Wednesday 29 September 2010

EMPAT KEUTAMAAN BEKAL AHERAT


Assalamualaikum Wr.Wb.

Sidang Pembaca blogspot saya yang bahagia:

Allah swt mengingatkan kita di dalam QS Al Baqarah 197:





197. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang , barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah

kepada-Ku hai orang-orang yang berakal।

Walaupun ayat di atas menjelaskan tentang bekal penting dalam perjalanan ibadah haji, namun sesungguhnya ia merupakan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di padang mahsyar kelak, ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan dikumpulkan di padang mahsyar nanti sebagaimana halnya mereka berkumpul di padang arafah. Maka bekal utama yang dapat menyelamatkan itu adalah taqwa.

Firman Allah SWT di atas juga memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yakni perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia ke alam akherat. Perjalanan di dunia memerlukan bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraan dan sebagainya. Sementara perjalanan dari dunia ke akherat juga memerlukan bekal.

Namun perbekalan yang kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akherat, lebih penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia.

Ada EMPAT keutamaan antara bekal perjalan ke akherat dibandingkan dengan bekal perjalanan dunia:


Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu terjadi. Contoh: seorang ibu rumah tangga berjalan ke pasar yang tidak jauh dari rumahnya, membawa payung karena cuaca mendung. Ternyata sampai pulang dari belanja payung tidak digunakan karena hujan tidak jadi turun.

Tapi perbekalan untuk perjalanan di akherat, akan membentengi diri kita dari penderitaan yang pasti terjadi. Sejak masuk ke-alam barzah, perbekalan sudah mulai berguna sampai perjalanan menuju hari perhitungan. Alangkah malang dan menderitanya, bila di alam barzah (alam kubur) saja sudah mulai tidak punya bekal yang dapat membentengi diri dari siksa kubur yang dahsyat itu.


Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara
. Misalnya seorang dalam perjalanan membawa bekal makanan, pada saatnya lapar, makanan dimakan, terhentilah lapar selama waktu tertentu, kemudian pada saatnya lapar lagi. Sedangkan perbekalan untuk perjalanan akherat, bekal yang dibawa akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang kekal, tiada tara dan tiada habis-habisnya.


Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan.
Kadang bekal yang kita bawa tidak dapat digunakan lantaran rusak dalam perjalanan, atau hilang di perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan menuju akherat, apabila perbekalan berupa kebajikan itu diterima dengan baik disisi Allah, maka bekal itu akan membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.


Keempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Contoh: bila kita bepergian rekreasi misalnya, setelah bekal makanan di makan, mungkin bungkusnya atau ada bagian-bagian tertentu yang harus ditinggalkan. Sementara perbekalan untuk perjalanan di akherat, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima siksa jika bekal amal kemungkaran lebih banyak dan mendapat kemudahan dan kenikmatan bila amal kebaikannya terterima Allah, tidak dapat ditinggalkan walaupun yang diperoleh siksa dan sangat bahagia terus menerus bila yang diterima balasan kebaikan amal kita.


Sesungguhnya perjalanan itu cukup berat, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Semua kita pasti tahu perbekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap perbekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama lagi ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju akherat itu.

Mari kita renungkan, apakah masing-masing diri kita sudah menyiapkan bekal menuju negeri akherat yang abadi tidak berujung itu.

Bila dikaji mendalam, bagaimanapun taatnya seorang beribadah, bagaimanapun dermawannya seseorang, kelak setelah melihat hasilnya di akherat nanti yang insya Allah ketika sakaratul maut diperlihatkan preview penjalanan hidup seseorang oleh Allah.

Orang yang banyak amal kebaikannya pun masih menyesal. Jamaah sering mendengar di pengajian, bahwa seorang sahabat nabi ketika akan meninggal berucap:

  • kenapa kurang banyak,
  • kenapa kurang baik.
  • kenapa kurang jauh menolong orang

Rupanya semasa hidup ia bersedekah roti, kenapa roti yang disedekahnya hanya separo dari yang dimilikinya, kenapa pakaian yang

disedekahnya ke orang yang kedinginan hanya pakaian bekas dipakainya. Kenapa menfasilitas seorang berangkat menuju jalan Allah kurang jauh (ybs pernah menggendong orang menuju masjid). Karena ditampakkan bahwa sedekahnya yang hanya segitu itu mendapatkan ganjaran yang luar biasa, tentu akan lebih hebat lagi bila lebih baik dan lebih banyak.

Konon lagi orang yang kurang amal kebaikannya atau orang yang malah tidak melaksanakan perintah Allah tentu akan menyesal berkepanjangan.