Tuesday 25 June 2019

MENOLAK HIDAYAH.

Hidayah dpt datang tiba-tiba, tanpa direncanakan tanpa diminta, dg berbagai cara. Tergantung yg di datangi mau nerima atau menolak. Dapat saja kedatangan lantaran dari seorang bocah.
Seorang kakek yang sudah berusia, selama ini tidak rutin bersujud kepada Allah. Sebagai bukti bahwa dianya beragama, hanya terlihat di hari raya. Ikutlah dia meramaikan shalat ied bersama sanak keluarga dan tetangga.

Generasi berikutnya datang, cucunya lahir, dan mulai besar, lingkungan membentuk cucunya menjadi ahli sholat, hampir setiap waktu ikut berjamaah di mushola sekolah  dibimbing guru mereka.

Suatu ketika si cucu dengan kakek berpergian keluar kota. Sampai waktu sholat zuhur si cucu minta diberhentikan kalau pas ada masjid sebelah kiri jalan. Si cucu minta temani kakeknya mampir untuk sholat di masjid. Tidak hanya itu, karena perjalanan masih jauh, dikhawatirkan sampai ke tujuan sudah lewat waktu ashar si cucu mencontohkan kepada kakeknya shalat jama’ taqdim menggabung shalat zuhur dan shalat ashar.

Pabila Si kakek ini termasuk dlm kelompok yg "menolak hidayah" kakek tidak turun dari mobil, walau si cucu mampir di masjid untuk sholat. 99 alasan dapat dikeluarkan si kakek kepada cucunya agar dapat dipahami si cucu supaya dianya tidak ikut shalat. Dapat saja lagi capek, pakaian kotor agak sakit lutut dan sebagainya. Ini namanya menolak hidayah.

Dulu di suatu daerah dekat pemakaman umum, di pos ronda setempat dekat komplek kuburan, sibuk kegiatan group bermain kartu dengan taruhan uang, iseng-iseng katanya bukan judi. Tapi apapun namanya masuklah dia dalam lingkaran menentang Allah, yaitu mengerjakan yang dilarangNya. Orang yang dapat hidayah tentu tidak mau melaksanakan perbuatan itu.

Jika katanya hidayah belum datang, maka hal itu sangat dapat dibantah sebab: sehari kadang lima enam jenazah yang masuk ke dalam kubur di pekuburan itu. Selain itu dekat pula dengan masjid. Setiap waktu berkumandang adzan. Setiap selesai shalat magrib ada saja ustadz yang memberikan ceramah agama. Jenazah yang melewati mereka sehari beberapa kali itu apakah bukan hidayah. Adzan setiap waktu itu apakah bukan hidayah. Ustadz yang memberikan pesan moral hampir setiap hari itu apakah bukan hidayah. Tapi ternyata mereka ini kelompok yang menolak hidayah.
Mereka tidak bergeming,
walau adzan terdengar nyaring, namun kartu tetap dibanting.

Khusus tetangga kuburan dan masjid yg suka banting kartu qt petik di atas:
Ok lah, adzan nyaring terdengar dari masjid bg mereka blm mengusik kalbunya.
Ok lah bg mereka tauziyah ustadz didengarnya dari pengeras suara masjid, malah dia mencibir sambil bergumam "tu ustadz, ku tau siapa dia, ngomong doang, ku tau kecilnya. Ku tau keluarganya. Anaknya sendiri ndak terdakwahinya".
Tetapi ttg kematian, bagi tetangga pekuburan tadi, suatu kenyataan, bukan pura2. Betul ada jenazah yg diusung ke kubur saban hari 5, 6 keranda. Pantaskah mereka tdk mengingat kematian?

Tentang mengingat kematian, Nabi Saw memberi kita nasehat, “Wa Kafaa Bil Mauti Wa Idzha, Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.

Rupanya bg orang yg MENOLAK HIDAYAH. ada saja dalih mereka, dari mana dan dlm bentuk apapun hidayah itu datangnya.

Benarlah apa yg dikabarkan Allah dlm surat Al-An'am ayat 125.
  وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ 
"Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit."

Smg diri penulis dan sidang pembaca adlh tidak termasuk PENOLAK HIDAYAH. Sebaliknya menjadi pencari hidayah, selanjutnya menjadi penerima hidayah, bahkan kalau memungkinkan menjadi sumber pemicu terkucurnya hidayah Allah untuk orang2 lain.

Aamiin.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Barakallahu fikum
وَ الْسَّــــــــــلاَمُ
M. Syarif arbi.

No comments:

Post a Comment