Tuesday 29 January 2019

NGOMONG.

Manusia adlh makluk yg dpt NGOMONG. makluk hewan juga bisa ngomong. Tapi mungkin omongannya sekedar untuk komunikasi, menyatakan suka/tidak suka. Mengajak/menolak atau menyapa.

Hewan, beda jauh dg bangsa manusia. Manusia ngomong gunanya bukan hanya seperti bangsa hewan, ngomong manusia juga mrpkn alat untuk berpendapat, baik positif maupun negatif.

Mungkin:
Bangsa hewan ndak kenal ngomong soal janji.
Bangsa hewan juga mungkin tak pernah bergunjing.
Bangsa hewan pun tentu tak pernah memfitnah, apalagi hoaks.

Sedangkan manusia fungsi ngomong lengkap, baik untuk hal2 yg baik, maupun untuk hal2 yg jelek2.

KECUALI bagi orang yg mematuhi ajaran agamanya mereka hanya ngomong untuk hal2 yg baik saja, karena tertanam di qalbu orang beriman penegasan Allah:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)".
(QS. Qaf ayat 18).

Selain patuh penegasan Allah juga bagi orang beriman menghayati betul pesan Nabinya:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَالْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam”. (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah).

Peringatan Allah dan pesan Nabi di atas menjadi filter bagi orang beriman, shg omongannya hanya yg baik2 saja.

Contoh omongan berdampak:
Seorang pengusaha warung makan, ketika lagi suksesnya usahanya, bertanya kpd tukang mie kreliling. Semalaman kamu keliling dorong grobag, berapa si hasil kamu. Mendingan warung makanku ndak cepek2 berembun, hanya buka siang hari Alhamdulillah hasilnya lebih dari grobag mie keliling-mu. Omongan begini ini pun tercatat ndak akan menguap bgt saja stlh diucapkan.
Apa yg terjadi, stlh waktu bergulir, pekan berganti bulan, bulan berganti taun. Tukang Mie buka out let sampai ratusan grobak. Dia tdk lagi ikut ngider, anak buah beroperasi, dianya jadi juragan Mie tiap hari ngumpul setoran, grobag msh berpotensi bertambah.
Dlm pada itu si pengusaha warung makan tak berkembang bahkan cenderung merosot. Rupanya omongan pengusaha warung bbrp taun lalu melecehkan tukang Mie Grobag, walau si tukang mie tdk tersinggung, tercatat kemudian dibuktikan didunia ini. ..............

Contoh ke 2:
Omongan seorang khalillullah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar”(Imam Al-Ghazali), disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta (riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak).

Dalam sebuah riwayat, Nabi Ibrahim pernah ditanya oleh seseorang atas jumlah ternaknya yang banyak itu, “Milik siapa ternak sebanyak ini?” Kata orang tersebut, yang kemudian dijawab oleh nabi Ibrahim, “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga”.

Omongan "bila Allah meminta anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga". Inilah konon menjadi ujian Allah yg maha dahsyad untuk Nabi Ibrahim di perintahkan menyembelih Nabi Ismail. Allah menguji Nabi Ibrahim, benarkah beliau sanggup menepati OMONGannya. Ujian ini sungguh maha berat, Allah pun mengakui bahwa ujian itu berat, Allah SWT berfirman:
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰٓ ؤُا الْمُبِيْنُ
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata".
(QS. As-Saffat ayat 106).

Hikmah yg patas di diambil dari sepenggal contoh dan riwayat di atas, hendaklah sblm NGOMONG dipertimbangkan:
Bahwa jangankan tukang warung. Jangankan kita2 ini insan biasa. Sedangkan Kekasih Allah (Khalilullah) Ibrahim lagikan terkena dampak OMONGan-nya.

Smg saudaraku para pembaca, dpt memelihara lidah dari NGOMONG yg tak baik, kini juga jaga jari dari nulis yg nyakitkan hati siapapun. Allah ingatkan:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّ ۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang"
(QS. Al-Hujurat ayat 12)

Wallahu 'alam bishawab. Aamiin. Barakallahu fikum,
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

MAHIR dan FASIHnya LIDAH

Di depan audience pelatihan disuatu hotel di Padang Sum-Bar, bbrp tahun lalu, untuk sbg selingan ketika presentasi kukemukakan 3 falsafah daerah setempat. Kututurkan dlm bahasa aslinya.
Yg kumaksud sbg falsafah tersebut ttg "tanda bahagia seseorang, apabila terpenuhi 3 keadaan"   y.i.:
1. Tidur mendengkur
2. Makan bertambah
3. Normal dan lancar B.A.B.

Spontan para peserta pengusaha/calon pengusaha ekspor itu yg sebagian sdh mulai capek, tertawa gemuruh serentak. Bahkan ada yg ketawa menyusul, rupanya tadi ketika yg lain pada ketawa dia sempat terlelap tidur. Selanjutnya ketawa serentak berulang sekali lagi. Kini mentertawakan yg ketawa nyusul itu. Ada yg ngomentar  bercanda "telmi". Disambut tawa lagi bersama sama. Suasanapun jadi rileks yg semula menjelang ashar itu sdh banyak yg ngantuk.

Selesai acara kucari tau kenapa untaian kata falsafah tadi membuat terselit benar di hati audience memicu tawa mereka bergelombang. Rupanya menurut penjelasan dari panitia setempat bahwa yg membuat mereka ketawa adalah penuturan ku menggunakan dielek daerah mereka, tidak pas pronunciation dan kaidah serta intonasinya.

Teringat ku ke kampung halaman tanah kelahiranku. Perantau dari daerah lain, ada yg sudah netap di kampungku 2-3 generasi. Generasi ke 3 misalnya tentu sdh mahir bahasa kampungku. Tapi kami penduduk asli bila ybs berucap kami masih tetap mengenali bahwa dianya bukan penutur asli. Dia mahir tapi belum fasih.

Bgtlah agaknya manusia diciptakan Allah dari berbagai suku bangsa dan bahasa serta warna kulit untuk pembeda, tapi untuk saling hormat saling paham keterbatasan masing-masing. Orang bangsa negeri asing bgmnpun dia fasih berbahasa Indonesia, tetap kita tau dia bukan orang asli. Dmkn jg tentunya kita berbahasa asing bgmnpun kita usahakan tak kan dpt seperti yg punya bahasa.
Allah SWT berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖ خَلْقُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافُ اَلْسِنَتِكُمْ  وَاَلْوَانِكُمْ ۗ  اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْعٰلِمِيْنَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui."
(QS. Ar-Rum 30: Ayat 22)

Bgt pula dlm melantunkan ayat Al-Qur'an kita tetap dpt membedakan walau yg membacanya seorang kari'  Indonesia lulusan sekolah di negeri berbahasa Arab; dg kalau yg membaca imam masjid Haram atau masjid Nabawi,  penutur bahasa Arab dari bangsa Arab.
Keadaan ini memang demikian adanya secara kodrati manusia di ciptakan.
Makanya kalau khatib tamu atau penceramah tamu di masjid anda sekaligus mengimami shalat; misalnya,  hrslah dimaklumi bila mungkin lantunan bacaannya beragam tergantung dari daerah mana dia berasal. Belum lagi pendengaran anda dipengaruhi juga oleh bahasa ibu anda.

Contoh orang inggris mendengar bunyi kucing.  "Miuu" bukan.   "ngeong", bunyi tembakan pistol     "beng"   bukan "door".
Yg penting imam anda membaca huruf-huruf seseuai mahraj atas kemampuan lidahnya  dan tekanan panjang pendeknya benar seperti yg tertera dlm Al Qur'an.

Jamaah suatu masjid,  pernah mengoreksi seorang imam ttg bacaan Alfatihahnya di ayat ke 7. Pengoreksi mendengar imam itu membaca عَلَيْهِمْ  kata pengoreksi imam membaca "alaiham" (dg huruf "a") padahal jelas si imam membaca " 'alaihim". Cuma mungkin "him" nya si imam condong ke "hiem". Ini faktor lidah tadi. Contoh namaku sering orang salah tulis "Syarief" ada huruf "e" disisipkan penulis namaku. Walau saya terlahir dg nama "Syarif".

Aamiin. Barakallahu fikum.
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.


Saturday 26 January 2019

Ajari anak shalat

Seorang jamaah shalat subuh membawa putranya balita. Bgt shalat dimulai bocah berkreasi sendiri. Dia pisahkan diri dari ayahnya, berjalan menuju jam duduk dekat pengimaman. Dia naiki jam itu, di bagian dudukan jam yg menjorok sedikit, dia berdiri berpegang ke rangka jam sambil goyang2 me-lenggok2, jamaah shaf terdepan tentu tau dan mau tak mau melirik juga. Yg lebih miris lagi si bocah stlh turun dari bagian tipis dudukan jam duduk itu, dia lanjut menuju mimbar khatib, dia panjat. Dlm bbrp saat dia sudah berdiri di tempat mik meja mimbar. Untungnya si bocah blm sempat meloncat dari meja mimbar, shalat subuh itu pun selesai. Dg sendirinya kukhusu'an jamaah utamanya terdepan, mungkin juga imam terganggu.

Contoh lain: ada sebagian masjid dg bangunan mewah, rapi, bersih. Pada shalat berjamaah selain subuh, utama maghrib ke khusu'an kurang terjaga. Penyebabnya adlh suasana diributkan oleh anak2 bercanda. Kadang keliwat bercanda ada yg nangis. Juga diantaranya ada yg ngobrol. Giliran imam selesai membaca Alfatihah, وَلَا الضَّآ لِّيْنَ, si anak2 meneriakan "aamiin" dengan suara melengking. Belum lagi ada yg batuk dibuat buat, berdehem ber-sahut2an, ketika shalat sdg berlangsung.

Tingkah polah anak2 ini, tdk dpt kita salahkan pada mereka. Dari hukum syar'ie maupun hukum positip di negeri kita mereka belum sbg subyek hukum, blm kena hukum. Mengusir, menghardik mereka stlh di dlm masjid sepertinya bukan langkah yg arif.

Padahal RASULULLAH MUHAMMAD S.A.W. MENGAJARKAN BAHWA AJARI ANAK2 SHALAT SEJAK UMUR 7 TAHUN sekali lagi TUJUH TAHUN bukan balita. Karena usai balita masih sulit di beri pengertian.

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

.”مروا أولادكم بالصلاة وهم أبناء سبع واضربوهم عليها وهم أبناء عشر، وفرقوا بينهم في المضاجع”

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan shalat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.”(hadits hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan).

Kadang kita tdk mau ikut aturan Rasulullah, suka BERLEBIH, anak blm 7 tahun dibawa ke masjid dg tdk dijaga ketat. Mestinya kalaulah hrs juga bocah balita, cucu kesayangan mau tidak mau hrs dibawa ke masjid sebab bila ditinggal justru tak aman. Maka bocah tsb hrs dijaga ketat oleh ayah/ibu atau kakek/nenek yg membawa ke masjid. Hal inipun pernah dicontohkan Rasulullah menggendong cucunya ketika berdiri dan meletakkannya waktu sujud. Ini berarti di amankan agar si cucu tdk berkeliaran menganggu jamaah.

Seperti yang dilakukan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menggendong cucunya, Umâmah bin Abi al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, sebagaimana dalam hadits :

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الأَنْصَارِي قَالَ : رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَؤُمُّ النَّاسَ وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِي الْعَاصِ وَهِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى عَاتِقِهِ فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا وَإِذَا رَفَعَ مِنَ السُّجُوْدِ أَعَادَهَا

Dari Abu Qatâdah al-Anshari Radhiyallahu anhu , ia berkata : saya melihat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat mengimami para Sahabat sambil menggendong Umamah bin Abi al-Ash, anak Zaenab puteri Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di atas bahunya, maka apabila ruku Beliau meletakkannya dan apabila selesai sujud Beliau menggendongnya kembali.

Harapan sbg jamaah agar shalat sedapat mungkin khusu', cukup sdh Rasulullah mengajari kita. Tak perlu kita berlebihan ngajari anak shalat blm waktunya atau kalau hrs dibawa juga si bocah, hendaklah pembawa betanggung jawab atas ketertipan si bocah, hingga jangan menjadi mengurangi ke khusu'an. Sebab Inti shalat adalah khusu'.
(Perhatikan QS. Al-Hadid ayat 16)
اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah.

Aamiin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

PIKIRAN GALAU

Aneka macam penyebab keluhan manusia. Dua macam keluhan sdh ku tulis sblm ini yaitu keluhan "Keletihan" dan "Berat Cobaan". Kali ini, keluhan kebanyakan manusia salah satu diantaranya kan kucoba tulis y.i. "Keluhan Pikiran Galau"

Pikiran Galau berpotensi dialami siapa saja. Sepanjang jiwanya masih sehat.

Pelajar/Mahasiswa dg model kegalauannya sendiri, boleh jadi berupa kesulitan menyelesaikan proses study. Kegalauan hubungan pribadi thdp teman, guru, dosen atau teman, khusus yg tengah PDKT, tak kurang juga galau karena biaya pendidikan yg bgt tinggi sementara sumbernya ngepres.

Pengusahapun juga bisa galau. Misalnya a.l. Proyek dikejar waktu, Proyek yg lalu untung tipis, tender yg sdg diikuti gol atau di dpt pengusaha lain. Mikirkan gaji pegawai. Pokoknya mikir kelangsungan hidup usaha kedepan kadang membuat galau.

Pedagang, boleh jadi galau karena banyak pesaing, omzet tahun ini kok ndak seperti tahun lalu, apalagi dg adanya peraturan baru dagangan menjadi lesu dll.

Manula:
Sumber kegalauan kadang karena sdh mulai kena aneka "penyakit".
Sumber kegalauan juga "kesepian", setelah anak2 berumah tangga sendiri.
Hartapun sumber ke galauan juga, bila banyak, bingung ngurusnya, awak sdh kurang cekatan. Bila tak punya hartapun repot juga, ya kalau lekas berpulang, kalau msh lama, galau mikirkan biaya di hari2 tua.

Pokoknya semua kelompok manusia berpeluang mengeluh karena GALAU.

Kalau di pikir2 sdh MANULA ndak usah galau lagilah. Tapi selama hayat msh dikandung badan Galau masih setia menemani setiap insan karena memang sdh didesain Allah, sifat umum yg melekat di diri manusia adalah MENGELUH. Termasuklah mengeluh dlm kegalauan pikiran
اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا
"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh".
(Q.S Al-Ma'arij 70: ayat 19)

Namun, karena begitu besarnya kasih sayang Allah thdp manusia.
Diturunkan-Nya GALAU
di turunkan-Nya pula OBAT penangkal GALAU.

Mari kita liat OBAT penangkal GALAU yg diajarkan Allah melalui Al-Qur'an surat Ar-Ra'ad ayat 28. Selanjutnya kita terapi ke GALAUAN kita.

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ; ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram".

Ini obat GALAU resep dari Allah pencipta manusia. Allah mengerti betul akan manusia ciptaanNya. Dg menggunakan obat berzikir, Insya Allah ke GALAUAN an akan berakhir. اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
(Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram). Aamiin.

Monggo di praktekkan OBAT ini bila GALAU pikiran menghampiri anda. Smg berhasil. Aamiin. Barakallahu fikum.

Ragam keluhan manusia selain yg ditulis di atas. Insya Allah ditulisan berikut dicoba mengkajinya a.l. yaitu keluhan: "Kerja tak hasil, sia2", "Beban berat tak ada yg nolong", dan "Sedih dirundung nestapa".

Wallahu alam bishwab.

وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

TOLERANSI

Akhir2 ini kata TOLERANSI  dan INTOLERANSI sering benar di kemukakan  berbagai pihak. Sepertinya kata2 itu dikaitkan dg keyakinan agama yang berbeda-beda di suatu negeri yg majemuk, dimana warga negaranya  memeluk beragam agama.
Bagi yang beragama Islam, soal toleransi ini dipandu Allah langsung bagaimana hrs bersikap.
لَـكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
"Untukmu agamamu, dan untukku agamaku."
(QS. Al-Kafirun  ayat 6)

Selain panduan tegas di atas baik juga disimak surat Al-Baqarah 62:
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصّٰبِئِـيْنَ  مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًـا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ  عِنْدَ رَبِّهِمْ  ۚ  وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati."
[1]. Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at Nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.

[2]. Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad s.a.w., percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.

[3]. Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Salman bertanya kepada Nabi SAW tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Ia terangkan cara shalatnya dan ibadahnya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 62) sebagai penegasan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan berbuat shaleh akan mendapat pahala dari Allah SWT. (Diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dan al-Adni dalam musnadnya dari Ibnu Abi Najih yang bersumber dari Mujahid.).  Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah kisah teman-temannya, maka Nabi SAW bersabda: "Mereka di neraka." Salman berkata: "Seolah-olah gelap gulitalah bumi bagiku. Akan tetapi setelah turun ayat ini (S. 2: 62) seolah-olah terang-benderang dunia bagiku."
(Diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Abdullah bin Katsir yang bersumber dari Mujahid.) Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S. 2: 62) turun tentang teman-teman Salman al-Farisi.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari As-Suddi.)

“Hanya kefanatikan dan membanggakan golongan sendiri, itulah yang membawa celaka perpecahan. Tapi kalau masing-masing pemeluk agama berlomba-lomba menegakkan kebajikan dan beramal shalih, maka pelombaan kepada kemajuan dan kebijakanlah yang akan timbul di dunia ini. Perlombaan orang baik-baik dan beriman, beramal shalih di dalam segala agama di dunia ini, adalah salah satu jalan membawa dunia kepada lebih maju”. Demikian Sayid Jamaluddin Al-Afghany, seperti yang di kutip oleh DR.Hamka dalam tafsir Al-Azhar Juzu 3 halaman 13.

Selain dari yg dijelaskan di atas, suatu ajaran tegas TOLERANSI dlm agama Islam, tidak main2 Allah dng kalimat "larangan"
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan"
(QS. Al-An'am ayat 108).

Smg semua kita menjadi faham bertoleransi. Smg semua pihakpun faham bahwa agama Islam bukan agama yg intoleransi. Agama Islam agama yg membawa rahmat untuk seluruh alam. Bukan saja rahmat kepada manusia, tetapi kpd mahluk seluruh isi alam ini. Walhu 'alam bishawab.

Barakallahu fikum.
وَ الْسَّــــــــــلاَم
M. Syarif arbi.

Keluhan: Tak berhasil

Mengeluh ttg "Kerja tak berhasil, sia2". Adlh manusiawi dpt terjadi a.l. kpd orang yg:
Berbuat Baik Tak Dihargai,
Berbisnis Merugi,
Berusaha Tak Berhasil.

Pembaca tlh maklum sifat manusia,
"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh".(اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا)
(Q.S Al-Ma'arij ayat 19)

BERBUAT BAIK TAK DIHARGAI.
Tersebar diseluruh tanah air para pahlawan tak tercatat namanya. Mereka korbankan jiwa memerdekakan negeri ini. Sebagian kecil terregistrasi dan dimakamkan di TMP. Tapi banyak diantara mereka jangankan dihargai jasanya oleh negara, namanyapun mungkin hanya jadi kenangan keluarga. Itupun keluarga yg mengenang mungkin hanya sebatas anak, cucu, cicit (sampai generasi keempat).

Di era kita hidup sekarang inipun kadang perbuatan baik kita, blm tentu di hargai, karena orang tak tau. Mending hanya tdk dihargai, malah ada perbuatan baik dicerca orang, di nilai tak baik. Contoh kecil, seorang pemuda menegakkan kembali sepeda motor rebah (di area tak ada jurkir). Bgt pemilik melihat malah dimarahi, dituduh dia yg menumbangkannya.

Penulis ketika msh berdinas dulu, di suatu daerah kbtln sbg kabag umum. Mobil dinas kalau pas ada tamu dari Pusat, sering susah ngaturnya untuk cukup keperluan dinas. Senin itu suatu bagian lain harus penuhi kometment dg nasabah, karena mobil dinas kosong, kupinjamkan mobil pribadiku. Sekitar pukul 11 an Bos datang dari Jakarta dijemput draiver, dg mobil dinas khusus Bos. Mobilku sdg parkir di pinggir jalan (rute bandara-kantor), dikenali Bos (maklum kota kecil 25 th lalu mobil gampang dikenali). Si Bos berguman di dengar draiver, "ngapain pak .....(nyebut namaku) hari gini ndak di kantor".
Nah kan perbuatan baikku bukan saja tdk dihargai bahkan dpt penilaian ngeluyur oleh si Bos.
Karena gumaman Bos kuterima infonya dari driver Bos, duduk perkaranya kujelaskan juga melalui draiver Bos. Entah di teruskan atau tdk penjelasanku itu kpd Bos oleh driver, sampai diriku dan Bos masing2 pindah dinas ke daerah lain tak pernah ku konfirmasi.

BERBISNIS MERUGI.
Dunia bisnis, berpeluang untuk menjadikan pelakunya sukses. Sebaliknya tdk sedikit pelaku bisnis gagal. Apakah kegiatan pebisnis ini sia2.

BERUSAHA TAK BERHASIL.
Petani dg tekun merawat sawah/ tanamannya, kadang juga terjadi gagal panen. Secara pinansial merugi, tak terbalas jerih payah.
Pelajar/masiswa, telah gigih belajar, bukan mustahil ada saja sebabnya menjadi gagal. Juga apakah hasil kerja mereka sia2.

Dari alur kisah terbentang serba sedikit di atas, dimaklumi bahwa kerja kita, upaya kita kadang tak berhasil.

Keyakinan orang beriman bahwa apapun usaha/kerja untuk kebaikan, meskipun di dunia tdk memperoleh apa2 bahkan mungkin mendptkan cercaan. Sepanjang ketika mekakukan pekerjaan/ usaha tsb tlh dg niat ibadah kpd Allah, akan bernilai sbg kebajikan yg hasilnya akan dipanen kelak di akhirat.
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهٖ ۚ وَاِنَّا لَهٗ كٰتِبُوْنَ
"Barang siapa mengerjakan kebajikan dan dia beriman maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan), dan sungguh, Kamilah yang mencatat untuknya".
(QS. Al-Anbiya ayat 94)

Dan.....
وَاَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰى
"dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)"
(QS. An-Najm ayat 40)

Serta......
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya".
(QS. Az-Zalzalah ayat 7)

Ketika tulisan ini kuturunkan adlh "Tahun Politik", dmkn banyak yg bilang. Berkenaan dg itu berseleweran di dumay komentar para pendukung masing2 yg sdg berjuang meraup suara dukungan. Baik yang "di dukung" maupun yg "mendukung", sepanjang niatnya untuk kebajikan, tentunya dg santun dan terbebas dari menyakiti perasaan orang, misalnyapun UNGGUL ataupun GAGAL, insya Allah memperoleh ganjaran akan dipetik di akhirat nanti.

Oleh karena itu dg sandaran iman maka semua usaha/kerja kita meskipun tak berhasil di dunia ini, kalau niatnya lurus hanya karena Allah, di akhirat akan diperoleh ganjarannya.

Wallahu alam bishwab.
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Gempa dan Tsunami th 2018

Tahun 2018 ditandai terjadi gempa teriring Tsunami di pulau Sulawesi tepatnya di Palu (28-09-2018) dan di sambungan pulau Jawa dan Sumatera y.i. Selat Sunda (22-12-2018). Sebelumnya tanah Lombok buminya bergoyang (akhir July 2018).
Tanah air berduka, membuat pilu yg dalam bagi anak bangsa.

Kita diluar area daerah bencana hanya membantu semampunya melalui berbagai lembaga teriring do'a smg bencana berakhir dan mereka tabah menerima cobaan ini.

Jangankan bencana sedahsyat di atas, bagi diriku gempa ringan sampai ke Jakarta 23 Januari 2018 cukup mencekam. Bgt terasa mencekam karena ketika terjadi gempa itu aku sedang di periksa "echo" jantung, di lantai 2 RS GATOT SOEBROTO Jkt.
Bgt alat semacam USG selesai di gosokkan mungkin gosokan terakhir? terdengar bunyi ctooook. Kukira bunyi peralatan "echo". Tapiii si pemegang alat spontan lari meninggalkan ruang priksa, setengah berteriak: ............. "gempaaa". Bgt juga istriku yg nunggu diluar kamar periksa langsung lari melalui pintu untuk keruangan yg lebih besar. Walau agaknya ndak panik-panik amat, cukup menegangkan. Semua orang bagaikan tak hirau lagi apa yg sdg ia pegang, ingin nyelamatkan diri.
Aku tak bgt merasakan karena sdg berbaring. Istriku sangat merasakan dan sampai sehari sesudahnya kalau menceritakan kejadian itu dianya msh deg deg an. Katanya goyangannya menggeser kursi yg didudukinya.

Ini sekilas kecil kekuasaan Allah mestinya menyadarkan kita bahwa betapa tidak berdayanya kita thdp kekuasaan Allah.

Tepatlah bila Allah mengingatkan. Kalaulah bukan karena perlindungan Allah dpt saja bencana terjadi dimalam hari sedang kita pulas tertidur. Atau siang hari sdg kita asik bermain, bekerja.
Seperti ternukil di dlm Al Qur'an
اَفَاَمِنَ اَهْلُ الْـقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَّهُمْ نَآئِمُوْنَ
"Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?"
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 97)
اَوَاَمِنَ اَهْلُ الْقُرٰٓى اَنْ يَّأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَّهُمْ يَلْعَبُوْنَ
"Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?"
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 98)
اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi".
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 99)

Smg kejadian gempa dan tsunami di tanah air 2018 menyadarkan kita bahwa bila bumi tempat tinggal kita itu sewaktu-waktu akan sirna, membuat segala yg kita usahakan dg tak perduli haramnya cara, nanti tiada berguna.

Seorang teman pasca Tsunami, kunjung ke daerah2 bencana sambil menyalurkan sumbangan. Alhamdulillah, mnrt temanku itu bahwa masjid2 disekitar daerah bencana dipenuhi oleh shalat berjamaah.

Patut disimak hadist berikut ini:
Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-Syaibaaniy (w. 241 H) rahimahullah dalam kitabnya “al-Musnad” (no. 303) meriwayatkan, Telah menceritakan kepada kami Yazid, telah mengabarkan kepada kami Al-Awwam, telah menceritakan kepadaku seorang syekh yang berjaga-jaga di pantai, ia mengatakan bahwa ia pernah berjumpa dengan Abu Shoolih maula Umar ibnul Khattab. Lalu ia mengatakan bahwa ia telah menceritakan kepada kami Umar ibnul Khattab radhiyallahu anhu,
 رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: ” لَيْسَ مِنْ لَيْلَةٍ إِلَّا وَالْبَحْرُ يُشْرِفُ فِيهَا ثَلاثَ مَرَّاتٍ عَلَى الْأَرْضِ، يَسْتَأْذِنُ اللهَ فِي أَنْ يَنْفَضِخَ عَلَيْهِمْ، فَيَكُفُّهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ ”
“Rasulullah ﷺ, beliau bersabda: “Tiada suatu malam pun melainkan laut muncul padanya sebanyak tiga kali meminta izin kepada Allah, untuk membanjiri/menenggelamkan mereka (manusia yang ada di daratan), tetapi Allah Azza wa Jalla menahannya”.

Jadi kalaulah bumi yg kita injak skrg tdk bergoyang. Pantai beriring deburan obak tempat kita rekreasi dan nelayan cari penghidupan masih ramah, angin msh berhembus normal memberi kenyamanan, hujan msh turun sejalan musim menyuburkan tetumbuhan. Itu semua adlh karunia Allah Yg Rahman Yg Rahim, untuk kita semua, yg wajib disyukuri.

Mudah2an bencana2 yg terjadi membuat kita konsisten (istiqamah), taat kpd Allah salah satu rujukan kita ayat2 Al-Qur'an di atas. Bahwa kita manusia tak berdaya berhadapan dg kekuasaan Allah, lagi pula blm ada teknologi secanggih apapun yg dpt memprediksi GEMPA.

Wallahu 'alam bishawab. Aamiin. Barakallahu fikum,
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Friday 11 January 2019

Keluhan Keletihan

Sdh kodrati mengeluh mrpk sifat umum yg melekat di diri manusia.
اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا
"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh".
(Q.S Al-Ma'arij 70: ayat 19)

Banyak hal manusia jadi mengeluh diantaranya kucoba meninventarisir penyebab2 keluhan, kususun diakhir tulisan ini.
Satu diantaranya keluhan itu adlh "Keluhan Keletihan alias Capek".
Kecapean dpt karena bekerja mencari nafkah, memenuhi tuntutan hidup. Berjuang menegakkan kebenaran. Berjuang untuk kepentingan ummat, dsbnya.

Obat cape adlh istirahat dg tidur. Walau pun blm tentu berlaku untuk semua orang istirahat penghilang keletihan dg TIDUR.
Allah menjadikan manusia dpt tidur, dg tidur dpt istirahat, tdk seperti bangsa Rayap bekerja 24 jam konon tak kenal tidur.
وَّجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا
"dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat"
(QS. An-Naba' 78: ayat 9).

Tidur yg paling tepat adlh di malam hari sebab memang malam disediakan Allah untuk manusia beristirahat.

Pembaca dpt rasakan bedanya kebugaran jasmani dan rohani tidur siang sbg penganti tidur malam stlh bergadang, dibandingkan dg tidur yg cukup diwaktu malam. Jauh lbh bugar tidur di malam hari. Karena memang malam disediakan Allah untuk tidur, istirahat.
Cermati QS. An-Naba' ayat 10-11
وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًا
"dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian"
وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا
"dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan".

Tidur yg menghasilkan kebugaran penghilang keluhan capek adlh TIDUR yg BERKUALITAS.
Sbg ihtiar untuk tidur berkualitas, ketika bersiap untuk tidur, adalah baik diamalkan do'a penyerahan diri kpd Allah seperti HR Buhari Muslim.

Allahumma aslamtu nafsi ilaika = ya Allah kuserahkan diriku kpd Engkau.
Wawajahtu wajhi ilaika = aku hadapkan wajahku kpd Engkau.
Wafawwadhtu amri ilaika = aku sandarkan punggungku (diriku) kpd Engkau.
Wa aljaktu dhahri ilaika = penuh harap dan penuh takut kpd Engkau.
Raghbatan warahbatan ilaika la malja a wala manja minka ilaika = tidak ada tempat berlindung lain dan tdk ada tempat melepaskan diri dari Engkau melainkan kpd Engkau.
Allahumma inni amantu bikitabikal lazii anzalta, Wanabi yikallazi arsalta = ya Allah ku beriman kpd kitab yg Engkau turunkan dan Nabi yg Engkau utus.

Mudah2 dg do'a secara total menyerahkan diri kpd Allah sblm tidur spt di atas. Di iringi merenung diri bahwa Ruh yg tertanam di diri ini milik Allah. Jasad diri ini juga milik Allah. Al hasil RUH dan JASAD bukan milik kita. Serahkanlah semuanya kpd Allah yg empunya. Insya Allah tidurpun berkualitas dan bangunnya nanti hilang kecape an yg mendera. Semoga.

Masih banyak ragam keluhan manusia selain yg ditulis di atas. Insya Allah ditulisan berikut dicoba menerawanginya a.l. yaitu keluhan: "Berat cobaan" "Galau pemikiran", "Kerja tak hasil, sia2", "Beban berat tak ada yg nolong", dan "Sedih dirundung nestapa"

Aamiin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Keluhan "Berat Cobaan"

Diantara sifat umum yg melekat di diri manusia adalah MENGELUH.
اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا
"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh".
(Q.S Al-Ma'arij 70: ayat 19)

Aneka macam penyebab keluhan manusia.
Keluhan keletihan sdh ditulis sblm ini, keluhan berikut kan kucoba tulis dikesempatan ini "Keluhan Berat Cobaan"

Umumnya banyak orang beranggapan yg namanya cobaan adalah berupa hal2 yg tak disukai tak mengenakkan. Padahal, hal2 yg menyenangkan/mengenakanpun sejatinya juga adalah cobaan (cobaan positif).

Ditulisan ini telusuran, kita batasi pada cobaan yg tdk mengenakan, tak disukai, tak menyenangkan (cobaan negatif).

Mari kita perhatikan cobaan negatif yg pernah ditimpakan kpd pengikut Rasulullah dahulu berupa: penderitaan, kemelaratan dan goncangan jiwa, sehigga diabadikan Al-Qur'an di surat Al-Baqarah 214.
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَـنَّةَ وَ لَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَآءُ وَالضَّرَّآءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَ لَاۤ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ
"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat".

Sepertinya untuk masuk surga haruslah terlebih dahulu mendapat cobaan, sehingga harap2 cemas menantikan pertolongan Allah untuk keluar dari cobaan2 itu.

Namun yakinlah saudaraku bahwa Allah paham betul ukuran kemampuan diri kita masing2, sehingga memberikan cobaan2 ke setiap diri sekira yg bersangkutan dpt lulus dari cobaan2 itu. Keyakinan ini bersandar kepada Alqur'an Surat Al-Baqarah awal ayat 286,
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Nah, kalau begitu kata kuncinya:

Bahwa setiap diri untuk memperoleh surga mesti melalui ujian berupa cobaan2.

Bahwa cobaan2 diberikan Allah sesuai kemampuan masing2 (kalau bgt tak sama setiap orang).

Bahwa mestinya setiap orang lulus dari cobaan2 itu tentu dg mengharapkan pertolongan Allah.

Bahwa pertolongan Allah akan datang untuk orang yg SABAR (lihat Al Baqarah 155) berikut:
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar".

Ragam keluhan manusia selain yg ditulis di atas. Insya Allah ditulisan berikut dicoba menerawanginya a.l. yaitu keluhan: "Galau pemikiran", "Kerja tak hasil, sia2", "Beban berat tak ada yg nolong:, dan "Sedih dirundung nestapa".

Smg saudaraku sidang pembaca lulus dari sgl cobaan2 shg berhak mendapatkan surga.

Aamiin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

Sunday 6 January 2019

Silaturahim Ditampik Tuan Rumah

Silaturahim bertemu antar sesama, sahabat, kerabat, kolega dlm suasana penuh kelegaan. Boleh jadi ruang lingkup keluarga family dekat/jauh, masih dlm pertalian darah. Boleh jadi silaturahim rekan seprofesi. Sering juga rekan seangkatan di pendidikan. Umumnya silaturahim bertemunya kumpulan orang2 yg sdh saling mengenal bukan dlm rangka bisnis.

Salah satu model silaturahim, mengunjungi kediaman teman, family. Lazim dinegeri qt di suasana lebaran. Kini marak diadakan reuni. Sebenarnya silaturahim dpt dilakukan kapan saja ada kesempatan. Tentu lebih cocok bila dihari libur, dimana pantas diduga para pihak yg bersilaturahim tersedia waktu.

Dalam berkunjung ke kediaman teman, family, era kita skrg ini jadi lbh nyaman dg mudahnya berkumunikasi. Sblmnya sdh diberitahukan kapan kunjungan. Jika tuan rumah siap, disepakati.

Etika berkunjung kerumah teman/sahabat/family, didahului pemberitahuan, sesungguhnya tlh di berikan petunjuk oleh Allah.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتًا غَيْرَ بُيُوْتِكُمْ حَتّٰى تَسْتَأْنِسُوْا وَتُسَلِّمُوْا عَلٰۤى اَهْلِهَاخَيْرٌ لَّـكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat".
(QS. An-Nur ayat 27)

Masuk rumah bukan rumah sendiri dlm arti luas berkunjung, baik dlm rangka silaturahim maupun ada sesuatu urusan tertentu. Etika Islami minimal memberi salam. Sblm mendpt izin pemilik rumah tidak boleh nyelonong masuk. Hal tersebut karena di rumah tersimpan rahasia pemilik rumah yg tak setiap orang boleh tau. Di dalam rumah sendiri saja ada bilik2 dimana tak setiap penghuni warga rumah boleh bebas masuk ke-bilik2 tsb. Melainkan hrs seijin pemilik kamar.

Dg memberitahukan lebih dahulu, memberi kesempatan penghuni mematut keadaan rumahnya, merapikan sesuatu yg semerawut misalnya dlsbnya. Kalau kehadiran sdh nelpon dulu, dengan memberi salam dari luar rumah meyakinkan pemilik rumah bahwa si tamu sdh datang.

Lebih jauh, adab bersilaturahim dlm wujud bertamu diatur khusus oleh Allah di
QS. An-Nur ayat 28.
فَاِنْ لَّمْ تَجِدُوْا فِيْهَاۤ اَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوْهَا حَتّٰى يُؤْذَنَ لَـكُمْ ۚ وَاِنْ قِيْلَ لَـكُمُ ارْجِعُوْا فَارْجِعُوْا ۚ هُوَ اَزْكٰى لَـكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ
"Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, Kembalilah! Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".

Lebih tegas lagi etika memasuki rumah orang, kalau pemilik tidak berkenan menerima, selanjutnya menyatakan agar kita pergi meninggalkan rumahnya, maka tuntunan agama, memerintahkan kita untuk menuruti kehendak pemilik rumah.

Walau DITAMPIK BERKUNJUNG oleh si pemilik rumah. Si tamu karena ini perintah Allah, sbg orang yg beriman harus diterima dg iman. Tak perlu  tersinggung apalagi kapok untuk bersilaturahim. Karena memutus tali silaturahim diancam jahanam.(Ar-Ra'ad 25).
وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ ۙ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْٓءُ الدَّارِ
"(dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh laknat dan tempat kediaman yang buruk (Jahanam))"

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَم
M. Syarif arbi.

Koslet Kerabat

Semakin akrab persahabatan, semakin rentan "selisih faham". Justru yg sering terjadi "selisih faham" itu adalah keakraban hubungan: antar family kekerabatan, bahkan saudara kandung, saudara misan, periparan YG BERDEKATAN. Malah kalau berjauhan, lain kota misalnya, jarang terjadi koslet.

Contoh selisih faham sdh begitu akut.

Ada kerabat yg kunjung (mungkin untuk minta maaf) si sahibul bait tak berkenan menjawab salam apalagi membukakan pintu. Walau diketahui sang tamu, bahwa ybs ada di dlm rumah, dpt dipantau dari mobil parkir di halaman kapnya masih panas.

Salah fahamnya sdh dmkn kuat, pemilik rumah mungkin khawatir mereka tak akan sanggup menahan diri. Belum saatnya untuk ketemu, "hati masih mendidih" jika dipaksa ketemu, koslet akan berakibat "percikan api kebakaran besar". Demi menghadari petaka lbh hebat si tuan rumah pilih dosa ndak jawab salam ketimbang dosa berkelahi. Dg tdk menjawab salam, tidak membuka pintu mrpkn cara PENAMPIK TAMU.

Dlm case ini barangkali sikap yg lebih arif bagi keluarga yg minta maaf dan keluarga yg akan dikunjungi agar nanti si tamu tidak TERTAMPIK si tuan rumah tak berdosa tak menjawab salam adalah:

Bagi Keluarga yg minta maaf.

1. Sebaiknya menggunakan pihak ke tiga sbg mediasi, untuk memberitahukan maksud silaturahim. Bila tlh disepakati barulah dilaksanakan kunjungan.

2. Kalau terlanjur sdh kunjung namun ditampik, maka terimalah dg sabar, karena atas kaidah agama, si penghuni rumah punya hak untuk MENAMPIK tamu. Sementara tamu di anjurkan Allah menerima dg ihlas TAMPIK an tuan rumah:
وَاِنْ قِيْلَ لَـكُمُ ارْجِعُوْا فَارْجِعُوْا ۚ هُوَ اَزْكٰى لَـكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ
"......Dan jika dikatakan kepadamu, Kembalilah! Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."  (An-Nur 28).

3. Dicoba lagi lain waktu dg cara butir 1 guna mendapatkan maaf. Sebab ini penting sekali untuk urusan akhirat. Dosa sesama yg blm terselesaikan di dunia, akan menguras pahala ditransaksikan dimahkamah Allah. Bukan mustahil pahala yg banyak, habis sbg pembayar dosa ke sesama, bahkan kalau tak cukup dosa orang yg terzalimi blm memaafkan di dunia, akan dipikulkan kpd yg menzalimi.

Buat keluarga yg dikunjungi.

1. Sebaiknya ada penghuni rumah yg ditugasi menjawab salam. Sebab menjawab salam adalah wajib. Dpt saja penghuni penjawab salam orang yg tak terlibat "koslet". Misalnya PRT atau siapalah. Sambil sampaikan hak TAMPIK, bahwa penghuni rumah tdk bersedia menerima tamu.

2. Sambil pesankan kpd orang yg ditugasi butir 1 bahwa smg lain kali dpt dicoba lagi kemari. Tak elok bila langsung putus tak mau nerima. Karena ancaman pemutus silaturahim adalah NERAKA Jahanam.
 وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ ۙ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْٓءُ الدَّارِ
"dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh laknat dan tempat kediaman yang buruk (Jahanam)".
(QS. Ar-Ra'ad ayat 25)
(Yg disambungkan adlh silaturahim).

3. Renungkan yg dlm bahwa Allah maha pengampun. Maka smg dg memaafkan sesama Allahpun mengampuni dosa dan kesalahan kita. Betapapun besar kesalahan orang yg menzalimi, jika diberikan maaf untuk kebaikan bersama dunia dan akhirat.
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ
"Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia".
(QS. Asy-Syura ayat 43)
Juga dpt dijadikan referensi ttg memaafkan, firman Allah berikut:
قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ وَاللّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun"
(QS. Al-Baqarah  ayat 263)
dan:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan".
(QS. Ali Imran ayat 134)

Persoalan seperti di atas dpt saja terkena kpd diri kita sendiri atau keluarga kita, baik sebagai orang yg terlanjur tersalah ucap dan tindak kpd pihak lain. Atau boleh jadi orang lain yg berbuat kesalahan kpd kita, atau kpd keluarga kita, kemudian menyadari kesalahan itu dan me mhn maaf.

Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَم
M. Syarif arbi.

SAKIT dan SEHAT

Ku awali tulisan ini dari SAKIT, meskipun sebenarnya secara umum manusia itu banyak SEHAT daripada SAKIT. Banyak orang lahir sehat dulu baru sesekali SAKIT. Terus sepanjang hidup rata2 manusia lebih banyak sehat daripada sakit. Sayangnya kadang ketika SEHAT tidak diingat dg besyukur, barulah ketika SAKIT diingat betul2 dan baru tau bgt besar dan mahal nikmat sehat.

Manakala sakit Allah akan kurangi 4 hal:
1. Kemampuan beraktivitas berkurang.
2. Keceriaan wajah meredup lesu.
3. Selera makan minum menurun atau dibatasi oleh pantangan.
4. Dosa2 dikurangi.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah sembuh dari penyakit, sehat kembali yg dikembalikan Allah hanya 3 hal:
1. Berangsur dpt beraktivitas kembali.
2. Wajahpun mulai kembali ceria, sdh tidak meringis menahan sakit.
3. Makan mulai berselera, kadang pantangan makan sudah dicabut.

Sadang dosa yg waktu sakit digugurkan Allah sprt hadist di atas, tidak dikembalikan lagi kpd orang yg sakit lantas sembuh itu.
Sayangnya kadang kita tdk mawas diri, sehingga tak sedikit kejadian ssdh sembuh malah merangkai dosa kembali, bukan mustahil dosa dibuat justru lbh banyak lagi dari sblm jatuh sakit.

Seyogyanya, sakit menjadi titik merenung apakah penyakit ini mrpk suatu peringatan, agar kalau sdh sembuh nanti akan meninggalkan apa2 yg keliru, menghindari berbuat dosa2 kemudian mengganti dg beramal lbh baik lagi.

Bila sakit disetarakan suatu keburukan, sedangkan sehat diumpamakan sebagai kebaikan dialami dlm hidup, maka SAKIT dan SEHAT adalah mrpk cobaan.
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَة
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan".
(QS. Al-Anbiya ayat 35).

Ada juga orang yg ketika sedang sakit berat2nya, sakit parah, berdo'a dg penuh kekhusu'an mhn kesembuhan kpd Allah dan bertekad di dlm hati bila sembuh akan ............(ibadah dan kebaikan, tak mau lagi berbuat maksiat, dstnya..........)

Setelah sehat smg kita semua, sidang pembaca tulisan ini, jangan sampai termasuk kelompok manusia seperti ditenggarai Allah termaktub di dalam Al-Qur'an, surat Yunus 12:
وَاِذَا مَسَّ الْاِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْۢبِهٖۤ اَوْ قَاعِدًا اَوْ قَآئِمًا ۚ فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهٗ مَرَّ كَاَنْ لَّمْ يَدْعُنَاۤ اِلٰى ضُرٍّ مَّسَّهٗ ۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
"Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdo'a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo'a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan".

Aamin. Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.