Wednesday 30 August 2023

BERBOHONG merugikan DIRI

Pak “B” pejabat di suatu institusi, hari Selasa dipanggil atasannya pak “A” diberitahu bahwa pak “A” akan rapat alumni; untuk susun acara reuni di rumah rekannya pak “A” ketika sesama kuliah dahulu, hari Ahad nanti. Pak “B” diminta informasi oleh pak “A” tentang bagaimana rute termudah ke rumah temannya itu. Pak “A” dari bagian personil mengetahui tentang alamat anak buahnya di daerah temannya itu adalah pak “B”. Buat pak “B” hal ini akan menimbulkan masalah, dia jadi akan serba salah. Ahad nanti besar kemungkinan atasannya akan mampir ke rumahnya, sebab rumah teman atasannya itu satu komplek dengan rumah pak “B”. Kalau atasan mampir berarti perabot2 rumahnya yang terbilang mewah yang ada di rumahnya harus lebih dahulu disembunyikan. Persoalannya, pak “B” sebagai seorang pejabat di levelnya sekarang tak pantas punya rumah yang begitu bagus dengan mebeler yang lux seperti di rumahnya. Masalahnya dianya ditugasi di bagian “basah”. Rumah berhalaman luas dan termasuk bagus; jika atasan berkomentar dapat diberi penjelasan bahwa tanah jauh dari pusat kota, selain itu ini warisan dari Ortu. Kalau mebeler yang lux tentu harganya mahal itu, akan sulit menjelaskannya. “”Bisa-bisa gara-gara atasan mampir ke rumah, aku nanti dipindah kebagian “gersang” bulan depan””, pikir pak “B”. Makanya sepulang kantor, mulai hari Rabu, dilanjutkan hari Kamis, pak “B” menyuruh tukang memindahkan mebeler, berikut dua buah jam duduk menghiasi pojok2 ruang tamu ke rumah saudaranya yang cukup jauh dari komplek rumahnya. Tentu pemindahan sementara dan mengembalikannya lagi nanti adalah memerlukan cukup banyak biaya dan bukannya tidak berisiko, perabot2 yang diangkut bolak balik itu akan cacat. Inilah salah satu contoh “berbohong yang merugikan diri sendiri”. Contoh lain “ngaku tajir”. Lama memang si “C” merantau ke kota besar, sesekali pulang kampung nampak berpenampilan wah, ditambah lagi dengan apabila ngobrol dengan tenam2 lama di kampung, dianya memposisikan diri “di atas angin”. Wajar bila teman2 di kampung menganggap si “C” sangat sukses di kota besar. Pada kenyataannya di kota besar ybs belumlah sukses, rumah masih jadi kontraktor, kemana-mana belum punya kendaraan sendiri. Suatu hari teman dekat di kampung menelpon akan berkunjung ke kota domisili si “C”. Guna menutupi keadaan, pada hari akan datang teman sekampung tsb. Si “C”, menyewa mobil berikut supirnya selama temannya menjadi tamunya. Tambahan lagi teman akrab dibawa rekreasi ke tempat2 yang tentu tidak tersedia di kampung. Driver sudah dirunding, jangan sampai cerita bahwa mobil “rental” dan pak driver harus mengaku sebagai supir pribadi bung “C”. Berbohong yang demikian ini berbiaya tinggi, merugikan diri. Berbohong jenis ini, ada kasus bilamana diketahui orang yang dibohongi, akan malu luar biasanya kadang langsung menjauhkan diri dari orang yang dibohongi. Pernah terjadi seorang gadis belia setelah beberapa tahun menjadi ART di sebuah keluarga, oleh keluarga tersebut statusnya di tingkatkan jadi anak angkat. Sebagai wujud perlakukan sebagai anak, si gadis disekolahkan, dikursuskan. Usai kursus ybs mengaku bahwa dianya diminta mengajar di tempat dia kursus. Orang tua angkat bukan saja mengijinkan, tetapi juga bangga bahwa anak angkatnya dipercaya tempat kurusnya menjadi pengajar. Kenyataannya si gadis ini kecerdasannya di atas rata2, tebukti ketika oleh orang tua angkatnya akan memasukkan ke sekolah tinggi, proses2 rangkaian test masuk perguruan tinggi si gadis ini dari lima jenis test selalu lulus di rangking paling tidak 20 besar, diantaranya di rangking 5 besar. Atas informasi si gadis ini, mengajar kursus tiga kali seminggu. Orang tua angkat mengetahui bahwa selama kurang lebih setahunan si gadis ini, saban pergi mengajar kusrus pukul 3 petang, kadang pulang sampai hampir pukul 10 malam. Lantaran esok hari akan mulai perkuliahan pertama orang tua angkatnya ketika si anak angkat pergi memberi kursus diantar ke tempat kursus. Karena sampai sekitar pukul 10 malam belum pulang juga, maka ortunya dengan itikad baik menjemput ke tempat kursus karena keesokan harinya sudah mulai kuliah, harus hadir pukul tujuh pagi, agar si anak angkat dapat beristirahat yang cukup. Setibanya di tempat kursus, ternyata sudah tutup, pemilik tempat kursus menjelaskan bahwa; tempat kursusnya setiap hari tutup sebelum maghrib, tidak pernah sampai pukul 10 malam. Rupanya selama ini si gadis membohongi orang tua angkatnya. Akibat ketahuan kebohongannya, si gadis ini agaknya begitu sangat malu, lalu memutuskan untuk meninggalkan rumah orang tua angkatnya yang telah dengan sungguh2 akan membiayainya kuliah, memposisikan sebagai anak dengan sangat ikhkas, memperlakukannya sebagai anak sendiri. Walaupun orang tua angkatnya memaafkan kebohongan itu, dengan mengalikan dengan nol semua kesalahannya, asal berjanji tidak berbohong lagi. Tapi si gadis tetap memilih membatalkan kuliah yang sudah dirintis dengan serangkaian test dan biaya2. Si gadis menyatakan dianya “Pulang kampung???”, di panggil orang tuanya di kampung. Kebohongan ini betul2 merugikan diri sendiri, kuliah tidak jadi, status jadi anak yang disayang seperti anak sendiri di sebuah keluarga orang baik2 yang tidak punya anak gadis. Ditinggalkan begitu saja. Berbohong alias berdusta adalah sesuatu yang sangat dilarang Allah: فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثٰنِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّور………………………………….” “………………..maka jauhilah (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta." (Al-Hajj 30) Berdusta adalah pangkal kejahatan, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ Sesungguhnya dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan lainnya). Kecuali 3 kondisi berdusta yang dihalalkan seperti telah ku kutipkan ditulisan yang lalu yaitu: sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1939) dan Abu Dawud (4921): عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ رضي الله عنها قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَا يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ : يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا ، وَالْكَذِبُ فِي الْحَرْبِ ، وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ ) . والحديث صححه الألباني في صحيح الترمذي . Dari Asma’ binti Yazid radhiyallahu ‘anha, ia berkata,”Rasulullah ﷺ bersabda,’Berbohong itu tidak halal dilakukan kecuali dalam tiga keadaan: seorang suami berbicara kepada istrinya agar istrinya itu ridha, dan berbohong dalam perang dan berbohong dalam rangka memperbaiki hubungan di antara manusia.’ Semoga Allah mengampuni dosa2 kita umpamanya pernah berdusta, selanjutnya semoga Allah melindungi di sisa usia ini dari perbuatan dusta yang dilarang Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 14 Safar 1445.H 31 Agustus 2023 (1.182.08.23)

Thursday 24 August 2023

PENIPUAN yang merugikan PIHAK LAIN

Melanjutkan artikelku ke 1.179. tentang bohong model “Berbual”, kali ini kuketengahkan mengenai berbohong yang merugikan pihak lain, menguntungkan diri sendiri atau pihak lain. Secara singkat berbohong jenis ini disebut “Penipuan”. Pihak penipu bertujuan mendapatkan keuntungan, pihak yang ditipu menderita rugi karena perbuatan penipu. Selain bohong jenis “berbual” dan bohong jenis “penipuan” masih terdapat lagi jenis bohong: * Bohong yang ujung2nya merugikan diri sendiri, karena harus berbiaya. Insya Allah akan ditulis tersendiri. * Bohong yang memungkinkan merugikan orang lain dan juga merugikan diri sendiri, di kesempatan lain insya Allah akan diceritakan. Jika dicermati bohong jenis “penipuan” ini juga dapat pula di bagi: 1. Penipuan untuk tujuan kebaikan, belum diketengahkan di artikel ini. 2. Penipuan untuk menyelamatkan diri dari sesuatu yang membahayakan diri. Pada gilirannya insya Allah disusun kemudian. 3. Penipuan untuk merugikan pihak lain, focus di tulisan ini. Kebohongan yang merugikan orang lain, atau pihak lain inilah yang dikelompokkan dalam penipuan disisi negatif, mengabaikan hati nurani, kadang kejam. 4 tahun lalu pernah kutulis mengutip seorang nenek ditayangkan TV lantaran ditipu (artikelku no. 686, 20 Agustus 2020) Seorang nenek miskin berpencaharian menjajakan kue2 basah produksi ibu2 rumah tangga di kampungnya. Saban hari kabarnya dapat penghasilan 50 sampai 70an ribu. Si Nenek dari satu kampung ke kampung lainnya berjalan kaki sambil menyangking kantong/tas berisi kue dagangannya. Suatu hari, seorang wanita bersepeda motor menghampirinya di tengah perjalanan. Wanita tak dikenal itu menyapa: "Nek !!!, kue2 masih ada ?". "Masih", jawab nenek menyakinkan. Wanita tak dikenal itu katakan ingin memborong seluruh kue yang dibawa si Nenek asal si Nenek mau dibonceng ke rumah si wanita, membawa kue2nya sekalian dibayar di rumah. Kue si Nenek dan tas berisi dompet si Nenek diminta si wanita disangkutkan di sangkutan di bawah stang sepeda motor. Tak sempat berpikir panjang si Nenek setuju, menuruti omongan "pelanggan baru ini". Hati Nenek ber-bunga2, terbayang "dagangan habis uangpun kumpul". Terbayang ketika 2 anak yatim (cucunya) pulang sekolah dia sudah di rumah, makan siang hari ini dapat agak keren pakai semur tahu. Setelah sepeda motor meluncur beberapa saat, di jalan yang sepi wanita tadi memberhentikan motor, dengan alasan ingin mengecek sesuatu di kendaraan, Nenek disuruh turun. Begitu Nenek turun wanita tadi tancap gas, tinggalkan Si Nenek di jalan yang sepi. Tas, dompet dan kantong kue dibawa kabur itu wanita bersepeda motor. Nenek penjaja kue pulang ke rumah menyusuri jalan dengan berjalan kaki. Betapa malangnya nenek tersebut, padahal kue yang ia jajakan bukan milik sendiri, milik tetangga2 dianya hanya mengambil upah. Si nenek harus menyakinkan pemilik2 kue, kalau dianya benar2 dapat musibah tertipu, apakah nanti para pemilik2 kue akan menimpakan tanggung jawab ke si nenek menetapkan sebagai hutang si nenek, tidak dijelaskan dalam kisah tersebut. Yang jelas mungkin si nenek hari itu tak dapat membeli beras buat makan kedua cucunya pulang sekolah. Kita tidak tau persis, apa yang melatar belakangi kenapa wanita naik sepeda motor itu sampai begitu tega melakukan penipuan itu, kepada seorang nenek miskin yang punya pula tanggungan anak yatim. Bisa jadi si wanita itu terpaksa harus menipu karena ada sesuatu yang lebih urgen misalnya untuk menyelamatkan jiwa keluarganya yang sedang sakit berat, harus diobati, memerlukan biaya. Tidak ada jalan untuk segera dapat uang. Namun andaikanlah didalam diri si wanita ini ada seberkas iman, lalu dianya ingat akan ayat 29 Surat An-Nisa, insya Allah hal ini tidak terjadi: “………… يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَـٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَـٰرَةً عَن تَرَاضٍۢ مِّنكُمْ “ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu…...” Penipuan yang dilakukan pemotor wanita dikisahkan di atas, merugikan banyak orang, tetapi terbatas, dapat dihitung, yaitu; sejumlah pengrajin kue basah, nenek miskin dan dua anak yatim. Akan sangat lebih besar dampaknya bila yang melakukan kejahatan, penipuan, kecurangan adalah pembesar2 negeri. Kerugian, kesengsaraan akan diderita oleh lebih banyak orang lagi, boleh jadi sebagian terbesar rakyat akan merasakannya. Bukan tidak mungkin hancurnya suatu negara. Tentang kecenderungan pembesar-pembesar suatu negeri melakukan tipu daya bukan mustahil terjadi karena Allah ada mencantumkan dalam Al-Qur’an di surat Al-An’am ayat 123: وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا فِى كُلِّ قَرْيَةٍ أَكٰبِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا فِيهَا   وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ "Dan demikianlah pada setiap negeri Kami jadikan pembesar-pembesar yang jahat agar melakukan tipu daya di negeri itu. Tapi mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadarinya." وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16) Lebih jauh dari 2 ayat dirujuk di atas dapat dipetik informasi bahwa suatu negeri akan binasa apabila telah terjadi: 1) Orang yang hidup mewah gemar melakukan kerusakan. Kekayaan yang mereka miliki dipergunakan untuk melakukan kemaksiatan, durhaka terhadap Allah. Harta mereka yang berlimpah bukan disyukuri digunakan untuk pengabdian kepada Allah malah dimanfaatkan untuk menindas yang lemah. 2) Penguasa di negeri yang akan dihancurkan Allah itu berbuat kerusakan di muka bumi, dengan kebijakan2 yang tidak adil. 3) Rakyat di negeri itu tidak melaksanakan perintah Allah, ilmu para ulama berdasarkan kitab2 Allah dan petunjuk Rasulullah tidak lagi menjadi amalan hidup. Padahal janji Allah dalam surat Al-A’raf ayat 96: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. Harapan kita semua, semoga Allah menyadarkan semua pihak, agar tidak terjadi 3 hal yang menyebabkan kehancuran itu. Semoga Allah senantiasa membimbing, para hartawan, para penguasa, dan juga rakyat menjadi hamba2 yang beriman dan bertaqwa. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 8 Safar 1445H 25 Agustus 2023 (1.181.08.23)

Wednesday 23 August 2023

“BERFIKIR Positif”

Seorang anak muda tukang sampah lingkungan RW. Dianya rajin, sopan, kelihatannya sangat ikhlas menjalani keadaannya. Jika karton bekas ukuran lebar, masih mulus oleh pemuda tadi segera disihkannya; "buat alas tidur", katanya kepada sesama crew truck pengangkut sampah. Rupanya se umur2 dia tak pernah tidur berkasur. Perilaku mengambil karton buat alas tidur ini, suatu pagi dialognya dengan teman2 crew truck sampah, pernah terdengar oleh Pak Wawan (bukan nama sebenarnya) kebetulan sedang lewat olahraga jalan pagi. Pak Wawan seorang warga di RW yang rumahnya juga dilalui truck sampah. Suatu ketika pak Wawan memanggil si pemuda kerumahnya mau diberi kasur, dirumah pak Wawan ada kasur bekas masih bagus tidak dipakai, pak Wawan ganti kasur baru, kasur lama diganti sampul masih begitu bagus. Si anak muda setelah ditunjuki kasur itu menjawab: “mau ditaruh dimana kasurnya pak”. Rumahnya yang dihuni sekeluarga Bapak-Ibu dan dua adiknya, boleh dikata tak cukup buat tidur bareng serumah. Memasak makanan saja kompor diletakkan di pekarangan rumah. Jadi selama ini dianya tidur diluar rumah, bisa di pos ronda atau kantor RW. Meskipun miskin, anak muda ini kalau oleh warga disuruh membersihkan taman di pekarangan rumah, kadang tdk mau dikasih uang. Tapi bagaimanapun caranya warga yang nyuruh tetap saja memberikan imbalan, langsung masukkan ke sakunya. Setiap akhir Ramadhan, keluarga pemuda ini tidak luput dari santunan warga. Suatu hari, tiga tahun yang lalu, ada program pembuatan SIM kolektif dari masjid, pak Wawan teringat akan anak ini. Dia dipanggil ke rumah, ditawari SIM biaya atas tanggungan pak Wawan. Niat pak Wawan, agar dpt si pemuda ini nambah sarana cari rezeki, sebab kesehariannya kegiatannya hanya membantu naikkan sampah warga ke truck, berkeliling komplek RW, sejak pkl 6 banter sampai pkl 9 pagi, udah itu nganggur. Di rumah pak Wawan waktu itu ada mobil nganggur, masih sangat bagus, kilomoternya masih dibawah 5 ribu, karena sejak dibeli beberapa tahun sblm pak Wawan pensiun, hanya jalan dari rumah-kantor. Demikian juga sepada motor, jalannya hanya ke pasar tradisonal dan keliling komplek saja, walau sudah 3 kali ganti plat nomor. Hal tsb diberitahukan pak Wawan kepada tu anak muda, nanti kalau sudah dapat SIM, motor dapat dia pakai untuk ikut di "Ojol"kan. Mobil bisa dia pakai untuk "tax-ol" kan, dia nanti pengemudinya. Soal mengemudi kendaraan sepertinya pemuda ini sudah cukup trampil. Sesekali terliat yang bersangkutan pernah mengemudikan truck sampah, sekedar merapatkan ke lokasi tumpukan sampah. Juga ybs sering naik motor inventaris RW, jika ybs disuruh ngedarkan surat ke warga. Bukan main senangnya si anak muda ini, saking berterimakasihnya dia, sampai dia duduk bersimpuh dihadapan pak Wawan, diciumnya tangan pak Wawan dengan ucapan terimakasih yang tidak terhingga. Wajahnya ber-seri2, ber-bunga2. Hari itu juga dia mengantarkan foto copy KTP sebagai syarat pembuatan SIM kolektif tersebut ke pengurus masjid pengkoordinir SIM kolektif. Berdasarkan pengalaman proses SIM kolektif, tidak seorangpun dari peserta pulang dengan tidak mengantongi SIM. Peserta yang terdaftar, serombongan akan berangkat dengan sebuah bis. Si anak muda sekitar pukul 11.45 sudah datang ke komplek masjid, telah menemui koordinator, oleh koodinator dipesilahkan cari tempat duduk dalam bis “nanti usai shalat zuhur kita berangkat”, tegas koordinator sambil mencentang namanya dalam daftar hadir. Usai shalat zuhur, di dalam bis, koodinator mengabsen ulang seluruh peserta dengan menyebut nama satu persatu. Gilaran dipanggil nama “Daus Firdaus ” (nama bukan sebenarnya disamarkan), ternyata tidak ada. Berulang kali koordinator memanggil nama tersebut, tetap tidak muncul, koodinator hampir tidak yakin, bahwa si Daus Firdaus tidak ada dalam bis, sebab sebelum zuhur tadi dia sudah lapor, bahkan koodinator melihat sendiri dia sudah naik bis, sudah milih tempat duduk, meletakkan topinya di kursi. Penumpang lain berseru, “tinggal saja pak nanti kita terlambat”. Koordinator menjawab, “sebentar mungkin ybs di toilet, saya liat sebentar ke masjid”. Begitu besar tanggung jawab koordinator, dilihatnya semua toilet masjid, tidak ada manusia. Makapun diputuskan: “berangkat kita pir”. Sore harinya koodinator menelpon pak Wawan perihal “Daus Firdaus”, sambil mengatakan: “uang biaya SIM yang pak Wawan titipkan masih ada di saya”. Keesokan harinya Daus Firdaus oleh pak Wawan datangi ke kediamannya. Dianya mengatakan bahwa: “Sambil menunggu di bis kemarin, saya teringat apa yang dikatakan teman saya 3 malam yang lalu, bahwa kalau memang benar2 akan dapat SIM, ada resi tanda terima SIM nya. Padahal saya belum dapat apa2, hanya disuruh ikut rombongan bis. Maka saya turun langsung pulang”. Kenyataannya semua peserta yang ikut rombongan tersebut, satupun tidak ada resi seperti yang dikatakan temannya itu, semua pulang membawa SIM baru. Ini gara2 percaya/terpengaruh kata teman. Daus Firdaus menutup pembicaraan kepada pak Wawan, “mungkin itu belum rezeki saya”. Beberapa hari kemudian pak Wawan bertemu koordinar SIM kolektif masjid itu, uang biaya pengurusan SIM atas nama Daus Firdaus dikembalikan kepada pak Wawan. Inilah salah satu keadaan yang karena pengaruh mendengarkan kata teman yang belum tentu kebenarannya, hilang suatu kesempatan yang untuk sementara dianggap merupakan kebaikan, atau keberuntungan. Dalam pada itu, bila dengan berpikir positif, kita tidak tau apa sebenarnya yang akan terjadi dikemudian hari. Boleh jadi justru bagi si Daus Firdaus, tidak memiliki SIM jauh lebih baik daripada jika dia punya SIM. Misalnya kemudian dengan punya SIM, Daus Firdaus membawa kendaraan, menyebabkan suatu kecelakaan, yang membahayakan dirinya dan orang lain. “…………………..إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ……………..” “………………..melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. ………...” (Al-Hadid ayat 22). Untuk kasus SIM buat Firdaus ini, ternyata setahun kemudian, Allah telah memanggil pemuda yang baik ini, dengan sakit hanya beberapa hari. Barulah diketahui rahasia kenapa dia digerakkan hatinya untuk tidak mengambil kesempatan menambah sarana mencari rezeki dengan mengantongi SIM tersebut. Dengan penuh keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi hanya terjadi dengan ijin Allah, namun karena kita tidak mengetahui apa yang terjadi dimasa yang akan datang, maka tetap wajib berikhtiar selanjutnya menyerahkan segala terjadi kepada Allah. Allah tidak selalu memberikan apa yang kita inginkan, tetapi yakinlah Allah memberikan apa yang kita perlukan. Semoga Allah memberikan yang terbaik. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 7 Safar 1445H 24 Agustus 2023 (1.180.08.23)

Friday 18 August 2023

BERBUAL

Kuperkenalkan bahasa kampungku “BERBUAL”, jenis berbohong yang tak merugikan, biasanya digunakan mengisi waktu, misalmya di pos ronda malam. Atau istirahat ketika gotong rayong di sawah atau membangun rumah, semacam hiburan pelepas lelah. Di pos ronda malam; pembual "A" menceritakan bulan lalu dia memancing ke laut, pas laut sedang teduh tidak berombak besar. Setelah hampir se jam, kailnya termakan ikan. ikanpun dikendalikan (bahasa setempat diajar) sambil memperpendek senar pancing, sampan terpaksa ngikuti larinya ikan sampai ke laut lepas ndak nampak lagi pantai. Begitu senar samakin pendek, mulai nampak ikannya. Yaaa ampun panjangnya ikan dua kali panjang sampannya, dapat dibayangkan besarnya ikan itu. Kalau di naikan ke sampan tentu ndak mungkin. “Sampai berkeringat kumemutar otak”, kata si pembual, akhirnya ditemukanya akal, ikannya di giring menuju pantai. Setelah ikan terdampar di pantai, orang sekampung mengetah (bahasa daerahku me-motong2) tu ikan, untuk diambil dagingnya disilahkan diambil masing2 gratis, “kecuali kepalanya di bawa pulang ke rumah, pengen ku gulai”, si pembual A menutup cerita. Pembual B; sama sekali ndak nunjukkan keheran, atau berdecak kagum, lalu membalas berbual. Dia berkisah; “pagi itu pas hari minggu, iseng2 agar keringat keluar, saya nyangkul di tanah kusong di belakang rumah bakal kutanami singkong. Lumayan luas tanah 60 depak x 60 depak (sedepak -/+ 170 cm). Ku mulai mencangkul dari tepi sebelah timur, agar dapat sinar mentari pagi. Baru dapat belasan ayunan, cangkul terkena besi, kugali lebih dalam ternyata kuping kuali. Semakin dalam kugali kuping kuali itu ndak dapat di cabut, rupanya masih melekat badan kuali, sampai lewat tengah hari kuberhentikan menyusuri kuping kuali itu, biar sudah nampak badan kuali sedikit. Iseng2 malam harinya kuceritakan ke ketua RT, rupanya jadi perhatian, hari minggu berikutnya dikerahkan gotong royong warga RT yang lelaki dewasa untuk menggali lahan di belakang rumahku, mereka tertarik karena mungkin ada harta karun. Sejam lagi maghrib, baru ditemukan kuping kuali yang sebelah lagi berada di sebelah barat, jarak 55 depak dari kuping kuali yang kutemukan minggu lalu di sebelah timur. Penggalianpun focus di lingkaran kuali, akhirnya jerih payah warga RT berhasil mengangkat kuali berdiameter 55 depak itu”. Pembual “A”, kumentar: "besar sekali kuali itu". Pembual “B” nyahut, “cukuplah untuk masak gulai kepala ikan hasil kau memancing”. Ini contoh berbohong yang tidak ada pihak yang dirugikan, istilah kampungku "pembual". si “A” dan si “B” berbalas "bual". Ada beberapa jenis berbohong diantaranya: 1) Bohong yang tidak merugikan siapun juga. Hanya untuk senang2, mengibur, pihak yang dibohongi sejak awal tau itu berbohong dan justru teman seperti ini sering ditunggu kehadirannya ketika ada pertemuan santai. Dapat dipersamakan dengan “BERBUAL” seperti telah ditulis di atas. 2) Bohong yang bertujuan merugikan pihak lain, menguntungkan diri sendiri atau pihak lain. Belum dibahas di artikel ini. 3) Bohong yang ujung2nya merugikan diri sendiri, karena harus berbiaya. Insya Allah akan ditulis tersendiri. 4) Bohong yang memungkinkan merugikan orang lain dan juga merugikan diri sendiri, dikesempatan lain insya Allah akan di ceritakan. Rupanya berbohong, kadang kala melekat di diri sebagian orang merupakan hobi, ada juga merupakan gangguan psikologis, istilah khusus bagi orang yang selalu berbohong, yaitu mythomania atau psedulogia fantastica. Kebohongan umum biasanya dilakukan karena berbagai alasan, seperti menutupi sesuatu dalam dirinya atau sebuah kesalahan, sebagai salah satu cara memperoleh keuntungan, dan adanya rasa tidak percaya diri sehingga terpaksa berbohong agar menjadi lebih disukai, Juga kebohongan biasanya dilalukan orang mengenai hal- hal seputar perasaan, pendapatan, pencapaian, kehidupan seksual, dan mengenai usia. Ada juga kebohongan mengenai sesuatu yang berasal dari imajinasi belaka. Untuk menyakinkan orang lain akan imajinasi itu, digabungkan dengan fakta yang ada, kadang minta disaksikan seseorang. Orang2 yang diminta menyaksikan, kadang sekelompok orang karena sesuatu hal (dalam case tertentu menerima imbalan) meng iyakan kebohongan itu. Berbohong ternyata dalam kaidah agama ada yang diperbolehkan sebagai dispensasi untuk situasi tertentu. Ada tiga kondisi seorang Muslim boleh berbohong sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1939) dan Abu Dawud (4921): عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ رضي الله عنها قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَا يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ : يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا ، وَالْكَذِبُ فِي الْحَرْبِ ، وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ ) . والحديث صححه الألباني في صحيح الترمذي . Dari Asma’ binti Yazid radhiyallahu ‘anha, ia berkata,”Rasulullah bersabda,’Berbohong itu tidak halal dilakukan kecuali dalam tiga keadaan: seorang suami berbicara kepada istrinya agar istrinya itu ridha, dan berbohong dalam perang dan berbohong dalam rangka memperbaiki hubungan di antara manusia.’ Bila menyadari bahwa anda mungkin memiliki semacam penyakit gemar berbohong yang tidak terkelompok dalam hal yang dihalalkan oleh syariat, anda perlu untuk berubah dan memperbaiki diri. Dukungan orang terdekat juga dapat membantu keberhasilan menghilangkan kebiasaan berbohong diikuti dengan do’a: اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِى، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِى، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِى، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّى آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 3 Safar 1445H 19 Agustus 2023 (1.179.08.23)

Thursday 17 August 2023

M E R D E K A ! ! !

Agustusan tahun 1985 sampai 1991 keluarga kami berada di kota khatulistiwa, kedua puteraku masih anak TK dan terakhir SD. Kebanyakan di bulan Agustus begini udara di daerah khatulistiwa demikian panas. Fasilitas rumah dinas tidak dilengkapi dengan AC, tahun 1985 an AC dan telepon rumah masih terkelompok barang mewah buat rumah instansi kecuali pemimpin cabang. Disuatu hari libur aku dengan anak2ku leyeh2 disiang hari di tengah rumah menggelar karpet, sambil menyalakan TV. Posisi ku berbaring ditengah kedua anak laki2ku, yang tua sudah duduk di TK, sedang yang bungsu masih TK ikut2an karena dia tidak mau kalau abangnya sekolah dianya tidak sekolah. Hasil negosiasi dengan sekolah si bungsupun diikutkan masuk TK. Di leyeh2 disiang yang panas itu, tanganku ku buka, kedua telapak tangan ku se-jauh2 nya diatas kepala, sehingga ketiakku terbuka lebar. Anak sulungku tidak masalah dianya miring kekiri agak menjauh. Sedangkan anak bungsuku yang sedari kecil lengket denganku, sampai SMP saja masih sering duduk berpangku. Dianya suasana ba’da dzuhur itu mepet denganku. Anak bungsuku keberatan dengan ketiakku terbuka “papah ketiaknya jangan dibuka” katanya. Lalu kujawab “kita inikan sudah merdeka sejak 17 Agustus tahun 1945”, maksudku kukaitkan dengan bulan Agustus sebagai hari kemerdekaan kita. Si bungsu menjawab “merdeka sih merdeka,…….. tapi bukan untuk ber mewah2”. Entah kenapa si bungsuku yang ketika itu masih TK numpang itu pilih kata “ber-mewah2”. Berat dugaanku dianya belum memiliki banyak kausa kata, barang kali maksudnya “merdeka bukan berarti bebas segalanya”. Namun aku bangga anakku sekecil itu sudah sanggup merangkai kata jadi istilah, bahwa kemerdekaan itu tidaklah bebas berbuat apa saja. Agama memerdekakan pemeluknya dari ketergantungan kepada sesama makhluk, termasuk ketergantungan mutlak kepada manusia. Disisi lain seseorang memasuki suatu agama mengikatkan diri kepada aturan2 yang ditetapkan agamanya itu. Hakikatnya sama seperti yang dimaksud anak saya tadi, bahwa merdeka dalam pengertian agama bukanlah berarti bebas tetapi harus tunduk dan patuh dengan aturan yang ditetapkan agamanya itu. Bagi pembaca yang seagama denganku baik dipetikkan surat Al-Baqarah ayat 208: “……………….يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّة Maknanya bahwa begitu memeluk agama Islam, diri ini sudah merdeka dari segala macam menggantungkan diri untuk segala urusan kehidupan di dunia ini kepada makhluk, hanya berikhtiar, terikat mengikuti petunjuk Allah yang termuat dalam kitab suci Al-Qur’an dan petunjuk Rasulullah dengan sunnah2nya. Kemerdekaan yang diproklamirkan 17 Agustus 1945 adalah membebaskan bangsa ini dari cengkeraman penjajah. Kemerdekaan bukan berarti lalu bebas berbuat sekehendak hati, bebas berbicara sekehendak lidah. Akan tetapi harus tunduk dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Ketundukan kepada undang2 dan konstitusi bagi warga bangsa Indonesia itu, bukan hanya ditujukan kepada rakyat biasa, tetapi untuk seluruh warga masyarakat baik sebagai pemerintah, sebagai wakil2 rakyat, sebagai penegak hukum, sebagai aparat keamanan tidak ada pengecualian. Selamat HUT kemerdekaan Indonesia ke 78, semoga dengan kemerdekaan Indonesia yang sudah ke 78 tahun ini, semakin membuat bangsa ini makmur dalam keadilan, sejahtera dalam keamanan, rakyat dan pemimpinnya bahagia penuh kesyukuran; بَلْدَةٌۭ طَيِّبَةٌۭ وَرَبٌّ غَفُورٌۭ…………...” آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 30 Muharram 1445H 17 Agustus 2023 (1.178.08.23)

Sunday 13 August 2023

Alam MIMPI alam NYATA dan alam AKHIRAT

Keakraban masyarakat pedesaan, bila tetangga akan ada hajatan sudah biasa akan ikutan partisipasi sebisanya. Seorang pemuda BERMIMPI ketika tetangganya ada hajatan mengambil peranan membersihkan sejumlah ayam yang sudah selesai disembelih, untuk lauk pauk bagi undangan acara khitanan tetangga 3 pintu dari rumahnya. Prosesnya setelah ayam disembelih untuk mencabut bulu2nya lebih dahulu dimasukkan ke dalam kawah mendidih (bahasa setempat “di celor”), supaya bulunya gampang dilepas dari badan si ayam. Tidak itu saja proses membersihkan (bahasa setempat “menyiang”) ayam tahap selanjutnya adalah mengeluarkan isi perut ayam, membuang bagian yang tidak dimakan. Si pemuda dalam mimpinya itu berinisiatif membawa ayam2 itu ke pekarangan rumahnya, dimana terdapat kolam ikan Mujair. Pikirnya nanti lebih enak membersihkan ayam2 itu di pinggir kolam, isi perut ayam yang tak layak makan langsung di buang ke kolam, untuk disantap ikan. Nanti bulu2 ayam dikuburkan di samping kolam dibawah pohon Alpukat sekaligus jadi pupuk. Sebuah pisau tajam dibawa sebagai peralatan dengan ayam2 yang sudah dicelor itu dalam keranjang. Baru saja berhasil menyiang 3 ekor ayam, dalam mimpinya entah bagaimana pisau terlepas nyemplung ke dalam kolam ikan. Reflex si pemuda mencebur ke kolam untuk mendapatkan pisau kembali, nalarnya mengisyaratkan kalau diraba dengan kaki akan berbahaya bisa2 terkena pisau lalu terluka. Dipilih menyelam supaya kelihatan, lagian harus hati2, segera sebelum air kolam keruh. Si pemuda setelah menyelam, perasaannya (rupanya dia mimpi yang kedua), dianya masuk ke sebuah kampung menjadi tamu di rumah orang berada. Keluarga itu mempunyai anak gadis cantik jelita, minta agar si pemuda itu menikahinya. Si pemuda memang belum menikah, singkat kisah mimpi diadakanlah pesta pernikahan tiga hari tiga malam, si mertua menyembelih seokor Sapi besar, pesta dengan memanggil group gendang rebana dengan tarian Jepin (budaya setempat). Pernikahan membuahkan dua orang anak lelaki cukup sehat dan lumayan aktif. Anak keduanya usia kira2 10 tahun suatu ketika memanjat pohon rambutan di pekarangan rumah. Si anak bisa manjat pohon, kesulitan untuk turun sambil menjerit jerit minta tolong lantaran dianya dikerubungi dan di gigit Kesak (bahasa setempat sejenis semut besar berwarna merah) kalau menggigit sakit sekali. Si ayah (yang tak lain pemuda yang sedang mimpi menyiangi ayam itu) mengambil tangga untuk menjemput si bocah yang tengah kesakitan digigit Kesak. Anak diraih tangannya, hampir terjatuh diapun kaget lalu terbangun dari mimpi keduanya. Rupanya si tangga membuat dia muncul dari kolam, dia kaget bukan main bahwa ayam yang dia siangi sebagian dalam keranjang masih hangat, jadi artinya masuk kolam tadi dia bermimpi begitu panjang ceritanya sampai beranak dua, demikian singkat. Dia melihat pisau yang kecebur kolam tadi ada dalam keranjang. Sempat berpikir dia akh….. kalau begitu tadi hanya mimpi. Tapi kini dia masih diselubungi mimpi pertama, sebagai gara2 dia bangun dimimpinya pertama, ayam yang sedang dia bersihkan mau disatroni beberapa ekor anjing, saking serius memburu kawanan anjing itu, dia terbangun, dilihatnya TV dalam kamarnya yang sebelum tidur di sleep 90 menit sebagai pengantar tidur, belum off tapi masih kurang 10 menit lagi. Bukan takwil mimpinya yang dia pikirkan, tapi sempat ngalami dua episode mimpi dengan durasi kurang dari satu setengah jam. ALAM NYATA dan ALAM AKHIRAT Alam nyata durasi 70-80 tahun, rata2 sampai usia 20-25 tahun masa persiapan termasuk pendidikan, atau merintis usaha. Selanjutnya 60 tahun keatas semuanya sudah menurun..... Jadi masa persiapan kehidupan untuk dunia dan akhirat yang produktif dengan jiwa dan raga, paling2 hanya 30an tahun. 10 tahun dari masa produktif itu digunakan untuk tidur, lalu net efektif durasi hidup produktif ibadah hanya 20an tahun. Kurun waktu 20 tahunan itulah masa ibadah yang dapat intensif. Masa itu pula tenaga masih kuat ibadah secara jasmani dan jiwa lebih sempurna, karena bila usia sudah lanjut mulai banyak udzur. Durasi 20 tahunan itulah manusia dimungkinkan mempersiapkan diri untuk kehidupan alam kubur yang tak ketauan durasinya, serta alam akhirat yang kekal. Alangkah ruginya bila waktu bernas 20 tahun itu terbuang sia2. Padahal durasi 20 tahun itu dalam ukuran akhirat hanyalah seperlimapuluh hari atau 28.8 menit dibulatkan k/l setengah jam. (refer QS. 22 = Al-Hajj ayat 47) "....وَاِ نَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَاَ لْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ "......Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu." Maka benarlah sumpah Allah*) bahwa manusia itu sangat merugi bila tidak bijak memanfaatkan waktu yang demikian sempit utamanya kepentingan persiapan diri ke alam kubur dan akhirat yang pasti didatangi. *( وَا لْعَصْرِ اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَفِيْ خُسْرٍ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ "Demi masa." "Sungguh, manusia berada dalam kerugian," "kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." (QS. 103 = Al-'Asr ayat 1-3). Nah bagi yang ndak percaya bahwa alam akhirat itu pasti adanya, setidaknya mereka yang ndak percaya akhirat itu pernah bermimpi, bandingkanlah bahwa alam mimpi itu beda dengan alam nyata. Tapi jelas adanya alam mimpi itu, saya yakin semua orang pernah bermimpi dalam tidurnya. Seperti kisah diilustrasikan di atas dalam waktu singkat banyak dapat dikisahkan. Alam nyata durasinya agak panjang dari alam mimpi, juga terbatas jarang sampai seratus tahun, alam akhirat kekal abadi, alam mimpi singkat padat dari mulai bermimpi sampai terbangun. Semoga Allah menyadarkan kita bila terlena dengan durasi kehidupan dunia ini yang begitu singkat, agar senantiasa mempersiapkan diri guna menyongsong alam kubur dan alam akhirat dengan durasi yang panjaaaang tiada berujung. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 26 Muharram 1445H 13 Agustus 2023 (1.177.08.23)

Thursday 10 August 2023

SETAN mudah menggoda MANUSIA

Setan itu terdiri dari dua golongan, yaitu dari bangsa Jin dan Manusia. Makhluk sasaran godaan Setan adalah manusia, mungkin Setan tak akan menggoda Jin, juga tidak menggoda hewan dan tumbuh2an. Setan dari golongan Jin disebut Iblis, target godaannya manusia, demikian juga Setan dari golongan manusia juga sasaran godaannya adalah sesama manusia. Manusia menjadi mudah tergoda setan penyebabnya adalah: Pertama; karena manusia diciptakan Allah sangatlah lemah: وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا “dan manusia diciptakan (bersifat) lemah." (An-Nisa' ayat 28). Kelemahan manusia, sejak dari mulai kelemahan phisik, tidak sekuat dibandingkan dengan beberapa jenis hewan. Tenaga tidak begitu kuat, pencernaan, penciuman, pendengaran semuanya dalam keadaan lemah. Kelemahan manusia inilah menjadi pintu masuk bagi setan baik dalam wujud Jin dan manusia menggoda, jika di dalam diri tidak dibentengi dengan kekuatan iman. Tidak sedikit orang yang lemah dalam perekonomian menjadi luntur imannya berbuat kriminal, atau menukar keyakinan hanya untuk dapat bertahan hidup. Sebaliknya tidak sedikit orang kaya raya dan berpangkat tinggi terperosok ke jurang kehinaan, tergoda setan karena dengan kekayaannya, dengan pangkatnya memperturutkan hawa nafsu. Kedua; karena manusia itu diilhamkan Allah dalam qalbunya dengan dua kecenderungan keinginan yaitu “jalan kejahatan” dan “jalan ketaqwaan”: فَأَلْهَمَهَا فُجُو رَهَا وَتَقْوٰىهَا "maka Allah mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya," (Asy-Syams ayat 8). Buat manusia karena terbentang dua jalan tsb di atas, maka adalah wajar setan dapat masuk melalui pintu kejahatan, dengan membisikkan kesenangan2 jika berbuat jahat, akan tetapi setelah awakpun terperosok ke jurang kehinaan, dimurkai oleh Allah, setanpun berlepas tangan; قَالَ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّنْكَ إِنِّىٓ أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعٰلَمِين ……………….” “……………….ia berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam”. (Al-Hasyr ayat 16). Sebaliknya potensi manusia yang menempuh jalan taqwapun tidak sedikit, beruntunglah mereka yang memilih jalan ketaqwaan, karena setanpun tak sanggup menggoda orang taqwa dapat dilihat dialog Allah vs Iblis dalam surat Shad (surat ke 38) ayat 72 sampai 76 selanjutnya di ayat 77 dan 78 Allah usir iblis dari surga diikuti dengan kutukan. Di surat Shad 79, 80 dan 81, Iblis mohon penangguhan, dikabulkan Allah. Akhirnya di ayat ke 82 dan 83 seperti dikutip dibawah ini Iblis menyatakan akan menyesatkan manusia: قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ "(Iblis) menjawab, "Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya," (Shad, ayat 82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ "kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka."" (Shad, ayat 83) Ketiga; karena manusia mesti diuji, agar Allah dapat memilah siapakah yang benar imannya: أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوٓا أَنْ يَقُولُوٓا ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" (Al-'Ankabut ayat 2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ  ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِينَ "Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta."(Al-'Ankabut ayat 3). Sehubungan dengan kelemahan manusia yang ketiga diatas, bagi manusia yang memilih jalan taqwa tidak dengan mudah, tidak cukup hanya dengan niat dihati untuk melakukan kebaikan, tidak cukup hanya dengan ucapan akan beriman, sekalipun juga diikuti dengan niat, bila belum direalisasikan dalam perilaku dan perbuatan, dalam bahasa agamannya dengan amal shaleh. Allah akan menguji, tekat dan niat, Allah akan menguji perkataan apakah benar2 ditepati, perbuatan baik apakah benar2 dari segi keikhlasannya. Dimana Allah juga telah memberlakukan pengujian kesungguhan manusia yang mengaku beriman dan taqwa bagi umat terdahulu. Keempat; karena Iblis sejak terusir dari surga, dimurkai Allah telah memohon kepada Allah untuk menjerumuskan manusia: ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُمْ مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمٰنِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ  ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شٰكِرِينَ "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."" (Al-A'raf ayat 17). Setan dalam wujud Iblis/Jin dan manusia menggoda dari empat arah: Dari Depan; secara singkat a.l. diberikan bayangan bahwa masa depan penuh dengan kesulitan jika tidak mempunyai harta yang banyak, maka harus dapat mempersiapkan diri menghimpun harta benda dengan cara apapun. Kesempatan tak akan terulang, gunakan selagi bisa walau dengan cara yang tidak benar…….. Dari Belakang; Juga secara singkat a.l. Setan membisikkan ke dalam diri bahwa kesuksesan kita adalah usaha kita, jerih payah kita semata, karena kepintaran kita di masa lalu, sehingga menafikan peran Allah atas kesuksesan. Selanjutnya sombong dan bila ada kerabat minta bantuan, dengan ringan mengatakan bahwa masa lalu anda pemalas, coba lihat saya ……….. . Setan dalam wujud manusia tak kurang menambah sombongnya orang sukses dengan memuji, menyanjung, seolah2 hanya kita lah yang paling hebat dan ………... Dari Kiri; Orang2 lain yang sukses, misalnya rival bisnis, bahkan tetangga. Setan membisikkan bahwa sebenarnya dianya hanya……….., anda seharusnya lebih hebat dari mereka, karena anda lebih ini dan lebih itu dari mereka, kenapa anda kalah. kitapun dilupakan oleh bisikan setan bahwa rezeki masing2 sudah ditetapkan Allah. Dari Kanan; bisikan setan dalam wujud iblis dan manusia dapat berupa sahabat dekat, anak dan istri atau suami, membandingkan kesuksesan orang dengan keadaan kita, mendorong untuk berbuat sesuatu yang kadang tidak halal demi memenuhi bisikan setan melalui orang dekat, partner dalam bisnis mengejar kesuksesan yang dicapai orang lain. Semoga dengan mengetahui sekelumit penyebab mudahnya setan dalam bentuk jin dan manusia masuk kedalam diri kita untuk menggoda seperti diungkap diatas, kita dapat menghindarkan diri dari godaan setan seperti yang dianjurkan Allah dalam surat An-Nas: قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاس *ِ مَلِكِ النَّاسِ * إِلَهِ النَّاس * مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاس *ِ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ * مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاس (سورة الناس) "Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya manusia. Rajanya manusia. Sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) Setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) JIN dan MANUSIA." (An Naas: 1-6) آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 22 Muharram 1445H. 10 Agustus 2023. (1.176.08.23)

Sunday 6 August 2023

Mem-BUANG TUAH

Istilah kampungku "TUAH" adalah satu anugerah Allah berupa kebahagiaan yang melekat pada diri, kadang sementara, kadang berkekalan sampai akhir hidup. Tuah dapat terjadi terbawa sejak lahir, terlahir menjadi anak orang kaya, anak orang berpangkat. Tuah kaya, tuah orang berpangkat itu melekat pada dirinya bertahan sampai dia meninggal, atau berakhir di tengah perjalanan hidup. Bukan tidak ada anak orang kaya, tidak bertuah, tak pandai mengelola warisan ortu mereka jadi jatuh miskin. Tidak sedikit anak orang berpangkat, walau ortunya mati2an menerapkan sytem dinasti, jaman berubah musim beralih anaknya kehilangan tuah, tak berkedudukan terhormat lagi. Ada juga tuah yang datangnya tak disangka tak diduga, sama sekali ketika lahir. Terlahir sebagai anak orang miskin, setelah besar tak diduga tak dinyana ketiban "tuah" menjadi orang perpendidikan tinggi, terhormat, terpandang serta kayanya jangan ditanya, mengikutinya. Rezeki bukan dicari lagi, tetapi malah rezekilah yang mencari dia. Contoh bertuah seperti tergores dalam pantun berikut: Sangat lebat nangka berbuah. Buah berganda sampai kedahan, Sangat hebat perjaka bertuah. Dapat janda kaya masih perawan. Contoh membuang tuah. Seorang anak gadis bawah 20 tahun datang ke kota. Bekerja jadi Asisten rumah tangga (ART), berbekal ijazah formal SMP, putus sekolah di kls 2 SMA. Baru beberapa bulan bekerja "tuah pertamanya datang" oleh majikan ybs disekolahkan setara SMA, lulus tepat waktu berijazah, Majikan melihat potensi si anak akan maju, tahun berikutnya sigadis dianggap anak, hendak ditingkatkan pendidikannya. Padahal tidak ada hubungan karib kerabat, berbeda pula asal daerah. Oleh orang tua asuhnya telah berhasil memberikan warisan berupa ilmu, semula hanya berpendidikan sltp, ditingkatkan jadi setara slta. Selanjutnya tuah berikut majikan yang sudah menganggapnya anak sendiri ini akan menyekolahkannya ke jenjang perguruan tinggi, dengan segala biaya akan ditanggung. Begitu bertuahnya ni anak, selama ini sekolah yang diminatinya belum pernah menerima lulusan “setera SMA” seperti si gadis, tetapi setelah melalui pembicaraan pimpinan perguruan tinggi tsb, baru pertama kali tahun ini menerima ijazah seperti dimiliki si gadis. Saringan masuk perguruan tinggi berupa 5 saringan test, dilaluinya dengan rangking hampir sempurna, didalam dirinya ada “tuah” dari Allah berupa kecerdasan. Tuah ini dibuang, keesokan harinya saat seluruh calon mahasiswa harus mengikuti “pengarahan terakhir”, ybs berubah fikiran tidak mau lagi melanjutkan sekolah. Padahal baru dua hari lalu dianya ketika wawancara dengan didampingi “orang tua asuhnya” dihadapan team pewawancara sekolah yang diminati, bahwa prodi yang dia pilih adalah merupakan cita2 semenjak masih anak2. Betapa kecewanya orang tua asuhnya, karena ketika proses pendaftaran, diikuti serangkaian test, orang tua asuhnya begitu serius membantu, memfasilitasi, menyiapkan laptop, mengecek kuota HP, mengantar kesana kemari, diikuti memberikan biaya2 yang diperlukan. Bahkan sudah menyiapkan beberapa buah Lap Top, silahkan pilih, jika diperlukan untuk kuliah nanti. Kenapa detik2 terakhir jadi berubah, padahal semua kemungkinan yang diperkirakan sebagai hambatan telah dimintakan penegasan kepada ybs. Kemungkinan hambatan dari Orang tua. Majikannya, menyarankan agar si anak menghubungi Ortu mereka setidaknya melalui telepon, kalau perlu difasilitasi didatangkan ke Jakarta, untuk minta persetujuan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Si anak menyatakan bahwa sebaiknya nanti setelah betul2 diterima, membuat foto dengan seragam sekolah berlatar belakang kampus. Sebab menurut si anak; jika dimintakan ijin lebih dahulu dipastikan tidak diijinkan, karena mereka berpendapat anak perempuan tak usah sekolah tinggi2, harus segera berumah tangga. Selain itu, selama dua tahun gadis ini ikut dirumah majikannya yang sekarang sudah menganggapnya anak itu, saban bulan si gadis mengirim uang ke ortunya sejumlah tertentu. Sehubungan rencana akan dikuliahkan itu, majikan memberikan persyaratan bahwa si gadis tidak lagi diberikan gaji, tetapi semua biaya kuliah selama 8 semester, meliputi jumlah perkiraan lebih dari 200 juta, berikut transport, uang saku segala keperluan pakaian sampai ke perlengkapan pernik2 perempuan ekstrimnya sampai ke lipstick dan parfum akan dibiayai oleh majikannya. Sehubungan dengan itu tidak dapat lagi mengirimi Ortu sebagaimana biasa. Hal ini disanggupi oleh si gadis, dibuktikan dengan keseriusan mengikuti proses segala macam test. Kesanggupan orang tua asuh membiayai kuliah, bukan hanya dengan ngomong, tetapi membuat pernyataan ditanda tangani di atas meterai dihadapan team pewawancara. Bahkan jika pihak institusi pendidikan memerlukan orang tua asuh bersedia memberikan jaminan berupa bilyet deposito. Kemungkinan hambatan pacar. Bapak yang menjadi kepala keluarga dirumah majikannya, menyinggung soal pacar si gadis seorang pria kenal ketika sesama sekolah setingkat SMA itu. Si bapak anjurkan beritahukan rencana kuliah kepada sang pacar, dengan demikian bila si pacar setuju dan bersedia nunda nikah sampai selesai pendidikan, dia akan ikut mendukung paling tidak dapat ikutan mengantar jemput rumah-kampus, yang jaraknya cukup dekat waktu tempuh naik sepeda motor sekitar 10 menit. Gadis ini menegaskan bahwa dia dengan pacar sering putus-sambung. Bahkan dengan diberitahukan rencana kuliah, si pacar langsung (menurut cerita si gadis) nelpon ibunya dikampung memutuskan, seraya si pacar minta maaf tidak dapat memenuhi janji untuk menikah (dikabarkan oleh si gadis bahwa ibunya nangis2 tapi telah dapat diyakinkannya). “Waaah kalau begitu kan nanti akan ada harapan nyambung lagi (CLBK)”, timpal si Bapak. Si Gadis menegaskan “tidak mungkin” karena sudah putus-sambung enam kali. Si Bapak melanjutkan; “usah kecewa, kamu masih muda, insya Allah nanti dalam pergaulan kuliah kamu akan dapat ganti lebih bagus, kau juga supel dalam pergaulan”. Sementara itu si bapak asuh didalam hati ber-kata2 “ini tidak mungkin sambung lagi; ibaratkan orang suami istri sudah talak tiga saja takkan dapat kembali lagi, apalagi sudah enam kali putus” Hambatan dari diri sendiri. Bapak dan Ibu majikan, memberitahukan perilaku yang harus dirubah, jika benar2 ingin mewujudkan cita2 menjadi sarjana prodi bidang kesehatan yang akan ditempuhnya nanti. Begitu detil persyaratan itu disampaikan, yang sedikit banyak ada yang berbenturan ekstrim dengan perilakunya bawaan gadis tersebut. Semuanya disanggupi, termasuk siap untuk tidak menikah selama belum selesai pendidikan. Sebagian sudah mulai penyesuaian. Sehari sebelum “pengarahan terkhir” dari rangkaian proses masuk sebagai mahasiswa, si gadis mohon ijin untuk datang ke tempat kursus komputer, dimana ybs pernah dikursuskan majikannya. Usai kursus setahun lalu, ybs diminta guru kursusnya menjadi asisten membantu menangani peserta kursus yang baru masuk (juga menurut keterangan si anak). Sebagai asisten kursus ini sudah setahun terakhir, sengaja diijinkan si majikan, agar yang bersangkutan dapat refreshing. Kedatangan ke tempat kursus sekali ini, dengan maksud untuk memberitahukan bahwa ybs akan masuk kuliah dan menata kembali jadual ikut sebagai asisten pengajar kursus, yang semula 3 kali seminggu, (Ahad, Rabu dan Jum’at) terjadual mulai pukul 15.00 sampai sebelum maghrib, untuk dapat dinegosiasikan hanya pada hari2 tidak kuliah saja. Kepergian ke tempat kursus sekali ini, mengingat esok hari akan ada rangkaian proses masuk perguruan tinggi yang terakhir yaitu “Pengarahan terakhir”, agar ybs tidak kecapean, Bapak asuh anak ini mengantar sendiri dengan kendaraan sepeda motor pukul 14.50, biasanya ybs naik angkot. Sekitar pukul 4 petang, masuk WA ybs kepada ibu asuh bahwa dianya lulus pada ujian test wawancara terakhir yang didampingi orang tua asuhnya kemarin, dalam urutan kelulusan 20 besar dari 120 mahasiswa yang diterima. Betapa bangganya Ibu dan Bapak asuh anak ini, ingin rasanya si anak asuh lekas pulang, untuk mengucapkan selamat langsung. WA langsung dibalas si Ibu dengan pesan cepat pulang, untuk jaga2 kondisi mengikuti acara “pengarahan terakhir” dimana harus sudah berangkat dari rumah paling lambat pukul 6 esok pagi, karena acara akan dimulai pukul 6.30. Sayangnya WA tidak direspond bahkan tidak ada tanda telah dibaca. Si Bapak berinisiatif menelpon, untuk ngingatkan agar segera pulang. Enam kali telepon dicoba tetapi tidak diangkat. Karena sudah sampai pukul 22.00 malam belum juga datang, si bapak khawatir terjadi yang tidak diinginkan atas anak ini, segera si bapak meluncur ketempat kursus. Ternyata pemilik kursus menegaskan, tempat kursus sudah tutup sejak sebelum maghrib. Pas si Bapak pulang, si anak barusan datang 5 menitan lalu, diantar oleh seorang remaja dengan sepeda motor. Terlihat oleh ibu asuh yang nunggu bapak di pintu gerbang rumah. Penjelasan yang diberikan oleh ybs tidak sesuai dengan penjelasan pemilik kursus. Ketika di konfirmasi, si gadis tidak dapat menghindar, bahwa dianya telah mengatakan tidak sebenarnya. Diujung pembicaraannya malam itu, ditegaskannya bahwa ayahandanya di kampung tadi malam menelpon, bahwa si ayah mendapat telepon dari pacarnya yang dia kabarkan sudah putus yang keenam kalinya itu. Si ayah akan menikahkan dengan pacarnya yang sudah kenal dengan ayah dan ibunya di kampung, karena di libur lebaran idulfitri yang lalu, sudah pernah diajaknya ke kampungnya. Keesokan harinya, sebagaimana biasa sekitar pukul 3 dinihari bapak asuh membangunkannya, selama ini untuk membiasakan shalat malam. Kali ini untuk siap2 berangkat mengikuti acara “pengarahan terakhir”. Ybs menyatakan “saya cukup sampai disini”, dalam artian dia tidak mau lagi ikut kuliah. Bapak asuh mengingatkan, jerih payah yang sudah dijalani, bayangan kesuksesan masa yad. Si gadis tidak bergeming tetap dengan keputusannya untuk pulang. Bapak dan ibu asuh memberikan kesempatan berfikir ulang, sampai detik2 tarkhir, namun sia2. Sekitar pukul 8 pagi itu sang pacar sudah menunggu di depan rumah Bapak/Ibu asuhnya untuk menjemput anak gadis ini degan sepeda motor. Demikian yang terjadi, untuk sementara ini peristiwa ini dapat dikelompokkan bahwa gadis ini telah “MEMBUANG TUAH”. Namun kita tidak tau masa yang akan datang, mungkin saja keputusan yang diambil ybs, akan membawa kebaikan yang jauh lebih baik dimasa yang akan datang daripada kalau dia menjadi seorang Bidan strata S1, setamatnya kuliah nanti. Sebab kita semua tidak ada yang mengetahui nasib dimasa mendatang, seperti firman Allah di surat Luqman ayat 34 “ ……………………... وَمَا تَدْرِى نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا …………………….” “…………...Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok………………….” Semoga, keadaan terbaiklah yang terjadi buat orang tua asuh dan anak asuh ini dimasa yang akan datang. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. 19 Muharram 1445H. 5 Agustus 2023. (1.175.08.23)