Thursday 14 April 2022

Faedah Jum'atan

Jum'at begini pas di bulan Ramadhan lagi, jadinya teringat kisah seorang teman yg kini jadi taat ibadah, padahal semula terlahir dari keluarga agamanya hanya di KTP. Rupanya ini teman ketika masih kuliah, sering diajak teman kosnya untuk shalat Jum'at. Ajakan itu kadang dipenuhi, kadang tidak dg berbagai alasan. Namun karena teman2 se kos tak bosan2nya ngajak ke masjid tiap Jum'at, frekuensi ikutan lbh banyak dari mangkir. Makin dekat ke semester akhir, tiap Jum'at hampir ikutan terus. Maklum ingin berdo'a agar cepat selesai kuliah, lancar nyusun tugas akhir. Mula-mula yaa hanya sekedar shalat Jum’at, lama kelamaan karena sering Jum’atan dan mendengar khatib berkhutbah memberikan ajakan taqwa, akhirnya teman saya ini jadi taat bukan sekedar shalat hanya "sekali sepekan" malah jadi orang yang selalu memenuhi panggilan Allah sebanyak 5 kali sehari semalam. Rupanya di salah satu shalat Jum'at, ada seorang khatib isi khutbahnya betul2 mengena di hati, sehingga menyadarkan diri teman ini tentang begitu pentingnya shalat, bukan hanya shalat Jum'at tetapi shalat wajib 5 waktu sehari semalam. Sampai ada hadits: Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Fadhail, Bab 193. Perintah Menjaga Shalat Wajib dan Larangan serta Ancaman yang Sangat Keras bagi yang Meninggalkannya Hadits #1081 وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ ، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ حَسَنٌ )) Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.] Dalam keseharian, ummat Islam dipanggil Allah untuk menghadap-Nya, selama lima waktu. Yaitu mulai subuh, ketika tidur sedang nyenyak-nyenyaknya. Selanjutnya dzuhur ketika kerja sedang asik-asiknya. Dilanjutkan ashar di saat badan sudah letih bekerja dan penat mengurus/memikirkan urusan dunia. Disambung maghrib ketika sedang remang2 pertukaran siang dengan malam. Jeda sejenak datang waktu isya’ dimana sedang asyik bercengkrama dengan keluarga. Rujukan panggilan shalat tsb tersurat (QS. Al-Isra' ayat 78) اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ ۗ اِنَّ قُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ كَا نَ مَشْهُوْدًا "Laksanakanlah sholat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) subuh. Sungguh, sholat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)." لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ Sejak matahari tergelincir: Shalat Dzuhur dan Ashar. اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ Gelap malam: Shalat Maghrib dan Isya. وَقُرْاٰ نَ الْـفَجْرِ Ketika fajar: Shalat Subuh. Bagi orang yang belum menikmati manisnya iman, seperti teman saya tadi sebelum sering ikut Jum'atan, memang terasa panggilan ini cukup merepotkan, sebab momen panggilan itu kebetulan diikuti keadaan yang cukup memberi alasan untuk sulit memenuhinya. * Misalnya ketika subuh, dlm hati terbersit pikiran "sebentarlah tidur lagi enak, nanti kalau dipaksa bangun kepalanya akan pusing. Malam tadi kebetulan tidurnya terlambat”, kata orang yang berat melaksanakan shalat dan banyaklah lagi alasan untuk membenarkan diri untuk tidak shalat subuh utamanya bagi lelaki, seharusnya pergi ke masjid. * Dzuhurpun tiba, begitu adzan berkumandang, pas lagi sibuk kerja, “tanggung tinggal sedikit lagi”, ntar waktu dzuhur kan masih panjang”. pikir kebanyakan orang yang punya kesibukan. Al hasil panggilan itu di-cuek-kan. Tak sengaja memang, ....., tau-tau sudah masuk waktu ashar belum sempat shalat dzuhur. * Ashar masuk, suara adzan berkumandang lagi memanggil untuk shalat dan untuk kemenangan. Bagi orang yang imannya tipis ada saja alasannya, misalnya: “sebentar lagi pulang, nanti shalat di rumah saja, ini pakaian kurang bersih ndak sreg. Apa gunanya shalat kalau tidak tenang, kalau ragu apakah bersih badan dan pakaian”. Taunya ketika pulang kerumah dari tempat pekerjaan, ternyata jalanan macet, atau ada apa saja halangan yang sulit diprediksi. Akhirnya shalat asharpun lewat begitu saja. * Maghrib baru saja sampai di rumah, lagi kecapean belum istirahat, belum mandi entah apa lagi, banyaklah alasan sehingga shalatpun tidak dikerjakan. * Waktu isya’ sudah terlanjur tertidur, akhirnya panggilan Allah seharian itu satu kalipun tidak dapat dipenuhi dengan berbagai alasan. Para pendahulu orang beriman orang-orang dekat Rasulullah Muhammad ﷺ , mana kala terdengar panggilan adzan, walau sedang apapun ditinggalkan. Ibarat kata sedang mencangkul tanah, begitu mendengar adzan cangkul yang hrsnya diayunkan ke depan dibatalkan yaitu langsung dilepas atau malah dilempar ke belakang atau ke samping. Sebab takut kalau sampai tercangkul, maka tanah hasil cangkulannya bila ditanami tanaman dan tumbuh menjadi tanaman yang dimakan, akan menghasilkan sesuatu yang haram. Makan sesuatu yang haram mengakibatkan sekurangnya tiga hal yaitu: Pertama ibadah tidak diterima, kedua do’a tidak terkabul/ditolak dan ketiga daging yang dihasilkan makanan yang haram dibakar dengan neraka. Praktek langsung melepas segala kegiatan ketika adzan, masih berlangsung di Mekkah atau Madinah, disana dpt disaksikan disiplin shalat ini, terindikasi pada para pedagang. Begitu adzan berkumandang, andaikan kita sedang tawar menawar barang, sdh OK misalnya, ambil uang dari dompet, mau bayar, lantas terdengar adzan, mereka sdh tdk bersedia lagi terima duitnya. Dagangan langsung ditutup dg kain tebal atau terpal. Pedagang menuju masjid gabung shalat. Dari panggilan yg lima ini; ada memang orang yang masih lumayan baik, dapat mengerjakan shalat utamanya shalat maghrib, dengan berjamaah di masjid dekat rumahnya pula. Lumayanlah ada pengakuan, walau hanya sekedar shalat harian. Ada juga kelompok masyarakat ini yang shalat memang mengambil harian seperti shalat maghrib tadi. Juga ada yang shalat pekanan, yaitu sepekan sekali yaitu hanya hari Jum’at, ikut shalat Jum’at. Seperti teman yg saya angkat dikisah ini alhamdulillah jadi taat. Bahkan ada yang tahunan, kelompok ini sibuk sekali ikut shalat Idul Fitri di hari lebaran. Bagi yang shalat pekanan apa lagi harian, masih berpotensi untuk memenuhi panggilan utama Allah yg lima ini, contoh teman saya tadi mendapat faedah di shalat Jum'at. Semoga kita semua termasuk orang yg sangat memperhatikan panggilan Allah berupa "panggilan shalat" ini, sblm datang panggilan penutup yaitu "panggilan maut". آمِيّنْ... آمِيّنْ... يَا رَ بَّ العَـــالَمِيْ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ بارك الله فيكم وَ الْسَّــــــــــلاَمُعَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ M. Syarif Arbi. Jakarta, 13 Ramadhan 1442 H. 15 April 2021. (933.04.22).

No comments:

Post a Comment