Tuesday 26 May 2020

IMAN dan SYSTEM

Setiap diri SEHARUSNYA dalam berbuat amal perbuatan apapun termasuk dlm bekerja mencari nafkah selalu HARUS merasa  DIAWASI ALLAH. Itulah bukti perwujudan IMAN.

Apabila disuatu ketika dihadapkan kesuatu kesempatan berbuat tidak senonoh, atau korup, orang beriman langsung ingat bahwa Allah dekat dan selalu mengawasi, maka tentu saja perbuatan jahat dan korup tersebut akan diurungkan untuk dilaksanakan.

Slogan IMAN ini gampang sekali untuk dinasihatkan kepada orang. Para ustadz selalu mengingatkan dalam setiap majelis ta’lim, ceramah dan khutbah Jum’at. Tetapi tidak gampang untuk dilaksanakan, termasuk ustadz yang gencar menyampaikan nasihat itu sendiri.

Kalau begitu bagaimana caranya agar setiap insan selalu dpt memelihara IMAN sehingga merasa diawasi oleh Allah terus menerus. Menurut hemat saya harus terlaksana paling kurang dua hal penting:

a.     Setiap diri harus taat melaksanakan sekurangnya perintah shalat, karena dengan demikian dirinya selalu berzikir (ingat Allah) sekurangnya dalam shalat 5 waktu.

Manakala di tempat pekerjaan ketika mulai pagi menjelang dzuhur ada kesempatan berbuat amal buruk. Diri ingat bahwa ketika shalat subuh berdialog dengan Allah.

Begitu selanjutnya diperbaharui lagi mengingat Allah ketika Dzuhur dan kembali berkegiatan lagi dan jika bertemu lagi dengan kesempatan beramal buruk, ingat baru saja shalat dzuhur dan seterusnya, begitu pula berbisnis apapun,  sampai ashar dan magrib, merasa tidak lepas dari pengawasan Allah.

 وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ
(dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar) Al-Ankabut 45.

b.     System dalam masyarakat. Mungkin pembaca bertanya, aah itu para koruptor kan shalatnya taat, tiap waktu tak pernah tinggal.

Para koruptor kadang haji lebih sekali, umrah saban tahun. Tapi kenapa masih saja korupsi…………..? Ini pertanda bahwa diri ybs sudah tidak kuat melawan bujuk rayu syaitan. Syaitan akan mendatangi manusia dari berbagai arah.

ثُمَّ لَاٰ تِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَا نِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ ۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ
"kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."
(QS. Al-A'raf ayat 17)

Oleh karena itu perlu ada system yang diterapkan agar dpt membentengi kedatangan syaitan dan menguatkan Iman. System dimaksud adlh seperangkat aturan yg hrs dibuat shg tdk mudah orang berkesempatan melakukan pelanggaran.

System dari peraturan2 itu ditegakkan oleh  yg punya otoritas, sebagai wakil Allah dimuka bumi ini.

Sebagai contoh di Makkah dan Madinah, misalnya; Ketika adzan sudah berkumandang, setiap kegiatan bisnis dihentikan. Pedagang tidak mau lagi menerima pembayaran dari pembelinya, walau sudah putus harga. Barang2 dagangan diselimuti hanya dengan kain tanpa menutup pintu toko, pedagang pergi shalat.

Apa sebab demikian, antara lain ada aturan, system yang baku di kedua kota tersebut. Bila seorang pedagang kedapatan menerima transaksi ketika adzan sudah dikumandangkan, akan dianggap melanggar hukum dan dikenakan denda yang tidak sedikit. Hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Ada aparat yg mengawasi pelaksanaan system.

Begitu pula hendaknya di dalam tatanan kemasyarakatan dalam seluruh kegiatan, hendaklah ada system sedemikian rupa sehingga setiap orang bertransaksi apapun, mengurus surat menyurat atau perizinan, mengikuti tender, melaksanakan pembangunan gedung. Pokoknya dalam interaksi apapun ada suatu system sehingga setiap orang merasa diawasi Allah baik oleh dirinya sendiri, maupun oleh system.

Pernah kualami ketika membayar rekening langganan rumah tangga (ketika itu blm populer bayar via rekening), disuatu perusahaan (tidak etis disebut). Tertera dalam tagihan Rp 37.645,-- (tiga puluh tujuh ribu enam ratus empat puluh lima rupiah)................... Untuk memudahkan transaksi karena recehan sampai dua angka di depan koma sudah sulit mendapatkannya. Sedari rumah sudah disiapkan uang pecahan 20ribu selembar, 10ribu selembar, 5 ribu selembar, 2ribu selembar, koin 500 sekeping, koin 200 sekeping. Total menjadi Rp 37.700. seharusnya sudah lebih Rp 55,- ....Tidak pas 645,  karena pecahan tersebut sudah agak sulit, ok.lah.
Apa yang terjadi para pembaca.

Penerima (kebetulan Ibu-ibu sudah lumayan hampir pensiun, mungkin beberapa tahun lagi) mengatakan "kurang Pak!!!" seharusnya 38 ribu. Akhirnya saya ingatkan yang bersangkutan. "Tadi sudah lebih 55 rp". ...............Rupanya ibu kasir itu tetap bertahan minta uang pecahan 50 ribu kebetulan saya juga ada bawa,............ dan kemudian ibu kasir mengembalikan Rp 12.350. Malah hampir pas. Mungkin karena si ibu dlm beberapa detik terfikir benar si pelanggan tadi udh lebih 55rph.
Ibu itu tidak mau menerima uang receh tadi, tentulah gengsi sebab sudah menolak.......malah mengatakan kurang.

Nggak apalah saya merasa sudah membantu ibu tadi mengingatkan bahwa ada pelanggan yg ngurus soal kecil begini. Karena dosa besar mrpkn kumpulan dosa kecil2. Sekecil apapun penerimaan dengan cara yang tidak halal itu adalah haram.

System secara lebih luas perlu dibudayakan. Supaya sarana pengingat Allah, mempertebal IMAN itu bukan saja melekat pada diri, tetapi juga harus dibantu pihak lain, dibantu system shg tidak mudah untuk orang berbuat curang.

Layak kita bersyukur, belakangan ini banyak pembayaran tagihan rumah tangga, pengurusan perizinan, administrasi kemasyarakatan tlh menggunakan system elektronik, shingga mengurangi kemungkinan kecurangan. Tak kurang di kantor2 tlh dilengkapi system pengawasan elektronik berupa CCTV.

Pengawasan diri sendiri berupa IMAN diiringi oleh system yg baik; semoga kecurangan akan berkurang.
آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif Arbi.
Jakarta, 4 Syawal 1441 H.
27 Mei 2020.

No comments:

Post a Comment