Thursday 31 May 2018

Pendorong puasa

Merasakan puasa setiap individu berbeda. Faktor yg membedakannya sekurangnya ada lima y.i. faktor: usia, kesehatan, kegiatan, kebiasaan dan iman.
FAKTOR USIA
Anak orang keluarga muslim yang mukmin, sudah mulai ingin ikut sahur. Bahkan kecewa berat kalau ktk sahur dia tdk dibangunkan. Namun puasa mereka tdk bertahan sampai magrib. Kadang hanya setengah atau seperempat hari. Stlh meningkat usia 5 thn ke atas bnyk anak yg sdh berpuasa bagaikan orang dewasa. Kenikmatan puasa klompok ini merasa puas tlh munjukkan dianya sdh besar, bukan anak-anak lagi. Namun kemampuan phisik blm mendukung.
Orang yg usia lanjut kadang ada yg sdh tak mampu lagi berpuasa, model ini kemampuan phisik sdh tdk mendukung.
Di atas ditulis "muslim yg mukmin". Karena muslim blm tentu mukmin. Sdgkan mukmin berarti bukan sekedar tlh memeluk Islam ttpi telah meningkat menjadi beriman. Keluarga yg beriman dlm keseharian kegiatan beribadah tlh terlaksana mengakar dirumah tangga keluarga tsb. Anak-anak yg lahir di keluarga ini Insya Allah, sejak dini, sejak dia mulai ngerti, langsung sdh melihat kegiatan ibadah. Maka si anak/balita akan jadi ahli ibadah.
FAKTOR KEDUA
Kesehatan. Seringkali kesehatan menghalangi berpuasa. Jika berpuasa malah sakitnya dihawatirkan bertambah parah. O.k.i. dengan kasih sayang Allah diberikan keringan melalaui
berfirman Allah:
ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍ ۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّـکُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
"............ Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. ..... ...... . "
(QS. Surat Al-Baqarah: Ayat 184)
FAKTOR KETIGA
Kegiatan, pekerja keras menggunakan phisik kadang tak mampu berpuasa. Sbg bahan infornasi buat kelompok ini, bahwa perang Badr itu berlangsung ummat Islam sdg puasa Ramadhan hari ke 17. Manapula puasa pertama kali.
Saya kutipkan ayat:
.......... وَمَاۤ اَنْزَلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعٰنِ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"..........Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 41).
Pertanyaan; seberat apakah pekerjaan itu, berat mana dg pertempuran di terik matahari padang pasir, jarang ada pohon tempat berlindung. Mereka berpuasa.
Zaman kini, hari ini 13 hari puasa, barusan saya milihat di jalan seorang pengemudi terselip rokok dibibirnya. Mungkin alasan ybs kerja berat seharian di jalan raya.
FAKTOR ke empat KEBIASAAN
Kembali kita umpamakan keluarga yg mukmin, terbiasa dalam keluarga tsb menjalankan puasa. Katakanlah salah satu anak kelak stlh besar misalnnya karena pekerjaan atau sekolah, pindah ke suatu kota berjauhan dg ortu, dimana dilingkungan baru terkondisi tdk ada orang yg berpuasa. Karena panggilan kebiasaan ybs tak nyaman kalau tdk puasa. Kebiasaan membuat orang bisa melaksanakan.
FAKTOR ke lima IMAN.
Iman inilah justru pendorong paling kuat orang berpuasa. Justru memang puasa ini adalah ibadah ditujukan kpd orang yg beriman. Sbgm sering menjadi topik bahasan para ustadz bln Ramadhan:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,"
(QS. Surat Al-Baqarah: Ayat 183)
Saya masukkan faktor iman yg terakhir, justru faktor iman inilah yg paling penting. Sebab tanpa iman orang ndak tahan menahan lapar dan dahaga, juga tanpa landasan iman puasa hanya dpt haus dan dahaga saja.
Dmkn renungan hari ke 13 puasa Ramadhan qt smg bermanfaat. Tksb tlh sudi membaca, mhn maaf bila ada kekurangan. Barakallahu fikum Wslm. M. Syarif Arbi.

No comments:

Post a Comment