke lokasi dimaksud untuk melaksanakan strategi hasil kritikan al-Hubbab bin Munzir.

Contoh lain Pemimpin yg terbuka terhadap kritik.

Abdul-Malik (15 tahun) masuk ke rumah, melihat ayahnya dan dia berkata:  "Apakah yang sedang ayahanda lakukan?

Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini".     

"Jadi apa ayah akan buat wahai ayahanda?", Tanya anaknya ingin tahu. Umar menjawab, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".

Apa pula kata anaknya mendengar jawaban ayahnya Amirul Mukminin yang baru saja dilantik menjadi halifah itu:

“Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggung-jawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar Ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau memanggil anaknya mendekatinya, beliau mengecup kedua belah mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku”.

Ini adalah profil seorang pemimpin negara, menerima kritik walau hanya dari seorang bocah.

Tidak mengherankan, kalau di era pemerintahan Umar bin Abdul Azis selama 2 tahun 5 bulan dan 5 hari, pemerintahan Islam waktu itu demikian mendapatkan barokah Allah. Dikabarkan tidak ada rakyat yang miskin, sehingga tak seorangpun yang berhak menerima zakat. Harta zakat terkumpul di baital mal di umumkan barang siapa saja yang memerlukan pembiayaan untuk kehidupan dan memulai kehidupan misalnya menikah, dapat meminta bantuan dari baital mal.

Satu dan lain lantaran dipimpin oleh pemimpin yg adil dan bersedia menerima KRITIK dan saran jangankan dari rakyat yg cerdik pandai, sdgkan dari bocah U15 saja diterima.

Selain menerima KRITIK Umar bin Abdul Azid  juga pemimpin yg sederhana. Dikisahkan sang halifah ketika menjelang azalnya hanya mengenakan baju yang sederhana dan menurut isterinya tak ada baju yang lebih baik untuk dapat mengganti baju beliau.

Makanya pernah pula kudengar ustadz berceramah mengisahkan ketika wafatnya Umar bin Abdul Aziz, langsung kambing dan sapi yang diambil susunya, susu ternak2 itu serta merta volumenya menurun.

Jadi bahwa kemakmuran dan keberkahan diberikan Allah berkolerasi lurus, terkait langsung dengan PEMIMPIN yg adil, sederhana dan membuka diri thdp KRITIK.

Pemimpin dlm strata apa saja, hrs siap menerima KRITIK, termasuk pemimpin kampung, pengurus RT, RW juga pengurus Masjid. Masih ada masjid yg untuk mengadakan "KOTAK SARAN" saja, oleh pengurusnya tidak boleh. Apalagi menerima kritik.

Alhamdulillah hampir seluruh masjid tersedia "kotak saran", guna jamaah menyampaikan KRITIK dan SARAN. Karena bgmnpun pakarnya seseorang tak luput dari kekurangan, karenanya Allah akan meringankan beban pemimpin bila bersedia menerima KRITIK dan SARAN. Allah ingatkan bahwa manusia diciptakan lemah, hrs besinergi dg manusia lainnya, agar setiap persoalan dpt ditemukan penyelesaian terbaik, seperti diingatkan Allah di An-Nisa 28.

يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah."
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Tuesday 5 November 2019

JENAZAH UTUH

Driver ojek on line sedang duduk menunggu order mangkal dibawah pohon rindang, rupanya dia membaca Al Qur'an dari aplikasi HP. Sekira 15 mnt, HP miliknya berbunyi, ada order calon penumpang. Order di sambut, seiring aplikasi Al Qur 'an di hentikan, diapun starter speda motor menjemput pelanggan.

Membuat ku teringat kisah penjual cendol (materi khutbah Jum'at seorang khotib). Menurut khotib almarhum penjual cendol, puluhan tahun dikebumikan jenazah dan kain kafannya msh utuh. Apakah tukang ojek on line ini jenazahnya nanti bakal seperti tukang cendol kisah di atas. Wallahu alam bishawab.

Khotib menjelaskan ttg penjual cendol. Suatu ketika pembangunan kota mengharuskan penggusuran kuburan, apa boleh buat kuburan almarhum penjual cendol harus di relokasi.

Anak, mantu dan cucu berkumpul dipekuburan menyaksikan penggalian lahat, mrkpun sudah mempersiapkan tempat tulang belulang yg akan dipindahkan.

Diluar dugaan, jenazah almarhum masih utuh-tuh berikut kain kafannya. Padahal jenazah telah terkubur lbh dua puluhan tahun. Tentu teknik pemindahannyapun beda dari rencana semula.

Apa amalan jenazah ini sehingga tanahpun tak sanggup membelulangkannya bahkan memeliharanya.

Rupanya selama hidupnya tiap tdk beraktivitas tak lepas dari membaca Al-Qur' an. Stlh layani cendol pemesan, langsung dia duduk berlindung di toples cendol lalu membuka Al Qur'an (zaman itu blm ada HP, apalagi HP bermuatan Al Qur'an). Jadi dianya membaca kitab Al-Qur'an yg tersimpan rapi di rak warung cendol. Beda dg driver ojek on line (Al-Qur'an tersimpan di aplikasi H.P.).

Tak ada dalil yg tegaskan orang yg rajin membaca Al Qur 'an jenazahnya tak termakan bumi.

Adanya informasi Allah bagi orang yg rajin membaca Al-Qur'an;
Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَ قَا مُوا الصَّلٰوةَ وَاَ نْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَا نِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَا رَةً لَّنْ تَبُوْرَ ۙ 
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi,"
(QS. Fatir ayat 29)

Buat yg rajin baca Al-Qur'an baik juga disimak; dari shahabat Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu ‘anhu : Saya mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
 اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه
“Bacalah oleh kalian Al-Qur`an. Karena ia (Al-Qur`an) akan datang pada Hari Kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” [HR. Muslim 804]

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk membaca Al-Qur`an dengan bentuk perintah yang bersifat mutlak. Sehingga membaca Al-Qur`an diperintahkan pada setiap waktu dan setiap kesempatan. Lebih ditekankan lagi pada bulan Ramadhan. Nanti pada hari Kiamat, Allah subhanahu wata’ala akan menjadikan pahala membaca Al-Qur`an sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, datang memberikan syafa’at dengan seizin Allah kepada orang yang rajin membacanya.

Ayahanda penjual cendol punya anak lebih selusin, semua anaknya tak lagi meneruskan bisnis ayah lantaran sukses dibidang profesi lain. Satu dan lain karena semua berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi.

Kisah ini menambahkan kesan bahwa orang yg rajin membaca Al-Qur'an anak keturunannyapun dianugerahi kesuksesan, selain jenazahnyapun tak rusak dikandung bumi.

Tentulah membaca, bukan hanya membaca, tetapi memahami serta mengamalkannya, karena bukan sedikit orang yg membaca Al-Qur'an hanya sampai di kerongkongan saja seperti di beritahukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
 يَخْرُجُ نَاسٌ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ وَيَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ، ثُمَّ لاَ يَعُودُونَ فِيهِ حَتَّى يَعُودَ السَّهْمُ إِلَى فُوقِهِ “
Akan keluar manusia dari arah timur dan membaca Al-Qur’an namun tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat keluar dari agama sebagaimana halnya anak panah yang melesat dari busurnya. Mereka tidak akan kembali kepadanya hingga anak panah kembali ke busurnya.” (HR. Bukhari).

Dmkn, smg pembaca dpt menjaring manfaatnya.

Aamin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.5

Friday 1 November 2019

Pe-NANTI-an

Sebagai manusia tak dpt ngelak dg peristiwa "menunggu" atau "menanti" sejak lahir sampai mati nanti. Sebelum kita lahir ayah menantikan proses kelahiran kita dg harap2 cemas di depan kamar bersalin. Sementara bunda kita berjuang menahan sakit menanti kelahiran kita. 

Ketika kita mati nanti, juga detik2 kematian 'bagi orang yg  dlm sakratul maut' menunggu entah bgmn rasanya, caranya, sakitnya, kitapun tak tau. Yg jelas keluarga menunggu dg harap2 cemas antara dpt kah si yg dinanti melalui masa kritis, lalu sembuh atau tutup usia.

Dmkn soal "menanti" mulai lahir sampai mati.......
Di tengah2 lahir dan mati, kita jalani kehidupan; masa anak2, remaja, dewasa, tua. Dlm menjalani kehidupan itu tak henti2nya dialami "pe-nanti-an". Menanti hasil ujian sekolah, diterima kerja, menanti jodoh, menanti hasil usaha dstnya.

Soal menanti tak terlepas dari waktu. Perasaan seseorang akan lamanya waktu penantian, tak sama. Katakanlah penantian selama 2 jam, seseorang merasakan cukup singkat, sedang orang lain mungkin merasakan luuamaaa sekali.

Perasaan lama atau sebentar suatu "penantian" dipengaruhi sekurangnya oleh:
1. Aktivitas  si penanti.
2. Kondisi si penanti
3. Kepentingan si penanti
4. Kepasrahan si penanti.

AKTIVITAS si penanti.
Orang yg sibuk atau dpt membuat suasana menanti menjadi terisi dg kesibukan, maka menanti tak kan terasa lama. Misalnya menanti antrian di rumah-sakit, di bandara, di kantor instansi2 pelayanan publik, mesti larut dlm penantian, antrian. Akan tdk terasa kalau kita sibukkan diri a.l. dg menulis artikel seperti ku lakukan ini.

KONDISI si penanti
Orang sehat tentu lbh merasa tak terlalu lama menanti sesuatu urusan, dibanding orang yg sdg sakit. Orang yg kondisi serba berkecukupan tentu lbh betah menanti ketimbang orang yg serba kekurangan.

KEPENTINGAN si penanti.
Jika sesuatu yg dinantikan itu sangat diperlukan rasanya bgt lama waktu penantian. Tapi kalau sesuatu yg dinantikan itu biasa2 saja, si penanti santai bahkan kadang ditinggal dulu untuk urusan lain.
Dua kesebelasan diperpanjangan waktu 5 menit dg score 2-3.  Bagi kesebelasan yg unggul, 5 menit itu terasa lama. Sedangkan untuk kesebelasan yg kalah, detik2 terasa dmkn cepat.

4. KEPASRAHAN si penanti.
Menanti, bila berbekal sabar yg banyak dan pasrah tebal. Menanti tak bgt terasa. Ini umumnya modal dari orang2 yg pergi menunaikan ibadah haji. Segala keperluan antri ditengah manusia yg dmkn banyak sama2 menanti dlm setiap kesempatan. Jika tak pasrah, jika tak sabar bawaannya akan kesal dan berujung marah, komplain, ngedumel, padahal perbuatan itu termasuk pantangan ketika berhaji.
Kepasrahan dan kesabaran inipun di case penantian lainnya sangat menentukan kenyamanan dalam penantian.

Menanti apapun ada batasan waktu. Menanti lahir, umumnya setelah dikandung bunda selama 280 hari. Ada yg lahir lbh awal (prematur) dan ada yg lbh lambat.
Menanti mati ndak ada yg tau, bisa bayi, bisa anak2, bisa dewasa, bisa sembarang usia. Yang pasti penantian mati itu pasti.

Berbicara soal menanti hubungan eratnya dg waktu. Sehari semalam setiap diri kita mendptkan alokasi waktu hidup sama 24 jam. Di durasi 24 jam itulah kita menanti
sukses, menanti karier, menanti cita-cita, lahir dan mati, menanti sembuh dari sakit.

Dikala sehat, dikala sukses, dikala bahagia banyak diantara kita melupakan bahwa dlm penantian waktu 24 jam sehari semalam dpt saja terjadi apa yg diingatkan Allah 3 ayat berikut:
اَفَاَمِنَ اَهْلُ الْـقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ  بَأْسُنَا بَيَاتًا وَّهُمْ نَآئِمُوْنَ
"Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?"
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 97)
اَوَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَّهُمْ يَلْعَبُوْنَ
"Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?"
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 98)
اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِ  ۚ  فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 99).

Dari warning Allah di 3 ayat ini seharusnyalah kita semua senantiasa waspada bahwa dlm penantian waktu 24 jam yg kita ada didalamnya bencana dpt saja terjadi. Bencana/siksa baik menimpa diri pribadi, keluarga, kampung/desa, kota dan negara bahkan dunia ini. O.k.i. apapun kegiatan kita dan apapun status sosial kita. Pilihan kita adalah beserah diri kpd Allah. Dan selalulah waspada dg tetap menyandarkan diri kpd Allah; sebab bencana/siksa dpt terjadi kapan saja tak peduli kita sdg terlena dlm kesuksesan dan suka cita, atau dlm keterpurukan dan duka nestapa.

Demikian smg ada manfaatnya.
Wain yakun shawaban faminallah.  Wa in yakun khathaan faminni waminanassyaitan,. Wallahu warasuluhu bari ani minhu. (Dan sekiranya benar, maka itu datang dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti datangnya dariku sendiri dan dari syaitan. Allah serta RasulNya berlepas diri daripadanya). Aamin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi..