Wednesday 29 July 2020

MATI yang IDEAL.

Mati adlh sesuatu yg pasti.
Setiap yg berjiwa pasti mati.
Caranya mati belumlah pasti.
Yang sakit, yang sehatpun mati.

Jika mati dijadikan pembicaraan. 
Banyak pihak  kurang berkenan. 
Padahal mati bukanlah khayalan.
Justru mati akhir dari kehidupan.

Andaikan dapat memilih, hampir setiap orang menginginkan agar cara mati nanti yg ideal yaitu: Ekonomis, Praktis, Wajar, Momen yg baik, Sebelum Renta, Dalam iman.

1. EKONOMIS.
Kalau dpt, tidak berbiaya tinggi. Artinya ndak usah pake sakit2 berat sampai ke mana2 harus berobat, keluar ongkos bgt banyak.

2. PRAKTIS.
Kalau dpt, proses mati yg tak terlalu lama (jikapun melalui sakit), karena akan menyusahkan keluarga merawat.

3. WAJAR.
Kalau boleh, mati wajar ditengah keluarga, agar tdk mengukir kenangan  "menyedihkan yg mendalam",  buat keluarga yg ditinggalkan. Misalnya smg jangan mati dlm kecelakaan penerbangan, pelayaran, tabrakan kendaraan. Juga smg terjauh dari karena Covid 19, sebab ritual pemakamannya jadi tak seperti biasa.

4. MOMEN YG BAIK.
Kalau boleh, maut datang ketika awak sdg berkegiatan kebaikan, misalnya sdg ibadah, sdg kerja cari nafkah, sdg ngajar nularkan ilmu, sdg belajar menambah ilmu.

5. SEBELUM RENTA
Kalau boleh ndak usah tua2 amat mati, khawatir jadi pikun, jadi tak berdaya. 

Bila sampai begini ada dua sisi bagi anak dan keluarga. 

Satu sisi dpt jadi ladang pahala, bila mereka merawat dg kasih sayang, sabar seperti ketika kita merawat mereka masih kecil....... 

Ibu rela ninggal nasi yg baru disuap tiga suapan, demi ngejar "ee ek" si mungil nangis di buaian. 

Di sisi lain peluang dosa ternganga lebar, bila mereka kesal dg ulah kita yg sdh pikun, kadang geram, gregetan. Ada lho sanak keluarga sampai terbetik do'a dihati "kok ortu ini ndak cepat mati". Naudzubillah.

Makanya di butir 5 ini kpd kita diajarkan do'a:
وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ
WA A’UUDZU BIKA AN-URADDA ILAA ARDZALIL ‘UMURI
Aku berlindung kepada-Mu kepada serendah-rendahnya usia (pikun). 

Agak lengkap bagus dicermati hadist berikut ini:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْجُبْنِ، وَالْهَرَمِ، وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ»

Dari Anas bin Malik ia berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim).

6. DALAM IMAN
Smg hayat ini diakhiri dlm keadaan  حسن الخاتمة  (husnul khatimah). Seperti yg sering diingatkan khotib jum'at.
 وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
"janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim" (QS Albaqarah 132, Ali Imran 102).

Dengan harapan 6 (enam) macam inilah, maka kita baiknya ngamalkan do'a ssdh shalat dlm  untaian do'a dikenal "do'a selamat", salah satu isinya:
 اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِى سَكَرَاتِ الْمَوْتِ
"Ya Allah mudahkanlah diriku dlm menghadapi sakaratil maut".

Dmkn, smg kita yg tua2 dilindungi Allah dg ijabah do'a kita. 

Bagi pembaca yg msh muda, case direfleksikan butir "5" jadikan Ortu anda sbg ladang pahala, jangan malah sebaliknya;  jadi peluang berdosa. Untuk itu bagi yg muda usia dan masih ada Ortu bagus camkan hadist ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، رَغِمَ أَنْفُهُ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، مَنْ ؟ قَالَ : مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبْرِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا ، فَدَخَلَ النَّارَ

“”Celaka orang itu, celaka orang itu, celaka orang itu!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa itu?” Rasulullah menjawab, “Orang yang celaka adalah orang yang mendapati kedua Ortunya masih hidup, atau salah satu darinya, tapi dia masuk neraka (karenanya).””

Smg Allah memberi yg terbaik dari 6 butir ku tulis di atas. Kita hanya dpt ikhtiar dg do'a namun Allah jua yang menentukan. 

Selamat shaumu Arafah, smg Allah ampuni dosa setahun lalu dan peliharakan diri kita dari dosa2 tahun yad dan sekaligus mengampuni jikapun terlanjur berbuat dosa.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 9 Dzulhijjah 1441 H.
30 Juli  2020.
(677.07.20).

Tawakkal Puncak Pengorbanan.

Di bulan Dzulhijjah ini terdapat ibadah khusus "Menyembelih Hewan Qurban", terbilang sunnah muakkad. Peristiwa penyembelihan Qurban mengingatkankan akan UJIAN yg pernah diujikan Allah kpd dua orang Nabi, Ibrahim dan Ismail.

Bahwa sesusungguhnya Allah akan menguji setiap insan yg ngaku beriman apalagi para nabi.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَحَسِبَ النَّا سُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ

وَلَقَدْ فَتَـنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَـعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ

"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji?".

Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta."
(QS. Al-'Ankabut ayat 2 dan 3)

Ujian berat sblmnya pernah dilakoni Nabi Ibrahim. Api telah berkobar siap menghanguskan tubuh. Diri akan dilemparkan ke dalam api.... 
Logika dari dulu sampai kini manusia bakal jadi abu bila dimasukkan ke dalam api seperti itu. Hanya bermodal تَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ 
beliau tidak bergeming. 

Belum ada dlm riwayat bahwa Nabi Ibrahim memohon kpd penguasa, agar mengampuninya. Juga belum ada terbetik dlm riwayat bahwa Nabi Ibrahim mohon kpd Raja Namrudz untuk penggantian bentuk hukuman,...... misalnya..................."jangan dibakarlah,............ gantung atau pancung ajalah, matinya kan lebih tdk menyengsarakan".

Beliau hanya berdo'a kpd Allah
حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
"Cukuplah Allah (menjadi penolong) dan Dia sebaik-baik pelindung."

Di saat yg kritis seperti itu, hanya kpd Allah saja Nabi Ibrahim berserah diri dg تَوَكَّلْ , diri dikorbankan, jika memang hrs musnah dilalap Api. Jadinya dpt dipahami bahwa puncak dari pengorbanan itu ternyata adalah تَوَكَّلْ (tawakkal). 

Bgt dilemparkan ke kobaran api, barulah Allah perintahkan api di
(QS: Al-Anbiya ayat 69)
قُلْنَا يَـٰنَارُ كُونِى بَرْدًۭا وَسَلَـٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".

Nabi Ibrahim saat2 mendekati dipelantingkan ke kobaran api, apalagi jauh sebelumnya, blm ada wahyu Allah misalnya: "Tenang aja Ibrahim ntar api akan KU perintahkan dingin". ....................
Jadi semata-mata تَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ terserah Allah lah bgmn jadinya stlh diceburkan ke kobaran api.

Stlh mempunyai anak,  diuji lagi nabi Ibrahim, mendpt perintah menyembelih putranya Ismail. Perintah Allah melalui mimpi tgl 8 Dzulhijjah.

Beliaupun tidak serta merta bgt bermimpi langsung laksanakan menyembelih, misalnya diam2 membawa Nabi Ismail tanpa rundingan. 

yang terjadi adlh:

Pada tgl 8 Dzulhijjah, awal Ibrahim mendapatkan mimpi yg bgt menggelisahkan hati itu...........
Sbg manusia Ia sayang anak. Apalagi anak itu didapat ssdh beristri bgt lama. Ragu dan gelisah meliputi Ibarahim. Ia merenung dan banyak berpikir menjadi kegelisahan terhadap dirinya. 

Apakah mimpi itu dari Allah atau dari syaitan sebagai penggangu manusia sampai akhir jaman. Hari ini menjadi suatu perenungan Nabi Ibrahim terhadap apa yang datang dalam mimpinya. Hari ini dinamakah "YAUMU TARWIYAH". Di hari tsb kaum muslimin masa kini berpuasa sunnah disebut  "Puasa Tarwiyah".

Di hari kedua perenungan barulah Nabi Ibrahim sampai pada suatu pengetahuan (arafah) tentang masa lalu.
Di waktu yg lalu Nabi Ibrahim memang benar ia pernah berjanji........... Nabi Ibrahim adalah seorang dermawan. Ia banyak memberikan beberapa hewan ternaknya tiap tahun untuk disembelih dan dibagikan  kpd orang lain karena perintah Allah. Pernah suatu hari ia berjanji bahwa tidak hanya hewan ternaknya yang diberikan, bahkan bila Allah perintahkan ia akan menyembelih putranya seandainya diberikan keturunan, asalkan bisa membuat lebih dekat kpd Allah.

Sebenarnya, di hari kedua ini lebih pada pengujian amanah dan janji Nabi Ibrahim sendiri, seberapa jauh beliau menjadi seorang yang amanah dan menepati janji. Tidak mungkin seorang diangkat menjadi nabi jika tidak amanah dan tidak menepati janji. Amanah ini pula yang menjadi ujung tombak munculnya semangat dan jiwa pemimpin yang membawa perubahan positif bagi keturunan umatnya kelak. 

Hari kedua tgl 9 Dzulhijjah itu mrpk hari Ibrahim mendptkan kesimpulan atau Pengetahuan disebut "Hari Arafah", kaum muslimin sekarang yg sdg tidak berhajji mempuasakan tgl 9 Dzulhijjah dg "puasa arafah".

Sikap dilakukan Nabi Ibrahim menyampaikan berita ini kpd anaknya Ismail. Diabadikan Allah QS Assafat 102.:
 يٰبُنَيَّ اِنِّيْۤ اَرٰى فِى الْمَنَا مِ اَنِّيْۤ اَذْبَحُكَ فَا نْظُرْ مَا ذَا تَرٰى
"Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!"

Mendengar apa yg dikatakan Ayahnya, Nabi Ismail menjawab:
 يٰۤاَ بَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِيْۤ اِنْ شَآءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Kesepakatan ayah dan anak dlm melaksanakan perintah Allah tercapai merupakan pengorbanan atas segala kesenangan kasih sayang ayah dan anak. Puncak dari pengorbanan itu se-mata2 dilandasi تَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ.

Setelah kesepakatan ayah-anak di peroleh maka di hari ketiga dilangsungkanlah penyembelihan (nahr). Pelaksanaan bukan berjalan mulus, digoda syaitan.
Nabi Ibrahim digoda di Aqabah, Bunda Nabi Ismail, Siti Hajar di goda di Wustha dan Nabi Ismail di goda di Ula. Syaitan mereka lempar dg batu krikil 7 butir. Itulah yg kini disyariatkan bagi jamaah haji melempar jumrah.

Ini lagi melaksanakan perintah Allah dg  تَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ
yg diperlihatkan keluarga Ibrahim  (ayah, ibu dan anak) 

Mereka tdk tau sblmnya bahwa nanti sembelihan akan Allah diganti dengan sembelihan yg besar (QS. As-Saffat ayat 107):
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ
"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."

Pembaca,.............. semoga kiranya sikap keluarga Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah dengan penuh ke tawakkalan itu dapat kita teladani.

Apakah keluarga yg mampu sudah sanggup ber qurban di hari Nahr nanti.
Diluar qurban hewan di hari yg tlh ditentukan, apakah di keseharian kita sdh sanggup ber qurban:
*. Mengorbankan waktu di tengah kesibukan, sejenak bertafakur kpd Allah dg shalat dzuhur, ashar. Dimana waktu2 itu tengah
 sibuknya Rapat, tengah asyiknya Nukang, lagi rame2 pelanggan, dll aktivitas kehidupan...... Bgt pula shalat Maghrib dan Isya, waktu2 itu pas lagi lengangnya jalan agar pulang ndak macet (bagi yg hidup di kota). Apakah mau berqurban ssdh shalat maghrib aja baru pulang dsb. Shalat tahajjud dan subuh, sanggupkah awak mengurbankan kenikmatan tidur.

*. Sdhkan diri ini mampu ber tawakkal (تَوَكَّلْ), melaksanakan apapun perintah Allah, dg tidak takut risiko (jatuh miskin misalnya) dg berqurban. 

*. Sudahkah kita mampu tawakkal (تَوَكَّلْ) melaksanakan perintah Allah

يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ

"menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar" (QS Ali Imran 104)
Ketika melaksanakan tdk takut risiko (dicemooh di benci dilecehkan).

Yaaa Allah terimalah kiranya amal Qurban kami, baik melalui syariat menyembelih hewan qurban maupun pengurbanan kami se-hari2 selama hayat dikandung badan. Jauhkanlah qurban kami dari pamer dan riya.  

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 7 Dzulhijjah 1441 H.
28 Juli  2020.
(676.07.20).

Sunday 26 July 2020

SEDEKAH tak lagi DITERIMA

Kebakaran Jum'at pekan lalu, berseberangan jalan dg kediaman kami. Mempuingkan sedikitnya 10 pintu bangunan rumah penduduk.
Bgt api terjinakkan, penduduk setempat mendirikan POSKO menghimpun sumbangan dari berbagai pihak. Membangun dapur umum.

Alhamdulillah dmkn tinggi empati dan sosial masyarakat. Sumbangan mengalir masuk melalui Posko Penduduk, Posko organisasi kemasyarakatan.

Saya mendengar sendiri, bbrpa Ibu2 (di hari pertama) yg rumahnya ikutan musnah . Ybs datang ke masjid, dimana kpd kami mereka mengisahkan bahwa mereka menyelamatkan nyawa keluar rumah hanya dg pakaian yg lekat di badan.

Tergerak hati para jamaah masjid2 sekitar menyumbang, uang dan pakaian layak pakai (PLP).

Kamis 6 hari stlh terjadi kebakaran, kupergi lagi ke lokasi, lantaran ada titipan dua bungkusan pakaian layak pakai lagi. Sebelum titipan itu ku bawa, sambil jalan pagi kusinggah di posko menanyakan "apakah msh menerima pakaian layak pakai???". Aku dijawab dengan membawaku ke tumpukan disamping Posko. Lapangan k/l sekitar 5 x 7 meter tertumpuk menggunung pakaian layak pakai.......
Ini rupanya jawabannya bahwa sumbangan pakaian sdh tdk diperlukan lagi. Pakaian2  ditumpuk, karena sdh ndak ada lagi yg memerlukannya. Untung pikirku, hari pertama kejadian tlh kuantar 2 koli PLP  dan hari ke dua sdh juga kuantarkan 2 koli PLP. Smg PLP2 tsb tdk termasuk yg dlm tumpukan itu tadi.

Kudengar juga dari orang yg mengantarku ke tumpukan "jika tdk ada lagi mau menggunakan,  mungkin PLP ini akan dilelang".

Bgtlah rupanya masih di dunia dlm keadaan normal saja sdh ditampakkan, adakalanya bantuan tertentu sdh tdk dibutuhkan lagi. Apatah lagi di yaumil akhir nanti, manusia sdh tdk dpt saling  membantu.
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَا خْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِيْ وَا لِدٌ عَنْ وَّلَدِهٖ وَلَا مَوْلُوْدٌ هُوَ جَا زٍ عَنْ وَّا لِدِهٖ شَيْــئًا
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun.............."(QS: Luqman 33).

dan (QS. Al-Infitar ayat 19)
يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْــئًا ۗ وَا لْاَ مْرُ يَوْمَئِذٍ لِّـلّٰهِ
"(Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah."

Keadaanku berencana akan mengantarkan 2 koli PLP hari ke 6 pasca musibah itu, sepertinya bersesuaian dg hadist diriwayatkan dari Haritsah bin Wahab bahwa Nabi Muhammad ﷺ. bersabda: "Bersedekahlah kamu sekalian, karena sdh semakin dekat waktunya seorang lelaki berjalan membawa barang2 yg ingin disedekahkannya, lalu orang yg ingin diberi sedekah berkata: "Seandainya engkau membawa sedekahmu kepadaku kemarin, tentu aku menerimanya. Adapun sekarang ini, aku sdh tdk lagi memerlukannya". Sehingga akhirnya lelaki itu tdk juga bertemu orang yg mau menerima sedekahnya. (Muttafaq 'Alaih, No.556 bagian Ibadat, K.H. Ahmad Mudjab Mahalli, Prenada Media hal 481).

Naaah pembaca, peristiwa di atas mengingatkan kita jangan tunda bersedekah, sblm sedekah ndak ada lagi yg mau menerima.

Bila ada diantara kami bersedekah nampak oleh sesama kami, Engkau mengetahui kalau niatnya bukan pamer tetapi mengajak untuk berbuat kebajikan.

Ya Allah terimalah kiranya amal sedekah kami, jauhkanlah sedekah kami dari pamer dan riya. 

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 4 DzulHijjah 1441 H.
25 Juli  2020.
(675.07.20).

Tuesday 21 July 2020

Penundaan Sanksi Kesalahan.

Bila "dosa" disinonimkan "kesalahan", maka manusia berpotensi berbuat kesalahan kpd 4 pihak:
1. Kesalahan kpd diri sendiri
2. Kesalahan kpd orang lain secara pribadi.
3. Kesalahan kpd pihak yg menjadi tanggung jawab.
4. Kesalahan kpd Allah.

PIHAK I.
Kesalahan kpd diri sendiri.
Banyak orang tak menyadari berbuat kesalahan pada diri sendiri. Seperti mengkonsumsi makanan/minuman yg membahayakan diri, misalnya Narkoba, minuman keras dll. Sanksi atas kesalahan ini, kadang tak lama berselang dirasakan oleh ybs. Tapi tak jarang sanksinya diterima stlh usia lanjut. Sedang sanksi akhirat, menunggu jika tdk bertaubat.

PIHAK  II.
Kesalahan kpd orang lain secara pribadi, berupa:
- Kesalahan tdp jiwa.
- Kesalahan thdp kehormatan.
- Kesalahan thdp harta.
Akan aman (اِنْ شَآءَ اللّٰهُ) dari sanksi akhirat, bila tlh berhasil di selesaikan di dunia dg mendptkan keridhaan dari pihak kpdnya kesalahan dilakukan.

PIHAK  III.
Kesalahan kpd pihak yg menjadi tanggung jawab.
- Mengambil hak2 dg jalan bathil.
- Curang, Cedera janji.
- Tidak menegakkan keadilan.
Pihak yg berpeluang membuat kesalahan ini bukan hanya penguasa. Tetapi siapa saja seperti diingatkan Rasulullah ﷺ :

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ: الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا، وَالْخاَدِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Setiap kalian adalah pemimpin & setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah pemimpin & akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya & akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang wanita adalah penanggung jawab dalam rumah suaminya & akan ditanya tentang tanggung jawabnya. Seorang pelayan adalah penanggung jawab dalam harta majikannya & akan ditanya tentang tanggung jawabnya.
shohih Bukhari : 893

PIHAK IV.
Kesalahan kpd Allah. Ada tiga bentuk kesalahan y.i.:
1. Mensekutukan Allah.
2. Melanggar larangan2 Allah.
3. Tidak melaksanakan perintah2 Allah.
Ketika melanggar larangan Allah dan kesalahan tidak melaksanakan perintah Allah,  sering juga terkombinasi dg kesalahan PIHAK I, II dan III.

Kesalahan ke Pihak Allah nomor 2 dan 3 betapapun banyaknya terselesaikan dg taubat dg syarat sblm maut:
Surat An-Nisa ayat 18

وَلَيْسَتِ ٱلتَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ حَتَّىٰٓ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ إِنِّى تُبْتُ ٱلْـَٔـٰنَ وَلَا ٱلَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُو۟لَـٰٓئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًۭا
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: "Sesungguhnya saya bertaubat sekarang". Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.

Adalah mrpk anugerah Allah yg sangat-sangat patut disyukuri bahwa setiap diri kita berbuat kesalahan/dosa tdklah langsung serta merta dikenakan saksi. Melainkan diberi tenggang waktu, ditunggu kita bertaubat. Naah kapan lagi.... bertaubatlah seblm ajal datang menjemput. Mintalah maaf atas kesalahan kpd sesama, sblm mereka tdk lagi hidup dg kita bersama. Berhentilah melakukan hal2 yg merusak diri, sblm diri menjadi rusak.

Tidak dapat dibayangkan, kalaulah Allah memperlakukan kita sebagaimana hukum dunia. Begitu kita berbuat dosa (Allah jelas mengetahui/melihat dosa kita itu), langsung diberikan hukuman. Mungkin para pembaca sudah dapat mengukur sendiri apa kira-kira yang akan diterima. Beda dengan kesalahan melanggar ketentuan pidana, kalau ketangkap langsung disidangkan dan masuk penjara.
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 30 Dzulkaidah 1441 H.
21 Juli  2020.
(673.07.20).

Saturday 18 July 2020

Keberuntungan BERAGAMA

Seharusnya tak seorangpun dari kita warga negara Indonesia yg tidak memeluk agama, karena negara berdasarkan Pancasila. Agama adlh keyakinan bahwa diri dan alam semesta ini ada yg mencipta. Kpd yg mencipta diri dan alam ini, harus beribadah dan patuh. Acuan cara ibadah dan patuh itu aturannya ada di masing2 agama. Pada dasarnya agama apapun untuk kebaikan semua ummat manusia dan alam  semesta.

Keberuntungan beragama.
Dengan beragama hidup merasa tidak sendiri, ada Yang Maha Pencipta Alam, setiap saat mendampingi dalam hidup ini. Ada yang senantiasa membantu menyelesaikan segala urusan.  Ada tempat bergantung dan menyerahkan diri. Kalau sudah ikhtiar dilakukan maksimal masih tertumbuk ke jalan buntu,  Allah menjadi tempat sandaran.

Rasulullah ﷺ. mengajarkan doa penyerahan diri:
 “Allahuma inni aslamtu nafsi ilaika (ya Allah aku serahkan diriku kepada Engkau), ………… dan seterusnya…… la malja a wala manja minka ilaika (tidak ada tempat berlindung lain dan tidak ada tempat melarikan diri dari Engkau kecuali lari kepada Engkau jua) ……..”  (dirawikan Bukhari Muslim dari kitab Ryadhush Shalihin Imam Nawawi)

Bahwa hidup ini, tidaklah mesti selalu sukses. Tidaklah semuanya berjalan lancar. Kadang ketemu halangan dan rintangan. Beruntungnya bagi orang beragama bila menemui kegagalan, bila ketemu kemacetan usaha, bila ketemu rintangan. Sepanjang tlh ikhtiar maksimal, orang beragama menyerahkan sgl persoalan kpd Sang Maha Kuasa (Agama Islam: Allah s.w.t.). dimana Allah ingatkan agar manusia jika sukses tak usah over bahagia, jika gagal tak perlu terlalu bersedih.

لِّـكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَا تَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَاۤ اٰتٰٮكُمْ ۗ وَا للّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَا لٍ فَخُوْرِ ۙ 
"Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri,"
(QS. Al-Hadid ayat 23).

Betapa beruntungnya orang beragama dlm kondisi apapun biasa2 saja.
اِنْ شَآءَ اللّٰهُ
tidak menyebabkan stress bila dihadapkan dg problem dan masalah.

Tulisan ini dibuat di tengah masih berjangkitnya virus Corona, saban hari terlihat meningkat jumlah manusia yg terpapar. Bagi insan agamis ada bbrp sudut pandang melihat musibah ini. Salah satu di antaranya dipandang sbg UJIAN Allah. Dg me refer dua ayat berikut dpt dipahamkan bahwa:
1. Iman tak cukup sekedar pengakuan.
2. Iman hrs diuji dan......
3. Akan diketahui siapa iman sungguhan dan siapa yg imannya sebatas ucapan.

اَحَسِبَ النَّا سُ اَنْ يُّتْرَكُوْۤا اَنْ يَّقُوْلُوْۤا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَـنُوْنَ
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji?"
(QS. Al-'Ankabut ayat 2).

وَلَقَدْ فَتَـنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَـعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
"Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta."
(QS. Al-'Ankabut ayat 3)

Bagi orang beragama selain tabah menghadapi ujian ini, tetap berprasangka baik thdp Allah, selanjutnya berserah diri kpd Allah, kemudian berdo'a diikuti mengintensifkan ibadah kpd Allah serta berbuat baik kpd sesama makhluk dan ummat manusia.

Mari kita berdo'a:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
“Sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan. Ya Allah, berilah kami pahala karena musibah ini dan tukarlah musibah ini dengan yang lebih baik daripadanya.”
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 27 Dzulkaidah 1441 H.
18 Juli  2020.
(672.07.20).

Saturday 11 July 2020

Pengaruh Teman dan Lingkungan.

Anak2 tinggal di komplek perumahan yg dijaga satpam dilengkapi dengan portal keluar masuk komplek, tentu akan berbeda perkembangan ketrampilannya dengan anak yg dibesarkan di kampung nelayan di tepi laut.

Boleh jadi seorang anak yg tinggal di komplek elit setelah dewasa ia tidak trampil menaiki sepeda motor tapi dia sangat mahir mengendarai mobil.

Sementara anak yg dibesarkan di tepi pantai, keluarga nelayan, adalah wajar dianya ahli mengemudikan perahu, merajut jaring (alat penangkap ikan), mungkin untuk mengemudikan mobil ia harus lebih dahulu belajar setelah dewasa. Orang pantai umumnya keras,  cepat bertindak dan mengambil keputusan.

Satu saat kupernah ikut dengan seorang nelayan. Kami hanya berdua melaut dg sampan sederhana tak bermesin itu. Ketika di darat orang yang kuikuti ini tutur bahasanya begitu sopannya, sebab mungkin menyesuaikan karena diriku bukan selingkungan dengannya.

Setibanya di laut aku diserahi memegang kemudi perahu, beliau ambil posisi ditengah sampan, menyusuri pancing renteng (rawai=bhs setempat) yg semalam sebelumnya dipasang di laut berjarak beberapa mil dari pantai. Ketika operasi menyusuri rawai, bukan main kasarnya beliau. Instruksinya demikian keras lengkap dengan bentakan untuk mengarahkan saya memainkan kemudi. Ternyata keadaan di laut mewajibkan orang segera mengambil keputusan, mewajibkan instruksi yang tidak pakai diplomasi, sebab kalau tidak, bukan mustahil akan berbahaya, digulung ombak misalnya, atau dicederai oleh ikan yang akan dilepas dari mata pancing.

Lingkungan ini telah membentuk sikap dan perilaku beliau terbawa juga di kehidupan di darat. Walau ketika ber-audiance dengan ku sebelum ke laut beliau masih dapat membungkus dirinya, mungkin karena faktor pengalaman yang dimilikinya berhubungan dengan orang dari lingkungan lain.

Oleh karena itu, benarlah yang Nabi Muhammad ﷺ katakan bahwa agama seseorang itu tergantung lingkungan pergaulannya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ ».

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (baca:lingkungan pergaulannya). Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud no 4833, dinilai hasan oleh al Albani).

di dlm Al-Qur'an tertulis ayat berbunyi:

يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَا نًا خَلِيْلًا
"Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku),"
(QS. Al-Furqan ayat 28)

Prof. Dr. Hamka dlm tafsir Al-Azhar juzu' 19 hal 10-12. Dikisahkan Uqbah bin Abu Mu'aith, tentang bgmn kesudahan seseorang yg salah memilih teman.

Uqbah bin Abu Mu'aith berteman akrab dg Ubayu bin Halaf. Uqbah akhirnya murtad karena pengaruh temannya Ubayu. Selain murtad, juga sampai memaki-maki serta meludahi muka Rasulullah yg ditemuinya usai sembahyang. Akhir kehidupan Uqbah tertawan dlm perang Badar, Nabi perintahkan Ali membunuhnya. Itulah potret seseorang terpengaruh teman. Di akhirat nanti menyesal seperti terungkap di ayat 28 Al-Furqan di atas.

Hidup ini hrs pandai2 nemilih teman. Smg teman akrab kita, teman pendamping hidup kita membawa kita ke rahmat Allah dan ridha Allah. Aamiin.

Sangat baik jika diamalkan do'a yg diajarkan Rasulullah  ﷺ  untuk terlindung dari teman yg jahat:   

اَللَّهُـمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ يَوْمِ السُّوْءِ، وَمِنْ لَيْلَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ سَاعَةِ السُّوْءِ، وَمِنْ صَاحِبِ السُّوْءِ، وَمِنْ جَارِ السُّوْءِ فِيْ دَارِ الْـمُقَامَةِ
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hari yang buruk, malam yang buruk, waktu yang buruk, teman yang jahat dan tetangga yang jahat di tempat tinggal tetapku.” (HR. At-Thabrani).
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 21 Dzulkaidah 1441 H.
12 Juli  2020.
(671.07.2020).

Thursday 9 July 2020

USIA, AKAL dan TAWAKAL.

Manusia normal ketika keluar dari rahim ibunya belum mampu berbuat apapun kecuali menggerakkan raganya sembari menangis. Sejalan dengan bertambahnya usia berangsur angsur tambah kemampuan akalnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Masalah pertama yg dihadapinya adalah lapar. Dengan menangis, kelaparan itu teratasi, karena beberapa lama kemudian ada yg memberikan makanan, entah oleh ibunya langsung atau oleh orang lain, ketika ibunya belum dapat menolongnya.

Masalah kedua dihadapi bayi adalah hasil dari penyelesaian masalah lapar, beberapa lama setelah menerima makanan sekaligus minuman berupa susu atau sejenis, sebagian dikeluarkan berupa kencing atau buang air besar. Keadaan ini membuat rasa tidak enak di badan, upaya untuk mengatasinya yg hanya dapat dilakukan dengan menangis. Ternyata setelah menangis, juga datang orang membantu membersihkan badan dari lekatnya kencing atau kotoran dan mengganti pembungkus badan.

Beberapa lama menangis itu digunakan sbg alat komunikasi dengan pola yang sama.  Hari demi hari kemampuan fisik dan kecerdasan semakin meningkat. Mulai mengerti keadaan sekeliling, mengenal siapa yang sering mendampingi, memberi minuman yg sekaligus makan (untuk bayi). Berangsur timbul kecerdasan, tetapi akal belum tumbuh. Allah swt memberikan petunjuk tentang proses perkembangan manusia setelah lahir dari perut ibunya di dalam surat An-Nahl 78 sbg berikut:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْــئًا  ۙ  وَّ جَعَلَ لَـكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصٰرَ وَالْاَفْئِدَةَ   ۙ  لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْن

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur."

Pertama diberikan Allah pendengaran, dengan pendengaran dapat mengikuti bunyi-bunyi yg ada disekelilingnya, sehingga si bayi dapat menirukan bunyi itu selanjutnya mengerti akan makna bunyi itu.

Kedua diberikan Allah penglihatan, si bayi mulai dapat memantau, siapa yang merawatnya mengenali wajah siapa yang selalu mendekati dirinya selanjutnya ia meletakkan ketergantungan masalahnya kepada orang tersebut.

Ketiga, diberikan Allah hati, untuk menaruh kasih sayang kepada siapa yang mendekat kepadanya, atau kurang senang terhadap sesuatu.

Bertambah usia yg bersangkutan, bertambahlah apa yang dialaminya, baik pengalaman yg menyenangkan dan pengalaman yg menyakitkan. Keseluruhan pengalaman tersebut didapat seiring dengan berjalannya usia akan terakumulasi membentuk akal untuk memilih mana yang baik dan buruk mana yang menguntungkan dan yang merugikan.

Akal terbentuk untuk memilih untung rugi, menyenangkan dan menyusahkan. Akal kadang kurang terbentuk untuk memilih baik dan buruk.

Sbg bukti bahwa akal kadang hanya untuk memilih "UNTUNG dan RUGI"; pada kenyataannya diantara manusia tidak segan-segan melakukan sesuatu yg oleh sebagian orang dianggap buruk asalkan baginya menguntungkan, menyenangkan.

Pemilihan BAIK dan BURUK adalah wilayah taqwa, wilayah hidayah (petunjuk) Allah, hanya didapat oleh orang-orang yang bertawakal.

Manusia secara kodrati diberikan Allah untuk memilih dg menggunakan akalnya. Akal dibekali 2 potensi yaitu:

فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا ۖ 
"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) KEJAHATAN dan KETAQWAAN,"
(QS. Asy-Syams: ayat 8)

Menggunakan potensi:
فُجُوْرَهَا
(Kejahatan)..... dan potensi
وَتَقْوٰٮهَا
(Ketaqwaan) tsb; .... sikap yg dpt dipilih manusia (refer ke QS. Fatir ayat 32)  ada 3 alternatif:

1.........فَمِنْهُمْ ظَا لِمٌ لِّنَفْسِهٖ............
1. Menzalimi diri sendiri.
Ada sekelompok orang yg terus menerus dlm kehidupan berbuat kejahatan. Karena pada dasarnya siapapun yg berbuat kejahatan sesungguhnya dia menzalimi dirinya sendiri.

2.........وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ
2. Ada yg pertengahan.
Kelompok ini, kadang berbuat kebaikan, kadang bertaqwa.

3......وَمِنْهُمْ سَا بِقٌ بِۢا لْخَيْرٰتِ ..........

3. Ada yg lbh dahulu berbuat kebajikan.
Ada juga manusia semenjak berakal, relatif terpelihara dari perbuatan keji dan mungkar. Mereka beramal kebajikan sampai akhir hayat.

Sekiranya berada di kelompok,
فَمِنْهُمْ ظَا لِمٌ لِّنَفْسِهٖ
masih ada waktu untuk memperbaiki diri dg sungguh2 bertaubat sblm maut datang menjemput.

Umpamanya termasuk dlm kelompok وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ
kini saatnya mengurangi kemungkaran dan mengganti dg kebajikan diiringi bertaubat sblm waktu bertaubat habis.

Berbahagialah yg tergolong
وَمِنْهُمْ سَا بِقٌ بِۢا لْخَيْرٰتِ
karena bila konsisten/istiqamah, maka akan berbahagia di kehidupan akhirat nanti. Selanjutnya senantiasa berdo'a:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 18 Dzulkaidah 1441 H.
9 Juli  2020.
(670.07.2020).

Monday 6 July 2020

Dosa ke DIRI dan ke ORANG lain.

Dosa dilihat dari korbannya terkelompok jadi dua:

1. Dosa kepada diri sendiri, yg rugi diri sendiri, yg celaka diri sendiri tak melibatkan orang lain. Korbannya ya diri pelakunya sendiri, kalaupun mungkin ada dampaknya, buat keluarga mereka sendiri. Contoh a.l.:
* Mengkonsumsi makanan/ minuman yg merusak kesehatan.
* Tidak memberikan hak jasmani beristirahat yg cukup.
* Tidak beribadah yg diwajibkan Allah kepada diri.

2. Dosa merugikan pihak lain, bisa jadi kpd seseorang, mungkin kpd kelompok orang, dpt juga merugikan masyarakat. Lazim diistilahkan menzalimi pihak lain. Wujudnya dpt berupa menipu, berbohong, mencurangi, janji palsu,  pokoknya merugikan orang lain.

Jelas kedua jenis dosa di atas sama2 tidak baik. Naah  kalau di timbang, yg mana dosa paling fatal di antara dua dosa itu.

Dosa pertama dilakukan mahluk Allah adlh oleh Iblis. Model dosa; "sombong". Implementasi sombongnya dia membantah perintah Allah agar sujud kpd Adam. Ini model dosa type 1 yaitu ke diri sendiri. Allah tdk rugi lantaran perintahNya tdk dita'ati. Adam pun tak juga dirugikan hanya satu malaikat yg namanya Iblis enggan sujud kpdnya. Apalagi malaikat2 lainnya tak ada kerugian akibat ulah si Iblis.

Iblis, dosa pertamanya (sombong) memicu dia untuk masuk ke dosa yg kedua yaitu "iri hati". Dosa iri hati ini agaknya tidak lagi murni type 1 (ke diri sendiri),  dilakukanlah kecurangan, dilakukanlah janji2 palsu.
فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْه
Lalu, Iblis memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya (dikeluarkan  kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). (QS Al-Albaqarah 36).
فَدَلّٰٮهُمَا بِغُرُوْرٍ
"dia (Iblis) membujuk mereka dengan tipu daya". (QS: Al A'raf 22).

Iblis selanjutnya melakukan dua jenis dosa. Awalnya dosa kpd diri sendiri wujud sombong......
Dilanjutkan jenis dosa yg kedua mencelakan Adam dan Hawa.

Sedangkan dosa yg dilakukan Adam type 1, Allah larang dia dan istrinya:
وَقُلْنَا يٰۤـاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ  وَزَوْجُكَ الْجَـنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا ۖ  وَلَا تَقْرَبَا  هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
"Dan Kami berfirman, Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!"
(QS. Al-Baqarah ayat 35).

Bukan saja mendekati pohon, bahkan mereka memakan buahnya, karena tipu daya Iblis. Dosa Adam mrpkn dosa menzalimi diri sendiri, melanggar larangan Allah. Allah murka karena laranganNya tak di ta'ati.

Iblis puas usahanya berhasil. Adam dan Hawa menyesali diri tlh melakukan dosa (dlm tulisan ini dikatagorikan dosa type 1= menzalimi diri sendiri).

Ternyata dosa ke diri sendiri itu diampuni Allah lebih mudah ketimbang dosa ke pihak lain. Buktinya Iblis tdk diajari Allah cara bertaubat sbgmn halnya Adam diajari bertaubat;
فَتَلَقّٰۤى  اٰدَمُ مِنْ رَّبِّهٖ كَلِمٰتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۗ  اِنَّهٗ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
"Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima taubatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang."
(QS. Al-Baqarah syat 37).

Kalimat bertaubat diajarkan Allah kpd Adam dan Hawa itu:
رَبَّنَا ظَلَمْنَاۤ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَـنَا وَتَرْحَمْنَا لَـنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
"Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi."
(QS. Al-A'raf ayat 23).

Perbandingan dari 2 type dosa tsb terlihat bahwa:
*Iblis berdosa ke diri sendiri dan ke pihak lain, membohongi, menipu Adam dan Hawa. Sehingga Allah tdk maafkan.

*Adam dan Hawa berdosa, ke diri sendiri lantaran tertipu oleh Iblis. Allah menerima taubat mereka.

Dari peristiwa di atas boleh diambil tamsil:

Bahwa dosa ke diri sendiri lbh mudah mendptkan pengampunan Allah.

Bahwa dosa ke pihak lain lbh sulit diampuni Allah. Bahkan Iblis sampai divonis Allah:
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَاِنَّكَ رَجِيْمٌ 
"(Allah) berfirman, Kalau begitu keluarlah kamu dari surga! Sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk."
(QS. Sad ayat 77)
وَّاِنَّ عَلَيْكَ  لَعْنَتِيْۤ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
"Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari Pembalasan."
(QS. Sad ayat 78)
اِلٰى يَوْمِ  الْوَقْتِ الْمَعْلُوْمِ
"sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)."
(QS. Sad ayat 81).

Dendam Iblis kpd anak cucu Adam terus berlangsung sampai hari .....
قَالَ رَبِّ فَاَنْظِرْنِيْۤ اِلٰى يَوْمِ  يُبْعَثُوْنَ
"(Iblis) berkata, Ya Tuhanku, tangguhkanlah aku sampai pada hari mereka dibangkitkan."
(QS. Sad 38: ayat 79).

Dan.... permintaan Iblis dilegalisir Allah .......
قَالَ فَاِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ
"(Allah) berfirman, Maka sesungguhnya kamu termasuk golongan yang diberi penangguhan,"
(QS. Sad ayat 80).

Makanya kita semua sbg anak cucu Adam harus waspada terhadap rayuan Iblis yg tlh mendpt izin Allah menjerumuskan kita. Iblis berusaha agar kita tak  terhindar dari dosa2 type 2 (ke pihak lain), y.i. MEMBOHONGI, MENIPU, MENCURANGI, dll merugikan orang lain. Hanya untuk mencapai tujuan dunia.

Smg kita semua terhindar dari dosa2 baik menzalimi diri sendiri apalagi menzalimi pihak lain. Kita do'akan saudara2 kita yg menzalimi orang banyak, menzalimi pihak lain dengan: TIPU DAYA, KECURANGAN, JANJI2 PALSU, KEBOHONGAN hanya untuk mencapai tujuan dunia, dibukakan Allah hatinya untuk bertaubat selanjutnya diterima taubatnya. Kemudian ybs mengoreksi diri, selanjutnya berbuat kebaikan.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 14 Dzulkaidah 1441 H.
5 Juli  2020.
(667.07.2020).

Thursday 2 July 2020

Ke-ADIL- an

Ke-Adil-an sepatah kata pendek, tetapi sejarah mencatat begitu panjang perjuangan untuk menegakkan ke "adil" an itu. Bangsa ini beberapa generasi memperjuangkan kemerdekaan. Salah satu tujuan kemerdekaan dlm rangka "Adil" itu, terbukti ada dua sila Pancasila mengandung kata "Adil"

Termuat di Sila ke 2 PANCASILA:
*"Kemanusiaan yang adil dan beradab". (sejalan dg QS: An-Nahl ayat 90).

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِا لْعَدْلِ وَا لْاِ حْسَا نِ وَاِ يْتَاۤىِٕ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ وَا لْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku ADIL dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."

"Beradab" mrpkn wujud dari penggalan ayat tsb.
 وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَا لْمُنْكَرِ وَا لْبَغْيِ ۚ "
Allah melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Walau atas nama ke-adil-an.

Selanjutnya kata ADIL termuat di Sila ke 5 PANCASILA:
*"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". (selaras benar dg QS: An-Nisa 135)

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلّٰهِ وَلَوْ عَلٰۤى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ  ۗ   ۚ 
"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak ke-ADIL-an, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.

"Bagi seluruh rakyat Indonesia". di ayat di atas tersurat di penggalan ayat An-Nisa 135:
وَلَوْ عَلٰۤى اَنْفُسِكُمْ اَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ
 "untuk diri sendiri untuk ibu/bapak untuk kaum kerabat (tak pilih pilih tak pandang bulu) seluruh rakyat Indonesia".

Termotivasi perintah Allah dari ayat2 Al-Qur'an,  para pahlawan kita merebut kemerdekaan Indonesia.

Zaman penjajah an doeloe, para pejoeang pergerakan kemerdekaan ditangkap penjajah, diadili malah mereka dinyatakan bersalah kmdn masoek boei. Padahal mereka menuntut keadilan. Diadili dg tdk adil. Banyak pejoeang kita yg diboeang, diasingkan. Itu model keadilan waktoe itoe.

Dg menengok keadilan zaman penjajah boleh kita simpulkan bahwa ke-adil-an, ukurannya bgmn menurut sudut pandang menurut versi penjajah, karena mereka yg pegang kekuasaan. Kalau bgt ke-adil-an di tangan yg berkuasa.

Para pejoeang menuntut ke-adil-an itu justru salah, menurut penjajah, mereka digolongkan kelompok membuat kekacauan, menciptakan keresahan masyarakat, di cap ekstrimis dll yg negatip.

Kisah penuntut keadilan, rupanya terus berlanjut sepanjang masa. Rasa ke-adil-an itu tak kan didapat selama para pihak sebagai penegak ke-adil-an justru tidak adil.

Penegakan keadilan atas dasar ayat2 di atas, harus sama perlakuan untuk siapapun, bgt tegasnya Allah perintahkan, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu.

Dalam pada itu menegakkan ke-adil-an itu hrs dg BERADAB yaitu:
*Jangan mentang2 demi ke-adil-an lantas melakukan perbuatan keji.
*Jangan demi ke-adil-an justru melakukan kemungkaran.
*Jangan mentang2 menegakkan ke-adil-an lalu tercipta permusuhan.

Selanjutnya di ayat lain Allah ingatkan: walaupun kpd kelompok/orang yg dibenci, tetap hrs adil. (Al-Maidah 8).
 ۖ  وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰۤى اَ لَّا تَعْدِلُوْا  ۗ  ۗ ۖ 
"Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil". 

Kpd kelompok sendiripun hukum harus diberlakukan sama. Meskipun kebetulan kelompok sendiri sdg memegang kendali keputusan dan hukum.

Percayalah,.... bila ke-adil-an ditegakkan, maka semua pihak merasa terayomi, maka akan terhindar dari permusuhan.

Al-'Adl artinya Maha Adil. Nama Allah ke 29 dari 99 asmaul husna. Al-‘Adl bearasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama.
Dg dmkn bahwa yg sebenar-benarnya adil itu hanyalah Allah swt. Namun sbg ummat manusia, upaya dpt dilakukan adlh mendekati keadilan.

Pendekatan ke.... ke-adil-an itu...... Bagi kaum yg ber Tuhan tentulah merujuk  pada ke adil an Tuhan. Bagi kaum muslim, pendekatan ke ke-adil-an, sejauh mungkin
mengacu kpd petunjuk Allah;  diantaranya dpt dipetik di ayat2 di atas. Stlh diupayakan berbuat adil, serahkan kpd Allah, karena hanya Allah lah yg Maha Adil.

Smg Allah memberikan petunjuk kpd pemegang pemutus keadilan, agar mereka sanggup berbuat adil.
Smg Allah melindungi kita semua dari ketidak adilan.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
بارك الله فيكم
 وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 12 Dzulkaidah 1441 H.
3 Juli  2020.
(666.07.2020).