Friday 29 May 2020

Memaknai IKHLAS

Ikhlas bukan perkara mudah, Niat Ikhlas hanya untuk Allah, beramal semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah. Tidak bermaksud lain, seperti untuk mendapat penghargaan dari manusia, penghargaan dari atasan atau bawahan. Kemudian kebaikan itu tidak diiringi mengungkit-ngungkitnya. “Seperti kalau bukan karena saya………….”.

Rangkaian kebaikan dapat saja misalnya, ikut berperan besar dalam membangun sarana ibadah, katakanlah masjid. Akan batal amal tersebut, bila setelah berjalan sekian lama masjid terbangun, timbul perasaan ingin mendapat pujian dari manusia, timbul keinginan untuk mendapatkan penghargaan dari masyarakat, lantas ngomong “Masjid itu, tidak akan jadi seperti itu kalau bukan lantaran saya”  atau kadang diamalan kebaikan lain, lebih indah lagi ditambah dengan kata “Alhamdulillah bulan Ramadhan lalu saya telah menyantuni sekian...... anak yatim”.

Hati2 juga, pengungkapan kata ikhlas itu sendiri, kadang "sebagai indikator bahwa tidak ikhlas".

Misalnya seseorang memberikan sumbangan yg lumayan, kemudian dlm kesempatan itu menyatakan kpd orang lain atau katakanlah kpd pihak penerima sumbangan; ".............sumbangan yg saya berikan ini Ikhlas karena Allah...........".

Sekali lagi hati2 kalau dg pengungkapan kata2 tsb bila terselip di dlm hati agar orang yg mendengar atau penerima sumbangan itu "supaya mengetahui bahwa dianya (sbg penyumbang)  adlh seorang yg ikhlas". Dg dmkn tersirat harapan ingin diketahui orang bahwa dianya ikhlas. Padahal tujuan ikhlas tdk mengharapkan diketahui manusia ttg keikhlasan itu.

Lain halnya ketika dua pihak usai bertransaksi, stlh nego.............., berjabat tangan, salah satu pihak untuk ketenangan bathinnya bertanya "ini ikhlas???". Pihak yg lain menjawab "ikhlas2 karena Allah".

Keikhlasan juga batal. Misalnya pernah membantu seseorang, sehingga orang tersebut sukses. Setelah orang itu sukses, diomongkan bahwa kesuksesan orang itu adalah lantaran dia. Mungkin juga benar, tapi hal ini telah membatalkan kebaikan, seperti debu di atas batu tertimpa hujan lebat.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِا لْمَنِّ وَا لْاَ ذٰى ۙ كَا لَّذِيْ يُنْفِقُ مَا لَهٗ رِئَآءَ النَّا سِ وَلَا يُؤْمِنُ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ ۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَا نٍ عَلَيْهِ تُرَا بٌ فَاَ صَا بَهٗ وَا بِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَا للّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْـكٰفِرِيْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir."
(QS. Al-Baqarah ayat 264).

Biar aman....... DUA HAL yg Tak usah DI-INGAT2 selama kita hidup agar tak membatalkan amal dan nambah dosa:
1. Jangan mengingat-ingat kebaikan kita, spy tidak keprucut me-nyebut2nya.
2. Jangan mengingat-ingat kesalahan orang kpd kita spy tidak jadi pendendam.

Semoga apapun ibadah dan kebaikan yg kita lakukan terlaksana dg ikhlas karena Allah semata, agar hasilnya dpt ditemui nanti di alam akhirat.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّـــوَعَلَيْكُمُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 7 Syawal 1441 H.
30 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment