Tuesday 23 April 2024

TAFSIR & KEPENTINGAN

Oleh: M. Syarif Arbi. No: 1.244.04-10.2024 Sekitar tahun 70an listrik untuk penerangan rumah, jangankan di desa, di kota besar saja di pinggiran kotanya rumah2 penduduk masih diterangi lampu templok (nempel di dinding energi minyak tanah). Sesekali diawal malam, pakai lampu Strongking atau Petromak. Bila lampunya meredup, padahal minyaknya masih cukup, tandanya tu lampu kurang angin di tengkinya. Lampu diturunkan dari gantungan untuk di pompa. Jika dipompa di gantungan, resiko bergetar khawatir kaos lampunya sobek karena terbuat dari bahan yang gampang rontok. Setelah lampu turun di lantai barulah di pompa dengan posisi menjengking. Sering ku plesetkan lampu “strom – king” karena di stroom sambil menjengking. Di Era “strom king” seorang pemuda perantau mengontrak rumah di pinggiran kota sebutlah kota besar ke 2 di Indonesia, selama 4 tahun. Ketika itu “uang masih besar”, nilai kontrak Rp 20 ribu untuk empat tahun atau Rp 5 ribu setahun. Dapat 17 bulan kontrak dijalani ada program LMD (listrik masuk desa). Si pemuda menghubungi pemilik rumah, minta izin memasukkan listrik atas biaya sendiri. Al kisah listrikpun menyala, nyetel TV tidak usah pake AKI lagi, tetanggapun senang dapat ikutan nonton TV, termasuk pemilik rumah yang sekaligus merupakan tetangga. Kurang lebih 2 bulan menikmati listrik, pemilik abis nonton TV (waktu itu TV belum siaran semalam suntuk), minta waktu untuk ngomong. Setelah berbasa basi sejenak tentang kenikmatan listrik, inti pembicaraan; pemilik rumah minta agar si pemuda membayar lagi tambahan harga kontrak yang tersisa 2 tahun. Argumentasi pemilik rumah: “Nilai harga kontrak rumah yang sudah ada listriknya, lebih tinggi dari nilai rumah yang belum ada aliran listriknya”. Pemuda pengontrak merasakan apa yang dikemukakan oleh pemilik rumah; adalah tidak adil karena: 1. Pemasangan listrik sudah atas persetujuan pemilik rumah, tanpa syarat kalau nanti rumah sudah berlistrik harga kontrak akan naik. 2. Biaya pemasangan listrik ditanggung oleh si pemuda pengontrak. Selanjutnya si pemuda pengontrak berpendapat: Pertama; “seharusnya waktu kontraklah yang diperpanjang secara proporsional dengan biaya yang dikeluarkan untuk memasukkan listrik”. Namun pihak si pemuda sengaja tidak mengajukan syarat tersebut ketika minta izin. Menganggap sudahlah…….. kan untuk kenyamanan sendiri. Tak repot lagi ngurus “lampu templok” dan “Pelita”. Tak usah disibukkan ngecas Aki untuk nonton TV. Kedua; “kalaulah ingin menaikkan tarif kontrak, hendaknya diberlakukan masa kontrak yang akan datang setelah habis masa kontrak 4 tahun,…….. bolehlah diberlakukan tarif rumah yang sudah berlistrik”. Perbedaan penafsiran ini, tak putus oleh dua pihak yang berbeda tafsir ini, maka dibawalah persoalan ke ketua RT setempat. Keputusan ketua RT, sependapat dengan pemilik rumah kontrakan, sambil mengungkapkan data beberapa rumah di wilayahnya dengan kondisi ada penerangan listrik yang setara luasnya dengan rumah yang di kontrak si pemuda; harga kontraknya lebih tinggi. Kebenaran di dunia ini sangat amat tergantung dari siapa yang menafsirkan dipengaruhi kepentingan pihak penafsir. Pengaruh keakraban si pemilik kontrakan yang belakangan diketahui masih kerabat dekat ketua RT, ikut menentukan kemana ketua RT berpihak. Sedangkan si pemuda pengontrak adalah pendatang, perantau yang se waktu2 akan pindah. Kebenaran di dunia ini nisbi, kadang dapat diputar balik “yang benar bisa saja jadi dipersalahkan, sebaliknya yang salah bisa saja dibenarkan”. Makanya Allah mengingatkan janganlah menentukan kebenaran hanya lantaran memperturutkan hawa nafsu, tidak mengikuti petunjuk Allah, berakibat akan binasalah langit dan bumi ini serta semua isinya. Surat Al-Mu'minun (23) Ayat 71: وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَـٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَـٰهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu”. Setiap diri mau tidak mau dalam hidup ini sering dihadapkan kepada masalah, semoga ketika menafsirkan sesuatu kasus yang dihadapi, kita senantiasa dalam petunjuk Allah, tidak berkiblat kepada hawa nafsu, agar tidak terkena ancaman Allah tsb. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 15 Syawal 1445 H. 24 April 2024.

Sunday 21 April 2024

MENGADILI KECURANGAN

Oleh: M. Syarif Arbi. No: 1.243.04-9.2024 Ketika artikel ini kutulis, akan diumumkan keputusan sidang perkara dua pihak; dimana salah satu pihak menggugat pihak lain “curang”, sedang pihak yang digugat, tentu membantah pihaknya sama sekali tidak melakukan “kecurangan”. Di Zaman Rasulullah Muhammad ﷺ pernah mengadili perkara kecurangan di Madinah, atas perkara dua orang mencurangi wasiat dari seorang niagawan yang meninggal dalam perjalanan bisnis. Niagawan "Budail bin Abu Maryam" dari bani Sahm, dengan dua orang beragama bukan Islam. "Tamim ad Dary" dan "‘Adi bin Bada". Mereka pergi berniaga ber-sama2 menuju Syam. Dalam perjalanan bisnis dari Madinah ke Syam itu, Budail menderita sakit, lalu dia menulis surat wasiat dan ia memasukkan surat itu ke dalam barang-barang dagangannya. Kepada dua orang tadi, Budail berwasiat agar menyampaikan barang dagangannya kepada keluarganya. Budail pun meninggal dunia dalam perjalanan. Budail berwasiat ketika terasa akan kedatangan maut, ter-abadi-kan peristiwa ini, bahkan menjadi sebab turunnya ayat 106 surat Al-Maidah. يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا شَهَا دَةُ بَيْنِكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِيْنَ الْوَصِيَّةِ اثْـنٰنِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنْكُمْ اَوْ اٰخَرَا نِ مِنْ غَيْـرِكُمْ اِنْ اَنْـتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْاَ رْضِ فَاَ صَا بَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ الْمَوْتِ ۗ تَحْبِسُوْنَهُمَا مِنْۢ بَعْدِ الصَّلٰوةِ فَيُقْسِمٰنِ بِا للّٰهِ اِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِيْ بِهٖ ثَمَنًا وَّلَوْ كَا نَ ذَا قُرْبٰى ۙ وَلَا نَـكْتُمُ شَهَا دَةَ ۙ اللّٰهِ اِنَّاۤ اِذًا لَّمِنَ الْاٰ ثِمِيْنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila salah seorang (di antara) kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan (agama) dengan kamu. Jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian, hendaklah kamu tahan kedua saksi itu setelah shalat, agar keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu, Demi Allah kami tidak akan mengambil keuntungan dengan sumpah ini, walaupun dia karib kerabat, dan kami tidak menyembunyikan kesaksian Allah; sesungguhnya jika demikian tentu kami termasuk orang-orang yang berdosa." Sebelum barang diterima oleh keluarga Budail, dua orang berlainan agama tadi membuka ikatan barang-barang tsb. dan mengambil Sebagian dari barang titipan Budail. Setelah itu dibungkus kembali dan diserahkan kepada keluarga Budail. Keluarga Budail terkejut ketika bungkusan dibuka, jumlah barang tidak sesuai dengan daftar barang2 di dalam surat yang ditulis Budail, yang diletakkan di dalam bungkusan tanpa diketahui oleh kawan Budail yang dititipi tadi. Dua orang kawan Budail tadi tidak mengakui dan berdalih tidak mengetahui barang dalam bungkusan itu berkurang. Untuk menyelesaikan kasus tsb. keluarga Budail mengadu kepada Rasulullah ﷺ. (referensi; tafsir Al-Azhar Prof. Dr. Hamka Juzu 7 hal 78-84). Perkarapun digelar, pengadilan dipimpin Rasulullah ﷺ di dalam masjid sesudah shalat Ashar dengan mendengarkan tuntutan keluarga Budail dan kesaksian dua orang penerima amanah. Dibawah sumpah setelah mereka sembahyang menurut agamanya, kedua pembawa amanah menyangkal telah menggelapkan sebuah peti kecil yang dituntut keluarga Budail. Nabi Muhammad ﷺ memutuskan perkara, beliau percaya dan berpegang teguh akan sumpah dan saksi. Dua orang beragama lain teman seperjalanan niaga, almarhum Budail dalam kesaksian dibawah sumpah menurut agama mereka dalam sidang. Nabi Muhammad ﷺ memutuskan tuntutan keluarga Budail tidak dikabulkan, karena tidak cukup bukti, keputusan atas dasar kesaksian DIBAWAH SUMPAH pemegang AMANAH. Setelah beberapa lama, ditemukan Peti itu di pemilik terakhir di Makkah, mengaku membelinya dari "Tamim ad Dary" dan "‘Adi bin Bada", seharga 1.000 dirham. Atas dasar fakta baru itu keluarga Budail melaporkan kepada Rasulullah. Ketika ditanyakan Rasulullah kepada kedua penerima amanah, mereka menjelaskan bahwa betul mereka menjual peti itu, tetapi peti itu sudah dibelinya dari Budail sebelum meninggal. Makapun tak ada alasan untuk memenuhi tuntutan keluarga Budail. Dikabarkan akhir hidup pemegang amanah masuk Islam, pada th ke 9 setelah penaklukan Makkah. Uang hasil penjualan peti perak bersalut emas itu secara sukarela diserahkan kepada ahli waris melalui mediator 'Amr bin 'Ash. Mereka masuk Islam karena kagum atas keadilan penegakan system hukum Islam yang: * menghormati pengakuan kesaksian dibawah sumpah (walau sumpah menurut agama lain). * Setelah ada bukti baru, tetap percaya pengakuan, karena sudah dibawah SUMPAH. Demikian pengadilan Rasulullah Muhammad ﷺ menghargai SUMPAH dan kesaksian, ternyata dikemudian hari diketahui bahwa “kecurangan” itu benar adanya. Dalam kaidah agama Islam kedudukan SUMPAH dalam kesaksian begitu sangat penting. Lantaran sumpah, seorang tertuduh dapat terhindar terlaksananya suatu sanksi hukum. Merifer pada Al-Qur’an surat An-Nur ayat 6 sampai ayat 9 tuduhan perzinaanpun dapat batal karena sumpah. Begitu penting di dalam agama Islam Nilai SUMPAH dalam KESAKSIAN disuatu penyelesaian peradilan. Bagi yang memberikan kesaksian palsu di bawah sumpah diancam dengan laknat Allah (Al- Qur’an surat An Nur 6 sampai 9). Do’a kita selalu; semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada para hakim2, sehingga dapat memutuskan se-adil2nya. Juga kita do’akan semoga semua pihak berserah diri kepada Allah, dengan berkeyakinan bahwa kebenaran, cepat atau lambat akan tetap berada diatas kebhatilan. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Syawal 1445 H. 22 April 2024

SUDUT PANDANG

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.242.04-8.2024 Perbedaan pendapat, biasanya terjadi karena perbedaan "sudut pandang". Secara kodrati manusia terlahir berbeda, termasuk berbeda memandang sesuatu...... Justru menusia berbeda membuktikan kekuasaan Allah Maha Pencipta. Manusia yang pernah hidup di dunia ini, entah sudah berapa milyar, dan sampai hari kiamat nanti akan hidup berapa milyar lagi. Sejak Nabi Adam???, sampai orang terakhir, tiap individu memiliki identias sendiri, tidak satupun yang sama, kendati terlahir kembar identik. Manusia satu berbeda dengan manusia lain. Identitas diri membedakan setiap individu yang paling utama, adalah"sidik jari". Fakta bahwa Sidik Jari tidak berubah dan dapat digunakan sebagai identitas seseorang baru diketahui pada akhir abad ke -19. Ternyata bahwa tiap individu berbeda “sidik jari”-nya, tidak ada dua orang atau lebih yang sama “sidik jari”nya. Sebelumnya, “sidik jari”, hanya dilihat sebagai guratan-guratan tanpa arti apa2, padahal Allah menyatakan dalam surat Al-Qiyamah ayat 4 sebagai berikut: بَلٰى قٰدِ رِينَ عَلٰىٓ أَنْ نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ "(Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna." Dengan menyadari bahwa sejatinya antar individu tidak sama alias berbeda, maka sangat dimaklumi bahwa terjadilah pengelompokan manusia berdasarkan perbedaan sudut pandang. Sekelompok orang yang memiliki sudut pandang yang mirip2 atau hampir sama (sama persis tidaklah mungkin) bergabunglah dalam kelompok tertentu. Dalam hal kesamaan sudut pandang itu di bidang keyakinan spiritual mengelompok dalam suatu agama. Orang2 yang bersudut pandang yang sama dalam paham mengatur kehidupan masyarakat, pemerintahan, terbentuklah organisasi politik. Demikian seterusnya orang2 yang mempunyai sudut pandang bahwa dirinya cocok untuk bidang usaha/pekerjaaan tertentu, kita saksikan dalam masyarakat berbagai bidang keahlian dan profesi. Bahwa karena perbedaan sudut pandang, banyak terjadi sampai suatu masalah dibawa ke pengadilan. Dimana masing2 pihak yang berbeda sudut pandang menyerahkan penentuan sudut pandang siapakah yang benar, melalui keputusan pengadilan. Dalam rumah-tangga, suami istri saja kadang terjadi perbedaan sudut pandang. Jika perbedaan sudut pandang itu meruncing bukan mustahil terjadi perselisihan. Dalam skala kecil, suami-istri saja apabila terjadi sengketa Allah memberikan petunjuk penyelesaiannya melalui surat An-Nisa ayat 35 sebagai berikut: وَاِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوْا حَكَمًا مِّنْ اَهْلِهٖ وَحَكَمًا مِّنْ اَهْلِهَا ۚ اِنْ يُّرِيْدَآ اِصْلَاحًا يُّوَفِّقِ اللّٰهُ بَيْنَهُمَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا خَبِيْرًا “Jika kamu khawatir terjadi persengketaan di antara keduanya, utuslah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya bermaksud melakukan islah (perdamaian), niscaya Allah memberi taufik kepada keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti”. Apalagi dalam skala besar, perbedaan sudut pandang antara dua kubu dalam sengketa PEMILU, maka sudah benar jalan yang di tempuh melalui pengadilan. Di pengadilan, bila mendengarkan argumentasi dari para pihak yang berbeda sudut pandang itu, masing2 pihak menyatakan bahwa sudut pandang merekalah yang paling benar. Begitu besar peran para hakim, agar dapat memberikan keputusan yang se-adil2nya. Ditegaskan di ayat di atas bahwa jika para hakim bermaksud melakukan islah nicaya Allah memberikan taufik. Sungguh mulia tugas hakim, namun berisiko tinggi karena hakim menurut Rasulullah Muhammad terbagi menjadi tiga kategori, sebagaimana dalam Hadits : عن بريدة قال قال رسول الله صلئ الله عليه وسلم قال : القضاة ثلاثة اثنان في النار وواحد في الجنة . رجل عرف الحق فقضي به فهو في الجنة . ورجل عرف الحق فلم يقض به وجار في الحكم فهو في النار ورجل لم يعرف الحق فقضي للناس علي جهل فهو في النار “Dari Buraidah r.a. menceritakan Rasulullah SAW bersabda: ada tiga golongan hakim, dua dari padanya akan masuk neraka dan yang satu akan masuk surga, yaitu (yang pertama) hakim yang mengetahui mana yang benar lalu memutuskan hukuman dengannya, maka ia akan masuk surga, (yang kedua) hakim yang mengetahui kebenaran, tapi ia tidak menjatuhkan hukuman atas kebenaran tersebut, maka ia akan masuk neraka, (yang ketiga) hakim yang tidak mengetahui kebenaran, lalu ia menjatuhkan hukuman atas dasar kebodohannya, maka ia masuk neraka”. (H.R. Imam Empat yang dinyatakan shohih oleh Al-Hakim). Semogalah para hakim yang sedang diuji untuk memutus perkara PEMILU yang sedang berlangsung, diberikan Allah taufik, sehingga berhasil menjadi hakim2 dalam kelompok pertama dalam hadits dikutip di atas. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 12 Syawal 1445 H. 21 April 2024

Friday 19 April 2024

GELISAH

Oleh : M. Syarif Arbi No: 1.241.04-7.2024 Diriku belum memperoleh data rinci sejak usia berapa anak manusia mulai merasakan apa yang dinamakan “gelisah”. Cucuku ketika umur delapan tahunan dulu, pernah bilang bahwa dianya pernah susah tidur. Menjawab pertanyaanku penyebab dia jadi susah tidur dia manjawab: “teringat yang lalu2 datuk !!!”. Kesimpulan sementaraku bahwa “gelisah” itu dapat saja datang dini buat anak manusia, tidak nunggu usia dewasa. Hanya saja hal yang membuat gelisah itu berbeda dengan orang dewasa. Mungkin saja bila anak2 dibawah 10 an tahun pemicu kegelisahan bila: 1. Terlalu banyak dibebani PR, dibebani les macam2 ketrampilan. 2. Bagi anak pada keluarga kurang mampu harus membantu orang tua mencari nafkah, atau membantu pekerjaan rumah tanggga. Orang dewasa persoalan yang menyebabkan “gelisah” semakin kompleks, mulai dari persoalan perekonomian, keharmonisan rumah tangga, interaksi dengan masyarakat, dan banyak lagi faktor penyebabnya. Pikiran gelisah berpotensi dialami siapa saja. Sepanjang jiwanya masih sehat, pokoknya semua kelompok manusia berpeluang alami gelisah. اِنَّ الْاِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوْعًا "Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh". (Q.S. Al-Ma'arij ayat 19) Namun, karena begitu besarnya kasih sayang Allah terhadap manusia, disamping diberikan-Nya sifat gelisah, namun juga disediakan-Nya pula OBAT penangkal gelisah. Mari kita lihat OBAT penangkal gelisah yang diajarkan Allah melalui Al-Qur'an surat Ar-Ra'ad ayat 28. Selanjutnya kita terapi ke-gelisah-an di diri kita masing2. اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ; ۗ اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". Ini obat gelisah resep dari Allah pencipta manusia. Allah mengerti betul akan manusia ciptaanNya. Dengan menggunakan obat berdzikir, Insya Allah ke-GELISAH- an akan berakhir. اَ لَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ (Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram). Obat ini tentunya dapat digunakan oleh orang dewasa dimana di dirinya masih terdapat seberkas iman. Bagaimana jika kegelisahan diderita anak2. Untuk case “1” bagi orang tua masih punya anak2 utamanya yang masih dibawah umur dewasa, harus memantau kondisi anaknya, tidak usah dibebani sesuatu yang sekiranya terlalu berat. Untuk case “2” disinilah diharapkan peran serta pihak berwenang untuk mengentaskan kemiskinan dan mensejahterakan kehidupan seluruh anak bangsa. Mari dipraktekkan OBAT ini, bila GELISAH pikiran menghampiri anda. Semoga berhasil. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 10 Syawal 1445 H. 19 April 2024

Sunday 14 April 2024

Hasil puasa HEWAN dan MANUSIA

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.240.04-6.2024 Berbicara puasa, Allah informasikan kepada kita bahwa umat terdahulu juga berpuasa. “……………. كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ …………..” “……….. sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu………..” Kenyataannya sampai sekarang dapat disaksikan umat agama lain juga berpuasa, dengan tata cara yang berbeda dengan umat Islam. Hewan juga berpuasa diantaranya di artikel ini diangkat puasa Ular, Ayam, Ulat dan Elang. Semua puasa hewan2 tersebut memperoleh hasil. Puasa ular hasilnya berganti kulit baru. Puasa ayam hasilnya datangnya generasi baru ayam. Puasa Ulat hasilnya dari menjijikkan jadi indah menyenangkan. Puasa Elang hasilnya bertambah kuat dan gesit dengan tenaga baru. Seyogianya puasa manusia menjadikan meningkatnya ketaqwaan, dengan kematengan spiritual dan kepekaan sosial……..“لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ”…….. Ular; juga berpuasa. Hasil yang diperoleh ular setelah berpuasa, tubuh ular menjadi lebih panjang dan besar, kulit berganti baru lebih mulus. Ular berpuasa untuk tidak makan dan minum selama 21 hari. Ayam kampung; berpuasa dalam pengeraman telor. Ayam betina dewasa bertelor sampai hari ke (13, 15 ada juga sampai hari ke 20). Telor, selanjutnya dierami selama 21 hari. Kurun waktu pengeraman, ayam berpuasa dengan tidak makan dan minum. Dengan puasa itu keluarlah energi panas dari tubuhnya yang beguna menghangatkan telor sehingga stabil agar menetas. Pada hari ke 13 ayam baru keluar dari sarang untuk menstabilkan tubuh. Berbuka puasa sejenak, minum sekedarnya. Saat keluar itu ayam betina tidak tergiur walau dirayu ayam jantan mengajak melepas rindunya untuk bersenang-senang. Ayam betina kemudian melanjutkan proses pengeramannya tanpa makan dan minum hingga hari ke 21 (sampai telor-telor menetas). Hasil puasa Ayam betina, merubah telor menjadi anak ayam penerus generasi. Burung Elang juga berpuasa. Seekor elang yang berumur 40 tahun, untuk bertahan hidup dan memperpanjang umur, dengan berpuasa. Untuk melakukan ritual puasa, Elang terbang jauh ke hutan atau gua dan menetap di sana untuk sementara waktu. Elang mencabut seluruh bulunya dan mencabut semua cakarnya, dengan paruhnya. Elang juga mengketok-ketok batu untuk melepaskan paruhnya. Setelah semua terlepas, Elang berlindung di satu tempat dan bertahan tidak makan dan minum selama 150 hari. Usai puasa tubuh elang berubah. Bulu-bulu dan cakar-cakarnya tumbuh kembali. Bagian tubuh menjadi baru semua. Elang kemudian bisa terbang dalam kondisi tua, tetapi seakan menggunakan mesin terbang yang baru. Elang memiliki kekuatan dan semangat baru dan punya kesempatan untuk hidup 30 tahun lagi. Ulat juga berpuasa. Ulat ber-metamorphosis, semula dari telor kupu2 nempel di daun. Di dedaunan tempat menempel, daun dimakan selama berhari-hari. Setelah membesar, ulat berhenti makan, ulat membuat kepompong dari air liurnya. Selanjutnya ulat dalam kepompong “berpuasa” 15 sampai 20 hari menggantung di ranting atau daun. Hasil puasa itu, ulat berubah sangat drastis, dari hewan yang menjijikkan menjadi hewan indah menawan. Illustrasi di atas sebagai tahapan puasa hewan. Perintah puasa kepada manusia, diwajibkan Allah dalam bentuk ayat “kauliyah” (termaktub di Al-Baqarah 183). Dalam pada itu untuk membuka pemikiran manusia, Allah juga menunjukkannya melalui ayat kauniyah. Hewan-hewan dicontohkan di atas untuk menyadarkan manusia betapa setiap perintah Allah sedikit pun tidak ada yang sia-sia. Ular berpuasa selama 21 hari, hasilnya jadi lebih besar, lebih panjang dan kulit berganti. Akan lebih cekatan lagi dengan profesinya sebagai pemangsa. Ayam berpuasa juga sekitar 21 hari, menghasilkan generasi baru penerus kehidupan, untuk memberikan kontribusi bagi kemaslahatan umat manusia. Elang berpuasa selama 5 bulan (150) hari hasilnya menambah kekuatan dan memperpanjang umur, mengganti organ tubuh yang sudah soak. Dengan begitu akan lebih gesit ketika menyambar mangsa. Ulat berpuasa 15 sampai 20 hari, merubah diri, dari hewan menjijikkan menjadi hewan yang indah dipandang mata. Manusia berpuasa lebih lama dari Ayam, lebih lama dari Ular dan lebih lama dari Ulat tetapi lebih singkat ketimbang Elang, diharapkan menjadi hamba Allah yang lebih baik. Pantas dijadikan “‘I’tibar”, Ayam dan Ulat, hasil puasanya bernilai positifnya bukan saja buat dirinya, tetapi buat kesenangan makhluk lainnya. Populasi Ayam bertambah sebagai hasil puasanya Ayam. Kupu2 hewan indah dipandang, hasil dari ulat berpuasa. Puasa bukan sekedar untuk keperkasaan diri, seperti Ular dan Elang. Ular usai puasa akan bertambah ganas sebab tambah panjang dan besar. Elang tambah gagah hasil berpuasa, juga tambah gesit dan cekatan ketika memangsa. Di alam terbentang luas ini, demikian banyak ayat2 kauniyah berupa: tumbuh2an, fenomena alam dan hewan, diantaranya 4 hewan di atas. Kalau kita tidak mampu membaca ayat2 kauniyah yang diturunkan Allah maka dikhawatirkan akan terjadi seperti firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikut: وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَآ ۚ أُولٰٓئِكَ كَالْأَنْعٰمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُونَ "Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 179) Semoga Allah menerima puasa kita, sekaligus diberikan kekuatan untuk mampu memahami ayat2 “kauliyah” dan arif mengambil ‘‘I’tibar” ayat2 “Kauniyah”. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 6 Syawal 1445 H. 15 April 2024.

Saturday 13 April 2024

DUNIA maju lantaran ILHAM

Disarikan: M. Syarif Arbi No: 1.239.04-5.2024 Sejak dari dulu sampai sekarang burung membuat sarang tetap saja dari rumput dan ranting, dengan model yang sama. Sementara manusia dulu berumah di dalam batu atau gua, sekarang batu-batu dibuat rumah dan bahkan sekarang sedang dikembangkan botol plastic dibuat dinding rumah (hemat dan tahan gempa). Burung membuat sarang adalah ilham yang diberikan Allah. Manusia membuat rumah sejak manusia purba sampai modern, juga karena ilham dari Allah. Mengapa burung tetap saja sarangnya dari dulu sampai sekarang “sama”, sedangkan manusia terus menerus berubah. Karena manusia tidak saja mendapatkan “ilham tetap” dalam hal membangun rumah, akan tetapi ilhamnya terus bertambah disebabkan manusia diberi akal untuk terus menerus menuju kepada yang lebih baik. Sehingga di dunia ini kemajuan dengan pesat kita rasakan hingga kini, insya Allah tak akan berhenti sampai hari kiamat. Kini dirasakan kemajuan teknologi berbagai bidang, mulai dari komunikasi, informasi, transportasi, arsitektur, industri tempur/pertahanan keamanan dan sebagainya bertujuan untuk kemudahan, kenyamanan, keamanan kehidupan umat manusia. Ini berkat “ILHAM” yang mengalir terus dilimpahkan Allah. Agaknya kalau boleh dibagi, ilham dapat dibagi tiga: Pertama; Jenis ilham yang diperoleh setelah dengan susah payah berikhtiar untuk menyelesaikan suatu masalah. Contoh para seniman mendapat ilham menciptakan sesuatu karya yang semula belum ada orang lain menciptanya. Si seniman akan mencoba dan mencoba berulang, sampai akhirnya menemukan ciptaannya. Lahirlah lirik lagu enak didengar dengan lantunan yang merdu, beda dengan lagu2 lain, lantaran belum pernah diciptakan orang lain. Begitu juga seniman senirupa, seni lukis seni pahat dll. Untuk mendapatkan ilham setelah berusaha, berpikir sungguh2. Termasuk pengarang mendapatkan ilham dalam menuangkan buah pikirannya di atas kertas, tidak langsung jadi, harus di buat draft, di kaji sebelum tersaji, dari segala segi; termasuk etika, moral dan diusahakan maksimal agar minimal orang tersinggung. Contoh artikel ini saja 3 hari baru jadi. Kedua; Ilham yang diperoleh melalui permintaan (do’a) khusus kepada Allah. Dalam hal ini agama menganjurkan, apabila seseorang akan mengambil suatu keputusan (terutama yang strategis menyangkut masa depan yang Panjang) maka haruslah ber-istikharah memohon petunjuk Allah. Dari Jabir bin Abdillah: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ Artinya: "Rasulullah saw mengajari kami (para sahabat) untuk shalat istikharah ketika menghadapi setiap persoalan, sebagaimana beliau mengajari kami semua surat dari Al-Quran. Beliau bersabda, 'Jika kalian ingin melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat sunnah dua rakaat ..."' (HR Bukhari). Ilham “atas permintaan”, bila dilakukan dengan khusuk dan penuh harap menggantungkan diri kepada Allah maka petunjuk Allah kadang datang melalui mimpi. Atau petunjuk Allah berupa gerak hati memilih salah satu dari alternatif yang dihadapi. Salah satu wujud ketaqwaan seorang hamba Allah adalah semua persoalan dimintakan pertimbangan kepada Allah. Janji Allah akan memberikan jalan keluar kepada hambanya yang bertaqwa. وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا………………….” “……………….Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya," (QS. At-Talaq 65: Ayat 2) Meminta petunjuk kepada Allah, justru malah sangat dianjurkan: “……………. وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. ………………"" (QS. Ghafir 40: Ayat 60) Ilham ketiga; berupa firasat. Manusia diberikan Allah “firasat”, sejak lahir. Bayi bangun dari tidurnya mendapat firasat rasa lapar, lalu menangis. Ibunya paham benar, bayinya menangis karena apa. Karena lapar, atau menangis karena usai buang air besar atau kencing. Model firasat yang jelas dimiliki oleh setiap orang, terasa tanda2 akan buang air besar, atau buang air kecil. Kalaulah tidak ada firasat alangkah repotnya, tiba2 di-tengah2 rapat misalnya; tiba2…….. “langsung keluar ditempat”. Dengan firasat, punya jeda waktu untuk ke toilet. Dalam hal firasat sesuatu yang akan terjadi kita simak hadits berikut ini: عن ابن عمر رضي الله عنه قال :قال صلى الله عليه و سلم : اتقوا فراسة المؤمن فاءنه ينظر بنور الله . Dari Ibnu Umar, Rasulullah bersabda: ”Hati hatilah kalian dari firasatnya orang mukmin , karena mereka memandang kalian dengan nur cahaya allah”. Diharapkan ketiga sumber “Ilham” tersebut di atas untuk kedamaian, keamanan dan kenyamanan kita hidup di atas dunia ini. Akan tetapi perlu diingat bahwa: “……………. ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى النَّاسِ "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; ……………..." (QS. Ar-Rum 30: Ayat 41) Semoga Allah memberikan “ilham” kepada umat manusia untuk memajukan peradaban, memudahkan kehidupan. Bukan justru untuk kehancuran, untuk melakukan kerusakan di darat dan dilaut sebagaimana ayat di atas. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 4 Syawal 1445 H. 13 April 2024.

Thursday 11 April 2024

Shalat Ied Mbludag

Disusun : M. Syarif Arbi No: 1.238.04-4.2024 Ramadhan 1445 H baru saja berlalu, kemarin shalat Idul Fitri digelar dimana-mana, ada dilapangan, ada di masjid sampai luber ke halaman sehingga dibuat garis untuk menyamakan baris arah qiblat. Di Jakarta banyak masjid sampai harus menutup jalan raya. Kalau pas di prosesi shalat Idul Fitri itu awak bertugas shalat di masjid yang jauh dari kediaman, misalnya beda kecamatan saja, maka harus berangkat dari rumah usai shalat subuh, bila tidak mau terlambat sampai di lokasi. Jalan yang biasa ditempuh ditutup tak boleh dilintasi. Untuk ke tujuan jadinya melalui gang2 sempit. Anak yang mengantarkanku menuju ke suatu lokasi, di hari biasa berjarak tempuh 20 menit, bertanya: ”apa sebenarnya sebab di saat Idul Fitri orang shalat jadi mbludag” padahal sambung anak itu: “kan hampir separoh penduduk Jakarta sudah mudik sejak H min 5”. Sambil menyusuri gang sempit (kadang hanya muat sebuah sepeda motor) kujawab pertanyaan, untuk meredakan kecemasan khawatir tidak sampai tujuan: “di shalat Idul Fitri, orang yang tak biasa shalatpun ikutan shalat”. Belum ada sih data resmi tentang prosentase umat Islam YANG SHALAT dari yang muda sampai yang tua. Mengutip hasil survey LSI tahun 2010 bersama Goethe Institute hanya terdapat “data shalat” pemuda Islam: 1. Pemuda yang SELALU shalat 5 waktu (28,7 persen), 2. Pemuda yang SERING salat 5 waktu (30,2 persen), 3. Pemuda yang KADANG-KADANG salat 5 waktu (39,7 persen), 4. Pemuda yang TIDAK PERNAH salat 5 waktu (1,2 persen). Dari data di atas, agaknya boleh dikomentari bahwa: Pemuda kelompok “1” kurang dari sepertiga dari populasi pemuda Islam Indonesia, yang shalat. Umumnya kelompok ini berusaha untuk shalat berjamaah di masjid2. Mereka pantas disebut “ahli shalat” Pemuda kelompok “2” lebih dari sepertiga, biasanya mereka masih shalat tapi tidak 5 kali sehari semalam, kadang rutin ikutan shalat Jum’at. Terindikasi pada saban shalat Jum’at banyak masjid2 yang penuh. Alhamdulillah, banyak diantara kelompok “2” ini, kalau pas sekali waktu khatib berkhutbah materinya menyentuh qalbu ybs, bisa bergeser ke kelompok “1”. Diriku punya saksi yang pernah hidup menjadi taat shalat, semulanya hanya ikutan Jum’atan saja. Pemuda kelompok “3”, mendekati 40%, shalatnya “belang-bonteng”, kelompok ini condong mengabaikan shalat. Banyak diantaranya cenderung akan masuk ke kelompok “4” Bersyukur kita bahwa kelompok “4” populasinya hanya sedikit yaitu 1,2%. Akan tetapi bila kelompok “3” pindah ke kelompok “4”, maka yang terjadi kelompok 4 akan berjumlah 40,9% (39,7% + 1,2%) dibulatkan 41%. Mereka ini antara lain yang meramaikan shalat Idul Fitri, wajar jadinya “mbludag”, sampai masjid2 dan lapangan hampir tak muat, walau sudah lebih separoh penduduk Jakarta mudik. Mereka yang 41% inilah yang disebut “shalat tahunan” Sehingga dalam hal perilaku shalat jadinya terbagi menjadi 4 model: Pertama; “shalat harian”, diwakili oleh kelompok “1”. Mereka mengimani betul bahwa shalat bermanfaat dunia akhirat seperti tertuang dalam Al-Qur’an, surat Al-Ankabut ayat 45: إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Juga mendasarkan diri pada hadits: Dari Mu'adz bin Jabal, Nabi SAW bersabda: رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ. Artinya: "Inti segala perkara adalah Islam dan tiangnya yang merupakan shalat." (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no, 3973.) Dengan demikian kalau meninggalkan shalat akan merapuhkan tiangnya agama. Kedua; “Shalat Pekanan”, yaitu sekali sepekan diwakili oleh kelompok “2”, yaitu yang saban shalat Jum’at berusaha untuk hadir, setidaknya berusaha untuk jangan sampai tidak hadir di Jum’atan 3 kali berturut-turut. Agaknya untuk kelompok ini salah satu tauziah ustadz berhasil yaitu membawakan hadits: . من ترك ثلاث جمعات من غير عذر كتب من المنافقين “ Siapa saja yang meninggalkan tiga kali ibadah shalat Jumat tanpa uzur, niscaya ia ditulis sebagai orang kafir nifaq/munafiq” (HR At-Thabarani). Ketiga; “Shalat belang-bonteng”, yaitu tempo2 shalat, tempo2 tidak shalat, diwakili kelompok 3. Kolompok ini, ada yang mengatakan, “aku mengakui bahwa shalat itu penting, tapi hati ini masih belum tenang, percuma nanti shalat tidak khusuk”. Kelompok ini, bila kesibukan reda, waktu luang diapun shalat. Keempat; “Shalat tahunan”, yaitu 2 kali setahun pada saat Idul Fitri dan Idul Adha, biasa yang condong menjadi model ke empat ini adalah kelompok “3” dan “4” yang populasinya tidak kurang dari 41%. Khusus kelompok empat, dari hasil penelitian yang kita petik tak pernah shalat 5 waktu. Sebetulnya kolompok yang meninggalkan shalat ini sudah dapat digolongkan “murtad”. Cuma “murtad” masih terbagi pula dua type: Pertama “Murtad beralasan”, dalam hal dia tidak mendirikan shalat beralasan, sekarang masih terlalu sibuk pekerjaan, badan tidak bersih termasuk alasan hati belum tenang, tapi ybs tidak menolak bahwa shalat itu wajib. Kedua “Murtad sungguhan”, kalau diingatkan shalat, diajak shalat malah marah: “shalat saja situ, biar saya siap masuk neraka, orang shalat yang keadaannya ya begitu2 aja” dsbnya yang menunjukkan penolakan akan kewajiban shalat. Oleh karena itulah mungkin sekali lagi mungkin; shalat Idul Fitri dan Idul Adha bertambah kurang lebih 41% jumlah orang yang shalat (dari kelompok 3 & 4) sehingga “mbludag”, contoh di Jakarta walau sudah separoh penduduk mudik. Kalau di daerah “mludag”, lantaran orang mudik ikutan shalat, mungkin semua kelompok diatas ikutan shalat. Wallahu ‘alam bishawab. Semoga kita termasuk ahli shalat, selanjutnya shalat serta seluruh amal ibadah kita diterima Allah. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 2 Syawal 1445 H. 11 April 2024.

Sunday 7 April 2024

CELAKA Sesudah RAMADHAN

Disajikan: M. Syarif Arbi No.1.237.04-3.2024 Sebagai masukan menilai diri menjelang berpuasa hari ini, (hari ke 28 atau ada pembaca hari ke 27) di bulan Ramadhan 1445 H, ijin menyajikan tentang dapat saja kalau ada di antara kita “Celaka setelah Ramadhan” Mengacu kepada sebuah hadits Rasulullah ; قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ Artinya : “Nabi bersabda: Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di depannya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orangtuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya).” (HR. Tirmidzi). Terbatas ruang baca anda, ijin artikel hanya komentar: وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ ……….” “……… ……..“dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan,” ……….. Seharusnya Ramadhan sebagai media untuk mendapatkan ampunan Allah. Tetapi justru ada orang yang "Celaka" sesudah Ramadhan berlalu, karena tidak mendapat pengampunan Allah. Beberapa penyebab ybs tidak mendapatkan ampunan Allah: Pertama; Ybs membiarkan Ramadhan datang dan berlalu, tidak mengisinya dengan berpuasa dan ibadah2 lainnya, tanpa alasan syari'e. Padahal puasa adalah diwajibkan bagi orang beriman. كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ Kedua; Berpuasa dilakukan bukan dasar iman dan mengharap pahala dari Allah. Padahal ada jaminan Rasulullah ﷺ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760) Dari Abu Hurairah. Ketiga; Berpuasa masih saja melaksanakan hal2 yang dilarang Allah. Karena tidak sedikit orang yang berpuasa hanya memperoleh: كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i). Berpuasa misalnya masih saja: Berdusta, bergunjing, dan hal2 yang dilarang Allah sebab Rasulullah ﷺ bersabda: لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالَّرَفَث “Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1996 dan tahqiq Syaikh Al-A’zami berkata, ”Shahih”) Dulu juga ada orang yang tahan berpuasa, tetapi tidak melaksanakan shalat. Selain itu ada orang yang shalat namun tak kuat berpuasa. Apakah Berpuasa minus shalat dan shalat minus puasa termasuk juga dalam kelompok "celaka", dimaksud hadits di atas ? Wallahu 'alam bishawab. Kalau (berpuasa minus shalat dan shalat minus puasa) termasuk kelompok orang yang juga "celaka" berarti jadinya ada 4 kelompok orang sesudah Ramadhan berlalu tidak mendapat pengampunan dosa2nya dari Allah. Semoga puasa kita diterima Allah menyebabkan ampunan Allah setelah Ramadhan berlalu. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 28 Ramadhan 1445 H. 7 April 2024.

Friday 5 April 2024

Opname QALBU

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.236.04-2.2024 Bagi shaimin dan shaimat yang memulai shaum Ramadhan 1445 H pada tgl 11 Maret, bila 1 Syawal jatuh di tanggal 10 April maka mereka akan berpuasa di Ramadhan ini selama 30 hari. Maka pada hakikatnya selama 30 hari shaimin dan shaimat merawat qalbu. Bila diibaratkan perawatan di rumah sakit maka perawatan yang lama sampai sebulan terus menerus itu lazim dilakukan sebagai “rawat inap” atau dahulu sering disebut “opname” Manusia memiliki qalbu, sedangkan hewan hanya punya raga dan jiwa (roh). Bila terserang sakit, hewan hanya memungkinkan sakit Raga (badan) dan mungkin juga jiwa?? misalnya (Anjing Gila), (Sapi Gila). Adapun manusia dimungkinkan sakit Raga, sakit Jiwa dan sakit Qalbu. Sedangkan tumbuh2 an tidak bergerak hanya tumbuh, makanya disebut tumbuh2an, penyakitkan hanya raga. Banyak jenis penyakit qalbu, paling tidak ada delapan: Riya’, Sum’ah, Ujub, Taqabur, Dengki, Dendam, Bangga diri, dan Pemarah. Ikhtiar pengobatan rutinnya sih disediakan Allah tiap hari, dengan terapi shalat wajib, shalat sunnah, infak dan sadaqah serta kebaikan lainnya. Namun yang paling intensif di bulan Rhamadan ini, melalui "shaum Ramadhan" berikut amalan-amalan derivatifnya. Sebagai bahan renungan di ujung hari2 shaum kita Ramadhan 1445 H ini, ikhtiar penyehatan qalbu kita; ayo' kita renungkan apakah selama bulan Ramadhan kita sudah merelakan diri bangun tengah malam untuk siap sahur. Siang hari menahan lapar dan dahaga serta hawa nafsu lainnya. Juga membuka tangan untuk infak dan sadaqah. Malamnya membebani diri dengan tambahan shalat malam dan tahajud. Ramadhan-lah merupakan "OPNAME", mengobati qalbu kita selama 30 hari, agar sehat kembali setelah 11 bulan tiap hari hanya dengan terapi2 biasa. Seperti dikemukakan di atas, manusia tercipta sama dengan makhluk hewan terdiri atas Jasad dan Ruh. Pada jasad terpasang indra, syaraf, alat cerna, pembuluh darah, jantung, paru, empedu, ginjal, otak dengan seluruh pirantinya. Semua alat yang terpasang di jasad hanya bisa berfungsi selama di jasad masih tertanam RUH. Buktinya begitu Ruh meninggalkan Jasad, si jasad ndak kuasa berbuat apapun, jangankan berjalan, berbicara, sekedar merapatkan kelopak mata saja sudah ndak mampu. Hewan yg melata, merangkak maupun terbang, kalau begitu sama dengan manusia. Benar;................. hampir sama, hanya bedanya hewan2 itu tadi, tidak diberikan QALBU, tempat IMAN bersemayam. Rata-rata hewan dilengkapi akal setidaknya dengan akal itu hewan dapat bertahan hidup. Dapat diduga hewanpun punya perasaan bagaikan manusia. Contoh si kucing kadang bermanja-manja dipangkuan tuannya. Anjing, kuda, setia pada pemiliknya. Bahwa perilaku hewan yang demikian itu adalah wujud kepatuhannya kepada Allah, sebab makhluk selain manusia tidak disediakan OPSI seperti manusia (boleh patuh boleh tidak). Hewan mutlak patuh. Sekurangnya tertuang di 7 ayat di dalam Al-Qur’an memberitakan bahwa makhluk selain manusia bertasbih dengan cara patuh terhadap sunnatullah tanpa kreasi sebagaimana manusia. Kupetik salah satu ayat: يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ "Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah. Maha Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (Al-Jumu'ah surat 62: Ayat 1) Sedangkan manusia sengaja diciptakan Allah untuk ber OPSI dengan diberikan potensi فَاَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا "maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya," (Asy-Syams surat ke 91: Ayat 8) Oleh karena itu manusia lebih hebat dari hewan tapi terkadang lebih jelek lagi dari hewan. Manusia dibekali iman yang ada di qalbu berselaputkan RUH. Jasad hidup selama ada Ruh, tapi Ruh akan tetap hidup selamanya, walau sudah berpisah dengan jasad. Sebagaimana jasad, QALBU juga selama di dunia ini punya hak OPSI tadi, si qalbu juga dapat sakit/terganggu kesehatannya, sebagaimana jasad. Maha pengasih dan penyayang Allah, disediakan-Nya buat qalbu kita di OPNAME selama sebulan dalam setahun. Sakitnya jasad ikhtiar penyembuhannya melalui paramedis atau dokter. Banyak kadang biaya yang harus dianggarkan untuk mengobati jasad manakala sakit. Orang berduit kadang milyaran rupiah biaya berobat karena sakit tertentu harus berobat ke luar negeri. Usai Ramadhan, kebugaran Qalbu kita berwujud kematengan spiritual dan kepekaaan sosial dalam bingkai taqwa setelah di OPNAME melalui shaum Ramadhan selama sebulan, jangan sampai sakit kembali seperti yang diingatkan Allah: وَلَا تَكُوْنُوْا كَا لَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَا ثًا (Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali). An-Nahl 92. Semoga Allah memberikan kekuatan buat kita semua, untuk konsisten merawat qalbu kita, setiap hari walau Ramadhan telah berlalu. Aamiin. آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 27 Ramadhan 1445 H. 6 April 2024.

Tuesday 2 April 2024

SOMBONG

Disuguhkan: M. Syarif Arbi No: 1.235.04-1.2024 Penyebab kesombongan adalah; merasa diri lebih dari orang lain, merasa diri adalah orang terpandang, merasa orang lain tidak pantas menyamai dirinya. Indikasi bahwa diri seseorang “merasa diri lebih dari orang lain”, bilamana seseorang merasa paling pintar, merasa paling mampu, merasa paling benar, merasa paling kaya. Pokoknya merasa paling ……….. dari orang lain. Kesombongan adalah suatu perangai yang didorong oleh perasaan dari dalam diri seseorang. Walau perangai ini tidak disukai setiap orang, termasuk orang yang sombongpun tidak suka dengan orang lain yang sombong. Allah tidak menyukai orang yang sombong: إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا “………….Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri," (QS. An-Nisa' 4: Ayat 36) Rasulullah melalui riwayat dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim) Jadi orang sombong tidak disukai Allah dan Rasulnya juga tidak disukai manusia. Menyimak indikasi sombong dan peringatan dari nabi Muhammad saw di atas, rupa-rupanya setiap diri kita rentan dihinggapi penyakit sombong itu, barangkali di hati kita bukan hanya sebesar biji sawi tetapi mungkin kesombongan itu sudah lebih besar dari hati kita sendiri. Oleh karena itu kita harus menghindari sifat sombong itu sedapat mungkin. Apalagi dalam kaitan shaum Ramadhan, sombong akan mempengaruhi nilai shaum, misalnya merasa dirilah paling berbobot puasanya. Guna menghindari sifat sombong yang mungkin sesekali muncul dari dalam diri: Pertama; Tidak memposisikan diri lebih dari orang lain dalam segala aspek. Walau memang setiap manusia mempunyai kelebihan dari orang lain, akan tetapi harus disadari bahwa banyak terdapat kekurangan dari orang lain. Dalam hal ketaqwaan dan kesucian diri kita masing2, Allah Ta’ala berfirman: هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى “Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32). Nabi Muhammad saw mengingatkan “Janganlah engkau mengatakan dirimu suci, dirimu lebih baik: لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ “Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim no. 2142). Kedua; Menyadari bahwa manusia asal kejadiannya adalah sama, maka tidak sepantasnya merasa lebih dari orang lain. Sedangkan kekayaan, kejayaan, jabatan dan kepintaran semuanya datang dari Allah. Surah Az-Zariat ayat 58 إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ Artinya: Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. Ketiga; Jikalah dirasa bahwa diri mempunyai kekayaan, kepintaran, jabatan melebihi orang lain, haruslah dipahami bahwa itu merupakan karunia pinjaman Allah, dapat saja se-waktu2 ditarik kembali oleh Allah. Tidak sedikit orang kaya yang bangkrut tak sampai berbilang bulan, banyak terjadi orang pintar, sekejap mata kena penyakit, terganggu memori otak, hingga mengingat nama sendiripun sudah tidak mampu. Jabatan setinggi apapun akan berakhir. Sebagai perumpamaan Allah mengisahkan pemilik kebun termuat dalam surat Al- Kahfi 32 s/d 35 dan Al Qalam 17 s/d 26. Intinya Allah dapat memusnahkan kekayaan, jabatan dan kepintaran dalam sekejap sebagaimana halnya kebun yang diyakini akan dapat dipanen esok harinya, pada malam harinya telah musnah. Dikutip salah satu ayat tersebut: فَطَافَ عَلَيْهَا طَآئِفٌ مِّنْ رَّبِّكَ وَهُمْ نَآئِمُونَ "Lalu kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur." (Al-Qalam Ayat 19) Seperti hadits dikutip diatas: لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّة Semoga kita dapat menghilangkan sifat sombong di dalam diri ini, ngeri…….., karena sebesar biji sawi saja sombong ada di diri ini tak akan masuk surga, آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 24 Ramadhan 1445 H. 3 April 2024.

Saturday 30 March 2024

NASIHAT

Susunan: M. Syarif Arbi No. 1.234.03.2024. Teman yang baik, tak segan menasihati temannya, manakala awak sudah ada tanda2 kelewat jalur........ Pisang Nipah tumbuh di taman. Buahnya nyangkut dikabel listrik Jangan ogah dinasihati teman. Walau nasihatnya tak menarik. Nasihat memang harus diserap dari mana dan dari siapapun datangnya, sebab tak ada manusia yang sempurna,....... يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْاِ نْسَا نُ ضَعِيْفًا "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah." (An-Nisa' ayat 28). Sebagai apapun diri, apalagi pembuat kebijakan untuk orang banyak, harus terbuka terhadap nasihat. Nasihat kadang wujudnya berupa kritik. Justru Allah ingin memberi keringanan kepada kita dalam hidup ini, makanya ada pihak lain yang membantu a.l. berwujud nasihat. Sebab manusia diciptakan bersifat lemah, serba kekurangan. Orang yang ndak mau saling beri nasihat; akan merugi,.... اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَفِيْ خُسْرٍ ۙ "Sungguh, manusia berada dalam kerugian," (Al-'Asr ayat 2) Orang yang tak sudi menerima nasihat, misalnya hanya mau memberi nasihat boleh jadi inipun tergolong orang yang merugi juga, karena di ayat berikut ada kata "saling".( وَتَوَا صَوْا ) malah diulang 2 kali. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَا صَوْا بِا لْحَقِّ ۙ وَتَوَا صَوْا بِا لصَّبْرِ "kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta SALING menasihati untuk kebenaran dan SALING menasihati untuk kesabaran." (Al-'Asr ayat 3). Rasulullah Muhammad s.a.w. saja berkenan menerima nasihat atau saran. Terekam dalam sejarah Islam tentang beberapa peristiwa Nabi Muhammad s.a.w menerima dan melaksanakan nasihat, diantaranya nasihat dari seorang sahabat dan dari istri beliau. Nasihat dari sahabat “Hubab bin Mundzir”. Ketika dimulai perang Badar, Rasulullah s.a.w. mengumpulkan pasukannya di lokasi sebelum sumur Badar. Tapi seorang sabahat yang ikut dalam pasukan bernama Hubab bin Mundzir melihat tempat tersebut tidak tepat. Dengan sopan dia bertanya “ya Rasulullah apakah penentuan tempat ini wahyu dari Allah?”. Begitu mendapat jawaban bahwa penentuan tempat itu adalah inisiatif pribadi Nabi Muhammad s.a.w., maka Hubab bin Mundzir mengusulkan agar memajukan pasukan setelah sumur Badar, dan menutup sumber mata air yang lain. Sehingga pasukan Rasul menguasai air, dan pasukan lawan tidak punya sumber air. Usulan, nasihat atau saran ini diterima oleh Rasulullah s.a.w. dengan senang hati. Dan pasukan dimajukan ke depan sumur Badar. Kejadian yang sama terulang di saat pengepungan benteng-benteng Khaibar. Berkumpul pasukan Rasul terlalu dekat ke benteng. Lagi-lagi Hubab bin Mundzir menasihatkan agar pasukan diperjauh dari benteng Khaibar berjarak lebih jauh dari sepelesatan anak panah, agar tidak disasar oleh panah-panah orang Yahudi. Rasulullah pun menerima nasihat ini. Peristiwa ini menampakkan dua pesan penting dalam beragama, dalam bermasyarakat, serta dalam interaksi pemimpin dan yang dipimpin, tentang memberikan/menerima kritik dan nasihat. Pertama; Bagi orang beragama, terlebih dahulu mencari tau apakah kebijakan yang diambil pemimpin adalah sudah sesuai petunjuk Allah. Bila itu merupakan petunjuk Allah maka tak perlu dibantah {(سَمِعْنَا وَأَطَعْنَ) “kami dengar dan kami taati”} Kedua; Kritik atau nasihat harus disampaikan dengan sopan, beretika. Sehingga yang dikritik tak merasa disalahkan, tidak merasa digurui. Ketiga; Nasihat dari “Hubab bin Mundzir”, dilengkapi dengan argumentasi yang logis di perang Badar “soal cadangan air” yang sangat penting buat pasukan bila perperangan berlangsung lama. Di pengepungan benteng Khaibar “soal jarak jangkauan anak panah musuh”, jangan sampai mudah menyasar kepada anggota pasukan. Nasihat dari Ummu Salamah. Ketika selesai perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah bersama para sahabat batal melaksanakan umrah, dan diganti tahun depannya. Maka Beliau menyuruh para sahabatnya untuk menyembelih dam (tahallul) dari ihram mereka. Tapi mereka belum mau melaksanakannya sama sekali. Walaupun sudah sampai 3 kali Rasulullah memerintahkannya. Lalu Beliau bangkit dan masuk ke tenda istri Beliau Ummu Salamah. Tampak sekali Beliau kurang berkenan dengan sikap para sahabat (mencuekkan perintah Beliau). Rasulullah ceritakan keadaan tersebut kepada Ummu Salamah. Maka Ummu Salamah menyarankan agar Rasulullah keluar kemah pergi sendiri, tidak bicara apapun, membawa hewan lalu menyembelih hewan dam itu, selanjutnya memanggil tukang cukur lalu bercukur. Nasihat Ummu Salamah ini diterima oleh Nabi Muhammad s.a.w dan dikerjakannya. Para sahabat begitu melihat Beliau seperti itu, semua mereka langsung menyembelih dam masing-masing. Begitulah Baginda Nabi berkenan menerima saran atau nasihat. Perilaku Rasulullah di atas, banyak diambil sebagai I’tibar bagi orang2 bijak, misalnya sebagai kepala rumah tangga. Sang ayah menyuruh anak-2-nya berbuat sesuatu (kebaikan), menyuruh ibadah, memberikan contoh dengan melakukannya sendiri terlebih dahulu apa2 yang disuruhnya. Dalam terminology agama dikenal dengan “Dakwah bil Hal”. Begitu pula harapan kita semua, sehubungan dengan sebentar lagi akan dialami pergantian pemimpin bangsa ini, semoga para pemimpin sanggup memberikan teladan dalam berbuat kebaikan, satunya kata dengan perbuatan. “Berkata dengan perbuatan”, tapi bukan “berbuat dengan perkataan”. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ “Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.” آميّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــال اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 21 Ramadhan 1445 H. 31 Maret 2024.

Friday 29 March 2024

KUNCI – ISTIQAMAH

Dirangkai: M. Syarif Arbi No. 1.232.03.24 Banyak artikel tentang “Istiqamah” dapat ditelusuri di Medsos, ijin ikutan. Kata istiqamah (استقامة) berasal dari bahasa Arab yaitu istiqama, yastaqimu, istiqamah, yang artinya tegak lurus. Dalam artian luas, istiqamah berarti bersikap teguh untuk melakukan suatu kebaikan, membela dan mempertahankan keimanan menjalankan tuntunan agama secara terus menerus, kendati banyak menghadapi halangan dan rintangan, serta godaan. Bagi mereka yang sanggup istiqamah Allah menganugerahkan hal2 seperti tersurat dalam Al-Qur’an: إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَـٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمۡ تُوعَدُونَ -٣٠ - نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِىٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ -٣١- نُزُلاً۬ مِّنۡ غَفُورٍ۬ رَّحِيمٍ۬ - ٣٢ "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." "Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang." (Fushshilat ayat 30-32). Dikaitkan dengan shaum Ramadhan maka ke “istiqamah” an menjadi hal yang penting untuk mempertahankan Iman, menegakkan Islam, meningkatkan Ibadah, memperluas Ilmu, memperbanyak Ikhsan (kebaikan) kepada sesama, dan ikhlas dalam melaksanakan semuanya itu, dilatih secara intensif selama sebulan. Agar semua rangkaian Iman, Islam, Ibadah, Ilmu, Ikhsan dan ikhlas itu tidak berubah sesudah bulan Ramadhan maka harus di ikat dengan “Istiqamah” yakni scara terus menerus dan konsisten. Banyak terjadi bahwa “Kematangan spiritual” dan “Kepekaan sosial” yang diperoleh dalam bulan Ramadhan, akan berkurang bahkan dapat saja hampir menghilang usai Ramadhan. Hal ini sebetulnnya telah diingatkan Allah dengan suatu perumpamaan, mari kita lihat surat An-Nahl ayat 92: وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَـٰثًۭا Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, ………….” Agar sesudah Ramadhan tetap berada dalam “Istiqamah” baik pegang KUNCI “3 D” berikut ini: “D” Pertama; Do’a. Setiap saat usai shalat misalnya; berdoa agar hati kita tetap istiqamah dan tidak mudah berubah. Di antara doanya, يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ "Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)" (HR at-Tirmidzi). “D” Kedua; Dekati orang2 shaleh. Bergaul, berkumpul dengan orang-orang yang shaleh yang mengantarkan pada kebaikan. Karena perilaku, tutur kata, penampilan orang2 shaleh senantiasa terkendali dibawah bimbingan Allah. Hal tersebut diperintahkan Allah dengan ayat berikut ini. وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya." (QS al-Kahfi: 28). Ayat ini menyimpan makna agar kita senantiasa bersama orang-orang yang shaleh sebab bersama mereka bukan hanya bisa menenangkan hati namun juga mendorong diri untuk selalu berbuat baik. “D” Ketiga; beribah “Dikit-2”. Beribadah tidak usah di paksa sebanyak mungkin, tetapi berusaha beribadah terus-menerus walaupun hanya sedikit, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ Artinya, "Amalan yang paling dicintai di sisi Allah ta'ala adalah amalan yang dilakukan secara terus-menrus (dawam) walau jumlahnya sedikit." (Muttafaqun 'Alaih). Lebih baik, sedikit-sedikit tapi terus menerus, daripada banyak tetapi sekali-sekali. Sampai dalam bersedekah saja Allah memberikan panduan (Surat Al-Furqan ayat 67): وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًۭا Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Semogalah Ramadhan ini menjadikan kita bertaqwa kepada Allah, mendapatkan kematangan spiritual dan kepekaan sosial hal mana terpelihra secara istiqamah salama hayat dikandung badan. آمِيّنْ… آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 18 Ramadhan 1445 H. 28 Maret 2024.

Disela KHAWATIR dan YAKIN

Disajikan: M. Syarif Arbi No: 1.233.03.24 Hari ini shaum Ramadhan udah dijalani lebih separoh, waktu tersisa untuk setiap orang agaknya beda.Mengenai perbedaan merasakan sisa Ramadhan untuk tiap orang mungkin jika dikelompokkan: Kelompok Pertama; Ada yang merasa sudah semakin ringan, sebab sudah lebih banyak yang dijalani ketimbang hari2 yang masih akan tempuh. Kelompok Kedua; Ada pula yang merasakan semakin berat, sudah merasa banyak energi terkuras, badan semakin lemah. Fakta menunjukkan jamaah shalat isya dan tarawih sudah semakin “maju”. Warung2 bertabir semakin banyak menampakkan kaki di siang hari. Buat kelompok “ke dua” ini sudahlah, namun tetap di-do’a-kan semoga imannya dikuatkan Allah, karena puasa diperuntukkan buat orang2 yang beriman, bagi yang tak beriman tidak wajib berpuasa. (Al-Baqarah 183) “……………………..يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa………..” Kelompok ke Tiga; Tak sanggup lagi shaum lantaran sudah ada udzur, misalnya berpenyakit kronis yang justru akan bertambah sakit jika shaum. Di usia lanjut banyak organ pencernaan yang sudah tak tahan diajak puasa, dulu ketika usia dibawah 80 sangat rajin puasa2 sunnah, apalagi puasa wajib seperti bulan Ramadhan. Tetapi kini saban puasa sakit-sakitan, entah perut entah kepala, kadang gula darah turun sampai hampir pingsan, atau tekanan darah melambung, dlsbnya. Buat kelompok ke empat ini Allah berikan fasilitas tersurat pada ayat 184 Al-Baqarah: ”……………… وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ …………….” “………………..Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. ……………”. Kelompok Ke-Empat; Ada pula yang biasa2 saja, karena bagi yang bersangkutan soal “shaum” telah terbiasa dilaksanakan bukan saja di bulan Ramadhan, Senin Kamis dan yaumul bidh, sudah familier. Masalah shalat berjamaah di masjid kesehariannyapun diusahakan demikian adanya. Bagi kelompok empat ini masing2 perlu saling mengingatkan bahwa dalam beibadah termasuk “shaum” haruslah di dalam diri diterapkan perasaan khawatir, harap2 cemas apakah shaum Ramadhan yang dilaksanakan dan shaum2 sunnah lainnya “diterima Allah atau tidak”. Sikap kekhawatiran ibadah tidak terterima oleh Allah, bukan suatu hal yang mustahil karena ada tersurat dalam Al-Mu’minun ayat 60 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُونَ "dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan (sedekah) dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya," Nabi Muhammad menjelaskan ayat ini kepada Aisyah (Istri beliau) bahwa yang dimaksud ayat ini adalah: “orang yang berpuasa, orang yang bersedekah dan orang yang shalat, namun khawatir amalannya tidak akan diterima” (HR Tirmizi dan Akhmad) Rasa khawatir ini mempunyai sekurangnya tiga dampak positif: 1. Akan lebih berhati-hati dalam melaksanakan shaum, berusaha menjauhi hal2 yang membatalkan, mengurangi nilai shaum, bukan saja mempuasakan perut, tetapi juga mempuasakan indera, mempuasakan lisan dan pikiran jahat. 2. Tidak merasa sombong bahwa awaklah yang paling………. Hebat ibadahnya, paling rajin berpuasanya, tidak membanding diri dengan kelompok yang tidak berpuasa. 3. Selalu berserah diri kepada Allah, karena hak untuk menerima atau menolak suatu ibadah adalah mutlak milik Allah. Dalam pada itu, ketika beribadah kitapun harus yakin se yakin2nya bahwa sepanjang dilandasi niat yang lurus, tulus ikhlas dan sudah sesuai dengan petunjuk Allah dan tuntunan Rasulullah, Insya Allah ibadah akan diterima oleh Allah, ditemukan paling tidak 6 ayat yang menegaskan Allah tidak akan me-nyia2kan orang yang melakukan kebaikan diantaranya dikutip berikut ini: وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ "Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan." (Hud 11 ayat 115) Antara Khawatir dan Yakin dalam beribadah ini perlu dipelihara secara seimbang karena dengan khawatir akan didapat 3 dampak disebut diatas, dengan “Yakin” maka kita akan semakin tekun beribadah karena yakin hasilnya akan dipetik di dunia terlebih di akhirat nanti. Semoga Allah menerima seluruh ibadah kita semua. آمِيّنْ… آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 19 Ramadhan 1445 H. 29 Maret 2024.

Tuesday 19 March 2024

KAGUM DIRI

Rangkuman: M. Syarif Arbi No: 1.231.03.24 Seseorang kagum terhadap diri sendiri, sebenarnya tak bermasalah buat orang lain, sepanjang kekaguman itu tidak ditonjolkan, tidak dibanggakan kepada orang lain. Dorongan bathin “kagum diri” atau “Ujub”, biasa dimiliki orang-orang yang sukses dalam masyarakat, orang yang sukses dalam hidup. Si Sukses menyatakan bahwa sukses dirinya lantaran kerja kerasnya, lantaran usahanya yang sungguh-sungguh dan lantaran kepiawaiannya, lantaran kecerdasannya, lantaran kekuatannya. Ada lagi orang yang sukses disuatu bidang usaha, menyatakan bahwa usahanya tidak ada pesaing, karena kreasi dirinya yang dijadikannya produk usahanya itu belum ditemukan orang sebelumnya, orang lain tak akan sanggup mencontohnya. Bilamana datang orang meminta bantuan kepada orang yang “UJUB”, atau “Kagum Diri” ini, kalaupun dibantu, kadang dengan disisipi pesan berkesan bahwa peminta bantuan “pemalas”. Selanjutnya kepada peminta bantuan oleh si “Ujub” diberi nasihat dengan kata-kata misalnya: “Kalau ingin sukses seperti saya ikuti langkah saya, saya bangun setiap hari sebelum pukul 4 dini hari dan langsung membaca buku……., sejak pagi membanting tulang memeras keringat bekerja keras tidak malas berpangku tangan” dan seterusnya contoh-contoh lain diberikannya. Padahal tidak baik sedekah itu diiringi kata2 yang tidak mengenakkan penerima, seperti tersirat makna diungkapkan Al-Qur’an: قَوْلٌ مَّعْرُوْفٌ وَّمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَّتْبَعُهَاۤ اَذًى ۗ وَا للّٰهُ غَنِيٌّ حَلِيْمٌ "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun." (Al-Baqarah ayat 263) Kagum diri atau Ujub, adalah penyakit bathin yang inti pokoknya dalam pernyatannya semua keberhasilannya adalah karena usahanya. Penyakit “kagum diri” diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 78: قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِىٓ ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِۦ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْئَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ "Dia (Qarun) berkata, "Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku." Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka." Sikap kagum diri seperti dilakukan Qarun, tidak disukai Allah karena: اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ "Allah melapangkan rezeki bagi orang yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang membatasi baginya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Al-'Ankabut ayat 62). Benar; bahwa sebagai sarana untuk sukses itu adalah ikhtiar yang sungguh-sungguh, akan tetapi keberhasilan adalah ketentuan dari Allah. Tidak sedikit contoh di alam terbentang ini, para petani dengan lahan yang berdempet, ditanami dengan tanaman yang sama, dirawat dengan cara yang sama, namun hasil panennya berbeda. Toko dengan mata dagangan yang sama, di lokosi bersebelahan, tetapi omset tidak sama. Jelaslah bahwa seperti yang dimaksud ayat 62 Al-Ankabut dipetik di atas (اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَآءُ مِنْ عِبَا دِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ) Pemilik sifat “kagum diri” atau “UJUB”, dapat saja Allah akan jungkir balikkan; dari semula sukses, berjaya, menjadi bangkrut terhina seperti pernah terjadi pada diri Qarun; tercantum dalam Al-Qur'an surat Al Qashas ayat 81, فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ “ Lalu, Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri”. Semoga shaum Ramadhan ini membuat kita semua lebih berserah diri kepada Allah dan tidak menjadi orang yang lupa diri saking kagumnya dengan prestasi. آمِيّنْ… آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 10 Ramadhan 1445 H. 20 Maret 2024.

Wednesday 13 March 2024

RIYA’ & SUM’AH

Disusun: M. Syarif Arbi No: 1.230.03.24 Riya’ dan sum'ah sebenarnya beda tipis; “riya’” artinya melakukan ibadah dengan niat agar dipuji dan mendapat penghargaan dari orang lain, dengan cara memperlihatkan. Sedangkan “sum’ah” berarti memberitahukan atau memperdengarkan amal ibadah yang dilakukan, kepada orang lain dengan tujuan mendapat pujian dan sanjungan. Perbedaan Riya’ dan Sum'ah adalah dari caranya, yakni sum'ah dengan “memberitahukan”, riya’ “menampakkan atau memperlihatkan” ibadah, di mana tujuan keduanya sama-sama ingin mendapat pujian dari orang lain. Riya’ asal katanya adalah رَأَى (ra’aa) yang maknanya melihat, artinya pelaku riya’ tersebut bermaksud memperlihatkan amalannya ketika dia melakukannya. Sedangkan sum’ah asal katanya adalanya سَمِعَ (sami’a) yang maknanya mendengar, artinya pelaku sum’ah tersebut bermaksud memperdengarkan amalannya setelah dia melakukannya. “Barang siapa yang berdiri karena riya’ dan sum’ah, maka Allah akan memperlihatkan aibnya." (HR. Ahmad) Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda: مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ Terjemahan kurang lebih: “Siapa yang memperdengarkan amalanya (kepada orang lain), Allah akan memperdengarkan (bahwa amal tersebut bukan untuk Allah). Dan siapa saja yang ingin mempertontonkan amalnya, maka Allah akan mempertontonkan aibnya (bahwa amalan tersebut bukan untuk Allah). (HR. Bukhari) Menyoal “Riya” dan “Sum'ah”, Allah SWT berfirman: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُبۡطِلُوۡا صَدَقٰتِكُمۡ بِالۡمَنِّ وَالۡاَذٰىۙ كَالَّذِىۡ يُنۡفِقُ مَالَهٗ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ‌ؕ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلۡدًا ؕ لَا يَقۡدِرُوۡنَ عَلٰى شَىۡءٍ مِّمَّا كَسَبُوۡا ؕ وَاللّٰهُ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الۡـكٰفِرِيۡنَ "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (Al-Baqarah 264). Di bulan Ramadhan selain shaum, ada beberapa amalan sunah yang dianjurkan diantaranya meningkatkan tadarus Al-Qur’an, shalat malam, memperbanyak sedekah. Dua penyakit bathin berupa “riya’ ” dan “sum’ah”, rawan menghinggapi diri, berkenaan dengan ibadah2 tersebut. Misalnya seseorang yang demikian tekun membaca Al-Qur’an sehingga dapat menghatamkan beberapa kali selama bulan Ramadhan. Bilamana orang tersebut terpancing mempermaklumkan kepada orang lain bahwa dirinya sudah hatam sekian kali baru saja Ramadhan berjalan sekian hari. Maka pertanda bahwa dianya sudah terkena “sum’ah”, jika pengumuman itu dimaksudkan untuk memperoleh apresiasi dari pihak yang diberi tau. Atau adapula orang yang rajin bersedekah misalnya kepada panti asuhan atau Lembaga sosial lainnya selama Ramadhan ini. Umpamanya ybs mengabarkan kepada orang lain misalnya dengan redaksi “Alhamdulillah di Ramadhan ini saya sudah menyantuni panti asuhan ….. sekian juta, semoga santunan saya itu diterima Allah”. Walau pengumuman itu diawali dengan “Alhamdulillah” dan ditutup dengan “do’a”, pernyataan itu sudah masuk dalam kategori “sum’ah”. Adapun sum’ah dapat digolongkan menjadi dua model. Model pertama “sum’ah berfakta”, yaitu apa yang diumumkannya itu, betul2 telah dilaksanakan. Contoh diatas bahwa benar dianya membaca Al-Qur’an seperti dikatakannya, begitu pula sedekahnya bahkan ada kwitansinya. Model kedua adalah “sum’ah yang hoaks”, yaitu apa yang diumumkannya itu sebetulnya belum terjadi. Sum’ah model kedua ini sangat fatal. Sementara itu “Riya’ ”, seperti definisi diatas, mempertontonkan perilaku beribadah untuk mendapat sanjungan manusia dapat berupa: Riya’ penampilan, berpenampilan ahli ibadah dengan niat ingin dinilai sebagai orang alim. Riya’ ucapan, misalnya dalam melantunkan ayat2 Al-Qur’an didalam hati terbetik keinginan dinilai bacaannya paling baik. Riya’ kegiatan ibadah, misalnya mempublish kegiatan ibadah dirinya boleh jadi berupa foto sedang beribadah, dengan ini ingin mendapatkan penilaian sebagai ahli ibadah. Baik “riya’ ” maupun “sum’ah”, tergantung niat yang terkandung di dalam hati, “pengumuman” tentang ibadahnya apakah untuk memotitasi orang lain, “menampakkan” ibadah apakah untuk memberikan contoh, insya Allah akan beda dengan bila diniatkan untuk mendapat apresiasi manusia. Masalah niat adalah masalah hati, soal hati kita masing2 Allah-lah yang paling tau. Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita, terbebas dari unsur “riya’ ” dan “sum’ah” آمِيّنْ… آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 3 Ramadhan 1445 H. 13 Maret 2024.

Monday 11 March 2024

PENGGERAK SHAUM

Oleh: M. Syarif Arbi. No: 1.229.03.24 Penggerak shaum Ramadhan setiap individu berbeda. Faktor yang membedakannya sekurangnya ada lima y.i. faktor: usia, kesehatan, kegiatan, kebiasaan dan iman. FAKTOR Pertama USIA. Anak orang keluarga muslim yang mukmin, sudah mulai ingin ikut sahur, sejak balita. Bahkan kecewa berat kalau ketika sahur dia tidak dibangunkan. Namun puasa mereka tidak bertahan sampai maghrib. Kadang hanya setengah atau seperempat hari. Setelah meningkat usia 5 tahun ke atas banyak anak yang sudah berpuasa bagaikan orang dewasa. Kenikmatan puasa kelompok ini merasa puas telah menunjukkan dianya sudah besar, bukan anak-anak lagi. Namun kemampuan phisik belum mendukung. Orang usia lanjut kadang ada yang sudah tak mampu lagi berpuasa, model ini kemampuan phisik sudah tidak mendukung. Di atas ditulis "muslim yang mukmin". Karena muslim belum tentu mukmin. Sedangkan mukmin berarti bukan sekedar telah memeluk Islam tetapi telah meningkat menjadi beriman. Keluarga yang beriman dalam keseharian kegiatan beribadah telah terlaksana mengakar di rumah tangga keluarga tsb. Anak-anak yang lahir di keluarga ini Insya Allah, sejak dini, sejak dia mulai ngerti, langsung sudah melihat kegiatan ibadah. Maka si anak/balita akan jadi ahli ibadah. FAKTOR Kedua KESEHATAN. Seringkali kesehatan menghalangi berpuasa. Jika berpuasa malah sakitnya dikhawatirkan bertambah parah. O.k.i. dengan kasih sayang Allah diberikan keringanan melalui firman Allah: فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍ ۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّـکُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ"............ Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. ..... ...... . “ (QS. Surat Al-Baqarah: Ayat 184) FAKTOR Ketiga KEGIATAN. Pekerja keras menggunakan phisik kadang tak mampu berpuasa. Sebagai bahan informasi buat kelompok ini, bahwa perang Badr itu berlangsung ummat Islam sedang puasa Ramadhan hari ke 17. Manapula puasa pertama kali. Saya kutipkan ayat: .......... وَمَاۤ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ".......... “Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”, (QS. Al-Anfal 8: Ayat 41) Pertanyaan; seberat apakah pekerjaan itu, berat mana dengan pertempuran di terik matahari padang pasir, jarang ada pohon tempat berlindung. Mereka berpuasa. Menyoal kegiatan travelling atau safari. Ada kekhususan diberikan Allah keringanan tersurat di ayat 185 Al-Baqarah: "........وَمَنْ کَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّا مٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِکُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِکُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُکْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمْ وَلَعَلَّکُمْ تَشْكُرُوْنَ “Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah ayat 185). Dalam konteks travelling tsb pernah kami bersama istri thn 2012 di hari pertama di bulan Ramadhan, menuju Saudi, sahur di Jakarta. Kami fikir kegiatan di perjalanan toh tidak berat, maka lanjut berpuasa. Sesampainya di bandara King Abdul Azis, waktu Jakarta sudah pukul 6 petang keliwat, seharusnya sudah berbuka. Tapi kami harus menahan dahaga dan lapar 4 jam an lagi, disana matahari masih bersinar terang benderang. Dari keadaan itu barulah ku-sadar betapa hebatnya Allah mengatur kemudahan untuk melaksanakan ibadah puasa dengan memberikan fasilitas bagi yang sedang travelling diayat di atas. اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّا مٍ اُخَرَ............dst. Al-Qur'an turun sebelum ada perjalanan dengan pesawat terbang, tetapi sudah dipersiapkan oleh Allah aturan kemudahan pengguna pesawat terbang ketika berpergian. FAKTOR ke empat KEBIASAAN. Kembali kita umpamakan keluarga yang mukmin, terbiasa dalam keluarga tsb menjalankan shaum. Katakanlah salah satu anak kelak setelah besar misalnya karena pekerjaan atau sekolah, pindah ke suatu kota berjauhan dengan ortu, dimana di lingkungan baru terkondisi tidak ada orang yang berpuasa. Karena panggilan kebiasaan ybs tak nyaman kalau tidak puasa. Kebiasaan membuat orang bisa melaksanakan, ada pepatah “kalah bisa karena biasa”. FAKTOR ke lima IMAN Iman inilah justru pendorong paling kuat orang berpuasa. Justru memang puasa ini adalah ibadah ditujukan kepada orang yang beriman. Sebagaimana sering menjadi topik bahasan para ustadz bln Ramadhan: يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Al-Baqarah: Ayat 183) Saya masukkan faktor iman yang terakhir, justru faktor iman inilah yang paling penting. Sebab tanpa iman orang ndak tahan menahan lapar dan dahaga, juga tanpa landasan iman, puasa hanya dapat lapar dan dahaga saja. Demikian renungan shaum Ramadhan hari ini, semoga bermanfaat. Terimakasih telah sudi membaca, mohon maaf bila ada kekurangan. Semoga puasa Ramadhan kita berikut amalan2 sunah pengiringnya diterima Allah. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 2 Ramadhan 1445.H. 12 Maret 2024.

Sunday 10 March 2024

Masuki RAMADHAN, saling MEMAAFKAN

Disusun: M. Syarif Arbi No. 1.228.03.24 Sebagian masjid di Jakarta jauh2 hari sudah mengumumkan per hari Ahad tanggal 10 Maret 2024 sudah mulai menggelar shalat tarawih, berarti Senin 11 Maret sudah mulai berpuasa bulan Ramadhan 1445 H. Sejak beberapa hari menjelang Ramadhan menjadi kelaziman ummat Islam untuk melakukan persiapan dengan “membersihkan diri” agar nanti ketika menjalankan shaum Ramadhan dengan hati yang lapang. Sehingga insya Allah setiap diri berhasil meraih taqwa sebagai tujuan akhir melaksanakan puasa Ramadhan, (seperti yang di kehendaki Allah melalui Al-Baqarah 183 = “la’allakum tattaqun”). Sejumlah persiapan “membersihkan diri” dimaksud, salah satu diantaranya adalah “membersihkan rohani”, meliputi dua hal yaitu: a. membersihkan dosa kepada Allah b. membersihkan dosa sesama mahluk Allah Butir “a” MEMBERSIHKAN diri dari dosa kepada Allah, telah kutulis pada artikel sebelum ini no: 1.227.03.24 tgl 10 Maret 2024, kemarin Dikesempatan ini tentang “membersihkan diri” dari dosa sesama mahluk Allah. Dosa kepada sesama makhluk Allah SWT terbagi dua yaitu: “dosa ke sesama manusia” dan “dosa kepada mahluk Allah lainnya”. Dosa kepada makhluk Allah lainnya penyesaiannya dengan berbuat baik dan bertobat kepada Allah. Sedangkan “dosa kepada sesama manusia” lebih kompleks penyelesaiannya, harus diklirkan di dunia ini dengan meminta maaf dan ridha dari orang dimana kita berbuat dosa. Kalau manusia yang didosai masih hidup dan jelas alamatnya, maka masalahnya adalah lebih mudah yaitu dengan mendatanginya dan meminta maaf dan ridhanya!......... Tapi, kalau yang bersangkutan sudah meninggal dunia, atau tidak ketahuan dimana tinggalnya, sehingga tidak bisa diketemukan orangnya, maka persoalannya menjadi agak sulit. Dibawah ini dikutipkan fatwa Imam Ghazali. Dosa terhadap sesama manusia itu terdapat dua jenis: PERTAMA; terhadap hartanya. Dosa mengenai harta, disepakati hendaklah dikembalikan atau diserahkan dalam keadaan sebaik-baiknya kepada pemiliknya. Atau diganti dengan barang yang lebih baik. Atau kalau tidak mampu mengembalikan dan mengganti hendaklah meminta maafnya dan ridhanya. Kalau orangnya sudah meninggal dunia, hendaklah diserahkan kepada ahli warisnya. Kalau tidak ketahuan dimana ahli warisnya hendaklah diwakafkan atas namanya untuk kemaslahatan agama dan masyarakat, dengan niat menitipkannya kepada Allah SWT sebagai pembayar dosa tersebut, demikian fatwa dan pendapat lmam Ghazali. KEDUA; dosa atas sesama manusia yang bukan mengenai hartanya, misalnya mengenai kehormatannya, apakah pernah memfitnahnya, atau memakinya, atau menghinanya, kalau mungkin hendaklah dengan meminta maaf dan ridhanya. Itulah cara yang utama dan terbaik. Kalau tidak mungkin, karena orangnya sudah meninggal dunia atau tidak diketahui tempatnya, atau akan mengakibatkan huru hara, hendaklah dengan berendah diri dihadapan Allah SWT, seraya menyesali dosa yang diperbuat dan bertaubat, serta bersedekah atas nama yang bersangkutan dengan niat memohon kepada Allah SWT supaya pahala dari amal kebaikan itu cukup kiranya untuk membayar dosa yang diperbuat. Padahal bila dosa sesama manusia belum terselesaikan maka di akhirat nanti akan terjadi seperti dikisahkan; didalam satu hadits Rasulullah SAW dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَدْرُوْنَ مَاالْمُفْلِسُ؟ قَالُوا اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَدِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ هِ فَإِنْ فُنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَ مَا عَلَيْهِ أُخِذَا مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ Rasulullah bersabda: Tahukah kamu, siapakah yang dinamakan orang yang bangkrut? Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya dirham (uang) dan tidak pula punya harta benda. Sabda Nabi: Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang datang dihari kiamat membawa shalat, puasa dan zakat. Dia datang tapi pernah mencaci orang ini, menuduh (mencemarkan nama baik) orang ini, memakan (dengan tidak menurut jalan yang halal) akan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang ini. Maka kepada orang tempat dia bersalah itu diberikan pula amal baiknya. Apabila amal baiknya telah habis sebelum hutangnya lunas, maka, diambil kesalahan orang itu tadi lalu dilemparkan kepadanya, sesudah itu dia dilemparkan ke neraka (HR. Muslim). Orang tersebut menjadi bangkrut, karena walaupun datang dengan membawa amal seperti shalat dan puasa, namun menzalimi orang lain, merampas hak orang lain, maka kesalahan orang yang pernah ia zalimi ditimpakan pula kepadanya, maka jadilah ia orang yang bangkrut bahkan menjadi orang celaka. na’udzubillah. Memohon maaf sesama, juga memberikan maaf. Sungguh memberi maaf kadang lebih sulit ketimbang meminta maaf. Allah memberikan informasi di Al Bakarah 263 yang lebih utama adalah memberikan maaf. قَوْلٌ مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآ أَذًى ۗ وَاللَّهُ غَنِىٌّ حَلِيمٌ "Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya, Maha Penyantun." Andaikan setiap diri, setiap hari menjelang tidur mengingat perjalanan harian, selanjutnya dengan ikhlas memaafkan siapun yang bersalah kepadanya, siapapun yang telah menzaliminya (sebagaimana dimaksud ayat di atas), maka dunia ini bersih dari dosa sesama. Berdasarkan riwayat Abdullah bin Amr, ada seorang di masa Rasulullah masih hidup, diberitahukan Rasulullah akan masuk surga tanpa dihisab, salah satu amalannya, setiap malam sebelum tidur dia ingat-ingat siapa yang melakukan kesalahan kepada dirinya dan langsung dimaafkannya tanpa dendam didalam hatinya. Dalam kesempatan ini; kita semua sedang dan atau akan shaum Ramadhan, saya pun mohon dimaafkan kepada para pembaca, apabila muatan tulisan2 saya terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Begitupun saya dengan tulus memaafkan buat pembaca yang pernah berkomentar “kurang tegak”, menanggapi “tidak manis” atau menilai “negatif” terhadap tulisan2 saya, itu akan saya jadikan bahan evaluasi/masukan, agar niat saya menulis untuk menebar kebaikan berlanjut terus selagi mampu, “tidak surut walau di carut”, “tak melonjak manakala di sorak”. Mudah2an selalu mendapat pertolongan dan ridha Allah, karena sejak semula niat mempublish tulisan2 bukan mengharapkan penilaian, hanya sekedar sharing. Semoga ROHANI kita semua telah bersih sebelum memulai shaum Ramadhan, seluruh dosa kepada Allah diampuni, semua salah hilaf sesama telah saling memafkan. .... آمِيّنْ… آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Jakarta, 1 Ramadhan 1445 H. 11 Maret 2024.

Sambut RAMADHAN dengan TAUBAT

Disajikan: M. Syarif Arbi No. 1.227.03.24 Pembaca semuanya yang sempat membaca artikel ini, Alhamdulillah bahwa kita masih di berikan Allah kesehatan, kesempatan dan usia sehingga insya Allah dapat berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan. Ketika artikel ini sampai ke ruang baca anda, Ramadhan 1445 H sudah tiba, mungkin sehari atau dua hari lagi. Saban menjelang Ramadhan, ummat Islam melakukan beberapa persiapan agar manakala sampai di bulan Ramadhan tersebut dapat melaksanakan ibadah dengan maksimal. Sehingga insya Allah setiap diri berhasil menjadi hamba Allah yang taqwa sebagai tujuan akhir melaksanakan puasa Ramadhan, (seperti yang di informasikan Allah melalui Al-Baqarah 183 = “la’allakum tattaqun”). Sejumlah persiapan perlu dilakukan oleh setiap diri dimaksud, salah satu diantaranya adalah “membersihkan rohani”, meliputi dua hal yaitu: a. membersihkan dosa kepada Allah b. membersihkan dosa sesama manusia. Mengingat terbatasnya ruang baca, perihal “membersihkan rohani” butir “b” tentang “membersihkan dosa sesama manusia”, insya Allah akan di tulis di artikel berikutnya. MEMBERSIHKAN dosa kepada Allah. Allah akan mengampuni dosa-dosa kita seberapapun banyaknya, asalkan kita mau bertaubat dengan sungguh2 taubat dikenal dengan “Taubatan Nashuhaa”. “………...يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُم “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan kesalahanmu………………..” (At-Thahrim 8). Sebagai acuan boleh kiranya kita simak Kisah Wahsyi “Dari Abbas ra. Berikut ini: “Wahsyi, pembunuh Hamzah ra. paman Rasulullah SAW. Menulis surat kepada Rasulullah SAW dari Mekkah, yang menyebutkan bahwa sesungguhnya dianya ingin masuk Islam, namun katanya: “yang menjadi penghalangku untuk masuk Islam adalah ayat Al-Qur’an yang turun kepada Anda”, yaitu: وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًا "dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat,"(Al-Furqan ayat 68). “Aku telah melakukan tiga perkara itu, sekarang apakah aku berpeluang untuk bertaubat” ?. …... (kata Wahsyi). Kemudian turun firman Allah SWT. إِلَّا مَنْ تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صٰلِحًا فَأُولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنٰتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا "kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Al-Furqan ayat 70) Rasulullah SAW pun membalas surat Wahsyi dengan ayat itu. Wahsyi menulis surat lagi yang isinya menyebutkan tentang syarat taubat, yaitu beramal saleh, dalam surat itu Wahsyi menulis “aku tidak tahu apakah aku dapat melakukan amal saleh atau tidak” ?. kemudian turun firman Allah SWT. إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِۦ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَشَآءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًۢا بَعِيدًا "Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu) dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali." (An-Nisa' ayat 116). Rasulullah SAW pun membalas surat Wahsyi dengan ayat 116 surat An-Nisa. Wahsyi menulis surat lagi yang isinya menyebutkan tentang syarat taubat yang juga terdapat dalam ayat tersebut, dan “aku tidak tahu apakah aku mendapatkan ampunan atau tidak ?”. turun firman Allah SWT,. قُلْ يٰعِبَادِىَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلٰىٓ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَّحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ "Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Az-Zumar yat 53). Rasulullah SAW pun membalas surat Wahsyi dengan ayat 53 surat Az-Zumar itu. Wahsyi tidak lagi melihat ada syarat taubat yang berat baginya dalam ayat tersebut, maka dia pun bertolak menuju Madinah dan masuk Islam. Naah pembaca, kisah di atas baik kiranya untuk bahan banding buat diri masing2, kuat dugaan, dosa kita semua, belum seberat dosanya Wahsyi. Sedangkan Wahsyi saja diampuni Allah, dengan demikian, insya Allah bila kita bertaubat dengan sungguh2 Allah akan bersihkan diri kita dari dosa kepada Allah. Bahwa setiap bani Adam berdosa, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW, كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ. “Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang bertaubat”. (HR.Tirmidzi). Semoga ROHANI kita semua telah bersih dari dosa2 kepada Allah dan dosa2 kapada sesama sebelum memulai shaum Ramadhan. مِيّ.... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Dikesempatan ini saya mohon maaf lahir dan bathin atas segala salah dan hilaf, termasuk apabila dalam tulisan2ku kurang mengena di hati para pembaca. Jakarta, 29 Sya’ban 1444 H. 10 Maret 2024.

Sunday 3 March 2024

Meredam Dendam

Dirangkai: M. Syarif Arbi No: 1.226.03.24 Dimaklumi bahwa kebanyakan kalau orang tengah sukses, sedang terpandang biar kita tak ikutan ngawaninya, banyak relasi dan kawan yang merapat kepadanya. Mungkin anda pernah punya teman akrab di sekolah dulu, atau teman sepermainan masa kanak2, atau bahkan masih terkait family, kini jadi orang terpandang atau pernah jadi orang terpandang. Ketika ybs jadi orang terpandang, terjadi perubahan, jadinya dianya terkena "flu sombong". Belagu ndak pernah akrab. Kesombongan terindikasi; Kalau ketemu pas ada acara dihadiri banyak orang, seolah tak pernah kenal. Ingin ketemu harus protokoler. (ini sih ok lah orang terpandang padat acara). Bila pas berhasil ketemu demikian formil, menghindar diajak berdialog pakai "bahasa ibu", bahasa ketika masih sesama anak2. Jika nanti predikat terpandangnya sudah menghilang, biasanya penyakit "Flu Sombong" pun langsung berkurang menuju hilang. Dalam kasus ada teman ataupun family ketika sukses, terpandang lantas sombong, kemudian "jatuh". Sikap yang bijak adalah menerima dengan baik kembali dia sebagai teman atau sebagai keluarga. Hendaklah bersemboyan begini: Khusus yang masih ada pertalian darah (hubungan family). Bila sudah tidak berjaya lagi, dikala relasi dan kawannya telah menjauh, bagaimanapun sanak kerabat yang bertalian darah tak akan dapat diputuskan. Kata pepatah Melayu "Tetak air tak kan putus". (Maksud pepatah= air tidak dapat dipotong, sama dengan pertautan hubungan keluarga). Kalau ybs semula adalah kawan akrab, ketika sukses, terpandang sempat nyombongi kita. Juga dimaklumi kawan dan relasinya sudah menjauh ketika dia sudah "jatuh". Kalau dia tidak kita terima mendekat kembali lalu dia bakal tak ada teman. Jika kedudukan sudah jatuh. Semua yang akrab jadi menjauh. Mantan anak buah sudah tak patuh. Relasi bisnispun menjadi tak acuh. Bila sudah dalam kondisi begini, sahabat anda tadi “terima Kembali”, kan ada pepatah "1000 kawan belum cukup tapi 1 musuh sudah terlalu banyak". Jika hati ini masih berkata-kata, hati ini masih ingat ketika sahabat kita itu, ketika family kita itu masih berjaya dan sombong. Segeralah ingat pesan Allah di dua ayat berikut ini: الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَا قِهٖ ۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ "(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi." (Al-Baqarah ayat 27) وَا لَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَا قِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَ رْضِ ۙ اُولٰٓئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْٓءُ الدَّا رِ "Dan orang-orang yang melanggar janji Allah setelah diikrarkannya, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah agar disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itu memperoleh laknat dan tempat kediaman yang buruk (Jahanam)." (Ar-Ra'd ayat 25). Silaturahim diperintahkan Allah untuk disambungkan. Artinya termasuk kalau pernah putus tautkan kembali. Bagi yang memutus silaturahim disetarakan dengan melanggar janji kepada Allah, disetarakan dengan membuat kerusakan dimuka bumi. Naudzubillahi min dzalik. Semoga ayat di atas meredam dendam kita terhadap seseorang yang tadinya pernah menyombongi kita, bahkan mungkin mendzalimi kita, atau melecehkan kita, menghina kita, ketika dianya tengah berjaya. آمِيّنْ... آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 23 Sya’ban 1445 H 4 Maret 2024

Saturday 24 February 2024

IBLIS Dipintu IKHLAS

Oleh: M. Syarif Arbi No: 1.225.02.24 Umpama kata, nilai ibadah itu tersimpan aman di dalam Brankas, untuk membuka nilai ibadah itu perlu kunci dan juga nomor kombinasi. Maka kuncinya adalah IKHLAS, sedangkan nomor kombinasinya adalah di laksanakan ibadah itu sesuai Contoh Rasulullah Muhammad ﷺ. Ikhlas suatu istilah mudah diucapkan, tapi sangat2 sulit untuk di realisasikan. Ikhlas dalam pengertian ibadah kepada Allah secara sederhananya adalah beribadah tanpa mengharapkan apapun dari selain Allah. Beramal hanya se mata mata karena Allah, mengharapkan balasannya hanya dari Allah. Kesulitan manusia dalam strata iman yang tinggi sekalipun untuk berlaku ikhlas, karena hidup kita di bumi ini didampingi Iblis yang sudah mendapat izin Allah melencengkan manusia dari ikhlas. Allah dalam dialog dengan Iblis antara lain terdapat dalam ayat 78 sampai 81 surat Shad. Diantara dialog itu Iblis menjawab: قَا لَ فَبِعِزَّتِكَ لَاُ غْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَ ۙ Demi kemuliaan-Mu, pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Shad ayat 82). Iblis bertekad menyesatkan manusia dengan cara datang dari berbagai arah: ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ "kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (Al-A'raf ayat 17) Contoh godaan Iblis ke Ahli Ibadah: Tiap hari tak pernah lupa bersedekah. Lidah selalu bergoyang berzikir dan bibirnya selalu basah dalam kalimat thayyibah . Tentu tak usah diragukan lagi ibadah wajib olehnya dilaksanakan dengan baik dan khusyuk karena Allah, sedangkan ibadah yang sunah saja hampir tak pernah luput, Iblispun dari PINTU IKHLAS ini bukan tidak berpeluang masuk, mendatangi dari kanan, yaitu melalui karib kerabat dan sobat; di informasikan apresiasi orang dan masyarakat yang mengenalnya bahwasanya dianya diketahui ahli ibadah. Pertanda Iblis berhasil masuk dari “Pintu Ikhlas”, maka tatkala si ahli ibadah mulai merasa ketaatan dan keikhlasannya beramal/beribadah itu diketahui orang, menjadi perbincangan masyarakat, diapun menjadi termotivasi meningkatkan frekuensi amal/ibadahnya. Sedekah yang biasanya 10rb setiap hari, ditingkatkan jadi 20rb sampai 30rb. Zikir yang biasa dilakukan diperbanyak dan pengucapannya diperjelas. Pokoknya semenjak diketahui orang akan amal/ibadahnya ybs meningkatkan amal/ibadahnya baik kualitas maupun kuantitas. Jika sudah seperti ini, berarti Iblis telah berhasil menunggunya di pintu IKHLAS. Selanjutnya PERANGKAP IBLIS telah MENGANGA untuk diarahkannya kepada ahli ibadah yang ikhlas itu tadi. Iblis punya PERANGKAP DI PINTU IKHLAS yang siap untuk memerangkap orang-orang ikhlas dalam beribadah. Karena kasih sayang Rasulullah ﷺ kepada ummatnya, beliau ajarkan do'a untuk menghindari PERANGKAP IBLIS, kepada sahabat utamanya ABU BAKAR. Diketahui dalam sejarah Islam bahwa Abu Bakar sahabat nabi yang begitu kuat imannya. Akan tetapi masih perlu diajari nabi do'a ini, apalagi kita2 ini yang imannya mungkin tak seujung rambutpun bila dibanding dari Abu Bakar sahabat utama Nabi Muhammad ﷺ, itu. Tentu do'a itu dimaksudkan Nabi Muhammad ﷺ. bukan hanya untuk Abu Bakar namun untuk kita semua agar terhindar dari PERANGKAP IBLIS yang masuk dari pintu IKHLAS. Do'a tsb sbb: اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ , وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ Allahumma inni a'udzu bika an usyrika bika syaian waanaa a'lamu waastaghfiruka lima laa a'lamu. Ya Allâh! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan (syirik) yang menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya; dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui. (Imam Bukhari dlm AL ADAB AL MUFRAT dan At Tirmidzi dlm NAWATIR AL USUL). Contoh godaan Iblis di tulisan ini hanya buat ahli ibadah, hal yang sama dapat dilakukan Iblis buat Ahli Dakwah, Da'i idola ummat, para penghafal Al-Qur'an, para ustadz dan ustadzah, juga penulis artikel2 dakwah, para darmawan, tidak terkecuali diseluruh strata. Oleh karena itulah agaknya senantiasa kita berdo'a seperti yang diajarkan Rasululllah Muhammad ﷺ, kepada sabat beliau Abu Bakar dikutip di atas. Semoga kita tidak masuk PERANGKAP IBLIS yang menunggu di PINTU IKHLAS. آمِيّنْ... آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 15 Sya’ban 1445 H 25 Februari 2024