Saturday 29 June 2019

PASCA anak MENIKAH

Ada yg berpendapat bahwa; bila anak sdh nikah, sdh berumah tangga, maka tuntaslah sdh kewajiban Ortu. Norma dmkn ini mari kita sandingkan dg kaedah agama. Mari kita telusuri petunjuk Allah dan rasulNya.

Anak diamanahkah Allah kpd kedua Ortunya menurut Al-Qur'an setidaknya berpotensi 5 kemungkinan: 1. Sebagai investasi, 2. Menjadikan Ortu lalai. 3. Anak bisa menjadi musuh bagi Ortu. 4. Anak dpt jadi cobaan buat Ortu. 5. Anak dimungkinkan menjadi pembela kehidupan akhirat Ortu.

Rujukannya adalah:
1. Sbg inventasi.
Al-Qur'an surat Yasin ayat 12.
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ ۗ وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz)".
Anak yg shaleh/shalehah mrpk peninggalan kita didunia stlh kita meninggal, mrpk investasi yg sll mendo'akan. Kebaikan yg dia lakukan insya Allah berimbas buat Ortu di alam barzah.

2. Membuat kita lalai mengingat Allah.
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi".
(QS. Al-Munafiqun ayat 9)

Siang malam mencari nafkah untuk menafkahi anak2, sampai lalai kewajiban kpd Allah. Malah ada yg sampai mencari nafkah dg jalan yg tdk dibenarkan Allah.

3. Sebagai musuh,
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّ مِنْ اَزْوَاجِكُمْ وَاَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ ۚ وَاِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang".
(QS. At-Taghabun ayat 14)

Banyak contoh kasus anak memusuhi Ortunya tersiar di media. Anak tega berperkara vs Ortu gara2 warisan. Bahkan berita ekstrim anak membunuh Ortunya karena keinginannya tak dipenuhi.

4. Sebagai cobaan.
وَاعْلَمُوْۤا اَنَّمَاۤ اَمْوَالُكُمْ وَاَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ  وَّاَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗۤ اَجْرٌ عَظِيْمٌ
"Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar".
(QS. Al-Anfal ayat 28)

Dpt berupa kegagalan anak, dpt berupa salah pergaulan anak dll.

5. Berpotensi pembela kehidupan akhirat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surga, hamba itu kemudian berkata; ‘Wahai Rabb, dari mana semua ini? ‘ maka Allah berfirman; ‘Dari istighfar anakmu".
رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَلِـوَالِدَيَّ
"Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku"
(QS. Nuh ayat 28)

Dari kelima potensi ini, terlihat; dua berpotensi baik dan dua berpotensi kurang baik, serta satu berpontensi 50%-50% yaitu potensi cobaan. Kalau cobaan itu dapat kita atasi maka akan menjadi kebaikan dan sebaliknya jika cobaan itu tidak dapat diatasi akan mencelakakan.

Agar menjadikan anak2  berpotensi kebaikan, dapat dilakukan TIGA ihtiar. Saya katakan ihtiar, karena walau sudah di ihtiarkanpun belum tentu berhasil, semua tergantung penyertaan Yang Maha Kuasa, Allah S.W.T. di ihtiar kita itu.

Ihtiarnya adalah:

Yang pertama; ikuti anjuran Nabi Muhammad agar anak diajarkan shalat sejak berusia 7 tahun, kalau sudah sampai 10 tahun bila perlu diingatkan dengan agak keras. Sebab anak yang shalat dan mengenal Allah, selalu dekat dengan Allah, diharapkan akan mengerti keadaaan orang tua, tau bersyukur, tidak tegaan merongrong orang tuanya.

Ihtiar yg kedua KONTROL.
Contoh Rasulullah masih mengontrol anaknya yg sdh menikah. Suatu hari Rasulullah berkunjung kerumah anaknya Fatimah, di dalam kunjungan itu beliau bertanya “apakah kamu tidak menunaikan shalat malam” pertanyaan tersebut dijawab oleh Ali bin Abithalib, menantu beliau. “wahai Rasulullah sesungguhnya kami berada di bawah kuasa Allah. Jika Allah berkehendak agar kami bangun, tentu Dia akan membangunkan kami”. Mendengar jawaban itu,Rasulullah s.a.w. terus pergi. Kemudian beliau menepuk pahanya, seraya membaca firman Allah “Wa kanal insanu aktsara syai-in jadala = dan memang manusia itu adalah mahluk yang banyak membantah.” (Q.s, Al Kahfi 54).
   وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
"Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah."

Hadist ini dirawayatkan Ali bin Abi Thalib r.a. HR. Muttafaq ‘Alaih halaman 380 hadist no.425.

Peristiwa tersebut kita yakin terjadi bukan kebetulan, tentu atas kehendak Allah untuk menjadikan teladan buat kita dikemudian hingga saat ini. Dari peristiwa tsb. dpt dipetik  sikap yang dicontohkan Rasulullah s.a.w.   a.l.:

Orang tua, haruslah tetap melakukan pemantauan terhadap kehidupan rumah tangga anaknya terutama dalam hal beribadah; walau sdh menikah. Sekaligus memberikan pelajaran kepada kita bahwa harus diberikan pengertian kepada anak bahwa sebagai anak walau sudah menikah, dimana sudah dewasa namun orang tua masih berwenang untuk mengontrol.

Yang ketiga: senantiasa menyerahkan anak2 kepada Allah dengan do’a:
;رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa".
(QS. Al-Furqan ayat 74)

Dengan demikian mudah-mudahan peringatan Allah yg tlh dinukil di atas dpt kita cermati dan sikapi sehingga smg anak keturunan kita:
* Tidak menjadikan kita lalai mengingat Allah (Al-Munafiqun ayat 9).
* Tidak menjelma menjadi anak yg justru mrpk musuh kita (surat At-Taghabun ayat 14).
* Kalaulah anak2 kita menjadi cobaan seperti QS. Al-Anfal ayat 28, smg kita diberikan kekuatan Allah lulus dlm cobaan tsb.

Semoga anak-anak keturunan kita menjadi anak2 yang saleh dan salehah. Sehingga anak2 kita menjadi investasi dan sekaligus penolong kita di akhirat.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment