Friday 29 April 2022

Penyeleksian Informasi Generus

Melanjutkan tulisanku ke 945, 25 Ramadhan 1443 H, 27 April 2022 “Benteng Generus” dimana kusebutkan 6 langkah yang dapat membentengi gerenasi penerus dari dampak arus teknologi informasi dewasa ini, salah satunya adalah “penyeleksian Informasi”. Informasi merupakan isi dari komunikasi. Arus informasi ada yang searah, ada yang dua arah. Informasi pada dunia maya kadang searah dan boleh jadi menjadi dua arah bila sipenerima informasi merespond ke sumber informasi. Out put informasi dapat berujung berkomunikasi secara aktif bila penerima meng-counter informasi itu, secara pasif jika hanya menerima informasi itu tanpa merespond. Secara aktif maupun pasif informasi yang sudah terlanjur masuk berpengaruh terhadap diri seseorang, tergantung persiapan individu yang bersangkutan dalam mencerna informasi tsb. Oleh karena itu agar aman; disinilah peran ORTU “menyeleksikan informasi” bagaimana yang pantas buat generasi penerusnya sesuai tingkat perkembangan/pertumbuhan kematangan jiwa mereka. Dalam upaya menyeleksikan informasi buat putra/putri, anda jelas harus berkomunikasi kepada mereka. Teknik berkomunikasi harus tepat agar komunikasi efektif. Ortu yang salah memilih teknik komunikasi, jangka panjang besar kemungkinan arahannya akan diabaikan. Sebagai pedoman komunikasi pernah ku publish di blogspot ku dan di akun F.B. ku bahwa Al-Qur'an memberikan a.l. 6 teknik berkomunikasi y.i.: 1. secara "sadida" (al-Ahzab 70) berkomunikasi dg "kata yg benar". Utamanya usia balita jangan menyampaikan "larangan", kemudian memberikan alasan penyebabnya yang tidak benar. Hanya sekadar menjawab untuk menakut nakuti. Banyak contoh di waktu kita masih kecil misalnya "kalau maghrib segera berhenti main, nanti ditangkap hantu Wewe". Jangan suka duduk di pintu nanti cita-cita tak pernah tercapai. Hendaklah diberikan alasan yang logis sesuai kemampuan nalar si anak. 2. secara "karima" (Al-Isyra 23), kata kuncinya tidak menggurui, komunikator memposisikan komunikan adalah orang yg harus dijaga perasaannya. Di usia menjelang remaja kadang si anak sudah merasa paling bisa. Ortu dalam memberikan arahan harus mulai hati-hati jangan terkesan menggurui. Ybs kadang tak terima, karena merasa sudah pintar, sudah mengerti. Ekstrimnya Ortu dianggap sok usil. 3. secara "ma'rufa" (Al-Baqarah 63), kata kuncinya perkataan baik, tidak menyakitkan hati. Kebijakan Ortu memilih cara memberikan larangan untuk menggunakan informasi atau anjuran apapun dengan perkataan yang baik, tidak menyakitkan hati. Kalau punya kemampuan dengan teknik lucu, berseloroh, sehingga ybs tak terasa sedang dinasehati. 4. secara "baligha" (an-Nisa 63) kata kuncinya mengerti lawan bicara, sampai dimana logikanya, bagaimana kondisinya. Kaidah ini penting agar pesan tersampaikan efektif dan manfaat. Anda tau betul perkembangan putra/putri anda sebab merawatnya sejak bayi. Anda harus tepat memilih cara berkomunikasi sesuai perkembangan kecerdasan ybs. 5. secara "laiyina". (Taha 44). Berkata lemah lembut dengan argumentasi yang logis, siap dengan bukti. Bila perlu berikan contoh akibat buruk anak yang sering (sesuai yang anda cegah) dan kesudahan sukses/baik anak yang menuruti (apa yang anda anjurkan). 6. secara "maysura" (Al-Isyra 28). Kata kuncinya penuh pengertian dan taktis. Dlm konteks tersebut ortu yg bijak. Pernah kutulis di blog dan FB dengan judul "Komunikasi Lidi". Seorang ibu menggunakan cara "maysura", menyikapi anaknya kelas 1 SD yg dpt menjawab pertanyaan 3 + 60 = 63. Tapi ketika ditanya gurunya 60 + 3 = berapa dia tak dpt menjawab. Dengan sabar ibu muda itu memotong lidi sebanyak 100 ukuran sekitar 10cm. Taktis yg digunakannya, si anak disuruh meletakkan dilantai 3 lidi selanjutnya 60 lidi. Disuruh hitung. Tentu hasilnya 63. Selanjutnya lidi dikumpulkan lagi. Berikut disuruh si anak menjajarkan 60 lidi disisi kiri dan di kanan dijejer 3 lidi. Lidi kemudian dikumpulkan. Juga disuruh hitung tentu hasilnya juga 63. Dengan taktik seperti itu, tu anak paham bahwa di bolak balik hasilnya sama; 3 + 60 = 63; juga 60 + 3 hasilnyapun = 63. Begitulah pemahaman anak kadang kecerdasannya beda-beda dengan anak se usianya. Disikapi dengan taktis dan penuh pengertian, oleh bundanya, tidak dengan diomeli. Semoga kita dapat memilih teknik berkomunikasi kepada generasi penerus kita agar dapat menyeleksikan informasi yang bagaimana yang layak buat generasi penerus kita guna membentengi mereka dari dampak negatif dari kecanggihan teknologi informasi. آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 27 Ramadhan 1443 H. 29 April 2022. (947.04.22).

No comments:

Post a Comment