Sunday 24 May 2020

Menduga NILAI Ramadhan

Di suasa normal; bukan seperti sekarang (lagi PSBB Korona), begitu selesai shalat Idul Fitri,  setiap orang Muslim/Muslimat sambil bersalam-salaman mengucapkan “Taqabalallahu minna waminkum.............taqabbal ya karim,............. Minal aidin wal fa izin”.

Bila diibaratkan sekolah; shalat Idul Fitri bagaikan prosesi wisuda menerima ijazah, lulus menempuh “Ujian Ramadhan”. Jika dibuatlah semacam Transkrip, maka dapat disusun kurikulum "kuliah Ramadhan":

I. Shaum:
a. Shaum sbg orang awam
b. Shaum sbg orang shaleh
c. Shaum khusus; seluruh indra dan jiwa.

II. Qiyamul lail:

a. Seluruh malam berjamaah di masjid, dilanjutnya dengan tambahan tahajjud. (ketika normal, karena PSBB dilaksanakan di rumah) misal tak pernah absen, atau absen berapa.
b. Seluruh malam karena PSBB namun tetap qiyamul lail, tapi tidak dilanjutkan dng tahajjud, ada bolong berapa.
c. Ada sebagian tidak dilaksanakan, karena berhalangan kuat atau karena lagi ndak sreg saja (diri sendiri dpt menilai).

III. Membaca Al-Qur’an:
a. Tamat beberapa kali.
b. Tamat 30 jus lengkap memahami arti dan pengertiannya
c. Tamat 30 jus tanpa memahami artinya
d. Tidak tamat 30 jus.

IV. Zakat Mal:
a. Diperhitungkan sendiri, sudah maksimal.
b. Dibantu perhitungan oleh para ahli.
c. Disampaikan sendiri kpd yg berhak.
d. Diserahkan melalui badan amil.

V. Zakat Fitrah:
a. Dibayar sendiri.
b. Dibayarkan orang lain.
c. Masih belum sanggup membayar.

VI. Sadakah:
a. Untuk Masjid atau Lembaga sosial.
b. Untuk perorangan.

VII. Memberi makan orang berbuka
a. Dalam jumlah sekian orang secara rutin dari awal sampai akhir Ramadhan.
b. Dalam jumlah tertentu, kadang-kadang tidak tiap hari.

VIII. Aktif di kegiatan kemasyarakatan dalam ibadah Ramadhan. (DLM KONDISI NORMAL tanpa PSBB KORONA)

a. Aktif sebagai pengelola kegiatan di Masjid dalam kegiatan Ramadhan.
b. Aktif menjadi Imam dan penggerak kegiatan ibadah Ramadhan.

IX. Amar ma’ruf nahi mungkar:
a. Sebagai penceramah yang memberikan pencerahan ilmu agama khusus Ramadhan.
b. Aktif sebagai penggerak pencegahan orang berbuat yang tidak baik, ketika bulan Ramadhan.

Karena keterbatasan PSBB,
اِنْ شَآءَ اللّٰهُ
Amalan: II, VIII dan IX, kalau di Ramadhan2 lalu sdh menjadi amalan rutin maka akan tetap tercatat, bila berhalangan. Merujuk pada hadits berikut ini:

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari).
"Sakit + safar"  adlh situasi "berhalangan" seperti PSBB Korona Ramadhan tahun ini, sehingga tdk dpt melakukan amal yg biasanya dilakukan. Namun tetap dicatat pahala sbgm kebiasaan ktk tdk berhalangan.

Tentu, masing-masing orang, dengan nilai yang berbeda-beda. Mungkin tidak satupun yang berhasil dengan IPK 4.

Namun apapun nilai anda, anda telah melalui Ramadhan dan telah lulus biar dengan IPK berapapun juga. Yang penting adalah mempertahankan kelulusan anda agar tidak percuma ijazah Taqwa yang anda miliki sebagai hasil dari shaum.

Ketika anda sebagai "Mahasiswa Ramadhan" , untuk lulus dengan prestasi yang memuaskan harus “pandai’ atau “pintar”. tetapi setelah lulus dan terjun ke Masyarakat, menjalani kehidupan se-hari2 ssdh Ramadhan, yang dibutuhkan bukan hanya “Pandai/Pintar”, tapi harus di double yaitu “Pandai-Pandai”, atau “Pintar-Pintar”. Maksudnya harus dapat bersikap dengan sebaik mungkin agar dapat eksis di Masyarakat. Demikian juga setelah mengantongi ijazah taqwa dari hasil shaum, maka harus pandai-pandai, atau pintar-pintar mempertahankan ketaqwaan itu dengan tepat, konsisten mengamalkan kurikulum antara lain yang disebut di atas. Pandai/pintar menutupi kekurangan nilai kita, dengan memperbaiki amal yang kurang ketika Ramadhan dan mengamalkan amal yang sudah baik selama Ramadhan dalam sebelas bulan yang akan datang.

Jangan sampai seperti yang diingatkan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 92 yang berbunyi:
وَلَا تَكُوْنُوْا كَا لَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَا ثًا ۗ
“Janganlah seperti seorang perempuan yang sudah memintal benang tenunannya dengan baik/rapi, kemudian menguraikankannya/membongkar kembali tenunannya”.

Shaum dengan seluruh ibadah turutannya ibarat kita selama sebulan merajut tenunan, kemudian jangan sampai tenunan yang sudah terajut baik itu di porak porandakan setelah Ramadhan berlalu.

Mohon maafkan jika saya menyajikan tulisan selama ini ke halaman Sosmed para pembaca semua, terdpt kesalahan.

Bila ke dunia tidak Allah turunkan kata "maaf", maka kesalahan mungkin  akan menumpuk sampai ke langit.

Bila kpd manusia tdk ada ampunan Allah, maka tak seorangpun bersih dari dosa.
وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًا
"Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya",......An-Nur 21.

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1441 H.
M. Syarif Arbi sekeluarga:
Mohon maaf lahir dan bathin atas segala salah dan khilaf, baik lisan maupun tulisan.

  تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
(Taqabalallahu minna wa minkum)

وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

M. Syarif Arbi.
Jakarta 2 Syawal 1441.H.
25 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment