Monday 4 May 2020

ENAM langkah Merawat TAQWAHA

Sifat yg menyatu di diri manusia adlh: Taqwaha dan Fujuraha.
Sifat taqwaha dominan dipengaruhi iman. Sifat fujuraha didorong oleh nafsu ( nafsu tak baik; sebab nafsu jg ada yg justru hrs dipertahankan).

Bagaimana membuat sifat “taqwaha” manusia menjadi lebih dominan daripada sifat “fujuraha”. Bagaimana memininalkan sifat “hewaniah” yang terlekat di diri setiap individu. Bagaimana senantiasa memelihara sifat “malaikat”, agar tetap melekat di diri. Bagiamana menjauhkan sifat “syaitaniah” yang menggoda dari segala penjuru.

Untuk itu 6 (enam) langkah di bawah ini agaknya patut para pembaca renungkan:

PERTAMA; Tepati janji. Allah telah mengambil janji kepada manusia sejak di alam ROH, tentang ke-Esaan Allah.
وَ اِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْۤ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَ اَشْهَدَهُمْ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ ۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۗ قَا لُوْا بَلٰى  ۛ  شَهِدْنَا  ۛ  اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَ ۙ 
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,"
(QS. Al-A'raf ayat 172)

Oke--lah bahwa tidak satupun kita masih ingat akan janji itu, sejak roh dimasukkan kedalam raga, ingatan itu menjadi sirna. Akan tetapi kita semua yang beragama Islam setiap hari di saat sholat berjanji setia kepada Allah, dengan mengucapkan kesaksian dalam “Syahadatain” bahwa hanya ber-Tuhan kepada Allah dan bersaksi pula bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Konsekwensinya adalah melaksanakan segala perintah Allah dan sekuat tenaga mencontoh perbuatan Rasulullah. Menjauhi semua larangan Allah dan Rasul-Nya. Untuk itu antara lain Allah mengingatkan:

الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَا قِهٖ ۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖۤ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan, dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi."
(QS. Al-Baqarah ayat 27)

Jadi orang yang merugi itu ada tiga golongan:
a. yang melanggar penjanjian dengan Allah.
b. orang yang memutuskan silaturahim dan
c. orang yang membuat kerusakan di muka bumi.

KEDUA; senantiasa merasa diawasi oleh Allah setiap gerak gerik kita. Seperti antara lain terungkap pada surat Al-Hujurat 18:

اِنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ
"Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."

Dengan begitu setiap insan merasa bahwa apapun yang dilakukannya baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi merasa diawasi Allah. Misalnya  case korupsi atau suap, baik itu sudah dinikmati maupun baru dalam negosiasi melalui sms dan telekomunikasi, semua jelas akan terpantau dan tertangkap tangan oleh Allah....... Kepada KPK dapat saja beralasan macam-macam tetapi CCTV Allah tak kan dapat dihindari.

Selanjutnya kita lihat informasi dari Allah dalam Al-Qur’an bahwa kita nanti di akhirat akan dibagikan kitab yang dapat ngomong tentang apa yang pernah kita lakukan.

هٰذَا كِتٰبُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِا لْحَقِّ ۗ اِنَّا كُنَّا نَسْتَنْسِخُ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
"(Allah berfirman), Inilah Kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Al-Jasiyah ayat 29)

KETIGA; evaluasi diri.
Orang bijak setiap hari mengevaluasi diri, apa saja amal baik yang telah dilakukan apa saja amal buruk yang terlanjur dikerjakan untuk segera koreksi dan mohon ampun kepada Allah. Kalau keterlanjuran salah sesama manusia segera mohon maaf. Orang yang selalu mengevaluasi diri, hidupnya akan penuh kehati-hatian, tidak sembrono dalam berbuat, selalu berhitung atas keputusan yang diambil. Berpikir sebelum berucap, karena takut menyakiti orang lain. Senantiasa ingat janji kepada Allah dan juga kepada manusia (kalau jadi pejabat kan disumpah). Senantiasa merasa diawasi oleh Allah seperti langkah kedua di atas. Melalui aktivitas evaluasi ini sendiri, juga yang bersangkutan merasa mendapat pengawasan dari Allah, karena itu dalam evaluasi dianya tidak membenar-benarkan diri, atau mencari alasan pembenaran atas apa yang sudah dia lakukan. Banyak orang yang tau bahwa dianya salah, tetapi berusaha mencari pembenaran atas kesalahan itu. Contoh kecil seseorang diposisi jabatan menengah misalnya; suatu hari tidak sengaja menerima sesuatu yang seharusnya tidak boleh diterima dengan jabatannya itu. Malamnya dalam evaluasi diri, dianya membenarkan dirinya, membujuk nuraninya “ah kamu dapat sogokan hanya sekian, bos kamu lebih parah lagi, lebih besar lagi, kamu tak seberapa”. Diapun tenang dan hari hari selanjutnya menjadi terbiasa menerima sogokan kecil-kecilan itu, keterusan dan kalau orang berurusan dengannya tak memberi sesuatu lantas dipersulit. Spy orang yg berurusan memberi sesuatu yg kemudian dianggap sbg adat istiadat.

KEEMPAT; penalty diri.
Langkah keempat ini penting dilakukan untuk memacu diri agar tetap komit terhadap janji kpd Allah dilangkah pertama dan merasa diawasi langkah kedua dan evaluasi di langkah ketiga. Output janji yang kurang tertepati, pengawasan terlalai dan hasil evaluasi diri bahwa ada ibadah yang kurang,  misalnya biasanya sholat tahajud, karena tidurnya kemalaman lantaran nonton sepak bola sehingga terbangun hampir  adzan subuh, sehingga tidak sempat sholat tahajud yang saban malam dilakukan, maka berikan penalty kepada diri misalnya pagi harinya  perbanyak rakaat sholat dhuha, perbanyak bersedekah, tingkatkan jumlah sedekah misalnya biasanya hanya Rp 2.000,- penalty diri dengan sedekah Rp 5.000,- Penalty ini menjadi pemacu agar ibadah rutine tetap terlaksana.

KELIMA; serahkan diri.
Sesudah keempat langkah di atas dilakukan, serahkan diri kepada kuasa Allah. Sebab apalah artinya ibadah yang kita lakukan, jika Allah tidak berkenan, apalah artinya seluruh ibadah kita jika dibandingkan dengan nikmat Allah yang sudah kita terima. Apalah artinya ibadah kita dari ukuran besarnya pahala dibandingkan dengan menggunungnya dosa kita. Tidak seorangpun masuk ke dalam surga kalau bukan karena RAHMAT ALLAH. Oleh karena itulah kuncinya setelah maksimal usaha, serahkan diri sepenuhnya kepada Allah s.w.t. semoga Allah mengampuni dosa dan menerima ibadah kita dan lebih dari pada itu smg Allah menaungi kita dengan RAHMAT-NYA.

KEENAM; jauhi diri dari perangkap syaitan. Perangkap syaitan begitu menggurita dari atas, dari kiri kanan dari bawah dari semua penjuru. Yang paling menonjol diantara perangkap syaitan itu adalah “PALING”. Merasa paling kaya, merasa paling banyak berbuat kebaikan, merasa paling banyak ibadah, merasa paling pintar, merasa paling berkuasa, merasa paling benar. Adalah baik menjadi orang benar, tetapi menjadi paling buruk menjadi orang yang merasa paling benar.

Smg kita semua berhasil MERAWAT ketaqwaan kita yg tlh dibina melalui shaum Ramadhan. Justru berhasilnya shaum Ramadhan berbuah taqwa, realitanya nampak ssdh Ramadhan. Perilaku, sifat taqwa itu berkesinambungan jika DIRAWAT.

Berkenaan hari ke 12 Ramadhan 1441 H. masih mewabah virus Korona, mari kita berdo'a, smg Allah sgr mengangkat wabah ini dari dunia ini.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 12 Ramadhan 1441 H.
5 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment