Sunday 28 September 2014

TAMAN KOTA DIKURBANKAN HEWAN QURBAN



Usai shalat idul Adha, barak dan kandang sementara kambing dan sapi di sepanjang taman di pinggir jalan di suatu kawasan Jakarta Pusat di antaranya di depan kediaman kami, mulai di bongkar. Bongkaran meninggalkan rusaknya taman-taman yang dibangun sejak beberapa bulan setelah Idul Adha tahun lalu. Begitulah siklusnya sampai ke Idul Adha berikutnya, rusak lagi itu taman.
Beberapa bulan setelah taman rusak, datang lagi petugas yang kelihatannya salah seorang atau beberapa orang berpakaian dinas, sedang yang lainnya nampaknya pekerja swasta, membawa tali pengukur dan yang lain mencatat. Agaknya mereka mengkalkulasi berapa jumlah volume taman yang akan dikerjakan.
Mungkin setengah bulan kemudian datanglah truck-truck pembawa bibit tanaman, pupuk dan tanah. Tamanpun ditata kembali, selanjutnya dirawat, kalau musim kemarau setiap pagi lewat mobil tangki yang memberikan siraman kepada tumbuhan taman. Secara periodik tamanan di pelihara tukang taman untuk menyiangi dan merawat tanaman yang ada.
Selanjutnya seperti dikisahkan di atas, seminggu atau sekitar sepuluh hari menjelang Idul Adha tamanpun harus dikurban lagi oleh para pedagang hewan qurban. Kubingung atas hal ini, kucoba melaporkan kepada RW, tahun ini mendapat jawaban dari RW bahwa janji mereka para pedagang, hanya menempati bagian lahan yang tidak ditumbuhi tanaman. Tapi kenyataannya tetap saja taman dirusak. Sejauh ini tidak ada petugas yang melarang, atau mencegah perusakan taman itu.
Kucoba mengkalkulasi, dimana jatuh perhitunganku bahwa harga taman yang rusak di bandingkan keuntungan pedagang hewan qurban dikumpulkan akan jatuh lebih mahal harga taman yang dirusak, dari keuntungan yang mereka peroleh. Dengan perumpamaan hitungan okomoni orang bukan sekolahan saja, misalnya tubuh ini adalah bangsa, si tubuh pakai celana dengan dua kantong, yaitu kantong kiri dan kantong kanan. Setiap Idul Adha kantong salah satu kantong mengantongi uang hasil keuntungan dagang hewan qurban katakanlah 10. Kemudian setiap beberapa bulan setelah Idul Adha kantong yang yang lain mengeluarkan uang untuk membangun kembali taman yang rusak 12 sampai 15. Si tubuh katakalah umpama pemda DKI, sebagaimana dimaklumi bahwa  duit dikeluarkan adalah duit rakyat, jatuhnya rakyat juga yang rugi.
Penulis tak punya wewenang, apapun hanya sebagai rakyat jelata, semoga kiranya pihak yang berwenang ikut mencarikan jalan keluar agar tahun-tahun mendatang tidak membuat kekonyolan ini terus menerus.
Sebagai rakyat jelata dapat menyarankan jalan keluar:
1.     Pemda DKI menyediakan lahan di setiap lokasi perumahan sebuah lahan khusus untuk memajang hewan Qurban, dilarang keras di taman-taman.
2.     Bagi pelanggar ketentuan dilakukan tindakan tegas, dengan mengangkut hewan qurban mereka untuk ditempatkan dilokasi penampungan yang disediakan, seperti penindakan parkir liar.
3.     Pelanggar dikenakan denda sesuai jumlah hewan qurban yang mereka pajang.
4.     Pembeli juga perlu dikenakan sanksi, agar kemungkinan kedua pihak bertransaksi ruangnya semakin kecil.
Perlu diingat bahwa hal ini, sangat sensitip karena menayangkut soal agama, karena itu perlu ada sosialisasi yang intens dengan meminta peran dari para Da’I, para Ustadz dan Milbaligh. Dititipkan juga sosialisasi yang berkaitan dengan kepedulian terhadap tanam, keindahan dan kebersihan ini pada guru-guru sekolah dan para pemuka masyarakat.
Demikian, semoga dimasa yang akan datang orang semakin paham bahwa agama Islam bukanlah agama yang merusak, Islam bukan agama yang sambarangan/tidak peduli akan keindahan, Islam bukan agama yang tidak memperhatikan ketertiban umum. Islam  adalah agama yang rahmatan lil alamain.

Monday 22 September 2014

SIDIK JARI



Sekitar 100 negara di dunia ini menggunakan sidik jari sebagai alat penyeledikan forensik. Sidik jari masih dianggap alat yang paling akurat untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan. Bentuk sidik jari setiap manusia memang sangat khas. Di dunia ini tidak ada dua manusia yang sidik jarinya sama. Semua sidik jari manusia berbeda. Perubahan fisik manusia, ternyata tidak mengubah sidik jarinya. Menurut yang saya dengar di TV bahwa kemungkinan untuk terjadinya Sidik Jari yang sama, bagi manusia adalah 1 berbanding 6 milyard. Sedangkan penghuni dunia sampai per Juli 2014 7,2  milyard, jadi hampir tidak ada manusia yang mempunyia Sidik Jari yang sama. Jadi hanya dimungkinkan 2 orang yang mempunyai Sidik Jari yang sama. Bisa terjadi yang bersidik jari yang sama sudah lebih dahulu meninggal ratusan, ribuan tahun lalu.

Dalam penyelidikan forensic modern, sidik jari mulai digunakan tahun 1915, bersamaan dengan dibentuknya International Association for Identification (IAI). Kemudian di tahun 1977 IAI mulai memberlakukan standar sertifikasi untuk para penguji sidik jari.

Sekitar tahun 1870, antropolog asal Prancis, Alphonse Bertillon mendorong penggunaan sistem identifikasi berdasar ciri khas tulang organ tubuh tertentu. Sistem ini lebih masuk akal karena tulang khas seseorang juga tidak mudah untuk diubah. Pada 30 tahun pertama setelah penemuannya, sistem ini diterima dalam proses identifikasi pelaku kriminal.

Namun, sistem ini dipertanyakan di tahun 1903 saat seorang bernama Will West dituntut di Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat. Berdasar cerita yang dituliskan onin.com, dia dituntut karena memiliki bentuk tulang khas yang sama dengan tersangka pelaku kejahatan bernama William West. Ternyata memang Will dan William West memang kembar.

Dari kasus inilah kemudian identifikasi pelaku kejahatan menggunakan bentuk tulang yang khas tidak lagi digunakan. Saat diteliti sidik jarinya, barulah ketahuan bahwa Will West dan William West adalah dua orang berbeda meski mereka terlahir kembar.

Sidik jari telah dikenal sejak masa prasejarah. Banyak sekali peninggalan masa prasejarah yang menunjukkan adanya penggunaan sidik jari sebagai tanda khas seseorang. Namun baru di awal abad ke-20, sidik jari digunakan secara modern untuk mengidentifikasi korban maupun pelaku kejahatan.

Al Qur’an lebih 14 abad yang lalu telah menginformasikan bahwa manusia yang pernah hidup di bumi ini,  Allah mampu menyusun kembali ujung jari-jari manusia yang telah mati milyaran tahun lalu menjadi sempurna kembali. "Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, Surat 75, Al Qiyamah ayat 3-4) 

3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
4. Bahkan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna
Sidik jari memiliki keunikan tersendiri dari organ fisik manusia. Sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.
Keunikan sidik jari ini baru ditemukan manusia di akhir abad ke-19. Padahal sebelumnya, orang menganggap sidik jari hanya sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari seperti disebut di atas, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu sampai abad ke 19. Ilmu pengetahuan barulah mulai abad ke 19 mengarahkan perhatian pada arti penting sidik jari, yang ternyata  mampu untuk mengungkapkan berbagai masalah kejahatan, sehingga membebaskan tuduhan kepada orang yang tidak berbuat criminal dan menghukum yang tepat kepada yang bersalah.
Satu persatu informasi Al Qur’an yang semula hanya diterima dengan iman, sekarang mulai terkuak. Ummat yang hidup sezaman dengan nabi, iman mereka begitu mantab diantaranya dengan menyaksikan sndiri mukzijat. Kini kita ummat yang hidup sudah lebih empat belas abad dari zaman Rasulullah, Alhamddulillah iman seharusnya semakin mantab, dengan semakin terkuaknya rahasia informasi Al Qur’an. Salah satu contoh lain adalah dalam surat Al-Jatsyiah ayat 29 di informasikan bahwa ada sejenis buku yang dapat bercerita tentang apa yang kita lakukan.
Sejak dikenalnya cara menulis, orang sudah mengenal buku. Sepanjang diketahui sebelum ditemukan teknologi rekaman dan akhirnya computer, orang sama sekali tidak menyangka bahwa ada buku atau sesuatu benda yang dapat bercerita, sebagaimana layaknya manusia. Masihkah kita ragu bahwa apapun yang kita katakan, apapun yang kita perbuat, semuanya akan terekam tidak satupun terlewatkan. Rekaman itu berupa yang dilambangkan oleh Allah dalam Al Qur’an Surat Al Jatsiah ayat 29 “Kitab yang dapat membacakan/menuturkan………”. 
29. (Allah berfirman): "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan."
Teknologi sekarang dengan satuan Giga Bite atau Mega Bite atau apapun namanya ukurannya, diawal era computer peralatan penyimpan data masih besar kemasannya. Kini alat penyimpan data itu sudah semakin kecil sanggup menyimpan data terdiri dari suara gambar dan aksara, semuanya dapat direkam begitu banyak. Itu alat penyimpan data buatan manusia, bagaimana dengan alat yang dibuat oleh Allah. Alat itu telah diinformasikannya dalam Al Qur’an, masihkan kita tidak percaya dengan kebenaran Al’Qur’an. Tentu seluruh kehidupan kita, seluruh perbuatan kita, seluruh ucapan kita, sekecil apapun akan terekam dalam “Flash Disk” buatan Allah yang maha sempurna, dan kemudian akan menurturkan dan memperlihatkan kembali video kehidupan kita yang hanya sekedar 60 sampai seratusan tahun.
Jangankan perbuatan sedangkan ucapan saja tetap tercatat dalam catatan Allah, salah satu contoh ucapan Nabi Ibrahim ketika orang bertanya tentang kekayaannya berupa hewan ternak“Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan  juga.” Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya, yang kala itu masih berusia 7 tahun.
Pesan kita buat siapa saja, terutama pemimpin-pemimpin negeri, hendaklah hati-hati dalam berucap, hati-hati dalam berjanji, sebab setiap kata terekam disisi Allah, bakal dimintai pertanggungan jawab bukan saja di akhirat nanti, di dunia inipun pertanggungan jawab itu, pembuktian itu sudah harus dibuktikan.

Thursday 18 September 2014

DING-DING KA’



Masa kanak-kanak, masa bermain, nenek moyang kita dulu meskipun mereka belum mendirikan “Taman Kanak-Kanak”,  “Play Group”. Tapi,  sebenarnya ide memberikan fasilitas bermain kepada anak-anak sudah ada dan sudah sangat tua.
Banyak jenis permainan anak-anak yang kita kenal, baik yang in door maupun out door. In door misalnya “Congklak” kata orang Jakarta, “Dakon” kata orang Jawa-Timur. Contoh out door, “Bentik” kata orang Jawa Timur, di Kampungku Kalimantan Barat disebut dengan “Cungkit Belanda”. Contoh lain out door;  “Suda Manda” dikampungku dikenal dengan “Ding-Ding-Ka’”. Model “Ding-Ding Ka’”.dibuat garis ditanah sehingga menjadi 11 kotak.




Permainan ini disebut oleh anak-anak dikampungku dengan Ding-Ding-Ka’ karena untuk melompati kotak-kotak harus dengan kaki satu, dimana hanya punya kesempatan satu kali beristirahat di kotak tengah perpotongan kotak-kotak (diberi tanda   √).
Teknik permainan sebagai berikut:
1.      Kelompok bermain, minimum dua orang maksimum empat orang.
2.      Setiap orang disediakan suatu potongan kecil benda yang dapat dilemparkan menuju kotak-kotak pilihan, biasanya pecahan genteng, atau potongan kayu sekitar besarnya 3 x 4 cm. disebut “Gacu”
3.      Menentukan, siapa yang dulu mulai melempar dengan suut, atau hom pim pa.
4.      Pelempar gacu pertama berusaha untuk dapat yang paling atas
5.      Kalau gacu menempel di garis atau diluar kotak di kenakan penalty, yaitu berupa hilang kesempatan melempar. Selanjutnya kesempatan melempar diberikan ke peserta berikut.
6.      Kalau gacu masuk di kotak tengah, pelempar bisa mengulang. Kotak ini disediakan untuk pemain beristirahat sejenak sambil mengambil gacu dan menggambar bintang.
7.      Pelempar yang berhasil menempatkan gacu pada kotak selain kotak tengah dia mulai ber ding-ding ka’ melalui kotak-kotak berkeliling putaran jarum jam dan ketika sampai ditengah dia mengambil gacu, kemudian memberi tanda untuk membuat gambar bintang pada kotak bekas tempat gacu. Selanjutnya ber ding-ding- ka’ sampai ke tempat start.
8.      Dari start, pemain ini meletakkan gacu di punggung kaki, kemudian melanjutkan ding-ding ka’ dengan rute yang sama dengan no 7 di atas. Ditempat yang ditandai tadi digambar bintang, selanjutnya kembali ke start, untuk mempersilahkan peserta urutan berikut  melempar gacu.
9.      Peserta berikutnya tidak boleh melempar untuk menempatkan gacu pada kotak yang sudah ada bintang,
10.  Ke kotak yang sudah berbintang tidak boleh lagi diinjak dengan ding-ding ka’ oleh peserta lain.
11.  Siapa yang paling banyak memperoleh bintang, dialah sebagai pemenang.
12.  Kalau terjadi kesulitan melompat, karena terbentur bintang-bintang, maka atas musyawarah pemain dapat dibuat kuping, yaitu garis setengah lingkaran nempel ke kotak tersedia untuk memungkinkan numpang melompat.
Filosofi yang diperoleh dari game ini:
1.      Anak-anak sejak dini diajarkan bagaimana seharusnya taat kepada aturan main yang disepakati dan ditentukan.
2.      Mereka berkompetisi secara sehat, sesuai dengan kepiawaian dan keberuntungan masing-masing.
3.      Orang yang cekatan akan memperoleh hasil yang optimal.
4.      Bahwa hidup ini penuh dengan persaingan, tetapi haruslah bersaing secara jujur dan sesuai aturan.
5.      Setiap orang mempunyai peluang yang sama di dalam masyarakat, keberhasilan akan banyak tergantung kepada prestasi dan keberuntungan.
6.      Menghargakan prestasi dan milik orang lain, yaitu kotak yang sudah dibintangi orang lain tidak boleh diinjak dan dijadikan target.
7.      Setiap orang boleh berprestasi tapi tidak boleh mencapai prestasi dengan menginjak orang lain.
8.      Bahwa setiap ada kesulitan pastilah ada jalan keluar, melalui musyawarah.
Tulisan ini sengaja kutulis sebagai hadiah ulang tahun “Rusnani Arbi” tanggal 19 September 2014. Selamat ber Ding-Ding Ka’. Semoga panjang umur dalam taat beribadah, murah rezeki dengan penuh keberkatan, sehat afiat dalam memudahkan berbuat kemaslahatan untuk ummat. Dimudahkan Allah urusan dunia dan urusan akhirat. Semoga terus berprestasi, selagi bisa.
Tentu tulisan inipun boleh dibaca siapa saja yang minat, semoga menjadi bahan banding dengan permainan anak-anak di tempat lain, untuk memperkaya khasanah budaya Indonesia. Kalau sudah ditulis begini semoga tidak diakui oleh bangsa lain sebagai budaya mereka.