Saturday 5 August 2017

Iman dari ZAMAN ke JAMAN



Sejak semula risalah iman dibawa para Nabi dan Rasul dari Zaman ke Jaman, beberapa sikap dari ummat manusia pada era zamannya masing-masing. Sikap tersebut barangkali sekurangnya dapat dibedakan menjadi 6 (enam) yaitu:
1.      Menerima risalah iman.
2.      Menolak/mendustakan risalah iman.
3.      Hati menerima risalah iman, mulut enggan menyatakan iman.
4.      Terombang-ambing menentukan pilihan.
5.      Berpura-pura menerima risalah iman, hati tetap menolak dan mendustakan,
6.      Iman berfluktuasi turun naik.
PERTAMA; Menerima serta membenarkan dengan sungguh-sungguh risalah iman yang dibawa Nabi dan Rasul. Kelompok ini langsung mengimani apa yang dibawa oleh Nabi dan Rasul tanpa ragu-ragu. Bukan saja hanya sekedar mengimani, selanjutnya merekapun memperjuangkan risalah keimanan yang diterimanya itu dengan jiwa dan raganya. Dalam agama Islam terukir sejarah kelompok ini di refleksikan oleh Abu Bakar. Oleh karena itulah beliau mendapat julukan Abu Bakar Siddiq, lantaran menerima dan membenarkan seluruh risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. Kelompok ini seperti dilukiskan akhir surat Al-Baqarah ayat 285 “wa qaluu sami’naa wa atha’naa” (dan kami dengar dan kami taat).
KEDUA; Menolak, mendustakan. Kelompok ini ditandai dengan sikap mereka menolak apa saja yang dibawa Nabi dan Rasul, mereka mendustakan. Tidak hanya menolak dan mendustakan bahkan merekapun menghalang-halangi dakwah Nabi/Rasul serta pengikutnya. Juga mereka mencegah siapa saja dibawah kekuasaannya untuk bergabung ke kelompok Pertama. Tidak sedikit orang-orang yang tergerak hatinya mengimani risalah Rasulullah Muhammad s.a.w. karena mereka dalam kekuasaan kelompok ke dua ini sebagai budak, disiksa diantaranya sampai ada yang menemui ajalnya. Untuk kelompok ini dalam sejarah Perkembangan agama Islam terwakili figur-figur diantaranya Abu Jahal, Abu Sofyan (sebelum masuk Islam). Allah mengisyaratkan dalam surat Al-Baqarah ayat 6. “Innallaziina kafaru sawaaaa ‘un ‘alaihim a anzarthahum am lam tunzir-hum laa yu’minuun” (Sesungguhnya orang-orang  kafir itu sama saja bagi engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman).
KETIGA; Hati menerima, Mulut belum berikrar. bersimpati tapi karena pertimbangan Lingkungan, pertimbangan keluarga besar, tak hendak nanti kalau mengimani seruan Rasul akan dikucilkan dari komonitas, akan terjungkal dari kedudukan. Diantara kelompok ini adalah paman nabi Muhammad sendiri yang sangat melindungi dan menyayangi Nabi,  Abu Thalib sampai menghembuskan nafas terakhir enggan berucap akan keimanan atas risalah yang dibawa kemenakannya. Memang kehadiran para Nabi dan Rasul hanya bertugas menyampaikan risalah iman kepada ummat, tidak bertanggung jawab sampai orang menerima iman itu.  Seperti yang dijelaskan Allah dalam surat Al-Baqarah 272. “Laisa ‘alaika hudaahum wa laakinnallaha yahdii may yasyaaa’ “ (Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan ditegaskan lagi di surat Ar Ra’d. ayat 40 “Innamaa ‘alaikum balaaghu, wa ‘alainal hisaab” (Sesungguhnya tugasmu (Muhammad) hanya menyampaikan saja dan Kami-lah yang memperhitungkan (amal mereka). Jadi informasi ini, dapat mengobati bagi pembaca yang mungkin mempunyai anak keturunan, saudara, sahabat dekat atau mungkin orang tua yang kebetulan belum dapat diajak seakidah dengan anda, belum dapat di bawa sama-sama beribadah bersama anda, tidaklah patut kecewa amat, sepanjang sudah berikhtiar. Sebab para Nabi dan Rasul saja ada anaknya, istrinya orang tuanya tak dapat dibawanya beriman.
KEEMPAT; Terombang ambing. Tersebut kisah seorang yang terbilang akrab dengan Rasulullah Muhammad s.a.w. UQBAH bin ABU MU’AITH. suatu hari mengundang Nabi Muhammad untuk makan dirumahnya. tentulah, pengundang dan yang diundang sudah demikian akrab, kalau tidak mana mungkin sampai mengundang makan. Suatu budaya turun temurun sejak sebelum Islam, orang Arab sangat menghormati tamu. Tuan rumah memposisikan diri sebagai khadam (pembantu) si tamu. Nabi Muhammad karena dalam bergaulan sehari hari tau bahwa Uqbah bersimpati dengan risalah Islam. maka beliau mengemukakan suatu syarat, baru mau menyantap makanan yang disediakan tuan rumah. Syarat itu ialah Uqbah lebih dahulu menyatakan diri masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimah syahadah. Memang dasarnya dia juga bersimpati dengan Islam dan juga dalam rangka menghormati tamu, makapun Uqbah bersyahadat dihadapan Rasulullah. Beberapa lama setelah masuk islam itu, Uqbah bertemu dengan teman akrabnya juga bernama UBAYYU bin KHALAF, Uqbah-pun menceritakan akan dirinya telah masuk Islam kepada Ubayyu. Reaksi Ubayyu sangat menyesali ke islaman Uqbah, entah apa yang diprovokasikan kepadanya, antara lain akan lepasnya ikatan dengan masyarakat Quraisy, nanti akan berakibat kesulitan dalam perekonomian karena dikucilkan, maka akhirnya Uqbah mulai bimbang, pada akhirnya kemudian, dia minta petunjuk bagaimana cara mencabut syahadat tersebut. Ubayyu memberi petunjuk kepada Uqbah, agar segera menemui Rasulullah untuk mencaci maki Rasulullah dan meludahi mukanya. Singkat kisah Uqbah mendapati Rasulullah sedang shalat, sujud disuatu tempat. Uqbah-pun melaksanakan saran Ubayyu yaitu mencaci maki dan meludahi muka Rasulullah Muhammad s.a.w. Ketika itu sudah dekat waktunya Nabi hijrah ke Madinah. Cacian dan makian Uqbah itu dijawab Rasulullah “Apabila suatu waktu kelak saya berjumpa dengan engkau diluar kota Mekah ini pedang saya akan memenggal kepalamu”.  Dalam perang Badar. Uqbah tertawan  dan   Ali diperintahkan mengeksekusinya. Ini salah satu contoh orang yang imannya terombang-ambing, lantaran pengaruh teman. Diabadikan dalam Al Qur’an surat Al Furqan 28 “Yaawailataa laitanii lam attakhizd fulanan khalila”  (Aduhai celakalah aku!  mengapa si anu kuambil sebagai teman).
KELIMA; Pura-pura menerima. Dalam hati mereka tidak menerima risalah yang dibawa Nabi dan Rasul, akan tetapi karena pengikut kelompok pertama sudah mulai kuat, untuk merapat kepada kelompok kedua dirasa kurang aman. Maka mereka bersikap berpura-pura beriman, tetapi dalam hatinya tetap menolak. Dalam sejarah Pertumbuhan agama Islam terkenal nama Abdullah bin Ubay. Kelompok kelima ini dalam Islam mula pertama adanya agaknya di Madinah, kala itu pengikut Nabi Muhammad s.a.w. sudah banyak ketimbang yang tidak menerima iman yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. Sikap berpura-pura ini setidaknya dapat menyelamatkan diri yang bersangkutan.  Diabadikan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 8 “Waminan naasi may yaquulu amannaa billahi wa yaumil aakhiri wa maa hum bimu’minin”  (dan ada manusia yang mengatakan bahwa dianya beriman kepada Allah dan hari kemudian, tapi sesungguhnya mereka tiadalah beriman). Masa kinipun tak kurang Jumlah kelompok berpura-pura beriman ini, sesungguhnya mereka justru musuh orang beriman. Dalam terminology agama Islam mereka ini disebut kelompok al-munafiqun, sehingga sampai ada khusus satu surat dalam al-Qur’an, surat 63 sebanyak 11 ayat diturunkan di Madinah. Seperti dikemukakan di atas bahwa kelompok ini bermula di Madinah.  Kelompok ini bila ada ditengah-tengah kita, sangat berbahaya, lebih berbahaya dari kelompok yang memusuhi Islam. Dia bagaikan teman sesungguhnya musuh, sementara kita tanpa tuntunan wahyu sebagaimana Rasulullah tentu tidak mengetahui persis keberadaan mereka.
Kelompok KE ENAM; iman TURUN NAIK, berfluktuasi. Banyak di punyai orang di zaman kini. Disebabkan kebutuhan hidup di dunia, kadang untuk mempertahankan hidup, seseorang merelakan imannya menurun. Haram-haram sedikit, melanggar-langgar sedikit ketentuan Allah dan Rasul-Nya dilaksanakan. Disatu saat imannya naik, menyesali berbuat yang telah menggadaikan imannya. Dilain waktu terulang kembali dan begitulah berulang-ulang naik turunnya iman. Secara umum memang manusia tak luput dari naik turunnya iman. Contoh konkrit turun naik iman sebagian besar kita, nampak ketika awal-awal Ramadhan, masjid-masjid sepertinya kurang besar tak sanggup menampung jamaah. Setelah pertengahan Ramadhan sampai ke akhir masjid-masjid terasa terlalu besar. Tapi turun naik iman yang tidak terlalu ekstrim ini adalah turun naiknya intensitas ibadah.  Yang paling riskan di kelompok ini, kalau-kalau iman sedang menurun maut datang menjemput. Semoga kiranya kita termasuk orang yang dapat memelihara iman kita secara konsisten berkesinambung, kalau lah turun tidaklah terlalu anjlog-anjlog amat, agar gampang menaikkannya kembali.
Beberapa kali ku menyaksikan seseorang dijemput maut ketika sedang selesai shalat di Masjid. Belakang diberitakan di TV. seorang yang dijemput maut, sehabis shalat Ashar dimasjid, tragisnya diduga mencuri alat sound system masjid. Kalaulah itu hanya sangkaan belaka, tentulah yang bersangkutan menemui ajalnya dalam kebaikan, selesai menunaikan shalat. Walaupun proses maut dikabarkan sungguh tidak manusiawi konon dengan dibakar. Pagi ini kutonton di TV One, diwawancarai istri Almarhum, bahwa keseharaian yang bersangkutan memang tukang service dan pengrajin sound system. Dapat saja peralatan sound system yang ketangkap tangan di tangannya adalah bawaan ybs. dari tempat lain. Tapi semuanya itu penegak hukum sedang berkerja untuk membuktikan didunia ini. Apa keadaan/kejadian yang sebenarnya untuk diri pribadi almarhum menurut pengetahuan manusia di dunia. Tapi Allah maha mengetahui dan di pengadilan Akhirat nanti akan gamblang apakah orang ini mati dalam keadaaan sedang naik imannya, yaitu dalam perjalanan mencari nafkah antara lain membawa onderdil bekas sound system terkait dengan pekerjaannya, lalu dituduh mencuri, karena kebetulan masjid kehilangan sound system dan ybs kebetulan ditangannya terdapat benda tersebut. Ataukah yang bersangkutan saat itu imannya sedang turun, sehingga benar-benar mengambil peratalan sound system masjid karena sedang membutuhkan. Semua itu tak dapat berelak nanti di mahkamah Allah. seperti termuat dalam Al-Qur’an surat An-Nur 24 “YAUMA TASY-HADU ‘ALAIHIM ALSINATUHUM WA AIDIHIM WA ARJULUHUM BIMAA KAANUU YA’MALUUN” (pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan).  Dan surat Ya Sin ayat 65 “AL-YAUMA NAKHTIMU ‘ALAAA AFWAHIHIM WA TUKALLIMUNAAA AIDIHIM WA TASY-HADU ARJULUHUM BIMAA KAANU YAKSIBUN”. (Pada hari itu kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberikan kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan).
Perlu di paahami oleh yang mengimani agama, bahwa dalam akhlaq Islami, membunuh tikus saja tidak boleh dengan membakarnya.  Apalagi manusia, apapun kesalahannya.
Demikian telah kucoba membedakan 6 kelompok manusia bersikap terhadap risalah Iman yang dibawa oleh Rasulullah,  semoga kira dapat kita jadikan untuk memeriksa diri  dikelompok manakah kita berada, yang paling tau adalah kita sendiri dan Allah.
Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini dan dari syaithan). Mohon maaf oleh karenanya.
Barakallahu fikum. wallahu ‘alam bishawab.