Sunday 3 May 2020

Potret INSAN

Kiranya di suasana "stay at home" terkait wabah virus Korona. Mumpung sdg shaum,...... dan tafakur dirumah, mari kita menelusuri diri ini !!!

Manusia diciptakan memiliki 4 kepribadian yaitu:

Pertama; Kepribadian hewani, sehingga ada yang mengatakan “manusia adalah hewan yang berakal dan dapat ngomong”.

Kedua; kepribadian syaitan, selalu mengajak dan cendrung berbuat kejahatan.

Ketiga; kepribadian Malaikat, hanya berbuat baik dan mengabdi kepada Allah.

Keempat; kepribadian Insani,  condong berbuat taqwa, disaat yang sama berpotensi berbuat fujuraha (nista).

Kepribadian Insani, tidak melulu seperti hewan yang hanya mempunyai nafsu makan, tidur dan reproduksi, walau nafsu itu dipunyai oleh Insani. Manusia yang potensi “taqwaha”nya menonjol akan makan yang halalan thayyibah, tidur untuk memenuhi sunatullah bagi kesehatan dan hubungan reproduksi sesuai koridor yang dibenarkan oleh norma agama masing-masing.

Kepribadian Insani tidak hanya seperti syaitan yang inginnya hanya berbuat kejahatan saja, karena sejahat-jahatnya manusia tetap saja ada sisi baiknya, di lain pihak sebaik-baik manusia bila dicari pasti ada jeleknya. Oleh karena itu maka setiap rakaat kita sholat ada do’a duduk diantara dua sujud berupa beberapa permohonan kita ajukan kpd Allah. Diantara  permohonan itu  "WAJBURNII"
“Lindungi diriku (ya Allah) dari tersingkapnya aibku”.

Sebab jika aib kita di dunia ini dibukakan Allah, maka tidak seorangpun diantara kita tidak punya aib....... Makanya dalam agama Islam membuka aib seseorang digolongkan ghibah, sedang ghibah adalah sesuatu yang sangat dilarang dengan ancaman “memakan bangkai saudara kita yang sudah mati”,  (QS. Al-Hujurat ayat 12)

وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًا ۗ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ

"dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik".

Kecuali ghibah yang dihalalkan antara lian membuka aib seseorang demi kepentingan pengadilan.

Kalaulah aib kita di dunia ini dibukakan Allah maka mungkin anda tidak sanggup keluar rumah lantaran teramat malu. Aib itu mungkin akan terbuka juga di akhirat kelak manakala kita belum memohon ampun dan bertobat.

Contoh konkrit bahwa manusia tidak semata-mata bertabiat seperti syaitan,  tidak ada seorang penjahatpun yang ingin anak turunannya meneruskan tabiat "penjahatnya" itu.

Kepribadian Insani tidak pula bagaikan malaikat, yang tiap saat taat, sebab malaikat tidak diberikan nafsu seperti hewan dan manusia, sehingga tidak ada peluang untuk berbuat jahat. 

Hewan tidak diberikan pula sifat syaitan, sehingga nafsunya hanya diumbar sebatas kewajaran dirinya sebagai hewan. Hewan hanya makan makanan tradisional mereka, hanya berhubungan untuk reproduksi sesuai dengan naluri sejak nenek moyang mereka. Misalnya pemakan rumput hanya rumput dan sejenis rumput yang ia makan, tidak akan doyan makan daging, sementara itu hewan pemakan daging tidak akan sudi diberi makan rumput. Memang ada sejenis hewan yang dapat makan sembarangan tapi tetap saja beda dengan manusia. 

Manusia apa saja sanggup dia makan, karena punya kemampuan mengkonversi setiap benda. Dikenallah istilah bahwa besi beton dimakan manusia, aspal dimakan manusia, semen dimakan manusia.

Lagian sebuas-buasnya Harimau, kalau memangsa Rusa di hutan belantara, hanya memangsa seekor rusa untuk keperluan makan sekeluarga mereka di hari itu, besok barulah mereka berburu lagi, jadi hanya secukupnya saja.

Beda dengan manusia bila bertemu kawanan Rusa di dalam hutan, kalau memungkinkan ditembak semua, jika tidak habis dimakan sehari itu, diawetkan dibuat dendeng.

Bicara soal hubungan reproduksi hewan dari zaman ke zaman begitu-begitu saja yaitu antara jantan dan betina mereka. Giliran manusia lain lagi, ada perilaku sejenis, dan bahkan konon ada perilaku lintas makhluk.

Jadi ketika seseorang sedang khusuk melaksanakan ibadah, dengan ikhlas berbuat baik sesama (ibadah sosial), sifat “taqwaha” nya muncul. Ketika yang bersangkutan korupsi maka potensi “fujuraha” yang bersangkutan dominan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوٰٮهَا ۖ 
"maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,"
(QS. Asy-Syams ayat 8)

Oleh karena itu tdk usah heran
siapapun dia sbg manusia, berpotensi korupsi, jika ada peluang, kecuali orang-orang yang sifat “taqwaha” nya sangat dominan. Untuk mencegah peluang itu perlu system yang sanggup memprotek, sebab Rumus kejahatan adalah:
“Kejahatan = Kesempatan + Kemauan”.

Membendung kemauan jahat ada di sifat manusia “taqwaha” dan mendorong kemauan jahat terdpt di sifat manusia “fujuraha”. Sedangkan untuk meminimalkan “Kesempatan” ialah system. Kalau koruptor kemudian dari hasil korupsinya itu untuk membiayai ibadahnya, maka "taqwaha" dibiayai "fujuraha" dapat diumpamakan “berwudhu dengan najis”.

Ramadhan 1441 H., dlm keadaan Physical distancing dan social distancing serta stay at home, dg shaum yg tlh/sdg kita jalani hari ke 11 ini justru untuk melatih diri memperkuat sifat تَقْوٰٮهَا kita spy lbh dominan mengalahkan sifat
فُجُوْرَهَا
yg siap menggantikan kekosongan sifat تَقْوٰٮهَا dlm jiwa kita, bila menipis.

Tak lupa saban saat mari kita selipkan do'a; kiranya Allah sgr mengangkat wabah virus Korona ini dari dunia. Aamiin.

Smg kita semua berhasil menggapai buah shaum yaitu تَقْوٰ

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 11 Ramadhan 1441 H.
4 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment