Saturday 22 June 2019

Amal Peninggalan tak lestari

Sangat popular hadist yang menjelaskan bahwa pabila kita sudah mati nanti maka terputuslah amal kita kecuali ada tiga hal yaitu:
AMAL ZARIAH,  ANAK YANG SHALEH SELALU MENDO’AKAN DAN  ILMU YANG DIAMALKAN.

Al-Qur’an pun dalam surat Yasin ayat 12 ada menyebutkan:
اِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتٰى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوْا وَاٰثَارَهُمْ  ۗ  وَكُلَّ شَيْءٍ اَحْصَيْنٰهُ فِيْۤ اِمَامٍ مُّبِيْنٍ
"Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuz).

Yang bakal menjadi kumpulan cacatan amal kita setelah kita mati, bukan saja amal yang kita kerjakan selagi kita masih hidup, tetapi juga bekas-bekas yang kita tinggalkan.

Anda mempunyai harta ditinggalkan, kemudian dipergukan untuk kemasalahan ummat, itu juga akan menjadi ladang amal anda sesudah anda meninggal dunia nanti. Baik itu berbentuk produk digunakan untuk Ibadah misalnya membangun masjid, sekolah atau tempat kemasalahatan masyarakat, maupun produk yang diambil hasilnya untuk kepentingan ummat. Atau produk gagasan/ide anda yg digunakan untuk memudahkan kehidupan.
Anda mempunyai Anak yang shaleh yang anda tinggalkan di dunia, mereka mendo’akan ampunan buat anda, itu jelas karena do’anya itu jika di ijabah Allah akan meringankan anda di alam kubur.
Ilmu yang anda bagikan kepada orang lain, kemudian orang-orang memanfaatkan ilmu itu untuk kesejahteraan hidupnya, menjadi tambahan kebaikan bagi anda walau anda telah di alam barzah.

Kembali ke judul renungan kita ini, apakah semua itu lestari dan terus menerus akan memberikan amal buat kita di alam kubur, kemudian berkontribusi meringankan kita di alam sana nanti.

LESTARIKAH peninggalan amal kita SESUDAH kita MATI???

AMAL ZARIAH
Amal zariah difamahi banyak orang adalah peninggalan berupa property yang dimanfaatkan oleh orang sepeninggal kita, dapat berwujud property yang menghasilkan, kemudian hasilnya untuk kepentingan ummat. Atau property berupa tempat ibadah atau tempat pendidikan.

Ketahuilah bahwa property tersebut tidak selamanya bertahan. Katakanlah Masjid, kalau masjid tersebut digusur, di relokasi atau direnovasi maka SECARA LOGIKA, sekali lagi SECARA LOGIKA, maka partisipasi kita di masjid tersebut, misalnya kramik, semen dan alat bangunan lainnya sudah tidak dipakai lagi.

Katakanlah property kita berupa kebun yang diambil manfaatnya untuk kemaslahatan ummat/masyarakat, apakah dapat dijamin kebun tersebut akan tetap ada sampai ratusan tahun.

Lain halnya dengan kebun Kurma peninggalan Ustman bin Affan di madinah, bermula dari Sumur yang dibelinya dari pemilik aslinya RAUMAH. Kita tetap yakin tentunya akan bertahan lama, tidak akan terkena longsor ataupun kegusur bagaikan di negeri kita. Selain itu pembelian lokasi tanah yang ada sumur sumber air itupun informasi dari Nabi Muhammad s.a.w. yang mengatakan bahwa “siapa yang dapat membeli sumur itu balasannya adalah surga”. Ustman pun membeli sumur itu, dalam suatu proses yang bijak semula hanya dpt separo tak berapa lama ahirnya seluruh sumur dan lokasi tanah menjadi milik Ustman bin Affan, kini jadi perkebunan Korma. Hasil kebunnya sampai saat ini sangat bermanfaat dan menghasilkan dana yang cukup besar untuk kesejahteraan ummat. Tentu Ustman bin Affan menerima terus amal zariahnya tersebut.

Tapi untuk di negeri kita kondisinya berbeda, kebun bisa saja tergusur, atau hak kepemilikannya ratusan tahun kedepan jadi beralih tangan karena sengketa, kemudian dialih fungsikan. Jadi perlu dipertanyakan kelestariannya.

ANAK YANG SHALEH SELALU MENDOA’AKAN
Anak kita, juga akan tumbuh sebagaimana kita, tadinya sebagai anak, kemudian jadi orang dewasa dan tua kemudian, sunatullah diapun akhirnya meninggalkan dunia ini. Nah bagaimana kalau dia sudah mati, mungkin cucu kita masih mendo’akan kita, itupun juga masih masuk dalam juriat kita. Insya Allah kalau cucu yang shaleh mendo’akan kita juga ada harapan di ijabbah Allah. Berikutnya cucupun akan mati juga, mungkin ia pesan kepada anaknya agar mendo’akan kita. jadi si cicit kita, mendo’akan kita.

Umumnya kita orang Indonesia harus diakui, kadang tidak tau lagi nama ayahnya dari uyut kita, apalagi kakeknya dari uyut kita. Jadi mana mungkin anaknya si cicit mendo’akan kita. Kalau begitu do’a anak shaleh inipun tidak akan lestari membantu amal kita, setelah kita meninggal dunia, karena diapun akan meninggal pula.

ILMU YANG DIAMALKAN.
Kebetulan saya bergerak dibidang menularkan ilmu, wujudnya bukan saja secara langsung menjadi pengajar di kampus atau di pelatihan-pelatihan, di hampir setiap Provinsi di Indonesia, tetapi juga Alhamdulillah telah sejumlah buku saya yang terpublikasi. Sepanjang buku itu digunakan orang untuk referensi, sepanjang ilmu yang serba sedikit saya sampaikan dimanfaatkan orang, maka Insya Allah saya tetap kebagian manfaat amal, walau jasad saya nanti sudah lapuk di dalam kubur. Tapi namanya ilmu  terus menerus bergerak secara dinamis  untuk berubah ke-arah yang lebih baru dan lebih baik. Ilmu yang ditransfer hari ini, belum tentu masih valid untuk 25 tahun yang akan datang. Begitu juga enam judul buku yang telah saya tulis dan terpublikasikan, mungkin sepuluh tahun yang akan datang jika tidak di revisi jangan-jangan sudah tidak valid lagi, teranulir oleh teori dan ilmu baru. Nah kalau saya sudah tiada tentu sudah tidak kuasa lagi untuk merevisi buku-buku itu dengan edisi terbaru,:menyesuaikan dg teori dan ilmu terakhir. Nah kalau begitu ilmu yang ditinggalkan pun juga tak lestari mengiringi kita ke-alam kubur.

Kalau begitu yang harus menjadi renungan kita  sekarang, adalah bagaimana selama hayat masih dikandung badan, selama sehat masih ada di diri, selama harta masih kita punya, selama kesempatan masih berpihak kepada kita. Selagi jabatan masih melekat. GUNAKAN SEBAIK-BAIKNYA untuk MENAMBAH DAN MENABUNG AMAL. itulah agaknya yang kekal menjadi pengiring dan sahabat kita dalam penantian panjang di alam barzah sampai hari dibangkitkan.
Wain yakun shawaban faminallah. wain yakun khatha an faminni wa minasyaithan. Wallahu warasuluhu barii ani minhu.  (Dan sekiranya benar, maka itu datangnya dari Allah. Dan sekiranya salah, maka berarti itu datangnya dari diriku sendiri (yang lemah ini) dan dari syathan. Mohon maaf oleh karenanya.
Wallu ‘alam bhisawab.
Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.3

No comments:

Post a Comment