Wednesday 27 May 2020

PELAJARAN dari JENAZAH

Empat kewajiban "kifayah" thdp Jenazah,  dlm Islam:
1. Memandikan.
2. Mengkafankan.
3. Menshalatkan.
4. Memakamkan.

Kewajiban tsb termasuk dilaksanakan bagi jenazah meninggal diduga covid 19. Hanya teknis pelaksanaannya menggunakan protokol yg tlh ditetapkan.......

Dalam keadaan nomal, bila kita menyaksikan jenazah sdg dimandikan dan dikafani....... Dapat memberikan pelajaran yg dpt dipetik. Jenazah bagaimanapun gagahnya selama hidup, di siram air di gosok, diapakan saja tdk bereaksi sama sekali. Selanjutnya di kafani. Sudah tdk ada bedanya Raja dan Rakyat, si kaya dan si miskin semuanya hanya dibungkus kain kafan. Mungkin yg membedakan;  kalau si kaya kafannya disediakan oleh keluarganya, sedang si miskin kain kafannya dari sumbangan yayasan sosial pengurus jenazah.

Menyaksikan dan menshalatkan janazah adlh sangat dianjurkan oleh Rasulullah Muhammad. Bila memungkinkan sampai mengantar ke liang lahad.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّىَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ  . قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ  مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ
"Barangsiapa yang menyaksikan janazah sampai ia men shalatkannya, maka baginya satu qirath. Lalu barangsiapa yang menyaksikan janazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qirath." Ada yang bertanya, "Apa yang dimaksud dua qirath?" Rasulullah s.a.w. lantas menjawab, "Dua qirath itu semisal dua gunung yang besar." (HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945).

Itulah makanya apabila ada yg meninggal, bila keluarga, biar jauh berlainan kotapun kelazimannya sanak keluarga datang. Bila yg meninggal tetangga, pantas-pantasnya tetangga terdekat betapapun sibuk bisnisnya menyempatkan datang kerumah duka. Untuk seakidah, menshalatkan, jika sempat mengantar ke pemakaman.

Ganjaran 1 qirath atau 2 qirath itu tentulah didapatnya nanti di akhirat. Itu juga berapa besarnya gunung itu tergantung kadar keikhlasan.

Boleh jadi makmum yg shalat jenazah di shaf paling belakang dpt ganjaran sebesar gunung Rinjani, sementara imamnya malah sebesar bukit pasir mainan anak-anak ditepi pantai bila keikhlasan tipis. Ekstrimnya malah mungkin ada yg ndak dpt apapun jika shalat jenazahnya sekedar ikut lantaran malu ama tetangga. Atau malah shalat jenazah ingin dpt imbalan.

Maaf;...... ada kearifan lokal suatu tempat yg membiasakan memberikan amplop kpd jamaah yg menshalatkan jenazah. Nilai di dalam amplop tergantung tingkat kekayaan si mayit. Nah dlm hal ini, bila,.......  sekali lagi bila berdirinya imam maupun makmum di shalat jenazah itu terbersit niat untuk mendapat kan imbalan isi amplop itu mungkin tak dapat lagi "qirath" itu (wallahu 'alam bishawab).

Ikut prosesi jenazah penting sebagai nasehat dan pelajaran seperti diungkapkan Rasulullah:
Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).

Bgt pentingnya ikut menshalatkan dan mengantarkan jenazah ke pemakaman sampai termasuk fardhu kifayah karena banyak dpt dipetik pelajaran a.l.:

1. Menyadarkan bahwa diri kita sendiri pasti akan mati. Mati cepat semasa masih muda atau lambat setelah tua, tapi mesti bakal dialami. Guna mempersiapkan diri untuk bekal ketika mati nanti.

2. Bgt seorang mati maka semua manusia sama, betapapun tingginya jabatan semasa hidup, betapa banyakpun harta tak ada bedanya si kaya dan simiskin, pejabat tinggi dan rakyat jelata. Ukuran liang lahad segitu juga. Smg mengikis penyakit hati sombong, berbangga diri.

3. Setidaknya beberapa saat setelah prosesi pemakaman, terjadi kilas balik didiri dlm menjalani hidup ini, seberapa banyak sdh dosa dilakukan, sekecil apa tabungan pahala kebaikan yg tlh diperbuat. Guna bertaubat dan memperbanyak amal ibadah serta amal kebaikan sesama manusia.

Dari Janazah kita meliat, betapapun gagahnya semasa hidup, kini sudah tdk berdaya lagi. Ketika jenazah dimandikan disiram air, walau sampai masuk ke hidung, mayit sdh tdk bereaksi lagi.

Nah kalaulah stlh menshalatkan jenazah, mengantar ke kubur, masih tdk teringat sekurangnya 3 pelajaran di atas, mungkin ini pertanda bahwa "hati tlh mati", sblm kita mati.

Bagi pemilik "hati yg mati".
Do'anya Allah tak kan peduli.
Begitu menurut Ibrahim bin Adham
(seorang alim awal abad ke dua hijriah di Irak,  menjadi referensi).

Semoga Allah menjadikan kita, sidang pembaca, setiap ada kerabat, keluarga yg meninggal dpt memetik pelajaran. Berguru dari jenazah. Sebelum menjadi Jenazah.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 5 Syawal 1441 H.
28 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment