Thursday 29 April 2021

KEMATIAN hidupkan HATI yg MATI.

 Suatu renungan di shaum ke 18 Ramadhan 1442 H. Maaf tentang mati..... , suka ndak suka pasti di alami.... yg berpuasa .... mati.... yg ndak berpuasa juga mati.....


Apabila ada yg meninggal, bila keluarga, biar jauh berlainan kotapun kelazimannya sanak keluarga datang.


Bila yg meninggal tetangga, pantas-pantasnya tetangga terdekat betapapun sibuk bisnisnya menyempatkan datang ke rumah duka....... 

Untuk seakidah, menshalatkan, jika sempat mengantar ke pemakaman. 


Di era pandemi covid 19 ini, cukup menyedihkan, kalau meninggal teridentifikasi Corona maka kelaziman tsb di atas sdh tdk dpt diamalkan.


Apa mau dikata, keadaan mengharuskan demikian,  walau dlm hal jenazah terdpt petunjuk 

Rasulullah ﷺ ':

مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّىَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ . قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ

"Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia men shalatkannya, maka baginya satu qirath. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qirath." 

Ada yang bertanya, "Apa yang dimaksud dua qirath?" Rasulullah s.a.w. lantas menjawab, "Dua qirath itu semisal dua gunung yang besar." (HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945). Dari Abu Hurairah.


Ganjaran 1 qirath atau 2 qirath itu tentulah didapatnya nanti di akhirat. Itu juga berapa besarnya gunung itu tergantung kadar keihlasan. Boleh jadi makmum yg shalat jenazah di shaf paling belakang dpt ganjaran sebesar gunung Rinjani, sementara imamnya malah sebesar bukit pasir mainan anak-anak ditepi pantai bila keikhlasan tipis, ekstrimnya malah mungkin ada yg ndak dpt apapun jika shalat jenazahnya sekedar ikut lantaran malu ama tetangga. Atau malah shalat jenazah ingin dpt imbalan.


Maaf ada kearifan lokal suatu tempat yg membiasakan memberikan amplop kpd jamaah yg menshalatkan jenazah. 

Nilai di dalam amplop tergantung tingkat kekayaan si mayit. Nah dlm hal ini, bila, sekali lagi bila berdirinya imam maupun makmum di shalat jenazah itu terbersit niat untuk mendapatkan imbalan isi amplop itu mungkin tak dapat lagi "qirath" itu (wallahu 'alam bishawab).


Ikut prosesi jenazah penting sebagai nasehat dan pelajaran seperti diungkapkan Rasulullah ﷺ  mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi ﷺ  bersabda,

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).


Bgt pentingnya ikut menshalatkan dan mengantarkan jenazah ke pemakaman sampai termasuk fardhu kifayah karena banyak dpt dipetik pelajaran a.l.:


1. Menyadarkan bahwa diri kita sendiri pasti akan mati. Mati cepat semasa masih muda atau lambat setelah tua, tapi mesti bakal dialami.


2. Bgt seseorang mati maka semua manusia sama, betapapun tingginya jabatan semasa hidup, betapa banyakpun harta tak ada bedanya si kaya dan si miskin, pejabat tinggi dan rakyat jelata. Ukuran liang lahat segitu juga.


3. Setidaknya beberapa saat setelah prosesi pemakaman, terjadi kilas balik di diri dlm menjalani hidup ini, seberapa banyak sdh dosa dilakukan, sekecil apa tabungan pahala kebaikan yg tlh diperbuat.


Nah berarti menshalatkan jenazah, mengantar ke kubur, "mampu menghidupkan hati yg mati". Karena kalau masih tdk dpt memetik sekurangnya 3 pelajaran di atas, ini pertanda bahwa "hati tlh mati". 


Pemilik hati yg mati, do'anya besar kemungkinan tdk terkabul. Begitu menurut Ibrahim bin Adham (hidup di abad ke dua Hijriah), salah satu tanda hati sudah mati adlh "tak dpt memetik pelajaran dari jenazah" seperti dimaksud di atas.


Semoga Allah, senantiasa menghidupkan hati kita semua, menghindarkan penulis dan pembaca yg arif dan beriman dari matinya hati. Sehingga janji Allah kepada kita sampai;

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْۤ اَسْتَجِبْ لَـكُمْ ۗ 

"Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.

(QS.40 = Ghafir ayat 60)


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 18 Ramadhan 1442 H.

30 April 2021.

JANGAN BERLEBIHAN (LA TUSRIFU).

 

Mungkin makna yg hampir tepat buat "la tusrifu" itu ialah: "yg sedang-sedang", "pertengahan" atau "pas" atau "jangan berlebihan" 


Rupanya dlm segala hal di kehidupan ini haruslah "la tusrifu". Kebanyakan tidur bukannya segar malah loyo. Kebanyakan kerja bawaannya capek, banyak lagi kalau berlebihan nenjadi tdk lagi mengenakkan. Demikian juga makan, bila berlebihan berakibat kurang baik buat kesehatan.

Ibadah saja di berikan petunjuk oleh Rasulullah tdk usah berlebihan.


Rasulullah bersabda kpd Utsman bin Madz’un, malam shalat, siang berpuasa terus menerus: ”Jangan kamu lakukan itu. Sesungguhnya matamu memiliki hak atasmu, tubuhmu memiliki hak atasmu dan keluargamu juga memiliki hak atasmu. Maka shalatlah dan tidurlah. Dan puasalah lalu berbukalah.” (HR Bukhari).


Allah menyuruh beragama bukan untuk kita sengsara lantaran berlebihan dlm ibadah:

ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (Sebagian surat Al-Bakarah 185). 


Sehingga mengesampingkan fitrah sbg manusia yg perlu berkeluarga, bermasyarakat, tidur dan bangun, bersukaria, bercanda. Jangan seperti yg diingatkan Allah di surat Al-Hadid 27:

".......... وَرَهْبَانِيَّةَ اِبْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنٰهَا عَلَيْهِمْ اِلَّا ابْتِغَآءَ رِضْوَانِ اللّٰهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۚ ............"

"..............Mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. ..........................."


Juga secara terang Allah tegaskan bahwa;

مَاۤ اَنْزَلْـنَا عَلَيْكَ الْـقُرْاٰنَ لِتَشْقٰۤى 

"Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah;"

(QS. Ta-Ha ayat 2)


Begitu juga sedekah juga harus "la tusrifu"

وَالَّذِيْنَ اِذَاۤ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا

"Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar,"

(QS. Al-Furqan: Ayat 67)


Akan hal makanan telah ku turunkan tulisan sebelum ini:

Makanan "Halalan" berkorelasi thdp "ahlak" pemakannya. 

Makanan "Thaiyiban" berpengaruh ke kecerdasan keluarga yg menyantapnya.


Biarpun makanan itu halalan dan thaiyiban, diajarkan oleh agama , haruslah dikonsumsi "la tusrifu" (tidak berlebihan). 

Contoh: makanan bergula terus menerus dikonsumsi berlebihan berpotensi terkena penyakit kencing manis. Makanan berlemak dikonsumsi terus menerus terlalu banyak ada harapan terkena kolesterol. Banyak lagi makanan bila berlebihan memicu asam urat, darah tinggi dll. 


Sebaliknya bila kurang, juga akan sakit kekurangan gizi. Jadi makanan haruslah tdk berlebihan dan tdk kekurangan inilah dimksd "la tusrifu", berdampak ke kesehatan.


Bgtlah makanan apapun tak boleh berlebihan. Bila berlebihan berpotensi menganggu kesehatan. Tak heran banyak penyakit disebabkan oleh makanan yg berlebihan.


Oleh karena itu Rasulullah memberi tuntunan.

Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas.

“مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ حَسْبُ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.”

“Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya." H.R. Akhmad, Ibnu Majah.


Al-Qur'an mengajarkan:

يٰبَنِيْۤ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْا ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ

"Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."

(QS.7 = Al-A'raf ayat 31).


Smg kita dpt menerapkan makan dan minum "LA TUSRIFU". 

Puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan melatih diri agar dpt mengendalikan makan dan minum supaya tidak berlebihan (la tusrifu).


Semoga dg pengendalian diri akan makan dan minum itu, hidup sehat 

sampai akhir hayat.  sehingga  maksimal mampu beribadat. 

Aamiin. 


Umpamanya informasi ini dinilai pantas buat masukan berguna bagi pembaca yg lain, silahkan diteruskan. Insya Allah diolah bersumber Al-Qur'an dan Hadist, jadi kalau terdpt kekeliruan adlh kealfaanku sebab minim ilmu dan pengalaman, tlg dimaklumi dan dimaafkan. Kalau benar, shadakallahu wa shadaka Rasuluh.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 17 Ramadhan 1442 H.

29 April 2021.

(777.04.21).

Tuesday 27 April 2021

Makanan Thayiban.

Makan adlh keperluan dasar mahluk hidup; tumbuhan, hewan dan juga manusia. Bagi ummat Islam, makan/minum yg lazimnya siang hari, setahun sekali wajib dihentikan selama sebulan di bulan Ramadhan. Bukan berhenti makan, tetap makan tapi waktunya dipindah malam hari. Siang hari makanan/minuman yg halal menjadi tidak boleh dimakan/diminum.


Bgt pentingnya makanan bagi makhluk hidup. Tumbuhan kurang makanan akan merana bak kata pepatah "Bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau". Hewan yg kurang makan, kurus kering tdk berdaging sulit berkembang biak.


Makanan bagi manusia bukan sekedar untuk hidup seperti hewan dan tumbuhan. Tetapi, dari makanan diperlukan untuk:


1. Membentuk pribadi yg berakhlak mulia, oleh karena itu makanan harus halal. (kriteria halal ditulisan sblm ini).


2. Membangun Individu yg cerdas, oleh karena itu makanan harus Thayiban.


3. Membangun tubuh yg sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu makan harus tdk berlebihan (la tusrifu).


Makanan Thayiban.

Manusia diciptakan untuk makan yg thayiban, beda dg hewan misalnya, contoh: Kucing tak akan diare walau makan makanan sisa, minum air got. Dmkn juga jenis hewan yg berusus pendek lainnya.


* Pengertian thayiban pertama; HALALAN, menenuhi 3 syarat (sdh diutarakan pd tulisan sblmnya). Jadi thayiban hrs juga halalan. Halalan blm tentu thayiban.


*  Pengertian thayiban kedua, SEPADAN bagi individu ybs. contoh sekeluarga suami istri anak dan cucu. 

Suami lantaran sdh mengidap diabet tdk thayib lagi makan makanan dan minum minuman yg banyak nengandung gula. 

Istri kolesterolnya tinggi tdk thayib lagi makan gorengan dan yg banyak mengandung lemak dan minyak. 

Sementara si anak di usia bawah 40; masih belum banyak pantangan, thayib saja makan yg biasa dimakan oleh keluarga. Sedangkan cucu dlm usia pertumbuhan perlu makanan dan minuman yg mendukung pertumbuhan phisik dan mental serta kecerdasan selaras usianya.


Orang yg berpuasa sangat2 memperhatikan makanan Thayiban, karena bila tidak sepadan akan berdampak terhadap kelangsungan puasanya, misalnya gangguan kesehatan antara lain pencernaan, tekanan darah, dll.


* Pengertian thayiban ketiga; BERGIZI. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, hingga usia lanjut. 

• Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%. 

• Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%. 

• Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%. 

• Pada umur 10 tahun mencapai 99%. 

Faktor genetik hanya memiliki andil 30-40% dalam menentukan perkembangan otak dan tingkat kecerdasan anak. 

Selebihnya, yang berperan adalah faktor lingkungan, antara lain pemenuhan kebutuhan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk menunjang proses

perkembangan otak anak dan kesehatannya.


Diriku tidak kompeten mendefinisikan gizi lantaran bukan ahlinya, namun sekedarnya secara umum makanan bergizi ialah makanan, yg barangkali cocok istilah guru es em pe kami dulu "4 sehat 5 sempurna". 


Bgmn Allah informasikan akan hal gizi, persilahkan simak Al-Qur'an surat Abasa ayat 24 s/d 32 berikut ini:

فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ اِلٰى طَعَامِهٖۤ 

"Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya,"

اَنَّا صَبَبْنَا الْمَآءَ صَبًّا 

"Kamilah yang telah mencurahkan air melimpah (dari langit),"

ثُمَّ شَقَقْنَا الْاَرْضَ شَقًّا 

"kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya,"

فَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا حَبًّا 

"lalu di sana Kami tumbuhkan biji-bijian,"

وَّ عِنَبًا وَّقَضْبًا 

"dan anggur dan sayur-sayuran,"

وَّزَيْتُوْنًا وَّنَخْلًا 

"dan zaitun dan pohon kurma,"

وَحَدَآئِقَ غُلْبًا 

"dan kebun-kebun (yang) rindang,"

وَّفَاكِهَةً وَّاَبًّا 

"dan buah-buahan serta rerumputan."

مَّتَاعًا لَّـكُمْ وَلِاَنْعَامِكُمْ 

"(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk hewan-hewan ternakmu."


Dari ayat2 di atas jelas bahwa bicara soal makanan bergizi bahan bakunya dpt berupa buah dan sayur serta daging/susu hewan ternak. 


Mengenai makanan diolah dari "Nabati" dan "Hewani". 

Menarik, Al-Qur'an menyinggung sumber makanan "Nabati" lebih banyak ketimbang "Hewani" (49 :16). 


Apakah ini bermakna bahwa akan lebih thayiban bila kita hrs lbh banyak mengkonsumsi biji-bijian, sayur dan buah (75,38%). Sedangkan daging hanya (24,72%) saja. 


Wallahu 'alam bishawab.

(Perhitungan: Nabati 49/65= 75,38% dan Hewani 16/65= 24,72%).


Jelas buat para pembaca yg budiman dan beriman, betapa Allah memperhatikan akan makanan manusia. 


Telah kucoba menulis ttg "Halalan" di tulisan sblm ini , "Thayiban" yg sekarang dan insya Allah "la tusrifu" ditulisan mendatang. 


Smg ada manfaatnya. Jika dianggap ada kebaikan di dlm tulisan ini, silahkan sampaikan juga buat karib kerabat, rekan se group. 


Jika baik, sumbernya dari Allah dan RasulNya, jika tdpt kekeliruan, dari diriku yg tipis dlm ilmu, kurang dlm pengalaman, hrp dimaklumi sklgs dimaafkan.

Insya Allah bukan HOAX dan Plagiat.


Semoga shaum kita di hari ke 16 ini terpelihara dari cacat dan shaum 15 hari y.l. oleh Allah dicukupkan bila ada yg kurang.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 16 Ramadhan 1442 H.

28 April 2021.

(775.04.21).

SHAUM: Latihan Hindari Makan Haram.

Shaum; mulai tdk makan dan minum yg halal, serta menahan hawa nafsu yg legal sejak mulai fajar sampai terbenam matahari.


"..........وَكُلُوْا وَا شْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الْخَـيْطُ الْاَ بْيَضُ مِنَ الْخَـيْطِ الْاَ سْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَا مَ اِلَى الَّيْلِ........"

"........Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. .........." (QS 2 = Al-Baqarah 187).


14 hari sdh Ramadhan 1442 H ini dijalani, sekarang hari ke 15,  tersisa separo lagi kita latihan menahan makan dan minum yg mestinya halal, tapi siang hari menjadi haram.


Latihan selama sebulan ini hendaknya menjadi modal untuk dpt menahan diri secara berkesinambungan dari memakan dan meminum makanan dan minuman yg haram. Karena selama sebulan makanan/minuman halal saja dpt di tahan apalagi yg haram.


Makanan/minuman yg layak konsumsi, menurut agama Islam harus memenuhi 3 hal pokok y.i.:

1. Halalan (halal)

2. Thayiban (baik/bergizi)

3.  La tasrifu (tidak berlebihan)


Halal di dalam agama Islam bila memenuhi 3 syarat:

Zatnya, Perolehannya, Prosesnya.


a. Halal zatnya, jelas sekali di dlm al-Qur'an makanan yg tidak halal y.i.

اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْکُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَاۤ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِ ۚ 

"Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah."

(QS. 2 = Al-Baqarah ayat 173)


b. Halal cara mendapatkannya; yaitu bgmn upaya yg dilakukan sampai makanan itu kpd kita, kpd keluarga kita.......🔑🔑🔑🔑


Jika dibeli, bgmn cara uang diperoleh. Dpt kita simak petunjuk Allah untuk hal ini:

وَلَا تَأْكُلُوْۤا اَمْوَالَـكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَاۤ اِلَى الْحُـکَّامِ لِتَأْکُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْـتُمْ تَعْلَمُوْنَ

"Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui."

(QS.2 = Al-Baqarah ayat 188)

dan......:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوا الرِّبٰۤوا اَضْعَافًا مُّضٰعَفَةً ۖ وَّاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung."

(QS.3= Ali 'Imran ayat 130)

dan

اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَارًا ۗ وَسَيَـصْلَوْنَ سَعِيْرًا

"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)."

(QS.4= An-Nisa' ayat 10)


Jelas bila uang didapat dg cara  tidak halal, maka makanan yg dibeli dg uang itupun haramlah jadinya.


Kata kuncinya: BATIL (mengambil hak orang lain dg jln tak halal, termasuk korupsi, nipu, mencuri, menggelapkan, merampas dll). SUAP, RIBA, HARTA ANAK YATIM.


c. Halal prosesnya:

* Pengolahan tak boleh tercampur zat lain yg haram.

* Tak boleh tercampur dg barang lain yg mendptkannya dg jalan haram.

* Makanan secara zatnya diadakan secara halal zatnyapun halal, ttp bila prosesnya tdk syar'ie jatuhnya juga haram seperti dimaksud ayat 173 Al-Baqarah di atas.

(ِ وَمَاۤ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِ ۚ)

Hewan halal yg disembelih tidak dg cara syar'ie.

Contoh; Ayam saja tak halal jadinya bila disembelih tdk sesuai aturan Allah.


Sedikit ilustrasi:

Bentuk toleransi di pedalaman kota kelahiranku (Kab. Ketapang Kal-Bar) semasa ku di es er bangsa kls empat. Bila pas libur sekolah sering ku di ajak almarhum ayahku turney memberikan penerangan ke pedalaman daerah kelahiranku yg nota bene ketika itu masih banyak beragama "Nenek moyang". 


Transportasi dan komunikasi blm secanggih sekarang, bila datang ke suatu kampung harus bermalam blm ada penginapan. Hebatnya di setiap kampung di pedalaman tersedia wisma tamu, yg tidak dihuni penduduk setempat. 

Pemuka masyarakat setempat menerapkan konsep toleransi yg mengagumkan buat tamunya yg lain kepercayaan agama, agar terjamin "kehalalan", "kethayiban" dan "kecukupan" makanan mereka. Caranya:

* di wisma tamu disediakan seperangkat peralatan masak yg khusus, tidak dipergunakan oleh penduduk setempat, bila tidak ada tamu.

* kepada tamu disediakan bahan mentah seperti Ayam masih hidup, beras , telur , rempah-rempah seperlunya, bahan sayur.

Tamu sendiri yg menyembelih Ayam, memasak nya. Dg bgt makanan yg dimakan tamu sesuai buat tamu yg biasanya nginap hanya semalam dua itu.


Mungkin kearifan lokal ini ndak ditemukan lagi di pedalaman daerahku skrg, stlh canggihnya transportasi. Indah ini bila dilestarikan.


Demikian penting makanan halal itu, sebab akan membentuk kepribadian dan akhlak yg mengkonsumsinya. Shaum Ramadhan melatih diri tidak makan/minum yg halal serta penyaluran nafsu yg legal disiang hari selama sebulan. Dengan dmkn maka usai Ramadhan membentuk pribadi muslim menjauhkan diri dari mencari rezeki dg cara haram karena tlh terlatih dpt menahan diri dari makan/minum yg halal, apalagi yg haram.


Seperti dikemukakan di atas bahwa syarat makanan untuk orang Islam adalah 3:

*"Halalan" dibahas ditulisan ini, sedangkan;

*"Thayiban" dan 

* "La tasrifu" 

Akan di bahas dikesempatan mendatang, insya Allah. Agar artikel ini tak terlalu panjang.


Tulisan ini tdk membahas "halalan" diluar agama Islam, tentu setiap agama mempunyai kriteria "halal haram" sendiri yg oleh pemeluknya dipatuhi.


Semoga para pembaca seiman yg budiman kiranya dpt berihktiar yg sungguh2, menghindari makanan yg haram.


Umpamanya tulisan ini berfaedah, silahkan diteruskan juga buat sanak family handai taulan, mudah-mudahan dicatat sbg amal kebaikan disisi Allah s.w.t. Aamiin. (Insya Allah bukan plagiat).  Dengan catatan bila benar dtg dari Allah dan RasulNya, jika salah dari diriku yg dangkal dlm ilmu, minim pengalaman.Jika tak bermanfaat segara hapus dari layar HP anda,  Mhn maaf tlh mengganggu. 


Semoga seluruh ibadah dan shaum kita diterima Allah.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 15 Ramadhan 1442 H.

27 April 2021.

(774.04.21).

Monday 26 April 2021

Pencacat dan pembuka aib.

Hari berlari, bulan berjalan, tahun beruntun. 13 hari sudah Ramadhan 1442 H  berlalu. Kutulis artikel ini di hari ke 14 Ramadhan sambil antri berobat rutin di RS. 


Di ruang2 tunggu poli2 berbagai jenis penyakit kulihat banyak sekali pasien dg berbagai penampilan.

Ku teringat akan adanya orang yg sukanya mencacat. Setiap melihat  orang utamanya sedikit ndak umum, dianya lalu bergumam "mencacat". Misalnya, lihat nenek2 dandannya waah; dia bisik2 dg teman disampingnya "ndak sadar umur" sambil nunjuk dg kerlingan mata ke arah si nenek. Berpuasa justru melatih diri antara lain untuk mengendalikan diri agar tidak jadi "Pencacat" sekalipun hanya di dalam hati. Apalagi sampai statemen cacatannya dilahirkan.


Pencacat ini seringkali bergandeng dg sifat suka cari tau aib orang lain. Ada lho tabiat orang yg suka benar mencari aib orang, kmdn mengomentari, menyiarkannya ke orang lain. Semakin banyak orang yg tau ttg aib orang yg dibukakannya itu semakin puas hatinya.


Bak kata pepatah

"Gajah diseberang lautan tampak, Tungau di pelupuk mata ndak kelihatan". Peribahasa, maksudnya: aib orang nampak sementara aib sendiri tdk terlihat".


Tabiat ini menyibukkan ybs menelisik kesalahan orang lain, menggosipkannya. Dlm tinjauan agama mrpk tabiat tidak terpuji condong dimurkai Allah. Karena seharusnya sedapat mungkin kita nenutupi aib orang lain seperti pesan hadist berikut:

وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ


( “Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi))


Pembaca yg budiman dan beriman; sesungguhnya bila aib kita sendiri terbuka; maka orang lain,  masyarakat, anak-anak dan istri serta kerabat dekat kita tak akan menaruh hormat lagi kpd kita. Karena sbg manusia mesti punya aib, mesti pernah berbuat salah.  O.k.i. setiap shalat di duduk di antara dua sujud kita lirihkan do'a 8 butir,  salah satunya "wajburni" (mhn ditutupi kekurangan (aib)).


Ibrahim bin Adham kpd penanya di pasar Bashrah Irak 13 an abad lalu ttg faktor penyebab do'a tak dikabulkan Allah, diantara 10 perkara,  satu diantaranya yaitu: "SIBUK MENCARI AIB ORANG SDGKAN AIB SENDIRI TIDAK DIPERHATIKAN"


Kalau demikian pantas instrospeksi diri, bila do'a tdk terkabul jangan-jangan awak punya hoby teliti aib orang, ber tabiat "penggosip", sementara diri dirasa tak ber aib,  sehingga hati menjadi mati, do'a dari hati yg mati tak terkabul mnrt Ibrahim bin Adam.


Bagi orang beriman, do'a mrpkn inti ibadah. Apalah artinya beribadah banyak, tetapi do'a tidak diterima Allah. Nuuun di negeri akhirat nanti, kan jadi orang yg merugi serugi- ruginya, lantaran ibadah luput nilai. Bukankah setiap selesai ibadah kitapun berdo'a. Bgmn nasib ibadah kita jadinya bila do'a tdk diterima. Bgt juga halnya dg shaum serta ibadah  Ramadhan kita 13 hari tlh berlalu dan hari ke 14 ini serta hari berikutnya sll kita berdo'a agar diterima Allah.


Smg pembaca yg beriman dan budiman tdk tergolong " Pencacat dan peneliti aib orang serta penggosip", malah sll tafakur merenungkan mhn diampuni Allah atas aib diri sendiri sehingga dpt mengamalkan perintah Allah:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ  اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا   ۗ  اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ   ۗ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ   ۗ  اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."

(QS. Al-Hujurat ayat 12)


Kalaulah tulisan ini berpotensi bermanfaat untuk saling mengingatkan. Silahkan teruskan kpd handai taulan, mudah2an jadi secuil ibadah kita. 


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 14 Ramadhan 1442 H.

26 April 2021.

(773.04.21).

Saturday 24 April 2021

HATI bagaikan BOTOL.

Hari ini shaum Ramadhan 1442 H, masuk hari ke 12, tentu bagi yg tak berhalangan syar'ie, sdh 11 hari terlaksana puasa. Tinggalah kini evaluasi apakah 11 hari puasa tsb sdh mendapat skor maksimal, Allah lah yg maha tau, serba sedikit diri kita sendiri juga dpt menilai. 


Lapar dahaga sdh OK, lidahpun sdh juga terkendali dari ghibah, bgt juga jari tak lagi nulis hoaks. Tapi hati........?


Hati ini bila diumpamakan  "BOTOL", Nilai botol ditentukan isi. Satu lagi sifat botol, kalau sdh penuh isi, cairan yang lain tak dapat masuk. 


Indah sekali jika isi hati ini senantiasa terisi dg zikir maka setidaknya pikiran2 lain tidak ikut masuk, karena ibarat botol tadi sdh penuh terisi.

Bila hati penuh terisi zikir, maka suana hati jadi tentram. Jaminan Allah:


اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ ۗ 

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

(QS. Ar-Ra'd ayat 28)


Hati yg tentram akan membuat kehidupan ini menjadi mudah dan indah.


Dlm keadaan berpuasa, jika hati tlh dipenuhi dg zikir, maka tak ada peluang masuknya pikiran2 yg jelek, berprasangka buruk. Tak sempat ikut nimbrung di majelis ghibah. Kesempatan berzikir di bulan Ramadhan bgt terbuka, bila aktif ikut tarawih setidaknya terpakai waktu hampir 2 jaman. Bangun sahur dan sempat nambah shalat tahajud, kurang lbh 3 jaman. Disambung ke masjid shalat subuh dan ikuti sedikit tausyiah atau zikir imam masjid mungkin se jaman. Zuhur, Ashar, Maghrib 2 jaman. Maka hati ini se kurang2nya terisi 8 jaman dg zikir. 8 jam tersisa untuk beraktivitas, 8 jam untuk tidur.


Hal serupa dpt dilanjutkan usai Ramadhan agar hati; ibarat botol ini terus berisi zikir dg shalat tahajud dan membaca akqur'an.


Jika hati tak terisi zikir dikhatirkan terjadi seperti yg diingatkan Allah:

:.....وَلَا يَكُوْنُوْا كَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلُ فَطَا لَ عَلَيْهِمُ الْاَ مَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ


".......dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima Kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik."

(QS. Al-Hadid 57: Ayat 16)


Semoga hari2 Ramadhan kita yg masih tersisa dpt digunakan sebaik2nya untuk beribadah diantara berzikir kpd Allah. Semoga puasa 11 hari yl diterima Allah dg nilai se-baik2nya.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 12 Ramadhan 1442 H.

24 April 2021.

(771.04.21). 

Thursday 22 April 2021

Kaitan DO'A dan SYUKUR.

Lahan bersyukur itu bgt luas, tergantung setiap individu melihat dan memanfaatkannya. Umumnya bersyukur terkait memperoleh rizki dan kenikmatan serta keberuntungan. Juga orangpun bersyukur bila luput dari marabahaya. 


Sebetulnya lahan bersyukur lainnya masih banyak terbentang luas, ketika sedang travelling, sedang duduk di taman halaman rumah, sedang rekreasi, pokoknya dlm situasi dan kondisi apapun cukup alasan untuk bersyukur. 


Situasi kondisi dan kenikmatan itu bila dikonversi ke rezeki, semuanya jadi rezeki. 


Contoh: bila kita berkunjung ke rumah sakit, berobat atau menjenguk orang sakit, dapat kita saksikan aneka sakit yg diderita orang, dari mulai yg duduk di kursi roda, bergerak bila ada pen dorong. Seorang pakai penopang tubuh melangkah tertatih-tatih, ada yg berbaring di tempat tidur , ada yg begelantungan selang pemacu kehidupan dan banyak lagi. 


Orang yg peka "urat syukurnya" akan bersyukur bahwa dirinya kalaupun sakit,  ndak berat- berat amat, seperti yg diliatnya di rumah sakit. Fahamlah dia bahwa betapa besar rezeki yg tlh diterimanya, berupa sehat atau berupa sakit ringan.


Nah semua kondisi karunia yg diterima diri lebih, dari orang lain, diri masih dpt menikmati indahnya alam (melalui mata), masih mendengar merdu suara (masuk ditelinga) , semerbak wangi kembang (oleh sebab hidung masih normal),  segarnya udara (dari enaknya bernafas), lancarnya pencernaan (masih mudah BAB), keluarga yg rukun dan banyak lagi kenikmatan, bila dikonversi jadi rezeki (pernah kutulis kencing lancar saja adalah rezeki).


Suatu tanda bahwa seorang beriman "hatinya belum mati" adalah kemampuan bersyukur atas seluruh karunia atas dirinya dan keluarganya sekecil apapun juga.


Merifer ke pertanyaan sekelompok orang di pasar Bashrah, Irak,  lebih 13 abad silam kepada seorang 'alim "Ibrahim bin Adham" ttg kenapa do'a tdk makbul. Dijawab: "bahwa karena hatinya tlh mati".  Mematikan hati ada 10 perkara, satu diantaranya: "MENERIMA REZEKI TAPI TDK BERSYUKUR". 


Merujuk kpd yg dikemukakan Ibrahim bin Adham itu berarti kuat kaitan  antara bersyukur dan berdo'a. Kurang/tidak bersyukur atas rizki dan kenikmatan, hati akan mati, hati mati do'a tidak makbul.

Sejalan dengan firman Allah:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ  لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."

(QS. Ibrahim ayat 7)


Lebih ngeri lagi akibat tdk bersyukur, diancam Allah:

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُـوْعِ وَالْخَـوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat."

(QS. An-Nahl ayat 112)


Semoga kiranya diri ini dan seluruh pembaca yg beriman nan arif budiman "PADAI BERSYUKUR  atas RIZKI dan NIKMAT YANG DIPEROLEH sekecil apapun"  agar do'a diterima Allah dan dikaruniaiNya nikmat berlipat ganda di dunia dan di Akhirat, serta terhindar dari ditimpa bencana yg diancamkan Allah ternukil di atas.   Aamiin. 


Jika tulisan ini berpotensi bermanfaat; silahkan teruskan kpd sanak family handai taulan. Mudah-mudahan jadi secuil kecil kebaikan minimal dpt kita perbuat, semoga jadi pelengkap shaum kita hari ke 10 Ramadhan 1442 H. ini.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 10 Ramadhan 1442 H.

22 April 2021.

(769.04.21).

Senantiasa Waspada.


Kini di suasana Ramadhan, siang berpuasa malam shalat tarawih, disusul sahur, terasa sekali waktu bgt singkat. Tau2 hari ini sdh hari ke sebelas.


Siapapun kita mendapatkan kesempatan yg sama hidup di dunia ini yaitu sehari semalam 24 jam. Aktivitas masing2 lah yg membedakan alokasi waktu itu terasa singkat atau panjang. Bln Ramadhan begini bagi yg masih blm purna bhakti waktu kerja tetap, waktu ibadah tambah.


Dalam keadaan normal saja alokasi waktu itu dirasakan bagaimana; singkat menyenangkan atau panjang menegangkan, tergantung:


* Tingkat kemakmuran masing2  lah yg membedakan alokasi waktu itu menyenangkan atau sangat menyedihkan. 


*Faktor usia juga menentukan, manula beda dg usia enerjik, ketika memanfaatkan waktu.


*Kesehatan besar sekali perannya dlm merasakan waktu.


*Kadar kemampuan masing2 bersyukurlah menentukan bahagia atau tdk bahagia kehidupan masing2 sepanjang hari selama hidup ini.


Kadang dlm mengejar sukses, mengejar karier, mengejar cita-cita banyak  yg lupa bahwa dlm waktu 24 jam sehari semalam dpt saja terjadi apa yg diingatkan Allah di 3 ayat berikut:

اَفَاَمِنَ اَهْلُ الْـقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَّهُمْ نَآئِمُوْنَ 

"Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?"

(QS. surat 7 Al-A'raf ayat 97)

اَوَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَّهُمْ يَلْعَبُوْنَ

"Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?"

(QS. surat 7 Al-A'raf ayat 98)

اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ

"Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi."

(QS. surat 7 Al-A'raf ayat 99).


Warning Allah di 3 ayat ini seharusnyalah manusia semua senantiasa waspada bahwa dlm waktu 24 jam yg kita ada di dalamnya bencana dpt saja terjadi. 


Bencana/siksa baik menimpa diri pribadi, keluarga, kampung/desa, kota dan negara bahkan dunia ini. Contoh sekarang, masih sedang  mewabahnya virus Corona.


O.k.i. apapun kegiatan kita dan apapun status sosial kita. Pilihan kita adalah berserah diri kpd Allah. Dan selalulah waspada dg tetap menyandarkan diri kpd Allah; sebab bencana/siksa dpt terjadi kapan saja tak peduli kita sdg terlena dlm kesuksesan dan suka cita, atau dlm keterpurukan dan duka nestapa. Juga termasuk ketika sdg shalat tarawih atau makan sahur, atau tengah berbuka.


Virus Corona yg ndak dpt diliat kasat mata itu saja, bgt menghebohkan dunia. Mungkin salah satu hikmahnya mudah2an lah  orang yg tak percaya Allah yg Maha Ghaib jendela hatinya terbuka, jadinya percaya akan maha hebat kekuasaan Allah. 


Virus tak kasat mata saja dpt merontokkan pertahanan negara yg bgt kuat sekalipun. Memang wujud virus ini biarpun tak terlihat kasat mata tapi tampak dg alat modern, sdgkan Allah dg alat se modern apapun tak kan nampak oleh mata, kecuali hanya dpt dilihat dg mikroskop "Iman". 


Bagi yg pernah melecehkan iman kpd Allah, kpd hari akhir, ini bukti membuat insyaf dan bertaubat.

Musibah ini;  bukti nyata bahwa manusia itu lemah tak mampu berbuat apa2 atas kekuasaan Allah. 


Negara yg menindas sesama ummat manusia ingin menguasai bangsa lain. Negara yg menindas warganya sebangsa hanya karena berbeda keyakinan dan etnis;,,,,, berhentilah. Selanjutnya bertekad untuk bersama-sama memakmurkan dunia ini. 


Allah memang hiasi dunia ini tdk hanya dg satu ummat saja.

وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَجَـعَلَـكُمْ اُمَّةً وَّا حِدَةً وَّلٰـكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَاۤ اٰتٰٮكُمْ فَا سْتَبِقُوا الْخَـيْـرٰتِ

Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. At-Taubah 48.


Dengan demikian, ummat manusia yg berbeda bangsa dan suku, berbeda agama dan keyakinan;  Allah kehendaki (merujuk ayat di atas) adlh untuk "berlomba-lombalah berbuat kebajikan".


Demikian smg ada manfaatnya renungan ini. Semoga pembaca sehat afiat dpt melaksanakan ibadah2 Ramadhan yaitu berpuasa dg segala amalan2 penyertanya. Smg Allah mencabut musibah ini diseluruh dunia agar ummat Islam di bumi ini dpt ibadah Ramadhan dg se-baik2nya dan ummat selain Islam dpt merasakan imbas:

رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ

"(Islam rahmatan lil 'alamin)".



آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 11 Ramadhan 1442 H.

23 April 2021.

(770.04.21). 

Wednesday 21 April 2021

Memelihara lidah.

 Memang lidah tak bertulang.

Tak terbatas kata-kata.

Tinggi gunung seribu janji

Lain dimulut lain dihati.


Dmkn lirik lagu yg populer tahun 1977 han  didendangkan Bob Tutupoly.


Dengan lidah orang dpt berjanji, berbohong, meyakinkan, menipu dll hal tak terpuji dan kejahatan.


Dengan lidah pula orang dpt saling nasihat dlm kebaikan. Dengan lidah dpt dikemukan gagasan  brilian yg bermanfaat untuk kemaslahatan hidup ummat manusia.


Nabi dan Rasul termasuk Nabi Muhammad ﷺ  dg lisan menggunakan lidah pula menyampai risalah Islam. Beliau tdk bikin brosur atau selebaran karena Nabi Muhammad ﷺ tak pandai nulis. Dalam pada itu Nabi Muhammad ﷺ berpesan kpd kita dalam menggunakan lidah atau berbicara:


. وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ “

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”


Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah.


Allah menjamin keberuntungan bagi orang mukmin yg....

وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ

"dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,"

(QS. Al-Mu'minun ayat 3)


Adalah beberapa malapetaka disebabkan oleh perkataan, orang sulit melupakan kalau tersinggung perasaan karena menerima perkataan yang menusuk perasaan. 


Oleh karena itu maka Allah memperingatkan jauhilah ngomong yang tidak berguna, karena kalau banyak ngomong yang tidak berguna maka ada banyak kemungkinan salah. 


Kesalahan akan sangat fatal dan tidak menguntungkan bila menusuk perasaan orang lain, menimbulkan fitnah. Titik berat ngomong ini adalah terutama jangan ngomongi orang atau terkenal di dalam terminologi agama ghibah.


Ber ghibah itu larangan keras dlm Islam, jika itu dilakukan ketika menjalankan shaum maka cederalah nilai puasanya. Kecuali beberapa jenis ghibah yg dihalalkan y.i.:

1. Bila terzalimi, 

2. Memberi kesaksian, 

3. Kasus yang ditanyakan, 

4. Contoh dalam dakwah dan 

5. Gelar seseorang kalau tidak disebutkan orang tersebut tidak dikenal. 


Diluar 5 itu ghibah, dilarang dan diancam dengan dosa diantaranya memakan bangkai saudaranya. (QS Al-Hujurat ayat 12)

 وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا   ۗ  اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ

(Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati)?.


Jika ingin shaum terpelihara dan hidup di dunia ini dlm keberuntungan, diampuni segala dosa dan diperbaiki amal kita, gunakan lidah berkata yg benar diikuti taqwa kpd Allah.


يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ۙ 

يُّصْلِحْ لَـكُمْ اَعْمَا لَـكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَا زَ فَوْزًا عَظِيْمًا


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,"

"niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung."

(QS. Al-Ahzab Ayat 70-71).


Dmkn semoga kita berhasil memelihara lidah kita hanya untuk berkata yg baik dan benar sehingga ibadah shaum kita tidak cedera.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 9 Ramadhan 1442 H.

21 April 2021.

(768.04.21).

UNTUNG nya BERIMAN.

 Kecenderungan manusia ingin untung, kadang karena ingin untung justru malah buntung.  Kecenderungan ingin untung ini, karena memang manusia terlahir dengan kekurangan. Berapa banyakpun harta kekayaan, manusia tak kunjung puas. Ini dorongan nafsu. Bagi kalangan tertentu kecenderungan ingin untung ini, belakangan dimanfaatkan oleh para penipu dengan menjanjikan hadiah melalui telepon dan SMS. Tak sedikit terjebak Investasi bodong. Iming2 penggandaan uang. Tujuan ingin berduit dg cara instan.


Dalam kaitan ini agar kita sekalian dapat mengendalikan kecenderungan ingin untung yang memang sudah menjadi kodrat manusia, shaum mampu mengontrolnya. Sebab menggebunya ingin untung mrpkn dorongan hawa nafsu. 


Hawa nafsu ingin untung dikendalikan oleh 2 faktor yaitu:

1. dari dalam diri sendiri dan

2. dari syaitan.


ad. 1. bahwa manusia diciptakan berpotensi untuk menjadi baik dan jahat. Surat Asy-Syams ayat 8:


فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَىٰهَا

"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya". 


Pengendalian nafsu berbuat fasik agar menjadi taqwa insya Allah dg berpuasa,  karena memang tujuan puasa  adlh Taqwa.


ad 2. Nafsu ingin untung dikendalikan syaitan, karena memang syaitan senantiasa ingin menyesatkan manusia antara lain dari pintu ingin untung. Syaitan siap masuk dari segala arah.


ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

"kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."

(QS. Al-A'raf ayat 17).


Insya Allah dg berpuasa, iman menjadi kuat, untung sekecil apapun disyukuri, dpt menangkis datangnya syaitan dari arah manapun.


Oleh karena itu Allah  memberi petunjuk untuk manusia meraih keuntungan bila berhasil mengkondisikan dari dalam 6 perkara; satu diantaranya "BERIMAN".


Beriman.   قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْن

(Q.S. Al-Mu'minun ayat 1)


"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman"


Orang yang beriman hidupnya akan senantiasa beruntung sebab: Seluruh apa saja yang dialaminya, ia akan berserah diri kepada Allah. 


Ketika ia mendapatkan  kebahagiaan, ia menerimanya dengan penuh rasa syukur. Anugerah Allah diterima dan digunakannya sesuai peruntukan yang diatur oleh Allah dan Rasul. Orang beriman TIDAK menggunakan nikmat Allah, berupa kekayaan, jabatan dan kebahagiaan untuk hal yang justru merusak dan merugikan orang lain. 


Ketika orang beriman mendapat musibah ia akan bersabar sambil berdoa. Ia berdo’a agar Allah menghindarkan dirinya dari segala macam kerugian, bencana dan bahaya serta memberikan kesabaran baginya menerima cobaan. Kesabaran dan do’a ini membuat orang beriman selalu beruntung karena Allah akan memberikan pahala atas kesabarannya dan akan mengabulkan do’anya walaupun mungkin lambat, misalnya diujung hayatnya atau akan ditemuinya terkabulnya do’a itu setelah di akhirat. 


Boleh jadi do'a dikabulkan bukan buat diri sendiri tapi buat anak keturunan. Tidak sedikit rumah tangga yg hidupnya dibawah pas2 an, dimasa anak keturunannya hidup tidak saja berkecukupan, malah berkelebihan. Ini mungkin saja anugerah keberuntungan diberikan Allah kpd orang beriman dan sabar. Anak2 keturunan yg berkelebihan sanggup berbuat baik, bersedekah atas nama ortu mereka yg sdh di alam barzah, sambil mendo'akan. Do'a anak yg shalih/shalihah membantu ortu di alam kubur.


Ketika ada berita hadiah misalnya, ia akan mengkaji terlebih dahulu, tidak asal terima, apakah hadiah/keberuntungan ini sesuai dengan kaidah keimanan yang dianutnya.


Dmkn renungan singkat hari ini,  7 Ramadhan 1442 H. Semoga Allah menerima puasa dan seluruh rangkaian ibadah kita.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 7 Ramadhan 1442 H.

19 April 2021.

(767.04.21).

Keberuntungan SHALAT.

 

Keberuntungan di dunia ini benar-benar dinikmati oleh orang yang jauh dari perbuatan yang keji dan mungkar. Orang yang berbuat keji kalau diketahui masyarakat akan dikucilkan. Orang yang melakukan kemungkaran, berupa korupsi, pencurian, penipuan, serta tindak kriminal lainnya, akan berurusan dengan hukum.


Tarok lah korupsinya ndak "ketangkap tangan KPK", atau ndak diketahui yg berwajib lantaran "rapinya". Tetap saja pelaku korupsi tdk merasa tenang. Ybs merasa dibayang-bayangi takut se-waktu2 kasusnya mencuat. 


Begitu hampir tersingkap korupsinya, umpamanyalah sempat lari keluar negeri, tapi hidup tetap tidak tenang. Jangankan keluar negeri dengan predikat lari DPO korupsi, sedangkan bepergian biasa saja, tidak mengenakkan alias tersiksa, bila dibandingkan dengan berada di rumah sendiri, berada di negeri sendiri. Ketika bepergian segala  serba terbatas. Itu sebabnya orang dalam perjalanan mendapatkan kemudahan Puasa Ramadhan boleh diganti di hari lain. Shalat boleh di jama’ dan di qashar.  Shalat tdk diganti di hari lain, seperti puasa. Shalat perintah harian, puasa Ramadhan perintah tahunan.


Bagi orang shalat, dari waktu ke waktu iman diperbaharui, sebab iman itu turun naik. Pas mulai akan turun, datang shalat menstabilkan iman, maka akan terhindarlah ahli shalat dari perbuatan keji dan mungkar

 ".....وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ....."

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar)". (QS Al-Ankabut 45).


Bila perbuatan keji atau kemungkaran misalnya ada kesempatan maksiat atau korupsi itu muncul menjelang shalat dzuhur, setibanya shalat dzuhur setelah shalat, niat itu terurungkan dengan pembaharuan iman ketika shalat. Begitu seterusnya stlh shalat ashar, maghrib, isya dan subuh timbul rekunstruksi iman terus menerus. (keculai shalatnya tidak benar, tetap saja tidak berbekas), tetap saja perbuatan keji dan mungkar berjalan terus.


Oleh karena itu syarat shalatnya adlh:


Shalat. (Q.S. Al-Mu'minun ayat 2 dan 9)

الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خَاشِعُوْنَ 

(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya,

وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَوٰتِهِمْ يُحَافِظُوْنَ

"serta orang yang memelihara shalatnya."


Shalat khusyu' dan terpelihara yaitu konsisten. Nggak tempo2 shalat, tempo2 tidak, tidak pula shalat sesempatnya. Insya Allah tidak ada peluang buat terlaksananya kekejian dan kemungkaran, sebab antara shalat ke shalat berikutnya terus menerus iman diperbaharui.


Dari sekelumit sajian di atas tersimpul bahwa betapa beruntungnya orang yg konsisten melaksanakan shalat. Sebab terhindar dari perbuatan keji dan mungkar maka dirinya hidup aman tentram di dunia tanpa takut berurusan dg penegak hukum. Tanpa khawatir sangsi sosial masyarakat. Di akhirat didapati janji Allah:


اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا  ۚ جَزَآءً بِۢمَا كَا نُوْا يَعْمَلُوْنَ

"Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan."

(QS. Al-Ahqaf ayat 14).


Semoga puasa Ramadhan kita menambah khusyu' dan istiqamah kita dlm menjalankan shalat agar menjadi orang yg beruntung.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 8 Ramadhan 1442 H.

20 April 2021.

(768.04.21).

Sunday 18 April 2021

PENANTIAN KUBUR.

 

Informasi ttg alam kubur satu-satunya adalah Informasi dari Allah melalui rasul-rasul utusan Allah. Di informasikan bahwa bagi hamba Allah yang beriman dan beramal saleh yang ikhlas sehingga diterima Allah, maka kehidupan di alam barzah ini menyenangkan, tidak ada siksa di dalamnya. 


Siksa kubur ini sungguh dahsyat karena itulah Rasululah Muhammad ﷺ. berpesan agar  selalulah berdo’a di akhir shalat:

Do’a yang diajarkan oleh Nabi ﷺ adalah:


اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَشَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ


“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzabil qabri, wa ‘adzabin naar, wa fitnatil mahyaa wal mamaat, wa syarri fitnatil masihid dajjal [Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka, penyimpangan ketika hidup dan mati, dan kejelekan Al Masih Ad Dajjal].” (HR. Muslim)


Bagi orang yang terhindar dari siksa kubur, masa penantian di alam barzah ini terasa sangat singkat sebaliknya bagi pendosa masa ini sangat panjang. Berapa lama panjang waktu tunggu itu, wallahu 'alam. Informasi Al-Qur’an, setelah bgt lama menunggu di alam kubur tiba saatnya panggilan dari alam kubur untuk bangkit berkumpul seperti tersurat di ayat 68 surat Az-Zumar


 ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرٰى فَاِ ذَا هُمْ قِيَا مٌ يَّنْظُرُوْنَ

"Kemudian ditiup sekali lagi (sangkakala itu) maka seketika itu mereka bangun (dari kuburnya) menunggu (keputusan Allah)."


Manusiapun datang ber-bondong2, diinformasikan ayat 18 surat An-Naba:


يَّوْمَ يُنْفَخُ فِى الصُّوْرِ فَتَأْتُوْنَ اَفْوَا جًا ۙ 

"(yaitu) pada hari (ketika) sangkakala ditiup, lalu kamu datang berbondong-bondong,"


Ukuran perasaan lama atau sebentar, adlh relatif. Saya jadinya ingin mencontohkan ketika nunggu antrian berobat. Ada seseorang yg merasa bgt lamanya menunggu dpt giliran 4 jam, sampai uring2an. Ada yg tenang2 saja disikapi dg biasa2 saja. Yg menentukan merasa lama atau wajar2 saja lamanya menunggu a.l.:

1. Kondisi penyakit yg diderita. Kalau sakitnya parah, nyenut2, nyekot2 tentu jadi ndak sabaran, semenit terasa sebulan...

2. Menyikapi waktu menunggu. Karena dianggap santai, jadi nya ndak terasa. Saya sering dlm hal menunggu seperti itu, saya gunakan waktu utk menulis. Ada jg kulihat orang menggunakan waktu utk mengaji, utak atik game, dll. pokoknya kesibukan.


Nah kembali ke waktu nunggu di alam kubur........

Tentulah orang yg mengalami siksa kubur akan merasakan betapa lamanya tinggal di alam kubur.


Sebaliknya orang yg mendptkan kenikmatan kubur akan merasa sebentar sekali bahkan rasanya tak sampai sehari. Hal tsb dpt kita nukil Al-Baqarah ayat 259:


".........." ۗ قَا لَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَا لَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۗ قَا لَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَا مٍ............"

".........Berapa lama engkau tinggal (di sini)? Dia (orang itu) menjawab, Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari. Allah berfirman, Tidak! Engkau telah tinggal seratus tahun................".


dan Al-Kahf ayat 25:

وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَا زْدَا دُوْا تِسْعًا

"Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun."


Tiada upaya yg dpt dilakukan menghadapi alam kubur, selain banyak berbekal ibadah amal kebaikan dan berdo'a serta berserah diri kepada Allah.


Semoga Allah menerima ibadah kita khususnya di bulan Ramadhan ini, sehingga alam kubur kita bakal jadi taman2 surga.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 6 Ramadhan 1442 H.

18 April 2021.

(766.04.21).

Friday 16 April 2021

UCAPAN ter-AKHIR.


Hari ke empat sdh kita jalani shaum Ramadhan 1442 H.  Di hari ke dua dan ke tiga kuangkat thema artikel tentang panggilan Allah yaitu "Panggilan lima" (shalat) "Panggilan ke Dua" (haji). Panggilan  bagi manusia "terakhir di dunia" adlh "Panggilan Maut".


"Panggilan shalat", orang bisa menunda pelaksanaannya. 


"Panggilan haji" tergantung mampu. Tapi "Panggilan maut" tak dpt ditunda tdk tergantung mampu. 


"Panggilan maut" ini tidak seorangpun dapat menghindar, kalau panggilan shalat dan panggilan haji, masih dapat menghindar. Panggilan ketiga ini, suka atau tidak suka, mau tidak mau panggilan ini harus dipenuhi. Tidak perduli dalam kondisi apapun, apakah sedang sehat segar-bugar, atau sedang sakit. Apakah sedang bahagia bersuka cita, atau sedang susah merana. Orang beriman senantiasa berharap agar ujung hayatnya dalam keadaan baik, populer disebut “husnul khatimah”. 


Seseorang dalam keadaan memenuhi panggilan maut berada dalam “husnul khatimah”, dianya dijamin masuk ke dalam surga Allah. Salah satu indikator orang meninggal dunia “husnul khatimah” adalah yang bersangkutan sanggup mengucapkan “La ilaha illallah”.

Menyoal kesanggupan mengucapkan “La ilaha illallah” itu ada orang berkomentar: “enak benar ia masuk surga, selama hidup selagi sehat tak banyak amal kebaikan, tetapi hanya lantaran sakaratul maut mampu mengucapkan “La ilaha illallah” dapat masuk surga”.


Untuk mengklirkan komentar ini saya punya cerita:


Dalam antrian wudhu di halaman kediaman orang tua pemimpin kantor kami, seorang senior saya berulang kali mempersilahkan saya untuk wudhu lebih dahulu. Saya sungkan, bukan saja seharusnya mendahulukan senior, tetapi beliau berada di depan saya, tentu saya harusnya mendahulukan Bapak tersebut. 


Karena sudah berulang-ulang saya disuruh duluan, saya laksanakan juga. “Nah begitu, kan saya dapat mencontoh”, demikian senior saya bergumam, setelah selesai saya berwudhu.


Belakangan saya baru mengetahui atas pengakuan resmi beliau ketika bersama di dalam mobil perjalanan pulang malam hari dari rumah duka ke kota domisili kami berjarak 130 Km. 


Beliau sudah lupa cara berwudhu karena sudah sekian lama kegiatan itu ditinggalkan. Masa kecil beliau sering shalat, tinggal dekat masjid, walau tidak mahir, dapat pula baca Al-Qur’an, karena memang dari keluarga penganut agama Islam. 


Cerita ini semula saya kira di karang saja oleh senior saya tadi, untuk memecah keheningan perjalanan jauh dalam rangka melayat ke kampung pemimpin cabang kami, waktu itu ayahanda peminpin kami meninggal dunia. Ketika wudhu dalam rangka shalat jamaah Isya’, atasan saya ini dari nama dan statusnya memang Islam, jadi rupanya nggak enak kalau tidak ikutan shalat, seperti tamu lainnya yang memang bukan beragama Islam.


Saya menjadi percaya bahwa cerita senior saya itu mendekati kebenaran, ketika saya pulang kampung cuti tahunan. Kejadian itu saya buat oleh-oleh pengalaman kepada mendiang ayahanda saya. Saya bercerita, terlihat ayah saya menyimak dengan serius cerita saya itu. Seusai saya bercerita di bola mata beliau nampak berkaca-kaca, rupanya beliau terharu. 


Kejadian itu menurut beliau pernah dialami langsung oleh diri ayah saya. Masa remaja beliau di rekrut “Dai Nipon” menjadi “Hai Ho” berperang melawan sekutu di kancah perang dunia II. Bertahun tahun selama ikut tentara “Matahari Terbit” itu, shalat terpaksa ditinggalkan. Akhirnya benar-benar lupa sampai cara berwudhu saja. Itulah yang disesali beliau sampai berlinang air mata. Ayahku selanjutnya meneruskan masa muda beliau ikut sebagai pejuang kemerdekaan dan menjadi “Veteran pejuang kemerdekaan”. Semoga Allah s.w.t. mengampuni dosa ayahku dan memasukkannya ke dalam rahmat-Nya, Semoga perjuangan beliau merebut kemerdekaan mendapat pahala di sisi Allah s.w.t.


Kesimpulan dari kejadian di atas adalah bahwa segala perilaku, termasuk ucapan dapat dengan mudah dilaksanakan bila melalui latihan, melalui kebiasaan. Tidak akan dapat dilakukan kalau lama tidak berlatih. Demikian juga halnya mengucapkan “La ilaha illallah” tidak akan serta merta dapat dilakuan orang ketika maut sudah datang, kalau tidak dengan kebiasaan setiap hari mengucapkan kalimat tersebut. 


Untuk membiasakannya maka sekurangnya seorang muslim yang melaksanakan shalat lima kali dalam sehari semalam akan latihan mengucapkan “La ilaha illallah” sebanyak 9 kali. yaitu shalat subuh sekali, shalat dzuhur, ashar, maghrib dan isya’ masing-masing dua kali. Bagaimana kalau orang tidak shalat tentu lidahnya berat walau hanya sekedar mengucapkan “La ilaha illallah”, pada saat syakaratul maut, sebab jarang latihan. Jadi hanya orang yang setiap hari shalat sehingga di dalam hidupnya lidahnya selalu menyebut “La ilaha illallah”.  Dengan sendirinya pada saat kritis menghadapi maut sanggup mengucapkan “La ilaha illallah”, oleh karena itu benarlah apa yang di sabdakan Rasulullah Muhammad ﷺ. 


مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ


“Barang siapa yang akhir perkataannya adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)


Bahwa apabila akhir kalimat seseorang ketika meninggal dunia ucapannya “La ilaha illallah” masuk surga, lantaran si pengucap “La ilaha illallah” memang keseharian dalam hidupnya sudah secara rutine mengucapkan kalimat taukhid tersebut sekurang-kurangnya di dalam melaksanakan shalat.


Sesuatu ucapan sering disebut, berlangsung kalau bgt lama dilakukan akan menjadi kebiasan otomatis, refleks. Contoh ibu2 di dapur, jika sering mengucapkan zikir "Alhamdulillah", "Astaghfirullah", Masya Allah................... Lailaha ha illahlah..........

Jika suatu ketika ngiris bumbu dapur, ndak sengaja pisau dapur tersayat ke jari. Maka ucapan Astaghfirullah, masya Allah atau Lailahaillallah, itulah yg akan meluncur dari bibir sang ibu. 


Begitu juga bila si ibu kalau melihat sesuatu yg mengagetkan ucapannya "ya ampiun", "ya amplop", "astagaa"................. 

Jika ibu tadi ngiris bumbu dapur ndak sengaja pisau nyenggol jari, sambil kaget juga ngucapkan "ya ampiun", "ya amplop", atau "astagaa".


Oleh karena itu di kesempatan bulan Ramadhan ini, perbanyaklah berzikir, shalat2 sunnah, sebab berzikir dan shalat2 sunnah mampu melatih lidah terbiasa menyebut kalimat thayibah. Sehingga semoga di saat dipanggil maut, menghembuskan nafas terakhir lidah sanggup berucap:

.لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 4 Ramadhan 1442 H.

16 April 2021.

(764.04.21). 

PANGGILAN ke DUA.


Hari ke dua Shaum Ramadhan kemarin, saya sajikan tulisan "Panggilan Lima", yakni panggilan shalat 5 waktu. Berbagai respond dari manusia menyikapi panggilan itu.

Hari ini izinkan saya menampilkan artikel Panggilan ke Dua yaitu "Panggilan Haji". 

Panggilan yang ke dua, dari empat panggilan Allah buat manusia. Panggilan  haji hanya sekali dalam seumur hidup, tidak 5 x sehari seperti panggilan shalat. 


Semua orang sebenarnya dipanggil, sebagaimana panggilan shalat tadi. Panggilan shalat walau sudah dipanggil, tetap saja banyak yang tidak mau memenuhi panggilan itu. Demikian juga panggilan haji, sudah dipanggil banyak orang tidak bersedia memenuhi panggilan itu.  Nabi Ibrahim tlh diperintah Allah:

وَاَ ذِّنْ فِى النَّا سِ بِا لْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَا لًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَا مِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ 

"Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh,"

(QS. Al-Hajj ayat 27)


Orang tidak memenuhi panggilan haji dapat dikelompokkan dalam empat kelompok besar:


Pertama, MAMPU tapi tak MAU.

Punya kesanggupan tetapi tidak bersedia memenuhi panggilan itu. Kelompok ini punya kesanggupan financial yang cukup, kesehatanpun baik dan semua sarana mendukung. Diibaratkan panggilan shalat, kelompok ini walau tinggal berdampingan dengan masjid, ceramah agama sering masuk ke telinganya, tetapi tetap saja tidak bergeming. 


Kedua, MAU tapi TAK MAMPU.

Kelompok kedua ini sangat ingin memenuhi panggilan tersebut, kondisi kesehatan baik, sayang tidak punya kemampuan financial. Kelompok ini tak punya uang. Kelompok ini kemauan tinggi kemampuan kurang, kesempatan ada.


Ketiga, MAMPU-MAU tapi tak sehat.

Kelompok ini sangat ingin memenuhi panggilan haji, punya kemampuan financial yang cukup tetapi tidak punya kemampuan kesehatan. Kemauan tinggi, kemampuan ada kesempatan tiada. Apa boleh buat, tenaga sudah tidak mampu lagi, bisa karena uzur lantaran lanjut usia, bisa diusia muda tapi ditawan sakit-sakitan, agaknya kelompok ini ada ruhsah (keringanan/pengecualian), walau tidak sanggup memenuhi panggilan itu. 


Kelompok ke empat, MAU-MAMPU-SEHAT blm berpeluang.

Di era sekarang, pergi haji harus waiting list berbilang tahun. Tidak sbgmn halnya tahun sembilan puluhan, ada uang- badan sehat-berangkat.

Tentu kelompok ini sepanjang ybs tlh berniat sungguh2, sdh masuk di waiting list insya Allah tdk tergolong melalaikan panggilan haji andaikan pun umur habis sblm dpt menunaikan ibadah haji.


Haji adlh perintah Allah yg wajib. Bila syarat cukup, tidak dipenuhi, tergolong melanggar perintah Allah. Pembaca paham bahwa tdk melaksanakan perintah Allah, bukan termasuk orang taqwa. Sedangkan taqwa adlh output shaum Ramadhan. Perintah dimaksud tercatum jelas di surat

Ali Imran ayat 97: 


وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ


"Mengerjakan haji merupakan kewajiban hamba terhadap Allah yaitu bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke baitullah. Barangsiapa mengingkarinya, maka sesungguhnya Allah Maha kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam.”  


Semoga puasa kita hari ini di terima Allah dan kita do'akan

semoga saudara2 kita yg sdh berniat sungguh2 untuk berhaji, tahun ini dpt melaksanakan dlm keadaan aman dan selamat.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 3 Ramadhan 1442 H.

15 April 2021.

(763.04.21). 

Panggilan LIMA.

Dalam keseharian, ummat Islam dipanggil Allah untuk menghadap-Nya, selama lima waktu. Yaitu mulai subuh, ketika tidur sedang nyenyak-nyenyaknya. Selanjutnya dzuhur ketika kerja sedang asik-asiknya. Dilanjutkan ashar di saat badan sudah letih bekerja dan penat mengurus/memikirkan urusan dunia. Disambung maghrib ketika sedang remang2 pertukaran siang dengan malam. Jeda sejenak datang waktu isya’ dimana sedang asyik bercengkrama dengan keluarga.


Rujukan panggilan shalat tsb tersurat (QS. Al-Isra' ayat 78)

اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ ۗ اِنَّ قُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ كَا نَ مَشْهُوْدًا

"Laksanakanlah sholat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) subuh. Sungguh, sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)."

لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ

Sejak matahari tergelincir:

Shalat Dzuhur dan Ashar.

اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ

Gelap malam: 

Shalat Maghrib dan Isya.

 وَقُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ

Ketika fajar:

Shalat Subuh.


Bagi orang yang  belum menikmati manisnya iman, memang terasa panggilan ini cukup merepotkan, sebab momen panggilan itu kebetulan diikuti keadaan yang cukup memberi alasan untuk sulit memenuhinya.

* Misalnya ketika subuh, 

dlm hati terbersit pikiran "sebentarlah tidur lagi enak, nanti kalau dipaksa bangun kepalanya akan pusing. Malam tadi kebetulan tidurnya terlambat”, kata orang yang berat melaksanakan shalat dan banyaklah lagi alasan untuk membenarkan diri untuk tidak shalat subuh utamanya bagi lelaki, seharusnya pergi ke masjid.

* Dzuhurpun tiba, begitu adzan berkumandang, pas lagi sibuk kerja, “tanggung tinggal sedikit lagi”, ntar waktu dzuhur kan masih panjang”. pikir kebanyakan orang yang punya kesibukan. Al hasil panggilan itu di-cuek-kan, tak sengaja memang, ....., tau-tau sudah masuk waktu ashar belum sempat shalat dzuhur.

* Ashar masuk, suara adzan berkumandang lagi memanggil untuk shalat dan untuk kemenangan. Bagi orang yang imannya tipis ada saja alasannya, misalnya: “sebentar lagi pulang, nanti shalat di rumah saja, ini pakaian kurang bersih ndak sreg. Apa gunanya shalat kalau tidak tenang, kalau ragu apakah bersih badan dan pakaian”. 


Taunya ketika pulang kerumah dari tempat pekerjaan, teryata jalanan macet, atau ada apa saja halangan yang sulit diprediksi. Akhirnya shalat asharpun lewat begitu saja.

* Maghrib baru saja sampai di rumah, lagi kecapean belum istirahat, belum mandi entah apa lagi, banyaklah alasan sehingga shalatpun tidak dikerjakan.

* Waktu isya’ sudah terlanjur tertidur, akhirnya panggilan Allah seharian itu satu kalipun tidak dapat dipenuhi dengan berbagai alasan.


Para pendahulu orang beriman orang-orang dekat Rasulullah Muhammad ﷺ , mana kala terdengar panggilan adzan, walau sedang apapun ditinggalkan. 


Ibarat kata sedang mencangkul tanah, begitu mendengar adzan cangkul yang hrsnya diayunkan ke depan dibatalkan yaitu langsung dilepas atau malah dilempar ke belakang atau ke samping. Sebab takut kalau sampai tercangkul, maka tanah hasil cangkulannya bila ditanami tanaman dan tumbuh menjadi tanaman yang dimakan, akan menghasilkan sesuatu yang haram. Makan sesuatu yang haram mengakibatkan sekurangnya tiga hal yaitu: Pertama ibadah tidak diterima, kedua do’a tidak terkabul/ditolak dan ketiga daging yang dihasilkan makanan yang haram dibakar dengan neraka.


Praktek langsung melepas segala kegiatan ketika adzan, masih berlangsung di Mekkah atau Madinah, disana dpt disaksikan disiplin shalat ini, terindikasi pada para pedagang. Begitu adzan berkumandang, andaikan kita sedang tawar menawar barang, sdh OK misalnya, ambil uang dari dompet, mau bayar, lantas terdengar adzan, mereka sdh tdk bersedia lagi terima duitnya. Dagangan langsung ditutup dg kain tebal atau terpal. Pedagang menuju masjid gabung shalat.


Dari panggilan yg lima ini;

ada memang orang yang masih lumayan baik, dapat mengerjakan shalat utamanya shalat maghrib, dengan berjamaah di masjid dekat rumahnya pula. Lumayanlah ada pengakuan, walau hanya sekedar shalat harian. Ada juga kelompok masyarakat ini yang shalat memang mengambil harian seperti shalat maghrib tadi, dan juga ada yang shalat pekanan, yaitu sepekan sekali yaitu hanya hari Jum’at, ikut shalat Jum’at. Bahkan ada yang tahunan, kelompok ini sibuk sekali ikut shalat Idul Fitri di hari lebaran.


Bagi yang shalat pekanan apa lagi harian, masih berpotensi untuk memenuhi panggilan utama Allah yg lima ini . Dari hasil penelitian atas pengalaman dari banyak teman yang sempat berusia senja, ketika masih mahasiswa mereka sering diajak untuk shalat Jum’at oleh teman satu kost. Alhamdulillah setelah selesai kuliah kebiasaan itu berlanjut. Mula-mula yaa hanya sekedar shalat Jum’at, lama kelamaan karena sering jum’atan dan mendengar khatib berkhutbah memberikan ajakan taqwa, akhirnya kelompok ini setidaknya dimasa tua jadi ahli shalat, jadi orang yang selalu memenuhi panggilan Allah yang lima tersebut, sebanyak 5 kali sehari semalam. Dalam pada itu yang mengambil tahunan, dari penelitian seadanya atas dasar berita yang dikumpulkan, bahwa kelompok ini kebanyakan akan sampai akhir hayat hanya sibuk ketika akan lebaran saja. Shalat yang lain mereka memilih absen. Ketika shalat ied mereka berpakaian terbagus dg wewangian yg enak aromanya.


Semoga kita semua termasuk orang yg sangat memperhatikan panggilan Allah  berupa "panggilan shalat" ini, sblm datang panggilan penutup yaitu "panggilan maut".


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 2 Ramadhan 1442 H.

14 April 2021.

(762.04.21).

Tuesday 13 April 2021

Faktor penggerak Puasa.

 

Penggerak puasa setiap individu berbeda. Faktor yg membedakannya sekurangnya ada lima y.i. faktor: usia, kesehatan, kegiatan, kebiasaan dan iman.


FAKTOR Pertama USIA

Anak orang keluarga muslim yang mukmin, sudah mulai ingin ikut sahur. Bahkan kecewa berat kalau ketika sahur dia tdk dibangunkan. Namun puasa mereka tdk bertahan sampai maghrib. Kadang hanya setengah atau seperempat hari. Stlh meningkat usia 5 thn ke atas bnyk anak yg sdh berpuasa bagaikan orang dewasa. Kenikmatan puasa kelompok ini merasa puas tlh menunjukkan dianya sdh besar, bukan anak-anak lagi. Namun kemampuan phisik blm mendukung.

Orang yg usia lanjut kadang ada yg sdh tak mampu lagi berpuasa, model ini kemampuan phisik sdh tdk mendukung.

Di atas ditulis "muslim yg mukmin". Karena muslim blm tentu mukmin. Sdgkan mukmin berarti bukan sekedar tlh memeluk Islam tetapi telah meningkat menjadi beriman. Keluarga yg beriman dlm keseharian kegiatan beribadah tlh terlaksana mengakar di rumah tangga keluarga tsb. Anak-anak yg lahir di keluarga ini Insya Allah, sejak dini, sejak dia mulai ngerti, langsung sdh melihat kegiatan ibadah. Maka si anak/balita akan jadi ahli ibadah.


FAKTOR Kedua KESEHATAN.

Seringkali kesehatan menghalangi berpuasa. Jika berpuasa malah sakitnya dihawatirkan bertambah parah. O.k.i. dengan kasih sayang Allah diberikan keringanan melalui 

firman Allah:

ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍ ۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّـکُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

"............ Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. ..... ...... . "

(QS. Surat Al-Baqarah: Ayat 184)


FAKTOR Ketiga KEGIATAN

Pekerja keras menggunakan phisik kadang tak mampu berpuasa. Sbg bahan informasi buat kelompok ini, bahwa perang Badr itu berlangsung ummat Islam sdg puasa Ramadhan hari ke 17. Manapula puasa pertama kali.

Saya kutipkan ayat:

.......... وَمَاۤ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

"..........Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."

(QS. Al-Anfal 8: Ayat 41).

Pertanyaan; seberat apakah pekerjaan itu, berat mana dg pertempuran di terik matahari padang pasir, jarang ada pohon tempat berlindung. Mereka berpuasa. 


Menyoal kegiatan travelling atau safari. Ada kekhususan diberikan Allah keringanan tersurat di ayat  185 Al-Baqarah;


"........وَمَنْ کَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّا مٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُکْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ وَلَعَلَّکُمْ تَشْكُرُوْنَ


Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."

(QS. Al-Baqarah ayat 185).


Dlm konteks travelling tsb pernah kami bersama istri thn 2012 di hari pertama di bulan Ramadhan, menuju Saudi sahur di Jakarta. Kami fikir kegiatan di perjalanan toh tdk berat, maka lanjut berpuasa. Sesampainya di bandara King Abdul Azis, waktu Jakarta sdh pukul 6 petang keliwat, seharusnya sdh berbuka. Tapi kami harus menahan  dahaga dan lapar 4 jam an lagi, disana matahari masih bersinar terang benderang. 


Dari keadaan itu barulah ku-sadar betapa hebatnya Allah mengatur kemudahan untuk melaksanakan ibadah puasa dg memberikan fasilitas bagi yg sdg travelling diayat di atas 

اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّا مٍ اُخَرَ............dst


Al-Qur'an turun sblm ada perjalanan dg pesawat terbang, tetapi sdh dipersiapkan aturan kemudahan pengguna pesawat terbang ketika berpergian.


FAKTOR ke empat KEBIASAAN

Kembali kita umpamakan keluarga yg mukmin, terbiasa dalam keluarga tsb menjalankan puasa. Katakanlah salah satu anak kelak stlh besar misalnya karena pekerjaan atau sekolah, pindah ke suatu kota berjauhan dg ortu, dimana di lingkungan baru terkondisi tdk ada orang yg berpuasa. Karena panggilan kebiasaan ybs tak nyaman kalau tdk puasa. Kebiasaan membuat orang bisa melaksanakan.


FAKTOR ke lima IMAN.

Iman inilah justru pendorong paling kuat orang berpuasa. Justru memang puasa ini adalah ibadah ditujukan kpd orang yg beriman. Sbgm sering menjadi topik bahasan para ustadz bln Ramadhan:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"

(QS. Surat Al-Baqarah: Ayat 183)


Saya masukkan faktor iman yg terakhir, justru faktor iman inilah yg paling penting. Sebab tanpa iman orang ndak tahan menahan lapar dan dahaga, juga tanpa landasan iman, puasa hanya dpt lapar dan dahaga saja.


Dmkn renungan  shaum Ramadhan hari ini, smg bermanfaat. Tksb tlh sudi membaca, mhn maaf bila ada kekurangan. 


Semoga puasa Ramadhan kita diterima Allah dan do'a kita terutama agar dunia ini segera terbebas dari bencana disebabkan makhluk Allah dinamai Corona.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 1 Ramadhan 1442 H.

13 April 2021.

(761.04.21).

Sunday 11 April 2021

Sistem Tanam Shaum Ramadhan.


Shaum Ramadhan 1442 H., kurang tinggal berbilang jam. Terkait akan mulai ibadah shaum Ramadhan saya dan keluarga mohon  maaf lahir dan bathin.


Telah kuturunkan sejumlah judul tulisan menjelang Ramadhan mengambil permisalan "Taqwa" mrpkn buah shaum Ramadhan. Melalui permisalan buah, jadinya shaum ibarat  menaman. Dg tamsil tanaman, maka untuk menanam tanaman agar berbuah sebaik mungkin haruslah dilaksanakan prosedur penanaman. Prosedur  tsb tlh kutulis "Persiapan lahan", "Pemilihan bibit", "Perawatan", "Pemupukan". 

Izinkan di kesempatan ini kutulis "Sistem Tanam Shaum Ramadhan.


Melaksanakan shaum bila diibaratkan menanam, terdapat 2 (dua) sistem tanam y.i.: Konvensional dan Teknologi.


Konvensional, berpuasa sebagaimana ketika kita dilatih ortu semasa kecil. Yg penting makan sahur, tahan lapar sampai adzan maghrib. Semasa kecil belajar puasa dulu, blm banyak tantangan. Persoalannya hanya lapar dan dahaga. Malah kalau laparnya sdh bersangatan Ortu kasih toleransi boleh berbuka setengah hari.


Setelah akil baligh, tantangan meluas; mulai dari amarah, nafsu, pendengaran, penglihatan, lisan, pikiran, angan2,  persaingan, pergaulan dlsb. Shaum di akil baligh, jika terdampak pengaruh2 tantangan dimaksud, nilai shaum patut dipertanyakan.


Shaum berteknologi (dg ilmu), terus menerus dipelajari. Tak kurang ustadz dan ustadzah memberikan pencerahan tentang teknik2 shaum yg baik dan benar seperti diajarkan para ulama mengacu kpd hadits2 yg sahih. Begitu banyak leteratur referensi yg dpt disaring guna menjaring ilmu teknologi shaum yg tepat sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ.


Dalam mempelajari teknik2 beribadah termasuk shaum kata kuncinya adalah: 

"Membiasakan yg benar". Bukan "Membenarkan yang biasa". Sebab boleh jadi kebiasaan2 kita selama ini tdk bersesuaian dg tuntunan Rasulullah ﷺ.


Dari Ummul Mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah ﷺ bersabda:


مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ


“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”[HR. Bukhari - Muslim].


Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali haus dan lapar, sebagaimana sabda Nabi ﷺ :


رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ


Hal tersebut terjadi karena ia tidak berpuasa dari apa yang Allah Ta’ala haramkan, ia seakan menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari pembatal-pembatal puasa saja. 


مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّٰهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه


“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya.” (HR. Al-Bukhari no.1804)


Selain itu, hakikat shaum adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat kita. 


لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالَّرَفَث


“Bukanlah berpuasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi berpuasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah no.1996 dan tahqiq Syaikh Al-A’zami berkata, ”Shahih”)


Smg shaum  Ramadhan 1442 H, insya Allah  akan dimulai Selasa 13 April 2021 dapat dijalani terbebas dari hal2 yng mencederainya. Aamiin.


Sekiranya para pembaca sudi menyimak tulisan2 ku, yl. maupun yad, terasa ada faedahnya, saya berterima kasih jika berkenan meneruskannya kpd sanak keluarga teman handai taulan. 

Umpama kurang manfaat cukup sampai di anda saja.


Jika baik, mutlak milik Allah dan RasulNya. Umpama terdpt salah dan khilaf dari diriku karena dangkal ilmu dan cetek pengalaman. Mhn dimaklumi sekaligus dimaafkan.


Sekalian, sekali lagi dikesempatan ini kpd seluruh sahabat handai, karib kerabat, sanak family, para pembaca, saya dan seluruh keluarga mhn maaf lahir dan bathin.


Semoga Allah memberikan kekuatan untuk kita semua menjalankan shaum Ramadhan berserta ibadah2 ikutannya.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 30 Sya'ban 1442 H.

12 April 2021. 

Saturday 10 April 2021

PUPUK Shaum RAMADHAN

 Kembali kuturunkan tulisan tentang persiapan menjelang Ramadhan, melanjutkan tulisanku mengenai:

"Lahan shaum Ramadhan"

"Bibit shaum Ramadhan" 

"Perawatan shaum Ramadhan".


Juga  dg tamsil tanaman,  shaum bagaikan tanaman yg berbuah taqwa. Karena sbg tanaman maka akan menghasilkan buah taqwa yg bernas kalau dipupuk. 


Pupuk shaum terdiri atas ibadah sunah mengiringinya. Dari mulai sahur sampai berbuka. Ibadah shaum penuh dg serangkaian paket sunah2 ikutannya.


Diantara sunah ikutannya adlh tadarus Al-Qur'an. Hal ini dpt dimanfaatkan oleh orang yg masih aktif maupun oleh Lansia purna bhakti.


Bagi yg masih aktif, berkegiatan baik di sektor formal maupun usaha mandiri, selalu tersedia waktu istirahat pada jam kerja setiap hari. Andaikanlah waktu istirahat ini digunakan untuk mengkaji Al-Qur'an, selain dari pahala yg akan diperoleh. Manfaat yg dpt dipetik, terhindarnya dari berbicara yg sia2, jauh dari berpikir yg mengandung dosa, tertutup kesempatan bermgunjing dll setidaknya disaat mengkaji Al-Qur'an. 


Bagi lansia purna bhakti kesempatan baca Al-Qur'an di bulan Ramadhan malah bgt luas.


Kegiatan tadarus mengkaji Al-Qur'an, jadinya mrpkn pupuk utama, selain serangkaian sunah2 yg lainnya. Sebab setidaknya di saat2 mengaji tsb terhindar dari hal2 yg mengurangi kualitas shaum, lantaran pikiran tengah focus kpd bacaan dan arti serta pengertian dari apa yg sedang dibaca.


Lagian, anjuran kuat dari Allah buat membaca kitab Allah, sebenarnya bukan saja di bulan Ramadhan tetapi sepanjang hayat masih terkandung badan tersurat pada (QS. Fatir ayat 29)


اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَ قَا مُوا الصَّلٰوةَ وَاَ نْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَا نِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَا رَةً لَّنْ تَبُوْرَ ۙ 

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur'an) dan melaksanakan sholat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi,"


Tiga amalan seiring sejalan ini dijanjikan Allah menghasilkan perdagangan yg tdk akan merugi:

1. Membaca Al-Qur'an.

2. Sholat.

3. Infak.

Apalagi dilaksanakan dalam keadaan shaum di bulan Ramadhan, jelas akan jadi pemupuk shaum hingga menghasilkan buah taqwa yg lebih bernas. Dengan pupuk utama Al-Qur'an, shalat dan infak.


Yg hrs diwaspadai sudah rajin memupuk shaum setiap hari tapi tak sengaja membiarkan hama datang menyerang. Niscaya layulah daun2 tumbuhan shaum  anda dan buah taqwanyapun tak kan bernas, ada kemungkinan hampa.


Bagaimana pula serangan hama itu?......... Serangan hama itu terkadang "berbungkus alhamdulillah".

Contohnya menceritakan kpd orang lain bermaksud mendapatkan apresiasi misalnya:


"Alhamdulillah saya Ramadhan ini ngaji sdh khatam 3 kali dan ini mulai lagi yg ke empat", 


"Alhamdulillah taun ini diberi Allah sehat, selain tak pernah absen ikutan tarawih berjemaah di masjid, sblm saur sempat nambah tahajud".


"Alhamdulillah Ramadhan ini kami tlh menyantuni anak2 yatim di 4 panti asuhan".


Kini kan "alhamdulillah"2 seperti di atas bisa via HP.

Kalau tujuan "Alhamdulillah" itu ingin apresiasi, alamat tumbuhan shaum yg tlh dipupuk itu akan terserang hama..............


Semoga kita semua di Ramadhan nanti sanggup memupuk shaum kita dan menghindari serangan hama, sehingga menghasilkan taqwa sbg tujuan akhir shaum Ramadhan.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 28 Sya'ban 1442 H.

10 April 2021.

(759.04.21).

Perawatan Shaum.

 

Melanjutkan tulisan ttg persiapan shaum Ramadhan, menjelang Ramadhan beberapa hari lagi, tlh kuturunkan tulisan:

1. Persiapan Lahan Ramadhan.

2. Bibit Ramadhan.

Berikut ini adlh ttg Perawatan Shaum.


Tamsil kita mengenai ibadah Ramadhan yang ditanam di "lahan siap tanam" tersebut dengan "bibit unggul" disediakan Allah.

"Tumbuhan shaum" akan merana dan tak akan dapat berbuah taqwa jika tidak diberikan perawatan dan pupuk.


Imam Ghazali membagi shaum dlm 3 kelas.


1. Shaum kelas awam, 

2. Shaum kelas istimewa.

3. Shaum khusus (kelas sangat istimewa).


Jika ingin di kelas awam, sejak fajar dirawatlah shaum kita dg

berhenti makan minum, serta ber-hati2 akan segala sesuatu yg membatalkan shaum seperti dlm hukum fiqih. Sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

".........وَكُلُوْا وَا شْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الْخَـيْطُ الْاَ بْيَضُ مِنَ الْخَـيْطِ الْاَ سْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَا مَ اِلَى الَّيْلِ...................."


".........Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. ..............."

(QS. Al-Baqarah ayat 187).


Di awal penggalan Al-Baqarah 187 itu dijelaskan bahwa ketika berpuasa tdk diperkenankan bercampur suami-istri, dengan redaksi didahului kata ("dihalalkan" = dibolehkan) malam hari,................., jadi berarti bila berpuasa tdk boleh.


اُحِلَّ لَـکُمْ لَيْلَةَ الصِّيَا مِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَآئِكُمْ ۗ 

"Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu........".


Jika tlh berhasil syarat di atas, terawatlah Insya Allah shaum sbg orang awam.


Jika ingin naik ke kelas shaum khusus, maka perawatan shaum ditingkatkan bukan saja makan minum tapi juga harus dirawat dg menjaga  seluruh indera, yaitu disamping menahan hal2 seperti butir 1, menahan pendengaran yang tidak perlu didengar, penglihatan, lisan,  ini sumber hilangnya pahala shaum. Juga men shaum kan tangan, kaki dan segala anggota badan dari dosa dan maksiat.


Bagi yg sdh sepuh, purna bhakti relatif lbh berpeluang menduduki kelas shaum istimewa ini karena:

Umumnya berkurang kegiatan keluar rumah. Insya Allah anggota badan, mata dan telinga serta lisan dapat di shaum kan, agar mata tdk melihat yg tak senonoh, agar telinga tak mendengar perbincangan sia2, agar lisan tak berucap tak baik seperti bergunjing.


Namun dg terbukanya komunikasi melalui medsos, bagi si sepuh-pun jika tdk ber- hati2 juga berpeluang telinga dan lisan terperosok, shg urung meraih predikat "shaum istimewa".

Contoh kecil: 

Dari sahabat terima tlp, semula cerita biasa, ........lanjut membicarakan orang........ Serba salah jadinya, mau ndak tanggapi bgmn? ntar dinilai sombong. 

Dari ujung tlp "Si ...... teman kita, masak si cucunya katanya disekolahkan ke Amrik........... paling lebai yaa. kita kan tau kartunya .... .....ndak mungkinlah.... dari mana duitnya....... anaknyapun kita tau cuma..............."


Ditanggapi awak sedang merawat shaum. Walau pun diam saja minimal udah mendengar info sia2. Eee kalau tlpn di tutup, bisa jadi marah besar tu sohib lama, putus pula silaturahim. Serba salah.  

Padahal larangan berprasangka, cari kesalahan orang, bergunjing bgt jelas:


يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَا تَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّا بٌ رَّحِيْمٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."

(QS. Al-Hujurat ayat 12)

Contoh lain, bisa jadi mengomentari atau meneruskan berita hoaks dari group W.A. 


Puasa strata tiga,   Shaumul khushusil khusus   agaknya lbh sulit karena perawatannya selain menahan haus, lapar dan syahwat serta anggota tubuh, shaum ini menahan hati dari keraguan mengenai hal-hal keakhiratan. Juga menahan pikiran untuk tidak memikirkan masalah dunia, serta menjaga diri dari berpikir selain Allah SWT. Merupakan shaumnya para nabi, shiddiqin, dan muqarrabin. 


Naah merujuk  kelas2 shaum yg di kelompokkan Imam Ghazali dikutip di atas. Agaknya kita dpt merencanakan di posisi strata mana shaum yg di upayakan untuk di raih di Ramadhan y.a.d.


Semoga Allah berikan kekuatan agar kita dpt melaksanakan shaum Ramadhan 1442 H. y.a.d.  yg terbaik.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 26 Sya'ban 1442 H.

8 April 2021.

(758.04.21).

BIBIT Ramadhan.

Tulisan ku kemarin ttg shaum Ramadhan mengumpamakan  taqwa sbg hasil Shaum Ramadhan adlh laksana buah. Lantaran taqwa diibaratkan buah, harus diproses dg menanam. Untuk menanam perlu lahan (judul kemarin: "Persiapan Lahan Ramadhan"). Lahan sdh siap, sekarang perlu bibit yg akan disemai.


Di bulan Ramadhan Allah tlh memilihkan buat kita kaum muslimin bibit unggul. Sebab bibit yg ditanam di Ramadhan,   untuk ibadah sunah diberikan penilaian sama dengan yang wajib. Sementara ibadah yang wajib diberikan penilaian berlipat ganda. Bahkan di bulan Ramadhan, Allah menyediakan bibit yang sangat unggul yaitu dikenal dengan lailatul qadar yang hasilnya adalah lebih baik dari 1000 bulan atau 83 tahun lebih.

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍ ۗ 

"Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan."

(QS. Al-Qadr ayat 3).


Kenapa Allah pilihkan Lailatul Qadar khusus untuk ummat Muhammad, sekurangnya 2 penyebab yaitu:


1. Usia ummat Muhammad umumnya sangat singkat, bila mengacu nabi Muhammad hanya 63 tahun.


2. Postur tubuhnya relative kecil, sehingga kekuatan untuk beribadah relative kurang, bila dibandingkan ummat terdahulu.


Ummat terdahulu hidupnya ribuan tahun misalnya nabi NUH diwartakan dlm Al-Qur'an tinggal bersama kaumnya 950 tahun.


وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَ لْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَا مًا ۗ فَاَ خَذَهُمُ الطُّوْفَا نُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ

"Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim."

(QS. Al-'Ankabut ayat 14).


Nah kalau kita hidup mencapai usia nabi Muhammad dan jika rata-rata kita mulai diperhitungkan puasa umur tiga belas tahun, jadi dapat berpuasa selama 50 tahun. Jika setiap tahun dari 50 tahun itu menemukan lailatul qadar, maka kita terhitung beribadah selama 50 x 83 tahun = 4.150 tahun , setara dengan 4  kali lbh dari usia nabi Nuh.


Persoalannya bibit unggul yg disemai itu apakah tumbuh subur. Selain disemai di lahan yg baik, juga hrs dirawat dan dipupuk......... Insya Allah akan disiapkan teknik perawatan dan pemupukannya, ditulisan mendatang.


Semoga bibit unggul beribadah yg tersedia di bulan Ramadhan dpt dimaksimalkan sehingga shaum tahun ini mengantar kita semua menjadi taqwa.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 25 Sya'ban 1442 H.

7 April 2021.

(757.04.21).

Tuesday 6 April 2021

PERSIAPAN LAHAN RAMADHAN

Saudaraku kaum muslimin, bbrp hari lagi kita semua akan mulai melaksanakan ibdah "shaum wajib"  selama sebulan penuh. Sdh maklum bahwa buah shaum Ramadhan adlh "Taqwa". Dg tamsil "Taqwa adlh buah shaum Ramadhan", maka ibarat suatu tanaman untuk berbuah haruslah ditanam. Untuk penanaman perlu bibit, sblm bibit ditanam perlu tersedia lahan.


Menyiapkan media tanam (lahan) dalam kaitan shaumu Ramadhan, sekurangnya harus diperhatikan 3 hal pokok yaitu:


a. persiapan lahir


b. persiapan bathin


c. persiapan lingkungan


ad. a. Persiapan lahir.


Berusaha agar dapat memelihara kesehatan, agar dapat melaksanakan ibadah agar lebih meningkatkan kualitas dan kuantitasnya dari bulan-bulan lain selain bulan Ramadhan. Bagi yang sepuh sebagai ikhtiar periksakan kesehatan, turuti nasehat ahli kesehatan dan bila diberikan obat diminum secara teratur.

Dalam rangka perawatan kesehatan bbrp pekan ini ku tlh periksakan penyakit rutin ke rumah sakit, mulai penyakit dalam, jantung dan hari ini urologi sambil nulis artikel ini.


ad. b. Persiapan bathin:


* Merenungkan kesalahan selama ini untuk bertobat kepada Allah, sehingga mulai bulan Ramadhan betul-betul siap menjalankan ibadah, sekaligus di dalam bulan Ramadhan sudah ter inventarisir apa yang hendak dimintakan ampun kepada Allah. Meskipun sebenarnya yang namanya minta ampun kepada Allah hendaklah setiap hari, setiap terjadi kesalahan karena kita tidak mengetahui usia kita masing-masing apakah masih sampai esok.


* Bulatkan tekad dengan niat yang sungguh-sungguh, ingin melaksanakan shaum lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya


ad. c. Persiapan lingkungan.


Media tanam tadi akan tidak kondusif bila masih terdapat gulma pengganggu lainnya, baik yang kasat mata maupun yang berpotensi akan tumbuh kemudian. Karena itu perlu di klirkan hubungan antar sesama manusia, itu mrpk gulma, penghambat kesuburan tanaman shaum. Meskipun hal ini seharusnya tiap hari harus klir dengan saling memaafkan:


· Antar diri dengan tetangga


· Antar diri dengan teman sekerja


· Antar diri dengan suami/isteri


· Antar diri dengan saudara


· Antar diri terlebih dengan orangtua bila masih ada


Pembaca yg arif!!


Bahwa taubat kepada Allah jauh lebih mudah dibanding memaafkan sesama.


Karena tobat kepada Allah kita sanggup untuk menyebutkan semua kesalahan kita satu persatu, tanpa malu dan ragu. Dosa sekecil-kecilnya apalagi yang besar, dosa yang tidak terlalu membawa aib jika orang lain tau, sampai dosa yang kalau orang tau kita sangat aib. Kitapun sanggup menuturkannya kepada Allah.


Bagaimana kalau minta maaf kepada manusia, sanggupkah kita menyebutkan semua kesalahan kita kepada sesama yang dimintai maaf.


Contoh suami istri saja, kalau minta maaf secara jujur, mungkin hasilnya membuat tidak mujur.


Misalkan kita pernah berbuat tidak jujur dengan isteri kita, jika kita terus terang mengatakannya akibatnya mungkin menjalani Ramadhan tidak mujur, bisa saja si isteri mogok menghidangkan sahur.


Oleh karena itulah dalam agama kita soal maaf memafkan itu, yang diperintahkan dalam Al Qur’an bukan meminta maaf tapi memberikan maaf.


Lihat surat Al-Baqarah 263


قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ وَا للّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ

"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun."

(QS. Al-Baqarah ayat 263)


dan


Ali Imran 134 menegaskan:


الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ۚ 

"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."

(QS. Ali 'Imran ayat 134)


Dalam suatu hadits bahwa Nabi pernah mengatakan bahwa: Ummatnya ada sebanyak 70 ribu orang yang akan masuk surga tanpa proses perhitungan, langsung tanpa di HISAB, dari jumlah tersebut disebutkan Nabi bahwa sahabat Nabi bernama UKASAH salah satu diantara 70 ribu dimaksud. Apa sebenarnya amalan UKASAH yang paling menonjol sehingga mendapat keistimewaan ini. Rupanya adalah; Setiap akan tidur beliau mereview kembali perjalanan hidup sehari tadi, selain dia bertobat atas kesalahannya ia segera memaafkan bila ada orang lain membuat kesalahan kepadanya dan bahkan sekaligus memohonkan agar yang bersangkutan diampuni Allah. Selain amalan rutinnya adalah shalat tahajud.


Adalah suatu kelaziman yg baik di negeri kita ini, bahwa sblm masuk bulan Ramadhan saling mohon maaf, bukan saja ketika Idul Fitri. Apalagi dg terbentang luas kesempatan dpt komunikasi melaui W.A. sekarang ini. Ini pas benar untuk "mempersiapkan lahan Ramadhan".


Karenanya dari ruang ini saya juga mohon maaf kpd para pembaca sekalian atas kesalahan2 saya mengunjungi pembaca dlm tulisan saya.


Smg Allah menyehatkan dan memudahkan kita dlm melaksanakan shaumu Ramadhan.


آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

بارك الله فيكم

 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.

Jakarta, 23 Sya'ban 1442 H.

5 April 2021.

(756.04.21).