Sunday 17 May 2020

DAKWAH TERTULIS

Dewasa ini malah media dakwah dpt terselenggara aneka dimensi, tertulis, video, medsos juga secara tatap muka di masjid2.

Berkenaan "stay at home, physical/social distancing", banyak jadual tausiyah ssdh subuh, ssdh zuhur, ssdh ashar, sblm tarawih tak dpt direalisasikan. Malah khutbah Jum'at tercantum di daftar sddh bbrp Jum'at tak terlaksana. Mungkin Idulfitripun, permintaan jadi khatib sdh diterima 4 bulan lalu, akan urung.

Patut kiranya kita besyukur bahwa dg medsos dakwah tetap dpt dilaksanakan, walau dikondisi PSBB.

Pada permulaan, memang diawal dakwah dilakukan Rasulullah belum secara tertulis. Namun seiring meluasnya jangkauan medan dakwah kemudian Rasulullah pun menerapkan dakwah secara tertulis.

Menurut berbagai sumber, Al-Qur'an  yg diperintahkan Allah untuk didakwahkan, turun  ke Bumi adlh pada hari Senin tanggal 21 Ramadhan di malam hari, bertepatan dengan 10 Agustus 610M. Nabi Muhammad saw saat itu berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut kalender hijriyah. Atau sekitar 39 tahun, 3 bulan dan 20 hari menurut kalender masehi.

Rasulullah berdakwah,  awalnya tidak melalui tulisan, karena a.l.:

Pertama; Rasulullah ummi tak pandai menulis dan tak pandai membaca.

Kedua; Rasulullah diangkat menjadi rasul dan diperintah berdakwah, andaikanpun Rasulullah sanggup menulis, selanjutnya membuat selebaran semisal buletin dakwah, di kondisi saat itu blm memungkinkan,  ndak akan banyak orang yg mau baca. Sedangkan dakwah langsung dengan pidato saja, banyak orang yg mendustakannya.

Ketiga; Blm tersedia media seperti sekarang, apalagi secanggih belakangan ini melalui sosial media.

Setelah Islam tegak dlm suatu tatanan kenegaraan/kepemerintahan,  dimulailah era berdakwah menggunakan tulisan, redaksi dituntunkan Rasulullah, naskah di tulis juru tulis. Surat dikirim ke raja-raja tetangga  yg blm mengetahui ttg Islam. Sejarah mencatat ada raja yg menerima Islam, tetapi ada juga yg menolak dakwah tetulis itu bahkan dg perlakuan ekstrim y.i. merobek-robek surat Rasulullah.

Rasulullah berpesan, termasuk tentunya pesan itu untuk generasi kita skrg untuk meneruskan dakwah.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Sikap audience thdp artikel dakwah, ada pembaca yg tertarik dan lantaran itu hatinya terbuka selanjutnya memperbaiki amalnya.

Tidak sedikit juga ikut ambil bagian berdakwah dg tulisan, men share artikel tsb ke group masing2 agar lbh banyak pembaca/penerima dakwah. 

Dalam pada itu bukan mustahil, walau tidak sepahit zaman Rasulullah ada pembaca yg mencibir sambil bergumam "tausiyah lagi, tausiyah lagi, bosan, ntar over dosis agama". Pembaca kelompok ini, artikel dakwah dibaca sedikit ndak sampai ujung artikel, langsung alih layar.

Oleh karena itu para penulis artikel dakwah tak surut, jangan berhenti lantaran diantara ada sikap audience seperti di atas,  karena  Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ  مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ  عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Ali 'Imran ayat 104)

Kini kesempatan untuk berdakwah melalui tulisan terbentang luas, saban hari di tiap kesempatan terbuka peluang menyusun naskah dakwah secara tertulis. Namun tdk mudah melaksanakan dakwah, bgt juga dakwah secara tertulis. Banyak bentuk/model hambatan/tantangan yg mungkin ditemui.

Pernah diterima komentar dari seorang pembaca bahwa dianya ndak suka membaca tulisanku. Menurut ybs sekarang ini sdh banyak tausiyah di tv dan tak kurang di masjid-masjid, dimana ustazdnya bernas ilmunya.

Belum lama di tahun lalu ada satu group FB. kuikut di dlm group itu sdh bertahun-tahun. Adminnya men-delete salah satu artikelku.
Alasannya ada yg tersinggung. Padahal artikel itu sama sekali tdk menyebut agama atau kepercayaan orang lain, dg dmkn tak patut siapapun tersinggung karenanya. Artikel itu ttg seorang jadi mualaf dimana tdk disebut asal agamanya kebtln aku yg memimpinnya bersyahadat di disaksikan ratusan jamaah usai shalat dzuhur di sebuah masjid besar di kawasan Jakarta Pusat.

Beberapa waktu ku tdk mengunjungi group tsb dg artikel agama. Tapi kini tetap ku coba lagi, sepanjang dakwah tersebut tdk menyebut agama lain, sepertinya tdk mengganggu keakraban rekan se group yg NB agamanya berbeda-beda, tapi yakin kalau mereka pasti beragama.

Ada juga yg pernah komentar agar group nya tdk usah memuat artikel agama. Ketahuilah bahwa bangsa ini bangsa yg rakyatnya beragama, silahkan menganut agama apa saja yg diakui di Indonesia dg tetap menjaga kerukunan. Untuk menjaga kerukunan itu artikel tdk memuat hal2 yg menyebut agama lain. Silahkan memberikan mencerahan untuk umat masing2. Seperti di TV kan ndak masalah,  dipergunanan untuk program bbrp agama di saluran TV yg sama.

Dengan berpegang ke hadits dan firman Allah dikutip di atas, tulisan ini tetap kukirim di group FB dan W.A....... Biarpun misalnya ada pemilik W.A. yg kukirimi; tdk berkomentar, sepajang pemilik W.A. tdk menolak seperti salah seorang pembaca tadi. Atau admin FB terang2an mencegah dg cara men-delete seperti kukemukan di atas.  Belum lama ini admin tsb. minta maaf, makanya kini FB tsb kukunjungi lagi.

Dg keyakinan masih ada yg membaca, biar tak komen atau tidak terindikasi tlh membaca, ndak apa-apa, yg penting pesan tersampaikan, diharapkan bermanfaat bagi yg membaca.

Pembaca yg membaca,  tdk komentar tetapi umpamanya dpt memetik manfaat positip dari tulisan-tulisanku bernuansa dakwah tsb. justru insya Allah dari pembaca kelompok ini smg sangat bernilai tinggi buat catatan amal penulis.

Harapan akhirnya adalah smg Allah mencatat sbg tlh mengamalkan perintah Allah dan Rasul-Nya, biarpun kemampuan ilmu penulis terbatas hanya se ayat. Dengan acuan seperti dimaksud ayat berikut:
....... مَاۤ اَسْئَــلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ
"......... Aku tidak meminta imbalan sedikit pun kepadamu atasnya (dakwahku)........."
(QS. Sad ayat 86).

Sepatah katapun yg terucap tak kan luput dari catatan amal baik/buruk, yg akan diperlihatkan nanti di mahkamah yaumil qiyamah. Apatah lagi sebuah artikel memuat ratusan patah kata, smg mrpkn catatan amal kebaikan.

Surat Qaf ayat 18

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

Smg Allah mengampuni dosa2 kita dan menilai shaum kita menjadi shaum terbaik.

Smg pesan2 di atas bermanfaat, bila terdpt kebenaran datang dari Allah dan Rasul-Nya. Jika keliru smg Allah mengampuni dan pembaca memaafkan penulis.

Smg wabah Korona ini, segera Allah angkat dari dunia ini, agar kita lbh dpt meningkatkan ibadah dan amal shaleh.

آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 24 Ramadhan 1441 H.
17 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment