Saturday 9 May 2020

BERDO'A untuk generasi PENERUS

Berdo'a untuk generasi penerus mrpk syarat ke 5 dari 7 syarat diampuni dosa, tersirat di surat Al-Ahqaf 15-16.

Bahwa tidak semua orang berkeluarga, dikaruniai Allah keturunan. Orang yang beriman memandang bahwa keturunan adalah amanah titipan Allah yang harus dijaga, dibina dengan sebaik-baiknya.

Agama mengisyaratkan bahwa anak bagi orang tuanya berpotensi  bermacam-macam yaitu:

a)     Anak berpotensi menjadi fitnah atau cobaan, seperti dimuat dalam surat Al Anfal ayat 28 dari Al-Qur’an:

وَا عْلَمُوْۤا اَنَّمَاۤ اَمْوَا لُكُمْ وَاَ وْلَا دُكُمْ فِتْنَةٌ ۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar."

Kata pepatah orang Jawa “Anak polah Bopo kepradah”, maksudnya bila anak bertingkah laku yang tidak baik, orang tua akan terkena imbasnya. Misalnya; seorang anak yang tidak sopan, tidak ramah terhadap tetangga, tidak ramah terhadap sanak family lain yang berkunjung ke rumah, acuh, sombong dan macam-macam lagi perilaku negatif si anak. Orang lain akan mengkaitkan kepada orang tuanya. “Dasar orang tua tidak tau mendidik anaknya” demikian kira-kira umpatan dan gunjingan orang. Bukankah hal ini menjadikan fitnah, padahal tak kurang-kurang ibu dan bapak telah menurunkan nilai-nilai kebaikan kepada anak keturunannya, tapi memang kadang ada saja penyimpangan.

Bukan sedikit anak ustadz  yang murtad, tidak jarang anak pak haji dan bu haji perbuatannya keji. Tak kurang pula anak pak guru dan bu guru yang perilakunya tak patut ditiru.

Ini barang kali ilustrasi penjelasan dari isyarat Allah di atas tentang anak-anak akan menjadi cobaan atau fitnah. Semoga tentunya anak-anak kita tidak terkelompok menjadi sumber fitnah atau cobaan tersebut. Disini pentingnya do'a, karena apalah daya kita, hanya bisa ikhtiar semata. Kadang sdh tak kurang nasihat tempo2 dg keras, tempo2 dg lemah lembut namun tak jarang Ortu kecewa. Si generasi penerusnya tak sesuai harapan.

b)    Anak berpotensi menjadi musuh seperti dimuat di dalam  Al-Quran surat At-Tagabun  ayat 14.

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَا جِكُمْ وَاَ وْلَا دِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَا حْذَرُوْهُمْ ۚ وَاِ نْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِ نَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Diantara peringatan Allah di atas mengenai anak bahwa, anak berpotensi menjadi musuh, oleh karena itu hendaklah bersikap berhati-hati atau waspada terhadap mereka. Selanjutnya dalam mendidik harus mengedepankan pendidikan dengan persuasive  bukan dengan memarahi dan penuh maaf.

Tidak sedikit kita baca di media cetak, dengar dan lihat di layar kaca bahwa seorang anak tega menyakiti dan bahkan sampai membunuh orang tuanya, hanya lantaran si orang tua tak sanggup memenuhi permintaannya si anak akan sesuatu. Beginilah potret seorang anak yang setelah besar/dewasa menjadi musuh.

c. Menjadi investasi amal seperti disebutkan di dalam surat yasin 12

اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰ ثَا رَهُمْ ۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَا مٍ مُّبِيْنٍ
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)."

Tentu harapan kita semua, agar anak kita kelak menjadi investasi amal setelah kita meninggal dunia dan menjadi penyejuk mata penentram hati selama kita masih hidup di dunia.

Yang akan dibawa mati adalah amal yang pernah dibuat selama hidup, amal buruk akan diterima pembalasan berupa keburukan pula. Demikian juga perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan pula. Selanjutnya selama hidup ada bekas-bekas yang kita tinggalkan di dunia hasil perbuatan kita semasa hidup. Salah satu bekas tersebut adalah anak-cucu-cicit keturunan kita. Anak keturuan yang baik, anak keturunan yang shaleh akan berdampak dan mengalir terus kebaikan itu untuk menambah amal kita meskipun jasad kita sudah kembali menjadi tanah, atau lamaaaa di dalam kubur.

Apakah kita tergolong orang yang bernasib mempunyai anak keturunan kelompok menjadi FITNAH, atau anak keturunan dengan kelompok menjadi MUSUH atau beruntung mempunyai anak keturunan yang menjadi INVESTASI. Upaya atau ikhtiar yang harus dilakukan adalah:

a.     Memberikan pendidikan yang baik terutama tentang iman, akhlaq dan nilai keagamaan kepada anak sejak dini.

b.     Menciptakan kondisi keluarga dan lingkungan yang baik untuk tempat anak-anak kita bergaul bermasyarakat sejak anak-anak, remaja sampai beranjak dewasa.

c.      Ditengah tulisan ini saya kemukakan bahwa tidak sedikit terjadi penyimpangan meskipun sudah dilakukan upaya “a” dan “b, di atas, makanya untuk itu jangan lupa terus menerus setiap waktu, setiap sesudah shalat berdo'a seperti yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an surat  Al Furqan ayat 74. seperti dibawah ini:

وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
"Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."

Semoga Allah mengabulkan do’a tersebut sebab pada akhirnya ketentuan Allah jua yang berlaku ditengah usaha kita.

Satu lagi yang perlu diperhatikan, untuk anak-anak kita semasa mulai dapat ber-aktifitas sekitar umur lebih setahun dan selanjutnya. Jangan sampai dipamerkan kepada orang bahwa si anak “nakal” si anak “cerewet” dan kata-kata yang mewakili perilaku yang tidak baik. Disamping ucapan orang tua merupakan do’a, juga bagi si anak terekam dalam memorinya, bahwa dirinya “nakal”, dirinya “cerewet”, dirinya “bandel” dan lain-lain yang tidak baik dan ketidak baikan itu dilegalisir dan bahkan dibanggakan oleh orang tuanya. Ini menyebabkan setelah tumbuh menjadi anak remaja yang bersangkutan cenderung untuk membuktikan bahwa dianya “nakal”, “cerewet” , “bandel” dan segala hal yang tidak baik pernah di capkan terhadap dirinya.

Dalam kaitan Korona ini, disamping mendo'akan keselamatan seluruh bangsa dan ummat manusia, lbh khusus kita berdo'a smg Allah melindungi diri kita, anak cucu keturunan kita dari wabah ini. Dng dmkn dpt menjadi generasi penerus yg merupakan investasi buat akhirat kita. Aamiin.

Para pembaca mari tetap kita sisipkan do'a smg wabah virus Korona ini sgr diangkat Allah dari dunia ini.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 17 Ramadhan 1441 H.
10 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment